STRATEGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA Rokim Progam Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Lamongan E-mail :
[email protected]
Abstract: An educational institution is always expected to produce a good, high quality, and unreliable output. This could be seen from the planned educational goals. In this case, there are many ways taken by schools to be able to go forward and have a good quality of education, or at least the schools have a value or distinctive characteristics compared to others. In these schools, based on the researcher's casual observation, there have been many public schools making efforts to develop Islamic educational programs. It could be concluded that the strategies of developing Islamic religious education (PAI) are important in any educational process, as evidenced by the programs planned and implemented by schools in order to create an Islamic atmosphere in the school environment, such as: good school community behavior, virtuous noble character, clean school environment, tolerance between individuals, and so on. In realizing such programs, many strategies are pursued, one of which is the preparation of PAI development programs in teaching and learning activities (in class) and outside learning activities that continue to be pursued. The in-class activities are pursued solely by each classroom teacher or Islamic religion teacher. In this case, the Islamic religion teacher tries to create an atmosphere of innovative learning and teaching activities and seek how the material could be accepted by students. For activities outside the classroom, there should be many parties involved, especially all teachers in educating and providing a good example to students. It is also inseparable from the role of a principal in supporting and activating already compiled programs, so this is one of the supporting factors in developing the PAI programs in schools, but it is also inseparable from the factors being capable of inhibiting the PAI development process, one of which is the background of students' heterogeneous environment and a lack of awareness of students to be disciplined. However, the schools always seek a solution to make and improve the next programs. Keywords: Strategies, Learning Achievement Pendahuluan Pendidikan dapat menjadi tolak ukur bagi kemajuan dan kualitas kehidupan suatu bangsa, sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa atau Negara dapat dicapai dengan salah satunya melalui pembaharuan serta penataan pendidikan yang baik.Jadi, keberadaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang cerdas, pandai, berilmu pengetahuan yang luas, berjiwa demokratis serta berakhlaqul karimah.Sedangkan pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengemban potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 1
UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), 72.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
63
Sebagaimana dikatakan bahwasannya pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal maupun informal, segi yang dibina oleh pendidikan adalah seluruh aspek kepribadian. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.2 Oleh karena itu melalui pendidikan diharapkan tercipta manusia yang mampu menempatkan diri dalam masyarakat yang dapat bergerak secara luas serta tidak terbawa arus globalisasi, bahkan seharusnya mampu memegang kendali dalam bermasyarakat untuk menghadapi segala macam bentuk lingkungan yang ada. Sebagaimana dalam buku pengantar ilmu mendidik teoritis. Pendidikan atau pedagogi merupakan rangkaian upaya yang kompleks untuk memekarkan segenap bakat dan potensi individu, dibantu oleh teknik-teknik ilmiah dan seni pengendalian (cybernetica) guna mempengaruhi pribadi dan kelompok untuk membangun diri sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu pembangunan dalam pendidikan sangat diperlukan, karena pembangunan tersebut sangat berpengaruh pada hasil dari pendidikan itu sendiri. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur hal ini tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan banyak dilakukan, sehingga dalam hal ini langkah awal yang dilakukan pemerintah dalam membenahi keberadaan pendidikan salah satunya adalah dengan pembenahan di bidang proyek penelitian nasional pendidikan, sehingga diharapkan dengan kegiatan ini akan dapat memecahkan masalah pendidikan yang menyangkut masalah peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, masalah esensial danefektifitas yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Dengan demikian keberadaan pendidikan bisa beradaptasi selaras dengan perkembangan zaman sehingga dengan ini mampu menaikkan harkat, martabat manusia. Dalam pengelolaan pendidikan tidak akan terlepas dari adanya rencana pengajaran yang termasuk didalamnya adanya strategi. Terkait dengan strategi ini erat kaitannya dengan materi pelajaran, karena berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran pendidikan banyak dipengaruhi oleh bagaimana strategi pengajaran tersebut diterapkan, dimana seorang guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan siswa dituntut untuk bisa menerima materi pelajaran dari guru.Dalam hal ini keberadaan guru dituntut untuk bisa memvariasikan strategi dalam mengajar; seperti metode yang dipakai, penggunaan alat peraga serta adanya evaluasi, agar tujuan pendidikan dapat terrealisasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari sini tampak jelas bahwa strategi pengembangan pendidikan agama Islam merupakan prosedur yang sangat penting untuk tercapai tujuan pendidikan, karena merupakan salah satu unit yang tidak dapat dipisahkan dari unit-unit pendidikan yang lain. Sebagaimana diketahui bahwasannya pendidikan agama Islam yang didoktrin sebagai pendidikan pembenahan moral dan menciptakan manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara, mempunyai posisi penting untuk diperhatikan dalam dunia pendidikan. Pengertian Strategi Pengembangan Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana, sedangkan menurut Reber, mendefinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah
