sNl
Standar Nasiolral lndonesia
SNlr,l'- 0571 - 1989
tcs
Gara uii mekanis mur & baud
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
----__l
Daftar isi
Halaman
Daftar isi
I
i
Ruang lingkup
I
4.1 Uji tarik aksil baut utuh
4.2Uji tarik baut uruh 4.3
uji tarik
...'...:,
dengan baji
dengan baji untuk baut tingkat kekuatan berat.
4.4uii tarik baut dengan batang uji bulat yang dikerjakan dengan mesin 4.5 Bahan
4.6Uji
2
uji .............
kekerasan
4 ...,...
4 5 6
sNt 05 - 0571 - 1989 Cara uji sifat mekanis baut mur
I
Ruang lingkup
Standar ini meliputi prinsip uji, mesin uji dan cara uji sifat mekanis baut mur.
2
Prinsip uji
2.1
Uji tarik baut utuh sesuai dengan gambar
1 dan
gambar 2.
2.2Uji tarik baut dengan batang uji yang dikerjakan mesin sesuai dengan gambar 4, dan Gambar 5.
3, Gambar
2.3 Uji kekerasan baut mur. 3 Mesin uji 3.1 Untuk uji tarik, mesin uji harus memenuhi syarat yang ditentukan sesuai dengan SNI07 - 0408 - 1989, cara uji tarik logam.
3.2
Untuk uji kekerasan, mesin uji harus meemenuhi syaratyang ditentukan sesuai dengan SNI 19 - 0405 - 1989, uji keras rockwell B dan SNI 19 - 0401 - 1989, cara uji keras rockwell C.
4 Cara uji 4.1 Uji tarik aksial baut utuh Baut diuji dengan menggunakan alat bantu dengan beban aksial antara kgpala baut dan mur atau alat sebagai pengganti mur seperti pada gambar 1. Mur atau alat pengganti mur harus mempunyai jumlah ulir yang cukup untuk dapat menahan kekuatan maksimal dari baut. Mur atau alat pengganti mur harus dipasangkan pada baut dengan menyisakan 6 (enam) ulir, kecuali untuk baut kepala segi enam untuk konstruksi tingkat kekuatan berat (high tensile) harus disisakan 4 (empat) ulir. Baut harus putus pada bagian badan atau pada bagian ulir, tetapi tidak boleh putus pada tempat peralihan antara kepala dan badan baut.
1
dari 7
sNl 05 - 0571 - 1989
Gamabar I
Uji tarik baut utuh
4,2
Uji tarik baut utuh dengan baji
Maksud u.;i ini untuk menentukan beban tarik, untuk mengetahui mutu kepala baut dan keliatan baut dengan kepala baut segi enam dan segi empat pembebanan eksentrik. Kepala baut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga sudut-sudut dari kepala baut segi enam atau segi empat tidak mengalami beban tumpu (boaring load), seperti pada gambar 2.
2 dart 7
I
sNl 05 - 0571 - 1989
7
/,"'
{itt
\ _1t_
t,
\'\
Gambar 2
Uji tarik baut utuh
C=
d = R= T=
dengan baji
Kelonggaran lubang baji Diameter baut Jari-jari Tebal baji pada bagian sisi pendek dari lubang
Kemiringan permukaan atas baji adalah 10 derajat dan tebal baji pada bagian sisi pendek dari pendek dari lubang sama dengan ll2kali diameter nominal baut.
3 darr 7
sNt 05 - 0571 - 1989 Lr-rbang baji harLrs lebih besar dari ukuran nominal baut dengan kelonggaran yang ditentukan clatn sudt-tt-sudr-rt lubang ba,ji harus dibulatkan dengan radius seperti tabel di bawali ini.
Ukuran Nominal Baut mm (in) 6
-
t422 -
LZ
(Yn-
Kelonggaran Lubang
mm (in)
Vz)
-
20 (el6 314) 26 (7/8 1) 27 -sz ( rl/s
-rtlai)
33-38(13/8-Ltl2i)
catatan :'
Jari.jari pembulatan sudut lubang mm (in)
0,76 (0,030) 1,3 (0,050) 1,5 (0,063) 1,5 (0,063) 2,4 (0,094)
0,76 (o,o30) 1,5 (0,060) 1,5 (0,060) 3,2 (0,125) 3,2 (0,125)
yang di dalam kurung adalah untuk whith worth dan unified.
4.3
Uji tarik dengan baji untuk baut tingkat kekuatan berat. Untuk baut yang mengalami perlakuan panas dengan kuat tarik minimum lebih dari 690 MPa ( 100.000 psi) yang diulir sampai dengan jarak I kali diameter atau kr.rrang di bawah sisi kepala baut yang dir,rji, sudut dari baji harus 6 derajat untuk ukurzin baut 6-20 mm (l/4-3/4 in) dan 4 dera.jat untuk ukuran baut di atas 20 mm (3/4 in), seperti pada gambar'2.
4.4 uji tarik baut dengan batang qi bulat yang dikerjakan dengan mesin 4.4.1
Pengurjian bar-rt dengan diameter di bawah 38 mm (1 r/, in) dilakukan dengan batang
uji yang dikerjakan dengan mesin, harus menggunakan batang uji standar dengan diameter l3 mm (l/2 in) dan panjang ukur 51 mm (2 in) seperti pada gambar 3.
