PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Skripsi
Oleh : Yogi Prasidayanto K 2302532
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
34
35
PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh: Yogi Prasidayanto K 2302532
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan P.NIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
36
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Februari 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Yohanes Radiyono NIP. 19540831 198303 1 002
Drs. Darianto NIP. 19460809 198303 1 001
37
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
1.
Ketua
:
2.
Sekretaris
:
1. …………… 2.
…………… 3.
Anggota I
: Drs. Yohanes Radiyono
4.
Anggota II : Drs. Darianto
3. …………… 4.
……………
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
38
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 ABSTRAK
Yogi Prasidayanto. PENGARUH KEMAMPUAN BAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh yang signifikan: (1) antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, (2) antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, (3) antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, (4) interaksi antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, (5) interaksi antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, (6) interaksi antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak, dan (7) interaksi antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak. Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2008/2009, yaitu sebanyak 349 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling sebanyak 2 kelas. Kelas yang terpilih yaitu kelas VII-A sebanyak 30 siswa dan kelas VII-C sebanyak 40 siswa. Teknik pengumpulan data kemampuan bahasa yang berupa skor kemampuan bahasa menggunakan teknik dokumentasi, data kemampuan matematika yang berupa skor kemampuan matematika menggunakan teknik dokumentasi, data sikap siswa terhadap fisika menggunakan teknik angket,
39
dan data kemampuan menyelesaikan soal fisika menggunakan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh yang signifikan kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fa = 1039.1765 > 4.00 = F0.05;2;62), (2) ada pengaruh yang signifikan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fb = 1036.0713 > 4.00 = F0.05;2;62), (3) tidak ada pengaruh yang signifikan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fc = 0.1842 < 4.00 = F0.05;1;62), (4) ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fab = 523.1716 > 4.00 = F0.05;4;62), (5) tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fac = 3.1231 < 4.00 = F0.05;2;62), (6) tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fbc = 0.1035 < 4.00 = F0.05;2;62), dan (7) tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak (Fabc = 1.5707 < 4.00 = F0.05;4;62).
40
MOTTO
“....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri” (Q.S. Ar ro’du: 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al Insyirah: 6-8)
41
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang tulus ku persembahkan karya ini untuk: Ibu dan Ayah tercinta, untuk semua kasih sayang, pengorbanan dan doa-doanya, Adikku tersayang terima kasih atas motivasinya, Nenekku, untuk semua bantuan dan dukungannya, Semua keluarga dan teman-teman atas motivasinya Rekan-rekan fisika, untuk semua motivasinya, Almamater.
42
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Rabb semesta alam karena atas nikmat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam dihaturkan ke pangkuan Rasulullah SAW. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Prof. Dr. M. Fuqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
2.
Dra. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.
3.
Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.
4.
Drs. Yohanes Radiyono, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Drs. Darianto, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6.
Drs. Djauhari, M.M, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Purwodadi yang telah memberikan ijin try out dan ijin penelitian.
43
7.
Bapak dan Ibu, atas segala do’a dan motivasi kalian yang membuat penulis selalu tetap tegar.
8.
Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Pendidikan Fisika yang selalu memberikan dorongan dan pengertian dalam penyelesaian skripsi ini.
9.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca semuanya.
Surakarta, Juli 2009
Penulis
44
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK.........................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................
ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xvii BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN..................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
3
C. Pembatasan Masalah .......................................................................
4
D. Perumusan Masalah ........................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................
6
LANDASAN TEORI ............................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
