Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja RD.Sridanto Aribowo, MA.Lit
Temu paguyuban organis Gereja Keuskupan Agung Jakarta Rawamangun, 20 Juli 2013
AJARAN GEREJA TENTANG MUSIK • A. Sebelum konsili Vatikan II • 1) Motu proprio tentang musik suci “Tra Le Sollicitudini,” Pius X (22 November 1903).Motu proprio ini sangat menentukan sejarah musik liturgi, bahkan hingga kini. Antara lain dikatakan bahwa musik itu tak terpisahkan dari liturgi dan hendaknya umat patut berperan serta di dalamnya.
• 2) Ensiklik Pius XII “Mediator Dei” (1947). Ia mendorong umat yang berhimpun untuk menyanyi karena musik itu menimbulkan iman dan kesalehan dalam hati kaum beriman yang berliturgi. Biarlah nyanyian umat yang harmonis naik ke hadapan Allah bagaikan laut yang bergelora dan lewat melodi nyanyian mereka, biarlah mereka bersatu secara lahir dan batin. Ia promosikan nyanyian tradisional Gregorian, tetapi juga tetap membuka kemungkinan untuk musik dan nyanyian modern.
B. Dokumen Konsili Vatikan II serta sesudahnya
• 1) Konstitusi Sacrosacntum Concilium (SC) 112-121: yang antara lain menyatakan bahwa musik itu bagian integral liturgi. Ia mengarisbawahi fungsi musik dalam liturgi, yakni untuk melayani liturgi, bukan sebaliknya. Ia patut mengungkapkan iman Gereja dan diletakkan dalam konteks perayaan iman itu. Musik liturgi bersifat simbolis, di mana umat patut mengambil bagian secara aktif. Juga ditekankan agar diciptakan lagu Gereja inkulturatif.
• 2) Instruksi “Musicam Sacram” oleh Kongregasi Ibadat dan Tatatertib Sakramen 1967.
• PUMR (Pedoman Umum Misale Romawi), tahun 1969. Dalam PUMR 39-41 antara lain dinyatakan bahwa penggunaan nyanyian dalam perayaan Ekaristi patut dijunjung tinggi, terutama dalam misa hari Minggu dan hari Raya.
Organis Gereja dalam Dokumen Resmi Gereja: Musicam Sacram • 62.Alat musik dapat menjadi sangat bermanfaat dalam perayaan-perayaan kudus, entah untuk mengiringi lagu-Iagu, entah dimainkan sendiri sebagai instrumental tunggal.
"Organ pipa hendaknya dijunjung tinggi sebagai alat musik tradisional Gereja Latin; suaranya mampu menyemarakkan upacaraupacara ibadat secara mengagumkan, dan dengan mantap mengangkat hati umat ke hadapan Allah dan ke alam surgawi.”
• Akan tetapi dengan persetujuan pimpinan gerejawi setempat yang berwenang, alat-alat musik lain dapat juga dipakai dalam ibadat, asal sesuai dan dapat disesuaikan dengan fungsi kudusnya, cocok dengan keanggunan gedung gereja, dan benar-benar membantu memantapkan ibadat kaum beriman.[43]
• 63. Dalam mengizinkan penggunaan alat musik tersebut, kebudayaan dan tradisi masing-masing bangsa hendaknya diperhitungkan. Tetapi alat-alat musik yang menurut pendapat umum -dan defakto - hanya cocok untuk musik sekular, haruslah sama sekali dilarang penggunaannya untuk perayaan liturgis dan devosi umat.
• Setiap alat musik yang diizinkan pemakaiannya dalam ibadat hendaknya digunakan sedemikian rupa sehingga memenuhi tuntutan perayaan liturgis, dan bermanfaat baik untuk menyemarakkan ibadat maupun untuk memantapkan jemaat.
• Penggunaan alat musik untuk mengiringi lagulagu dapat merupakan dukungan kepada para penyanyi, memudahkan partisipasi umat, dan menciptakan kesatuan hati yang mendalam antar jemaat yang berhimpun.
• Tetapi, bunyinya jangan sampai menenggelamkan suara para penyanyi, sehingga sulit untuk menangkap kata-kata lagu, dan kalau suatu bagian diucapkan secara nyaring oleh imam atau salah seorang petugas berhubung dengan tugasnya, alat musik janganlah dibunyikan.
