1
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR
Oleh LIA MEILANI F03400053
2006 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh LIA MEILANI F03400053
2006 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
3
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh LIA MEILANI F03400053 Dilahirkan di Wonosobo, pada tanggal 14 Mei 1981 Tanggal lulus : 01 Februari 2006
Disetujui, Bogor,
Ir. Lien Herlina, M.Sc Pembimbing I
Februari 2006
Ir. Maurits Sinurat Pembimbing II
4
Lia Meilani. F03400053. Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur. Di bawah bimbingan Ir. Lien Herlina, M.Sc dan Ir. Maurits Sinurat. 2006.
RINGKASAN Produk kombinasi karet alam dan serat sabut kelapa kelapa ternyata dapat meningkatkan nilai tambah bagi kedua komoditas ini. Teknik pembuatan serat sabut kelapa berkaret yang berteknologi sederhana dan tepat guna telah ditemukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, sebagai alternatif pengganti busa sintetis menjadi bahan pengisi jok (kursi) dan kasur untuk industri furnitur yang berskala IKM. Produk sebutret mempunyai potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dan dipasarkan, terutama disebabkan oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh sebutret sebagai bahan baku jok dan kasur dibandingkan dengan produk substitusinya yang ada di pasar. Selain itu kebutuhan industri furnitur akan bahan baku pembuat jok dan kasur juga cukup tinggi dan cenderung meningkat yaitu mencapai Rp. 43.561.581.450,- atau 2.692.980 lembar pada tahun 2002 dengan laju permintaan rata-rata mencapai Rp. 2.892.295.526,- atau 174.619 lembar tiap tahunnya (BPS, 2002). Produk sebutret merupakan produk yang baru dikembangkan di Indonesia. Akan tetapi sebenarnya produk sebutret telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan berpegas oleh beberapa negara di luar negeri seperti di India, Srilanka, Filipina dan Thailand, bahkan telah diekspor ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Sejak tahun 2000, kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan produk sebutret telah dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, dan bahkan telah diproduksi dalam skala kecil sesuai dengan permintaan konsumen. Akan tetapi hingga sekarang produk sebutret tersebut belum dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas karena produksinya masih terbatas dan kegiatan pemasaran belum direncanakan atau dilakukan secara optimal. Agar kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan baik perlu disusun strategi pemasaran sebutret. Penyusunan strategi pemasaran sebutret memerlukan kegiatan penelitian berupa riset pemasaran terhadap bahan pembuat jok dan kasur dari busa sintetis yang bermanfaat sebagai masukan dan acuan atau arahan bagi pengembangan strategi pemasaran sebutret. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi strategi pemasaran serat sabut kelapa berkaret yang mencakup segmentasi, targetting dan positioning serta memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Sedangkan tahapan metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi dan memberikan gambaran tentang situasi pemasaran busa sintetis pada industri furnitur, mencari informasi mengenai tingkat kepentingan atribut-atribut bahan pembuat jok dan kasur serta mengetahui nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis sebagai substitusi serat sabut kelapa berkaret. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui survei konsumen produk yang sejenis di Kabupaten dan Kota Bogor dengan metode wawancara (intervew) langsung dan bantuan instrumen berupa kuesioner. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara yang didahului dengan melakukan proses sampling. Proses sampling dilakukan secara bertahap menggunakan metode snowball sampling (pengambilan sampel secara bola salju) dan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dari hasil survei diuji lebih dahulu sebelum diolah selanjutnya untuk menetapkan kuesioner yang
5
valid dan reliabel. Selain itu penelitian juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan studi pustaka melalui buku, proceedings, majalah, literatur, internet ataupun diperoleh dari BPTK, BPS, Deperindag dan Instansi lain yang terkait. Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh informasi bahwa konsumen terbesar bahan pembuat jok dan kasur busa sintetis terdiri atas perusahaan furnitur menengah ke bawah dengan status pemakaian busa terbesar adalah pemakai ringan, dan ukuran pesanan tiap pembelian terbesar adalah perusahaan yang selalu memesan dalam jumlah kecil, serta kriteria pertimbangan terpenting dalam pembelian terbesar adalah kualitas. Selain itu diperoleh juga informasi mengenai bauran pemasaran busa sintetis yang meliputi bauran produk, harga, promosi dan distribusi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hierarchi cluster untuk menganalisis kelompok konsumen, analisis model multiatribut fishbein untuk mengetahui sikap konsumen, analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Treat) untuk menyusun strategi positioning, serta analisis deskriptif untuk acuan arah pengembangan strategi bauran pemasaran sebutret. Dari hasil analisis cluster diperoleh 4 kelompok konsumen yang dibedakan berdasarkan variabel demografi berupa ukuran perusahaan dan variabel pendekatan pembelian berupa kriteria pembelian. Dari keempat kelompok konsumen tersebut yang menjadi target pasar adalah kelompok konsumen dengan ukuran perusahaan menengah ke bawah dan kriteria pembelian berupa kualitas. Strategi positioning yang dilakukan dengan analisis SWOT menghasilkan strategi dalam bentuk ungkapan ”Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman terhadap kesehatan”. Dan dari analisis multiatribut fishbein diperoleh informasi bahwa konsumen memberikan nilai sikap yang ”bagus” terhadap busa sintetis. Pengembangan strategi bauran pemasaran sebutret dilakukan dengan mendisain dari awal dan mendasar, terutama karena sebutret merupakan produk baru yang akan masuk ke pasar industri dalam negeri. Pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yang didasarkan pada strategi pemasaran produk busa sintetis. Strategi bauran pemasaran dengan strategi produk sebutret meliputi pengambilan keputusan mengenai kualitas, bentuk, ukuran, merek, kemasan dan keanekaragaman produk. Strategi bauran pemasaran dengan penetapan harga disarankan agar untuk produk sebutret menggunakan penetapan harga markup yaitu dengan menambahkan markup standar pada biaya produk. Penambahan markup atau keuntungan yang akan diperoleh dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan pasar. Dalam penyusunan strategi bauran promosi perlu diperhatikan kemampuan/anggaran promosi yang dimiliki oleh perusahaan agar diperoleh hasil yang optimal. Untuk perusahaan yang berskala kecil dan menengah atau usaha berbasis kerakyatan yang tidak mempunyai banyak anggaran promosi, penggunaan dan pengoptimalan promosi personal selling merupakan pilihan yang tepat. Sedangkan dalam penentuan strategi distribusi sebutret ada 3 aspek yang dikembangkan dan dipersiapkan dengan matang yaitu sistem transportasi perusahaan, pemilihan saluran distribusi dan penyimpanan barang.
6
Lia Meilani. F03400053. Marketing Strategy Rubberized Coir as Seat and Mattress Material for Furniture Industry. Under direction Ir. Lien Herlina, M.Sc dan Ir. Maurits Sinurat. 2006.
SUMMARY Affiliation of natural rubber and coconut really can improve added value for these commodities. Technique of making rubberized coir (sebutret) as simple and appropriate technology had been found in Bogor Research Centre for Rubber Technology (BPTK), as alternative choice to substitute synthetic foam as filling material for seat (chair) and mattress for middle and small furniture industry. Sebutret has good potency to be developed and marketed as filling materials for seat and mattress industry, because it has more some excellence if compared to substitution product existing in market. Beside that, requirement of raw material for seat and mattress industry is high enough and tend to increase, and had reached Rp. 43.561.581.450,- or 2.692.980 sheet in the year 2002 with average demand rate had reached Rp. 2.892.295.526,- or 174.619 sheet per year ( BPS, 2002). Sebutret is product recently developed in Indonesia. However in fact sebutret had been recognized and used as rescillient substance by some states as India, Srilanka, Thailand And Philippine, even it had been exported to Europe and USA. Since 2000, research, development and utilization of sebutret had been conducted in Bogor Research Centre for Rubber Technology (BPTK), and even it had been produced in small scale as according to consumer demand. However until now sebutret is unpopular and unused by wide society because the production still be limited and the marketing activity not been planned or done yet optimally. In order to do better marketing activity, it was necessary to be compiled sebutret marketing strategy. And sebutret marketing strategy compilation need research activity on synthetic foam as substance of seat and mattress as instruction or reference and input for sebutret marketing strategy development. This research aim is to get rubberized coir marketing strategy formulation including segmentation, targetting and positioning and also compile marketing mix strategy which matching with selected market segment. While method step of this research is to get information and give discription about marketing situation of furniture industry of synthetic foam, searching information about important level of jok and mattress substance attributes, and also to know consumer attitude to synthetic foam as rubberized coir substitution. This research used primary data and secondary data. The primary data was found from consumer survey in Bogor by interview (direct intervew) method using questionnaire instrument. Sampling process was done by using snowball and purposive sampling method. Data found from consumer survey was tested before processing to determine valid and reliabel questionnaire. While secondary data was found from books, proceedings, magazine, literature, internet and also from BPTK, BPS, Deperindag and other related institution.
7
From result of spreading questionnaire it was found information that biggest consumer of synthetic foam as substance of seat and mattress is consisted of middle and small furniture companies with biggest usage status is light user, biggest order size of every purchase is company which always order in minimal number, and most important buying criterion is quality. Beside of that it was also found information about synthetic foam marketing mix including product, price, promotion and distribution. Analysis method used in this research era hierarchi cluster to analyze consumer group, fishbein multiattribute analysis to know consumer attitude, SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Treat) analysis to compile positioning strategy, and descriptive analysis for development reference of sebutret marketing mix strategy. From the result of cluster analysis it was obtained four consumer groups compared by demography variable as company size and by buying approach variable as buying criterion. From fourth of consumer groups selected to be marketing target is consumer group with company size of middle and small companies and buying criterion of quality. Positioning stategy conducted by SWOT analysis yield strategy in the form of expression "Sebutret is elastic, durable, cold and good for health". And from fishbein multiattribute analysis, it was obtained information that consumer assign "good" value attitude for synthetic foam. Development of sebutret marketing mix strategy was conducted by designing from initial and basic, especially because sebutret represents new product in industrial market. This development is conducted by descriptive analysis which relied on synthetic foam marketing mix strategy. The first marketing mix strategy is product strategy including decision making about quality, form, size/measure, brand, tidiness and the product variety. While second marketing mix strategy is pricing. For sebutret pricing it was recommended to use markup pricing, by adding standard markup to product cost. Addition of markup or advantage which will be obtained, can alter or be adapted according to market growth. In compilation of promotion strategy it was required attention to company promotion ability/budget to get optimal result. For middle and small scale company or effort being based on nationality which not have a lot of promotion budget, the use and optimizing of personal selling promotion represent correct choice. While in determination of sebutret distribution strategy there is 3 aspects developed and prepared accurately that is company transportation system, selection of distribution channel and storage.
8
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR Adalah karya asli saya, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, Februari 2006 Yang membuat pernyataan,
Nama : Lia Meilani NRP : F03400053
9
RIWAYAT HIDUP Penulis adalah mahasiswi Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 14 Mei 1981. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara, putri dari pasangan Mulyadi, S.Pd dan Elly Dwiningsih. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Asiyah 1 Wonosobo pada tahun 1989. Kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 6 Wonosobo pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Wonosobo dan lulus pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas pada SMUN 1 Wonosobo dan selesai pada tahun 2000. Setelah lulus dari SMU penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah melaksakan Praktek Lapang (PL) di PT. Tambi, Wonosobo dengan judul “Mempelajari Manajemen Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pemasaran Teh Hitam Di PT. Tambi Wonosobo-Jawa Tengah”. Selain itu penulis juga pernah aktif di beberapa organisasi antara lain Ikatan Santri PPM Al-Innayah I pada tahun 2001-2003, Departemen Infokom DKM Al-Hurriyyah pada tahun kepengurusan 2001-2003, DPC dan DPRa sebuah partai di Darmaga, Barisan Putri Keadilan (Santika) Darmaga, Forum Bina Islami (FBI-Fateta), OMDA Wonosobo dan pernah menjadi Asisten PAI (Pendidikan Agama Islam), Senior Resident (SR) Asrama TPB-IPB pada tahun 2003-2005, guru/tenaga pengajar freelance pada sebuah lembaga pendidikan di Bogor (2005), serta pernah menjadi anggota Relawan Peduli Gempa Tsunami yang terjadi di NAD (Nangroe Aceh Darussalam) pada tahun 2005.
10
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, karunia dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai laporan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karya tulis ini merupakan laporan hasil penelitian dengan judul Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun formulasi strategi pemasaran produk serat sabut kelapa berkaret sebagai bahan jok dan kasur pada industri furnitur sehingga diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan pemasaran produk ini selanjutnya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Lien Herlina, MSc. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan
arahan
kepada
penulis
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Maurits Sinurat selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Faqih Udin, MSc. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak nasihat, masukan, semangat dan bantuan kepada penulis. 4. Ibu Elly Dwiningsih dan Bapak Mulyadi, S.Pd atas dukungan, nasihat, motivasi, kesabaran dan rasa kasih sayangnya serta tak pernah jenuh mendoakan penulis dari awal penulis melaksanakan studi sampai berakhirnnya penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang berlipat ganda. 5. Adekku Fajar Kurniawan dan Deni Mulya Gunawan atas segala kebaikannya semoga Allah SWT menjadikan kalian termasuk orang-orang yang solih dan muslih.
11
6. Dr. Ir. Bonny, P.W. Soekarno, MS., Sugeng H.S., SP., MSi., Ir. Irmansyah, MSi., Arif Hartoyo, STp., MS., Dr.Endar H. Nugraheni, Irma Isnafiah A, SPt, MS dan Dr. Lailan Syaufina atas segala kebaikan, nasihat, semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis. 7. Saudara-saudara seperjuangan Senior Resident Asrama TPB-IPB angkatan 2 dan 3 M Peni, M Ana, M Nita (alm), V-3, Aan, Titin, Rina, Dini, Anisa, Pipit, Lina, Damanah, Elly, Gusti, Yuni, Ella, Jusramadewi, Arfi, Dewi, Eka, Santi, Rini, Yani, Sopiah, Agus, Marhaban, Asgun, Dedi, Supri, Igun, Buset, Febri, Asur, Deni, Zulkifli, Setbud, SBY, Roji, Alpaseno, Eko, Edwin dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kenangan dan kebersamaannya baik dalam suka maupun duka. 8. Rekan-rekan seperjuangan dan sepenanggungan Aan Andriyani, Nurul Maghfiroh, Dwi Meity Handayani, Labia Fajar Oktarini, Puji Rahma, Resya Rhema Malinda, M. Ihsanur, Saini, Ina, M. Tahmid, Panji, Surya, Yulianto dan Firmansyah atas kebersamaannya di jalan dakwah. 9. Rekan-rekan TIN 37 atas segala kebersamaan dan kenangan yang tidak bisa penulis lupakan. 10. Keluarga besar Wisma Al-Fatin (Fitri, Vivi, Yulida, Inu, Tresna dan Aan), Pondok Jaika 90, Al-Iffah, PPM Al-Inayah I, Al-Hurriyah, Santika, FBIFateta, DPC dan DPRa Darmaga, keluarga besar Asrama TPB-IPB serta teman-teman Relawan Indosiar Peduli Gempa Tsunami NAD atas kenangan dan pengalaman suka dan duka yang tidak akan penulis lupakan.
Bogor, Februari 2006
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI
............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ix
PENDAHULUAN
1
...........................................................................
1
A.
LATAR .............................................................
B.
TUJUAN PENELITIAN ........................................................ RUANG
BELAKANG
3 3 4
LINGKUP
............................................................... ............... KELUARAN ........................................................................... TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... SERAT SABUT KELAPA BERKARET ............................... PERAMALAN PERMINTAAN .............................................. KONSEP PEMASARAN ..........................................................
5 5 7 8 8 10 10 12
C.1. SEGMENTASI (SEGMENTATION) .............................. C.2. PENETAPAN TARGET PASAR (TARGETTING) ........
14 17 20
C.3. PENEMPATAN PRODUK (POSITIONING) ................ ..
20
D. BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) ...................
21
E. KONSUMEN INDUSTRI ......................................................
23
F.
23
RISET PEMASARAN ............................................................
21 22 23
13
III.
METODOLOGI .................................................................................
24
A. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................
25
B. PENDEKATAN PENELITIAN
.............................................
27
C. SUMBER DATA ...................................................................
28
D. TATA LAKSANA .................................................................
28
D.1. PENETAPAN TUJUAN PENELITIAN
........................ 29
D.2. STUDI PUSTAKA/LITERATUR ........................................................................... . . ....................................
30
D.4. PERANCANGAN KUESIONER .................................
32
D.5. UJI COBA KUESIONER
..............................................
33
D.6. PENYEBARAN KUESIONER .....................................
33
D.7. PENGOLAHAN DATA ................................................
34
D.3. ANALISIS PELUANG PASAR
D.7.1. ANALISA KELOMPOK (Cluster Analysis) ........ D.7.2. PENGUKURAN SIKAP DENGAN MODEL MULTIATRIBUT FISHBEIN ............................. D.7.3. ANALISIS KARAKTERISTIK PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS
36 36 38
SWOT ................................................................... D.7.4. ANALISIS DESKRIPTIF ...................................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
42
A. PENGUJIAN KETEPATAN KUESIONER ..................................
54
B. PELUANG PASAR SEBUTRET ..................................................
61
C. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KONSUMEN
62
(PERUSAHAAN FURNITUR) YANG MENGKONSUMSI BUSA SINTETIS SEBAGAI SUBSTITUSI SEBUTRET ..........
62
C.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN .......................... C.2. KARAKTERISTIK KONSUMEN ……………….. D. BAURAN PEMASARAN BUSA SINTETIS SEBAGAI SUBTITUSI BAHAN PEMBUAT JOK DAN/ATAU KASUR.........................................................................................
68
14
E. SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN ...................................
76
F. HASIL ANALISIS CLUSTER …………………………….…….
76
G. PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN SEBUTRET…...
76
G.1. STRATEGI PEMASARAN (SEGMENTATION, TARGETTING DAN POSITIONING) ...................... G.2. TAKTIK PEMASARAN (PENGEMBANGAN BAURAN PEMASARAN BERDASARKAN ANALISIS DESKRIPTIF) ...................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. A.
KESIMPULAN
................................................................. ..
B.
SARAN
..................................................................................
VI. DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
78 79
15
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Perbedaan Karakteristik Pasar Bisnis dengan Pasar Konsumen ..
15
Tabel 2.
Jenis riset untuk identifikasi dan pemecahan masalah ………….
18
Tabel 3.
Nilai dan jumlah permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur .............................
34
Tabel 4.
Nama-nama perusahaan furnitur yang menjadi responden …….
37
Tabel 5.
Jenis pekerjaan atau jabatan responden ………………………..
38
Tabel 6.
Jenis kelamin responden .............................................................
38
Tabel 7.
Tingkat usia responden ………………………………………...
38
Tabel 8.
Kelas
Tabel 9.
perusahaan
responden
berdasarkan
jumlah
karyawan/pekerja ……………………………………………….
39
Kelas perusahaan responden berdasarkan tingkat investasi …….
39
Tabel 10. Status pemakaian busa sebagai bahan pembuat jok dan/atau kasur ……………………………………………………………
40
Tabel 11. Ukuran pemesanan tiap pembelian …………………………….
40
Tabel 12. Kriteria
terpenting
yang
menjadi
pertimbangan
dalam
pembelian busa ………………………………………………….
41
Tabel 13. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang biasa digunakan oleh responden ………………………………………………………
43
Tabel 14. Kualitas busa sintetis yang digunakan oleh responden dan kelebihan serta kekurangannya menurut responden …………...
45
Tabel 15. Pembelian busa sintetis pada perusahaan yang sama …………...
47
Tabel 16. Alasan responden beralih perusahaan tempat pembelian ………
47
Tabel 17. Kesetiaan responden terhadap busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur …………………………………………
49
Tabel 18. Alasan yang mendorong responden beralih pada produk baru alternatif pengganti atau subtitusi busa sintetis ……………….
49
Tabel 19. Harga beli responden terhadap busa sintetis menurut kualitasnya ……………………………………………………..
50
16
Tabel 20. Penerimaan harga busa sintetis oleh responden ………………..
52
Tabel 21. Penerimaan harga produk baru pengganti busa sintetis yang terbuat dari bahan hasil alam (non sintetis) ................................ Tabel 22.
52
Sumber informasi responden mengenai produk busa sintetis/ bahan pembuat jok dan kasur …………………………………..
53
Tabel 23. Bentuk promosi yang paling disukai responden untuk bahan pembuat jok dan kasur .................................................................
53
Tabel 24. Tempat responden dalam membeli busa sintetis ………………..
54
Tabel 25. Nilai pembobotan evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum .
55
Tabel 26. Tingkat Penilaian/Keyakinan konsumen terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis ………………...
56
Tabel 27. Nilai sikap konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis oleh 32 responden di Kabupaten dan Kota Bogor ……………………………………..
58
Tabel 28. Nilai sikap maksimum konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum oleh 32 responden di Kabupaten dan Kota Bogor dan selisihnya terhadap nilai sikap konsumen ……………………………………………………….
59
Tabel 29. Rentang Skor Nilai Sikap Konsumen dan Posisi Sikap Konsumen terhadap Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur Secara Umum …………………………………………………
60
Tabel 30. Kelompok Konsumen Bahan Pembuat Jok dan Kasur Berdasarkan Variabel Demografi dan Pendekatan Pembelian ....
61
Tabel 31. Formulasi strategi pemasaran (segmentasi, targetting dan positioning) produk sebutret ……………………………………
68
17
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum ...............
6
Gambar 2.
Diagram alir kerangka tata laksana penelitian …………………
22
Gambar 3.
Diagram matrik SWOT ………………………………………..
31
Gambar 4. Kurva Prakiraan Jumlah Permintaan Busa Sintetis Sebagai Bahan Pembuat Jok dan Kasur oleh Industri Furnitur ..………... Gambar 5.
35
Kurva Prakiraan Jumlah Permintaan Busa Busa Sintetis Sebagai Bahan Pembuat Jok dan Kasur oleh Industri Furnitur .................
35
Gambar 6.
Diagram matrik SWOT produk sebutret ……………………….
64
Gambar 7.
Saluran distribusi untuk serat sabut kelapa berkaret ...................
75
Gambar 8.
Gambar sebutret ...........................................................................
83
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran 1. Gambar sebutret ....................................................................
83
Lampiran 2. Contoh kuesioner panduan wawancara konsumen industri ..
84
Lampiran 3. Angka kritik nilai r ................................................................
90
Lampiran 4. Hasil uji validitas kuesioner ………………………………..
91
Lampiran 5. Hasil uji reliabilitas kuesiner ……………………………….
100
Lampiran 6.
Daftar
perusahaan-perusahaan
pembuat
furnitur
di
Kabupaten dan Kota Bogor ………………………………...
101
Lampiran 7.
Daftar profil responden …………………………………….
104
Lampiran 8.
Daftar kualitas busa yang digunakan oleh responden beserta kekurangan dan kelebihannya menurut responden ...............
Lampiran 9.
107
Perhitungan SPSS analisis kelompok berdasarkan variabel demografis dan pendekatan pembelian …………………….
110
19
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Produk kombinasi karet alam dan serat sabut kelapa ternyata dapat meningkatkan nilai tambah bagi kedua komoditas ini. Sekarang telah ditemukan teknik pembuatan serat sabut kelapa berkaret yang berteknologi sederhana dan tepat guna sebagai alternatif pilihan pengganti busa karet alam dan busa sintetis khususnya sebagai bahan baku pembuatan jok (kursi) dan kasur pada industri furnitur. Penggunaan busa karet alam atau busa sintetis pada industri furnitur selama ini cukup luas mulai dari bantalan kasur dan kursi dalam rumah tangga serta tempat-tempat umum seperti hotel, rumah makan, kantor, rumah sakit dan lain-lain (Kusnata & Budiman, 1975). Namun demikian, busa karet alam dan busa sintetis memilki beberapa kekurangan. Busa karet alam memiliki kelemahan selain berat juga harganya sangat tinggi. Sedangkan busa sintetis memiliki sifat membangkitkan panas jika digunakan, kurang aman terhadap kesehatan, elastisitas rendah, kurang ramah lingkungan dan memiliki potensi kenaikan harga karena bahannya terbuat dari minyak bumi yang harganya akan cederung meningkat dan tidak dapat diperbaharui. Serat sabut kelapa berkaret (sebutret) sebagai alternatif bahan baku pembuat jok dan kasur, memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan produk substitusinya (terutama busa sintetis). Kelebihan-kelebihan yang dimiliki sebutret antara lain relatif lebih ringan, bersifat sejuk dan dingin karena terbuat dari bahan alami dan rongga lebih besar, tahan terhadap air dan bakteri karena serat telah dibalut oleh lapisan karet, tidak banyak menampung debu, tidak berisik karena mampu meredam bunyi, mempunyai elastisitas/kepegasan yang lebih baik karena terbuat dari bahan dasar lateks/karet dan kerapatannya/densitasnya dapat divariasi (Sinurat, 2003). Produk sebutret ini mempunyai potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dan dipasarkan, terutama sebagai bahan baku pembuatan jok dan
20
kasur pada industri furnitur. Hal ini disebabkan oleh sebutret mempunyai beberapa keunggulan sebagai bahan baku jok dan kasur jika dibandingkan dengan produk busa yang sekarang ada di pasar. Selain itu industri furnitur cukup banyak dan menyebar di hampir seluruh daerah di Indonesia sehingga kebutuhan industri furnitur akan bahan baku pembuat jok dan kasur ini cenderung meningkat dengan jumlah yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp. 43.561.581.450,- atau 2.692.980 lembar pada tahun 2002 dengan laju permintaan rata-rata mencapai
Rp.
2.892.295.526,- atau 174.619 lembar tiap tahunnya (BPS, 2002). Sebenarnya produk sebutret ini telah dikenal dan banyak dimanfaatkan oleh beberapa negara di luar negeri sepert di India, Srilangka, Philipina dan Thailand, bahkan telah diekspor ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Sejak tahun 2000 penelitian, pengembangan dan pemanfaatan produk sebutret telah dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, dan bahkan telah berproduksi dalam skala kecil sesuai dengan permintaan konsumen. Akan tetapi hingga sekarang produk sebutret belum dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas, hal ini diperkirakan disebabkan oleh sebutret yang diproduksi masih dalam jumlah terbatas oleh Balai Penelitian Teknologi Karet dan kegitan pemasaran belum direncanakan dan dilakukan secara optimal. Agar sebutret dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat maka perlu dilakukan penyusunan atau perancangan strategi pemasaran. Dengan perancangan strategi pemasaran sebutret diharapkan dapat dijadikan acuan strategi pemasaran bagi investor atau pengusaha yang ingin mengembangkan produk sebutret. Pengembangan produk sebutret ini mempunyai dampak yang baik karena selain berbasis agroindustri yang sejalan dengan kebijakan pemerintah, produk ini juga berbasis kerakyatan sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya petani karet dan kelapa yang mengembangkan produk ini. Keuntungan lainnya adalah produk sebutret menggunakan bahan baku serat sabut kelapa yang selama ini jarang dimanfaatkan bahkan sering dianggap sebagai limbah, sehingga dengan pengembangan produk sebutret ini akan dapat meningkatkan nilai tambah serat sabut ataupun tanaman kelapa.
21
B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Memformulasikan strategi pemasaran produk serat sabut kelapa berkaret, yang mencakup segmentasi, targetting dan positioning. 2. Memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju.
C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis terhadap pasar untuk memberikan gambaran mengenai situasi pemasaran substitusi serat sabut kelapa berkaret khususnya busa sintetis pada industri furnitur, mencari informasi mengenai tingkat kepentingan atribut-atribut bahan pembuat jok dan kasur menurut konsumen secara umum dan mengetahui nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis sebagai substitusi serat sabut kelapa berkaret dengan model Fishbein. Dari informasi yang diperoleh dan dari hasil analisis pasar diatas maka akan ditentukan strategi pemasaran yang tepat meliputi segmentasi, targetting dan positioning serta pengembangan strategi bauran pemasaran yang sesuai untuk produk sebutret. Wilayah survey yang dianalisa adalah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Unit penarikan sampelnya adalah perusahaan–perusahaan furnitur yang menggunakan busa sintetis untuk membuat jok dan kasur. Sedangkan target responden atau sering disebut unsur atau elemen penarikan sampel adalah para pengambil keputusan di perusahan-perusahaan furnitur tersebut. Dalam riset pemasaran untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan, responden dilibatkan dalam suatu wawancara. Sedangkan untuk membantu dan memudahkan proses wawancara digunakan instrumen riset berupa kuesioner.
22
D. KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa informasi, wawasan dan pemahaman mengenai situasi pemasaran substitusi serat sabut kelapa berkaret khususnya busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Selain itu juga diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan strategi pemasaran produk sebutret pada industri furnitur, mulai dari segmentasi pasar, penentuan target pasar/pasar sasaran yang dituju, positioning produk sebutret dan strategi bauran pemasaran produk sebutret. Keluaran ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih berupa informasi pemasaran bagi Institusi Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) dan para investor atau pengusaha yang ingin mengembangkan usaha sebutret.