2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Surabaya: Abditama, 1997), 6.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
64
atau mencapai tujuan.3 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.4 Menurut J.R. David Strategi merupakan sebuah cara atau sebuah metode, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goa.l Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu5. Dari situ ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian tersebut: Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencpaian tujuan. Ketiga, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.6 Demikian menurut Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.7 Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, pemakaian istilah ini dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.8 Menurut Newman dan Logan, strategi dasar arti setiap usaha meliputi empat masalah, yaitu: a. Pengidentifikasian dan Penetapan spesifiaksi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya. b. Pertimbangan dan Pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran. c. Pertimbangan dan Penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. d. Pertimbangan dan Penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang akan dilakukan.9 Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan dapat diartikan bimbingan secara sadar oleh Pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang
3
Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 214. 4 Syaiful Bahri Djamaroh & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta. 2002), 5. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 124. 6 Ibid, 124. 7 Ibid, 124. 8 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : Pustaka Setia, 1997), 11. 9 Ibid, 12.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
65
utama.10 Marimba dalam Tafsir menyatakan pengertian yang sama, bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap pekembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.11 Dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.12 Dalam perspektif Islam, pendidikan dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib. Menurut Zuhairini bahwa pengertian pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akherat.13 Sedangkan menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani, Pendidikan Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.14 Salah satu pandangan modern dari seorang ilmuwan Muslim, pakar Pendidikan Islam Muhammad S.A. Ibrahimy (Bangladesh) mengungkapkan pengertian pendidikan Islam yang berjangkauan luas, sebagai berikut: “Islamic education in true sense of term, is a system of education which enables a man to lead his life according to the Islamic ideology. So the may easily mould his life in accordance with the nets of Islam. And thus peace and prosperity may prevail in his own life as well as in the whole world. These Islamic scheme of education is, of necessity an all embracing system, for Islam encomphasses the entire gamut of Moslem’s life. It can justly be said that all branches of learning which are not Islamic are included in the Islamic education. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of the demands of the age and the development or science and technology, its scope has also widened”.15 Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa pengertian pendidikan agama Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasar pada Islam.16 Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Dasar pendidikan negara kita secara Yuridis Formal telah dirumuskan dalam: Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 memuat Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: “Pendidikan Nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpendidikan agama Islam mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep dasar pendidikan agama Islam adalah konsep atau gambaran umum tentang pendidikan. Sumber pendidikan agama Islam adalah ajaran Islam, 10
Zuhairini & Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Malang : UM Malang bekerja sama dengan Fak. Tarbiyah UIN Malang, 2004), 1. 11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), 24. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta, 2003), 3. 13 Zuhairini & Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.... , 17. 14 Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,1993), 14. 15 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), 5. 16 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam......., 12.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
66
