SEMINAR TUGAS AKHIR POLA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BALITA DAN FAKTORFAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA NELAYAN DI SURABAYA TIMUR
Oleh : Rindyanita Rizky K. 1306 100 007
Dosen Pembimbing Dra.. Destri Susilaningrum Dra Susilaningrum,, M.Si Co Pembimbing Ir. Mutiah Salamah Salamah,, M.Kes
Statistika ITS Surabaya
PENDAHULUAN
Masalah Gizi di Indonesia
Status Gizi Balita
Kemiskinan
Tidak sejahtara dan Status Gizi Balita rendah
Analisis Regresi Logistik Ordinal
Page 2
Kesejahteraan dan Tingkatan Kesejahteraan Keluarga
Sebagian masyarakat Indonesia bekerja sebagai nelayan
Pola hubungan antara faktor sosial ekonomi, status gizi balita, dan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan
Di Surabaya Timur
Statistika ITS Surabaya
PERMASALAHAN 1. Bagaimana karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur? 3. Bagaimana pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur?
TUJUAN 1. Mengkaji karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur. 2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur. 3. Menentukan pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur.
Page 3
Statistika ITS Surabaya
MANFAAT Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur. Dari informasi yang telah didapatkan diharapkan dapat menjadi wacana dalam perencanaan program gizi dan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur.
BATASAN MASALAH Populasi masyarakat nelayan yang mempunyai balita dan bertempat tinggal di Surabaya Timur.
Page 4
Statistika ITS Surabaya
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN STATISTIKA 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan metode statistik yang meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan kemudahan dalam memberikan informasi (Walpole, 1995).
2. Regresi Logistik Ordinal
Metode regresi logistik merupakan salah satu metode analisis data kategorik yang menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan satu atau lebih variabel prediktor (X).
Model regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 2000):
Page 5
Statistika ITS Surabaya
Bentuk logit : Cumulative logit models sebagai berikut:
Peluang kumulatif :
Nilai
Page 6
didapatkan dengan rumus berikut :
Jika terdapat tiga kategori respon dimana j = 0, 1, 2 maka nilai peluang untuk tiap kategori respon :
Model proposional odds nisbah pada kejadian Y ≤ j untuk x = x1 dan x = x2 :
Page 7
3. Penaksiran Parameter
Metode yang dapat digunakan untuk menaksir pada model regresi logistik adalah metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Fungsi likelihood : Fungsi ln- Likelihood : Maksimum ln-likelihood dapat diperoleh dengan cara mendifferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakannya dengan nol (Agresti, 1990) Metode iterasi Newton Raphson (Agresti, 2002)
Page 8
Langkah-langkah metode iterasi Newton Raphson : 1. Menentukan nilai awal estimasi parameter yaitu β(0). Sehingga diperoleh peluang masing-masing kategori respon, . 2. Mencari matriks hessian
dan matriks
.
3. Iterasi berlanjut untuk t > 0 4. Langkah tersebut dilakukan terus menerus hingga didapatkan estimasi parameter , , yang mencapai kondisi konvergen d untuk setiap k yaitu:
Page 9
4. Pengujian Estimasi Parameter 1. Uji Individu
Statistik uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 2000).
Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika
2. Uji serentak
Statistik uji G atau likelihood ratio test. Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika nilai G > atau nilai p-value < Page 10
Statistika ITS Surabaya
3. Uji Kesesuaian Model Hipotesis : H0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik uji Chi-square Daerah kritis H0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika
Page 11
Statistika ITS Surabaya
TINJAUAN NON STATISTIKA 1. Pengertian Kesejahteraan Berdasarkan Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009, pengertian kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 2. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Menurut Badan Keluarga Berencana, Kependudukan, dan Catatan Sipil, keberadaan keluarga sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
Page 12
Statistika ITS Surabaya
3.
Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Page 13
Statistika ITS Surabaya
3. Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk pertumbuhan dan menghasilkan energi (Fajar dkk, 2002). Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).