23
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.SERAT SABUT KELAPA BERKARET Sebutret merupakan serat keriting dari sabut kelapa yang dibalut dan diikat dengan karet dari lateks pekat. Produk sebutret ini merupakan bahan berpegas yang dapat menggantikan fungsi produk yang sejenis seperti karet spons, karet mikroseluler, dan karet busa. Adapun proses pembuatan sebutret disajikan pada gambar 1, sedangkan bentuk dan gambar sebutret disajikan dalam lampiran 1. Menurut BPTK (2003) sebutret memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan jika dibandingkan dengan karet busa (busa alam), hal ini disebabkan oleh subutret terdiri atas karet dan serat-serat bergelombang yang memiliki pori-pori (rongga) yang besar. Produk sebutret dapat dibuat dengan kerapatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan sehingga berat tiap volum (density) sebutret juga berbeda-beda. Sebutret mempunyai kepegasan yang baik, sejuk dan dingin karena terbuat dari karet alam dan memiliki rongga yang besar, tahan terhadap air dan bekteri karena serat telah dibalut oleh karet, bebas dari segala macam kutu dan serangga, tidak berdebu seperti kapuk dan pemakainnya tidak berisik karena mempu meredam bunyi (Sinurat, 2003). Menurut Sinurat (2003), di beberapa negara, sebutret atau rubberized coir telah diproduksi dan banyak dimanfaatkan bahkan juga digunakan untuk jok mobil mewah seperti Mercedes dan BMW. Penggunaan sebutret diperkirakan akan lebih berpeluang lagi jika diarahkan bagi masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran dan industri antara lain untuk bahan jok kursi dan kasur. Sebutret belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam negeri karena belum dikenal oleh masyarakat luas. Selama ini informasi mengenai sebutret dapat diketahui oleh kalangan tertentu hanya melalui pertemuan, pameran, media massa atau televisi dan secara lisan. Meskipun harga sebutret relatif lebih tinggi dari harga rata-rata busa sintetis, namun harga sebutret diperkirakan masih dapat diturunkan dengan mengurangi biaya produksi terutama dengan meningkatkan kapasitas produksi dan penganekaragaman produksi sebutret (Sinurat, 2003).
24
Serat Keriting Kompon lateks
Lapisan tipis serat di dalam cetakan
Penyemprotan secara tipis pada seluruh bagian serat sabut kelapa (penyemprotan awal)
Pengadukan 2-3 menit
Pengeringan
Penyemprotan ulang sit tipis (penyemprotan lanjutan)
Penumpukan lapisan tipis
Lapisan tebal
Pengempaan dalam cetakan
Vulkanisasi dalam oven dengan suhu 100-1100C selama 60-75 menit
Pemotongan
SEBUTRET
Uji Sifat Fisik
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum BPTK Bogor, 2003
25
B. PERAMALAN PERMINTAAN Menurut Machfud (1999), peramalan permintaan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melihat peluang pasar di waktu yang akan datang. Peluang pasar terutama untuk produk baru yang akan dipasarkan, sangat penting untuk diketahui. Hal ini disebabkan berapapun barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan harus dapat diserap oleh pasar. Menurut Machfud (1999), metode peramalan terdiri dari beberapa tipe dasar yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Peramalan permintaan dengan menggunakan metode kualitatif dilakukan berdasarkan penilaian dan pendapat secara subjektif dari orang-orang yang dianggap berkompeten. Sedangkan peramalan permintaan dengan metode kuantitatif dilakukan berdasarkan informasi data masa lalu. Menurut Makridrakis et al (1995), peramalan kuantitatif dapat diterapkan jika tersedia tentang informasi masa lalu. Untuk meramalkan permintaan produk baru seperti sebutret, untuk menduga nilai permintaan yang akan datang dapat dilakukan dengan melihat data masa lalu produk yang sejenis atau substitusinya (Husnan dan Suwarso, 1999). Berdasarkan informasi tersebut diasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan yang membentuk pola data masa lalu akan berlanjut di masa mendatang. Beberapa metode yang digunakan untuk meramalkan diantaranya metode perataan (average) dan metode pemulusan (smoothing) eksponensial. Hal yang perlu diingat adalah bahwa kegiatan melakukan peramalan permintaan tidaklah dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengukur permintaan di masa yang akan datang secara pasti, melainkan sekedar usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang berlawanan antara keadaan yang sesungguhnya terjadi di kemudian hari dengan apa yang menjadi hasil peramalan. Dengan kata lain, hasil maksimal dari kegiatan peramalan adalah melakukan minimisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang (Husnan & Suwarsono, 2000).
26
C. KONSEP PEMASARAN Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial yang didalamnnya individu dan kelompok/organisasi mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Sedangkan manajemen pemasaran adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan pengendalian aktivitas-aktivitas pemasaran untuk memudahkan dan melancarkan ekspedisi secara efektif dan efisien. Proses pemasaran sendiri terdiri dari analisis peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran. Kegiatan pemasaran sekarang ini sedang beralih dari pemasaran massal (mass marketting) dan diferensisasi produk (product variety marketting), ke arah pemasaran sasaran (target marketting), karena dengan pemasaran sasaran perusahaan
lebih
mudah
dalam
mengenali
peluang-peluang
pasar
dan
mengembangkan bauran pemasaran yang lebih tepat dan efektif. Pemasaran sasaran dimulai dengan memisahkan pasar ke dalam segmen-segmen yang lebih homogen, kemudian perusahaan memilih satu atau lebih segmen yang potensial, yang pada akhirnya perusahaan mengembangkan bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dipilih. Strategi pemasaran sasaran mencakup segmentation (segmentasi), targetting (penentuan pasar sasaran), dan positioning (penentuan posisi pasar). Tiga langkah utama ini merupakan jantung dari pemasaran strategis modern, yang dapat menjabarkan rencana apa yang harus dikerjakan (what to do) unit-unit bisnis, untuk mencapai sasaran perusahaan, saaran pasar atau sasaran produk yang menjadi tujuan yang hendak dicapai (Kartajaya, 1996).
C.1. Segmentasi (Segmentation) Segmentasi (segmentation) adalah langkah pertama dalam pengembangan strategi pemasaran. Segmentasi merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan
27
memilah-milah kelompok pembeli yang heterogen kedalam kelompok pembeli yang lebih homogen untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan (Kotler, 1997). Analisa segmentasi pasar merupakan inti dari elemen strategi pemasaran. Analisa segmentasi merupakan usaha untuk membedakan kelompok-kelompok konsumen dan kebutuhannya. Dari hasil analisis segmentasi ini kita dapat memilih pasar sasaran, mencari peluang, merumuskan pesan-pesan komunikasi, menganalisis perilaku konsumen dan sebagainya. Dengan melakukan segmentasi perusahaan dapat menciptakan penawaran produk atau jasa yang lebih selaras dan mengenakan harga yang pantas bagi kelompok sasaran tertentu. Pemilihan saluran distribusi dan saluran komunikasi menjadi jauh lebih mudah. Perusahaan juga mungkin menghadapi lebih sedikit pesaing dalam segmen tertentu (Kotler, 1997). Menurut Kotler (1997) segmentasi pasar dibagi menjadi 2 jenis yaitu segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar bisnis. Variabel utama dalam melakukan segmentasi pasar konsumen adalah faktor geografis, demografis dan psikografis.
Sedangkan
pasar
bisnis
dapat
juga
disegmentasi
dengan
menggunakan variabel yang sama dengan yang digunakan untuk segmentasi pasar konsumen, namun pasar bisnis juga dapat menggunakan beberapa variabel lain seperti manfaat yang dicari, tingkat pemakaian, variabel operasi, pendekatan pembelian, faktor situasi dan karakteristik pribadi. Ada beberapa dasar untuk melakukan segmentasi, akan tetapi tidak semua segmentasi itu bermanfaat. Agar segmentasi dapat bermanfaat maka segmen-segmen pasar haruslah: 1.
Dapat diukur : ukuran, daya beli dan profil segmen dapat diukur.
2.
Besar : segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani.
3.
Dapat diakses : segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
4.
Dapat dibedakan :segmen-segmen sacara konseptual dapat dipisahpisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program bauran pemasaran yang berbeda.
5.
Dapat diambil tindakan : program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut
28
C.2. Penetapan Target Pasar (Targetting) Penetapan target pasar (targeting) adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target pasar (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Pasar sasaran potensial dapat dilihat dari segi besarnya pasar, daya beli dan kemampuan pasar untuk melayani. (Sitanggang, 2000). Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasarnya, ia harus mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan mana yang akan dibidik. Dalam menentukan segmen pasar yang akan dibidik selain memperhatikan faktor daya tarik segmen seperti ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, skala ekonomis dan resiko rendah perusahaan juga harus memperhatikan faktor sumberdaya perusahaan (Kotler, 1997). Menurut Clancy & Schulman (1991), ada empat kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pasar sasaran yang optimal yaitu : a. Pasar sasaran harus responsif terhadap produk dan program-program pemasaran yang dikembangkan. b. Potensi penjualan harus cukup luas c. Pertumbuhan memadai. d. Jangkauan media yang baik.
C.3. Penempatan Produk (Positioning) Penetapan posisi pasar (Positioning) adalah membentuk citra dan menempatkan produk di benak konsumen dengan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk perusahaan dengan produk lain di pasar. Positioning tidak dilakukan terhadap produk tetapi terhadap alam pikiran prospek sehingga harus dilakukan observasi atau survei terhadap konsumen yang bertujuan untuk menyusuaikan minat yang terdapat dalam pikiran konsumen dengan produk (Ries dan Trout, 1992). Positioning ini tentu saja bukan dilakukan kepada semua konsumen akan tetapi hanya kepada konsumen yang segmennya telah dipilih.
29
Positioning merupakan sebuah mindgame yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat. Menurut Umar (1997), dalam menjalankan strategi penentuan posisi pasar, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu : a. Mengidentifikasi seperangkat keunggulan kompetitis sebagai dasar untuk membangun posisi. b. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat. c. Secara efektif mengkomunikasikan dan menyerahkan posisi yang dipilih kepada konsumen sasaran. Menurut Kotler (1997), strategi penentuan posisi dapat diupayakan melalui berbagai cara, yaitu: 1. Penentuan posisi menurut atribut : Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaannya. 2. Penentuan posisi menurut pesaing : Disini produk memposisikan diri sebagai lebih baik dari pesaing yang disebutkan namanya atau tersirat. 3. Penentuan posisi mutu/harga : Disini produk diposisikan sebagai yang menawarkan nilai terbaik. 4. Penentuan posisi menurut manfaat : Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu. 5. Penentuan
posisi
menurut
penggunaan/penerapan
:
Ini
berarti
memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan. 6. Penentuan posisi menurut pemakai : Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai. 7. Penentuan posisi menurut kategori produk : Disini produk diposisikan sebagai pemimpin di suatu kategori produk. Menurut Kotler (2002) secara umum, perusahaan harus menghindari empat bentuk kesalahan utama dalam penentuan posisi, yaitu: (1) Penentuan posisi yang kurang (underpositioning): Perusahaan menyadari bahwa pembeli hanya memiliki gagasan yang samar tentang merek mereka. (2) Penentuan posisi yang berlebihan (overpositioning): Pembeli mungkin memiliki citra yang terlalu sempit terhadap merek.
30
(3) Penentuan posisi yang membingungkan (confused positioning): Pembeli mungkin memiliki citra yang membingungkan tentang merek karena perusahaan terlalu banyak membuat pengakuan atau terlalu sering mengubah posisi merek tersebut. (4) Penentuan posisi yang meragukan (doubtful positioning): Pembeli mungkin sukar mempercayai pengakuan dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri khusus, ataupun pengaruh dari perusahaan pembuat produk itu sendiri. Setelah mengidentifikasi seperangkat keunggulan kompetitif dan memilih keunggulan
kompetitif
yang
tepat,
langkah
selanjutnya
adalah
mengkomunikasikan dan menyerahkan posisi yang dipilih kepada konsumen. Menurut Kotler (2002) dalam mengkomunikasikan posisi yang dipilih kepada konsumen dapat dilakukan dengan membuat petunjuk fisik pada produk yang ditawarkan sesuai dengan posisi yang ditawarkan serta mengkominukasikannya dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, personal selling atau pemasaran langsung.
D. BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan sejumlah variabel pemasaran yang terkontrol oleh perusahaan dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan pada konsumen (Husnan dan Suwarsono, 1999). Bauran pemasaran (marketing mix) dibedakan dalam empat komponen utama yang lazim disebut dengan 4P yakni: a. Produk (product) b. Saluran distribusi (place) c. Promosi (promotion) d. Harga (price) Empat komponen utama tersebut mempengaruhi satu sama lain, sehingga semuanya penting sebagai satu kesatuan strategi bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran (Kotler, 1997).
31
Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 1997). Sedangkan strategi produk adalah bagaimana menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju. Strategi produk mencakup keputusan mengenai mutu, pengemasan, pelayanan, ciri khas, nama merk, jaminan dan lain-lain (Kotler, 1997). Harga adalah sejumlah nilai yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Kotler, 1997). Sedangkan menurut Tjiptono (1997), dari sudut pandang konsumen harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat. Strategi harga meliputi berbagai aspek yaitu biaya produksi, laba usaha dan tingkat kompetisi (Stanton dan Lamarto, 1994). Tujuan dari strategi harga adalah mencapai keseimbangan antara laba usaha dengan tingkat kepuasan pelanggan, disamping tujuan untuk memaksimumkan laba, memperoleh pangsa pasar tertentu dan mencapai tingkat penjualan yang sesuai dengan perencanaan. Strategi penetapan harga tergantung kepada tujuan perusahaan, yaitu peningkatan harga untuk peningkatan penjualan, penetapan harga menghadapi kompetitor atau penetapan harga untuk mengacaukan pasar (Kotler, 1997). Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai ke titik konsumsi (Stanton dan Lamarto, 1994). Strategi distribusi berkaitan dengan pemilihan saluran yang akan digunakan dalam mencapai pelanggan. Saluran distribusi yang dipilih dapat berupa distribusi langsung, tak langsung atau kombinasi keduanya. Pemilihan dari strategi distribusi tergantung pada karakteristik produk, perilaku konsumen, kemampuan penjualan, serta letak pasar sasaran sehingga dapat dipilih saluran distribusi yang efektif (Kotler, 1997). Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk menyampaikan posisi produk kepada konsumen atau mengarahkan seseorang/
32
organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Melalui kegiatan promosi diharapkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan serta lebih meningkatkan keterkenalan suatu produk. Strategi promosi merupakan pilihan terhadap sarana promosi seperti advertising, penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (publicity) dan pemasaran langsung (direct marketing) (Kotler , 1997).
E. KONSUMEN INDUSTRI Konsumen industri atau yang sering disebut sebagai konsumen menengah atau konsumen bisnis adalah suatu organisasi yang membeli suatu produk, biasanya dalam jumlah yang relatif besar, untuk dijual lagi atau diproses lebih lanjut menjadi barang lain. Konsumen menengah atau konsumen bisnis ini bervariasi, baik dalam hal jumlah maupun sektor di mana mereka bekerja dan berusaha, meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah konsumen akhir, akan tetapi kalau dibandingkan dengan volume permintaan konsumen akhir dan menengah maka permintaan akan relatif sama, karena volume konsumsi para konsumen menengah ini pada umumnya relatif besar. (Asri, 1991). Pasar industri adalah pasar yang di dalamnya terdiri dari konsumen industri. Pasar industri adalah bagian dari pasar secara keseluruhan yang menyangkut bahan baku, peralatan, barang-barang untuk keperluan industri dan dipakai oleh konsumen industri untuk memproses/menghasilkan barang atau jasa lain yang akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Barangbarang industri ini memiliki apa yang oleh para ahli ekonomi disebut sebagai “derived demand”. Artinya bahwa barang-barang tersebut diperlukan karena dipakai dalam proses produksi barang atau jasa yang masing-masing mempunyai permintaan langsung (primary/direct demand) sendiri-sendiri. Dengan kata lain, permintaan terhadap barang-barang industri adalah tidak langsung dari konsumen akhir (Asri, 1991). Menurut Lamb dan Hair (2001), pada dasarnya pasar konsumen dan pasar bisnis memiliki filosofi dasar dan praktik pemasaran yang sama, akan tetapi
33
terdapat beberapa karakteristik yang berbeda diantara keduanya. Perbedaan karakteristik antara pasar bisnis dan pasar konsumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel.1. Perbedaan karakteristik pasar bisnis dengan pasar konsumen No.
Karakteristik
Pasar Bisnis
Pasar Konsumen
1.
Permintaan
Organisasi
Individu
2.
Jumlah Pembelian
Lebih besar
Lebih Kecil
3.
Jumlah konsumen
Lebih sedikit
Lebih banyak
4.
Lokasi pembeli
Konsentrasi
pada Tersebar
geografis 5.
Struktur distribusi
Lebih bersifat langsung
Lebih bersifat tidak langsung
6.
Sifat pembelian
Lebih profesional
7.
Sifat yang mempengaruhi Beragam
Lebih individu Tunggal
pembelian 8.
Jenis negosiasi
9.
Resiprositas
Lebih kompleks (timbal Ya
Lebih mudah Lebih mudah
balik) 10.
Menggunakan sewa guna Lebih besar
Lebih sedikit
usaha 11.
Metode promosi
Penjualan pribadi
Periklanan
Dalam hal harga, barang industri cenderung untuk bersifat in elastis. Ini juga merupakan salah satu hal yang membedakan perilaku konsumen industri dengan konsumen akhir. Permintaan konsumen industri akan barang-barang industri tidak langsung bereaksi terhadap perubahan harga yang relatif kecil, apalagi bila dibandingkan dengan kebanyakan barang-barang konsumen. Akibatnya fluktuasi harga barang-barang industri lebih sedikit dibandingkan dengan barang-barang konsumen pada umumnya.
34
Menurut Lamb dan Hair (2001), seperti dalam keputusan pembelian di keluarga beberapa orang mungkin memainkan peranan dalam proses pembelian bisnis : 1) Pengambil inisiatif (initiator) : merupakan orang yang pertamakali memberikan saran dalam keputusan pembelian. 2) Pemberi pengaruh/ pelaku evaluasi (Influencers/evaluators) : adalah orang yang mempengaruhi keputusan pembelian. Mereka sering membantu melakukan definisi spesifikasi dan menyediakan informasi untuk pilihan evaluasi. Seorang yang mengerti secara teknis merupakan orang penting dalam ikut mempengaruhi. 3) Penjaga pintu (Gatekeepers) : merupakan kelompok anggota yang memberikan informasi. Secara terus-menerus agen pembelian menjelaskan aturan pada gatekeeping seperti sumber dari wewenangnya. Seorang sekretaris mungkin juga bertindak sebagai gatekeeper melalui pemilihan pemasok mana yang membuat janji dengan para pembelinya. 4) Pengambil keputusan (Decider) : adalah orang yang secara formal atau informal berwenang untuk memilih atau menyetujui pemilihan para suplier atau suatu merek. Dalam situasi yang lebih kompleks, sering sulit untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan terakhir. Menurut Asri (1991), para konsumen industri pada umunya kurang emosional bila dibandingkan dengan kebiasaan membeli (buying habits) pada konsumen akhir. Pada dasarnya kosumen industri akan selalu berusaha untuk mengetahui karakteristik-karakteristik tertentu dari produk yang ditawarkan seperti : 1) Segi ekonomis, baik dalam hal biaya maupun pemakaian. 2) Produktivitas. 3) Keseragaman. 4) Kemudahan-kemudahan yang dimiliki. 5) Kemampuan-kemampuan khusus. 6) Akurasi. 7) Umur ekonomis produk, dan sebagainya.
35
Selain memperhatikan karakteristik produk, konsumen industri juga mempertimbangkan berbagai hal lain menyangkut penjual dan jasa yang disediakan, seperti : 1) Kejujuran penjual dalam menjelaskan kelebihan-kelebihan produk. 2) Kemampuan penjual untuk bersaing dengan produk lain dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan produknya. 3) Kemampuan penjual untuk menyediakan jasa pemeliharaan dan perbaikan secara cepat bagi produk-produk yang sudah dibeli mereka (konsumen industri). 4) Supply yang kontinyu dalam berbagai keadaan. 5) Delivery yang cepat dan tepat. Meskipun kebanyakan pembelian konsumen industri mempunyai motif yang rasionil dan ekonomis, tetapi dalam beberapa keadaan motif emosionil juga tetap timbul. Mereka yang bertindak sebagai purchasing agent, bagaimanapun tetap seorang manusia yang membutuhkan hubungan individuil dengan para supplier. Hubungan yang baik antara penjual dengan puchasing agent ini merupakan salah satu faktor yang mendorong adanya transaksi. Hubungan yang baik diawali oleh pembelian berulang-ulang sebelumnya sehingga rasa kepercayaan sudah ada dan berkembang. Rasa percaya ini diawali oleh pelayanan dan kesungguhan yang ditunjukkan oleh penjual dan tentu saja oleh sifat produk itu sendiri. Dengan demikian kepuasan yang diperoleh konsumen industri akan menjadi faktor pendorong untuk terjadinya pembelian ulang (Asri, 1991).
F. RISET PEMASARAN Riset pemasaran merupakan pendekatan yang sistematis dan obyektif untuk mengembangkan dan mengambil informasi guna pengambilan keputusan di dalam manajemen pemasaran (Kinnear dan Taylor, 1998). Sedangkan menurut Rangkuti (1997), riset pemasaran (Marketing Research) adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Tujuan riset pemasaran adalah :
36
•
Mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara obyektif kenyataan yang ada.
•
Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). “Find it and tell it like it is”.
Hasil dari riset pemasaran ini dapat dipakai untuk masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah, atau untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar. Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), riset pemasaran diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu riset eksploratif (untuk identifikasi masalah) dan riset konklusif (untuk pemecahan masalah). Riset eksploratif dirancang untuk mengadakan penyelidikan awal dari suatu masalah. Disain riset mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan lebih peka terhadap hal-hal yang tidak terduga. Rancangan riset eksploratif bersifat luas dan serbaguna. Data yang digunakan dapat berupa data sekunder ataupun hasil wawancara dengan para ahli atau kelompok. Riset ini cocok untuk menganalisis masalah dan peluang. Riset konklusif memberikan informasi yang dapat mengevaluasi dan menyeleksi rangkaian tindakan. Riset konklusif ini dibagi menjadi dua yaitu riset deskriptif (mendeskripsikan karakteristik pasar) dan kausal (sebab akibat/mengevaluasi serangkaian tindakan). Prosedur riset konklusif ini bersifat formal dan sasaran riset serta kebutuhan informasi didefinisikan dengan jelas. Tabel 2. Jenis riset untuk identifikasi (eksploratif) dan pemecahan masalah (konklusif) RISET UNTUK IDENTIFIKASI
RISET UNTUK PEMECAHAN
MASALAH
MASALAH
Riset potensi pasar.
Riset segmentasi
Riset Pangsa pasar
Riset mengenai produk
Riset kesan
Riset mengenai Harga
Riset karakteristik pasar
Riset mengenai promosi
Riset mengenai Penjualan
Riset mengenai distribusi
Riset trend bisnis
Riset Peramalan
37
Proses riset pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau tahap yang dilakukan dalam melaksanakan riset pemasaran. Kegiatan ini meliputi : (1) penentuan masalah; (2) merumuskan kerangka teori; (3) formulasi desain riset; (4) kegiatan lapangan dan pengumpulan data; (5) persiapan dan analisis data; serta (6) pembuatan laporan dan presentasi (Rangkuti, 1997). Menurut Kotler (2000), dua pilihan instrumen riset dalam mengumpulkan data primer yaitu kuesioner dan instrumen mekanis. Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan yang disajikan kepada responden untuk dijawab. Karena fleksibilitasnya, kuesioner merupakan instrumen yang paling sering dipakai dalam pengumpulan
data
primer.
Kuesioner
harus
dikembangkan,
diuji
dan
disempurnakan dengan cermat sebelum diterapkan dalam skala besar. . Sedangkan data sekunder dapat diperoleh melalui fasilitas internet, perpustakaan, publikasi lembaga-lembaga statistik, majalah ataupun lewat media lainnya. Setelah tahap pengumpulan data maka tahap selanjutnya adalah persiapan dan analisis data, pada tahap ini yang dilakukan adalah editing, koding, transkrip dan verifikasi. Setelah selesai melakukan tahapan-tahapan di atas maka yang terakhir adalah pembuatan laporan hasil penelitian, dengan sistematika yang teratur berdasarkan tahapan yang sudah diuraikan sebelumnya serta penyajian presentasi untuk menjelaskan apa saja yang sudah dilakukan dan informasi yang telah diperoleh ( Rangkuti, 1997).
38
III. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN Produk Serat Sabut Kelapa berkaret merupakan produk baru sebagai alternatif pilihan pengganti karet busa dan busa sintetis khususnya sebagai bahan baku pembuatan jok (kursi) dan kasur. Pengembangan produk sebutret ini memiliki potensi yang sangat bagus mengingat sebutret memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan karet busa alam ataupun busa sintetis, antara lain sebutret dibuat dari bahan-bahan yang belum banyak dimanfaatkan secara (sabut kelapa dan karet), dan bahan baku pembuatan sebutret sangat mudah didapat serta tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Selain itu pengembangan produk sebutret juga sejalan dengan kebijakan pemerintah ke depan yang sangat mendukung kegiatan pengembangan agroindustri. Untuk dapat memasarkan produk sebutret secara optimal maka perlu dilakukan penyusunan suatu strategi pemasaran yang tepat. Dalam menentukan dan merumuskan strategi pemasaran, perlu diketahui sejumlah informasi yang mendukung penyusunan strategi pemasaran agar dapat diperoleh strategi yang tepat dan efisien. Informasi yang dibutuhkan antara lain profil konsumen, evaluasi sikap konsumen terhadap karakteristik atau atribut produk pengganti atau busa sintetis, persepsi dan sikap konsumen terhadap karakteristik atau atribut bahan pembuat jok dan kasur, harga bahan baku pembuat jok dan kasur yang selama ini digunakan oleh konsumen, penerimaan harga oleh konsumen, bentuk-bentuk promosi yang disukai, jalur distribusi yang biasa digunakan dan perilaku konsumen industri. Data dan informasi tersebut diperoleh melalui riset pasar terhadap konsumen bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis. Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diolah untuk memformulasikan strategi pemasaran sebutret. Kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian disajikan pada gambar 2.
39
B. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan riset eksploratoris dan deskriptif Riset eksploratoris dilakukan untuk memberikan wawasan dan pemahaman atas kondisi pemasaran yang akan dihadapi, antara lain memberikan wawasan atau pemahaman tentang alasan konsumen menggunakan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur, memberikan wawasan tentang kelebihan dan kekurangan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur. Sedangkan riset deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan fungsi pasar, antara lain menggambarkan karakteristik kelompok/ segmen konsumen industri furnitur, menggambarkan persepsi konsumen terhadap karakteristik produk/ bahan pembuat jok dan kasur, menggambarkan pola penggunaan produk oleh konsumen industri furnitur, mendeskripsikan pola aliran distribusi produk, mendeskripsikan harga produk busa sintetis dan menggambarkan rentang dan frekuensi perubahan harga dan respon konsumen terhadap perubahan harga itu. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil riset eksploratoris dan deskriptif digunakan sebagai masukan dan acuan untuk pengembangan strategi pemasaran maupun strategi bauran pemasaran (marketing mix) sebutret. C. SUMBER DATA Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jumlah permintaan atau pemakaian busa sintetis oleh industri furnitur. Data sekunder ini kemudian digunakan untuk melakukan prakiraan permintaan bahan pembuat jok dan kasur dan menganalisis peluang pasarnya. Data-data sekunder diperoleh melalui studi pustaka melalui buku, proceedings, majalah, literatur, internet ataupun diperoleh dari BPTK, BPS, Deperindag dan Instansi lainnya yang terkait. Data primer diperoleh melalui survei konsumen produk yang sejenis atau substitusi di Kabupaten dan Kota Bogor. Pengambilan data primer ini dilakukan melalui proses wawancara (intervew) dengan menggunakan bantuan instrumen kuesioner.
40
D. TATA LAKSANA Tata laksana penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : Penetapan Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
Analisis Peluang Pasar
Menetapkan kebutuhan akan informasi
Pembuatan Kuesioner
Tidak Penyebaran dan Pengujian kuesioner (reliability dan validity) Ya (reliable dan valid) Analisis keunggulan dan kelemahan produk, peluang dan ancaman pemasaran (Analisis SWOT)
Evaluasi Data dan Pengolahan Data : • Hierarchical Cluster Analisys. • Analisis pengukuran sikap dengan fishbein. • Analisis diskriptif.
Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan
Rekomendasi Strategi Pemasaran Gambar 2. Diagram alir kerangka tata laksana penelitian
41
D.1. Penetapan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan acuan berfikir yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian karena tujuan penelitian ini menggambarkan hasil akhir yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul penelitian ini bertujuan untuk membuat strategi pemasaran produk serabut kelapa berkaret sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Akan tetapi secara lebih rinci, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan antara lain melakukan segmentasi pada industri furnitur dan menetapkan segmen pasar potensial produk sebutret yang tersedia untuk masa yang akan datang, menyusun strategi positioning produk sebutret dalam memasuki segmen pasar yang telah ditentukan serta memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju.
D.2. Studi Pustaka/ Literatur Studi pustaka atau studi literatur dilakukan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang dapat mendukung penelitian. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, skripsi, laporan, brosur, proceedings maupun internet. Secara lebih lengkap, sumber-sumber pustaka dapat dilihat pada daftar pustaka. D.3. Analisis Peluang Pasar Analisis peluang pasar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan atau peluang-peluang terserapnya suatu produk oleh pasar ketika produk tersebut hendak dipasarkan. Terserapnya suatu produk oleh pasar hanya dapat terjadi ketika di pasar terdapat permintaan terhadap produk tersebut. Jadi untuk menganalisis peluang pasar dapat dilakukan dengan mengukur besarnya permintaan pasar. Setelah mengetahui besarnya permintaan pasar maka selanjutnya perlu disusun strategi pemasaran agar dapat bersaing dengan pesaing yang telah ada di pasar. Prakiraan permintaan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode DMA (Double Moving Average) yang rumusnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
42
F t+m = at + bt (m),
dimana :
F
= jumlah permintaan.
at
= 2 St’ - St”
bt
St’
= Xt + Xt-1 + …. + Xt-N+1
St” = St’ + St-1’ + … + St-N+1
N
= ( St’ – St”) x 2 / (N – 1) N
Penggunaan metode ini dikarenakan oleh beberapa alasan antara lain : 1. Dari data masa lalu yang diperoleh diketahui bahwa permintaan produk tersebut menunjukkan kecenderungan kenaikan permintaaan, dan menurut Machfud (1999) metode DMA sesuai untuk pola data yang menunjukkan kecenderungan. 2. Metode Moving Average (Perataan Bergerak) memiliki kelebihan antara lain lebih mudah, cepat dan murah. Selain itu data permintaan masa lalu yang tersedia juga sangat terbatas sehingga penggunaan metode DMA akan lebih tepat, karena dengan menggunakan metode yang lain akan diperlukan data yang lebih banyak.
D.4. Perancangan Kuesioner Perancangan kuesioner didahului dengan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan strategi pemasaran. Setelah informasi yang dibutuhkan dibuat dilanjutkan dengan penentuan cara pengolahan data. Hal ini perlu dilakukan agar tidak diperoleh data atau informasi yang tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu kesimpulan/ informasi. Tahap selanjutnya adalah perancangan kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup sesuai dengan yang dibutuhkan. Pertanyaan terbuka dibuat dengan tujuan agar responden memberikan keterangan yang alami yang muncul dari dirinya dan tidak dipengaruhi oleh orang lain ataupun peneliti. Selain itu pertanyaan terbuka juga dibuat dengan maksud untuk mengetahui informasi baru dari konsumen yang belum diketahui sebelumnya. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang terstruktur atau pertanyaan yang mempunyai alternatif jawaban yang sudah ditentukan. Pertanyaan tertutup ini dibuat untuk alasan keperluan pengolahan data. (Santoso dan Tjiptono, 2001).
43
Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), berdasarkan tingkat struktur dan tingkat
kesamaran
pertanyaan,
unstructured-disguised,
diperoleh
empat
structured-disguised,
jenis
kuesioner,
yaitu
structured-undisguised
dan
unstructured-undisguised. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan structured-undisguised ( terstruktur dan langsung) dan unstructured-undisguised (tidak terstruktur dan langsung).
D.5. Uji Coba Kuesioner Kuesioner yang telah dirancang diuji cobakan kepada pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur. Uji coba kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan. Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus teknik korelasi produk moment yang rumusnya dapat dijabarkan sebagai berikut : r
=
N ( ∑X Y ) – ( ∑X ∑Y )
.
( N ∑X2 – ( ∑X)2 ) ( N∑Y2- ( ∑Y )2 Keterangan : X = skor dari setiap pertanyaan. Y = total skor r = indeks validitas (angka korelasi) Menurut Ancok dalam Singarimbun (1989), secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Jika nilai korelasi yang diperoleh melebihi angka kritik dalam tabel nilai r, maka korelasi tersebut telah valid. Untuk menguji reliabilitas dapat juga digunakan teknik korelasi product moment, dengan nilai X adalah pengukuran pertama (kuesioner yang disebar pertama kali) dan Y hasil pengukuran kedua (kuesioner yang disebar setelah 1530 hari penyebaran kuesioner pertama). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Jadi uji validitas konstruk adalah suatu cara yang digunakan
44
untuk menguji apakah kerangka dari konsep penelitian ini dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menyusun kerangka konsep yang akan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pertanyaan dalam kuesioner, peneliti mendefinisikan sendiri konsep tersebut kemudian mendiskusikannya dengan para ahli yang berkompeten, mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para penulis dalam bahan pustaka, dan menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden. Untuk pertanyaan berskala (khususnya skala ordinal) dan tertutup, uji validitas dilakukan dengan teknik produk moment (product moment), sedangkan untuk pertanyaan yang lain validitas kuesioner diukur berdasarkan justifikasi pihak ahli, yaitu pakar pemasaran. Pertanyaan-pertanyaan yang diuji melalui teknik produk moment ini berjumlah sekitar 38 pertanyaan yang mengukur sikap konsumen terhadap tingkat penilaian dan kepentingan terhadap atribut produk. Uji reliabilitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah teknik pengukuran ulang (test retest). Dalam teknik ini, peneliti meminta responden yang sama untuk mengisi kuesioner yang sama dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Jangka waktu yang terlalu dekat dikhawatirkan responden masih ingat dengan jawaban yang diberikan pada pengukuran pertama, sedangkan jika jangka waktu terlalu jauh dikhawatirkan akan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), jangka waktu yang memenuhi syarat untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah 15-30 hari. Jangka waktu ini sesuai jika digunakan untuk produk yang perputarannya cepat (fast mooving product), akan tetapi untuk produk yang perputarannya lambat (slow mooving product) jangka waktu atau selang waktu ini tidak menjadi patokan yang baku. Dalam penelitian ini jangka waktu atau selang waktu yang digunakan adalah berkisar antara 20-58 hari. Jangka waktu yang digunakan sedikit lebih lama dari yang disarankan oleh
Singarimbun dan Effendi (1989). Alasan
menggunakan jangka waktu yang lama, antara lain 1. sulit mencari responden yang tepat, hal ini disebabkan oleh tidak tersedia kerangka sampling yang memenuhi syarat untuk digunakan; 2. jarak antara responden yang satu dan yang
45
lain relatif jauh sehingga memakan waktu cukup lama untuk menemui responden yang satu dan yang lain; 3. sulit menentukan jadwal pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan tiap-tiap responden, karena responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat aktivitas cukup tinggi. Selang waktu yang cukup lama pada waktu pengujian reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dianggap tidak menjadi masalah karena tidak terjadi perubahan fenomena yang diukur, antara lain 1. harga busa pada pengukuran pertama dan kedua relatif sama. 2. produk yang diuji dalam penelitian ini merupakan produk yang pergerakannya lambat (slow mooving product).
D.6. Penyebaran Kuesioner Kuesioner yang dibuat merupakan alat bantu dalam proses wawancara dengan responden. Responden yang dipilih adalah konsumen yang memenuhi kriteria sebagai unit sampling, dalam hal ini adalah para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur yang mengkonsumsi bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis. Penyebaran kuesioner sebelumnya didahului dengan penentuan jumlah sampel dan menentukan proses sampling atau pengambilan sampel. Karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti dan tidak ada kerangka sampling yang memenuhi syarat serta jumlah perusahaan furnitur yang ada di Kabupaten dan Kota Bogor tidak terlalu banyak (data perusahaan secara lengkap disajikan pada lampiran 6), maka jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 32 orang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini juga didasarkan pada pendapat Singarimbun dan Effendi (1989), bahwa jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 sampel. Dengan jumlah minimal 30 sampel ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal, dan asumsi kurva normal ini sangat diperlukan didalam perhitungan statistik. Sedangkan proses sampling atau pengambilan sampel ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode snowball sampling (pengambilan sampel secara bola salju) dan metode purposive sampling. Metode snowball sampling dilakukan saat pemilihan sampel perusahaan-perusahaan furnitur yang ada di Kabupaten dan
46
Kota Bogor. Penggunaan metode snowball sampling ini dilakukan karena tidak tersedia kerangka sampling yang memadai. Kerangka sampling-kerangka sampling yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan maupun Perusahaan Telkom hanya memberikan sedikit informasi tentang jumlah perusahaan furnitur yang terdapat di Kabupaten dan Kota Bogor. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tercantum pada kerangka sampling tersebut banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel, karena banyak diantara perusahaan-perusahaan furnitur tersebut tidak memproduksi jok maupun kasur, dengan kata lain perusahan-perusahaan tersebut bukan konsumen produk substitusi sebutret. Metode purposive sampling dilakukan saat pemilihan lokasi survei dan penentuan unit sampel/ responden. Pemilihan lokasi survey dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten dan Kota Bogor atas pertimbangan bahwa konsumen industri di wilayah tersebut dapat mewakili konsumen produk substitusi sebutret, selain itu lokasi tersebut lebih dekat dengan lokasi peneliti sehingga diharapkan dapat meminimalkan biaya dan waktu survey. Metode purposive sampling juga dilakukan saat memilih responden atau unit sampel. Unit sampel atau responden yang dipilih disini adalah orang-orang yang terseleksi dan dianggap dapat mewakili atau representatif yaitu para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furniture yang mengkonsumsi produk yang sejenis atau substitusi sebutret.
D.7. Pengolahan Data
D.7.1. Analisis Kelompok (Cluster Analysis) Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), analisis cluster adalah suatu cara yang digunakan untuk mereduksi data atau proses untuk mengurangi sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan dinamakan sebagai cluster atau kelompok. Analisis kelompok pada penelitian ini akan digunakan untuk melakukan proses segmentasi sejumlah responden berdasarkan ciri-ciri sejumlah atribut yang ada.
47
Analisis cluster dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Hierarchical Cluster dan K-means Cluster. Hierarchical Cluster biasanya digunakan untuk jumlah sampel yang relatif sedikit. Sedangkan untuk data yang banyak diatas 200 buah biasanya menggunakan K-means Cluster. Untuk melakukan segmentasi pada penelitian ini digunakan analisis Hierarchical Cluster dengan bantuan program SPSS . Hierarchical Cluster lebih berupaya mengelompokkan cases (individu/responden) berdasarkan kemiripan yang ada pada kelompok tersebut, dengan membandingkan setiap pasang kasus. D.7.2. Pengukuran Sikap dengan Model Multiatribut Fishbein Dalam penelitian ini, nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis (sebagai bahan pembuat jok dan kasur) dianalisis menggunakan model sikap multiatribut Fishbein. Dari nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis maka akan diketahui besarnya peluang atau ancaman yang mungkin ditimbulkan busa sintetis terhadap sebutret. Model sikap multiatribut Fishbein mudah digunakan dalam perencanaan pemasaran untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan suatu produk dengan mengetahui bagaimana konsumen mengevalusi atribut-atribut penting pada produk tersebut (Engel 1993). Menurut Engel et.al (1994), analisis model multiatribut fishbein digunakan untuk menunjukkan pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkaitan dengan atribut produk. Rumus model multiatribut fishbein adalah sebagai berikut : n
Ao = ∑ biei i =1
Keterangan : Ao = sikap terhadap produk bi = keyakinan terhadap atribut ke-i ei = evaluasi tingkat kepentingan terhadap atribut ke-i n = jumlah atribut Model sikap multiatribut Fishbein dalam penelitian ini menunjukkan hubungan antara evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut-atribut suatu produk (evaluation), dan penilaian/keyakinan konsumen terhadap atribut
48
produk tersebut berdasarkan pengalaman konsumen (beliefs). Analisis ini didasarkan pada perkalian antara evaluasi terhadap tingkat kepentingan atribut produk (ei) dengan kekuatan kepercayaan/keyakinan bahwa produk tersebut memiliki atribut tersebut (bi). Hasil perkalian dari ei dan bi menghasilkan gambaran sikap konsumen terhadap atribut produk yang diteliti (Ao). Untuk memudahkan perhitungan maka komponen evaluasi (ei) terlebih dahulu dibuat skala evaluasi pada lima angka : -2, -1, 0, +1, +2. Skala ini terdiri atas tanda negatif yang menunjukkan respon negatif konsumen terhadap produk dan tanda positif yang menunjukkan respon positif konsumen terhadap produk. Semakin besar nilai negatif berarti semakin besar respon negatif konsumen dan semakin besar nilai positif berarti semakin besar pula respon positif konsumen terhadap produk. Demikian juga halnya pada komponen kepentingan (bi) yakni tingkat kepentingan responden terhadap atribut tertentu yang melekat pada suatu produk. Untuk mengukur komponen tingkat kepentingan ini, skala yang diberikan adalah dari sangat tidak penting hingga sangat penting. Seperti yang telah diungkapkan pada subbab sebelumnya bahwa pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan suatu produk dan nilai keyakinan konsumen terhadap atribut produk yang digunakan selama ini yaitu busa sintetis. Untuk itu maka dilakukan perbandingan nilai sikap konsumen yang paling ideal (Ao maks) dan nilai sikap konsumen hasil survei (Ao). Selisih antara nilai Ao maks dengan nilai Ao yang besar menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan atribut yang penting, akan tetapi konsumen belum puas terhadap (atribut) produk yang digunakan selama ini.
D.7.3. Analisis Karakteristik Produk dengan Menggunakan Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan suatu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu strategi termasuk merumuskan strategi positioning. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan meminimalkan/mengantisipasi ancaman. Menurut Pearce & Robinson (1997), analisis SWOT dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
49
Penyusunan strategi positioning menggunakan analisis SWOT didahului dengan identifikasi terhadap karakteristik produk yang meliputi kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman produk sebutret. Kekuatan produk adalah unsur yang ada pada produk itu sendiri yang dapat menunjang keberhasilan/mencapai prestasi. Sedangkan kelemahan produk adalah unsur yang ada pada produk yang dapat menghambat pencapaian keberhasilan/prestasi. Peluang adalah suatu suatu kondisi lingkungan yang dapat mendukung pencapaian keberhasilan/prestasi. Ancaman adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan
tindakan
defensif.
Diagram
yang
menggambarkan
kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman disajikan pada gambar 3 di bawah ini. Internal
S (Strength)
W (Weaknes)
SO
WO
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
ST
WT
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Eksternal O (Opportunity)
T (Threat)
Gambar 3. Diagram matrik SWOT Positioning tidak menjelaskan produk secara terperinci, tetapi positioning merupakan keterangan yang dipilih untuk dapat menjelaskan/mewakili kelebihan produk. Oleh karena itu untuk menyusun positioning, penggunaan analisis SWOT dilakukan dengan tujuan memanfaatkan atau menonjolkan kelebihan sebutret, akan tetapi tidak menghilangkan pertimbangan terhadap peluang, ancaman atau kekurangan sebutret. Positioning produk sebutret merupakan sesuatu yang diberikan perusahaan kepada konsumennya yang harus dipenuhi. Positioning yang tidak ditunjang dengan kenyataan kualitas produk, tidak akan berhasil. Jadi positioning harus dilakukan berdasarkan kenyataan yang ada pada produk agar dapat memuaskan dan membentuk kepercayaan konsumen.
50
D.7.4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif berkaitan dengan pencatatan dan peringkasan data, dengan tujuan menggambarkan hal-hal penting pada sekelompok data. Analisis deskriptif ini dapat digunakan pada statistik parametrik dan statistik non parametrik. Pada statistik parametrik, analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan data, biasanya menggunakan perhitungan rata-rata (mean), standar deviasi, variasi data dan lain-lain, serta dapat juga dilengkapi dengan chart dan tabel. Sedangkan pada statistik non parametrik, usaha untuk menggambarkan data biasanya menggunakan median dan modus sebagai pengukuran pusat datanya, hal ini disebabkan oleh statistik non parametrik juga terdiri atas data nominal dan ordinal sehingga pengukuran mean, standar deviasi dan varians dalam pengertian parametrik tidak lazim untuk digunakan. Pada statistik non parametrik untuk menggambarkan data dapat juga disertai chart type bar serta tabel kontingensi (crosstab).
51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
PENGUJIAAN KETEPATAN KUESIONER Pengujian kuesioner dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan
reliabilitas. Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner relatif konsisten atau tidak. Pengujian kuesioner dalam penelitian ini dilakukan terhadap 32 orang. Alasan yang mendasari pengambilan jumlah sampel ini adalah karena menurut Singarimbun dan Effendi (1989), jumlah responden yang disarankan dalam uji validitas dan reliabilitas minimal berjumlah 30 orang. Dari 32 responden tersebut hanya 31 responden yang kuesionernya memenuhi syarat untuk diuji dan diolah lebih lanjut. Pengujian validitas menggunakan teknik atau rumus produk moment, kuesioner dinyatakan valid jika penghitungan angka korelasi (r) melebihi angka kritik tabel korelasi r yang disajikan pada lampiran 2. Angka kritik tabel korelasi r untuk sampel berjumlah 31 (df=29) dan selang kepercayaan 95% (α = 0.05) adalah 0.355. Hasil uji validitas kuesioner dengan teknik produk moment menunjukkan bahwa angka korelasi (r) yang terkecil adalah 0,358 dan terbesar adalah 0,745 (angka korelasi (r) untuk tiap pertanyaan disajikan dalam lampiran 4). Dengan demikian berarti kuesioner dalam penelitian ini dinyatakan valid atau memiliki konsistensi internal. Hasil pengukuran uji reliabilitas kuesioner menggunakan teknik korelasi product moment, didapatkan angka korelasi (r) adalah 0,477 (hasil pengukuran reliabilitas kuesioner disajikan dalam lampiran 5). Angka ini lebih besar dari angka kritik tabel korelasi r (sebesar 0.355). Dengan demikian maka kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
52
B. PELUANG PASAR SEBUTRET Peluang pasar suatu produk dapat dilakukan dengan melihat prakiraaan permintaan produk tersebut. Untuk prakiraan permintaan produk sebutret sebagai bahan pembuat jok dan kasur dilakukan dengan melihat prakiraan permintaan jok dan kasur yang terbuat dari bahan substitusinya yaitu busa sintetis. Oleh karena itu prakiraan permintaan sebutret dilakukan dengan menggunakan data masa lalu produk busa sintetis yang digunakan sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Prakiraan permintaan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode prakiraan Double Moving Average. Prakiraan jumlah (kuantitas) permintaan dan nilai permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furniture disajikan dalam tabel 3, gambar 4 dan 5 di bawah ini. Tabel 3. Nilai dan jumlah permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furniture Nilai Permintaan Tahun minimum 1999 Rp. 34.884.694.871,2000 Rp. 38.701.528.455,2001 Rp. 41.881.784.940,2002 Rp. 43.561.581.450,2003* Rp. 45.539.474.249,2004* Rp. 46.366.722.941,2005* Rp. 47.293.794.831,2006* Rp. 48.056.954.714,2007* Rp. 48.145.999.323,2008* Rp. 48.943.048.602,2009* Rp. 48.740.630.387,2010* Rp. 49.209.094.378,Sumber : BPS Keterangan * : hasil prakiraan
Jmlh Permintaan Jmlh Permintaan Minimum (lmbr) Maksimum (lmbr) 2.525.647 2.777.165 2.626.423 2.887.976 3.449.195 3.792.684 2.629.980 2.891.887 3.730.470 4.101.969 3.042.255 3.345.218 3.391.181 3.728.893 3.695.568 4.063.592 2.962.251 3.257.248 4.033.360 4.435.023 3.007.213 3.306.686 3.751.149 4.124.708
5000000 4000000 3000000 minimum
2000000
maksimum
1000000
20 09 *
20 07 *
20 05 *
20 01 20 03 *
0
19 99
Jumlah Busa Sintetis dalam Lemba
53
T ahun
Gambar 4. Kurva prakiraan jumlah permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur oleh Industri furnitur dari tahun 1999-2010.
Nilai dalam rupiah
60000000000 50000000000 40000000000 30000000000 20000000000
minimum
10000000000
maksimum 20 09 *
20 07 *
20 05 *
20 03 *
20 01
19 99
0
Tahun
Gambar 5. Kurva prakiraan jumlah permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur oleh industri furnitur dari tahun 1999-2010. Dari hasil prakiraan permintaan menggunakan Double Moving Average diperoleh informasi bahwa permintaan bahan pembuat jok dan kasur khususnya yang terbuat dari busa sintetis cenderung meningkat baik dari segi jumlah maupun nilainya. Peningkatan permintaan diperkirakan akan terus terjadi karena jumlah penduduk akan terus bertambah sehingga kebutuhan jok dan kasur akan terus meningkat. Peningkatan permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur merupakan peluang pasar bagi sebutret. Mengingat sebutret merupakan bahan pembuat jok dan kasur yang memiliki beberapa keunggulan/kelebihan
54
dibanding produk substitusinya (busa sintetis) yang sekarang menguasi pasar. Peluang pasar sebutret diperkuat pula oleh perkiraaan kenaikan harga busa sintetis akibat kenaikan harga bahan baku busa sintetis yaitu minyak bumi dan gas alam (termasuk busa poliuretan (polyfoam) yang bahan bakunya masih impor).. Sedangkan bahan baku sebutret sendiri cukup berlimpah, renewable dan mudah didapatkan di bumi Indonesia sehingga harga sebutret diharapkan dapat menyaingi harga busa sintetis.
C. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KONSUMEN (PERUSAHAAN FURNITUR) YANG MENGKONSUMSI BUSA SINTETIS SEBAGAI SUBSTITUSI SEBUTRET Salah satu informasi yang dapat diperoleh dari hasil sampling adalah mengenai karakteristik responden dan karakteristik konsumen. Karakteristik responden ini terdiri dari nama perusahaan, jabatan, usia dan jenis kelamin yang akan dibahas dalam bab ini, sedangkan nama responden, lokasi, alamat dan nomor telepon responden secara lebih lengkap disajikan dalam lampiran 7. Informasi mengenai karakteristik konsumen (dalam hal ini perusahaan-perusahaan yang membuat jok dan/kasur), terdiri dari kelas perusahaan, status pemakaian busa sintetis oleh perusahaan, ukuran pesanan tiap pembelian dan kriteria terpenting yang menjadi pertimbangan saat pembelian jok dan kasur. Data dan informasi mengenai karakteristik responden dan karakteristik konsumen selanjutnya diuraikan sebagai berikut.
C.1. Karakteristik Responden
C.1.1. Nama-nama Perusahaan Furnitur yang Menjadi Responden Perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan furnitur yang mengkonsumsi busa sintetis yang digunakan sebagai bahan pembuat jok dan kasur yang juga akan menjadi calon konsumen
55
sebutret. Nama-nama perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4. Tabel 4. Nama-nama perusahaan furnitur yang menjadi responden No. 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Perusahaan Intan Furniture PD. Melati Ukir Jepara PD. Murni CV. Furniture Galery Berkah Jepara Ukir Amanah Sohwah Jepara Super Berkah Sofa Toko Meubel Mutiara Utami Syera Cipta Artha Citra Sofa Bintang Dutamar Jati Barokah Widya Indah Lestari Jepara Indah
No. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama Perusahaan Sidul Jaya Furniture Ambalan Sembilan Badar Trading Furniture Ratu Jepara UD. Suryani Furniture Murah Jaya Furniture Fokus Service Sofa Tiara Jati Kayu Mas Meubel Jati Asli Furniture Barokah Jaya Dila Meubel DD Meubel Jepara Agung Furniture Anyar Meubel Barokah Jati
C.1.2. Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Usia Responden Para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan-perusahaan furnitur dalam penelitian ini sebagian besar adalah para pemilik perusahaan (sebesar 88%), sedangkan sisanya sebesar 12% pengambilan keputusan pembelian dipegang oleh manajer atau pengelola perusahaan (sepert tersaji dalam tabel 5). Sedangkan bila dilihat dari jenis kelamin, para pengambil keputusan pembelian didominasi oleh kaum pria (sebesar 72%) dengan usia antara 32-40 tahun (sebesar 41 %) seperti yang tersaji dalam tabel 6 dan 7. Para pengambil keputusan pembelian tersebut merupakan orang-orang yang berwenang dalam menentukan keputusan pembelian busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur. Dalam pemasaran sebutret (khususnya sebagai bahan pembuat jok dan kasur), orangorang inilah yang paling tepat dijadikan sasaran promosi untuk menawarkan produk sebutret.
56
Tabel 5. Jenis pekerjaan atau jabatan responden Jenis Pekerjaan atau Jabatan Responden Pemilik perusahaan Manajer atau pengelola perusahaan Total
Persentase (%) 88 12 100
Tabel 6. Jenis kelamin responden Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Persentase (%) 72 28 100
Tabel 7. Tingkat usia responden Usia <20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >70 tahun Total
Persentase (%) 3 22 41 22 6 3 3 100
C.2. Karakteristik Konsumen
C.2.1. Ukuran/Kelas Perusahaan Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh konsumen diperoleh informasi bahwa 44% dari jumlah perusahaan yang menjadi responden adalah perusahaan kelas rumah tangga (mikro), 50% adalah perusahaan kelas kecil, 6% adalah perusahan kelas menengah. Sedangkan berdasarkan tingkat investasi, didapatkan informasi bahwa konsumen didominasi oleh perusahaan kelas kecil (sebesar 56%) dan sisanya (sebesar 44%) adalah perusahaan kelas menengah. Data mengenai kelas perusahaan baik dilihat dari jumlah karyawan maupun jumlah investasinya disajikan pada tabel 8 dan 9 di bawah ini.
57
Tabel 8. Kelas perusahaan responden berdasarkan jumlah karyawan/pekerja Jumlah Karyawan/ Pekerja dalam Perusahaan 1 - 4 orang 5 - 19 orang 20 - 99 orang ≥ 100 orang Total
Kelas Perusahaan
Persentase (%)
Kelas Rumah Tangga Kelas Kecil Kelas Menengah Kelas Besar
44 50 6 100
Tabel 9. Kelas perusahaan responden berdasarkan tingkat investasi Tingkat Investasi ≤ 200 juta rupiah >200 juta rupiah dan ≤ 10 milyar rupiah ≥ 10 milyar rupiah Total
Kelas Perusahaan Kelas Kecil Kelas Menengah
Persentase (%) 56 44
Kelas Besar
100
Dari data diatas dapat diketahui bahwa perusahaan yang tergolong besar tidak ada yang menjadi responden baik dilihat dari jumlah karyawan maupun tingkat investasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa perusahaan besar (Alga Springbed dan Olimpic) yang memproduksi jok kursi dan/atau kasur tidak menjadi
konsumen
busa
sintetis.
Perusahaan-perusahaan
besar
tersebut
memproduksi sendiri busa sintetis untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan jok kursi dan/atau kasur. Selain itu, kesamaan karakteristik dalam kelas perusahaan ini juga disebabkan oleh prosedur sampling yang digunakan. Penggunaan metode snowball sampling menyebabkan sampel yang diambil cenderung memiliki kesamaan karakteristik baik dari segi demografis maupun psikografis.
C.2.2. Status Pemakaian Busa Sintetis dan Ukuran Pesanan Tiap Pembelian Menurut status pemakaian busa, diperoleh informasi bahwa konsumen sebagian besar (72%) adalah pemakai ringan dengan ukuran pesanan tiap pembelian didominasi oleh perusahan-perusahaan yang selalu membeli produk dalam jumlah yang sedikit (sebesar 81%). Data mengenai status pemakaian busa dan ukuran pemesanan busa, disajikan dalam tabel 10 dan 11 di bawah ini.
