STUDI EKSTRAKSI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC) MENGGUNAKAN METODE PELARUT ORGANIK POLAR
Oleh INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
STUDI EKSTRAKSI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC) MENGGUNAKAN METODE PELARUT ORGANIK POLAR
Oleh INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
STUDI EKSTRAKSI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix DC) MENGGUNAKAN METODE PELARUT ORGANIK POLAR
Oleh INDRA DAYANTI NIM. 130 500 126
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
: Studi Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC) Menggunakan Metode Pelarut Organik Polar
Nama
: Indra Dayanti
NIM
: 130 500 126
Program studi
: Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
Netty Maria N, S.TP., M.P., M.Sc NIP. 198510022008122001
Hamka,S. TP., MP., M.Sc NIP. 197604082008121002
Dr. Saipul Hamdi M.A NIP. 197912312009121004
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Muh.Yamin, S.TP.,M.Si NIP.197408132002121001
Hamka, S.TP., MP., M.Sc NIP.197604082008121002
Lulus ujian pada tanggal : 2 September 2016
ss
ABSTRAK
INDRA DAYANTI, Studi Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC) Menggunakan Metode Pelarut Organik Polar (di bawah Bimbingan Ibu Netty Maria Naibaho). Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang, di penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia ekstrak daun jeruk purut dan mengetahui pelarut organik polar yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Rancangan penelitian ini menggunakan RAL dengan dua faktorial serta tiga kali ulangan, faktor yang pertama adalah pelarut dan faktor kedua adalah waktu. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata tertinggi adalah pelarut organik (etanol) yaitu 12,92% dengan perlakuan 24 jam, kemudian dilanjutkan pelarut organik (metanol) yaitu 12,42% dengan perlakuan 24 jam dan yang terkecil menggunakan pelarut organik (air) yaitu 1,13% dengan perlakuan 0 jam. Sedangkan uji organoleptik warna nilai rata -rata tertinggi pada pelarut metanol yaitu 2,05% (sangat suka) dengan perlakuan 24 jam, dilanjutkan pelarut etanol yaitu 2,01% (suka) dan yang terkecil pelarut air yaitu 1,13% (tidak suka). Sedangkan pada uji organoleptik aroma nilai tertinggi pada pelarut etanol yaitu 2,95% (sangat suka) pada perlakuan 24 jam, kemudian dilanjutkan pada pelarut metanol yaitu 2,38% (suka) pada perlakuan 24 jam dan yang terkecil pada pelarut air yaitu 1,10% (tidak suka) pada perlakuan 0 jam. Pada uji kelarutan dalam alkohol pelarut organik polar terbaik yang terlarut dalam alkohol dengan sempurna tanpa ada emulsi adalah pelarut etanol. Dari kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk pelarut yang terbaik adalah pelarut etanol karena bersifat polar yang mengikat gugus hidroksil. Saran untuk penelitian selanjutnya studi ekstraksi pada daun jeruk purut menggunakan pelarut polar dengan perhitungan ANOVA taraf 5% dan 1 %. Kata Kunci: Daun jeruk purut, pelarut organik, rendemen, uji kelarutan dalam alkohol, uji organoleptik warna.
s|
RIWAYAT HIDUP
INDRA DAYANTI, lahir pada tanggal 10 April 1995 di Loa Tebu, Tenggarong Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Subari dan Ibu Ripaiyah. Tahun 2002 memulai pendidikan dasar pada sekolah Madrasah Ibtidayah Negeri Loa Tebu, Provinsi Kalimantan Timur dan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Tenggarong selama 2 tahun kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 40 Samarinda dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan sekolah menengah keatas di SMA Muhammadiyah 2 Samarinda dan lulus pada tahun 2013, tahun 2013 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian. Tahun 2014 aktif sebagai anggota Mahasiswa Pecinta Alam Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tahun 2015 aktif sebagai Bendahara Organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Bulan Febuari-Maret 2016 mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PT. TELEN Pengadan Baay Mill. Desa Pengadan Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
sss
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kalimantan T imur. Keberhasilan dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP., M.P., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing 2. Bapak Hamka,S.TP., MP., M.Sc, selaku kepala Laboratorium kimia analitik 3. Bapak Hamka,S.TP., MP.,M.Sc, selaku Dosen Penguji I 4. Bapak Dr. Saipul H amdi M.A selaku Dosen Penguji II 5. Bapak Muh Yamin S,TP., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan 6. Bapak Hamka,S.TP., MP., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian 7. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 8. Orang tua tercinta dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan baik dari segi moral maupun material 9. Seluruh staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan 10. Saudara Asri Santalina Naibaho, Syaibul Khair dan Erwin Chorino Anwar yang telah banyak membantu saya dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari Allah
. Akhir kata saya berharap semoga laporan karya
ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi saya pribadi dan tentunya bagi para pembaca pada umumnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran berbagai arah yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Samarinda, 1 Juli 2016 penulis
|
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. .................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................... A. Latar belakang ..................................................................................... B. Tujuan .................................................................................................. C. Hasil yang diharapkan .........................................................................
1 1 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... A. Tinjauan Umum Minyak Atsiri ........................................................... B. Tanaman Jeruk Purut ........................................................................... C. Daun Jeruk Purut ................................................................................. D. Ekstraksi ............................................................................................. 1. Penyulingan/Destilasi. ................................................................... 2. Pengepresan. .................................................................................. 3. Pelarut Menguap. ........................................................................... E. Pelarut .................................................................................................. 1. Bersifat non polar ........................................................................... 2. Bersifat semi polar ................................ .......................................... 3. Bersifat polar................................................................................... F. Tinjauan Umum Analisa Rendemen. .............................................. G. Tinjauan Umum Uji Kelarutan dalam Alkohol................................. H. Tinjauan Umum Tentang Uji Organoleptik ......................................
3 3 6 7 8 8 11 12 12 13 14 15 17 17 18
III.
22 22 22 22 22 23 23 23 23
METODE PENELITAN...................................................................... A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 1. Tempat Penelitian ......................................................................... 2. Waktu Penelitian ................................ .......................................... B. Alat dan Bahan .................................................................................. C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 1. Pemotongan Bahan ....................................................................... 2. Ekstraksi dan Perlakuan................................................................ 3. Evaporasi ......................................................................................
|s
4. Rendemen .................................................................................... 5. Uji Kelarutan dalam Alkohol ....................................................... 6. Uji Organoleptik W arna .............................................................. 7. Uji Organoleptik Aroma. ............................................................. D. Pengumpulan dan Analisa data ..........................................................
23 24 24 25 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. A. Analisa rendemen ............................................................................. B. Uji Organoleptik warna ..................................................................... C. Uji Organoleptik Aroma. ................................................................... D. Uji Kelarutan dalam Alkohol ............................................................
29 29 32 35 37
V. Kesimpulan Dan Saran ................................ .......................................... A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ...............................................................................................
41 41 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
42
LAMPIRAN ..................................................................................................
45
|ss
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Halaman
1. Karakteristik minyak atsiri daun jeruk purut ..................................
7
2. Sifat fisika dan kimia larutan n-heksana .........................................
13
3. Karakteristik pelarut aseton.............................................................
14
4. Sifat fisik dan kimia larutan etanol. ................................................
15
5. Sifat fisik dan kimia larutan air. ...................................................
16
6. Sifat fisik dan kimia larutan metanol...........................................
17
7. Nilai rata-rata rendemen ekstrak daun jeruk purut.........................
29
8. Nilai rata-rata uji organoleptik warna ............................................
32
9. Nilai rata-rata uji organoleptik aroma .............................................
35
10. Nilai rata-rata kelarutan dalam alkohol........................................
37
|sss
DAFTAR GAMBAR
No
Tubuh Utama
Halaman
1. Proses pengolahan ekstraksi daun jeruk purut .................................
26
2. Grafik nilai rata-rata rendemen ........................................................
30
3. Grafik nilai rata-rata uji organoleptik warna ....................................
33
4. Grafik nilai rata-rata uji organoleptik aroma. ......................................
36
5. Grafik nilai rata-rata uji kelarutan dalam alkohol. ...........................
38
s?
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Indonesia termasuk Negara penghasil minyak atsiri (Ketaren, 1985).Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Seperti yang ditulis dalam buku dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berbentuk cairan,yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga (Sastrohamidjojo, 2004). Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman, yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbellifeaceae(Ketaren, 1985). Salah satunya tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri adalah daun jeruk purut. Daun jeruk purut sering digunakan sebagai rempah-rempah yang berfungsi untuk memberi aroma yang khas pada masakan. Menurut (Somantri,2009) daun jeruk purut terdiri dari beberapa komponen kimia yang utama dan terpenting adalah sitronelal. Sitronelal adalah hasil isolasi kemudian diubah menjadi bentuk ester seperti hidroksi sitronelal atau mentol sintesis. Ester yang dihasilkan umumnya bersifat statis dan sangat baik digunakan pewangi sabun dan parfum yang bernilai tinggi (Ketaren, 1985). Minyak atsiri memiliki berbagai metode ekstraksi salah satunya adalah ekstraksi dengan pelarut organik. Menurut (Ketaren, 1985) bahwa minyak atsiri umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air,
1
ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan. Karisma Yuda 2015, menyatakan bahwa metode dan waktu ekstraksi yang berbeda dari daun jeruk purut berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap hasil rendemen, indeks bias dan warna. Hasil yang terbaik dalam mengekstrak daun jeruk purut menggunakan pelarut organik yang bersifat polar (etanol),untuk meningkatkan ekstraksi daun jeruk purut menggunakan pelarut organik yang bersifat polar. B. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari daun jeruk purut 2. Untuk mengetahui pelarut organik polar yang terbaik C. Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah dapat diketahui pelarut organik polar yang lebih efektif untuk menghasilkan ekstraksi daun jeruk purut (Citrus Hsytrix DC).