7
1. Belajar .......................................................................................
7
2. Mengajar ................................................................................... 16 3. Kemampuan bahasa .................................................................. 19
45
4. Kemampuan matematika........................................................... 20 5. Sikap Siswa Terhadap Fisika .................................................... 20 6. Kemampuan Menyelesaikan Soal ............................................. 23 7. Gerak ......................................................................................... 25 B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 31 C. Hipotesis ......................................................................................... 32 BAB III. TEKNIK PENELITIAN ........................................................................ 34 A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 34 1. Tempat ...................................................................................... 34 2. Waktu Penelitian ....................................................................... 34 B. Teknik Penelitian ............................................................................ 34 C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 35 1. Populasi ..................................................................................... 35 2. Sampel....................................................................................... 35 3. Teknik Pengambilan Sampel..................................................... 35 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 35 1. Definisi Operasional Variabel................................................... 35 2. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 37 3. Instrumen................................................................................... 38 E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 42 1. Uji Prasayarat Anava................................................................. 43 2. Uji Hipotesis.............................................................................. 44 3. Uji Komparasi Ganda................................................................ 50 BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 52 A. Deskripsi Data ................................................................................ 52 1. Data Penelitian Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal ............ 52 B. Pengujian Persyaratan Analisis ...................................................... 58 1. Uji Normalitas ........................................................................... 58 2. Uji Homogenitas......................................................................... 59 C. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 60 4. Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama................................ 60
46
5. Uji Komparasi Ganda (Scheffe) ................................................. 61 D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................... 62 1. Hipotesisi Petama ....................................................................... 62 2. Hipotesisi Kedua ........................................................................ 63 3. Hipotesis Ketiga ......................................................................... 64 4. Hipotesis Keempat ..................................................................... 64 5. Hipotesis Kelima ........................................................................ 66 6. Hipotesis Keenam....................................................................... 66 7. Hipotesis Ketujuh ....................................................................... 67 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 68 A. Kesimpulan ..................................................................................... 68 B. Implikasi ......................................................................................... 69 1. Implikasi Teoritis ....................................................................... 69 2. Implikasi Praktis......................................................................... 69 C. Saran ............................................................................................... 70 1. Bagi Siswa .................................................................................. 70 2. Bagi Huru ................................................................................... 70 3. Bagi Orang Tua .......................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71 LAMPIRAN ........................................................................................................... 73
47
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 1 Bagan Penelitian .................................................................................... 32
48
DAFTAR TABEL halaman Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika Berdasarkan Kelompok Kemampuan bahasa . ..................................... 52 Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan bahasa Tinggi ............................................... 53 Tabel 4.1.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan bahasa Rendah.............................................. 54 Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika Berdasarkan Kelompok Kemampuan matematika .............................. 55 Tabel 4.2.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Keterampilan Hitung Tinggi. .............................................. 55 Tabel 4.2.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Keterampilan Hitung Rendah. ............................................ 56 Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika Berdasarkan Kelompok Sikap Siswa Terhadap Fisika ........................ 57 Tabel 4.3.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Sikap Siswa Mendukung..................................................... 57 Tabel 4.3.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Sikap Siswa Tidak Mendukung. ......................................... 58 Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas dengan Teknik Lilliefors ........................ 59 Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas .............................................................. 60 Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama ..................... 61 Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Ganda pada Variabel Kemampuan bahasa .............................................................................. 61 Tabel 4.8 Rangkuman Uji Komparasi Ganda pada Variabel
49
Kemampuan matematika ..................................................................... 61 Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda pada Interaksi antara Variabel Kemampuan bahasa, Kemampuan matematika dan Sikap Siswa ........ 62 Tabel 4.10 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Variabel Kemampuan bahasa .............................................................. 63 Tabel 4.11 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Variabel Kemampuan matematika ....................................................... 64 Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Interaksi Kemampuan bahasa dan Kemampuan matematika .............. 65 Tabel 4.13 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Interaksi Kemampuan bahasa dan Sikap Siswa ................................... 66 Tabel 4.14 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Interaksi Kemampuan matematika dan Sikap Siswa ........................... 67 Tabel 4.16 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan soal Fisika pada Interaksi Kemampuan bahasa, Kemampuan matematika dan Sikap Siswa ........ 67