58
Tabel.10. Status pemakaian busa sebagai bahan pembuat jok dan/atau kasur Rata-rata Pengeluaran Untuk Pembelian Busa Tiap Bulan >Rp. 10.000.000,Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 10.000.000,Rp. 2.500.000,- s/d Rp. 5.000.000,< Rp. 2.500.000,Total
Status Pemakaian pemakai berat pemakai cukup berat pemakai cukup ringan pemakai ringan
Persentase (%) 3 12,5 12,5 72 100
Tabel.11. Ukuran pemesanan tiap pembelian Ukuran Pemesanan Selalu dalam jumlah banyak (>12 m3) Selalu dalam jumlah sedang (12 – 5 m3) Selalu dalam jumlah kecil (< 5 m3) Tidak tentu Total
Persentase (%) 3 3 81 13 100
Informasi mengenai status pemakaian dan ukuran pemesanan tiap pembelian busa sintetis pada mulanya dicari untuk digunakan sebagai variabel pengelompokkan/segmentasi konsumen, atau dengan kata lain ingin mengetahui perusahaan mana saja yang cocok dijadikan konsumen (dengan menyesuaikan antara kapasitas pemakaian/pemesanan perusahaan dan kapasitas produksi produsen bahan pembuat jok dan kasur). Akan tetapi untuk memasarkan produk yang baru seperti sebutret, status pemakaian dan ukuran pemesanan belum penting untuk dijadikan pertimbangan. Hal ini disebabkan oleh perusahaan yang memiliki status pemakaian ringan atau berat dengan ukuran pemesanan kecil atau banyak, belum tentu langsung bersedia menggantikan seluruh bahan pembuat jok dan kasur yang mereka pakai dengan produk sebutret. Pada umumnya perusahaanperusahaan akan mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan pembelian produk yang baru, dan akan mencoba lebih dahulu produk baru tersebut. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan tersebut tidak akan berani membeli produk baru (sebutret) dalam jumlah yang besar sebelum mencoba lebih dahulu dalam junlah yang kecil/sedikit, sehingga tidak perlu membedakan antara perusahaan yang memiliki status pemakaian busa ringan atau berat dengan ukuran pemesanan dalam jumlah kecil atau banyak untuk memperkenalkan produk baru seperti sebutret.
59
C.2.3. Kriteria Pembelian Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden yang dimuat dalam tabel 12, diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden (sebesar 75%) adalah perusahaan-perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai kriteria terpenting dalam pertimbangan pembelian bahan pembuat jok/kasur. Kondisi ini merupakan peluang yang bagus bagi sebutret, karena sebutret bila dibandingkan dengan busa sintetis memiliki beberapa keunggulan dari segi fisik atau kualitas produknya. Sedangkan jika dilihat dari segi harga, sebutret kurang bisa diunggulkan terhadap busa sintetis, hal ini disebabkan harga sebutret setara dengan harga busa sintetis kualitas menengah ke atas. Tabel.12. Kriteria terpenting yang menjadi pertimbangan dalam pembelian busa Kriteria Terpenting yang Menjadi Pertimbangan Pembelian Kualitas Harga Pelayanan Total
Persentase (%) 75 19 6 100
Informasi mengenai kriteria terpenting yang menjadi pertimbangan dalam pembelian bahan pembuat jok dan kasur dicari untuk digunakan sebagai variabel pengelompokan atau segmentasi konsumen sebutret. Variabel kriteria pembelian ini sesuai untuk dijadikan sebagai variabel segmentasi konsumen sebutret karena hasil pengelompokkan konsumen dapat dibedakan dan memiliki tanggapan yang berbeda terhadap kriteria pembelian yang ditawarkan serta salah satu kelompok konsumen yang terbentuk memiliki potensi yang menguntungkan untuk dilayani.
60
D. BAURAN PEMASARAN BUSA SINTETIS (SUBSTITUSI SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT JOK DAN KASUR
D.1. Produk (Product) Informasi tentang produk pengganti serat sabut kelapa berkaret (busa sintetis) yang ingin diketahui untuk dijadikan masukan dalam upaya pengembangan strategi pemasaran sebutret adalah mengenai bentuk dan ukuran busa sintetis, kualitas busa sintetis, kelebihan dan kekurangan busa sintetis, merek dan tingkat kesetiaan terhadap merek serta alasan dominan yang membuat konsumen dapat beralih pada merek lain. Selain itu informasi lain yang ingin diketahui dari penyebaran kuesioner ini adalah tingkat kesetiaan perusahaan terhadap busa sintetis serta alasan dominan yang membuat konsumen dapat beralih pada produk lain yang sejenis atau substitusinya.
D.1.1. Bentuk dan Ukuran Busa Sintetis Dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang dimuat dalam tabel 13, diperoleh informasi bahwa bentuk dan ukuran busa sintetis yang biasa dipakai oleh konsumen adalah lembaran segi empat dengan ukuran dan ketebalan yang bervariasi. Akan tetapi ada juga beberapa perusahaan yang menggunakan busa sintetis dengan bentuk dan ukuran tidak tentu atau busa sintetis berbentuk balok/kotak dengan ukuran yang tidak menentu. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang biasa digunakan oleh responden secara lebih jelas disajikan dalam tabel 13 di bawah ini.
61
Tabel.13. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang biasa digunakan oleh responden
Lembaran segi empat
Lembaran dengan bentuk tidak menentu Balok/kotak (busa tahu)
Ukuran Busa Sintetis (panjang x lebar x tinggi) ־2m x 1m x 0,005 m ־2m x 1m x 0,15 m ־2m x 1m x 0,01 m ־2m x 0,6 m x 0,05 m ־2m x 1m x 0,02 m ־2m x 0,6 m x 0,07 m ־2m x 1m x 0,04 m ־2m x 0,7 m x 0,05 m ־2m x 1m x 0,05 m ־2m x 0,7 m x 0,07 m ־2m x 1m x 0,06 m ־2m x 0.8 m x 0,14 m ־2m x 1m x 0,07 m ־2m x 1,6 m x 0,14 m ־2m x 1m x 0,08 m ־2m x 2m x 2 m ־2m x 1m x 0,10 m ־0,5 m x 0,6 m x 0,05 m ־2m x 1m x 0,12 m ־0,5 m x 0,6 m x 0,06 m Panjang = tidak menentu Lebar = tidak menentu Tebal = 0,03 m; 0,06 m dan 0,14 m Ukuran tidak menentu
Bentuk dan ukuran busa sintetis yang digunakan oleh perusahaanperusahaan furnitur ini bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Busa sintetis yang berbentuk lembaran dengan tingkat ketebalan yang rendah/tipis antara 0,005 m 0,01 m biasanya digunakan untuk melapisi bagian belakang kursi atau untuk melapisi bagian luar agar terasa lebih lembut dan tampak lebih rata. Busa sintetis dengan ketebalan antara 0,02 m – 0,03 m biasanya digunakan untuk melapisi sandaran kursi, sofa, spring bed atau untuk menambah ketebalan jok kursi atau kasur/spring bed yang dirasa kurang tebal. Busa sintetis yang memiliki ketebalan antara 0,04 m – 0,10 m biasanya digunakan untuk bahan dasar jok kursi atau sofa dan ketebalan 0,10 m – 0,15 m biasanya digunakan sebagai bahan dasar kasur. Busa sintetis lembaran segi empat dengan ukuran (panjang x lebar) yang cukup luas tidak menjadi masalah yang berarti dalam pembuatan jok kursi atau kasur, hal ini disebabkan oleh busa sintetis merupakan bahan yang sangat mudah dipotong dan dibentuk sesuai dengan keinginan pembuat jok atau kasur. Sedangkan busa sintetis lembaran dengan bentuk yang tidak menentu atau berbentuk balok/kotak biasanya memerlukan perlakuan yang lebih rumit dibandingkan dengan busa sintetis lembaran segi empat. Hal ini disebabkan oleh busa sintetis yang tidak sama ketebalannya harus disamakan dengan cara mengirisnya menggunakan pisau khusus, atau jika busa tersebut memiliki bidang
62
yang kurang luas maka harus disambung dengan menggunakan lem lateks yang berharga cukup mahal. Hal ini mengakibatkan perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya tambahan. Akan tetapi walaupun busa sintetis lembaran dengan bentuk tidak menentu atau berbentuk balok/kotak ini memerlukan biaya tambahan dalam penggunaannya, busa ini tetap digunakan oleh sebagian perusahaan dengan alasan harganya cukup lebih murah jika dibandingkan dengan busa sintetis lembaran segi empat. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang paling sesuai digunakan sebagai contoh dan acuan sebutret adalah busa sintetis dengan bentuk lembaran segi empat dan ketebalan yang bervariasi. Jika ukuran sebutret tidak sesuai dengan ukuran busa sintetis, maka akan menyulitkan dalam pembuatan jok dan kasur, karena harus memberikan perlakuan yang lebih rumit. Terutama karena sebutret sedikit lebih sulit dipotong atau dibentuk jika dibandingkan dengan busa sintetis.
D.1.2. Kualitas Busa Sintetis yang Digunakan Responden dengan Kelebihan dan Kekurangannya Menurut Responden Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden melalui penyebaran kuesioner, ternyata kualitas busa yang digunakan beraneka ragam seperti tampak pada tabel 14. Keanekaragaman kualitas busa sintetis terutama disebabkan oleh beberapa alasan antara lain; perbedaan sasaran kelas konsumen, perbedaan cara pandang tentang kualitas hasil produksi maupun perbedaan fungsi penggunaan busa
itu
sendiri
(untuk
jok/bantal,
untuk
sandaran,
misalnya
untuk
aksesoris/hiasan dan untuk lapisan, dll). Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kualitas busa yang paling banyak digunakan oleh responden adalah kualitas super yang digunakan oleh 32 perusahaan, kemudian diikuti kualitas standar yang digunakan oleh 10 perusahaan, kemudian kualitas setengah super yang digunakan oleh 9 perusahaan. Kualitas busa sintetis yang paling banyak digunakan tergolong dalam kualitas menengah dengan harga yang tidak terlalu mahal tetapi memiliki kualitas yang cukup bagus. Busa dengan kualitas menengah ini biasanya ditujukan oleh perusahaan untuk konsumen kelas menengah ke bawah. Sedangkan busa dengan
63
kualitas yang lebih baik (super delux, super yellow, super vita, LG, Yellow Vita, black royal dan reboned) biasanya oleh perusahaan digunakan untuk memproduksi furnitur (jok/kasur) untuk konsumen kelas menengah ke atas. Busa sintetis yang berkualitas bagus biasanya mempunyai kepadatan yang tinggi, elastisitas/kekenyalan yang tinggi, pori-pori yang rapat dan tahan lama (tahan kempes/lepek). Busa sintetis yang berkualitas bagus ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk dudukan kursi, sofa atau kasur. Sedangkan busa sintetis yang berkualitas rendah yang memiliki kepadatan yang lebih rendah (lebih empuk dan kurang tahan lama/lepek) biasanya digunakan untuk sandaran jok kursi atau kasur. Kelebihan dan kekurangan busa sintetis berdasarkan kualitasnya menurut setiap responden disajikan dalam lampiran 8 dan pengelompokannya disajikan dalam tabel 14. Tabel.14. Kualitas busa sintetis yang digunakan oleh responden dan kelebihan serta kekurangannya menurut responden Kualitas Busa yang Digunakan Responden
Jumlah Perusahan yg Menggunakan
Kelebihan yang Dimiliki Menurut Responden
Super Delux
5
Super Yellow Super Vita
1 2
LG
2
Yellow Vita Black Royal Reboned
1 1 2
Super
32
Setengah Super
9
Sangat padat (densitas tinggi), Kenyal/elastis, tidak mudah lepek, pori-pori rapat, dan tahan lama. Tidak mudah lepek Lebih padat, elastisitas tinggi dan tahan lepek. Lebih murah, densitas cukup tinggi, cukup kenyal, cukup rapat, pori-pori agak besar Kualitas bagus Kuat, tahan lama. Tahan lama, tahan lepek (tidak mungkin kempes). Kualitas lumayan, tidak mudah lepek, elastis (cepat kembali), kenyal, cukup kuat dan tahan lama, mudah dibentuk, cukup padat, harga sedang, tekstur bagus. Lebih murah, kualitas lumayan bagus, mudah dibentuk.
Kekurangan yang Dimiliki Menurut Responden Harga mahal
Harga mahal Harga mahal Harga mahal Harga mahal Tekstur kurang halus. Harga mahal/ cukup mahal
Mudah kempes/lepek, kurang elastis.
64
Standar
10
Murah, kualitas lumayan bagus Murah, cukup tahan lepek. Lebih padat dan densitas tinggi (keras) dan elastis (kenyal). Lebih empuk untuk sandaran, harga lebih murah. Murah Harga murah, kualitas lumayan dan cukup tahan lepek.
M7
1
M3
1
SS (RSCM) Busa Angin /Foam/MM
1 4
Busa Kulitan
3
Lebih murah
Busa Tahu
2
Murah
Kiloan
3
Murah
Kualitas bagus
kuarng
Kurang elastis, berdebu (menimbulkan debu), panas. Tekstur kurang halus, kepadatan tidak rata, ukuran tidak tentu. Tekstur kurang halus, kepadatan tidak sama, ukuran tidak tentu. Murah, bentuk dan ukuran tidak jelas
Berdasarkan data dalam tabel 14 diperoleh informasi bahwa kualitas bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis dinyatakan bagus bila elastis/kenyal, densitas tinggi (padat), tahan lama, tahan lepek (tidak mudah lepek), pori-pori kecil (lebih rapat) dan kuat. Kondisi ini dapat menjadi peluang yang bagus bagi sebutret. Hal ini disebabkan oleh sebutret memiliki beberapa karakteristik kualitas di atas. Selain itu peluang sebutret didukung pula dengan kekurangan busa sintetis yang kurang aman terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh busa sintetik atau dalam bahasa sehari-hari lebih dikenal dengan istilah polyfoam adalah busa polimer poliuretan fleksibel yang dihasilkan dari reaksi antara isosianat dan poliglikol. Bahan kimia yang digunakan adalah Toluendiisosianat (TDI) dan Polipropilen glikol (PPG). TDI merupakan cairan tak berwarna yang mudah menguap dan sangat beracun. Orang yang menghirup uap TDI dapat mengalami gangguan pernafasan (seperti penyakit asma) dan karena itu batas konsentrasi yang diperkenankan di udara adalah maksimum 0,02 ppm.
65
D.1.3. Tingkat
Kesetiaan
Terhadap
Merek/
Perusahaan
Tempat
Pembelian Busa Sintetis Menurut para responden yang mengisi kuesioner ternyata diketahui bahwa sebagian besar busa sintetis tidak memiliki merek yang jelas, walaupun ada juga busa sintetis yang mempunyai merek tertentu berdasarkan perusahaan tempat produksinya. Sebagian besar perusahaan saat membeli busa sintetis hanya membedakan busa sintetis berdasarkan produsen yang memproduksi busa sintetis dan mengamati secara langsung busa sintetis yang akan dibeli tersebut. Berdasarkan tingkat kesetiaan konsumen terhadap merek (perusahaan yang memproduksi busa sintetis) dan alasan yang mendasarinya seperti yang disajikan dalam tabel 15 dan 16, ternyata sebagian besar responden (59%) menyatakan kurang setia terhadap merek busa sintetis. Kondisi ini disebabkan oleh sebagian besar konsumen (63%) beralasan dalam mencari busa sintetis yang terpenting adalah mudah diperoleh agar proses produksi jok dan kasur dapat berjalan lancar. Tabel.15. Pembelian busa sintetis pada perusahaan yang sama Kesetiaan pada perusahaan tempat pembelian/merek busa sintetis Ya Tidak Total
Persentase (%) 41 59 100
Tabel.16. Alasan responden beralih perusahaan tempat pembelian/merek Alasan responden Mencari yang lebih murah Mencari yang lebih mudah diperoleh Mencari yang kualitasnya lebih baik Mencari potongan harga Promosinya lebih menarik Lebih terkenal Alasan lainnya Total
Persentase (%) 26 63 11 100
66
Berdasarkan informasi yang diperoleh seperti pada tabel 15 dan 16, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian merek pada bahan pembuat jok dan kasur (seperti busa sintetis atau sebutret) tidak perlu dilakukan. Hal ini disebabkan oleh bahan pembuat jok dan kasur (seperti busa sintetis atau sebutret) bukan merupakan produk-produk individual yang dijual secara langsung ke konsumen sehingga antara produk yang satu dan yang lain hampir sama atau sulit dibedakan. Selain itu pemberian merek memerlukan pengeluaran investasi jangka panjang yang besar, khususnya untuk iklan, promosi dan kemasan. Oleh karena itu, agar bahan pembuat jok dan kasur (seperti sebutret atau busa sintetis) dapat bertahan dan laku di pasar, yang perlu diperhatikan adalah memberikan kemudahan kepada konsumen untuk memperoleh bahan pembuat jok dan kasur, serta memproduksi bahan pembuat jok dan kasur dengan kualitas dan harga yang proporsional sehingga konsumen dapat menilai dan memilih sendiri produk yang bernilai lebih tinggi.
D.1.4. Tingkat Kesetiaan Perusahaan Terhadap Busa Sintetis Berdasarkan tingkat kesetiaan responden pengguna busa sintetis untuk membuat jok kursi dan kasur dapat diketahui bahwa 94% responden menyatakan kesetiaanya terhadap busa sintetis, sedangkan 6% dari responden kadang-kadang menggunakan bahan lain untuk membuat jok atau kasur. Sedangkan alasan utama yang membuat responden untuk beralih atau menggunakan produk substitusi yang baru adalah karena mencari kualitas yang lebih baik (sebesar 38%), kemudian disusul mencari harga yang lebih murah (sebesar 31%). Tingkat kesetiaan responden terhadap busa sintetis dan alasan yang mendorong responden untuk beralih pada produk baru secara lebih lengkap disajikan dalam tabel 17 dan 18 di bawah ini.
67
Tabel.17. Kesetiaan responden terhadap busa sintetis sebagai Bahan pembuat jok dan kasur Kesetiaan terhadap busa sintetis Ya Tidak Total
Persentase (%) 94 6 100
Tabel.18. Alasan yang mendorong responden beralih pada produk baru alternatif pengganti atau subtitusi busa sintetis Alasan responden Karena ingin mencoba Mencari yang lebih murah Mencari yang lebih mudah diperoleh Mencari yang kualitasnya lebih baik Mencari potongan harga Promosinya lebih menarik Lebih terkenal Menyesuaikan dengan keinginan konsumen Total
Persentase (%) 28 31 38 3 100
Kesetiaan konsumen terhadap busa sintetis merupakan tantangan bagi sebutret. Meskipun demikian sebutret masih tetap berpeluang untuk dipasarkan karena sebutret memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki busa sintetis yang bisa dijadikan nilai tambah bagi kualitas sebutret. Selain itu dengan perbaikan proses produksi sebutret (agar lebih efisien) serta memproduksi sebutret dalam jumlah (kapasitas) besar diharapkan dapat menekan atau menurunkan harga sebutret sehingga dapat menyaingi harga busa sintetis.
68
D.2. Harga (Price)
D.2.1. Harga Beli Responden terhadap Busa Sintetis Berdasarkan Kualitas Busa Sintetis Harga busa sintetis bervariasi dari Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 1.650.000,- tiap meter kubiknya seperti tampak pada tabel 19. Dari hasil pengisian kuesioner ternyata diketahui bahwa kualitas busa yang paling banyak digunakan oleh responden adalah kualitas super (kualitas menengah) dengan harga berkisar antara Rp. 400.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-. Perbedaan harga yang cukup jauh pada tingkatan kualitas yang sama ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain 1. karena perbedaan dalam tempat pembelian (sebagian responden ada yang membeli langsung pada produsen busa sintetis, ada yang membeli di agen/grosir dan juga ada yang membeli di penjual eceran), 2. karena busa sintetis dengan tingkatan kualitas yang sama (misalnya busa super) memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dalam hal densitas dan juga jika diproduksi oleh produsen yang berbeda., 3. karena keengganan responden dalam menjawab harga busa sintetis yang sebenarnya. Tabel.19. Harga beli responden terhadap busa sintetis menurut kualitasnya Kualitas Busa yang Digunakan Responden
Jumlah Perusahan yg Menggunakan
Super Delux Super Yellow Super Vita LG Yellow Vita Black Royal Reboned Super Setengah Super Standard M7 M3 SS (RSCM) Busa Angin /Foam/MM
5 1 2 2 1 1 2 32 9 10 1 1 1 4
Harga Busa Sintetis Tiap m3 (dalam rupiah/ Rp. ,-) 825.000 - 1.650.000 1.150.000 937.500 - 1.600.000 1.000.000 - 1.100.000 1.300.000 660.000 643.000 - 1.000.000 400.000 - 1.000.000 350.000 - 677.000 250.000 - 850.000 850.000 450.000 700.000 300.000 - 600.000
69
Busa Kulitan Busa Tahu Kiloan
3 2 3
200.000 - 437.500 200.000 - 425.000 ( I kg = 8.500 - 19.000)
Berdasarkan data pada tabel 19 diatas ternyata diketahui bahwa harga sebutret (Rp. 1. 545.000,-/m3) sejajar dengan busa sintetis yang berkualitas bagus (seperti super delux, super yellow, super vita, LG dan yellow vita). Jika dilihat dari segi harga, kondisi ini menjadi suatu hal kurang menguntungkan bagi sebutret mengingat salah satu alasan utama yang dapat membuat konsumen beralih pada produk baru seperti sebutret adalah bila memiliki harga yang relatif lebih murah. Meskipun
demikian
sebutret
merupakan
produk
yang
potensial
untuk
dikembangkan mengingat produk substitusinya (busa sintetis) yang sekarang menguasai pasar terbuat dari bahan baku minyak bumi yang merupakan sumber daya alam terbatas yang dewasa ini cenderung mengalami kenaikan harga sehingga diperkirakan kedepannya harga busa sintetis akan terus meningkat. Sedangkan sebutret terbuat dari bahan baku yang banyak tersedia, renewable dan melimpah di bumi Indonesia serta belum dimanfaatkan secara optimal sehingga kedepannya diharapkan harga sebutret dapat bersaing dengan harga busa sintetis.
D.2.2. Penerimaan Harga Busa Sintetis dan Harga Produk Baru Pengganti Busa Sintetis (Sebutret) oleh Responden Dari hasil pengisian kuesioner seperti tersaji pada tabel 20 dan 21 ternyata sebagian besar responden (81%) menyatakan bahwa busa sintetis mahal. Sedangkan penerimaan/persepsi konsumen terhadap sebutret sebagai produk baru pengganti busa sintetis ternyata sebagian besar responden (72%) menyatakan harga sebutret yang sesuai adalah lebih murah. Alasan yang melandasi jawaban responden tersebut adalah karena bahan baku pembuat busa sintetis belum tersedia di dalam negeri dan harus diimpor, sedangkan sebutret terbuat dari bahan baku yang banyak tersedia di dalam negeri dan belum banyak digunakan.
70
Tabel.20. Penerimaan harga busa sintetis oleh responden Penerimaan harga busa sintetis menurut responden Mahal Tidak mahal Total
Persentase (%) 81 19 100
Tabel.21. Penerimaan harga produk baru pengganti busa sintetis yang terbuat dari bahan hasil alam (non sintetis) Harga yang sesuai menurut responden Lebih murah Sama Lebih mahal Total
Persentase (%) 72 3 25 100
D.3. Promosi (Promotion) Hasil survei mengenai sumber informasi yang diperoleh konsumen bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis menunjukkan bahwa 53% responden mendapatkan informasi dari teman atau orang lain, 39% dari produsen/toko tempat pembelian busa sintetis dan 8% dari sales seperti pada tabel 22. Sedangkan mengenai bentuk promosi yang paling disukai, ternyata sebagian besar responden (86%) lebih memilih personal selling (promosi secara langsung) seperti tersaji dalam tabel 23. Kondisi tersebut merupakan hal yang wajar karena para konsumen adalah orang-orang yang sibuk sehingga jarang sekali mengakses media seperti televisi, majalah, pameran ataupun radio. Selain itu sebagian konsumen menyatakan iklan atau promosi secara tidak langsung kurang efektif karena mereka sebagian besar merupakan pembeli yang profesional sehingga tidak mudah terbujuk oleh kata-kata/iklan bila tidak melihat, mengamati dan menilai langsung produk yang ditawarkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka langkah pengenalan atau promosi sebutret sebaiknya dengan mendatangi langsung calon konsumen, apalagi sebutret merupakan produk baru yang belum banyak dikenal oleh konsumen. Dengan promosi secara langsung memungkinkan
71
pertanyaan-pertanyaan konsumen terhadap produk sebutret bisa secara langsung dijawab oleh orang yang tepat dan mengerti tentang produk sebutret. Tabel.22. Sumber informasi responden mengenai produk busa sintetis/ bahan pembuat jok dan kasur. Sumber informasi responden Teman/Orang lain Keluarga Even tertentu/Pameran Leflet/Brosur Yellow pages/buku belanja Koran Majalah Iklan TV Radio Lainnya (tempat pembelian busa/toko) Lainnya (sales) Total
Persentase (%) 53 39 8 100
Tabel.23. Bentuk promosi yang paling disukai responden untuk bahan pembuat jok dan kasur Bentuk promosi yang paling disukai Personal selling (promosi secara langsung) Potongan harga Leflet/Brosur Iklan TV Radio Yellow pages/buku belanja Iklan dari majalah Promosi melalui hadiah Even tertentu/Pameran Iklan dari koran Lainnya….. Total
Persentase (%) 86 5 3 3 3 100
D.4. Distribusi (Distribution) Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh informasi bahwa 39% responden membeli bahan pembuat jok dan kasur busa sintetis dari agen/penyalur
72
dalam jumlah yang besar, 33% responden membelinya di toko grosir dan 28% responden membeli langsung dari produsen seperti pada tabel 24. Untuk mendistribusikan sebutret bisa dilakukan dengan ketiga cara tersebut. Akan tetapi distribusi sebutret melalui produsen dan agen dirasa lebih efisien dan tepat sasaran dari pada melalui toko grosir. Hal ini disebabkan oleh produsen atau agen biasanya merupakan orang yang lebih mengerti tentang produk yang ditawarkan (sebutret) sehingga cocok untuk menyalurkan produk baru di pasar. Tabel.24. Tempat responden dalam membeli busa sintetis Tempat pembelian busa sintetis oleh responden Produsen Agen/penyalur dalam jumlah besar. Toko grosir Lainnya Total
Persentase (%) 28 39 33 100
E. SIKAP KONSUMEN
E.1. Evaluasi Konsumen Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur Informasi mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut-atribut produk (bahan pembuat jok dan kasur) perlu diketahui untuk melihat atribut apa saja yang paling penting bagi konsumen dalam melakukan pertimbangan pemilihan bahan pembuat jok dan kasur guna dijadikan masukan dalam penyusunan strategi positioning produk sebutret sebagai bahan pembuat jok dan kasur. Selain itu menurut Rangkuti (2002) atribut-atribut yang ada pada suatu produk erat kaitannya dengan kualitas produk yang dirasakan oleh konsumen. Untuk itu perlu dilakukan pembobotan tingkat kepentingan terhadap atributatribut bahan pembuat jok dan kasur menurut pendapat konsumen agar dapat diketahui apa yang diinginkan oleh konsumen. Hasil pembobotan nilai evaluasi
73
konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut bahan pembuat jok dan kasur busa sintetis disajikan pada tabel 25 di bawah. Tabel 25. Nilai pembobotan evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum No
Atribut
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kualitas (tahan lama) Kepegasan/elastisitas Harga Merek Penampakan Luar/tekstur Bentuk Macam-macam Ukuran Keamanan bagi kesehatan Massa/berat bahan Kemudahan Memperoleh Iklan/promosi yang menarik Panas atau tidaknya bahan (sirkulasi udara bahan) Berisik/ tidak ketika dipakai Tingkat Keramahan lingkungan Kemasan Tingkat kemudahan dibentuk Tingkat Ketahanan terhadap air Tingkat ketahanan terhadap bakteri, kutu dan serangga Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Nilai Kepentingan Konsumen terhadap Atribut Bahan pembuat Jok dan Kasur A B c D E Skor Rangking -2 -1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 26 1 5 1 2 16 0 10
0 0 1 4 4 4 3 3 7 1 3
7 23 14 2 25 22 26 23 9 23 14
25 9 16 0 2 1 2 4 0 8 5
1.78 1.28 1.41 -0.75 0.88 0.59 0.91 0.91 -0.22 1.22 0.44
I III II XVI VIII XI VII VII XV IV XII XIII
0 0
9 7
4 3
17 18
2 4
0.38 0.59
XI
0 1 0
3 12 0
7 5 1
19 13 25
3 1 6
0.69 0.03 1.16
0
2
1
26
3
0.94
0
1
2
27
2
0.94
0
2
5
25
0
0.72
X XIV V VI
VI
IX
Informasi di atas menunjukkan bahwa atribut paling penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk adalah kualitas produk, harga, elastisitas atau kepegasan bahan, kemudahan memperoleh bahan dan tingkat kemudahan dibentuk. Sedangkan atribut-atribut yang lain seperti terasa panas, iklan atau promosi dan kemasan merupakan atribut dengan skor positif terkecil yaitu +0,44; +0,38, +0,03 dan -0,22 merupakan atribut yang dianggap cukup penting. Untuk atribut merek yang mendapatkan skor -0,75 merupakan atribut
74
yang dianggap tidak penting. Hal ini disebabkan oleh pengalaman konsumen bahwa merek bahan pembuat jok dan kasur tidak menjadi jaminan kualitasnya. Menurut para responden mereka lebih suka mengamati secara langsung produk yang akan dibelinya kemudian menilainya berdasarkan pengalaman.