2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Minyak Atsiri Indonesia merupakan negara agraris, dengan kekayaan alam yang luar biasa melimpah ruah, berbagai jenis tanaman tumbuh dengan varietas yang beraneka ragam jenisnya. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil minyak atsiri yang besar(Sarifudin, 2009). Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri yang disebut juga minyak minyak eteris, minyak terbang atau essential oil, dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri misalnya pada industri parfum, kosmetik, industri farmasi dan flavoring agent. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat pewangi terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga yang berasal dari jenis tertentu, minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga dibuat
secara sintesis
(Ketaren, 1985). Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar kulit, batang, daun, biji, maupun dari bunga dengan penyulingan. Meskipun kenyataan untuk memperoleh minyak atsiri dapat menggunakan cara lain seperti ekstraksi menggunakan pelarut organik atau dengan cara dipres (Hardjono, 2004). Menurut (Ketaren, 1985)minyak atsiri mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon dan oksigen disebut sebagai terpene. Minyak atsiri yang
3
mengandung terpene jika disimpan dalam waktu jangka lama akan membentuk sejenis resin dan sukar larut dalam alkohol. Dalam tanaman minyak atsiri mempunyai 3 fungsi yaitu membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Adapun sifat fisik minyak atsiri yang baru diekstrak (masih segar) biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan dan beberapa jenis minyak berwarna kemerah-merahan, hijau atau biru. Jika minyak dibiarkan lama di udara dan kena cahaya matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut akan mengabsorbsi oksigen udara sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap, bau minyak berubah dari bau wangi alamiahnya serta minyak menjadilebih kental dan akhirnya membentuk sejenis resin. Minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan semakin besar dengan kenaikan suhu, umumnya larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer yang kosentrasinya 70 persen. Daya larut tersebut lebih kecil jika minyak mengandung fraksi terpene dalam jumlah besar.Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S) (Ketaren, 1985). Minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang oleh pemanasan setelah bahan tanaman dipanen. Terdapat dalam sejumlah tanaman yang segar atau bagian tanaman dengan kandungan air yang tinggi dapat kehilangan
4
kandungan minyak atsiri dalam jumlah yang besar pada saat dikeringkan dalam keadaan udara terbuka, tetapi memang ada sejumlah tanaman yang kehilangan minyak atsiri sedikit. Pada hakekatnya penguapan minyk atsiri yang melalui dinding-dinding jaringan tanaman tidak dapat segera terjadi. Hal ini disebabkan untuk melepaskan minyak atsiri ini, pertama-tama minyak atsiri harus dibawa kepermukaan tanaman melalui air atau kelembaban air terdapat dalam tanaman yang berkelakuan sebagai media pengangkut. Daundaun dan bunga-bungaan yang berdinding tipis lepasnya minyak atsiri yang lebih mudah larut dalam air (Hardjono, 2004). Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Dicantumkan sifat yang umum terdapat dalam minyak atsiri tersebut, sifat-sifat tersebut bukan merupakan hal yang dipaksakan akan tetapi sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap jenis minyak tersebut. Dari sifat fisik dapat diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat didalamnya (Ketaren, 1985). Menurut (Ketaren, 1985) faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri adalah sebagai berikut: 1. Jenis tanaman dan umur panen 2. Perlakuan bahan sebelum ekstraksi 3. Jenis peralatan dan kondisi proses ekstraki minyak 4. Pengemasan dan penyimpanan
5
B. Tanaman Jeruk Purut Jeruk purut merupakan salah satu anggota suku jeruk jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus HystrixDC, buah tersebut mempunyai tinggi pohon antara 2-12 meter. Buahnya kecil mempunyai bentuk seprti buah pir, memiliki banyak tonjolan dan berbintil. Rasa buah sangat asam dan agak pahit Kulit buah berwarna hijau tebal, mempunyai batang yang kecil, bengkok dan mempunyai cabang yang rendah. Batangnya ketika sudah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua polos atau berbintik-bintik. Daunnya berwarna hijau kekuningan mempunyai bau yang sedap, bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, hampir menyerupai daun (Wangsa dan Nuryati, 2009). Menurut ( Swastika, 2009) Klasifikasi tanaman jeruk purut sebagai berikut : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasil biji )
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga )
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus Hystrix DC
6
C. Daun Jeruk Purut Daun jeruk purut merupakan daun mejemuk yang menyirip beranak daun satu. Tangkai daun sebagian melebar menyerupai daun sebagian melebar menyerupai anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai runcing, permukaan kecil dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau muda atau hijau kekuningan, buram, jika diremas baunya harum.Ciri khas daun jeruk purut adalah terdiri dari dua bagian, dengan lekukan ditengahnya, hingga sepintas daun jeruk purut tampak seperti dari dua daun. Di atas daun pertama tumbuh daun kedua yang berada dibagian atasnya. Warna daun jeruk purut hijau tua, dengan aroma harum dan tajam(Suryaningrum, 2009). Daun jeruk purut memiliki beberapa komponen kimia yaitu sitronellal, sitronelol, linalol, geraniol dan kompenen lain. Berikut komponen minyak daun jeruk purut. Tabel 1. Komponen Minyak daun jeruk purut Komponen Sitronellal Sitronelol Linalol Geraniol Komponen lain Sumber: (Koswara, 2009).
7
Persentase 81,49 % 4,22 % 3,69 % 0,31 % 6,29%
D. Ekstraksi Perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang mengandung minyak umumnya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pengecilan ukuran pada bahan, pengeringan, atau pelayuaan dan fermentasi oleh mikroorganisme. Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan berminyak yang bersifat mudah ditembus zat cair dan uap misalnya bahan berupa daun, ranting, akar, rumput, bunga, dan tunas, kadang-kadang dilakukan dengan tujuan untuk mengekstraksi minyak dalam waktu yang relatif singkat. Perlakuan pendahuluan akan mempercepat proses ekstraksi dan
memperbaiki
mutu
minyak,
akan
tetapi
selama
pengeringan
kemungkinan sebagai minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara proses fermentasi sebelum ekstraksi minyak yang dilakukan pada bertujuan untuk memecahkan sel-sel minyak pada daun tersebut (Ketaren, 1985). Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan tanaman yang terdapat pada permukaan, proses lepasnya minyak atsiri dapat dilakukan dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Untuk mempercepat proses lepasnya minyak atsiri dilakukan dengan memperkecil ukuran bahan atau dipotong (Sastrohamidjojo, 2004). Menurut(Ketaren, 1985) cara-cara ekstraksi sebagai berikut: 1.
Penyulingan/destilasi Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan
8
perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentukan oleh 3 faktor yaitu: a) Besarnya tekanan uap yang digunakan b) Berat molekul masing-masing komponen dalam minyak c) Kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak. Pada permulaan penyulingan, hasil sulingan sebagian besar terdiri dari komponen minyak yang bertitik didih rendah, selanjutnya disusul dengan komponen yang bertitik didih lebih tinggi dan pada saat mendekati akhir penyulingan, jumlah minyak dalam hasil sulingan akan bertambah kecil. Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan superheated steam dilakukan terhadap minyak atsiri yang sukar mengalami dekomposisi pada suhu yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak atsiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a) Tidak baik digunakan terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air b) Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisasi karena adanya air dan panas c) Komponen minyak yang larut dengan air tidak dapat diekstraksi d) Komponen minyak yang bertitik didih tinggi menentukan bau wangi dan mempunyai dan fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan
9
e) Bau wangi minyak dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi alamiah Agar diperoleh minyak yang bermutu tinggi maka perlu diusahakan proses penyulingan berlangsung pada suhu rendah atau dapat juga pada suhu tinggi namun pada waktu singkat. Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi dan mutu minyak yang baik adalah sebagai berikut: a)
Bahan dirajang sebelum penyulingan dan pengisian bahan kedalam ketel harus homogen. Bahan yang dirajang terlalu halus jika disuling dengan penyulingan uap akan mengurangi efesiensi penyulingan karena akan terbentuk jalur uap sehingga kontak antara uap dengan bahan olah tidak sempurna
b) Suhu penyulingan optimum perlu diketahui untuk mendapatkan laju penyulingan optimum serta rendemen dan mutu minyak yang baik. Laju penyulingan adalah nilai perbandingan antara jumlah air suling yang dihasilkan dengan waktu, laju penyulingan ini harus diatur sesuai dengan diameter ketel dan volume antar ruang bahan. Jika laju penyulingan terlalu rendah, maka uap akan terhenti pada bagian bahan yang padat, sehingga proses ekstraksi minyak tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Sebaliknya jika laju penyulingan terlalu cepat maka uap dalam ketel akan keluar melalui bahan dengan membentuk jalur uap, seta menyangkut partikel bahan kedalam kondensor. Laju penyulingan dapat diukur dengan
10
menampung dan menimbang kondensat yang dihasilkan persatuan waktu c) Khususnya pada penyulingan uap, jumlah air yang kontak langsung dengan bahan harus semenimal mungkin, tetapi harus ada air untuk menjaga kelancaran difusi Untuk instalasi skala kecil, penggunaan metode penyulingan air, uap lebih baik seta proses penguapan lebih cepat sehingga waktu penyulingan lebih singkat.