50
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1 Kisi-kisi Soal Obyektif Try Out ....................................................... 73 Lampiran 2 Lembar Soal Try Out ....................................................................... 74 Lampiran 3 Kunci Jawaban ................................................................................. 85 Lampiran 4 Lembar Jawab ................................................................................... 86 Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Obyektif Penelitian .................................................... 87 Lampiran 6 Lembar Soal Penelitian ..................................................................... 88 Lampiran 7 Kunci Jawaban Penelitian ................................................................. 97 Lampiran 8 Lembar Jawab Penelitian ................................................................. 98 Lampiran 9 Angket Try Out Sikap Siswa Terhadap Fisika ................................. 99 Lampiran 10 Angket Sikap Siswa Terhadap Fisika ............................................... 103 Lampiran 11 Data Pengamatan ............................................................................. 106 Lampiran 12 Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal .................................................. 108 Lampiran 13 Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket ............................................. 117 Lampiran 14 Anava ............................................................................................... 127 Lampiran 15 Uji Homogenitas .............................................................................. 132 Lampiran 16 Uji Normalitas .................................................................................. 138 Lampiran 17 Tabel Statistika ................................................................................. 137 Lampiran 18 Surat-surat Ijin ................................................................................. 142
51
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara berkembang. Pembangunan di segala bidang ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Pembangunan yang sedang digalakkan mempunyai tujuan utama untuk mensejahterakan kehidupan rakyat dalam usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta merata baik lahir maupun btin berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan, karena pendidikan itu sendiri adalah upaya sadar yang dilakukan dengan tujuan membimbing manusia dalam perkembangannya. Proses membimbing, mengarahkan dan membentuk pribadi manusia dalam perkembangan itulah dapat digolongkan sebagai pendidikan. Masalah pendidikan sangat fundamental bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan akan melahirkan karakteristik manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari bermunculannya teknologi canggih di segala bidang kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Untuk itulah perlu dimiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar fisika karena fisika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional. Kondisi pengajaran fisika sampai saat ini masih menunjukkan perlunya upaya perbaikan. Kritik dan sorotan masih sering dikemukakan, antara lain masih rendahnya mutu lulusan yang ditandai oleh rendahnya prestasi belajar siswa pada
52
pelajaran fisika. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, misalnya dengan penataan guru fisika, perubahan kurikulum fisika, dan sebagainya. Selain itu perlu juga untuk ditinjau kembali faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu lulusan tersebut. Penyelesaian terhadap faktor-faktor eksternal yang berpengaruh saja belum cukup, perlu pula diketahui dan diteliti faktor-faktor internal yang berpengaruh secara dominan. Faktor-faktor ini secara minimal dapat digunakan sebagai dasar pemilihan strategi dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Kemampuan merupakan suatu penunjuk kekuatan intern dalam pola asli seseorang
terhadap
penghayatan
pengalaman-pengalamannya,
baik
itu
kemampuan umum maupun kemampuan khusus. Kemampuan bahasa merupakan kemampuan khusus untuk membaca suatu bahan dengan pemahaman, pengertian isi, dan logis dalam penerapan situasi praktis. Dalam pelajaran fisika, kemampuan bahasa diperlukan dalam menyelesaikan soal fisika. Untuk memahami soal mungkin dibutuhkan kemampuan bahasa yang tinggi sehingga siswa dapat mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut. Apabila kemampuan tersebut kurang dikuasai siswa, kemungkinan mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal fisika. Kemampuan matematika merupakan sebuah kemampuan khusus dalam matematika-mengmatematika dengan angka. Kurangnya latihan menyebabkan kemampuan matematika siswa menjadi rendah. Banyak dijumpai kesalahan matematika yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika. Hal ini tentu saja mempengaruhi kemampuan siswa di dalam menyelesaikan soal-soal dalam fisika. Di lapangan seringkali dijumpai sikap acuh siswa dalam mengikuti pelajaran fisika. Siswa pada umumnya mengikuti pembelajaran fisika karena kewajiban saja tanpa memperhatikan manfaatnya. Bahkan mereka merasa biasa mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran fisika. Sikap yang demikian tentu saja mempengaruhi daya tangkap siswa terhadap pelajaran fisika. Sikap siswa terhadap pelajaran fisika dapat dilihat dari cara siswa merespon pelajaran fisika, misalnya keingintahuan, perhatian, usaha dan keinginan belajar fisika.
53
Fisika merupakan materi pelajaran yang mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut berkaitan dengan konsep-konsep mengenai gejala dan fenomena alam. Sehubungan dengan uraian tesebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian
mengenai
“Pengaruh
Kemampuan
bahasa
Dan
Ketrampilan Matematika Ditinjau Dari Model Tugas Terhadap Kemampuan Kognitif Dalam Menyelesaika Soal Fisika Siswa Kelas VII SMP”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah antara lain: 1.
Rendahnya prestasi belajar akan berakibat pada kemerosotan mutu lulusan, sehingga perlu dikaji faktor-faktor penyebab dan upaya untuk mengantisipasi masalah tersebut.
2.
Pemahaman soal memerlukan kemampuan bahasa yang baik. Kemampuan bahasa yang rendah membuat siswa kesulitan menyelesaikan soal.
3.
Siswa kurang banyak berlatih dalam bermatematika sehingga kemampuan bermatematikanya rendah.
4.
Sikap siswa terhadap fisika mempengaruhi daya tangkap siswa terhadap pelajaran fisika. Adanya siswa yang bersikap apatis saat pengajaran fisika menyebabkan kurangnya respon mendukung pembelajaran fisika.
5.
Pentingnya sebuah pendidikan bagi kemajuan negara sehingga semua negara di dunia menempatkan pendidikan sebagai prioritas nomor satu.
6.
Adanya anggapan masyarakat bahwa guru adalah pusat dari proses pembelajaran fisika di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis akan membatasi masalah dalam penelitian. Dengan demikian diharapkan masalah dapat dikaji lebih mendalam untuk memperoleh hasil maksimal, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1.
Kemampuan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis dalam situasi praktis.
2.
Kemampuan matematika diambil dari nilai ulangan matematika.
54
3.
Sikap siswa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu sikap yang mendukung dan tidak mendukung terhadap pembelajaran fisika.
4.