E.2. Pengukuran Tingkat Penilaian/Keyakinan Konsumen Terhadap Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur khususnya Busa Sintetis Pengukuran tingkat penilaian/keyakinan terhadap bahan pembuat jok dan kasur yang digunakan selama ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang digunakan oleh konsumen. Selain itu dapat juga digunakan sebagai pembanding antara atribut terpenting menurut konsumen dan kemampuan busa sintetis dalam memenuhi keinginan konsumen. Dengan membandingkan antara apa yang diinginkan konsumen dengan penilaian konsumen terhadap bahan pembuat jok dan kasur yang digunakan selama ini (busa sintetis) maka dapat diketahui kekurangan busa sintetis yang mungkin dapat dipenuhi oleh produk lain. Tabel 26 di bawah ini merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan tingkat penilaian/keyakinan konsumen terhadap busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur oleh perusahaan-perusahaan furnitur. Tabel 26. Tingkat penilaian/keyakinan konsumen terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Atribut
Kualitas (tahan lama) Kepegasan/elastisitas Harga Merek Penampakan luar/tekstur Bentuk Macam-macam ukuran Keamanan bagi kesehatan Massa/berat bahan Kemudahan memperoleh Iklan/promosi yang menarik
Nilai Keyakinan Konsumen terhadap Atribut Bahan pembuat Jok dan Kasur A B c D E Skor Rangking -2 -1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 15 13 2 0 0 8 1 2 23
10 7 13 15 3 3 3 8 2 5
19 22 4 4 26 27 28 21 23 23 3
1 1 0 0 1 5 1 0 0 5 1
0.59 0.69 -0.34 -0.28 0.81 1.16 0.94 0.41 0.69 0.97 -0.56
VIII VII XV XIV VI II IV X VII III XVI
75
12. Panas atau tidaknya bahan 13. 14. 15. 16. 17. 18.
(sirkulasi udara bahan) Berisik/ tidak ketika dipakai Tingkat keramahan lingkungan Kemasan Tingkat kemudahan dibentuk Tingkat Ketahanan terhadap air Tingkat ketahanan terhadap bakteri, kutu dan serangga
XIII 0 0
17 1
4 4
10 26
1 1
-0.16 0.84
0 0 0
6 12 0
4 5 1
20 15 22
2 0 9
0.56 0.09 1.25
0
14
1
15
2
0.16
0
3
1
27
1
0.81
VI
2
9
5
16
0
0.09
XII
V IX XII I XI
19. Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan
Berdasarkan data pada tabel 26 dapat diketahui bahwa keyakinan tertinggi konsumen terhadap atribut busa sintetis (sebagai bahan pembuat jok dan kasur) adalah atribut kemudahan dibentuk, bentuk, kemudahan memperoleh, macammacam ukuran dan tidak berisik ketika dipakai. Atribut-atribut tersebut adalah atribut-atribut yang diyakini bagus menurut responden yang dimiliki oleh produk bahan pembuat jok dan kasur yang mereka gunakan. Atribut-atribut bahan pembuat jok dan kasur yang lain seperti atribut keamanan
bagi
kesehatan,
tingkat
ketahanan
terhadap
air,
tidak
menimbulkan/mengundang debu selama digunakan, terasa panas atau tidak waktu digunakan, merek dan harga yang masing-masing mendapatkan skor +0,41; +0,16; +0,09; -0,16; -0,28; dan - 0,34 adalah atribut-atribut yang diyakini cukup bagus menurut responden untuk produk bahan pembuat jok dan kasur. Sedangkan atribut iklan/promosi yang menarik dengan skor -0,56 merupaka atribut yang dianggap tidak bagus. Hal ini disebabkan oleh tidak ada (sedikit sekali) iklan/promosi yang dilakukan oleh produsen bahan pembuat jok dan kasur busa sintetis.
76
E.3. Penilaian Sikap Konsumen Terhadap Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur Khususnya Busa Sintetis Penilaian sikap konsumen terhadap busa sintetis (Ao) perlu diketahui untuk memastikan atau melihat besarnya peluang atau ancaman yang mungkin ditimbulkan busa sintetis terhadap sebutret. Selain itu juga untuk mengetahui apakah busa sintetis sesuai/cocok digunakan untuk contoh atau acuan arah pengembangan sebutret. Sedangkan penilaian sikap ideal/maksimal konsumen (Ao maks) perlu diketahui untuk dibandingkan dengan nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis (Ao) agar dapat diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi kekurangan busa sintetis
di
mata
konsumen,
sehingga
perlu
lebih
diperhatikan
dalam
pengembangan produk sebutret agar bisa memuaskan keinginan konsumen. Hasil perhitungan nilai sikap konsumen (Ao) dan nilai sikap konsumen maksimum (Ao maks) disajikan pada tabel 27 dan tabel 28 di bawah ini. Tabel 27. Nilai sikap konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis oleh 32 responden di Kabupaten dan Kota Bogor No
Atribut
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kualitas (tahan lama) Kepegasan/elastisitas Harga Merek Penampakan luar/tekstur Bentuk Macam-macam ukuran Keamanan bagi kesehatan Massa/berat bahan Kemudahan memperoleh Iklan/promosi yang menarik Panas atau tidaknya bahan (sirkulasi udara bahan) Berisik/ tidak ketika dipakai Tingkat keramahan
13. 14.
Nilai Sikap Konsumen terhadap Atribut Bahan pembuat Jok dan Kasur Evaluasi Keyakinan Sikap Konsumen (ei) (bi) Ao = (ei)*(bi) 1.78 1.28 1.41 -0.75 0.88 0.59 0.91 0.91 -0.22 1.22 0.44
0.59 0.69 -0.34 -0.28 0.81 1.16 0.94 0.41 0.69 0.97 -0.56
1.057 0.881 -0.483 0.211 0.711 0.686 0.850 0.368 -0.150 1.181 -0.246
0.38 0.59 0.69
-0.16 0.84 0.56
-0.058 0.501 0.387
77
lingkungan
15. Kemasan 16. Tingkat kemudahan dibentuk 17. Tingkat ketahanan terhadap air
0.03 1.16
0.09 1.25
0.003 1.445
0.94
0.16
0.146
0.94
0.81
0.762
0.72
0.09
0.067 8.318
18. Tingkat ketahanan terhadap 19.
bakteri, kutu dan serangga Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan Total
Tabel 28. Nilai sikap maksimum konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum oleh 32 responden di Kabupaten dan Kota Bogor dan selisihnya terhadap nilai sikap konsumen Peringkat selisih
No
Atribut
bi maks (A)
ei (B)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kualitas (tahan lama) Kepegasan/elastisitas Harga Merek Penampakan luar/tekstur Bentuk Macam-macam ukuran Keamanan bagi kesehatan Massa/berat bahan Kemudahan memperoleh Iklan/promosi yang menarik Panas atau tidaknya bahan (sirkulasi udara bahan) Berisik/ tidak ketika dipakai Tingkat keramahan lingkungan Kemasan Tingkat kemudahan dibentuk Tingkat ketahanan terhadap air Tingkat ketahanan terhadap bakteri, kutu dan serangga Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan Total
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1.78 1.28 1.41 -0.75 0.88 0.59 0.91 0.91 -0.22 1.22 0.44
3.56 2.56 2.82 -1.50 1.76 1.18 1.82 1.82 -0.44 2.44 0.88
1.057 0.881 -0.483 0.211 0.711 0.686 0.850 0.368 -0.150 1.181 -0.246
2.503 1.679 3.303 -1.711 1.049 0.494 0.97 1.452 -0.29 1.259 1.126
II IV I XIX X XVI XII V XVIII VII VIII
2 2
0.38 0.59
0.76 1.18
-0.058 0.501
0.818 0.679
XIV XV
2 2 2
0.69 0.03 1.16
1.38 0.06 2.32
0.387 0.003 1.445
0.993 0.057 0.875
XI XVII XIII
2
0.94
1.88
0.146
1.734
III
2
0.94
1.88
0.762
1.118
IX
2
0.72
1.44 +27.80
0.067 +8.319
1.373 +19,481
VI
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Ao maks (A*B)
Ao
Ao maks Ao
78
Berdasarkan data dalam tabel 28 di atas dapat diketahui selisih terbesar antara Ao maks dan nilai Ao secara berurutan yaitu atribut harga, kualitas, tingkat ketahanan terhadap air, kepegasan/elastisitas dan keamanan bagi kesehatan. Atribut-atribut ini merupakan atribut busa sintetis yang paling belum bisa memenuhi keinginan konsumen, dengan kata lain konsumen menginginkan atribut tersebut ada pada bahan pembuat jok dan kasur yang mereka gunakan. Kondisi ini merupakan peluang bagi sebutret karena sebutret memiliki beberapa kelebihan pada karakteristik yang diinginkan konsumen tersebut. Sedangkan untuk melihat posisi sikap konsumen bahan pembuat jok dan kasur khusunya busa sintetis terhadap bahan pembuat jok dan kasur secara umum dapat dilihat pada tabel 29. Berdasarkan data dalam tabel 29 juga dapat diketahui bahwa nilai sikap maksimum diperoleh pada skor +27,80. Dengan demikian, nilai sikap minimum didapat pada skor -27,80. Sedangkan nilai sikap konsumen terhadap bahan pembuat jok dan kasur yang selama ini digunakan konsumen khususnya busa sintetis adalah +8,32. Tabel 29. Rentang skor nilai sikap konsumen dan posisi sikap konsumen terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum Skala Penilaian +27,80 +13,90 0 -13,90 -27,80
Kategori Produk Sangat Bagus Bagus Cukup Bagus Tidak Bagus Sangat Tidak Bagus
Skor nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis ini di atas nilai 0 dan mendekati nilai +13,90, dengan demikian konsumen menilai busa sintetis tergolong kategori “Bagus”. Nilai sikap yang bagus ini dimungkinkan karena kinerja atau kemampuan produk itu sendiri telah cukup memenuhi keinginan konsumen sehingga produk tersebut tetap digunakan oleh konsumen sampai sekarang. Penilaian konsumen terhadap busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur yang termasuk dalam kategori “Bagus” dapat menjadi ancaman bagi produk sebutret. Hal ini membuktikan bahwa konsumen telah cukup puas dengan produk
79
busa sintetis yang telah ada dipasaran. Walaupun demikian seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa ada beberapa atribut/karakteristik busa sintetis yang belum bisa memenuhi keinginan konsumen dan dengan kelebihan yang dimiliki sebutret, diharapkan sebutret mempunyai daya saing tersendiri sehingga dapat diterima oleh pasar (konsumen busa sintetis/bahan pembuat jok dan kasur).
F. HASIL ANALISIS CLUSTER Dalam penelitian ini segmentasi dilakukan dengan menggunakan variabel demografis dan pendekatan pembelian. Variabel demografis yang digunakan adalah
ukuran
perusahaan
berdasarkan
jumlah
karyawan
dan
jumlah
investasi/modal. Sedangkan variabel pendekatan pembelian yang digunakan adalah kriteria pembelian yaitu hal utama yang menjadi pertimbangan dalam pembelian. Analisis kelompok ini dilakukan dengan menggunakan metode hierarchi cluster. Dari hasil segmentasi ini diperoleh empat kelompok konsumen yang disajikan pada tabel 30 dan hasil output analisis kelompok (cluster) secara keseluruhan disajikan pada lampiran 9. Tabel 30. Kelompok konsumen bahan pembuat jok dan kasur berdasarkan variabel demografi dan pendekatan pembelian No. Kelompok 1
2
3
4
1.
Persentase
41%
34%
12,5%
12,5%
2.
Jml
1-4 orang dan
5-19 orang dan 1-4 orang
Karyawan
5-19 orang
20-99 orang
Jml
< 200 juta dan
200 juta – 10 < 200 juta
Investasi
200 juta – 10 Milyar
200 juta – 10
Milyar
Milyar
3.
4.
Kriteria
Kualitas
Pembelian 5.
Nama Kelompok
Kualitas
5-19 orang < 200 juta dan
Pelayanan atau Harga Harga
Kelompok perusahaan rumah tangga (mikro), kecil dan
Kelompok Kelompok perusahaan perusahaan kecil dan rumah tangga menengah (mikro) dan
Kelompok perusahaan kecil dan menengah
80
menengah (sedang) dengan Kualitas sebagai pertimbangan terpenting dalam pembelian
(sedang) dengan Kualitas sebagai pertimbangan terpenting dalam pembelian
kecil dengan harga atau pelayanan sebagai pertimbangan terpenting dalam pembelian
dengan harga sebagai pertimbangan terpenting dalam pembelian
Berdasarkan data dalam tabel 30 diperoleh empat segmen atau kelompok konsumen dengan ciri sebagai berikut: 1. Kelompok pertama yang berjumlah 41% adalah kelompok perusahaan rumah tangga, perusahaan kecil dan menengah dengan
jumlah pekerja 1-4 orang dan 5-9 orang serta jumlah investasi/modal < 200 juta dan 200 juta – 10 milyar. Selain itu kelompok pertama ini juga mempunyai ciri mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. 2. Kelompok kedua yang berjumlah 34% adalah kelompok perusahaan kecil dan menengah dengan jumlah karyawan 5-19 orang dan 20-99 orang serta jumlah investasi/modal 200 juta – 10 milyar. Kelompok kedua ini juga mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. 3. Kelompok ketiga yang berjumlah 12,5 % adalah kelompok perusahaan rumah tangga dan perusahaan kecil dengan jumlah karyawan 1-4 orang dan jumlah investasi/modal < 200 juta serta mempunyai ciri mengutamakan harga sebagai pertimbangan pembelian. 4. Kelompok yang keempat berjumlah 12,5 % adalah kelompok perusahaan kecil dan menengah dengan jumlah karyawan 5-19 orang dan jumlah investasi/modal < 200 juta dan 200 juta – 10 milyar serta mempunyai ciri mengutamakan harga dalam melakukan pertimbangan pembelian.
G. PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN SEBUTRET
G.1. STRATEGI PEMASARAN (SEGMENTATION, TARGETTING DAN POSITIONING) Berdasarkan hasil analisa hierarchi cluster, didapatkan empat kelompok konsumen yang disajikan pada tabel 30. Konsumen bahan pembuat jok dan kasur
81
yang terbentuk dalam kelompok-kelompok tersebut memiliki ciri-ciri dan persentase yang berbeda-beda. Dari keempat kelompok tersebut dapat ditentukan target atau sasaran pasar yang akan dijadikan titik fokus taktik pemasaran yang akan dituju. Pemilihan target pasar ini dilakukan dengan menganalisis keempat kelompok tersebut dan memilih kelompok yang dirasa paling potensial. Dalam penelitian ini target pasar yang dituju adalah kelompok konsumen 1 dan kelompok konsumen 2, seperti tampak pada tabel 30. Kelompok konsumen 1 dan 2 ini dipilih karena memiliki persentase yang paling besar yaitu 41 % dan 34% serta memiliki karakteristik yang sama. Yang membedakan kelompok 1 dan 2 hanyalah komposisi jumlah karyawan dan jumlah investasi, namun pada dasarnya karakteristik kelompok konsumen 1 dan 2 ini berstatus sama, yaitu perusahaan menengah ke bawah atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. Sedangkan kelompok 3 dan 4 kurang cocok dijadikan sebagai target pasar atau kurang potensial karena selain jumlah persentasenya kecil yaitu masing-masing 12,5%, kelompok ini juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap harga. Hal ini terlihat dari kriteria pembelian mereka yang lebih mengutamakan harga dalam melakukan pertimbangan pembelian. Setelah melakukan segmentasi dan menentukan target pasar, langkah selanjutnya adalah merumuskan positioning. Positioning merupakan usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai produk dibenak konsumen. Agar positioning produk sebutret berhasil, maka sebelum melakukan positioning terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelebihan dan kekurangan produk sebutret serta mengevaluasi keinginan konsumen. Setelah peluang, ancaman, kelebihan dan kekurangan produk sebutret diidentifikasi, serta keinginan konsumen diketahui maka langkah selanjutnya adalah memilih nilai yang akan ditonjolkan dengan menyesuaikan keinginan konsumen dengan kelebihan yang dimiliki produk tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena jika positioning tidak dibarengi dengan kenyataan yang ada pada produk maka positioning tidak akan berhasil. Matrik yang menggambarkan peluang, ancaman, kelebihan dan kekurangan produk serat sabut kelapa berkaret, disajikan secara diagram pada gambar 6.
82
Internal
Eksternal O (Opportunity) 1.Konsumen menganggap penting beberapa atribut yang melekat langsung pada produk yaitu secara berurutan kualitas, kepegasan/elastisitas, ketahanan terhadap air, ketahanan terhadap bakteri dan serangga, keamanan bagi kesehatan, ukuran, tidak menampung dan menimbulkan debu, keramahan terhadap lingkungan, ramah lingkungan, berisik/tidaknya bahan, bentuk, panas/tidaknya bahan. 2. Konsumen menyukai kursi yang tidak mudah berubah bentuk/ kempes (lepek). 3.Masyarakat dewasa ini lebih cenderung memilih produk yang alami (back to nature). 4. Bahan baku sebutret berlimpah di alam dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan bahan baku busa sintetis terus mengalami kenaikan harga. 5. Pemerintah mendukung dan mendorong usaha yang berbasis agroindustri dan berbasis kerakyatan.
T (Threat)
S (Strength)
W (Weaknes)
1.Sebutret merupakan bahan yang alami (terbuat dari tanaman) sehingga aman bagi kesehatan. 2. Sebutret memiliki ruang sirkulasi udara yang longgar sehingga tidak menimbulkan panas saat digunakan. 3. Sebutret memiliki daya tahan yang cukup kuat sehingga bisa tahan lama dalam penggunaan. 4. Sebutret memiliki elastisitas yang tinggi karena terbuat dari karet alam (lateks). 5. Sebutret memiliki massa yang cukup ringan. 6. Sebutret ramah lingkungan karena terbuat dari bahan yang alami. 7. Sebutret aman bagi kesehatan karena tidak menimbulkan debu, bakteri, kutu dan serangga. 8. Sebutret memilki ketahanan terhadap air saat digunakan karena sifatnya yang tidak menyerap dan tidak menampung air.
1. Memilki tekstur yang kurang halus dan rata. 2. Agak kaku sehingga lebih sukar untuk dibentuk sesuai keinginan. 3. Proses produksi/ kapasitas produksi yang masih lambat/rendah. 4. Biaya produksi yang cukup tinggi.
Strategi SO
Strategi WO
Memanfaatkan/ menonjolkan atribut yang menjadi kelebihan produk sebutret dan atribut tersebut penting menurut penilaian konsumen seperti elastis, aman bagi kesehatan, daya tahan yang kuat, ramah lingkungan, tidak menimbulkan panas, debu, serangga atau bakteri dan tahan air. Memanfaatkan/ menonjolkan sifat produk sebutret yang cenderung disukai konsumen (seperti sifat alami/back to nature).
Meminimalisasi kelemahan dengan memandang sisi kelemahan tersebut dari sudut (positif) yang disukai konsumen. Memperbaiki proses produksi agar kapasitas tinggi dan memudahkan konsumen untuk memperoleh produk sebutret.
{Dari strategi SO diperoleh ungkapan positioning berupa Sebutret Elastis dan Tahan Lama}
Strategi ST
1.Atribut yang melekat langsung pada produk yang dianggap penting oleh konsumen dan tidak terdapat pada sebutret adalah tingkat kemudahan dibentuk, dan penampakan luar/tekstur bahan. 2. Bahan substitusi atau pengganti memiliki banyak variasi pilihan kualitas/harga. 3. Banyak bahan substitusi atau yang bisa menggantikan sebutret sebagai bahan pembuat jok dan kasur.. 4. Produk substitusi yang sekarang menguasai pasar yaitu busa sintetis memiliki nilai yang baik dimata konsumen, hal ini terlihat dari sikap konsumen yang menilai “bagus” terhadap busa sintetis, meskipun uap bahan mengandung racun.
Memanfaatkan/ menonjolkan kelebihan produk sebutret yang tidak terdapat pada busa sintetis untuk mengantisipasi ancaman busa sintetis. Membuat sebutret dengan variasi harga, kualitas dan bentuk agar bisa menyaingi keragaman yang dimiliki produk substitusinya.
{Dari strategi ST diperoleh ungkapan positioning berupa Sebutret sejuk dan aman terhadap kesehatan}
{Dari strategi WO diperoleh strategi positioning berupa
Sebutret tidak mudah berubah bentuk atau lepek/kempes}
Strategi WT Meminimalisasi kelemahan dengan menonjolkan kelemahan busa sintetis. Memperbaiki sebutret agar memiliki tekstur/penampakan luar yang lebih bagus.
(Dari strategi WT diperoleh ungkapan positioning berupa Sebutret walapun tidak sehalus busa tapi alami dan sehat}
Gambar 6. Diagram matrik SWOT produk sebutret dalam upaya penentuan positioning
83
Berdasarkan penyusunan strategi-strategi di atas maka dapat ditentukan strategi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam menyusun strategi positioning sebutret di atas dilakukan menurut atribut produk sebutret dan menurut pesaingnya (busa sintetis). Strategi SO sebutret dilakukan dengan menonjolkan atribut yang ada pada sebutret (keunggulan sebutret) dan atribut tersebut penting menurut penilaian konsumen. Dari strategi SO diperoleh ungkapan ”Sebutret elastis dan tahan lama”. Pada strategi SO, atribut tahan lama diidentikkan dengan kualitas. Kualitas produk sebenarnya memerlukan definisi
yang cukup kompleks dan
beraneka ragam menurut pendapat konsumen. Kualitas sebenarnya adalah gabungan nilai atribut-atribut produk yang dirasakan oleh konsumen. Akan tetapi untuk menyederhanakan dan memudahkan, kualitas disini hanya dilihat dari sifat dan kekuatan/ketahanan produknya. Kualitas (ketahanan) merupakan atribut yang dianggap paling penting menurut konsumen, hal ini terlihat dari nilai kepentingan yang diperoleh atribut kualitas adalah nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan atribut-atribut yang lain yaitu 1,78 (peringkat ke 1) seperti tersaji dalam tabel 25. Nilai ini merupakan nilai yang menggambarkan bahwa atribut tersebut merupakan
atribut
yang
“sangat
penting”.
Sebutret
ditinjau
dari
kekuatan/ketahananya, memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan bahan pembuat jok dan kasur yang banyak dipakai sekarang yaitu busa sintetis. Hal ini disebabkan oleh salah satu bahan dasar yang digunakan untuk membuat sebutret adalah serat kelapa yang sudah dikenal kekuatannya. Atribut kualitas ini terutama jika dilihat dari kekuatan/ketahanannya dapat dijadikan salah satu atribut yang dapat ditonjolkan untuk dimasukkan dalam strategi positioning produk sebutret. Selain hal itu atribut kualitas ini sesuai untuk dimasukkan ke dalam strategi positioning karena salah satu ciri target pasar yang akan dituju adalah kelompok konsumen yang mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. Atribut yang melekat langsung pada produk yang terpenting berikutnya menurut konsumen dan atribut tersebut juga dimiliki oleh sebutret adalah kepegasan/elastisitas bahan. Atribut elastisitas ini juga merupakan atribut yang cukup potensial untuk dimasukkan dalam strategi positioning. Hal ini disebabkan
84
selain dinilai “penting” karena mendapat skor yang cukup tinggi yaitu 1,28 (peringkat ke 3) seperti disajikan dalam tabel 25, atribut ini juga merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki produk sebutret. Sifat berpegas dimiliki oleh sebutret karena bahan dasar dibuat dari serat bergelombang yang dibalut atau diikat dengan karet lateks yang memiliki sifat elastis. Strategi WO dilakukan dengan meminimalisasi sisi kelemahan sebutret dengan memandang kelemahan tersebut dari sudut pandang positif (yang disukai konsumen). Dari strategi WO diperoleh ungkapan ”Sebutret tidak mudah berubah bentuk atau kempes/lepek”. Atribut yang dipilih pada strategi WO atribut tingkat kemudahan dibentuk. Atribut ini merupakan atribut yang dianggap ”penting” menurut konsumen dengan skor nilai 1,16 (peringkat ke 5) seperti disajikan dalam tabel 25. Walaupun demikian atribut ini kurang dimiliki sebutret dengan kata lain sebutret kurang mudah dibentuk. Akan tetapi kelemahan ini juga bisa dipandang menjadi suatu kelebihan, hal ini disebabkan oleh konsumen yang cenderung menyukai bahan pembuat jok dan kasur yang tidak mudah lepek atau kempes atau berubah bentuk. Strategi ST dilakukan dengan menonjolkan kelebihan sebutret untuk mengantisipasi ancaman produk busa sintetis. Dari strategi ST diperoleh ungkapan ”Sebutret sejuk dan aman terhadap kesehatan”. Atribut yang digunakan pada strategi ST adalah atribut sejuk dan aman terhadap kesehatan, hal ini disebabkan oleh atribut ini merupakan kelebihan yang ada pada sebutret akan tetapi tidak terdapat pada busa sintetis sehingga diharapkan dengan penggunaan atribut tersebut dapat mengantisipasi ancaman busa sintetis dengan cara mengungkap (menyindir) kelemahan produk busa sintetis. Sedangkan strategi WT dilakukan dengan meminimalisasi kelemahan sebutret dengan menonjolkan kelemahan busa sintetis. Dari strategi WT diperoleh ungkapan ”Sebutret walaupun tidak sehalus busa tapi alami dan sehat”. Ungkapan-ungkapan di atas merupakan ungkapan yang sangat potensial digunakan untuk mewakili strategi positioning, akan tetapi atribut-atribut tersebut tidak dapat secara keseluruhan dimasukkan ke dalam strategi positioning, hal ini disebabkan oleh jika positioning yang dibuat terlalu banyak maka akan menimbulkan posisi yang membingungkan (confused positioning). Sehingga perlu
85
dipilih atribut yang paling sesuai dan paling tepat untuk menggambarkan mewakili kelebihan produk sebutret. Sedangkan ungkapan yang lainnya yang tidak ditonjolkan cukup digunakan sebagai penyokong/pendukung positioning yang telah ditetapkan. Pernyataan-pernyataan positioning di atas yang dipilih untuk mewakili strategi positioning adalah pernyataan hasil analisa strategi SO dan ST yaitu “Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman bagi kesehatan.” Hal ini disebabkan karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama karena atribut “elastis” dan “tahan lama” merupakan atribut yang mendapat nilai kepentingan tertinggi diantara atribut-atribut lainnya, dan atribut ini dimiliki oleh produk sebutret. Sedangkan pernyataan sejuk dan aman bagi kesehatan ini merupakan keunggulan produk sebutret yang dapat digunakan untuk “menyindir” kekurangan produk bahan pembuat jok dan kasur yang sekarang menguasai pasar yaitu produk busa sintetis. Setelah diperoleh ungkapan yang dirasa tepat untuk mewakili strategi positioning
maka
menyerahkan
langkah
posisi
yang
selanjutnya dipilih
adalah
kepada
mengkomunikasikan
konsumen
sasaran.
dan
Untuk
mengkomunikasikan posisi tersebut dapat dilakukan dengan promosi (yang akan dibahas lebih lanjut pada strategi promosi) maupun mewujudkan bentuk positioning dengan menggunakan petunjuk fisik ataupun tanda yang melekat pada produk sebutret. Mengingat posisi sebutret yang akan ditanamkan ke benak konsumen adalah ”Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman terhadap kesehatan”, maka sebutret dibuat dengan tingkat elastisitas yang bagus (tepat) dan mempunyai standar yang sama, selain itu perlu dibuat dengan ukuran yang tepat, rapi, dan sebersih mungkin agar dapat menggambarkan sebutret yang memiliki kualitas bagus serta aman terhadap kesehatan. Dari uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa penyusunan strategi pemasaran sebutret meliputi segmentasi, targetting dan positioning. Secara ringkas dan jelas, strategi pemasaran yang meliputi STP (segmentation, targetting dan positioning) disajikan pada tabel 31 di bawah.
86
Tabel 31. Formulasi strategi pemasaran (segmentasi, targetting dan positioning) produk sebutret Strategi pemasaran
Uraian/keterangan
Segmentasi
Segmentasi konsumen menggunakan variabel demografis berupa ukuran perusahaan (berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah investasi). Kelompok konsumen ini terbagi menjadi kelompok perusahaan rumah tangga (mikro), kecil, sedang (menengah) dan besar (atas). Segmentasi konsumen menggunakan variabel pendekatan pembelian berupa kriteria pembelian. Kelompok konsumen ini terbagi menjadi kelompok konsumen yang mengutamakan kualitas, harga dan pelayanan.
Targetting
Kelompok perusahaan dengan ukuran perusahaan menengah ke bawah atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan menjadikan kualitas sebagai kriteria utama pembelian.
Positioning
“Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman bagi kesehatan.” Sebutret dibuat dengan petunjuk fisik berupa tingkat elastisitas yang tepat dan mempunyai standar yang relatif sama, selain itu perlu dibuat dengan ukuran yang tepat, rapih dan sebersih mungkin agar dapat menggambarkan/mengesankan sebutret memiliki kualitas bagus serta aman terhadap kesehatan.