Untuk instalasi besar penerapan metode
penyulingan uap lebih menguntungkan, terutama untuk penyulingan minyak bertitik didih tinggi. Alat penyulingan yang digunakan terdiri dari: a) Ketel suling b) Bak pendingin (Condensor) c) Labu pemisah minyak d) Ketel uap (Steam boiler) sebagai sumber penghasil uap Industri pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistem penyulingan
yaitu
penyulingan
dengan
air
(water
destilation),
penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation), dan penyulingan uap (steam destilation). 2.
Pengepresan (Pressing) Ekstrkasi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buahyang dihasilkan dari tanaman yang termasuk famili citrus, karena minyak dari
11
famili tanaman tersebut akan mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan cara penyulingan akibat tekanan pengepresan maka sel-sel yang mengandung minyak akan mengalir ke permukaan bahan. Beberapa jenis minyak yang dapat diekstraksi dengan cara pengepresan adalah minyak almond, lemon, minyak kulit jeruk, dan beberapa jenis minyak lainya(Ketaren, 1985). 3.
Ekstraksi dengan pelarut menguap Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap, terdapat beberapa jenis pelarut yang dapat melarutkan minyak atsiri sebagian besar pelarut tersebut bersifat semi polar, polar atau non polar . Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah (ketel). Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, jika dilihat dari minyak atsiri yang dihasilkan ekstraksi dengan pelarut memberikan minyak atsiri yang memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri hasil proses penyulingan (Ketaren,1985).
E. Pelarut organik Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair, atau gas yang mengasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga
12
disebut pelarut organik, pelarut biasanya memiliki titik didih rendah atau lebih mudah menguap berikut salah satu pelarut organik: 1. Bersifat non polar a. n-heksana n-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkan dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks - merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -na berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal menghubungkan atom -atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh dan Handayani, 2010). Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia n-heksana Karakteristik Syarat Bobot molekul 86,2 gram/mol Warna Tak berwarna Wujud Cair Titik lebur -95 0C Titik didih 69 0C (pada 1atm) Densitas 0,6603 gr/ml pada 200 C Sumber(Kastianti dan Amalia, 2008).
b. Benzena Benzena merupakan senyawa aromatik sederhana dan senyawa yang sering dijumpai, benzena terdistribusi dengan awalan orto, meta dan para dan tidak dengan nomor -nomor posisi seperti hidrokarbon alifatik dan alisiklik, benzena dan hidrokarbon aromatik lain bersifat non polar, maka tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
13
seperti dietil eter karbon,
benzena sendiri digunakan secara luas
sebagai pelarut (Respati, 1995). 2. Bersifat semi polar a. Aseton Aseton juga dikenal sebagai proponan, proponan adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton dapat digunakan untuk mengaktifkan carbon arang dari batok kelapa yang merupakan bahan penutup porinya adalah tar yang akan diekstraksi dengan dikontakkan dengan aseton(Suhartono et al.,1998) Aseton sangat baik digunakan untuk mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca gelas, dan melarutkan resin ekpoksi dan lem super sebelum mengeras. Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan lipofilik dari tanaman. Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur dengan air, mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah. Aseton digunakan terutama untuk studi antimikroba yang perlu mengekstraksi banyak senyawa fenolik (Tiwari et al.,2011). Tabel 3. Karakteristik Pelarut Aseton Karakteristik Rumus molekul Berat Molekul Melting Point Spesifik grafity Sumber(Suhartono, dkk 1998).
14
Syarat CH3 COCH3 50,1 kg/mol -94,6 0C 0,786 (25o C)
3. Bersifat polar a. Etanol Etanol disebut juga etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal sebagai alkohol etanol merupakan senyawa organik C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna. Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal(Ri zani, 2000). Tabel 4. Sifat Fisika dan Kimia Larutan Etanol Karakteristik Rumus Molekul Massa molekul relative Titik leleh Titik didih Densitas pada 200C Kelarutan dalam air 20 0C Viskositas pada 200 C Kalor spesifik pada 200C Sumber: (Rinzani, 2000).
Syarat C2 H5OH 46,07 g/mol -114,3 0C 78,32 0C 0,7893 g/cm3 Sangat larut 1,17Cp 0,579 kal/g oC
b. Air Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2Osatu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna,tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (O C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan
untuk
15
melarutkan
banyak
zat
kimia
lainnya,seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008). Tabel 5. Sifat fisik dan kimia larutan air Karakteristik Syarat Nama sistematis Air Nama alternatif Aqua, dihidrogen monogsida, hidrogen hidroksida. Rumus mlekul H 2O Massa molar 18,0153g/mol Densitas dan fase 0.998g/cm3 (cair pada 20 OC)0,92g/cm3 (padatan) Titik lebur 0O C (273,15 K) (32 C) Titik didih 100 OC (373.15 K) (212oF) Kalor jenis 4148 JJ/(kg.K) (cair pada 20O C) Sumber http://id.wikipedia.org
c. Metanol Metanol adalah senyawa Alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus Kimia CH3OH, dengan berat molekul 32. Titik didih 640650 oC (tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (juga tergantung kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau
seperti
alkohol,
dapat
bercampur
etanol, chloroform dalam perbandingan berapa pun,
dengan
air,
hygroskopis,
mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru (Spencer, 1988). Tabel 6. Sifat fisik dan kimia larutan metanol Karakteristik Syarat Rumus molekul CH3OH Massa molar 32,04g/mol Densitas 0,7918 g/cm3, liquid Titik lebur -97O C,-142,0OF (176 K) Titik didih 64,7O C, 148,4OF (337,8 K) o Viskositas C Keasaman (pk a) -15.5 Sumber http://id.wikipedia.org 16
F. Tinjauan Umum Analisa Rendemen Rendemen
adalah presentase produk yang didapatkan dari
membandingkan berat awal bahan dengan berat akhir. Sehingga dapat diketahui kehilangan beratnya prosespengolahan. Rendemen didapatkan dengan cara (menghitung) menimbang berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal sebelum mengalami proses (Depkes RI.2000). G. TinjauanUmum Analisa Kelarutandalam Alkohol Alkohol merupakan gugus OH. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alcohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada Minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dari pada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai Gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik (Ferry,2007). H. Tinjauan Umum Analisa Organoleptik Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis,
17
yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaks i subyektif. Pengukuran terhadap nilai atau tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Penilaian subyektif merupakan hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran. Pengukuran atau penilaian dilakukan dengan memberikan rangsangan atau benda rangsang pada alat atau organ tubuh (indera), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran atau penilaian subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian inderawi. Objek yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik. Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan. Mekanisme pengindraan secara seperti penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada indera, terjadinya reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia,
18
perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impulse) pada sel syaraf, penghantaran energi listrik (impulse) melalui urat syaraf menuju ke syaraf pusat otak atau sumsum belakang, terjadinya interpretasi psikologis dalam syaraf
pusat
dan
menghasilkan
kesadaran
atau
kesan
psikologis.
(Landimuru, 2014). Uji organoleptik terbagi bebarapa jenis diantaranya sebagai berikut: 1. Uji organoleptik aroma dan rasa Aroma merupakan faktor yang menentukan karateristik kesegaran suatu bahan baku cita rasa suatu bahan pangan adalah respon ganda dari bau dan rasa, bila digabungkan dengan perasaan(konsistensi dan tekstur) dari makanan didalam mulut, konsumen dapat membedakan suatu makanan dengan jenis makanan lain. Citarasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya ransangan terhadap indera pengecap dalam tubuh manusia, makanan yang memiliki citarasa tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Rasa makanan merupakan faktor kedua yang mempengaruhi citarasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri(Moehyi,1992). 2. Tekstur Tekstur merupakan segala hal yang berhubungan dengan mekanik, rasa, sentuhan, penglihatan dan pendengaran yang meliputi penilaian terhadap kebasahan, kering, keras, halus, kasar dan berminyak. Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan dengan menggunkan jar i,
19
gigi, dan langit-langit, faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan dan mudah dikunyah (Soekarto,1985) . 3. Warna Warna merupakan parameter yang penting dalam pengujian organoleptik karena konsumen cenderung lebih tertarik pada suatu bahan pangan yang menarik warnanya. Warna berkaitan erat dengan penerimaan produk pangan, karena warna Merupakan atribut kualitas yang paling penting,walaupun suatu produk bernilai Gizi tinggi, rasa enak dan tekstur baik namun jika warnanya kurang menarik maka Aka nmenyebabkan produk tersebut kurang diminati. Hal ini karenakan warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Fennema, 1990). Uji organoleptik terhadap suatu warna makanan merupkan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya dengan menggunakan
alat indera yaitu penglihatan. Penampakan
merupakan parameter organoleptik yang penting karena merupakan sifat sensori pertama yang dilihat oleh konsumen, pada umunya konsumen memilih
produk
yang
memiliki
(Purwaningsih,2011).