4. Indikator Status Gizi Status gizi balita dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Status gizi balita dibagi menjadi empat bagian yaitu: Gizi lebih, pada KMS berada di atas warna hijau tua Gizi baik, berada pada garis berwarna hijau muda Gizi kurang, terletak dibawah garis berwarna hijau muda Gizi buruk, berada pada garis merah. Menurut Fajar dkk (2002), status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi balita, maka angka berat badan atau tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai Standar Deviasi Unit (Zscore) dengan menggunakan standar deviasi antropometri WHO. Page 14
Statistika ITS Surabaya
Pengukuran berat badan dan tinggi badan harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin balita karena akan berpengaruh pada nilai Zscore itu sendiri. Penilaian status gizi balita dapat diukur melalui salah satu dari indeks BB/U, TB/U, atau BB/TB. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan indeks BB/U. Pengelompokan status gizi balita: No
Page 15
Indeks
Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1
BB/U
< -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD
Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
2
TB/U
< -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD
Sangat pendek Pendek Normal Tinggi
3
BB/TB
< -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD
Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Penilaian Status Gizi Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan Zscore dengan klasifikasi berat badan menurut umur (BB/U). Perhitungan nilai Zscore status gizi balita diperoleh dari pengukuran berat badan sekarang yang disesuaikan dengan umur balita. Secara terperinci Zscore dirumuskan sebagai berikut. Bila nilai berat badan riel lebih besar atau sama dengan nilai median, maka didapatkan rumus sebagai berikut.
Bila nilai berat badan riel lebih kecil dari nilai median, maka
Nilai median dan standart deviasi baku WHO-NCHS dapat dilihat pada Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHO-NCHS.
Page 16
Contoh perhitungan status gizi balita: Jika seorang balita laki-laki (A) berumur 10 bulan dengan berat badan 8.8 kg dan seorang balita perempuan (B) berumur 10 bulan. Zscore kedua balita tersebut :
Page 17
5. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pemberian ASI Pemberian makanan pendamping ASI Penyakit yang sering diderita Frekuensi terserang penyakit Kelengkapan imunisasi Asupan makanan yang memenuhi pola menu seimbang Pola pengasuhan balita
Faktor-faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga : 1. Pendapatan tiap bulan yang didapat oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga 2. Pengeluaran (jumlah biaya yang dikeluarkan) tiap bulan 3. Pengeluaran untuk makan tiap bulan 4. Jumlah anggota keluarga 5. Keikutsertaan dalam KB 6. Kondisi rumah atau tempat tinggal (meliputi jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding terluas yang digunakan) 7. Sanitasi (meliputi sumber air minum, penggunaan fasilitas air minum dan tempat buang air besar, dan tempat pembuangan sampah) Page 18
Statistika ITS Surabaya
6. Imunisasi dan Jadwal Imunisasi Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004), imunisasi adalah tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit dalam tubuh. Jadwal imunisasi balita :
Page 19
No
Jenis Vaksin
Jumlah Vaksinasi
Selang Waktu Pemberian
Sasaran
1
BCG
1 kali
-
Bayi 0-11 bulan
2
Hepatitis B
3 kali
4 minggu
Bayi 1-11 bulan
3
DPT
3 kali
4 minggu
Bayi 2-11 bulan
4
Polio
4 kali
-
Bayi 0-11 bulan
5
Campak
1 kali
4 minggu
Anak 9-11 bulan
METODOLOGI PENELITIAN 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan survey terhadap balita keluarga nelayan di Surabaya Timur. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung terhadap keluarga nelayan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan melalui pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner.
Page 20
Statistika ITS Surabaya
2. Metode Pengambilan Sampel •
Wilayah Surabaya Timur meliputi 8 kecamatan, yaitu: kecamatan Gubeng, Gunung Anyar, Sukolilo, Tambak Sari, Mulyorejo, Rungkut, Tenggilis Mejoyo, dan Bulak. Dari delapan kecamatan tersebut, penduduk yang bekerja sebagai nelayan dan memiliki balita hanya ada di 4 kecamatan, yaitu: kecamatan Gunung Anyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak.
•
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak proporsional. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan proporsi jumlah nelayan yang mempunyai balita pada setiap kecamatan. Ukuran sampel yang diambil :
Page 21
Statistika ITS Surabaya
•
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari puskesmas kecamatan Gunung Anyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak tercatat ada 165 balita nelayan.
•
Proporsi yang digunakan sebesar 0.5. Batas kesalahan sebesar 5% dan α = 0.05, maka Zα/2 = 1.96. Sehingga banyaknya sampel yang diambil adalah sebesar 115.63 ≈ 116 balita nelayan.