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.17 Sebagai sumber dasar ajaran Islam, Al-Qur’an memang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. Untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia ini. Di antara permasalahan hidup manusia itu adalah masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Sedangkan As-Sunnah, berfungsi untuk memberikan penjelasan secara oprasional dan terperinci tentang berbagai permasalahan yang ada dalam Al-Qur’an tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi dan kondisi kehidupan nyata. Dengan demikian dasar pendidikan agama Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, maka isi Al-Qur’an dan Hadits-lah yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam agama Islam, sedangkan Sunnah Rasulullah yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah SAW dalam bentuk isyarat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 71. “Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosadosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”18 Dari ayat tersebut dapat dipahami, bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan berpedoman pada Al-qur’an dan Sunnah Rosulullah, maka akan bahagia hidupnya dengan sebenar-benarnya bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Fungsi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Fungsi merupakan kegunaan Pendidikan Agama Islam secara operasional. Dalam hal ini pendidikan agama Islam disekolah berfungsi: 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan kewajiban yang pertama yaitu kewajiban menanamkan ketaqwaan dan keimanan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi menumbuh kembangkan lebih lanjut pada diri anak melalui bembingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan. 2) Penyaluran yaitu, untuk menyalurkan anak yang memiliki bakat khusus agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 3) Perbaikan yaitu, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Pencegahan yaitu, untuk menangkal hal-hal negatif dalam lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 5) Penyesuaian yaitu, menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya dengan ajaran Islam. 6) Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
17
Tadjab, dkk, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, Karya Abditama Tim Dosen IKIP Malang, 1981. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang: Penerbit: IKIP Malang, 1996), 40. 18 Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al Huda, 2002), 428.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
67
Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut, Sanapiah Faisal berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam memainkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid sebagai berikut: 1) Pendekatan nilai universal (makro) adalah suatu program yang dijabarkan dalam bentuk kurikulum. 2) Pendekatan meso, adalah suatu pendekatan program pendidikan yantg memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan kompetisi pada anak. 3) Pendekatan ekso, adalah suatu pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk untuk membudidayakan nilai agama Islam. 4) Pendekatan makro, yaitu pendekatan program pendidikana yang memberikan kemampuan kecukupan ketrampilan seseorang sebagai professional yang mampu mengemukakan ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.19 Keempat pendekatan tersebut dapat digunakan untuk mencapai pendidikan agama Islam (PAI) yang berbasis kompetensi disekolah yang sudah menerapkan KTSP. Tujuan Pendidikan Agama Islam Zainuddin20 mengemukakan tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa para ahli adalah: Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah: pertama kesempurnaan manusia yang puncaknya adalah dekat dengan Allah, kedua kesempatan manusia yang puncaknya kebahagiaan didunia dan akhirat, karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi. Menurut Athiya al-Abrasi, tujuan pendidikan Islam secara umum adalah:Untuk membantu pembentukan pendidikan agama Islam yamg mulia, Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat, Persiapan mencari rezki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan, Menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan diri kepribadian manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indera, sehingga memiliki kepribadian yang utama untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa aspek dari tujuan pendidikan agama Islam yaitu; aspek keimanan, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi: a. Menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT taat kepada perintah-Nya dan Rasul-Nya. b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah SWT yang beriman dan berilmu pengetahuan. c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah shalat umpamanya dan dalam hubungan dengan sesama manusia yang tercermin dalam Pendidikan agama Islam
19
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 135. 20 Zainuddin, dkk. Seluk beluk penididikan dari Al-Ghozali, (Jakarta :Bumi Aksara, 1991), 59.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
68