20
penampakan
menarik
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 2. Waktu penelitian Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 3 bulan terhitung dari bulan februari-mei penelitian ini meliputi pembuatan proposal karya ilmiah, persiapan alat dan bahan hingga penulisan karya ilmiah. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, baskom, gelas erlenmeyer, evaporator, alumunium foil, botol sampel, tisu, pulpen, kertas saring, karet gelang, sarung tangan, masker, keranjang dan pipet. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jeruk purut, metanol, etanol, dan air.
21
C. Prosedur Penelitian 1. Pemotongan bahan ( Sjahazman, 1970) Daun jeruk purut yang baru dipetik didiamkan selama satu hari. Daun jeruk purut yang sudah didiamkan selama satu hari dipotongpotong menggunakan gunting atau dibelender. 2. Ekstraksi dan Perlakuan (Djubaedah, 1986) Daun jeruk purut yang sudah dipotong dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditimbang seberat 20 g dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian masing-masing pelarut etanol, metanol, air dimasukkan sebanyak 50 mlke dalam erlenmeyer Tutup erlenmeyer menggunakan almunium foil ikat menggunakan gelang karet. Setiap sampel larutan diulang sebanyak 3 kali ulangan, Kemudian perlakuan direndam sebanyak 3 kali pada larutan selama 0, 6, 12, 18, dan 24 jam. 3. Evaporasi (Selviana, 2013) Daun jeruk purut yang sudah bercampur larutan dengan perlakuan yang berbeda-beda, disaring menggunakan kertas saring, larutan yanag sudah terpisah kemudian dilakukan evaporasi, setelah dievaporasi didapatkan crude ekstrak daun jeruk purut. 4. Rendemen (Hardjono, 1971) Crude ekstrak daun jeruk purut yang telah dievaporasi ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat hasil berat crude ekstrak daun jeruk purut tersebut, setelah semua larutan ekstrak daun jeruk purut dievaporasi dan dicatat hasil berat crude ekstrak daun jeruk purut,
22
kemudian dilakukan perhitungan rendemen dari crude ekstrak daun jeruk purut. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui rendemen dari daun jeruk purut, crude ekstrak daun jeruk purut
keseluruhan
ditambahkan etanol sebanyak 5 ml dan dimasukan kedalam botol dan ditutup menggunakan alumunium foil, ikat bagian atas botol yang sudah tertutup menggunakan karet gelang agar crude ekstrak daun jeruk purut tidak mengalami penguaapan. 5. Kelarutan dalam Alkohol (Iqmal, 2012) Crude ekstrak yang dimasukan sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi tujuannya agar dapat terlihat pelarut mana yang larut didalam alkohol, crude ekstrak daun jeruk purut yang ada didalam tabung reaksi diteteskan alkohol sedikit demi sedikit dengan batasan sebanyak 5 ml. Hasil yang sudah didapat dapat disimpulkan pelarut polar mana yang terbaik dalam mengekstrak daun jeruk purut. 6. Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1990) Pada penilaian uji organoleptik warna pada ekstrak daun jeruk purut tabung reaksi yang sudah disiapkan kemudian penilaian organoleptik warna menggunakan metode hedonik (kesukaan), pengujian organoleptik warna dilakukan berdasarkan uji hedonik dengan panelis sebanyak 20 orang panelis yang tidak terlatih, panelis diminta untuk memberikan penilaian pada crude ekstrak daun jeruk purut berdasarkan tingkat kesukaannya dengan skor yang digunakan adalah :
23
a) Tidak cerah = 1 b) Kurang cerah = 2 c) Cerah
=3
d) Sangat cerah = 4 7. Uji Organoleptik Aroma (Soekarto, 1990) Pada penilaian uji organoleptik aroma pada ekstrak daun jeruk purut tabung reaksi yang sudah disiapkan kemudian penilaian organoleptik warna menggunakan metode hedonik (kesukaan), pengujian organoleptik warna dilakukan berdasarkan uji hedonik dengan panelis sebanyak 20 orang panelis yang tidak terlatih, panelis diminta untuk memberikan penilaian pada crude ekstrak daun jeruk purut berdasarkan tingkat kesukaannya dengan skor yang digunakan adalah : a) Tidak wangi = 1 b) Kurangwangi = 2 c) Wangi
=3
d) Sangat wangi = 4
24
Daunjerukpurut
Pengecilan ukuran
Proses ekstraksi
Ethanol 0, 6, 12, 18, 24 jam
Metanol 0, 6, 12, 18, 24 Jam
Air 0, 6, 12, 18, 24 Jam
Evaporasi
Crude ekstrak
Analisa : 1. Rendemen 2. Uji Organoleptik Warna 3. Kelarutan dalam Alkohol 4. Uji Organoleptik Aroma
Gambar 1. Proses Pengolahan Ekstraksi Daun Jeruk Purut Menggunakan Pelarut Organik Polar
25
D. Pengumpulan dan Analisa Data Pengumpulan data dilakukan setiap selesai yang sudah diekstraksi menggunakan pelarut organik polar. Analisis data menggunakan RAL faktorial dengan 2 faktor,adapun faktor tersebut adalah: 1. Faktor A adalah Pelarut A1 = Etanol A2 = Metanol A3 = Air 2. Faktor B adalah Waktu perendaman B 1= 0 jam B 2= 6 jam B 3= 12 jam B 4= 18 jam B 5= 24 jam Faktor pertama digunakan untuk membandingkan lama perendaman larutan organik dengan waktu yang ditentukan, faktor kedua untuk mengetahui pelarut organik yang terbaik mengekstrak daun jeruk purut setiap faktor kedua diulang sebanyak 3 kali. Pengolahan data crude ekstrak dari daun jeruk purut yang dianalisa rendemen minyak, kelarutan dalam alkohol, uji organoleptik warnadan uji organoleptik aroma menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Untuk menghitung rendemen minyak yang digunakan rumus sebagai berikut:
.
26
2. Untuk
mengetahui
warna
menggunakan
ujiorganoleptik
warna
berdasarkan menilai suatu produk terbaik dengan tingkat kesukaan dari masing-masing panelis, uji organoleptik ini dilakukan oleh 20 orang panelis yang tidak terlatih. 3. Untuk mengetahui aroma menggunakan uji organoleptik aroma dengan sekala hedonik dengan tingkat kesukaan dari masing-masing panelis, uji organoleptik ini dilakukan oleh 20 orang panelis yang tidak terlatih. 4. Untuk mengetahui kelarutan dalam alkohol menggunkan alkohol 70%.
27
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Rendemen Ekstrak Daun Jeruk Purut 1. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah
dilakukan diLaboratorium Kimia
Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Nilai rata-rata rendemen dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini: Tabel 7. Nilai rata-rata rendemen pada ekstrak daun jeruk purut (Citrus HystrixDC). Perlakuan Pelarut Rata-rata (%) U1 U2 U3 Etanol (A 1) A1,B1 (0) 2,18 2,75 3,73 2,88 A1,B2 (6) 5,92 6,10 6,12 6,04 A1,B3 (12) 5,70 7,36 7,68 6,91 A1,B4 (18) 10,70 10,87 11,28 10,92 A1,B5 (24) 12,14 11,54 15,09 12,92 Metanol (A2 ) A2,B1 (0) 2,59 2,84 1,18 2,20 A2,B2 (6) 5,31 571 5,72 5,59 A2,B3 (12) 6,69 6,78 6,96 6,81 A2,B4 (18) 10,66 10,38 10,80 10,61 A2,B5 (24) 10,81 10,89 15,56 12,42 Air (A3) A3,B1 (0) 0,52 1,20 1,67 1,13 A3,B2 (6) 2,42 2,89 3,50 2,93 A3,B3 (12) 3,33 3,77 4,63 3,91 A3,B4 (18) 3,79 4,83 5,45 4,69 A3,B5 (24) 7,23 7,61 8,14 7,66 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016
28
Nilai rata-rata rendemenpada ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut dan perlakuan yang berbeda dapatdi buat grafik sebagai berikut: 14,00 12,00 10,00 0 jam
8,00
6 jam
6,00
12 jam
4,00
18 jam
2,00
24 jam
0,00 Etanol
Metanol Air Perlakuan
Gambar 2. Grafik nilai rata-rata rendemen ekstrak daun jeruk purut (Citrus Hystrix DC).