G.2. TAKTIK PEMASARAN SEBUTRET (PENGEMBANGAN BAURAN PEMASARAN BERDASARKAN ANALISIS DESKRIPTIF) Taktik bauran pemasaran adalah merupakan suatu cara yang digunakan untuk mentransformasikan strategi pemasaran menjadi tindakan program pemasaran. Dalam penelitian ini taktik bauran pemasaran dikembangkan menggunakan variabel pemasaran 4P (product, price, promotion, place). Variabel pemasaran
4P
ini
dipilih
karena
merupakan
variabel
yang
bisa
dikontrol/dikendalikan oleh perusahaan/produsen dan paling berpengaruh dalam pengembangan strategi pemasaran. Arah pengembangan taktik bauran pemasaran produk sebutret ini sendiri didasarkan pada strategi pemasaran produk substitusinya furnitur.
yaitu produk busa sintetis yang ditujukan pada pasar industri
87
G.2.1. Produk (Product) Strategi produk sebutret memerlukan pengembangan yang didisain dari awal dan mendasar. Hal ini disebabkan oleh produk sebutret merupakan produk yang baru dan akan masuk ke pasar industri. Strategi produk sebutret mencakup pengambilan keputusan mengenai kualitas, bentuk, ukuran, merek, kemasan, dan keanekaragaman produk. Pengembangan strategi produk yang pertama adalah pengambilan keputusan mengenai kualitas. Atribut kualitas ini sebenarnya tidak mudah untuk diterjemahkan secara langsung ke dalam suatu produk. Hal ini disebabkan oleh atribut kualitas bisa ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang kompleks. Dalam penelitian ini kualitas sebutret akan ditinjau dari sisi kesesuaian dan keseragaman. Tinjauan kualitas dari sisi kesesuaian dimaksudkan agar perusahaan dapat memberikan produk sebutret kepada konsumen sesuai dengan apa yang telah mereka janjikan pada positioning yaitu elastis, tahan lama sejuk dan aman bagi kesehatan. Sedangkan tinjauan dari sisi keseragaman dimaksudkan agar perusahaan mampu mengontrol dan mempertahankan kualitas kesesuaian produk tersebut terhadap setiap produk yang mereka keluarkan. Atribut kualitas ini harus benar-benar diperhatikan, mengingat bahwa sasaran/target pemasaran produk sebutret adalah konsumen yang mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. Selain itu juga ada kemungkinan sebagian besar responden akan pindah lagi ke produk substistusi (selain busa sintetis) jika produk lain tersebut memiliki kualitas yang lebih bagus dari sebutret. Keputusan tentang bentuk dan ukuran sebutret dapat dikembangkan berdasarkan survey terhadap bentuk dan ukuran bahan pembuat jok dan kasur yang selama ini dikonsumsi oleh konsumen yaitu busa sintetis. Berdasarkan hasil survey (disajikan pada tabel 13) dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen membutuhkan dan menggunakan bahan pembuat jok dan kasur dengan bentuk lembaran persegi empat. Sedangkan ukuran sebutret dibuat dengan panjang 2m, lebar 1m atau 2 m serta ketebalan bervariasi mulai dari 4 cm, 6 cm, 8 cm dan 10 cm (untuk bahan dasar pembuat jok kursi/sofa), serta ketebalan 10 cm, 12 cm, 14 cm, 16 cm, 18 cm dan 20 cm (untuk bahan dasar pembuat kasur). Ukuran yang tepat dan bervariasi ini sebisa mungkin harus terpenuhi, karena apabila ukuran terutama ketebalan produk tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen, hal itu akan
88
mengakibatkan konsumen mengalami penambahan tingkat kesulitan dalam proses produksi dan juga harus menambah biaya produksi. Dalam hal tersebut konsumen harus memberikan perilaku tambahan pada produk yang mereka beli, sehingga meningkatkan kerugian. Berdasarkan tingkat kesetiaan terhadap merek seperti yang disajikan pada tabel
15),
sebagian
besar
responden
ternyata
kurang
setia
terhadap
merek/perusahaan. Hal yang membuat konsumen beralih pada merek/perusahaan lain tersebut terutama karena mencari yang lebih mudah diperoleh, lebih murah atau karena kualitas produk lain lebih bagus (tabel 16). Selain itu konsumen industri tersebut juga menganggap merek bukanlah suatu hal yang penting, ini terlihat dari skor nilai kepentingan yang didapatkan atribut merek -0,75 (seperti pada tabel 25) yang menunjukkan bahwa merek dinyatakan “tidak penting“. Pemberian merek dianggap tidak perlu, selain hal-hal diatas juga karena sebutret (bahan pembuat jok dan kasur) bukan merupakan produk individual yang dijual secara langsung ke konsumen sehingga poduk hampir sama dan sulit membedakan antara yang satu dengan yang lain. Selain itu pemberian merek juga memerlukan pengeluaran investasi jangka panjang yang besar, khususnya untuk iklan, promosi, dan kemasan. Untuk itu perusahaan diharapkan dapat memproduksi sebutret sebagai bahan pembuat jok dan kasur dengan kualitas sebaik/seproporsial mungkin agar konsumen bisa menilai dan memilih sendiri sebutret yang bagus menurut penilaian mereka. Atribut kemasan merupakan atribut yang dianggap “cukup penting” oleh konsumen. Beberapa konsumen beralasan bahwa bahan pembuat jok dan kasur perlu dikemas untuk menjaga agar kualitas produk tersebut tetap terjaga sampai di tangan konsumen. Selama ini kemasan yang digunakan untuk bahan pembuat jok dan kasur adalah plastik transparan tanpa label apapun. Hal ini karena sesuai dengan tujuan utama pengemasan yaitu untuk menjaga kualitas (agar tidak kotor, sobek, basah atau terkena debu). Hal lain yang perlu diperhatikan untuk strategi produk adalah keaneka ragaman produk. Keanekaragaman produk bahan pembuat jok dan kasur khususnya sebutret dapat divariasikan menurut tingkat densitas/kepadatan bahan. Kepadatan yang berbeda-beda sangat diperlukan agar konsumen memiliki banyak pilihan yang sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu pembuatan bagian-bagian jok dan kasur perlu bahan yang memiliki kepadatan/densitas yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya.
89
G.2.2. Harga (Price) Meskipun sebutret memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan produk busa sintetis dan target pasar sebutret adalah konsumen yang mengutamakan kualitas dalam pembelian, akan tetapi harga merupakan pertimbangan kedua terpenting setelah kualitas, ini terbukti dari skor nilai tingkat kepentingan yang diperoleh atribut harga yaitu +1,41 (seperti pada tabel 25) yang berarti “penting“
mendekati “sangat penting“. Harga menjadi atribut terpenting
ke dua bagi konsumen industri karena sesuai dengan tujuan para konsumen industri yang selalu berusaha memperoleh laba/keuntungan setinggi-tingginya dengan pengeluaran yang sekecil mungkin. Berdasarkan hal tersebut diatas maka strategi penetapan harga yang akan dirancang dalam penelitian ini adalah penetapan harga markup. Penetapan harga markup dengan cara menambahkan markup standar pada biaya produk. Penambahan markup atau keuntungan yang ingin diperoleh ini bisa berubah dan diatur sesuai dengan perkembangan pasar. Pada awal penjualan/peluncuran produk sebaiknya penambahan markup tidak telalu tinggi agar bisa menarik pasar. Selanjutnya setelah produk dikenal dan mapan dipasaran, penambahan markup dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi pasar. Rumus penentuan harga dengan penambahan markup adalah sebagai berikut : Harga markup =
biaya produksi per unit (1-pengembalian atas penjualan yang diinginkan)
Harga sebutret (skala percobaan) dengan penambahan markup sebesar 10% adalah Rp. 1.545.000,-. Penentuan harga dengan penambahan markup ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan antara lain : 1. Lebih sederhana dan mudah dilakukan oleh perusahaan yang kecil atau berbasis kerakyatan (dibandingkan dengan memperkirakan jumlah permintaan). 2. Konsumen industri adalah konsumen yang berpikir lebih rasional dan berpengalaman. Dengan melihat bahan dasar pembuat sebutret, mereka akan dapat memperkirakan harga sebutret. Jadi penetapan harga dengan menambahkan markup ke biaya produk dianggap lebih adil baik bagi pembeli maupun penjual. Penjual tidak mengambil keuntungan dari pembeli ketika permintaan pembeli tinggi, akan tetapi penjual tetap memperoleh pengembalian yang layak atas investasinya. 3. Persepsi
90
sebagian besar konsumen yang memandang bahwa bahan pembuat jok dan kasur yang terbuat dari serat kelapa dan lateks lebih murah karena kedua bahan tersebut banyak tersedia di dalam negeri dibandingkan dengan harga rata-rata busa sintetis yang bahan bakunya masih diimport. Hal ini berarti bahwa penentuan harga berdasarkan persepsi konsumen kurang tepat karena akan berpeluang merugikan produsen. 4. Menaikkan harga untuk menandakan kualitas yang lebih unggul dirasa kurang tepat, hal ini disebakan konsumen industri adalah konsumen yang profesional. G.2.3. Promosi (Promotion) Penyusunan bauran promosi bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen (untuk menanamkan citra produk di benak konsumen) dan/atau membujuk konsumen agar tergerak membeli produk yang ditawarkan (sebutret). Penanaman citra produk di benak konsumen dilakukan agar konsumen memiliki loyalitas dan citra yang baik terhadap sebutret. Cara promosi untuk mencapai tujuan ini dapat dilakukan dengan terang-terangan maupun terselubung. Untuk cara yang terang-terangan (above the line) dapat dilakukan dengan membuat iklan berupa selebaran, brosur, leaflet dan poster. Sedangkan untuk cara yang terselubung (below the line) dapat dilakukan dengan mengikuti event tertentu seperti pameran dan seminar. Cara promosi seperti di atas selama ini telah dilakukan oleh BPTK sebagai penemu teknik pembuatan sebutret, dan dapat dijadikan contoh yang baik. Sedangkan promosi untuk membujuk konsumen agar segera atau tergerak untuk membeli sebutret (yang nantinya dapat dilakukan oleh BPTK ataupun oleh pengusaha sebutret yang mempunyai kelas UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), dapat dilakukan dengan alat/media promosi berupa personal selling. Pemilihan personal selling didasarkan atas hasil survey yang menunjukkan bahwa para konsumen sebagian besar (sebanyak 86% seperti tersaji dalam tabel 23), memilih dan menyukai untuk didatangi langsung oleh penjual, kondisi ini disebabkan oleh para konsumen industri ini merupakan orang-orang yang memiliki tingkat kesibukan yang cukup tinggi sehingga jarang mempunyai kesempatan untuk mengakses sarana informasi seperti televisi, majalah, koran dan lain-lain. Selain itu dengan di didatangi langsung oleh penjual (personal selling), mereka dapat mengamati secara langsung dan menilai produk sebutret tersebut
91
serta memungkinkan mereka untuk menanyakan hal-hal yang ingin mereka ketahui dan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang produk sebutret yang ditawarkan. Selain alasan dan pertimbangan tersebut di atas, penekanan dan pemilihan metode personal selling juga dilakukan, antara lain karena 1. Jumlah konsumen tidak banyak/terbatas dan tertentu sehingga dengan personal selling dapat lebih tepat, efektif dan efisien. 2. Produk yang dipasarkan adalah produk baru yang belum dikenal konsumen. Kondisi ini memungkinkan timbul banyak pertanyaan dari konsumen sehingga dengan penjualan langsung akan dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan konsumen. 3. Metode ini berpeluang untuk dapat membujuk konsumen sehingga dapat dimanfaatkan untuk sekaligus melakukan penjualan. Dalam melakukan personal sellimg produk sebutret, pembawa pesan sebaiknya adalah orang yang ahli dan mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap produk sebutret sehingga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari calon konsumen sebutret yang mungkin timbul, selain itu sebaiknya juga mempunyai kemampuan untuk negosiasi terutama dalam menentukan harga. Untuk memudahkan melakukan personal selling sebaiknya penjual/perusahaan
92
mempunyai database dan informasi yang lengkap mengenai profil dan karakteristik calon konsumen sebutret (seperti disajikan dalam tabel 4 halaman 42), agar bisa mempersiapkan cara/metode untuk mengahadapi konsumen. Untuk memaksimalkan kegiatan promosi dengan media personal selling, akan lebih baik bila didukung dengan promosi penjualan berupa diskon maupun pembulatan/potongan harga. Promosi penjualan ini dipilih dan digunakan karena karakteristik konsumen yang sangat mementingkan harga dan berusaha mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran yang sesedikit mungkin. Dengan dukungan promosi penjualan ini diharapkan dapat membujuk konsumen agar tergerak atau segera membeli sebutret. G.2.4. Distribusi (Place) Dalam penentuan strategi distribusi produk sebutret ada 3 aspek yang perlu diperhatikan yaitu sistem transportasi, pemilihan saluran distribusi dan penyimpanan barang. Sistem transportasi atau pengiriman produk berfungsi untuk menyampaikan produk dari produsen ke konsumen. Sistem transportasi ini berkaitan dengan biaya dan service kepada pembeli. Walaupun mengeluarkan biaya, pelayanan transportasi ini perlu disediakan untuk memudahkan dan meningkatkan pelayanan bagi konsumen industri. Hal ini perlu dipertimbangkan dan dilakukan karena tidak setiap perusahaan yang menjadi konsumen memiliki alat transportasi. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa ada sebagian konsumen yang lebih memilih tempat penjualan pada lokasi tertentu karena penjual tersebut memberikan pelayanan transportasi untuk mengantarkan produknya. Strategi distribusi produk sebutret yang selanjutnya adalah memilih dan menentukan saluran distribusi atau lembaga-lembaga yang akan dilalui. Berdasarkan hasil survey konsumen industri bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis menunjukkan bahwa saluran distribusi yang banyak digunakan adalah saluran yang pendek. Hal ini terlihat dari tempat pembelian busa sintetis oleh konsumen seperti yang disajikan pada tabel 24 yaitu 28% konsumen membeli langsung di produsen, 39% konsumen membeli di agen/penyalur dan 33% konsumen membeli di toko grosir. Pada umunya memang lembaga-lembaga yang dilalui oleh produk industri adalah produsen, agen, pedagang besar/grosir dan pemakai. Dalam distribusi barang industri hampir tidak
93
pernah menggunakan pengecer, sehingga saluran distribusi barang industri lebih pendek dibandingkan dengan barang-barang konsumsi. Untuk pemasaran produk sebutret yang termasuk barang industri yang baru, ada dua saluran distribusi yang mungkin dapat digunakan yaitu (gambar 7) : 1.
produsen
2.
produsen
pemakai
pemakai
agen
Gambar 7. Saluran distribusi untuk serat sabut kelapa berkaret. Dua saluran distribusi diatas dipilih sebagai saluran distribusi sebutret karena beberapa pertimbangan, antara lain : 1. Jumlah konsumen bahan pembuat jok dan kasur khususnya sebutret sedikit dan tertentu, sehingga dengan saluran langsung atau perantara agen maka dapat lebih tepat sasaran dan menekan biaya distribusi. 2. Sebutret merupakan produk yang baru. Dengan saluran langsung atau menggunakan agen maka produk baru ini dapat secara langsung diterangkan dan diperkenalkan ke konsumen, sehingga produsen atau agen dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul dari konsumen industri. 3. Dengan menggunakan agen maka dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas. Strategi
distribusi
yang
terakhir
adalah
tentang
penyimpanan
barang/persediaan barang. Penyimpanan barang ini berkaitan dengan service perusahaan, dengan adanya penyimpanan barang maka dapat menjamin persediaan yang selalu ada setiap saat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat waktu, meminimalkan kerugian akibat kehilangan kesempatan penjualan atau kehilangan pelanggan yang disebabkan oleh pelanggan yang tidak mau menunggu dan menjaga kepercayaan konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan barang adalah hendaknya persediaan barang ini disesuaikan
dengan
prakiraan
permintaan
yang
dilakukan
perusahaan.
Penyimpanan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya penyimpanan (gudang) dan biaya penanganan yang besar pula. Selain itu juga akan memberi peluang kerusakan atau penurunan mutu produk (kotor, sobek, rusak dll) yang lebih besar.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kelompok atau segmen konsumen yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kelompok pertama berjumlah 41% adalah kelompok perusahaan rumah tangga, perusahaan kecil dan menengah dengan jumlah pekerja 1-4 orang dan 5-
9 orang serta jumlah investasi/modal < 200 juta dan 200 juta – 10 milyar. Selain itu kelompok pertama ini juga mempunyai ciri mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. 2. Kelompok kedua berjumlah 34% adalah kelompok perusahaan kecil dan menengah dengan jumlah karyawan 5-19 orang dan 20-99 orang serta jumlah investasi/modal 200 juta – 10 milyar. Kelompok kedua ini juga mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. 3. Kelompok ketiga berjumlah 12,5 % adalah kelompok perusahaan rumah tangga dan perusahaan kecil dengan jumlah karyawan 1-4 orang dan jumlah investasi/modal < 200 juta serta mempunyai ciri mengutamakan harga sebagai pertimbangan pembelian. 4. Kelompok keempat berjumlah 12,5 % adalah kelompok perusahaan kecil dan menengah dengan jumlah karyawan 5-19 orang dan jumlah investasi/modal < 200 juta dan 200 juta – 10 milyar serta mempunyai ciri mengutamakan harga dalam melakukan pertimbangan pembelian. Dari keempat kelompok konsumen tersebut yang paling potensial untuk dijadikan target pasar adalah kelompok konsumen 1 dan 2. Kelompok konsumen 1 dan 2 ini dipilih karena memiliki persentase yang paling besar yaitu 41 % dan 34% serta memiliki karakteristik yang sama. Yang membedakan kelompok 1 dan 2 hanyalah komposisi jumlah karyawan dan jumlah investasi, namun pada dasarnya karakteristik kelompok konsumen 1 dan 2 ini berstatus sama, yaitu perusahaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan sama-sama mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. Positioning yang dirancang untuk memposisikan sebutret adalah positioning menurut atribut dan menurut pesaing (busa sintetis). Dari hasil analisis SWOT diperoleh ungkapan yang mewakili strategi positioning berupa ”Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman bagi kesehatan”.
96
Strategi produk sebutret mencakup pengambilan keputusan mengenai kualitas, bentuk, ukuran, merek, kemasan, dan keanekaragaman produk. Kualitas sebutret dibuat sebaik mungkin dengan cara menyesuaikan dengan apa yang telah dijanjikan pada positioning dan dibuat seseragam mungkin. Sedangkan bentuk sebutret dibuat lembaran persegi empat dengan ukuran panjang 2m, lebar 1m atau 2 m serta ketebalan bervariasi mulai dari 4 cm, 6 cm, 8 cm dan 10 cm (untuk bahan dasar pembuat jok kursi/sofa), serta ketebalan 10 cm, 12 cm, 14 cm, 16 cm, 18 cm dan 20 cm (untuk bahan dasar pembuat kasur).
Berdasarkan hasil survei dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, pemberian merek terhadap sebutret dianggap kurang penting. Sedangkan kemasan diperlukan untuk menjaga kualitas produk agar tidak mengalami penurunan atau kerusakan selama proses distribusi. Diharapkan agar kemasan untuk sebutret terbuat dari bahan yang mampu melindungi produk sebutret dari debu, kotoran, air dan dari kerusakan (sobek) serta tidak terlalu mahal, misalnya plastik. Keanekaragaman produk sebutret dapat divariasikan menurut tingkat densitas/kepadatan bahan. Hal ini dimaksudkan agar konsumen memiliki banyak pilihan sesuai dengan kebutuhan mereka. Strategi penetapan harga sebutret yang sesuai adalah penetapan harga markup yaitu dengan menambahkan markup standar pada biaya produk. Penambahan markup atau keuntungan yang ingin diperoleh ini bisa berubah dan diatur sesuai dengan perkembangan pasar. Dalam penyusunan strategi bauran promosi, perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kemampuan/anggaran promosi yang dimiliki oleh perusahaan agar diperoleh hasil yang optimal. Untuk perusahaan yang tidak besar atau usaha berbasis kerakyatan dan tidak mempunyai banyak anggaran promosi, maka menggunakan dan mengoptimalkan
promosi personal selling dengan dukungan
promosi penjualan berupa diskon, kupon pembulatan atau potongan harga merupakan pilihan yang tepat. Selain alat promosi di atas dapat pula digunakan alat promosi skematik (untuk menanamkan citra produk di benak konsumen) berupa advertising yaitu dengan menggunakan brosur, leaflet atau poster dan juga didukung promosi tersamar (below the line) berupa pameran atau seminar. Dalam penentuan strategi distribusi ada 3 aspek yang harus dikembangkam dan dipersiapkan dengan matang yaitu sistem transportasi perusahaan, pemilihan saluran distribusi dan penyimpanan barang. Sistem transportasi disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Strategi distribusi yang selanjutnya adalah memilih dan
96
97
menentukan saluran distribusi. Berdasarkan pertimbangan dan hasil analisis, saluran distribusi yang disarankan untuk digunakan adalah saluran yang pendek dengan tingkat “nol” dan tingkat “satu”. Strategi distribusi yang terakhir adalah tentang penyimpanan barang/persediaan barang. Penyimpanan barang ini berkaitan dengan service perusahaan, dengan adanya penyimpanan barang maka dapat menjamin persediaan yang selalu ada setiap saat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat waktu, meminimalisir kerugian karena kehilangan kesempatan penjualan atau kehilangan pelanggan. B. SARAN 1. Produsen sebaiknya membuat standar mutu/kualitas untuk produk sebutret yang meliputi densitas, elastisitas, ukuran, kerataan permukaan dan lain-lain, mengingat sasaran atau target pasar adalah perusahaan-perusahaan yang mengutamakan kualitas dalam melakukan pertimbangan pembelian. 2. Memperbaiki proses produksi agar menghasilkan sebutret dengan tekstur lebih halus dan agar proses produksi lebih cepat dan memiliki kapasitas yang lebih tinggi. 3. Membuat sebutret dengan variasi harga, kualitas dan bentuk agar bisa memenuhi kebutuhan konsumen dan menyaingi/menyamai keragaman yang dimiliki produk substitusinya. 4. Diharapkan juga agar pemerintah pusat atau daerah membuat kebijakan atau program pengembangan agribisnis atau agroindustri dengan memanfaatkan potensi
wilayah, antara lain
produk atau hasil samping pertanian dan
perkebunan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
97
98
Asri, Marwan. 1991. Marketing. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Allorerung, D dan Budianto, J. 2003. Kelembagaan Perkelapaan di Indonesia. Di dalam Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Bachtiar, M. 2001. Analisis Tekno-Ekonomi Pengembangan Agroindustri Busa Karet pada Perkebunan Karet Rakyat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Balai Penelitian Teknologi Karet. 2003. Jok Sebutret, Produk Alternatif yang Prospektif. www. Dprin.co.id. [Desember 2003] Clancy, K. J dan Shulman, R.S. 1991. The Marketing Revolution. Di dalam Sitanggang, Ariel. 2000. Strategi Segmentasi Produk Makanan Olahan Beku Dalam Kemasan Merek The Home of Good Food. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dharmawan, R.M.A. 2001. Analisis Strategi Pemasaran pada CV Mubarok, Kudus, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ferber, robert. 1974. Handbook of Marketing Research. Di dalam Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Pencetakan, Yogyakarta. Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Pencetakan, Yogyakarta. Kartajaya, H. 2001. Marketing Plus 2000. Siasat Memenangkan Persaingan Global. Di dalam Malinda, R. Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi, Manisan dan Pindang Ikan Mas Khas Cianjur. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasali. 2000. Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targetting dan Positioning. PT. Gramedia Utama, Jakarta. Kinnear, Thomas C dan Taylor, James R. 1988. Riset Pemasaran. Jilid 1. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. Kotler, P dan Amstrong, G. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta.
98
99
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid II. PT. Prenhallindo, Jakarta. Kusnata, T dan S. Budiman. 1975. Petunjuk Pembuatan Karet Busa. Di dalam Indriati, T. 2004. Pengaruh Kadar Karet Kering dan Umur Pemeraman Kompon Lateks Sentrifusi Terhadap Karakteristik Serat Sabut Kelapa Berkaret. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lamb, Charles W. dan Hair, Joseph F. 2001. Pemasaran. Salemba Empat, Jakarta. Machfud. 1999. Diktat Bahan Pengajaran Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Santoso, S. dan Tjiptono, F. 2001. Riset Pemasaran. Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta. Sinurat, M. 2003. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa Berkaret Menjadi Jok Kursi. Di dalam Prosiding Konferensi Nasional Kelapa V. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Sinurat, M dan Wahyudi, T. 2005. Manufacture of Rubberized Coir Mattress for Small Scale Industry. Proceeding Second International Seminar on Environmental Chemistry and Toxicology. Indinesian Society for Environmental Chemistry and Toxicology. Yogyakarta. Sitanggang, Ariel. 2000. Strategi Segmentasi Produk Makanan Olahan Beku Dalam Kemasan Merek The Home of Good Food. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Stanton, Wiliam, J. dan Lamarto, Y. 1994. Prinsip Pemasaran. Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta. Tjiptono, F. 1997. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta. Umar, H. 1997. Metodologi penelitian aplikasi dalam Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
99
100
100
101
101
102
Lampiran 1. Gambar Sebutret
102
103
Lampiran 2. Contoh kuesioner panduan wawancara konsumen industri. Kuesioner Panduan Wawancara Terhadap Konsumen Produk Busa Sintetis Pada Industri Furnitur Identitas responden : No Responden
:
Usia
:
Tgl Pengisian
:
Jenis Kelamin
:P/W
Nama Perusahaan
:
Status Pendidikan
:
Nama Responden
:
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian mengenai STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET SEBAGAI BAHAN JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITURE Suatu Studi Kasus di BPTK (Balai Penelitian Teknologi Karet) Bogor. Informasi ini dibutuhkan untuk penulisan SKRIPSI di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan oleh Lia Meilani (NRP : F03400053). PETUNJUK PENGISIAN Responden diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap seluruh pertanyaan dengan cara memberikan tanda silang (x) pada kolom yang tersedia jika pertanyaan tertutup (Jawaban yang diberikan dapat lebih dari satu sesuai dengan pilihan responden). Dan menuliskan jawaban menurut pendapat anda jika pertanyaan terbuka. a. Informasi prakiraan permintaan sebutret pada industri furniture : 1. Apakah perusahaan Anda menggunakan Busa Sintetis sebagai bahan baku atau bahan pembantu di perusahaan anda? ( ) Ya ( ) Tidak (Bila jawaban no 1 Ya maka pertanyaan dapat dilanjutkan, bila tidak anda tidak perlu melanjutkan jawaban, terima kasih). 2. Perusahaan Anda menggunakan busa sintetis untuk keperluan apa saja? a. …………………………………………. b. …………………………………………. c. …………………………………………. d. ………………………………………….
3. Berapa persen busa yang perusahaan beli digunakan sebagai bahan baku jok dan kasur? ( ( (
) < 20% ) 20% - 30% ) 31% - 40 %
( ( (
) 41% - 50% ) 51% - 60 % ) 61% - 70%
( ( (
) 71% - 80% ) 81% - 90% ) 91% - 100%
103
104
Lampiran 2. (Lanjutan) b. Variabel Segmentasi : 1. Jumlah karyawan perusahaan anda : ( ) Antara 1 - 4 orang ( ) Antara 20 - 99 orang ( ) Antara 5 - 19 orang ( ) 100 orang atau lebih 2. Nilai investasi perusahaan anda : ) ≤ 200.000.000 juta ) 200.000.001 – 10 Milyar
( (
( ) ≥ 10 Milyar 3. Ukuran pesanan tiap pembelian ) Selalu dalam jumlah banyak (>12 m3) ) Selalu dalam jumlah sedang (12 – 5 m3)
( (
( ) Selalu dalam jumlah kecil (< 5 m3). ( ) Tidak tentu. 4. Dalam membeli busa hal terpenting apa yang menjadi pertimbangan? ( ) kualitas. ( ) pelayanan. ( ) harga. 5. Rata-rata pengeluaran untuk pembelian busa tiap bulan (status pemakaian busa). (
) >Rp. 10.000.000,-
(
) Rp. 10.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-
(
) Rp. 2.500.000,- s/d Rp. 5.000.000,-
(
) < Rp. 2.500.000,-
c. Positioning : 1. Beri tanda (√ ) untuk menggambarkan seberapa bagus-tidak bagus setiap atribut di bawah ini yang ada pada busa/bahan pembuat jok dan kasur yang digunakan oleh perusahaan anda saat ini. Sangat Bagus = SB Cukup Bagus = CB Sangat Tidak Bagus = STB Bagus =B Tidak Bagus = TB No.
Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur
1.
Kualitas (tahan lama)
2.
Kepegasan/elastisitas
3.
Harga
4.
Merek
5.
Penampakan luar/tekstur
Jok dan/atau Kasur SB
B
CB
TB
STB
104
105
Lampiran 2. (Lanjutan) No.
Atribut
SB
6.