perbuatan, serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya21. Hasil rumusan seminar Pendidikan Islam sedunia pada tahun 1980 di Islamabad menunukkan makin kompleksnya tugas ilmu pendidikan islam. Karena harus diarahkan kepada tujuan yang komprehensif paripurna, sebagai berikut;“Education aims an the balanced growth of total personality of man though the training of man’s spirit, intellect, the rational self, feeling and bodily sense. Education should, therefore, cater for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects to ward goodness and attainment or perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large”.22 Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan Pendidikan Islam adalah mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera sehingga memiliki kepribadian yang utama.23 Esksistensi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Upaya meningkatkan mutu pendidikan sudah sejak lama dilakukan pemerintah. Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam upaya tersebut adalah meningkatkan kemampuan guru sehubungan dengan mutu Proses Belajar Mengajar (PBM). Meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah sehubungan dengan pengelolaan dan manajemen sekolah. Kemampuan para supervisor/pengawas sehubungan dengan proses pengawasan dan penilaian pelaksanaan pendidikan di sekolah. Pembentukan komite sekolah/majelis madrasah sebagai upaya mengikut sertakan masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan (dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan), dan akhirnya sampai pada inovasi kurikulum. Kurikulum dalam hal ini adalah KTSP yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa. Termasuk bagamana melakukan penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan peberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Dalam hal ini Abdul Majid, mengatakan bahwa; Kompetensi adalah suatu pengetahuan tentang sesuatu yang diharapkan dapat dimiliki, disikapi dan dilakukan siswa dalam setian tingkatan kelas dan sekolah, termasuk pula menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.24 Pendidikan agama mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda denga lainnya. Diantaranya: (1) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun. (2) PAI berusaha dan memelihara ajaran dan nilai yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan al-sunnah serta otentisitas keduanya sebagai sumber utuma ajaran Islam. (3) PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan kesehaian. (4) PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan sosial. (5) PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan yang lainnya. (6) substansi PAI mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra rasional. (7) PAI berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibarah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban) Islam; dan (8) dalam beberapa hal, PAI mengandung 21
Zakiyah Deradjat, dkk.. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996), 82. 22 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam......., 6. 23 Zuhairini & Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam......, 8. 24 Ibid, 163.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
69
pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleransi atau semangat ukuwah Islamiyah.25 Dengan demikian Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk prilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat berbagai komponen yang salaing terkait dan saling mempengaruhi di antaranya, kurikulum, guru, metode, alat dan lain-lain. Semua komponen tersebut saling berkait satu sama lain. Bahwa dalam interaksi belajar mengajar ada beberapa komponen yang harus dipenuhi, yaitu: (1) tujuan interaksi yang diharapkan, (2) bahan (pesan yang akan disampaikan), (3) pendidikan dan siswa, (4) alat/sarana yang digunakan, (5) metode yang digunakan untuk mencapai materi, dan (6) situasi lingkungan untuk menyampaikan agar tercapainya tujuan. Ciri-ciri pendidikan agama Islam sebagai berikut: Pertama: Pendidikan Ketuhan (tauhid/aqidah) yaitu: (a) pendidikan yang bukan buatan manusia, melainkan berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang diturunkan Allah Ta’ala (bersifat luhur dan sempurna), (b) bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilaio kehidupan yang mulia, (c) menyampaikan individu siswa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, (d) kesempurnaannya datang dari Allah SWT yang Maha Mengetahui terhadap kemaslahatan manusia dan memberikan kebaikan kehidupan yang mulia bagi manusia, (e) pendidikan Islam itu berdasarkan pada Q.S. Shad: 9, al Isra: 9, al-Baqarah: 2, Az-Zumara: 23. Kedua: Pendidikan faktual (tarbiyah) yaitu: pendidikan yang serasi dengan kenyataan manusia yang tersusun dengan komponen jismi (tubuh), nafs/qolb/hati. Pendidikan ini mengakui adanya “gharizah” (insting) yang menggerakkan perilaku manusia. Oleh karena itu pendidikan Islam itu membimbing, mengarahkan, metata dan membina gharizah bukan menghancurkan atau memeranginya. Ketiga: Pendidikan yang kontinyu, yaitu pendidikan yang tidak terikat oleh waktu tertentu dikeluarga dan sekolah saja, melainkan kewajiban bagi orang Islam sampai meninggal dunia. Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam secara nasional dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ditandai dengan ciri-ciri antara lain: a. Lebih menitik beratkan pada target kompetensi dari pada penguasaan materi. b. Lebih mengakomodasi keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dam melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia yang berkaitan dengan keberhasilan pendidikan agama. Memang sulit untuk memahami siapa yang paling bertanggung jawab atas ketidakberhasialan pendidikan agama ini. Sebab pendidikan dalam pelaksanaannya terkait dengan berbagai komponen yang melingkupinya, masalah tujuan, kompetensi guru, kepala sekolah, sarana dan prasarana, kurikulum, kebijakan, keadaan murid dan lain sebagainya. Oleh karena itu untuk menanganinya memerlukan penanganan yang konprehensif (menyeluruh) yang dilakukan oleh semua pihak yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan agam di Indonesia. Kontribusi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Berdasarkan kebijakan kepala sekolah dan usaha guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan dan mengembangkan proses belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas, bahwa pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah, baik kegiatan Intra Kulikuler ataupun kegiatan Extra Kulikuler tujuannya tidak lain adalah dalam rangka membantu 25