2.
Pembahasan Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa perlakuan terbaik ditunjukan pada pelarut etanol, dengan waktu ekstraksi 24 jam, dengan nilai rata-rata tertinggi 12,92kemudian diikuti dengan nilai ratarata10,92% pada perlakuan waktu 18 jam, 6,91% pada perlakuan waktu 12 jam, 6,04% pada perlakuan waktu 6 jam dan 2,88%pada perlakuan 0 jam. Menurut (Gunawan, 1987) semakin lama waktu perendaman bahan ke dalam larutan maka semakin tinggi yang dihasilkan. Menurut (Tondra, 2011) dietil eter merupakan pelarut yang baik untuk proses ekstraksi sederhana,dikarenakan
bersifat
29
polar
yang
mudah
mengeluarkan
kandungan yang ada didalam bahan tersebut sehingga tercampur dengan pelarut yang digunakan. Menurut (Aprianto, 2011)SHODUXWHWDQROPHUXSDNDQ SHODUXW\DQJ PHPSXQ\DL
SRODULWDV WLQJJL VHKLQJJD GDSDW PHQJHNVWUDN
ROHRUHVLQ O HEL K EDQ\DN GDQ PHPSXQ\D L W L W L N GLGLK UHQGDK. Nilai rata-rata
tertinggi kedua menggunakan pelarut metanol dengan rata-rata 12,42% pada perlakuan waktu 24 jam, 10,61% pada perlakuan waktu 18 jam,6,81% pada perlakuan waktu 12 jam, 5,59% pada perlakuan 6 jam dan 2,20% pada perlakuan 0 jam. Nilai rata-rata tertinggi ketiga menggunakan pelarut air dengan nilai rata-rata perlakuan terendah ditunjukan oleh waktu ekstraksi 0 jam yaitu nilai rata-rata 1,13% diikuti nilai rata-rata 3,50% pada perlakuan waktu 6 jam, 4,63% pada perlakuan 12 jam, 5,45% pada perlakuan waktu 18 jam dan 8,14% pada perlakuan waktu 24. Menurut (Fesenden, 1998) beberapa senyawa kimia yang dapat diekstrak oleh pelarut organik berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Tabel7 di atas dapat dilihat rata-rata rendemen ekstrak mentah daun jeruk purut tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 24 jam, menggunakan pelarut etanol dengan nilai rata-rata 12,92%. Sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh perlakuan 0 jam menggunakan larutan air dengan nilai rata-rata 1,13%. Hal ini disebabkan, semakin lama waktu perlakuan maka rendemen akan semakin meningkat dan ekstrak mentah daun jeruk purut pun semakin banyak. Menurut (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) bahwa waktu relatif berpengaruh terhadap rendemen produk bahan pangan, semakin lama waktu maka semakin tinggi persentase rendemen
30
yang dihasilkan. Lama ekstraksi juga berpengaruh terhadap rendemen oleoresin dan sisa pelarut, semakin lama ekstraksi maka semakin lama waktu kontak antara pelarut dengan bahan sehingga semakin banyak oleoresin yang dapat larut dalam pelarut. B. Uji Organoleptik Warna 1.
Hasil penelitian Uji Organoleptik dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Berdasarkan hasil uji organoleptik warna tingkat kecerahan yang dipilih panelis (20 panelis) masing-masing perlakuan dan ulangan pada ekstrak mentah daun jeruk purut dapat dilihat pada tabel 8berikut ini :
Tabel 8. Nilai rata-rata uji organoleptik warna pada ekstrak daun jeruk purut (Citrus Hystrix DC). Perlakuan Pelarut Rata-Rata (%) U1 U2 U3 Etanol (A1) A1,B1 (0) 1,40 1,15 1,30 1,40 A1,B2 (6) 1,55 1,45 1,60 1,53 A1,B3 (12) 1,90 1,70 1,95 1,85 A1,B4 (18) 1,75 1,90 2,05 1,90 A1 ,B5 (24) 1,90 2,10 2,05 2,01 Metanol (A2 ) A2,B1 (0) 1,30 1,40 1,10 1,26 A2,B2 (6) 1,35 1,15 1,55 1,35 A2,B3 (12) 1,65 2,10 2,00 1,91 A2,B4 (18) 2,05 1,95 1,95 1,98 A2,B5 (24) 1,90 2,10 2,15 2,05 Air (A3) A3,B1 (0) 1,30 1,00 1,10 1,13 A3,B2 (6) 1,10 1,20 1,30 1,20 A3,B3 (12) 2,00 1,60 1,95 1,85 A3,B4 (18) 1,80 1,85 1,95 1,86 31
A3,B5 (24) 1,90 1,85 Sumber: data primer setelah diolah, 2016.
2,10
1,95
Tabel 8.Nilai rata-rata uji organoleptik warna pada ekstrak daun jeruk purut dengan pelarut dan perlakuan yang berbeda dapat dibuat grafik sebagai berikut : 2,50 2,00
0 Jam
1,50
6 Jam
1,00
12 Jam
0,50
18 Jam
0,00
Etanol
Metanol
Air
24 Jam
PERLAKUAN
Gambar 3. Grafik nilai rata-rata uji organoleptik warna.
2.
Pembahasan Uji organoleptik warna pada ekstrak daun jeruk purut melalui tingkat kesukaan panelis padaTabel8menunjukan nilai rata-rata warna yang berbeda. Untuk parametermetanol nilai tertinggi adalah perlakuan waktu ekstraksi 24 jam dengan nilai rata-rata 2,05% (sangat suka) dengan diikuti nilai rata-rata 1,98%, 1,91%, 1,35% dan 1,26% pada perlakuan waktu 18 jam,12 jam, 6 jam dan 0 jam dengan skor 1,13-1,20 (tidak suka), 1,20-1,26 (kurang suka), 1,35-2,01(suka) dan 205-3,00(sangat suka). Menurut (Setyaningsih, 2010) penampakan warna merupakan parameter yang penting karena merupakan daya tarik sendiri dalam menentukan
suka atau tidaknya terhadap produk.Untuk parameter
32
pelarut etanol nilai rata-rata tertinggi adalah pada perlakuan waktu ekstraksi 24 jamdengan rata-rata 2,01% (sangat suka) kemudian diikuti dengan rata-rata 1,90% dan 1,85%, 1,53% dan 1,40% pada perlakuan waktu ekstraksi 18 jam, 12 jam, 6 jam dan 0jam dengan skor 1,13-1,20 (tidak suka), 1,20-1,26 (kurang suka), 1,35-2,01(suka) dan 2,053,00(sangat suka). Parameter air nilai rata-rata yang tertinggi pada perlakuan waktu ekstraksi 24 jam dengan rata-rata 1,95% diikuti dengan 1,90%, 1,85%, 1,20% dan 1,13% padaperlakuan waktu ekstraksi 18 jam, 12 jam, 6 jam dan 0 jam. Menurut (Kartika, 2010)warna memegang peranan penting dalam pemilihan suatu produk disamping itu juga menentukan tingkat kesukaan atau tidak sukanya yang secara lansung. untuk skor yang tertinggi dari seluruh parameter pelarut yang digunakan banyak panelis memilih adalah pelarut metanol pada perlakuan waktu ekstraksi24 jam.Menurut opini saya ekstraksi daun jeruk purut dengan perlakuan waktu ekstraksi 24 jam menggunakan pelarut metanol bewarna cerah dan tidak gelap pada uji organoleptik warna pada ekstraksi daun jeruk purut. Sedangkan untuk nilai rata-rata terendah dari keseluruhan parameter pelarut yang digunakan banyak panelis memilih pada perlakuan 0 jam pada pelarut air dengan nilai rata-rata 1,13% (tidak suka)hal ini dikarenakan pada pelarut air bewarna tidak cerah atau gelap pada ekstraksi daun jeruk purut. Menurut (Munawaroh dan Handayani, 2010) metanol dapat melarutkan pigmen-pigmen yang terdapat dalam
33
daun jeruk purut misalnya pigmen klorofil. Dapat disimpulkan dari hasil diatas perlakuan dan parameter pelarut tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan panelis terhadap warna, ini dikarenakan pada uji organoleptik warna untuk mengetahui sifat fisik warna dari kesukaan panelis terhadap ekstrak daun jeruk purut yang telah dihasilkan. Menurut (Arikunto, 1993) warna
suatu produk yang dapat dikenali oleh konsumen dan
berpengaruh terhadap kesukaan dan penerimaan. C. Uji Organoleptik Aroma 1.