•
Ukuran sampel untuk masing-masing kecamatan ditentukan dengan rumus :
Page 22
3. Variabel Penelitian a. Variabel Respon Variabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y)
Page 23
Statistika ITS Surabaya
b. Variabel Respon Variabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y)
Page 24
b. Variabel Prediktor 1. Variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita
Page 25
Statistika ITS Surabaya
Variabel Prediktor 2. Variabel Status Gizi Balita (X8)
Page 26
Gizi lebih
= 0 dengan kriteria Zscore > 2
Gizi normal
= 1 dengan kriteria -2 ≤ Zscore ≤ 2
Gizi kurang
= 2 dengan kriteria -3 ≤ Zscore < -2
b. Variabel Prediktor 3. Variabel sosial ekonomi
Page 27
Statistika ITS Surabaya
4. Langkah-Langkah Analisis Data Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut. 1. Melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur. 2. Menentukan nilai variabel status gizi balita (X8) dengan menggunakan indikator status gizi balita. 3. Memodelkan variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita terhadap variabel status gizi balita dengan metode regresi logistik ordinal. 4. Menentukan nilai status gizi balita (X*) dengan melakukan penaksiran berdasarkan model yang telah terbentuk. 5. Memodelkan variabel status gizi balita (X*) dan variabel yang berkaitan dengan sosial ekonomi (X9 – X15) terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga dengan metode regresi logistik ordinal. 6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data.
Page 28
Statistika ITS Surabaya
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Balita dan Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur Karakteristik balita Nelayan di Surabaya Timur
Page 29
Statistika ITS Surabaya
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur
Page 30
2. Penentuan Nilai Variabel Respon Status Gizi Balita (X8)
Nilai variabel status gizi balita ditentukan dengan menggunakan indikator status gizi balita. Penentuan status gizi balita didasarkan pada nilai Zscore yang sesuai dengan aturan baku berat badan menurut umur berdasarkan WHO-NCHS. Pengamatan pertama adalah balita laki-laki berusia 24 bulan dengan berat badan (BB) 10 kg. Menurut Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHONCHS, median (Med) untuk usia 24 bulan adalah 12.6. Karena BB < Med, maka menggunakan standart deviasi lower yaitu 1.3. Perhitungan nilai Zscore, diperoleh nilai Zscore sebesar -2 Nilai Zscore > 2, balita tersebut masuk dalam kategori gizi baik/normal. Begitu selanjutnya penentuan nilai status gizi untuk balita yang lain.
Page 31
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Nelayan di Surabaya Timur Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu Hipotesis:
Statistik uji Wald
Page 32
Page 33
Pemberian makanan pendamping ASI
Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.03, normal sebesar 0.706, dan kurang sebesar 0.294.
Page 34
Frek. Terserang Penyakit
Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.249, normal sebesar 0.651, dan kurang sebesar 0.349.
Page 35
Kelengkapan imunisasi
Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.306, normal sebesar 0.624, dan kurang sebesar 0.376.
Page 36
Asupan Makanan
Peluang masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.305, normal sebesar 0.625, dan kurang sebesar 0.375.
Page 37
Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak Hipotesis :
Statistik Uji: G = 25.790 Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 25.790 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 15%
Peluang untuk masing-masing kategori status gizi; lebih sebesar 0.814, normal sebesar 0.176, dan kurang sebesar 0.01.
Page 38
5. Prediksi Kategori Status Gizi Balita Berdasarkan Model yang Telah Terbentuk Dari hasil pemodelan regresi logistik ordinal diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur. Faktor tersebut kemudian dimodelkan dengan variabel respon status gizi balita, sehingga diperoleh prediksi kategori status gizi balita. Prediksi kategori tersebut, selanjutnya menjadi variabel X*. Page 39
Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik Hipotesis : H0: Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H1: Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji: Nilai dan nilai p_value sebesar 0.994 > α = 10% maka gagal tolak H0 artinya model cukup memenuhi sehingga tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model.
Page 40
6. Pola Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi, Status Gizi Balita, dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Surabaya Timur Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu Hipotesis:
Statistik uji Wald
Page 41
Pendapatan keluarga tiap bulan
Misal pada pengamatan ke-1, nilai X9 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.20013x10-9, KS I sebesar 6.32478x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999993674.
Page 42
Pengeluaran keluarga tiap bulan
Misal pada pengamatan ke-1, nilai X10 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 5.896x10-6, KS I sebesar 0.00257, dan Pra KS sebesar 0.99742.
Page 43
Pengeluaran untuk makan keluarga tiap bulan
Misal pada pengamatan ke-1, nilai X11 adalah Rp. 1.213.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.0000337, KS I sebesar 0.0088863, dan Pra KS sebesar 0.99108.
Page 44
Keikutsertaan dalam KB
Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.462, KS I sebesar 0.525, dan Pra KS sebesar 0.013.
Page 45
Kondisi Rumah
Peluang masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: KS Plus sebesar 0.794, KS I sebesar 0.203, dan Pra KS sebesar 0.003.