Bentuk
7.
Ukuran
8.
Keamanan bagi kesehatan
9.
Massa/berat bahan
10.
Kemudahan memperoleh
11.
Iklan/promosi yang menarik
12.
Sirkulasi udara bahan/ bhn
B
CB
TB
STB
menyerap panas/ tidak ) 13
Berisik/ tidak ketika dipakai
14.
Ramah lingkungan
15.
Kemasan
16.
Mudah dibentuk keinginan
17.
Tahan terhadap air
18.
Tahan terhadap bakteri kutu dan serangga
19.
Berdebu/ menyerap debu
sesuai
2. Beri tanda (√ ) untuk menggambarkan seberapa penting-tidak penting setiap atribut di bawah ini yang diharapkan ada pada busa/bahan pembuat jok dan kasur bagi anda atau perusahaan anda. Sangat Penting = SP Cukup Penting = CP Sangat Tidak Penting = STP Penting = P Tidak Penting = TP No.
Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur
1.
Kualitas (tahan lama)
2.
Kepegasan/elastisitas
3.
Harga
4.
Merek
5.
Penampakan luar/tekstur
6.
Bentuk
7.
Ukuran
8.
Keamanan bagi kesehatan
9.
Massa/berat bahan
10.
Kemudahan memperoleh
Jok dan/atau Kasur SP
P
CP
TP
STP
105
106
Lampiran 2. (Lanjutan) No.
Atribut
SP
11.
Iklan/promosi yang menarik
12.
Sirkulasi udara bahan/ Bhn
P
CP
TP
STP
menyerap panas/ tidak ) 13
Berisik/ tidak ketika dipakai
14.
Ramah lingkungan
15.
Kemasan
16.
Mudah dibentuk keinginan
17.
Tahan terhadap air
18
Tahan terhadap bakteri, kutu
sesuai
dan serangga 19.
Berdebu/ menyerap debu
d. Bauran Produk : 1. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang digunakan dalam pembuatan jok dan kasur. Untuk jok kursi : No.
Bentuk
Ukuran
Bentuk
Ukuran
Untuk kasur : No.
2. Jenis atau macam-macam busa yang biasa dibeli atau dipakai beserta alasan mengapa memakai produk itu (kelebihan dan kekurangan produk itu). No.
Jenis busa
Kualitas busa
Alasan atau Kelebihan/Kelurangan
3. Apakah perusahaan Anda selalu membeli busa pada perusahaan/merek yang sama. ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Kadang-kadang
106
107
Lampiran 2. (Lanjutan) 4. Hal atau pertimbangan yang menyebabkan perusahaan memutuskan beralih merek/perusahaan busa yang lain. ( ) lebih murah ( ) menawarkan potongan harga ( ) lebih mudah diperoleh ( ) promosinya lebih menarik ( ) kualitasnya lebih baik ( ) Lainnya…… ( ) lebih terkenal 5. Apakah perusahaan Anda selalu menggunakan busa sebagai bahan pembuat jok dan/ kasur? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Kadang-kadang 6. Hal atau pertimbangan yang menyebabkan perusahaan memutuskan untuk menggunakan bahan selain busa untuk membuat jok dan/ kasur ( ) Ingin mencoba. ( ) Bahan lain lebih terkenal ( ) Bahan lain lebih murah ( ) Bahan lain menawarkan potongan harga ( ) Bahan lain lebih mudah diperoleh ( ) Bahan lain promosinya lebih menarik ( ) Bahan kualitasnya lebih baik ( ) Lainnya…… e. Bauran Harga : 1. Jenis atau macam-macam busa yang biasa dibeli atau dipakai beserta harga masingmasing jenis busa tersebut. No. Jenis busa Kualitas Busa Harga Busa
2.
Menurut Anda pakah harga busa sintetis saat ini tergolong mahal? ( ) Ya ( ) Tidak 4. Jika dikeluarkan produk yang dapat menggantikan busa sintetis yang terbuat dari bahan hasil alam (non sintetis), maka menurut anda harga yang sesuai untuk produk baru tersebut adalah? ( ) 1. Lebih murah dari harga rata-rata busa sintetis yang ada dipasaran ( ) 2. Lebih mahal dari harga rata-rata busa sintetis yang ada dipasaran ( ) 3. sama dengan harga rata-rata busa sintetis yang ada dipasaran 5. Menurut Anda jika produk pengganti busa sintetis tersebut lebih mahal dari harga rata-rata busa sintetis di pasaran, berapa persen perbedaan harga yang dapat anda terima? ( ) 1. lebih mahal dari 25 % ( ) 2. 21-30 % lebih mahal ( ) 3. 11-20% lebih mahal (
) 4. ≤ 10% lebih mahal
107
108
Lampiran 2. (Lanjutan) 6. Jika produk pengganti busa sintetis tersebut sudah dikeluarkan dengan harga menurut jawaban anda pada nomor 3 atau 4, apakah anda tertarik untuk mencoba/membelinya? ( ( f.
) Pasti beli. ) Mungkin beli.
( (
) Mungkin tidak beli. ) Tidak
(
) Ragu-ragu.
Bauran Promosi : 1. Dari sumber informasi apakah Anda mengetahui produk busa sintetis/ bahan pembuat jok dan kasur? (
) Teman/Orang lain.
(
) Koran.
(
) Keluarga.
(
) Majalah.
(
) Even tertentu/Pameran.
(
) Iklan TV.
(
) Leflet/Brosur.
(
) Radio.
(
) Yellow pages/buku belanja.
(
) Lainnya…..
2. Bentuk promosi apa yang paling Anda sukai ? (
) Direct selling (promosi secara langsung).
(
) Iklan dari koran.
(
) Iklan dari majalah.
(
) Potongan harga.
(
) Leflet/Brosur.
(
) Promosi melalui hadiah
(
) Iklan TV.
(
) Even tertentu/Pameran.
(
) Radio.
(
) Lainnya…..
(
) Yellow pages/buku belanja.
g. Bauran Distribusi : 1. Dari mana biasanya perusahaan anda membeli busa sintetis? (
) Produsen busa sintetis.
(
) Toko Grosir/eceran
(
) Agen/penyalur dalam jumlah besar
(
) Lainnya……
h. Perilaku Konsumen Industri : 1. Siapa yang membuat keputusan pembelian busa sintetis/bahan pembuat jok dan kasur? (
) Direktur perusahaan.
(
) Manajer produksi.
(
) Pemilik perusahaan.
(
) Manajer pemasaran.
(
) Manajer pembelian.
(
) Lainnya…………
(
) Jajaran direksi perusahaan (gabungan beberap orang).
2. Kapan waktu pembelian busa . (
) Rutin (beberapa bulan sekali).
(
) Terjadwal.
(
) Tidak rutin/tidak terjadwal..
108
109
Lampiran 3. Angka kritik nilai r ANGKA KRITIK NILAI r Derajat Kebebasan (df) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
5%
1%
0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,497 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423 0,413 0,404 0,396
1,000 0,990 0,959 0,917 0,874 0,834 0,798 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,623 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,549 0,537 0,526 0,515 0,505
Derajat Kebebasan (df) 24 25 26 27 28 29 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 125 150 200 300 400 500 1000
5%
1%
0,338 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,325 0,304 0,288 0,273 0,250 0,232 0,217 0,205 0,195 0,174 0,159 0,138 0,113 0,098 0,088 0,062
0,495 0,485 0,478 0,463 0,463 0,456 0,449 0,418 0,393 0,372 0,354 0,325 0,302 0,283 0,267 0,254 0,228 0,208 0,181 0,148 0,128 0,115 0,081
Sumber : Fisher dan Yates, “ Statistical tables for biological agricultural and medical research” dikuti dari Singarimbun, M dan S. Effendi,1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
109
110 Lampiran 4. Hasil uji validitas kuesioner Rspdn
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12
x13
x14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total X X2 r hitung
3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 5 4 112 12544 0.376919
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 2 4 4 4 3 2 4 4 4 114 12996 0.450895
2 2 2 4 2 2 4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 4 82 6724 0.376852
2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 4 3 4 85 7225 0.401255
2 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 119 14161 0.474963
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 119 14161 0.740512
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 122 14884 0.472763
2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 4 105 11025 0.587908
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 114 12996 0.396017
2 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 2 4 4 4 123 15129 0.598975
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 5 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 76 5776 0.464893
2 2 2 4 4 2 4 2 3 4 3 2 4 4 3 4 4 2 2 4 5 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 89 7921 0.520821
3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 119 14161 0.408275
3 2 4 4 5 2 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 3 111 12321 0.515229
110
111 Lampiran 4. (Lanjutan) x15 2 3 3 4 4 4 2 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 3 4 2 4 4 2 97 9409
x16 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 131 17161
x17 2 2 2 4 5 2 2 2 2 4 4 2 3 2 4 5 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 99 9801
x18 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 118 13924
x19 1 1 2 4 3 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2 2 3 4 4 4 2 95 9025
x20
x21
x22
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 148 21904
4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 133 17689
4 4 2 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 136 18496
x23 2 2 2 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 70 4900
x24
x25
x26
x27
4 2 4 5 3 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 120 14400
2 2 2 2 5 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 111 12321
4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 121 14641
2 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 121 14641
x28 4 2 2 4 3 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 4 87 7569
x29 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 131 17161
111
112 0.488127
0.389653
0.380292
0.66906
0.464649
0.381957
0.434822
0.408649
0.570533
0.35858
0.387658
0.383102
0.436718
0.362424
0.434062
Lampiran 4. (Lanjutan) x30
x31
x32
x33
x34
x35
x36
x37
x38
2 2 4 4 5 4 5 4 3 2 4 3 5 4 4 4 4 2 5 2 5 4 2 2 4 4 4 2 2 2 4
2 4 2 4 5 4 4 2 3 4 4 4 4 5 3 3 4 2 4 2 4 4 2 4 4 2 2 2 4 3 4
2 4 4 5 4 4 5 4 2 3 4 4 5 5 4 3 2 2 4 2 4 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4
3 3 4 5 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 3 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4
2 2 2 4 5 4 4 4 3 2 2 2 3 1 4 4 3 4 4 4 2 2 4 2 2 3 4 2 4 4 3
4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4
3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 3 4
107
104
111
114
95
128
121
121
115
Y 107 116 123 156 158 139 146 134 134 131 148 131 146 145 149 148 142 138 140 134 139 130 125 137 127 132 142 108 142 132 145
x12 9 4 16 16 16 16 9 16 16 16 16 9 16 9 16 9 9 16 9 16 16 16 16 9 16 9 16 4 16 25 16 418
x22 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 9 9 16 16 9 16 16 16 25 16 4 16 16 16 9 4 16 16 16 432
x32 4 4 4 16 4 4 16 4 9 4 9 9 4 9 4 9 9 16 4 9 9 4 9 9 9 4 9 4 4 4 16 232
x42 4 9 4 9 4 9 9 9 4 9 9 4 9 9 16 4 9 9 9 9 4 9 4 4 4 4 16 4 16 9 16 247
x52 4 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 9 4 16 16 16 16 16 16 16 16 467
x62 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 9 16 16 9 461
x72 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 9 16 16 16 484
x82 4 4 4 16 16 16 16 16 16 4 9 16 9 9 16 16 16 16 16 16 4 4 16 16 4 16 16 4 16 16 16 379
112
113 11449 0.592154
10816 0.50221
12321 0.501678
12996 0.392868
9025 0.486076
16384 0.387202
14641 0.363965
14641 0.418968
13225 0.419062
Lampiran 4. (Lanjutan) x92 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 9 16 16 16 16 9 9 16 16 9 16 16 16 16 9 16 4 16 9 16
x102 4 16 16 16 25 16 9 16 16 16 16 16 16 25 16 25 16 16 25 16 16 9 16 16 16 25 16 4 16 16 16
x112 4 4 4 9 4 4 4 4 4 4 9 4 9 25 16 16 9 4 4 4 9 4 4 4 4 4 16 4 4 4 4
x122 4 4 4 16 16 4 16 4 9 16 9 4 16 16 9 16 16 4 4 16 25 4 4 16 4 9 4 4 4 4 4
x132 9 4 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 25 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16
x142 9 4 16 16 25 4 16 4 16 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 4 4 9 16 16 16 16 4 16 16 9
x152 4 9 9 16 16 16 4 16 9 4 4 9 16 16 16 16 16 16 16 4 4 4 4 16 4 9 16 4 16 16 4
x162 9 16 16 16 16 25 25 25 25 16 25 16 16 25 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25
x172 4 4 4 16 25 4 4 4 4 16 16 4 9 4 16 25 16 16 4 16 16 4 16 16 16 4 16 16 16 4 16
x182 4 4 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 4 16 16 16
x192 1 1 4 16 9 4 16 4 9 4 16 16 16 16 16 16 16 16 4 16 4 9 9 16 4 4 9 16 16 16 4
x202 16 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 16 16 25 25 25 16 16 25 16 16 25 25 25
x212 16 25 16 25 25 16 16 16 16 16 25 16 16 25 25 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 25
x222 16 16 4 25 25 25 25 16 16 16 25 16 25 25 16 25 25 16 16 16 25 16 25 16 16 25 25 25 16 9 25
x232 4 4 4 16 16 4 9 4 4 4 9 4 4 9 4 4 9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
x242 16 4 16 25 9 16 25 16 16 16 16 9 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16
x252 4 4 4 4 25 16 9 16 16 9 16 16 16 4 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 9 16 16 16
x262 16 9 16 16 25 16 16 16 16 25 16 16 9 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 4 16 16 16
x272 4 16 16 25 16 16 25 16 16 16 25 16 16 25 16 9 16 16 9 16 16 16 16 16 9 4 16 16 16 16 16
x282 16 4 4 16 9 4 4 4 4 4 16 4 9 16 16 16 9 16 9 4 9 16 4 4 4 9 4 4 4 9 16
x292 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 25 16 25 25 16 25 16 16 16 16 25 25 9 16 16 16 16 16 16 16 25
x302 4 4 16 16 25 16 25 16 9 4 16 9 25 16 16 16 16 4 25 4 25 16 4 4 16 16 16 4 4 4 16
x312 4 16 4 16 25 16 16 4 9 16 16 16 16 25 9 9 16 4 16 4 16 16 4 16 16 4 4 4 16 9 16
113
114 428
503
206
285
465
421
329
x362 16 16 4 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 16 16 16 4 16 483
x372 16 16 16 16 25 16 16 16 9 16 16 16 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 4 16 16 16 479
x382 9 16 9 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 9 16 4 16 4 9 16 16 16 9 16 437
561
351
462
323
712
577
x3Y 214 232 246 624 316 278 584 268 402 262 444 393 292 435 298 444 426 552 280 402 417 260 375 411 381 264 426 216 284 264 580 11270
x4Y 214 348 246 468 316 417 438 402 268 393 444 262 438 435 596 296 426 414 420 402 278 390 250 274 254 264 568 216 568 396 580 11681
612
168
474
417
481
487
267
561
407
x11Y 214 232 246 468 316 278 292 268 268 262 444 262 438 725 596 592 426 276 280 268 417 260 250 274 254 264 568 216 284 264 290 10492
x12Y 214 232 246 624 632 278 584 268 402 524 444 262 584 580 447 592 568 276 280 536 695 260 250 548 254 396 284 216 284 264 290 12314
378
Lampiran 4. (Lanjutan) x322 4 16 16 25 16 16 25 16 4 9 16 16 25 25 16 9 4 4 16 4 16 16 9 16 4 16 16 4 16 16 16 427
x332 9 9 16 25 16 16 16 9 16 9 25 16 16 25 16 9 9 16 16 4 9 16 4 16 16 16 16 16 16 4 16 438
x342 4 4 4 16 25 16 16 16 9 4 4 4 9 1 16 16 9 16 16 16 4 4 16 4 4 9 16 4 16 16 9 323
x352 16 16 16 16 25 25 16 16 16 9 25 16 25 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 25 534
Y2 11449 13456 15129 24336 24964 19321 21316 17956 17956 17161 21904 17161 21316 21025 22201 21904 20164 19044 19600 17956 19321 16900 15625 18769 16129 17424 20164 11664 20164 17424 21025 579928
x1Y 321 232 492 624 632 556 438 536 536 524 592 393 584 435 596 444 426 552 420 536 556 520 500 411 508 396 568 216 568 660 580 15352
x2Y 321 348 492 624 632 556 584 536 536 524 592 393 438 435 596 592 426 552 560 536 695 520 250 548 508 528 426 216 568 528 580 15640
x5Y 214 464 492 624 790 556 584 536 536 524 592 524 584 435 596 592 568 552 560 536 556 390 250 548 508 528 568 432 568 528 580 16315
x6Y 428 464 492 624 632 556 584 536 536 524 444 524 584 435 596 592 568 552 560 536 556 390 500 548 508 528 568 324 568 528 435 16315
x7Y 428 464 492 624 790 556 584 536 536 524 592 393 584 580 596 592 568 552 560 536 556 390 500 548 508 528 568 324 568 528 580 16685
x8Y 214 232 246 624 632 556 584 536 536 262 444 524 438 435 596 592 568 552 560 536 278 260 500 548 254 528 568 216 568 528 580 14495
x9Y 321 464 492 624 632 556 584 536 536 524 444 393 584 580 596 592 426 414 560 536 417 520 500 548 508 396 568 216 568 396 580 15611
x10Y 214 464 492 624 790 556 438 536 536 524 592 524 584 725 596 740 568 552 700 536 556 390 500 548 508 660 568 216 568 528 580 16913
114
115 Lampiran 4. (Lanjutan) x13Y 321 232 492 624 474 556 584 536 536 524 592 524 584 580 596 592 568 414 560 536 695 520 500 548 508 528 568 324 568 528 580 16292
x14Y 321 232 492 624 790 278 584 268 536 524 592 524 584 725 596 592 568 552 560 536 278 260 375 548 508 528 568 216 568 528 435 15290
x15Y 214 348 369 624 632 556 292 536 402 262 296 393 584 580 596 592 568 552 560 268 278 260 250 548 254 396 568 216 568 528 290 13380
x16Y 321 464 492 624 632 695 730 670 670 524 740 524 584 725 596 592 568 552 700 536 556 520 500 548 508 528 568 432 568 528 725 17920
x17Y 214 232 246 624 790 278 292 268 268 524 592 262 438 290 596 740 568 552 280 536 556 260 500 548 508 264 568 432 568 264 580 13638
x18Y 214 232 492 624 632 556 584 536 536 524 592 524 584 435 596 740 568 552 560 536 556 520 500 548 508 528 568 216 568 528 580 16237
x19Y 107 116 246 624 474 278 584 268 402 262 592 524 584 580 596 592 568 552 280 536 278 390 375 548 254 264 426 432 568 528 290 13118
x20Y 428 580 615 780 790 695 730 670 670 655 740 655 730 725 745 740 710 690 560 536 695 650 625 548 508 660 568 432 710 660 725 20225
x21Y 428 580 492 780 790 556 584 536 536 524 740 524 584 725 745 592 568 552 700 536 556 520 500 548 508 528 568 432 710 528 725 18195
x22Y 428 464 246 780 790 695 730 536 536 524 740 524 730 725 596 740 710 552 560 536 695 520 625 548 508 660 710 540 568 396 725 18637
x23Y 214 232 246 624 632 278 438 268 268 262 444 262 292 435 298 296 426 276 280 268 278 260 250 274 254 264 284 216 284 264 290 9657
x24Y 428 232 492 780 474 556 730 536 536 524 592 393 584 435 596 592 568 552 560 536 556 520 500 548 508 528 568 324 568 528 580 16424
x25Y 214 232 246 312 790 556 438 536 536 393 592 524 584 290 596 592 568 552 560 536 556 520 500 411 508 528 568 324 568 528 580 15238
x26Y 428 348 492 624 790 556 584 536 536 655 592 524 438 435 596 592 568 552 560 536 556 520 500 548 508 528 568 216 568 528 580 16562
x27Y 214 464 492 780 632 556 730 536 536 524 740 524 584 725 596 444 568 552 420 536 556 520 500 548 381 264 568 432 568 528 580 16598
x28Y 428 232 246 624 474 278 292 268 268 262 592 262 438 580 596 592 426 552 420 268 417 520 250 274 254 396 284 216 284 396 580 11969
x29Y 428 464 492 780 632 556 584 536 536 524 740 524 730 725 596 740 568 552 560 536 695 650 375 548 508 528 568 432 568 528 725 17928
x30Y 214 232 492 624 790 556 730 536 402 262 592 393 730 580 596 592 568 276 700 268 695 520 250 274 508 528 568 216 284 264 580 14820
x31Y 214 464 246 624 790 556 584 268 402 524 592 524 584 725 447 444 568 276 560 268 556 520 250 548 508 264 284 216 568 396 580 14350
x32Y 214 464 492 780 632 556 730 536 268 393 592 524 730 725 596 444 284 276 560 268 556 520 375 548 254 528 568 216 568 528 580 15305
115
116 Lampiran 4. (Lanjutan) Keterangan : x33Y 321 348 492 780 632 556 584 402 536 393 740 524 584 725 596 444 426 552 560 268 417 520 250 548 508 528 568 432 568 264 580 15646
x34Y 214 232 246 624 790 556 584 536 402 262 296 262 438 145 596 592 426 552 560 536 278 260 500 274 254 396 568 216 568 528 435 13126
x35Y 428 464 492 624 790 695 584 536 536 393 740 524 730 580 596 592 568 552 560 536 556 520 500 548 508 528 568 432 568 528 725 17501
x36Y 428 464 246 624 790 556 584 536 536 524 592 524 584 580 745 592 568 552 560 536 556 520 500 548 381 528 568 432 568 264 580 16566
x37Y 428 464 492 624 790 556 584 536 402 524 592 524 584 435 596 592 568 552 560 536 556 520 500 548 508 528 568 216 568 528 580 16559
X38Y 321 464 369 624 632 556 584 536 536 524 592 524 584 580 596 592 568 552 560 536 417 520 250 548 254 396 568 432 568 396 580 15759
Rspdn : Responden x1 : Atribut Evaluasi Kualitas (tahan lama) x2 : Atribut Evaluasi Kepegasan/elastisitas x3 : Atribut Evaluasi Harga x4 : Atribut Evaluasi Merek x5 : Atribut Evaluasi Penampakan Luar/tekstur x6 : Atribut Evaluasi Bentuk x7 : Atribut Evaluasi Macam-macam Ukuran x8 : Atribut Evaluasi Keamanan bagi kesehatan x9 : Atribut Evaluasi Massa/berat bahan x10 : Atribut Evaluasi Kemudahan Memperoleh x11 : Atribut Evaluasi Iklan/promosi yang menarik x12 : Atribut Evaluasi Panas atau tidaknya bahan (sirkulasi udara bahan) x13 : Atribut Evaluasi Berisik/ tidak ketika dipakai x14 : Atribut Evaluasi Tingkat Keramahan lingkungan x15 : Atribut Evaluasi Kemasan x16 : Atribut Evaluasi Tingkat kemudahan dibentuk x17 : Atribut Evaluasi Tingkat Ketahanan terhadap air x18 : Atribut Evaluasi Tingkat ketahanan terhadap bakteri, kutu dan serangga x19 : Atribut Evaluasi Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan x20 : Atribut Kepentingan Kualitas (tahan lama) x21 : Atribut Kepentingan Kepegasan/elastisitas x22 : Atribut Kepentingan Harga x23 : Atribut Kepentingan Merek x24 : Atribut Kepentingan Penampakan Luar/tekstur x25 : Atribut Kepentingan Bentuk x26 : Atribut Kepentingan Macam-macam Ukuran x27 : Atribut Kepentingan Keamanan bagi kesehatan x28 : Atribut Kepentingan Massa/berat bahan x29 : Atribut Kepentingan Kemudahan Memperoleh x30 : Atribut Kepentingan Iklan/promosi yang menarik x31 : Atribut Kepentingan Panas atau tidaknya bahan (sirkulasi udara bahan) x32 : Atribut Kepentingan Berisik/ tidak ketika dipakai x33 : Atribut Kepentingan Tingkat Keramahan lingkungan x34 : Atribut Kepentingan Kemasan x35 : Atribut Kepentingan Tingkat kemudahan dibentuk x36 : Atribut Kepentingan Tingkat Ketahanan terhadap air
116
117 x37 : Atribut Kepentingan Tingkat ketahanan terhadap bakteri, kutu dan serangga x38 : Atribut Kepentingan Tidak menimbulkan/mengundang debu selama digunakan
117
118 Lampiran 4. (Lanjutan) Pengukuran Tahap II Rspdn 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
x1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 5 4 115
x2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 112
x3 2 3 3 4 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 82
x4 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 2 3 4 2 2 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 2 4 3 3 81
x5 4 4 4 3 5 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120
x6 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 120
x7 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 123
x8 4 2 2 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 5 4 4 4 2 3 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 106
x9 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 4 116
x10 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 123
x11 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 71
x12 2 4 2 4 3 2 4 2 3 4 4 2 4 5 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 86
x13 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 116
x14 4 4 4 4 5 2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 117
x15 2 4 4 4 5 4 3 4 3 2 2 3 4 3 4 4 2 4 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 2 4 2 100
x16 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 128
x17 4 4 2 4 5 3 2 3 3 4 2 3 4 5 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 3 105
x18 4 4 4 4 5 3 2 3 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 115
x19 2 2 2 4 3 2 2 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 92
x20 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 137
x21 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 134
x22 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 128
x23 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 4 2 3 3 4 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 76
x24 4 4 4 5 3 3 4 3 4 2 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120
118
119 Lampiran 4. (Lanjutan) x25 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 118
x26 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119
x27 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 120
x28 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 2 4 2 3 2 3 4 95
x29 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 131
x30 2 2 2 4 3 3 4 2 4 2 4 3 2 5 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 96
X31 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 2 4 4 4 2 3 3 3 4 110
x32 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 5 4 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 114
x33 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 2 2 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 2 4 114
x34 2 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 5 4 2 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 2 99
x35 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 128
x36 4 4 2 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 120
x37 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125
x38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 118
Y 137 138 134 153 154 131 135 128 144 127 139 141 134 159 150 139 125 139 127 140 130 124 133 141 135 134 138 122 134 132 133 4230
119
120 Lampiran 5. Hasil uji reliabilitas kuesiner Hasil uji reliabilitas kuesioner No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 N=31 r=
Responden Ela Relawati Bp. Edi Wibowo H. Ahmad Amsal, SE. MBA Arif Nurhayati Gunawan Ahmad Bp. Gunawan H. Tatang. M Yeni Atik Rosyid Soleh Riri Fakhrudin H.A. Yusuf Supriadi Thuraya Abdul Fatah Muntiono Bp. Fakhudin Siti Rahma Suroso Siti Nurlaela Arif Syafe'i Asep Suganda Said Masroh Bp. Sahi Dedi Bp. Rusdi Bp. Iwan H. Mukhtar
x 107 116 123 156 158 139 146 134 134 131 148 131 146 145 149 148 142 138 140 134 139 130 125 137 127 132 142 108 142 132 145 4224
y x2 y2 xy 137 11449 18769 14659 138 13456 19044 16008 134 15129 17956 16482 153 24336 23409 23868 154 24964 23716 24332 131 19321 17161 18209 135 21316 18225 19710 128 17956 16384 17152 144 17956 20736 19296 127 17161 16129 16637 139 21904 19321 20572 141 17161 19881 18471 134 21316 17956 19564 159 21025 25281 23055 150 22201 22500 22350 139 21904 19321 20572 125 20164 15625 17750 139 19044 19321 19182 127 19600 16129 17780 140 17956 19600 18760 130 19321 16900 18070 124 16900 15376 16120 133 15625 17689 16625 141 18769 19881 19317 135 16129 18225 17145 134 17424 17956 17688 138 20164 19044 19596 122 11664 14884 13176 134 20164 17956 19028 132 17424 17424 17424 133 21025 17689 19285 4230 579928 579488 577883
N (∑XY) – (∑X ∑Y)
√
(N ∑ X2 – (∑X)2) (N ∑ X2 – (∑X)2)
r = 46853/ 98274.85424 r = 0.476754714 r tabel dengan taraf kepercayaan 5 % dan jumlah sampel 31, df (derajat bebas 29 (N-2) adalah 0,355.
120
121 Lampiran 6. Daftar perusahaan-perusahaan pembuat furnitur di Kabupaten dan Kota Bogor. Daftar Industri Furniture di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya, diperoleh dari Depperindag Kabupaten Bogor dan PT Telkom Bogor. No.
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Jenis industri
Jl. Pancasila V No. 53 Ds Cisadas, Kec. Gunung Putri, Kab.
Meubel kayu dan Rotan busa, sofa rotan, sofa kayu, meja makan
1
PT. Superpoly Industri
Bogor.
rotan, meja makan kayu.
2
CV. Mande Handicraft
Jl. Raya Bekasi-Bogor, Ds. Kembang Kuning, Kec. Klapa
Furnitur dari kayu dan rotan
Nunggal, Kab. Bogor. 3
PT. Putra Dewata Industri
Jl. Tapos, Kp. Kranji Rt. 01/01. Kelurahan Ciriung, Kec.