Hasil Penelitian Uji organoleptik aroma dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perekebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Berdasarkan hasil uji organoleptik aroma tingkat kesukaan yang dipilih panelis (20 orang) masing-masing perlakuan dan ulangan pada ekstrak mentah daun jeruk purut dilihat pada tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada ekstrak daun jeruk purut (Citrus Hystrix DC). Perlakuan Pelarut Rata-Rata (%) U1 U2 U3 Etanol (A1) A1,B1 (0) 2,10 2,20 2,05 2,11 A1,B2 (6) 2,15 2,10 2,25 2,16 A1,B3 (12) 2,45 2,25 2,20 2,30 A1,B4 (18) 2,90 2,55 2,20 2,55 A1,B5 (24) 3,30 2,80 2,75 2,95 Metanol (A2 ) A2,B1 (0) 1,55 1,30 2,05 1,63 A2,B2 (6) 2,05 1,70 1,25 1,60 A2,B3 (12) 2,15 2,40 1,90 2,15 A2,B4 (18) 2,10 2,25 2,15 2,16
34
A2,B5 (24) 2,50 2,30 Air (A3 ) A3,B1 (0) 1,10 1,05 A3,B2 (6) 1,15 1,30 A3,B3 (12) 1,90 1,75 A3,B4 (18) 1,75 1,95 A3,B5 (24) 2,00 1,80 Sumber: data primer setelah diolah, 2016.
2,35
2,38
1,15 1,23 1,90 1,90 1,90
1,10 1,22 1,85 1,86 1,90
Tabel 9. Nilai rata-rata uji organoleptik aroma pada ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut
dan perlakuan yang berbeda dapat
dibuat grafik sebagai berikut. 3,50 3,00 2,50
0 Jam
2,00
6 Jam
1,50
12 Jam
1,00
18 Jam
0,50
24 Jam
0,00 Etanol
Metanol
Air
PELAKUAN
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata uji organoleptik aroma
2.
Pembahasan Uji organoleptik aroma pada ekstrak daun jeruk purut untuk mengetahui tingat kesukaan panelis pada tabel 9 diatas menunjukan hasil uji organoleptik aroma dapat diperoleh hasil rata-rata yang berbeda. Untuk parameter etanol nilai tertinggi adalah perlakuan 24 jam dengan nilai rata-rata 2,95% (sangat suka) diikuti nilai rata-rata 2,55%, 2,30%, 35
2,16, dan 2,11% pada perlakuan 18 jam, 12 jam, 6 jam dan 0 jam dengan aroma yang menyegarkan. Menurut(Apriyantono, 2004)
Aroma
merupakan salah satu atribut bahan pangan atau produk pangan yang berperan penting dalam penerimaan atau penolakan suatu makanan oleh konsumen. Untuk parametet metanol nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan 24 jam dengan rata-rata 2,38% (sangat suka), 2,16%, 2,15%, 1,60% dan 1,63% pada perlakuan 18 jam, 12 jam, 6 jam 0 jam. Adapun skor tingkat kesukaan sebagai berikut 1,10-1,23 (tidak suka), 1,63-1,60 (kurang suka), 2,12-2,16 (suka), dan 2,30-2,95 (sangat suka). Menurut (Setyaningsih, 2010) aroma dari suatu bahan dapat ditimbulkan oleh satu atau beberapa komponen yang merupakan karakteristik aroma bahan pangan tersebut. Parameter air nilai rata-rata yang tertinggi pada perlakuan 24 jam dengan rata-rata 1,90% (kurang suka), 1,86%, 1,85%, 1,22% dan 1,10% pada perlakuan waktu ekstraksi 18 jam, 12 jam, 6 jam, 0 jam. Menurut (Rahardjo, 1998) aroma suatu makanan memberikan ransangan yang dapat berupa sikap untuk menyukai atau tidak menyukai. Menurut (Anonim, 2011) aroma cita rasa suatu produk berfungsi untuk memperbaiki kualitas produk sehingga dapat lebih menarik perhatian konsumen.
36
D. Uji Kelarutan Dalam Alkohol 1.
Hasil Penelitian Uji kelarutan dalam alkohol dilakukan dilaboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Berdasarkan hasil uji kelarutan dalam alkohol pada masing-masing perlakuan dan ulangan pada ekstrak daun jeruk purut dapat dilihat pada tabel 10 adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Nilai rata-rata uji kelarutan dalam alkohol Perlakuan Pelarut U1 U2 U3 Etanol (A1) A1,B1 (0) 1,10 1,40 1,90 A1,B2 (6) 2,10 1,80 1,30 A1,B3 (12) 2,50 2,30 2,10 A1,B4 (18) 1,80 2,10 2,40 A1,B5 (24) 1,90 1,70 2,20 Metanol (A2 ) A2 ,B1 (0) 2,30 2,10 2,10 A2,B2 (6) 2,10 2,70 2,20 A2,B3 (12) 2,90 3,10 3,30 A2,B4 (18) 2,80 3,10 3,30 A2,B5 (24) 2,20 2,60 2,90 Air (A3) A3,B1 (0) 2,30 2,20 2,60 A3,B2 (6) 2,50 2,70 2,30 A3,B3 (12) 3,20 2,80 3,80 A3 ,B4 (18) 2,90 3,00 3,50 A3 ,B5 (24) 2,80 2,40 2,70 Sumber: data primer setelah diolah, 2016.
37
Rata-Rata (%) 1,46 1,73 2,20 2,10 1,93 2,20 2,33 3,10 3,06 2,56 2,36 2,50 3,26 3,13 2,63
Tabel10. diatas menunjukan nilai rata-rata uji kelarutan dalam alkohol pada ekstrak daun jeruk purut dengan pelarut dan perlakuan yang berbeda dapat dibuat grafik sebagai berikut : 3,50 3,00 2,50
0 jam
2,00
6 jam
1,50
12 jam
1,00
18 jam
0,50
24 jam
0,00 Etanol
Metanol
Air
PERLAKUAN
Gambar 4. Grafik rata-rata uji kelarutan dalam alkohol
2. Pembahasan Uji kelarutan dalam alkohol pada ekstrak daun jeruk purut untuk mengetahui apakah suatu minyak mudah larut atau tidak dari Tabel 10 diatas menunjukan hasil uji kelarutan dalam alkohol dapat diperoleh hasil rata-rata yang berbeda. Untuk parameter air nilai rata-rata yang tertinggi pertama pada perlakuan waktu ekstraksi 12 jam yaitu 3,26 ml (tidak terlarut) diikuti dengan rata-rata 3,13 ml, 2,63 ml , 1,73 ml dan 1,46 ml pada perlakuan waktu ekstraksi18 jam, 24 jam, 6 jam dan 0 jam.Untuk parameter pelarut metanol nilai rata-rata tertinggi kedua adalah pada perlakuan waktu ekstraksi 12 jamyaitu 3,10 ml (tidak terlarut) kemudian diikuti dengan rata-rata 3,06 ml, 2,56 ml, 2,33 ml dan 2,20 ml pada perlakuan waktu ekstraksi 18 jam, 24 jam, 6 jam dan 0 jam dan Untuk
38
parameter etanol nilai tertinggiadalah perlakuan waktu ekstraksi 12 jam yaitu 2,20 ml(terlarut)dengan diikuti nilai rata-rata 2,10 ml, 1,93 ml , 2,50 ml dan 2,36 ml pada perlakuan waktu 18 jam,24 jam, 6 jam dan 0 jam. Menurut hipotesis saya ekstraksi daun jeruk purut dengan pelarut yang berbeda menghasilkan pelarut etanol mudah terlarut dengan sempurna didalam alkohol dibandingkan pelarut metanol dan air hal ini karenakan etanol adalah alkohol murni (primer) yang berarti bahwa karbon yang terkait dengan gugus hidroksilpaling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terkait dengannya, reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan tergantung pada gugus hidroksilnya. Menurut (Anshory et al, 2003) jumlah pelarut pengaruhi jika lebih banyak maka kelarutannya akan semakin besar, sedangkan bila jumlah pelarut lebih sedikit maka kelarutan akan semakin kecil.Menurut (Martin dan Alfred,1993) alkohol yang mengandung lebih dari tiga atom karbon larut sebagian atau tidak larut dalam air karena mempunyai jumlah gugus hidrofob C-H yang cukup untuk mengatasi efek hidrofil dari gugus OH (kepolarannya berkurang). Hal ini sesuai dengan (Suminar, 1990) kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon. Menurut (Ketaren,1985) jika ekstrak mentahdilarutkan dalam alkohol maka minyak atsiri akan larut sempurnanamun zat lilin akan terpisah. Sedangkan
pada pelarut air nilai rata-rata tertinggi dari
keseluruhan parameter uji kelarutan dalam alkohol pelarut yang
39
digunakan pada perlakuan 12 jam pada dengan nilai rata-rata 3,26ml (tidak terlarut),ini dikarenakan
pada pelarut air lebih banyak
menggunakan larutan alkohol untuk diamati apakah pelarut air yang digunakan dalam ekstarksi mudah terlarut atau tidakdi dalam alkohol pada ekstraksi daun jeruk puruthal ini disebabkan mungkin karena pada saat proses penyaringan ampas dari hasil perendaman terikut pada saat proses evaporasi. Menurut (Raiph umumnya
alkohol
mempunyai
titik
dan Fassenden,1997) Pada didih
yang
cukup
tinggi
dibandingkan alkana, hal ini disebabkan adanya ikatan hidrogen atas molekulnya.