Page 46
Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak Hipotesis :
Statistik Uji: G = 93.543 Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 78.120 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 10% maka tolak H0
Page 47
Misal pada pengamatan ke-6, nilai X9 adalah Rp. 1.000.000,- dan nilai X10 adalah Rp. 900.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 2.391x10-11, KS I sebesar 8.043x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999992. Page 48
Berdasarkan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa ada korelasi antara kedua variabel tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka variabel pengeluaran keluarga tiap bulan tidak dimasukkan dalam model. Sehingga diperoleh hasil, variabel prediktor yang secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: pendapatan keluarga tiap bulan (X9), keikutsertaan dalam KB (X13), dan kondisi rumah (X14). Sehingga model regresi logistik akhir yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Page 49
Misal pada pengamatan ke-6, nilai X9 adalah Rp. 1.000.000,- . Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.421x10-8, KS I sebesar 9.683x10-4, dan Pra KS sebesar 0.999. Page 50
Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik Hipotesis : H0: Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H1: Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji: Nilai H0.
Page 51
dan nilai p-value sebesar 1.000 > α = 10% maka terima
KESIMPULAN Karakteristik balita nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase balita yang diberi ASI < 2 tahun, diberi makanan pendamping ASI, penyakit yang diderita dalam satu bulan terakhir cukup berat, terserang penyakit ≤ 2 kali dalam satu bulan, imunisasinya tidak lengkap, asupan makanannya belum memenuhi 4 sehat 5 sempurna, dan diasuh sendiri; masing-masing sebesar: 61.2%, 12.9%, 5.2%, 84.5%, 50.9%, 37.9%, dan 95.7%. Karakteristik faktor sosial keluarga nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase pendapatan keluarga ≤ Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran keluarga ≤ Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran untuk makan ≤ Rp 750.000,- perbulan, tidak mengikuti program KB, kondisi rumahnya semi permanen, dan sarana sanitasinya belum baik; masing-masing sebesar: 12.9%, 22.4%, 42.2% , 29.3%, 79.3%, dan 68.1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan pada tingkat signifikansi 15% adalah pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi.
Page 52
KESIMPULAN Pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pada keluarga nelayan di Surabaya Timur, yaitu: tingkat kesejahteraan keluarga nelayan dipengaruhi oleh pendapatan keluarga tiap bulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah pada tingkat signifikansi 10%.
Page 53
SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi berpengaruh terhadap status gizi balita, sehingga diperlukan pemberian makanan pendamping ASI kepada balita dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Hal ini agar status gizi balita nelayan menjadi lebih baik. Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pendapatan rumah tangga dalam sebulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga sehingga diperlukan pengarahan kepada masyarakat agar turut berpartisipasi dalam program KB. Hal ini agar kesejahteraan keluarga nelayan dapat lebih baik.
Page 54
DAFTAR PUSTAKA Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. New York: John Wiley and Sons. USA. Anonim_a. 2011. Pola Konsumsi RT. http://www.datastatistikindonesia.com/content/view/609/609/ (16 Januari 2011) Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27/makanan-pendamping-asi-mpasi/ (16 Januari 2011) Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cochran, G. William. 1977. Sampling Teqniques. New York : John & Son’s, Inc. Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Banyuwangi. Status Gizi. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-derajat-kesehatan/status-gizi.html (4 Januari 2010) Djaeni, A. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Djiteng, R. D. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Page 55
Statistika ITS Surabaya
DAFTAR PUSTAKA Djumadias, A. 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi. Bogor: Puslitbang Gizi Bogor. Fajar, I., Bakri, B., dan Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hosmer, D. W. dan Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. USA: John Wiley and Sons. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Imunisasi Pada Bayi dan Balita. http://www.google.com (10 Oktober 2009). Ikhwansyah. 2001. Profil Revitalisasi Posyandu. http://www.google.com (21 September 2009). Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2009. Sosial. http://www.tangerangselatankota.go.id/compilation_social.php (4 Januari 2010)
Page 56
DAFTAR PUSTAKA •Surya. 2009. Sekitar 90 Persen Nelayan Hidup Miskin. http://www.surya.co.id/2009/04/07/sekitar-90-persen-nelayan-hidup-miskin.html (4 Januari 2010) •Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor: Bumi Aksara. Tafsirbetawie. 2009. Pengertian Keluarga Berencana). http://tafsirbetawie.wordpress.com/2009/08/13/pengertian-keluarga-berencana-kb/ (16 Januari 2011) •Tri Noorastuti, P., Nurlaila, N. 2010. Idealkah Jumlah Anak Anda. http://kosmo.vivanews.com/news/read/136462-idealkah_jumalah_anak_anda (16 Januari 2011) •Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Page 57
Statistika ITS Surabaya
Page 58
Statistika ITS Surabaya