Kemampuan menyelesaikan soal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan memecahkan soal yang berhubungan dengan pokok bahasan gerak.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
2.
Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
3.
Apakah ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
4.
Apakah ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
5.
Apakah ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
6.
Apakah ada interaksi pengaruh antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
7.
Apakah ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
2.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
3.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
4.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
5.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
55
6.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada interaksi pengaruh antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
7.
Untuk mengetahui ada atau tidak ada interaksi pengaruh antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
F. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Bagi Siswa Mengingatkan
siswa
tentang
pentingnya
kemampuan
bahasa,
kemampuan
matematika dan sikap siswa dalam menyelesaikan soal fisika. 2.
Manfaat Bagi Guru Informasi-informasi tentang pengaruh kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan strategi mengajar. Dengan menentukan strategi mengajar yang sesuai, maka akan dapat meningkatkan efektifitas belajar fisika siswa khususnya dalam menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
56
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. a.
Belajar
Definisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan
itu terjadi akibat adanya interaksi individu dengan lingkungan yang mengakibatkan adanya pengalaman bagi yang bersangkutan. Lingkungan bukan hanya terdiri dari buku pelajaran, tetapi juga meliputi sekolah, orang tua, masyarakat, alam dan kebudayaan. Oleh karena itu hasil kegiatan belajar dapat diamati dan diukur. Kimble dan Garmezy seperti yang dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro menyatakan bahwa, "Belajar adalah kecenderungan dalam perubahan tingkah laku yang relatif bersifat permanen dan sebagai hasil dari suatu praktik yang bersifat menguatkan". Selanjutnya Burhan Nurgiyantoro (1988:58) mengatakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk mengubah tingkah laku dengan cepat dan bersifat permanen sehingga perubahan serupa tidak perlu terjadi berulangkali setiap menghadapi situasi yang sama”. Selain itu, Sumadi Suryabrata (1983:5) mengemukakan ciri-ciri kegiatan belajar yaitu: 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar. 2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan itu terjadi karena usaha. Dalam dunia pendidikan, keberhasilan belajar tersebut sering disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang menuntut ketekukan dan keseanggupan dalam berupaya. Belajar menurut Nana Sudjana (1989:5), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada idividu yang belajar. ”Abu Ahmadi dan Widodo S (1991:121) mengemukakan, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan”. Ada pendapat lain dari beberapa ahli tentang pengertian belajar: 1) Cronbach mendefinisikan: “Learning is shown by a change in behavior as result of experience”. Yang dalam bahasa indonesia belajar menunjuk pada perubahan perilaku sebgai hasil dari pengalaman.
57
2) Geoch menyatakan: “Learning is a change in performance as result of practice”. Yang dalam bahasa indonesi belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil dari latihan. 3)
Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to imitate, to trying something themselves, to listen, to follow direction”. Yang dalam bahasa indonesia belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu untuk dirinya, mendengarkan, dan kemudian menindak lanjuti
Dari ketiga arti yang disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh seseoarng untuk memperoleh perubahan tingkah laku baik secara keseluruhan atau sebagian sebagai hasil pengalaman individu. Belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”. (Roestiyah N.K, 1982:17). Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar di sini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan. Yang kita perhatikan ialah pola pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung. Menurut Gagne yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1988:12) bahwa: “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Morgan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1990:84) bahwa: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman”. Menurut Crow and Crow (terjemahan Kasijan, 1984:123), "Belajar dikatakan berhasil atau sukses bila dari pelajar dapat diharapkan suatu hasil yang tinggi". Prestasi belajar yang dicapai siswa dinyatakan dengan nilai, sebagaimana tertera dalam raport. Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan tersebut tampak dalam segala aspek tingkah laku. Menurut Slameto (1995:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat adanya usaha dan interaksi dengan lingkungannya sehingga diperoleh pengalaman. Oleh karena itu, kegiatan belajar yang dilakukan seseorang dapat diamati pada perubahan tingkah laku yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan akan tercermin pada prestasi belajarnya. Disamping itu dapat pula ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh individu dengan sengaja sehingga terjadi perubahan tingakah laku sebagai akibat interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi terlihat dari pola-pola respon yang baru seperti kebiasaan, sikap dan perilaku. b.