40
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian menunjukan bahwa sifat fisik dari daun jeruk purut diketahui perlakuan yang terbaik adalah dengan waktu 12 jam dan untuk hasil rendemen diketahui rata-rata ekstrak mentah daun jeruk purut tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 24 jam, menggunakan pelarut etanol dengan nilai rata-rata 12,92%. Uji organoleptik warna nilai tertinggi yang dipilih oleh panelis pada pelarut metanol dengan range 2,05 (sangat suka) dan untuk uji organoleptik aroma tertinggi pada pelarut etanol dengan range 2,95 (sangat suka).Sedangkan untuk sifat kimia uji kelarutan dalam alkohol pelarut yang mudah terlarut pada alkohol adalah pelarut etanol. Pelarut organik polar yang terbaik adalah pelarut etanol karena bersifat polar yang mengikat gugus hidroksil. B. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya ekstraksi pada daun jeruk purut dengan perhitungan ANOVA taraf 5% dan 1 %.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ani sjahazman. 1970. Penyulingan Minyak Sereh. Dep. THP, Fateta-IPB. Bogor. Anonim. 2011. Uji hedonik.(http://budikolonjono.blogspot.com/2011/01/ujikesukaan-uji-hedonik-html)Diakses pada tanggal 27 agustus 2016. Apriyantono. 2011. Analisa Pangan, Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arikunto dan Suharmi. 1993.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pemasaran Produk. Rineka Cipta. Jakarta. Anshory dan ifan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Erlangga. Jakarta. Djubaedah. 1986. Ekstraksi Oleoresin dari Jahe. Media Teknologi Pangan. Jakarta. Vol.2, No.2, Hal. 10-19. Depkes. 2000.Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 1, Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, Jakarta, Hal 105-106. Ferry.2007.Parameter Kualitas Minyak Atsiri.(http://ferry-atsiriblogspot.com/2007/11/parameter-kualitas-minyak-atsiri-html) Diakses pada tanggal 28 juli 2016. Fennema. 1990. Principle Of Food Science.Food Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York. Fesenden.1998. Kimia Organik.Erlangga: Jakarta. Gunawan M. 1987. Peranan Pengeringan Pada Minyak Jahe:Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta. HardjonoS. 2004. Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 2, 9-15. Hardjono S. 1971. Pengaruh Lama Pengecilan Bahan Dan Lama Penyulingan Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Akar Wangi. Dep. THP. Fateta IPB. Bogor. Iqmal. 2012. Kaidah Kelarutan Bahan http://Iqmal.Staff.Ugm.ac.id/? P= 2425 Diakses pada 4 september 2016. Kateren S. 1985. Pengantar Minyak Atsiri : Liberty Yogyakarta.
42
Kartika B. 2010. Petunjuk Evaluasi Sensori Hasil Industri Produk Pangan. Pav. Pangan dan Gizi: Yogjakarta. Kastianti N dan AmaliaZQ. 2008. Laporan Penelitian Pengambilan Minyak Atsiri Kulit Jeruk dengan Metode Ekstraksi Destilasi Vakum: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip. Semarang. Koswara S. 2009. Menyuling dan menampungkan minyak atsiri daun jeruk purut http://tekpan.unimus.ac.id//menyuling dan menepungkan minyak/2013/07 teknologi-pangan-parameter-proses-penyulingaanminyak-atsiri.html) Diakses 3 april 2016). Kusmayadi A. 2008.Mengolah Air Bersih. Erlangga. Bogor Landimuru RA. 2014. Ilmu Pangan dan Uji Hedonic Nagget Ayam. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas HaluOleo(UHO).http://teknologipertanian004.blogspot.com/2014/09/lap oranpraktikum-uji-inderawisensori.html. Diakses 07 mei 2016. Martin dan Alfred. 1993.Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik.UI.Jakarta. Moehyi S.1992. Penyelenggaraan Makanan dan Jasa Boga. Bharata. Jakarta. Muchtadi TR dan Sugiyono. 1992. Ilmu pengetahuan Bahan Pangan. Departemen P dan K Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor. Munawaroh S dan Handayani. 1992. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. J Kompetensi Teknik 2010; 2: 73-8. Purwaningsih. 2011. Penentuan Praktikum Penilaian Organoleptik, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,IPB Bogor. Raiph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik, Bina Aksara. Jakarta. Rahardjo. 1998. Uji Inderawi. Universitas Jenderal Soedirman: Purewokerto. Respati, Ir.1995.Pengantar Kimia Organik Jilid 1, Aksara Baru : Jakarta.
43
Rizani, K.Z. 2000. Pengaruh Kosentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cerevisiae) Pada Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas (Ananascomosus L.Merr) untuk Produksi Etanol: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Malang. SarifudinA. 2009.PeningkatanBudidayadanProduksiPengolahanMinyakNilam di Desadan Agro IndustriSkala Kecil Menengah.IPB Bogor. Satrohamidjojo H. 2004. Kimia Minyak Atsiri: Gadjah Mada University press. Bulak sumur Yogyakarta. Sakinah. 2013. Pemeriksaan Minyak Atsiri http://sakinah.academia.edu/8797184 pemeriksaan minyak atsiri.Diakses pada 5 september 2016 . Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyanto dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis Sensoris untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor, IPB press. Somantri. 2009. Kimia Organik. Graha Ilmu: Jogjakarta. Suryaningrum S.2009. Uji Aktifitas Anti Bakteri Minyak Atisiri Buah Jeruk Purut (Citrus Hystric DC) Tehadap Staphylococcus Aureus dan Eschericia Coli. Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/ 5186/1k100050195. pdf.Diakses pada 04 april 2016. Suminar dan Hart. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Erlangga. Jakarta. Soekarto S.T. 1985. Penilaian Oganoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian Bharata Karya Aksara, Jakarta. Spencer, N. D. 1988.Direct Oxidation of Methane.Journal of Catalysis.109, 187. Suhartono, J., Hendri, M.A., Sumarno. 1998. Ekstraksi Minyak Laka (CNSL) dari Kulit Biji Jambu Mete Dengan Solvent Ethanol. Universitas Diponegoro. Semarang. Swastika.2009. Pencandraan Tanaman. Teknologi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Politeknik Negeri Jember. Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, G. Kaur H.2011. Phytochemical Screening and Extraction : A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol I, Issue. Tondra. 2011.Teknologi Kimia. PT. Pradya Pramita. Jakarta.
44
Veny selviana. 2013. Teknik Pemisahan Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Melati. Akademi Analisis Fermasi dan Makanan Putra Indonesi. Malang. Wangsa, R dan Nuryati, S.2009. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional dan Internasional, Aliansi Organik Indonesia. Bogor.
45
LAMPIRAN
46
LAMPIRAN 1. RENDEMEN
Tabel Nilai rata-rata rendemen pada ekstrak mentah daun jeruk purut. Perlakuan Pelarut Rata-rata (%) U1 U2 U3 Etanol (A1) A1,B1 (0) 2,18 2,75 3,73 2,88 A1,B2 (6) 5,92 6,10 6,12 6,04 A1,B3 (12) 5,70 7,36 7,68 6,91 A1,B4 (18) 10,70 10,87 11,28 10,92 A1,B5 (24) 12,14 11,54 15,09 12,92 Metanol (A2 ) A2,B1 (0) 2,59 2,84 1,18 2,20 A2,B2 (6) 5,31 571 5,72 5,59 A2,B3 (12) 6,69 6,78 6,96 6,81 A2,B4 (18) 10,66 10,38 10,80 10,61 A2,B5 (24) 10,81 10,89 15,56 12,42 Air (A3) A3,B1 (0) 0,52 1,20 1,67 1,13 A3,B2 (6) 2,42 2,89 3,50 2,93 A3,B3 (12) 3,33 3,77 4,63 3,91 A3,B4 (18) 3,79 4,83 5,45 4,69 A3,B5 (24) 7,23 7,61 8,14 7,66
47
Lampiran 1. Rata-rata perhitungan rendemen minyak atsiri daun jeruk purut Ket: A1= Etanol
B1= 0 jam
B4= 18 jam
A2= Metanol
B2= 6 jam
B5= 24 jam
A3= Air
B3= 12 jam
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
48
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
49
40. 41. 42. 43. 44. 45.