3/8 in
Gambar 3
Uji tarik baut dengan barang uji
4.4.2
Baut dengan ukuran penampang kecil yang tidak memungkinkan untuk dibuat batang uji standar seperti tersebut di atas, bagian yang dibubut harus diperoleh diameter batang uji semaksimal mungkin, panjang ukur untuk penentuan regangnya harus 4 kali diameter batang r"rji, seperti pada garnbar 4.
4 dariT
sNt 05 - 0571 - 1989
Bagian yang diperkecil
0,357,'-*. 0,005,'
1.400"*.0,00b"
mm
fftlrnlilr.=. l.cr:g:ilrJ,^=.}"
0,252" *- 0,005,' 1.000" *- 0,005" Gambar 4
Uji tarik baut dengan batang uji
4.4.3
Baut dengan diameter sama dan lebih besar dari 38 mm (l r/. in) menggunakan batlng uji standar, dengan lokasi batang uji seperti pada gambar 5.
YeD
Gambar 5
Uji tarik baut dengan batang uji
4.5
Bahan uji
LIntuk penggunaan khusus dari kelas baut tertentu, disyaratkan supaya baut yang diLr.li dapat mencapai beban tarik yang ditentukan tanpa menimbulkan deformasi. Penentuan beban uji dapat dilakukan pada uji tarik baut utuh dan dapar dilaksanakan menurut cara I atau caraZ. Cara I adalah cara arbitrasi apabila terdapat perselisihan dalam penentuan keputr,rsan hasil u.ji. Penentuan cara I terbatas untuk baut yang panjangnya 8 kali diameter nominal, akan tetapi tidak boleh lebih dari 203 mm (8 in). Untuk baut yang panjangnya lebih dari 8 kali diameter nominal, akan tetapi tidak boleh lebih kecil dari 203 mm (8 in) dilakukan cara 2.
5 dari 7
sNl 05 - 0571 - 1989
4.5.1
Cara I berdasarkan pengukr"iran perpanjangan
Panjang baut harus diukur pada garis sumbu dengan alat ukur yang mampu mengukur perubahan panjang atall mempunyai ketelitian 0,0025 mm (0,0001 in) dalam daerah ukur 0,025 rnm (0,001 in). Penempatan baur pada alat uji seperti pada butir 4. L Uji tarik aksial baut utuh, dengan beban uji yang ditentukan menurut spesifikasi baut yang diuji. Setelah mencapai beban u.ji, kemudian beban uji ditahan selama 10 detik sebelum beban uji dibebaskan. Setelah pembebasan beban uji, panjang baut diukur lagi dan tidak boleh menunjukkan perpanjangan tetap. Perpanjangan tetap masih diperkenankan apabila tidak menyimpang dari toleransi perpan jangan 0,0127 mm (0,0005 in). 4
5.2
Cara2 berdasarkarn batas ulur
Baut harus dipasang pada alat urji seperti pada butir 4.1. Uji tarik aksial baut utuh, baut ditarik sampai terjadi perpanjangan 0,2o/o. Beban pada perpanjangan 0,027o harus tidak boleh kurang dari beban uji menulut spesitikasi baut yang diuji.
4.5.3
Beban uji untuk mur dir-rji harus dipasang pada alat bantu yang merupakan batang
Mur yang
yalg berulir
atau
baut sesuai dengan ulir mur yang diuli dan alat bantu baut tersebut, harus dalam keadan dikeraskan (hardened) dengan cara perlakuan panas.Selanjutnya mur dibebani aksial dengan beban uji yang ditentukan, mur harus dapat tahan terhadap beban uji tersebut tanpa kerusakan.
Apabila ulir dari alat bantu pada waktu pengujian rusak, pengujian tidak berlaku.
4.6 Uji
Uji
kekerasan
SNI 19-0405-1989, cara uji keras rockwel B atau SNI 19-0401-1989, cara uji keras
kekerasan baut dan mur dilakr-rkan sesuai dengan
brinell SNI 19-0406-1989, cara uji keras rockwell C.
4.6.1 Uji kekerasan
baut
Apabila disyaratkan baut harus diuji menurut brinell atau rockwell. Pengujian dilakukan pada bidang sisi atau atas kepala baut. Apabila ada perselisihan dalam penentuan keputusan hasil uji kekerasan, maka dilakukan arbitrasi akhir, dengan melakukan r-rji kekerasan pada penampang lintang btrut dari bagian yang berulir. Bidang penampang untuk uji kekerasan, jaraknya dari ujung baut adalah sama dengan diameter baut yang diuji. Uji kekerasan dilakukan pada jarakl/4 diameter nominal dari sumbu baut. 4
6.2
Uji kekerasan mur
Uji kekerasan rockwell Lrntuk mur clilakukan pada permukaan atas atau permukaan bawah dari mur. Uji kekerasan brinell dilakLrkan pada permukaan sisi dari mur. Uji kekerasan 6 dart l
-rrrrrrrr-tr I I
sNt 05 - 0571 - 1989 dilakukan menurut salah satu cara tersebut di atas berdasarkan ukuran dan kelas dari mur yang diuji. Apabila uji kekerasan yang dilakukan menurut standar brinell (beban : 3.000 kg, diameter bola baja : 10 mm) mengakibatkan deformasi pada mur maka pengujian dilakukan dengan beban yang lebih rendah atau dengan uji kekerasan rockvzell.
I
dari
l