Muhaimin, Pidato Ilmiyah Pengukuhan Guru Besar, 2004, 15.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
70
mengembangkan manusia seutuhnya yang serasi, seimbang dan selaras antara aspek jasmani dan rohani berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan agama Islam di sekolah adalah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketakqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah tertanam dalam diri siswa sehingga nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Dengan menghayati semua ajaran yang terkandung dalam agama Islam tersebut berarti pendidikan agama Islam memberikan kontribusi sebagai sumber nilai yang dapat memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang di sebut agama mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada dzat yang Maha Kuasa.26 Semua manusia dalam hidupnya didunia ini, selalu membutuhkan adanya peganagan hidup yang disebut agama. Agama kerupakan sember nilai yang memberikan pedoman hidup bagi pemeluknya dalam mencapai kebahagiaan hidup bagi pemeluknya dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Manusia merasakan adanya Dzat Yang Maha Kuasa tempat merka berlindung dan bertempat mereka meminta pertolongan, sehingga dengan nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam hatinya melalui pendidikan akan menjadikan jiwa tenang dan tenteram. Pendidikan agama Islam mengajarakan pada peserta didik untuk senantiasa berbuat, bertindak dan bertingkah laku yang baik serta terpuji. Ini berarti pendidikan agama Islam mengajarkan agar menjadi manusia yang berpendidikan agama Islam mulia, sebab pendidikan agama Islam mulia adalah merupakan jiwa pendidikan agama Islam., berpendidikan agama Islam mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kontribusi yang diberikan pendidikan agama Islam kepada siswa di sekolah diharapkan membantu siswa dalam mempersiapkan hidup bermasyarakat, agar mereka mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial serta dapat mengubah linggkungan sesuai dengan ajaran agama Islam. Disamping itu pendidikan agama Islam memberikan motifasi serta mengimbangi ilmu-ilmu lain yang mereka pelajari. Pendidikan Agama Islam di sekolah memuat didalamnya: pertama, PAI bisa menjaga akidah siswa dengan dukungan wawasan keilmuan Islam yang kokoh. Kedua, PAI mampu mengajarkan agama dengan baik, jangan sampai menumbuhkan semangat fanatisme buta, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia. Ketiga, PAI dapat memacu siswa untuk lebih rajin dan pintar, serta kreatif, kritis, dan inovatif. Keempat, PAI bisa menjadikan etika sosial, ada keterpaduan antara personal religiousity dengan sicial religiousity. Kelima, PAI bisa mencetak siswa yang bertanggung jawab, baik terhadap diri, keluargam masyarakat, bangsa dan negara, sebagai infestasi dari sikap bartanggung jawab kepada Allah SWT. Sebagaimana di kutib dalam bukunya Muhaimin, Wijosukarto (1995) mengatakan pendidikan dan pengajaran adalah untuk membentuk manusia muslim yang (1) baik budi dan alim dalam agama (2) luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (ilmu umum) dan (3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.27 26 27
Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : RAhmadhani, 1993), 25. Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), 72.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
71
Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar Konsep dasar Strategi belajar mengajar meliputi dua hal; (1) Menetapkan Spesifikasi dan kualifikasi perubahan prilaku belajar, (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) Norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.28 Ada empat hal masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang diharapkan. Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakuakan itu. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingg mudah difahami oleh peserta didik. Perubahan prilaku dan kepribadian yang abgaimana yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi bisa membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpanganenyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotifasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnyasendiri.29 Keempat, menetapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh manakeberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.30 1. Entering Behavior Siswa Entering Behavior merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah, dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah dimiliki siswa ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-substansial, structuralfungsional maupun behavior. Menurut Abin Syamsuddin, Entering Behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut: a. Secara Tradisional, para guru mulai dengan pertanyaan tentang bahan yang akan diberikan sebelum menyajikan bahan baru. b. Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan mampu mengembangkan instrument pengukuran prestasi belajar dengan mengadakan pra-test sebelum siswa mengikuti program belajar mengajar. 2. Pola-Pola Belajar Siswa Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa kedalam delapan tipe, dimana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar tersebut adalah: (1) Signal learning (belajar isyarat), (2) Stimulus-response learning (belajar stimulus / rangsangan), (3) Chaining (rangkaian / mempertautkan), (4) Verbal 28