Tujuan Belajar
58
Tujuan belajar merupakan kmponene sistem pembelajaran yang sangat penting, karena semua komponen yang dlam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar yang baik perlu diciptakan lingkungan atau kondisi yang relevan. Yang terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranandan memiliki hubungan sosial tertentu. Tujuan belajar bermacam dan bevariansi tetapi dapat diklasifkaskan menjadi dua (1) yang eksplisit diusahakan untuk dicapai tindakan instruktusional, (2) lazim dinamakan instruktusional efeks (Instruktusional Effects) biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan hasil sampingan yang di peroleh, misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan disebut Nurturant Effects menurut Sudirman R.M (1987: 28). Winarno, S (1985:65) mengemukakan tujuan. “Belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan, pembentukan sikap dan perbuatan”. Tujuan belajar tersebut meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Aspek
kognitif
yaitu
pengetahuan
(knowledge)
dan
pemahaman
konsep
(understanding), aspek afektif merupakan sikap dan respon emosional terhadap tugas-tugas tertentu, sedangkan aspek psikomotor adalah kemampuan (skill) dalam mengaplikasikan prinsip belajar. Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. 1)
Ranah Kognitif Ranah kognitif dibai menjadi enam tingkatan yaitu: a)
Pengetahuan (Knoledge)
b) Pemahaman (Comprehension) c)
Penerapan (Aplication)
d) Analisa (Anakysis)
2)
e)
Sintesis (Synthesis)
f)
Evaluasi (Evaluation)
Ranah Afekti atau Sikap a)
Kemampuan Menerima (Receiving)
b) Kemauan Menanggapi (Responding) c)
Berkeyakinan (Valuing)
d) Penerapan Kerja (Organization) e) 3)
Ketelitian (Correction by Value)
Ranah Psikomotor a)
Gerakan Tubuh (Body Movement)
b) Koordinasi gerak (Finlly Coordinated Movement)
59
c)
Komunikasi Non Bahasa (Non Bahasa Communication Set)
d) Perilaku Bicara (Speech Behaviors) c.
Teori Belajar
1) Teori Gestalt “Gestalt is a German word that means whole or form, but as a design concept the meaning of this term is not so simple. A commonly held definition of gestalt is the whole is greater than the sum of its parts. When instructional designers optimize gestalt in instruction, they are helping learners to see the big picture. Specifically, Edward Tufte (1990) stated that good design is grounded in simple message, but holds rich content in detail. Simplicity is a challenge for designers to structure an underlying message and provide learners with access to supportive information all together”. Yang dalam bahasa indonesianya Gestalt adalah kata yang berasal dari bahasa Jerman yang berarti seluruh atau bentuk, tetapi pendidik dalam menggunakan konsep ini tidak begitu mudah. Definisi umum gestalt adalah bagian terbesar dari suatu bagian. Ketika pendidik mengoptimalkan instruksional gestalt dalam instruksinya, mereka akan membantu peserta didik untuk melihat gambar besar. Secara khusus, Edward Tufte (1990) menyatakan bahwa desain yang baik berdasarkan pesan sederhana, tetapi banyak mengandung pendapat secara rinci. Kesederhanaan adalah sebuah tantangan bagi desainer untuk sebuah pesan terstruktur dan menyediakan akses informasi untuk mendukung semua peserta didiknya. Dalam Roestiyah N. K. (1982:20) disebutkan tentang teori Gestalt. Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar menurut teori ini adalah sebagai berikut : a)
Belajar berdasarkan keseluruhan Orang berusaha menghubungkan pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan Anak-anak baru dapat mempelajari dan mencernakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan batiniyah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman. c)
Anak sebagai organisme keseluruhan Anak belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniah. Dalam pengajaran modern disamping mengajar pada anak, juga mendidik untuk membentuk pribadinya.
d) Terjadi transfer Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama ialah memperoleh respon yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan, bila dalam
60
suatu kemampuan telah menguasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain. e)
Belajar adalah reorganisasi pengalaman Pengalaman adalah suatu hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi baru/soal. Dalam menghadapi itu ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki. Anak mengadakan analisa – reorganisasi pengalamannya.
f)
Belajar harus dengan insight Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g) Belajar lebih berhasil bila dengan minat, keinginan dan tujuan anak. Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan murid dalam kehidupan sehari-hari. h) Belajar berlangsung terus menerus Anak memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah, dalam pergaulan, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat agar semua badan turut serta membantu perkembangan anak secara harmonis.