• Dalam perayaan ekaristi dengan atau tanpa nyanyian, organ atau alat musik lainnya yang telah disahkan, dapat digunakan untuk mengiringi lagu-lagu yang dibawakan oleh koor dan umat; dapat juga dimainkan secara instrumental pada awal perayaan ekaristi, sebelum imam sampai di altar, pada persembahan, pada komuni, dan pada akhir perayaan ekaristi.
• 66. Penggunaan alat musik tersebut secara instrumental tidak diizinkan dalam Masa Adven, Prapaskah, Trihari Suci, dan dalam ofisi serta misa arwah.
• 67.Sangat diharapkan agar para organis atau pemain musik lainnya tidak hanya memiliki ketrampilan untuk memainkan alat musik yang dipercayakan kepada mereka.Di samping itu mereka hendaknya mengikuti perayaan liturgi dengan penuh kesadaran, sehingga setiap kali memainkan alat musiknya dengan semestinya, mereka memperkaya perayaan kudus selaras dengan hakekat asli masing-masing bagian, dan mendorong partisipasi kaum beriman.[45]45
• .Di samping itu mereka hendaknya mengikuti perayaan liturgi dengan penuh kesadaran, sehingga setiap kali memainkan alat musiknya dengan semestinya, mereka memperkaya perayaan kudus selaras dengan hakekat asli masing-masing bagian, dan mendorong partisipasi kaum beriman.[45]45
Sacrosanctum Concilium 112-121 • Dokumen ini berisi hal hal terkait Musik Liturgi.
PERBANDINGAN MUSIK LITURGI DAN MUSIK POP ROHANI
Musik Liturgi
Musik Pop Rohani Syair: Puitis, Syair: Khusus umumnya diciptakan untuk memakai bahasa tujuan liturgi. Bersumber dari Kitab sehari-hari, dan sangat Suci atau teks ibadat/misa, sebagai individualistis. ungkapan iman, harapan, dan kasih pada Tuhan .
Musik: Mendukung dan mengabdi pada syair serta demi kepentingan teks itu sendiri.
Musik: Belum tentu mendukung syair, kadang bertolak belakang dengan isi syair. Musik seringkali membuat suasana menjadi sentimentil, ringan, kurang menantang dan cengeng.
Fungsi/tujuan: Musik liturgi adalah suatu bagian yang integral dari perayaan liturgi (fungsional):
Fungsi/tujuan: Tujuan utama untuk hiburan rohani, untuk memberikan suasana rohani, untuk show, untuk bersenang- untuk mengiringi liturgi, mis: senang saja dan juga seringkali bersifat komersial.Memang perarakan. diciptakan untuk keperluan di - untuk melagukan liturgi, mis: luar ibadat. doa syukur/ permohonan, pewartaan KS, ungkapan iman. - untuk memperindah ibadat (menciptakan suasana perayaan)
Sifat: Eklesial
Sifat: individual
Selalu dirayakan bersamasama dengan umat yang hadir (eklesial). Dialog dalam liturgi tidak bertentangan dengan kebersamaan tetapi sebaliknya meningkatkannya.
Lagu pop rohani dibawakan sebagai nyanyian solois (maka ada biduan/artisnya), sesuai dengan syairnya menggunakan kata ganti “aku” bukan “kami” atau “kita”. Sifat lagu ini tidak berubah, meskipun dibawakan oleh paduan suara.
Alat Musik: Organ pipa berkembang sebagai alat khusus untuk ibadat, karena dipercaya suaranya dapat memeriahkan upacara-upacara Gereja dan mengangkat hati umat kepada Allah dan ke surga.
Alat Musik: sebagai musik hiburan/pop, menggunakan alat musik profan untuk menghadirkan musik yang ringan, disesuaikan dengan selera massal.
Lagu lagu yang direkomendasi untuk Musik Liturgi di KAJ • 1. Puji Syukur. • 2. Madah Bakti. • 3. Gema Ekaristi.
Iringan musik yang tidak direkomendasi • 1. Alat perkusi berbagai jenis. • 2. Band
“under consideration” instrument Alat music traditional untuk mengiringi lagu traditional.
Tips: • • • • • • •
1. Tingkat perayaan. 2. Teks bacaan. 3. Tema Ekaristi. 4. Kesesuaian lagu dengan teks bacaan. 5. Kesesuaian melodi dengan teks. 6. Fungsi lagu dalam perayaan Ekaristi. 7. Tingkat kesulitan umat menyanyikan lagu.
The End