Meja dan kursi dari kayu dan rotan, meja tulis, meja rias, tempat
Cibinong.
tidur, lemari, bupet, kabinet dll.
4
PT. Gloria Satya Kencana
Jl. Gn. Sindur No. 2, Ds. Curug, Kec. Gn. Sindur
Furnitur dari kayu
5
Karya Mekar Steel
Kp. Tonggoh Rt. 03/02. Gn. Sari Citeureup. 021- 8762825
Tempat tidur, engsel
6
PT. Rumput Mas Mustika
Gn. Putri Kab. Bogor
Spring bed
Company 7
PT. Asia Jaya
Jl. H. Apandi Rt. 02/01. Ds. Karadenan. Kec. Cibinong
Furnitur dan logam
8
Bengkel Las Bubut "bintang
Jl. Raya Gn. Putri Rt. 02/09. Ds/Kec. Gn. Putri
Furnitur Logam
Forlindo
Desa Pasir Angin Cileungsi
Kursi Logam
PT. Hadinata Brothers
Ds. Ciriung Jl. Tapos Km. 1. Kp. Kragan. Kec. Cibinong. Kab.
Furnitur dari kayu
pratama" 9 10
Bogor. 021-875-5915. Jl. Tapos. Km.1 11
PT. Cahaya Buana Intitama
Kaw. Industri Ds. Leuwinutug. Kec. Citeureup. 021-876-4101.
Meubel plastik/sofa, Spring bad, Busa plastik
Jl. Cahaya Raya Bl O Cbi
12
PT. Demico Internusa
Jl. Pahlawan Kp/Ds. Leuwinutug Rt. 001/002. Kec. Citeureup.
Meubel kayu dan rotan
Kab. Bogor
Lampiran 6. (Lanjutan)
121
122 13
Dedi Suryadi
Ds. Tlanjung Udik. Kec. Gn. Putri. Kab. Bogor.
Industri meja kursi tamu, meja kursi makan, tempat tidur. Lemari
14
PT. Young Industri. IND
Ds. Dayeuh. Kec. Cileungsi. Jl. Raya Narogong
Meja dan kursi dari kayu, tempat tidur, lemari.
15
PT. Multi Impaq Indonesia
Ds. Gandoang Kec. Cileungsi
Meja dari kayu, kursi dari kayu
16
Asep Juli Bin Emad
Kp. Sinapeul Rt. 02/01. Kel. Cibanon. Kec. Sukaraja. Kab.
Meubel kayu
Bogor 17
Murah Jaya
Jl. Raya Kemang Ds. Parakan Jaya. Kab. Bogor
Furnitur dari kayu
18
PT. Old Java Jaya
Jl. Pancasila V No. 66. Rt. 03/13. Ds. Cicadas. Kec. Gn. Putri.
Furnitur dari kayu
Kab. Bogor. 021- 867-0786. Jl. Pancasila V/66 Cbi. 19
PT. Gepro Inti Indonesia
Kp. Cipeucang 27. Rt. 02/01 Ds. Cipeucang. Kec. Cileungsi
Furnitur dari kayu
Kab. Bogor. 021-8993-0413 20
PT. Kharisma ratindotama
Jl. Raya Wanaherang. Ds. Wanaherang Kec. Gn. Putri Kab.
Furnitur dari rotan/bambu
Bogor 21
PT. Rattnesia Sakti Kencana
Jl. Raya Sumandik Ds. Jagabaya Ds Parungpanjang Kab.
Furnitur dari kayu
Bogor 22
CV. Tiga Perkasa
Jl. Raya Kemang Ds. Parakan Jaya. Kab. Bogor
Furnitur dari kayu dan rotan
23
CV. Joglo Selaras
Jl. Pahlawan No. 7. Rt. 01/02 Ds. Leuwinutug. Kec. Citeureup.
Furnitur dari kayu
Kab. Bogor 24
CS. Collection "Batu Gading"
Jl. Raya Ciawi Puncak. Kp. Seuseupan No. 9. Rt. 01/08. Ds.
Furnitur dari kayu
Bendungan kec. Ciawi. Kab. Bogor 25
PT. Decorindo Selbytra Nugraha
Jl. Raya Parung-Bogor Km. 42. Ds. Jambu Mekar. Kec.
Furnitur dari kayu
Parung. Kab. Bogor. 0251-619-865 26
PT. Ocenindo Prima Lestari
Kp. Bojong Kulur Rt. 01/05. Ds. Bojong Kulur Kec. Gn. Putri
Furnitur
Lampiran 6. (Lanjutan) 27
PT. Aristika Cipta kreasi
Jl. Raya Narogong KN 19,5. Ds. Limusnunggal. Kec. Cileungsi Kab.
Furnitur dari kayu
Bogor
122
123 28
PT. Sumber Graha Makmur
Jl. Lambau. Kp. Gudang. Ds. Karang Asem Barat. Kec. Citeureup.
Furnitur dari kayu dan logam
Kab. Bogor. (021) 875-7224. Personalia 29.
Young
Jl. Pembangunan Golf Rt. 01/08 Kel. Ciriung
Industri meubel kayu
Kec. Cibinong 30.
Al-Falah meubel
Jl. Kp. Situ II Rt. 01/02 Ds. Situ Udik Kec. Ciampea
Furnitur dari kayu
31.
PT. Bhakti Krida
Kp. Ciareuteun Rt. 02/04 Ds. Cimanggu I Kec. Cibungbulang
Furnitur dari bambu
32.
PT. Cipta Kreasi Prima
Jl. Pahlawan 31 Rt. 08/05 Kel. Karang Asem Barat Kec. Citeureup
Meubel Perlengkapan RT
33.
Cahaya Murni
Jl. Raya Pamoyanan Km 1. 0251-211-861.
Furnitur Manufacture
34.
PT. Cahaya Sakti Furnintraco
Jl. Kp. Kaum Sari. 0251-650-315.
Furnitur Manufacture
Jl. Jl. Raya Tajur 2. 0251-386-200. 35.
PT. Master Spring Bed
Jl. Ciluar Kedung Halang. 0251-360-663.
Furnitur Manufacture
36.
PT. Mega Tunggal Perkasa Mandiri
Jl. Kaum Sari 1. 0251-656-228.
Furnitur Manufacture
37.
PT. Prasada Mandita Prabha
Jl. Raya Arko Rt. 001/02. 0251-611-173.
Furnitur Manufacture
38.
CV. Sumbertia Jaya
Jl. Baru Kemang 18. 0251-502-569.
Furnitur Manufacture
39.
PT. Anugerah Prima Rimba Utama
Jl. Raya Bogor Jakarta Km. 50.
Furnitur Dealer and manufacture
40.
Appollo Meubel
Jl. Merdeka 44/86
Furnitur Dealer and manufacture
Jl. Dewi Sartika 39 A-1 41.
PT. Cahaya Buana Intitama
Jl. Pajajaran 88 C-D
Furnitur Dealer and manufacture
42.
PT. Cahaya Buana Kemala
Jl. Pajajaran 88 C-D
Furnitur Dealer and manufacture
Jl. Baru Cibadak Poncol Rt. 02/02
123
124 Lampiran 7. Daftar profil responden Profil Responden No.
Nama Perusahaan
Nama Responden
Jabatan
Alamat
Usia Jenis (thn) Kelamin
Telp/HP
1.
Intan Furniture
Ela Relawati
Pemilik dan Pengelola
Jl. Baru (Kyai Haji Soleh Iskandar)
37
W
08888175018
2.
PD. Melati Ukir Jepara
Bp. Edi Wibowo
Pemilik dan Pengelola
Jl. Baru Rt. 10/ Rw. 01 Kec. Tanah Sereal. Kedung Badak
50
P
021 358706
3.
PD. Murni
H. Ahmad
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Baru Kemang
72
W
0251 315310
4
CV. Furniture Galery
Amsal, SE. MBA
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Baru Kemang
28
P
0251 5665812/ 081511560053
5.
Berkah Jepara Ukir
Arif Nurhayati
Pemilik dan Pengelola
Perum Surya Praja Permai F1 No. 15. Cibinong (Kab. Bogor)
29
W
021 87900342
6.
Amanah Sohwah
Gunawan
Pemilik dan Pengelola
Kedung Waringin Tengah Rt. 03/ Rw. 04. (Kab. Bogor)
32
P
-
7.
Jepara Super
Ahmad
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Baru Kedung Badak
20
P
0251 392307
8.
Berkah Sofa
Bp. Gunawan
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Raya Bambu Kuning. Bojong Gede (Kab. Bogor)
32
P
021 8782080
9.
Toko Meubel Mutiara
H. Tatang. M
Pemilik dan Pengelola
Jl. Gajah mada BTN Cimanggu. Bogor
54
P
0251 324210
Lampiran 7. (Lanjutan)
124
125 10.
Utami
Yeni
Pemilik dan Pengelola
Jl. Sukahati no. 30. Cibinong (Kab. Bogor)
40
W
021-87984634
11.
Syera Cipta Artha
Atik
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Raya Warung Borong km.12. No.1. Ciampea
31
W
0251-625080/ 08138076663
12.
Citra Sofa
Rosyid Soleh
Pemilik dan Pengelola
Jl.Raya Sukahati Blok C No. 53. Cibinong (Kab. Bogor)
50
P
021 87908242/ 021 87916675
13.
Bintang Dutamar
Riri
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Sindang Barang. Jembatan. No. 06
24
W
0251-622188
14.
Jati Barokah
-
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Kukupu/ Jasmin
24
P
0251-242631
15.
Widya Indah Lestari
H.A. Yusuf Supriadi
Pemilik dan Pengelola
Cinangneng Rt : 01/ Rw :01. No. 70
39
P
0251-622226
16.
Jepara Indah
Thuraya
Pemilik dan Pengelola
Jln. Sukahati no.38. Cibinong (Kab. Bogor)
65
W
021-87908381
17.
Sidul Jaya Furniture
Abdul Fatah
Pemilik dan Pengelola
Jl. Pomad, Karadenan. Cibinong (Kab. Bogor)
25
p
081573011272
18.
Ambalan Sembilan
Muntiono
Pemilik dan Pengelola
Kaum Pandak, Karadenan. Cibinong (Kab. Bogor)
43
P
021-657918
19
Badar Trading Furniture
Bp. Fakhudin
Pemilik dan Pengelola
Jl. Pemda Pasir Jambu No. 11
37
P
0251-658617
20.
Ratu Jepara
Siti Rahma
Pemilik dan Pengelola
Karadenan no. 5 Pemda
39
W
0251-651438
125
126 Lampiran 7. (Lanjutan) 21.
UD. Suryani Furniture
Suroso
22.
Murah Jaya Furniture
Siti Nurlaela
23.
Fokus Service Sofa
Arif Syafe’i
24.
Tiara Jati
25.
Kayu Mas Meubel
Asep Suganda Said
26.
Jati Asli Furniture
Masroh
27.
Barokah Jaya
Bp. Sahi
28.
Dila Meubel
Dedi
29.
DD Meubel
Bp. Rusdi
30.
Jepara Agung Furniture
Bp. Iwan
31.
Anyar Meubel
H. Mukhtar
32.
Barokah Jati
Andi
Pemilik dan Pengelola Tangan Kanan (Pengelola) Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola
Komplek Laladon Permai Jl. Cempaka Blok. E No. 11 Sindang Barang Loji No. 251
43
P
08129005641
31
W
0251-346345
Jl. Raya Sindang Barang No. 138
38
P
0251-420224
Jl. Loji No.03
40
P
0251-328080
Jl. Raya Gunung Batu
46
P
0251-351972
Sindang Barang Raya Rt/Rw. 03/04
32
P
0251-350040
Ds. Loji No. 50
44
P
0251-323446
Jl. Sindang Barang
25
P
Kp. Pilar-Pilar Desa Bubulak
34
P
0251-620695/ 08889019329 081513853382
Cikaret no. 38
42
P
0251-389180
Jl. Gunung Batu No. 48
55
P
0251-341344
Gunung Batu Loji
30
P
0818876211
126
127 Lampiran 7. Daftar profil responden Profil Responden No.
Nama Perusahaan
Nama Responden
Jabatan
Alamat
Usia Jenis (thn) Kelamin
Telp/HP
1.
Intan Furniture
Ela Relawati
Pemilik dan Pengelola
Jl. Baru (Kyai Haji Soleh Iskandar)
37
W
08888175018
2.
PD. Melati Ukir Jepara
Bp. Edi Wibowo
Pemilik dan Pengelola
Jl. Baru Rt. 10/ Rw. 01 Kec. Tanah Sereal. Kedung Badak
50
P
021 358706
3.
PD. Murni
H. Ahmad
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Baru Kemang
72
W
0251 315310
4
CV. Furniture Galery
Amsal, SE. MBA
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Baru Kemang
28
P
0251 5665812/ 081511560053
5.
Berkah Jepara Ukir
Arif Nurhayati
Pemilik dan Pengelola
Perum Surya Praja Permai F1 No. 15. Cibinong (Kab. Bogor)
29
W
021 87900342
6.
Amanah Sohwah
Gunawan
Pemilik dan Pengelola
Kedung Waringin Tengah Rt. 03/ Rw. 04. (Kab. Bogor)
32
P
-
7.
Jepara Super
Ahmad
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Baru Kedung Badak
20
P
0251 392307
8.
Berkah Sofa
Bp. Gunawan
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Raya Bambu Kuning. Bojong Gede (Kab. Bogor)
32
P
021 8782080
9.
Toko Meubel Mutiara
H. Tatang. M
Pemilik dan Pengelola
Jl. Gajah mada BTN Cimanggu. Bogor
54
P
0251 324210
Lampiran 7. (Lanjutan)
127
128 10.
Utami
Yeni
Pemilik dan Pengelola
Jl. Sukahati no. 30. Cibinong (Kab. Bogor)
40
W
021-87984634
11.
Syera Cipta Artha
Atik
Tangan Kanan (Pengelola)
Jl. Raya Warung Borong km.12. No.1. Ciampea
31
W
0251-625080/ 08138076663
12.
Citra Sofa
Rosyid Soleh
Pemilik dan Pengelola
Jl.Raya Sukahati Blok C No. 53. Cibinong (Kab. Bogor)
50
P
021 87908242/ 021 87916675
13.
Bintang Dutamar
Riri
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Sindang Barang. Jembatan. No. 06
24
W
0251-622188
14.
Jati Barokah
-
Pemilik dan Pengelola
Jl. Raya Kukupu/ Jasmin
24
P
0251-242631
15.
Widya Indah Lestari
H.A. Yusuf Supriadi
Pemilik dan Pengelola
Cinangneng Rt : 01/ Rw :01. No. 70
39
P
0251-622226
16.
Jepara Indah
Thuraya
Pemilik dan Pengelola
Jln. Sukahati no.38. Cibinong (Kab. Bogor)
65
W
021-87908381
17.
Sidul Jaya Furniture
Abdul Fatah
Pemilik dan Pengelola
Jl. Pomad, Karadenan. Cibinong (Kab. Bogor)
25
p
081573011272
18.
Ambalan Sembilan
Muntiono
Pemilik dan Pengelola
Kaum Pandak, Karadenan. Cibinong (Kab. Bogor)
43
P
021-657918
19
Badar Trading Furniture
Bp. Fakhudin
Pemilik dan Pengelola
Jl. Pemda Pasir Jambu No. 11
37
P
0251-658617
20.
Ratu Jepara
Siti Rahma
Pemilik dan Pengelola
Karadenan no. 5 Pemda
39
W
0251-651438
128
129 Lampiran 7. (Lanjutan) 21.
UD. Suryani Furniture
Suroso
22.
Murah Jaya Furniture
Siti Nurlaela
23.
Fokus Service Sofa
Arif Syafe’i
24.
Tiara Jati
25.
Kayu Mas Meubel
Asep Suganda Said
26.
Jati Asli Furniture
Masroh
27.
Barokah Jaya
Bp. Sahi
28.
Dila Meubel
Dedi
29.
DD Meubel
Bp. Rusdi
30.
Jepara Agung Furniture
Bp. Iwan
31.
Anyar Meubel
H. Mukhtar
32.
Barokah Jati
Andi
Pemilik dan Pengelola Tangan Kanan (Pengelola) Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola Pemilik dan Pengelola
Komplek Laladon Permai Jl. Cempaka Blok. E No. 11 Sindang Barang Loji No. 251
43
P
08129005641
31
W
0251-346345
Jl. Raya Sindang Barang No. 138
38
P
0251-420224
Jl. Loji No.03
40
P
0251-328080
Jl. Raya Gunung Batu
46
P
0251-351972
Sindang Barang Raya Rt/Rw. 03/04
32
P
0251-350040
Ds. Loji No. 50
44
P
0251-323446
Jl. Sindang Barang
25
P
Kp. Pilar-Pilar Desa Bubulak
34
P
0251-620695/ 08889019329 081513853382
Cikaret no. 38
42
P
0251-389180
Jl. Gunung Batu No. 48
55
P
0251-341344
Gunung Batu Loji
30
P
0818876211
129
130 Lampiran 8. Daftar kualitas busa yang digunakan oleh responden beserta kekurangan dan kelebihannya menurut responden. Jenis/ bentuk
Nomor Responden 1
Lembaran
2
Lembaran
3
Lembaran
4
Lembaran
5 6
Lembaran Kiloan Lembaran
7 8
Lembaran Lembaran
9
Lembaran
10 11
Lembaran Kiloan Lembaran
12
Lembaran
13
Lembaran
Kualitas Busa
Kelebihan/kekurangan
Harga
Harga tiap m3 (Rp.)
Super A (hitam) Super B Super C Kiloan Super Super Delux LG Super Yellow
Tidak mudah lepek dan lebih keras (padat). Agak tahan lepek dan lebih murah. Lebih murah dan lebih empuk untuk senderan. Murah, bentuk dan ukuran tidak jelas. Tidak mudah lepek. Tidak mudah lepek. Tidak mudah lepek. Tidak mudah lepek.
2m x 1m x 1 cm = 14.000 2m x 1m x 1 cm = 12.000 2m x 1m x 1 cm = 9.000 1 kg = 19.000 2m x 1m x 1 cm = 18.000 2m x 1m x 1 cm = 21.000 2m x 1m x 1 cm = 20.000 2m x 1m x 1 cm = 23.000
700.000,00 600.000,00 450.000,00 (1 kg = 19.000) 900.000,00 1.050.000,00 1.000.000,00 1.150.000,00
Super Setengah Super Super Setengah Super Super Standar Super Vita Super Standar Standar Super Standar Super Setengah Super Super Setengah Super Standar Kulitan
Elastis dan tahan lepek Lebih murah, kualitas lumayan bagus Tahan lepek Lebih murah, kualitas lumayan bagus Kenyal, elastis, tahan lepek Lebih murah, kualitas lumayan bagus Elastisitas tinggi dan tahan lepek Kualitas lumayan, harga cukup mahal Murah dan kualitas kuarng bagus Murah tapi kualitas lumayan. Mahal, kualitas bagus. Murah tapi kualitas lumayan bagus Elastis lebih kuat dan tahan lama Kurang elastis dan harga lebih murah Kenyal,, tahan lepek Lebih murah, kualitas lumayan bagus Lebih murah dengan kualitas lumayan bagus Lebih murah
2m x 1m x 6 cm = 115.000 2m x 1m x 6 cm = 80.000 2m x 1m x 2 cm = 20.000 2m x 1m x 2 cm = 17.000 2m x 1m x 6 cm = 80.000 1 kg = 12.000 2m x 1m x 1 cm = 32.000 2m x 1m x 2 cm = 32.000 2m x 1m x 2 cm = 18.000 2m x 1m x 5 cm = 25.000 2m x 1m x 2 cm = 30.000 2m x 1m x 2 cm = 18.000 2m x 1m x 2 cm = 26.000 2m x 1m x 2 cm = 19.000 2m x 1m x 5 cm = 65.000 2m x 1m x 5 cm = 47.500 2m x 1m x 7 cm = 85.000 2m x 1.25 m x 6 cm = 30.000
958.000,00 667.000,00 500.000,00 425.000,00 667.000,00 (I kg = 12.000) 1.600.000,00 800.000,00 450.000,00 250.000,00 750.000,00 450.000,00 650.000,00 475.000,00 650.000,00 475.000,00 607.142,00
Standar Foam Super Standar
Murah, kualitas lumayan dan tahan lepek Murah Elastis, tahan lepek, lebih awet (tahan lama). Lebih murah
2m x 1m x 1 cm = 17.000 2m x 1m x 1 cm = 12.000 2m x 1m x 6 cm = 80.000 2m x 1m x 6 cm = 40.000
200.000,00 850.000,00 600.000,00 667.000,00 333.000.00
130
Lampiran 8. (Lanjutan)
131
14
Lembaran
Kulitan Super
15 16
Lembaran Lembaran
Setengah Super Super M7 M3
17
Lembaran
18
Lembaran
19
Lembaran
20
Lembaran
21
Lembaran
22 23
Lembaran Lembaran
24
Lembaran
25
Lembaran
26
Lembaran
27
Lembaran
Yellow vita Super Black Royal Foam MM Super Supr vita Super Standar Super Standar Super Busa angin/MM Super Super Setengah Super SS(RSCM) Reboned Super A Super B Super Kuning (A) Super abu-abu (B) Busa LG Setengah Super Super Delux Super Setengah Super Reboned
Tahan lama, mudah dibentuk, harga terlalu mahal Mudah dibentuk, mudah kempes Elastis, tahan lama. Lebih padat dan densitas tinggi (keras), elastis (kenyal) dan lebih keras. Lebih empuk untuk sandaran, harga lebih murah. Kualitas bagus Elastis Kuat, tahan lama Lebih murah Lebih murah Cepat kembali (elastis) Lebih padat dan lebih elastis Cukup padat dan elastis Lebih murah Elastis Agak murah, kualitas bagus Tahan lama, elastis, harga sedang Harga murah Kekenyalan tinggi Agak murah, kualitas bagus Lebih murah, kualitas sedang Murah Tahan lama/ tahan lepek Lebih padat, kenyal dan elastis Lebih murah Densitas tinggi, tahan lepek, lebih awet, elastis Densitas agak tinggi, tahan lepek, awet, cukup elastis. Lebih murah, densitas lebih rendah. Lebih murah. Kenyal, awet, padat. Awet, padat. Lebih murah. Elastis dan tak mungkin kemps.
2m x 1m x 5 cm = 100.000
1.000.000,00
2m x 1m x 5 cm = 50.000 2m x 1m x 1 cm = 17.000
500.000,00 400.000,00 850.000,00
2m x 1m x 1 cm = 9.000
450.000,00
2m x 1m x 1 cm = 26.000 2m x 1m x 5 cm = 60.000 2m x 1m x 5 cm = 66.000 2m x 1m x 5 cm = 38.000 2m x 1m x 8 cm = 150.000 2m x 1m x 8 cm = 110.000 2m x 1m x 8 cm = 90.000 2m x 1m x 1 cm = 15.000 2m x 1m x 1 cm = 11.000 2m x 1m x 5 cm = 70..000 2m x 1m x 2 cm = 24.000 2m x 1m x 2 cm = 14.000 2m x 1m x 2 cm = 28.000 2m x 1m x 2 cm = 40.000 2m x 1m x 8 cm = 81.000 2m x 1m x 5 cm = 50.000 2m x 1m x 6 cm = 110.000 2m x 1m x 6 cm = 96.000
1.300.000,00 600.000,00 660.000,00 380.000,00 375.000,00 450.000,00 937.500,00 687.500,00 562.500,00 750.000,00 550.000,00 800.000,00 300.000,00 700.000,00 600.000,00 350.000,00 700.000,00 1.000.000,00 568.750,00 500.000,00 917.000,00 800.000,00
2m x 1m x 1 cm = 20.000 2m x 1m x 1 cm = 10.000 2m x 1m x 1 cm = 20.000 2m x 1m x 4 cm = 50.000 2m x 1m x 4 cm = 32.000 2m x 1m x 7 cm = 90.000
1.000.000,00 500.000,00 1.000.000,00 625.000,00 400.000,00 643.000,00
131
132 28
Lembaran
29
Kiloan Lembaran Kiloan
30
Lembaran
31
Lembaran
32
Lembaran
Delux Delux LG Super Angin Busa Tahu Super Setengah Super Standar Super Delux Super Super
Kualitas bagus. Kenyal, padat, pori-pori rapat Kenyal, rapat, pori-pori besar Tekstur bagus, kenyal, elastis. Murah Murah, kepadatan cukup tinggi, kualitas bagus Murah, kepadatan cukup tinggi, kualitas bagus Kenyal, elastis. Lebih murah. Lebih murah.
2m x 1m x 2 cm = 33.000 2m x 1m x 1 cm = 33.000 2m x 1m x 1 cm = 22.000 2m x 1m x 1 cm = 14.500 2m x 1m x 1 cm = 8.500 1 kg = 9.500
825.000,00 1.650.000,00 1.100.000,00 725.000,00 425.000,00 (I kg = 9.500)
Sangat padat, elastis dan tahan lama. Kualitas bagus, tahan lama. padat, elastis
2m x 1m x 1 cm = 12.500 2m x 1m x 1 cm = 11.500 2m x 1m x 1 cm = 8.500 1 kg = 8.500 1 kg = 9.500 2m x 1m x 1 cm = 20.000 2m x 1m x 1 cm = 17.000 2m x 1m x 6 cm = 90.000
625.000,00 575.000,00 425.000,00 (I kg = 8.500) (I kg = 9.500) 1.000.000,00 750.000,00 750.000,00
Super (Tangerang) Super (Bandung) Kulitan (super) Busa Tahu
Kenyal, padat Kenyal, padat Lebih murah Murah
2m x 1m x 8 cm = 120.000 2m x 1m x 8 cm = 90.000 2m x 1m x 8 cm = 70.000 0,5 m x 0,6 m x 5 cm = 3.000
750.000,00 562.500,00 437.500,00 200.000,00
132
Lampiran 9. Perhitungan SPSS analisis kelompok berdasarkan variabel demografis dan pendekatan pembelian Cluster Case Processing Summary
Valid N 32
Percent 100.0
N
a,b
Cases Missing Percent 0 .0
Total N 32
Percent 100.0
a. Squared Euclidean Distance used b. Ward Linkage
Ward Linkage Agglomeration Schedule
Stage 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Cluster Combined Cluster 1 Cluster 2 28 32 10 31 25 30 27 29 1 28 2 25 23 24 1 23 21 22 2 21 17 20 18 19 13 16 11 15 12 14 2 13 1 12 4 10 5 9 6 8 3 7 2 5 1 3 1 26 6 27 17 18 2 11 1 4 6 17 1 2 1 6
Coefficients .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .900 1.900 2.900 4.536 6.867 9.867 20.333 39.250
Stage Cluster First Appears Cluster 1 Cluster 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 0 5 7 0 0 6 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 13 8 15 0 2 0 0 0 0 0 0 16 19 17 21 23 0 20 4 11 12 22 14 24 18 25 26 28 27 30 29
Next Stage 5 18 6 25 8 10 8 17 10 16 26 26 16 27 17 22 23 28 22 25 23 27 24 28 29 29 30 30 31 31 0
122
Lampiran 9. Perhitungan SPSS analisis kelompok berdasarkan variabel demografis dan pendekatan pembelian (lanjutan)
Cluster Membership Case 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 Clusters 1 2 1 1 2 3 1 3 2 1 2 1 2 1 2 2 4 4 4 4 2 2 1 1 2 1 3 1 3 2 1 1
3 Clusters 1 2 1 1 2 3 1 3 2 1 2 1 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 2 1 3 1 3 2 1 1
2 Clusters 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
123
Lampiran 9. Perhitungan SPSS analisis kelompok berdasarkan variabel demografis dan pendekatan pembelian (lanjutan)
Dendrogram * * H I E R A R C H I C A L
C L U S T E R
A N A L Y S I S * *
Dendrogram using Ward Method Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Num
0 5 10 15 20 25 +---------+---------+---------+---------+---------+
28 ØÞ 32 Øà 1 Øà 23 Øà 24 Øà 12 ØÚØÞ 14 Øà Ù 3 Øà ßØØØÞ 7 ØÝ Ù Ù 26 ØØØÝ ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÞ 10 ØÞ Ù Ù 31 ØÚØØØØØÝ Ù 4 ØÝ ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÞ 11 Ø8ØØØÞ Ù Ù 15 ØÝ Ù Ù Ù 25 ØÞ Ù Ù Ù 30 Øà ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÝ Ù 2 Øà Ù Ù Øà Ù 21 Ù 22 Øà Ù Ù 13 ØÚØØØÝ Ù 16 Øà Ù 5 Øà Ù 9 ØÝ Ù 27 Ø8ØÞ Ù 29 ØÝ ßØØØÞ Ù
124
pemakai
6
Ø8ØÝ
Ù
Ù 8 ØÝ ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÝ 17 Ø8ØÞ Ù 20 ØÝ ßØØØÝ 18 Ø8ØÝ 19 ØÝ
125