2) Teori belajar “cognitive developmental”. Piaget's constructivist starting point is that knowledge does not exist outside the cognitive system but that it is being constructed by individuals through their interactions with the environment (e.g. Piaget & Garcia 1991). In this respect, Piaget distinguishes cognitive processes as interpretations of the world within the framework of existing cognitive structures (assimilation) from those processes in which parts of the cognitive structures change (accommodation). Piaget's term for these parts of the cognitive structure is schema. Yang dalam bahasa indonesianya adalah Konstruktivisme Piaget berawal bukan dari luar tetapi sistem kognitif dibangun oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan (misalnya Piaget Garcia & 1991). Dalam hal ini, Piaget membedakan proses kognitif sebagai interpretasi dunia yang ada dalam kerangka struktur kognitif (assimilation) dari proses mengubah bagian dalam struktur kognitif (akomodasi). Istilah Piaget's untuk bagian struktur kognitif disebut dengan skema. Dalam H. J. Gino (1998:10), menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syaraf
61
dan makin meningkat pula kemampuannya. Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut: 1)
2)
3)
Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Mereka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar. Perkembangan mental pada anak melalui tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak. Perkembangan mental pada anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: a) Kemasakan b) Pengalaman c) Interaksi sosial d) Equilibration (H. J. Gino 1998:12)
3) Teori belajar Ausubel Dalam buku karangan Ratna Wilis Dahar (1988:134) Ausubel mengklasifikasikan belajar menjadi dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Belajar penerimaan terjadi jika informasi atau materi pelajaran disampaikan pada siswa dalam bentuk final. Siswa tidak menemukan sendiri informasi atau pengetahuan itu tetapi hanya menerima saja pelajaran yang disampaikan kepadanya. Cara belajar penemuan konsep yang akan dipelajari tidak diberikan, tetapi harus ditemukan sendiri oleh siswa. Sehingga belajar dengan cara penemuan diperlukan proses mental yang lebih tinggi. Dimensi yang kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Ada dua bentuk belajar pada dimensi ini yaitu bentuk hafalan dan bentuk bermakna. Belajar hafalan terjadi bila siswa hanya menghafalkan informasi tanpa mengaitkan pada konsep yang telah diterimanya. Perbedaan antara belajar penerimaan dan belajar penemuan adalah pada belajar penerimaan isi utama yang dipelajari dalam bentuk final, dimana siswa tidak menemukan sesuatu. Sedangkan belajar konsep isi utama dari suatu hal yang akar dipelajari tidak diberikan, tetapi harus ditemukan sendiri sebelum siswa menggunakannya. Dasar dari belajar bermakna adalah perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri saraf penyimpanan pada otak yang berperan serta dalam belajar bermakna. Belajar penerimaan dapat diusahakan menjadi belajar bermakna dengan cara menghubungkan antar konsep.
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Fisika Belajar sebagai proses aktivitas,banyak faktor-faktor yang mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pengajaran yang dilewati dengan fase-fase tersebut maka ada kecenderungan subyek didik kurang mampu mencapai kriteria keberhasilan belajar.Hambatan-hambatan yagn
62
dialami peseta didik ini mungki disadari dan mungkin tidak sadari, hambatan ini dapat bersifat psikologi, sosiologis, ataupun fisiologis. Alan O Rose mengungkapkan ”A learnirng difficulty represent a discrepancy between a child’s estimade academic patential and his actual level of academic performance (1974.98), yang dalam bahasa indonesianya sebuah kesulitan belajar menggambarkan sebuah ketidakcocokan tingkat akademik diantara anak-anak baik potensi akademik dan prestasi akademik mereka. Dalam proses belajar didapati berbagai masalah-masalah diantaranya: 1) Kemampuan belajar rendah 2) Kemampuan daya serap terlalu rendah 3) Sikap dan kebiasaan belajar yang tidak memadai 4) Bakat dan minat yang tidak sesuai Hal ini di karenakan adanya berbagai hambatan, baik yang berasal dari faktor dalam diri(faktor internal) dan dari luar diri(faktor eksternal) individu. Kondisi internal adalah kondisi yang ada dalam diri individu sendiri. Dan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar baik dari keluarga maupun dari lingkungan sekitar. Yang tergolong faktor interanal adalah: 1) Faktor jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. 2) Faktor psikologis, terdiri atas: a)
Faktor intelektif yang meliputi: (1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. (2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non intelektif ialah unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a)
lingkungan keluarga
b) lingkungan sekolah c)
lingkungan masyarakat
d) lingkungan kelompok 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Faktor-faktor di atas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar ialah beberapa sifat peserta didik dalam belajar, yaitu:
63
2) cepat dalam belajar 3) lambat dalam belajar 4) anak kreatif 5) anak dropout 6) anak berprestasi kurang (A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, B.A., Zaenal Arifin, 1989:81-82) Pada dasarnya masalah merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanyahambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya.
2. a.