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), 222. Ibid, 223. 30 Ibid., 224. 29
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
72
Association (asosiasi verbal), (5) Discrination learning (belajar kriminasi), (6) Concept learning (belajar konsep / pengertian), (7) rule learning (belajar aturan), (8) Problem solving (memecahkan masalah).31 Pola Pengembangan Pendidikan Agama Islam Pola Pembelajaran adalah model yang menggambarkan kedudukan serta peran guru dan pelajar dalam proses pembelajaran. Pada awalnya, pola pembelajaran didominasi oleh guru sebagai satu-satunya sumber belajar, penentu metode belajar, bahkan termasuk penilai kemajuan belajar pelajar. Kondisi tersebut tampak pada pola pembelajaran sebagai berikut:32 Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru
Pelajar
Perkembangan pembelajaran telah mempengaruhi pola pembelajaran. Guru yang semula sebagai satu-satunya sumber belajar, peranannya mulai dibantu media pembelajaran sehingga proses pembelajaran tampak berubah lebih efisien. Pola ini dapat diamati pada diagram berikut : Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru dengan Media
Pelajar
Pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, kuranglah memadai kalau sumber belajar hanya berasal dari guru atau berupa media buku teks atau audio visual. Kondisi ini mulai dirasakan perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan pesan verbal maupun nonverbal. Kecenderungan pembelajaran dewasa ini adalah sistem belajar mandiri dalam program terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar secara khusus yang memungkinkan dapat dipergunakan pelajar secara langsung. Sumber belajar jenis ini lazimnya berupa media yang dipersiapkan oleh kelompok guru dengan tenaga ahli media sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Guru dan ahli media berinteraksi dengan pelajar berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola pembelajaran jenis ini dapat dicermati pada diagram berikut:33 Guru dengan audio visual
Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Pelajar Media
Dalam diagram tersebut terlihat kerjasama guru dengan guru ahli media, sangat membantu kegiatan belajar pelajar dan di sisi lain peran guru dalam pembelajaran terbantu oleh penggunaan media pembelajaran. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas tenaga guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai media pembelajaran. Guru dapat mempersiapkan bahan pembelajaran yang sistematis dan terprogram seperti buku ajar, modul atau media lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pelajar akan lebih mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran. 31
Ibid, 12. Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam, 156. 33 Ibid, 157. 32
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
73
Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru Media
Pelajar
Keempat pola dasar pembelajaran tersebut masih mungkin dikombinasikan supaya proses pembelajaran sebagai suatu sistem dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien. Kombinasi keempat pola dasar pembelajaran tersebut dapat diamati pada diagram berikut :34 Sistem Guru
Tujuan
Guru dengan media
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Pelajar
Guru media Dari diagram tersebut tampak sekali bahwa pola pembelajaran dapat dijalani melalui interaksi antara guru, guru media (media berfungsi guru), dan guru dengan media dengan pelajar. Sumber belajar bagi pelajar bisa berupa guru,media yang dirancang oleh guru, dan guru dengan media yang merupakan suatu sistem dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, kombinasi keempat pola dasar pembelajaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Kurikulum Audio Visual Guru
Guru
Medi a
Guru Media
Pelajar Dalam praktiknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola tersebut saling berbaur dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Secara operasional, penerapan pola pembelajaran tersebut mempunyai ciri pokok, antara lain : 1. Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi. 2. Sistem pembelajaran dan pemanfaatan fasilitas yang merupakan komponen terpadu. 3. Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya (1) perubahan fisik tempat belajar, (2) hubungan guru dan pelajar yang dibantu media, (3) aktifitas peserta didik yang lebih mandiri, (4) perlunya kerjasama lintas disiplin ilmu seperti ahli instruksional, ahli media pembelajaran, (5) perubahan peranan dan kecakapan mengajar, dan (6) keluwesan waktu dan tempat belajar.35 Dari model seperti itu selain ditunjang dengan adanya media ataupun sumber belajar lain, disini kebeadaan guru juga harus bisa menyeimbangkan antar materi yang akan disampaikan dengan keahlian yang dimiliki, karena hal ini sangat membantu dalam proses pembelajaran. 34 35
Ibid, 158. Ibid, 158.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
74