50
LAMPIRAN 2. UJI KELARUTAN DALAM ALKOHOL Perlakuan Pelarut U1 U2 U3
Etanol (A1) A1,B1 (0) A1,B2 (6) A1,B3 (12) A1,B4 (18) A1,B5 (24) Metanol (A 2) A2,B1 (0) A2,B2 (6) A2,B3 (12) A2,B4 (18) A2,B5 (24) Air (A 3) A3,B1 (0) A3,B2 (6) A3,B3 (12) A3,B4 (18) A3,B5 (24)
Rata-rata (%)
1,10 2,10 2,50 1,80 1,90
1,40 1,80 2,30 2,10 1,70
1,90 1,30 2,10 2,40 2,20
1,46 1,73
2,30
2,10
2,10
2,10 2,90 2,80 2,20
2,70 3,10 3,10 2,60
2,20 3,30 3,30 2,90
2,20 2,33 3,10 3,06
2,30 2,50 3,20 2,90 2,80
2,20 2,70 2,80 3,00 2,40
2,60 2,30 3,80 3,50 2,70
2,20 2,10 1,93
2,56 2,36 2,50 3,26 3,13 2,63
Lampiran 4. Rata-rata Uji Kelarutan dalam Alkohol Ket: A1 = Etanol B1 = 0 Jam B4 = 18 Jam A2 = Metanol B2 = 6 Jam B5 = 24 Jam A3 = Air B3 = 12 Jam Kelarutan dalam 70 % alkohol = 1 Volume dalam Y Volume Ket: 1 volume= 1 ml sampel Y volume= jumlah alkohol yang dibutuhkan
49
LAMPIRAN 3. UJI ORGANOLEPTIK WARNA ETANOL PANELIS A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 1 2 1 2 3 2 3 4 1 3 2 2 2 4 2 1 1 2 3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 5 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 6 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 3 3 7 1 2 3 1 3 1 2 3 2 3 1 2 3 3 2 8 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 9 1 1 2 2 2 3 1 2 3 1 1 1 1 2 1 10 2 1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 1 2 2 2 11 1 3 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 12 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 13 2 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 14 1 3 3 1 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 15 2 1 3 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 16 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 17 1 1 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 18 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 19 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 20 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 Total 28 31 38 31 38 27 29 34 38 42 26 32 39 41 41 Rata-rata 1,40 1,55 1,90 1,55 1,90 1,15 1,45 1,70 1,90 2,10 1,30 1,60 1,95 2,05 2,05 METANOL PANELIS A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 1 2 3 2 2 1 1 3 2 1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 3 2 3 3 2 2 4 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 1 1 3 2 3 5 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 6 1 1 3 3 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 2 7 1 1 3 3 3 1 1 3 3 3 1 2 3 3 3 8 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 9 1 3 1 1 3 1 3 2 2 2 1 1 2 1 3 10 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 11 1 1 3 3 1 1 1 2 3 2 1 3 1 3 2 12 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 13 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 3 14 2 1 2 2 2 1 1 3 2 3 1 3 3 2 4 15 1 1 1 3 1 2 1 3 3 2 1 1 1 2 1 16 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 17 1 1 1 3 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 18 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 19 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 20 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 Total 26 27 33 41 38 27 27 42 39 42 22 31 40 39 43 Rata-rata 1,30 1,35 1,65 2,05 1,90 1,40 1,15 2,10 1,95 2,10 1,10 1,55 2,00 1,95 2,15 AIR PANELIS A3B1 A3B2 A3B3 A2B4 A2B5 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A3B5 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A3B5 1 2 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 3 3 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 1 1 3 3 1 3 1 2 2 1 3 1 2 1 1 1 2 1 3 3 4 4 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 5 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 6 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 7 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 8 1 1 1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 2 3 1 9 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 10 1 2 3 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 2 11 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 12 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 13 1 1 1 3 2 1 1 2 3 3 1 1 2 2 1 14 3 1 4 2 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 4 15 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 16 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 17 1 1 1 2 2 1 1 2 3 3 1 1 2 2 1 18 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 19 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 20 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 Total 26 22 40 36 38 20 24 32 37 37 22 26 39 39 42 Rata-rata 1,30 1,10 2,00 1,80 1,90 1,00 1,20 1,60 1,85 1,85 1,10 1,30 1,95 1,95 2,10
50
Keterangan TIDAK CERAH = 1 KURANG CERAH = 2 CERAH =3 SANGAT CERAH = 4 Skoring tingkat kesukaan 1,13-1,26 = TIDAK SUKA 1,35-1,53 = KURANG SUKA 1,85-2,01 = SUKA 2,05-3,00 = SANGAT SUKA
LAMPIRAN 4. UJI ORGANOLEPTIK AROMA PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Rata-rata
A1B1 2 1 4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 1 4 2 2 1 2 2 2 42 2,10
A1B2 3 2 3 2 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 43 2,15
A1B3 3 4 2 2 1 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 49 2,45
A1B4 3 4 2 2 4 3 3 2 2 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 2 58 2,90
A1B5 3 4 2 4 4 3 3 2 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 66 3,30
A1B1 3 2 3 2 4 4 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 44 2,20
A1B2 2 1 4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 1 4 2 2 1 2 2 2 42 2,10
ETANOL A1B3 A1B4 3 4 4 4 2 1 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 45 51 2,25 2,55
A1B5 A1B1 3 2 4 1 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 2 1 2 1 2 2 4 3 3 1 2 1 3 3 2 2 4 2 3 1 4 2 2 2 2 2 56 41 2,80 2,05
A1B2 A1B3 3 3 4 4 2 3 2 2 1 2 3 3 1 1 2 2 2 3 2 1 4 2 3 2 2 1 3 2 2 1 2 1 1 2 2 4 2 2 2 3 45 44 2,25 2,20
A1B4 2 4 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 4 2 2 44 2,20
A1B5 4 4 1 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 2 2 3 3 2 2 55 2,75
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Rata-rata
A2B1 2 1 3 2 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 31 1,55
A2B2 2 1 4 3 2 3 3 1 1 2 3 1 1 4 2 2 1 1 2 2 41 2,05
A2B3 4 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 43 2,15
A2B4 3 3 3 2 2 3 1 2 1 1 2 4 1 1 2 2 2 2 3 2 42 2,10
A2B5 2 3 4 2 4 3 2 4 1 1 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2 50 2,50
A2B1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 26 1,30
A2B2 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 34 1,70
METANOL A2B3 A2B4 4 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 4 3 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 4 3 2 1 4 1 3 48 45 2,40 2,25
A2B5 A2B1 2 3 3 3 4 3 1 2 3 2 1 3 3 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 4 2 1 3 1 2 2 4 2 3 2 2 2 1 2 2 2 46 41 2,30 2,05
A2B2 A2B3 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 3 27 38 1,35 1,90
A2B4 3 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 43 2,15
A2B5 2 3 4 2 3 2 1 4 2 1 3 1 3 2 2 4 2 2 2 2 47 2,35
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total Rata-rata
A3B1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 22 1,10
A3B2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 23 1,15
A3B3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 38 1,90
A2B4 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 35 1,75
A2B5 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 1 1 2 2 1 3 40 2,00
A3B1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 21 1,05
AIR A3B2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 26 1,30
A3B5 A3B1 2 2 2 1 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 `1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 3 2 36 23 1,80 1,15
A3B2 A3B3 2 1 1 2 1 2 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 2 4 1 1 2 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 24 38 1,20 1,90
A3B4 2 2 2 3 4 2 1 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 2 2 38 1,90
A3B5 3 2 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 1 2 1 2 2 38 1,90
51
A3B3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 35 1,75
A3B4 2 1 1 2 1 2 2 3 1 3 1 3 4 1 2 2 2 1 2 3 39 1,95
Keterangan TIDAK WANGI KURANG WANGI WANGI SANGAT WANGI
=1 =2 =3 =4
Skoring tingkat kesukaan 1,10-1,22 = TIDAK SUKA 1,60-1,86 = KURANG SUKA 1,90-2,38 = SUKA 2,55-2,95 = SANGAT SUKA
Lampiran 5. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Gambar 1. Pemetikan bahan
Gambar 2. Pohon daun jeruk Purut
??
Gambar 3. Bahan yang sudah dipetik
Gambar 4. Pengecilan ukuran bahan
??
Gambar 5. Bahan yang sudah dikecilkan
Gambar 6. Penimbangan bahan
??
Gambar 7. Perendaman bahan dengan pelarut Etanol
Gambar 8. Penyaringan bahan pelarut Etanol
??
Gambar 9. Hasil penyaringan pelarut Etanol
Gambar 10. Proses Evaporasi
??
Gambar 11. Crude daun jeruk purut pelarut Air
Gambar 12. Crude daun j eruk purut pelarut Etanol
??
Gambar 13. Crude Daun jeruk purut pelarut Metanol
Gambar 14. Pengambilan sampel Analisa Kelarutan Dalam Alkohol
??
Gambar 15. Hasil Analisa Kelarutan dalam Alkohol dengan Pelarut Air dengan Perlakuan Waktu 12 jam, 18 jam dan 24 jam
Gambar 16. Hasil Analisa Kelarutan dalam Alkohol dengan Pelarut Etanol Perlakuan Waktu 12 jam, 18 jam dan 24 jam
??
Gambar 17. Hasil Analisa Kelarutan dalam Alkohol dengan Pelarut Metanol Perlakuan Waktu 12 jam, 18 jam dan 24 jam.
Gambar 18. Uji Organoleptik Warna
??