Mengajar
Definisi Mengajar Mengajar adalah suatu proses yang kompleks. Kegiatan mengajar tidak hanya diartikan
sebagai penyampaian informasi kepada siswa. Kegiatan yang dilakukan meliputi banyak hal, sehingga pengertian mengajar tidaklah sederhana. Pada dasarnya mengajar merupakan usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan untuk belajar. Menurut Slameto (1991:29): “definisi mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita, atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus”. Menurut Sardiman (1992:3): “Mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa atau subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.”. Kondisi membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok mengajar adalah menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan pembelajaran, sedang yang berperan aktif dan yang melakukan kegiatan adalah siswa, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Menurut Rochman Nata Wijaya (1992:23): “memberikan batasan mengajar merupakan upaya guru untuk membangkitkan motivasi, yang berarti mendorong siswa untuk belajar.” Dalam hal ini guru diharapkan dapat menimbulkan semangat untuk mendorong siswanya dengan jalan penyajian bahan yang menarik dengan menggunakan metode dan alat belajar yang disesuaikan dengan materi dan tujuannya, serta memberikan pengatan untuk mendorong siswa agar belajar lebih baik. Uzer Usman (1991:3) juga mengemukakan tentang definisi dari mengajar, yaitu: “Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar mengajar”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:7) “Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di
64
sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. Rumusan ini disamping berpusat pada siswa yang belajar juga melihat hakikat mengajar sebagai proses yaitu proses belajar mengajar atau pembelajaran yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Dari berbagai pengertian mengajar yang telah disebutkan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa mengajar merupakan usaha guru untuk membimbing aktivitas, membantu pengetahuan, membimbing pengalaman dan membantu siswa berkembang dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui proses belajar mengajar serta mengorganisasi proses belajar.
b.
Hakikat Fisika Ilmu Pegetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan tentang gejala-gejala alam
yang tersusun secara sistematis. Produk IPA diperoleh dari proses ilmiah seperti merumuskan masalah, melakukan pengamatan, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, serta menarik kesimpulan. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, maka ciri-ciri fisika tidak jauh berbeda dari IPA, yang mana hasil-hasil fisika juga meliputi fakta, konsep, hukum, dan teori. Brockhaus memberikan definisi bahwa, “Fisika adalah ilmu yang mempelajari kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang dibuat, penyajian secara sistematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”( Herbert Druxes, 1986 : 3). Gejala-gejala alam tersebut diteliti melalui suatu eksperimen sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan secara umum yang dapat menerangkan gejala alam tersebut. Fisika mengajarkan pengukuran terhadap gejala yang ada di alam, sehingga dengan fisika dapat diciptakan alat pengukuran. Selain itu fisika menggunakan pendekatan matematis sehingga banyak digunakan rumusan matematis dalam konsep-konsepnya. Dalam (Herbert Druxes, 1986 : 3) Grethsen menyatakan bahwa “Fisika adalah suatu teori yang yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataanya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut.”. Pengamatan gejala-gejala alam tersebut dilakukan untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan fisika. Teori dalam fisika menjelaskan gejala dan menghubungkan antara teori dan kenyataan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari tentang gejala-gejala di alam beserta interaksinya, serta melakukan penyelidikan dengan berbagai percobaan tentang gejala alam tersebut melalui kegiatan pengamatan, pencatatan, analisis, serta mengumpulkan dan menerangkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
65
c.
Pengajaran fisika di SMP Pengajaran fisika di SMP erat kaitannya dengan mata pelajaran fisika di SMU.
Berdasarkan Dirjen Dikti Depdikbud bahwa: “Mata pelajaran fisika sekolah menengah umum sebagai bagian dari mata pelajaran IPA di SMA, merupakan kelanjutan pelajaran fisika di SMP yang mempelajari tentang materi dan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan konsep-konsep dengan kehidupan nyata dan pengembangan sikap dan kesadaran terhadap Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi serta dampaknya. (Depdikbud. 1995:1) Berdasarkan pendapat dari Depdikbud di atas diketahui betapa pentingnya pembelajaran Fisika di SMP. Pembelajaran Fisika di SMP merupakan landasan teori pada pembelajaran Fisika di SMA. 3. Kemampuan bahasa Kemampuan bahasa merupakan suatu petunjuk kekuatan intern dalam pola asli seseorang, mewujudkan suatu modifikasi penghayatan pengalaman-pengalamannya. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1997:114) dalam tes kemampuan bahasa bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengabstraksi atau meringkas atau menggeneralisasikan serta berpikir secara konstruktif dibandingkan kefasihan atau pengenalan perbendaharaan kata. Kemampuan bahasa merupakan kemampuan membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang bersifat umum dan praktis logis. Dapat pula dikatakan bahwa kemampuan bahasa menunjukkan kepada keahlian khusus yang dimiliki seseorang dalam bahasa. Pola tindakan keahlian khusus itu adalah sebagai berikut: a.
Kesanggupan melihat keterhubungan antara serangkaian kata dalam kaitannya dengan rangkaian kata-kata lainnya atau tanggapan kata bagi perangsang kata lainnya.
b.