Arah Pengembangan Pendidikan Agama Islam Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa “tujuan Tuhan menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah kepada-Nya” ibadah itu menckup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal perbuatan, pemikiran ataupun perasaan, yang senantiasa ditujukan/diarahkan kepada Allah SWT. Tujuan Tuhan menciptakan manusia ini kemudian dijadikan sebagai tujuan akhir dari kegiatan pendidikan Islam. Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para Ulama’ berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “untuk beribadah kepada Allah SWT. Misalnya : 1. Muhammad Munir Mursyi, dalam bukunya Al-tarbiyah al-Islamiyah Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad al-‘Arabiyah menyatakan “wa tuhdafu al-Tarbiyah al-Islamiyah ila tansyi’ah al-Insan alladzi ya’budullaha wa yahsyahu” (pendidikan Islam itu diarahkan kepada peningkatan manusia yang menyembah kepad Allah dan takut kepada-Nya). 2. Ali Asyraf, dalam bukunya “New Horizon in Muslim Educatian” menyatakan bahwa para sarjana muslim yang bertemu di Konferensi Dunia Pertama tentang pendidikan Islam, mereka berpendapat: “The Ultimate aim of muslim education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of the individual, the community and humanity at large” (Tujuan akhir dari pendidikan Islam terletak pada perwujudan penyerahan diri atau ketundukan yang mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya). 3. Abdul Fattah Jala, dalam bukunya “Min al Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam menyatakan: “Kana al-Hadaf al-Kulli li al-Tarbiyah fi al-Islam i’dadu al-Insan al-‘Abid alladzi tanthabiqu ‘alaihi shifat allati athlaqqaha Allah Subhanahu wa Ta’ala ‘Ibad al-Rahman” (Tujuan umum pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia yang beribadah atau ‘Abid, yaitu manusia yang memiliki sifat-sifat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Ibadurrahman atau hamba Allah yang mendapat kemuliaan).36 Sifat-sifat Hamba Allah yang mendapat kemuliaan itu secara terperinci dijelaskan dalam Q.S Al Furqan 63-77 “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”37 Langkah Peningkatan Prestasi Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, usaha dalam meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan mutu, dengan prinsip bahwa setiap sekolah berkesempatan untuk menampilkan keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah. Keempatnya adalah School Review, Quality Assurance, Quality Control, dan Bechmarking.38 1. School Review School Review adalah proses yang di dalamnya seluruh komponen sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak yang relevan, khususnya orang tua siswa dan tenaga professional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan School Review diharapkan akan dapat ditemukan jawaban atas pertanyaan dibawah ini.39 36
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam....., 48. Al-Qur’an dan Terjemahnya......., 366. 38 Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah....., 151. 39 Ibid., 155. 37
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
75
a. b. c. d. e.
Apa yang hendak dicapai oleh sekolah sesuai dengan tuntutan orang tua dan masyarakat. Apa yang perlu dilaksanakan sekolah dalam tiga atau empat tahun mendatang. Bagaimana hasil pencapaian belajar. Faktor-faktor apa yang menghambat pencapaian belajar siswa secara maksimal. Faktor-faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Secara hakikat School Review diharapkan akan dapat menghasilkan suatu laporan yang membeberkan tentang kelemahan, kekuatan dan prestasi sekolah serta memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan sekolah pada masamasa mendatang. 2. Quality Assurance Dari data tentang School Review itu, kita dapat berusaha untuk melangkah agar rata-rata kondisi guru lebih baik, langkah tersebut dapat ditempuh dengan Quality Assurance. Quality Assurance bersifat proses oriented. Asumsinya, jika proses yang ideal telah ditempuh dalam suatu kegiatan, maka dapat diharapkan out putnya akan maksimal pula. 3. Quality Control Quality Control adalah suatu system untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar kualitas ini bersifat relative dan dapat diciptakan oleh masing-masing sekolah. 4. Benchmarking Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu standar baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfleksikan dari realitas ada. Langkah-langkah Benchmarking: a. Memilih sekolah yang mempunyai aktivitas dengan indicator yang lebih baik, sebagai standar. b. Membandingkan indicator sekolah sendiri dengan indicator sekolah yang baik (lain). c. Menetapkan gap antara indicator sendiri dengan indicator yang baik (sekolah lain). Tujuannya untuk mendapatkan perbedaan antara keadaan sekolah sendiri dengan sekolah standar. d. Menentukan sasaran dan target yang akan dicapai dalam jangka waktu tiga atau empat tahun mendatang. e. Merumuskan cara-cara agar skor indicator sekolah sendiri meningkat mendekati skor sekolah yang baik (sekolah lain). f. Menyusun program40 Penutup Dari urain singkat diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan strategi pengembangan pendidikan agama Islam ini perlu adanya program yang terencana dan sehingga dalam pelaksanaannya sekolah bisa menciptakan suasana lingkungan sekolah yang mencerminkan situasi yang Islami. Seperti: perilaku masyarakat sekolah yang baik, berbudi pekerti yang luhur, sikap toleran antar sesama, dan sebagainya. Dengan adanya program tersebut, maka banyak strategi ataupun cara yang ditempuh untuk mewujudkan program pengembangan pendidikan agama Islam tersebut, salah satunya adalah penyususnan program sekolah serta adanya perbaikan yang terus diupayakan pihak sekolah di berbagai bidang yang ada di lingkup sekolahan tersebut. Perbaikan ini tidak hanya pada sisi kualitas sumber daya manusianya saja, akan tetapi juga pada bidang perangkat atau alat kegiatan pendidikan, seperti kurikulum, strategi pembelajaran, baik yang diterapkan di dalam maupun luar kelas, sarana prasarana pendukung, dan lain sebaginya. Pelaksanaan strategi pengembangan 40
Ibid, 157.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
76
pendidikan agama Islam diterapkan di dalam kelas, yaitu menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan efisien dengan memenej dan memodifikasi kegiatan belajar mengajar oleh guru, selain itu juga ada yang diterapkan di lingkungan luar kelas, yaitu dengan memberi contoh yang baik serta menciptakan hubungan antar sesama secara harmonis, hal ini dengan harapan apa yang telah diterima siswa di dalam kelas dapat diaplikasikan dalam prilaku keseharian siswa. Dalam prakteknya, strategi pengembangan pendidikan agama Islam ini harus dilaksanakan oleh semua guru dan semua siswa yang ada di lembaga tersebut, dan tidak hanya dibebankan pada guru agama Islam saja, selain itu juga melibatkan pihak-pihak lain yang ikut berkompeten dalam rangka ikut mengembangkan pendidikan agama Islam. Faktor yang mendukung serta menghambat pelaksanaan strategi pengembangan pendidikan agama Islam sangat berfariasi diantaranya sebagai berikut: Faktor pendukung; Kegiatan sekolah yang mendukung, tata tertib yang tegas dan disiplin, guru yang berkualitas, lingkungan sekolah yang kondusif, ekstrakurikuler yang mendukung, sarana dan prasarana sekolah, perpustakaan, audio visual dan laboraotrium yang memadai, semangat para siswa. Demikain juga faktor yang menghambat kegiatan tersebut adalah; Latar belakang siswa, Kemampuan penangkapan siswa yang heterogen, kesadaran siswa untuk berdisiplin, pihak guru yang terkadang teledor/lalai, arus informasi yang semakin bebas. Prestasi PAI yang dimiliki siswa- dalam bidang akademik khususnya dalam pendidikan agama Islam hasilnya cukup baik. Dengan demikian, strategi pengembangan pendidikan agama Islam telah membuahkan hasil, ini terbukti pada perolehan hasil nilai akhir ujian. Selain itu untuk mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran salah satunya dengan melihat nilai hasil test ataupun ujian. Terlepas dari itu, memang ada sebagian siswa yang kurang berminat serta kurang bisa menerima dan mencerna materi-materi pendidikan agama Islam yang disampaikan guru, sehingga nantinya berakibat pada perolehan hasil nilai akhir ulangan siswa. Disisi lain prestasi yang hendak dicapai tidak hanya pada perolehan nilai akhir yang memuaskan, akan tetapi juga diikuti dengan adanya peruabahan pola prilaku pesrta didik yang lebih mengarah pada kebaikan, seperti tingkah laku saat di sekolah, di rumah dan di lingkungan dimana dia berada. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan agama Islam sedikit banyak telah memenuhi tarjet yang telah ditentukan dan diusahakan. Daftar Rujukan A. Mursal, H.M. Taker, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Jakarta: Al-Ma’arif, 1981. Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 1997 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Surabaya: Abditama, 1997. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Al Huda, 2002. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara,1993. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Departemen Pendidikan Nasional, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Wipress, 2006. Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. Muhaimin dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004. Muhaimin, Pidato Ilmiyah Pengukuhan Guru Besar, 2004. AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
77
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah, Jakarta: Insan Cendekia, 2002. Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Agung, 1991. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: Bina Aksara, 1984. Syaiful Bahri Djamaroh & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2005. Tadjab, dkk, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, Karya Abditama Tim Dosen IKIP Malang, 1981. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Malang: Penerbit: IKIP Malang, 1996. Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dasar-dasar Kependidikan Islam, Surabaya: Abditama, 1996. Tim Redaksi Fokus Media, Standar Nasional Pendidikan, Bandung: Fokus Media, 2005. UUD 1945, Surabaya: Apolo, 2009. UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Wipress, 2006. UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2006. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006. Zainuddin, dkk. Seluk beluk penididikan dari Al-Ghozali, Jakarta :Bumi Aksara, 1991. Zakiyah Deradjat, dkk.. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1996. Zuhairini & Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang : UM Malang bekerja sama dengan Fak. Tarbiyah UIN Malang, 2004. Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, Solo : RAhmadhani, 1993. Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, Bandung: Remaja Karya, 1988.
AKADEMIKA, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013