Kesanggupan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan (kesimpulan) bagian dari yang umum, adanya ide-ide yang terdapat pada sekitar obyek.
c.
Kesanggupan membedakan dan sekaligus penggeneralisasian kata dalam rangkaian kalimat tertentu. 4.
Kemampuan Matematika
Kemampuan adalah prosedur atau aturan-aturan yang digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan soal-soal (Lalu M. Azhar, 1993:33). Penguasaan kemampuan matematika adalah kemampuan berpikir siswa untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dan prosedur-prosedurnya dalam waktu cepat dan teliti. Dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan dimaksudkan agar peserta didik mampu menjalankan prosedur atau aturan-aturan dalam fisika secara cepat. Herman Hudoyo (1990 :164) menyatakan bahwa "kemampuan yang dimiliki peserta didik didasarkan atas pemahaman konsep
66
dan teorema yang dipelajari". Kemampuan siswa pada pokok bahasan gerak dapat dikuasai siswa, bila dalam mengerjakan kemampuan tersebut pengajar menerapkan konsep-konsep dalam bentuk latihan-latihan, mengaitkan dengan kemampuan sebelumnya serta mengaitkan dengan ide-ide dasar seperti: fakta, konsep dan prinsip. Agar latihan dapat memberikan hasil yang efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah latihan mengingat, latihan bahasa, konsentrasi sejumlah kecil konsep, dan mempelajari konsep kembali". Jadi siswa dinilai dapat menguasai kemampuan bila konsep yang telah dipahami dapat diterapkan untuk menyelesaikan berbagai jenis soal dalam berbagai situasi.
5. a.
Sikap Siswa Terhadap Fisika
Sikap Dalam kehidupan sehari-hari sikap mempunyai peranan yang penting. Sikap merupakan
faktor yang ada dalam diri manusia yang mendorong melakukan perbuatan terhadap obyek tertentu. Sedangkan Cliford T. Morgan (1986) merumuskan attitudes is that they express an evaluation of some object. Evaluation an expressed by terms such as liking-disliking, pro-anti, favoring-not favoring, and positive negative, (yang dalam bahasa indonesia sikap adalah penilaian yang cepat tanpa tekanan dari suatu obyek. Penilaian yang cepat tanpa tekanan seperti suka-tidak suka, pro-anti, sayang-benci, dan positif-negatif). Dengan melihat rumusan di atas tampak bahwa sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dengan kata lain sikap merupakan bentuk respon evaluatif. Pada prinsipnya sikap membrikan arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang. Hal ini tidak berarti bahwa tindakan seseorang identik dengan sikapnya. Sikap siswa sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Sehingga pemahaman sikap individu siswa dapat membantu menyelesaikan masalah belajar siswa yang bersangkutan. Perilaku seseoarang didasari oleh situasi pikiran, perasaan, dan kemauan sesaat. Sehingga sikap-sikap penentu perilaku memiliki dimensi kognisi, konasi, dan afeksi. Perubahan pad asituasi pikiran perasaan maupun kecenderungan dan kemampuan akan mempengaruhi tingkah lakunya. Dan perubahan dapat terjadi setiap saat atau dalam waktu relatif lama. Sehingga sikap dapat berubah atau diubah, dan dengan perubvahntersbut maka pengukuran sikap dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang keadaan tingkat serta kualitas perubahan sikap sebagai dasar pemberian layanan bimbingan konseling. Pengukuran sikap dapat diketahui dengan menggunakan teknik pengukuran antara lain: 1)
Teknik laporan diri Bentuk laporan diri adalah bentuk yang sangat sederhana, yaitu responden sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan “ya” atau “tidak”. Asumsi yang digunakan teknik adalah: Individu itulah yang paling tahu tentang dirinya.
2)
Observasi tingkah laku yang tampak
67
Tiga pedoman yang dikemukakan oleh MD. Dahlan adalah: a)
Arah, baik negatif maupun positif.
b) Tingkat arah sikap dalam bentuk kontinen dari yang paling moderat, kuat, hingga kuat sekali. c) 3)
Intensitas atau kedalaman.
Penafsiran stimulasi berstruktur yang terpisah-pisah Dengan rangsangan obyek yang tidak jelas strukturnya, subyek diminta memberikan pendapatnya tentangn obyek tersebut.
4)
Wawancara
5)
Skala sikap yang disusun Thrustone
6)
Skala Likert
Dari hasil pengukuran sikap, terutama yang mempergunakan skala sikap akan diperoleh data dalam bentuk skor dari seperangkat pertanyaan yang diajukan. Seseorang yang mendukung pada obyek tertentu akan bersikap positif, sebaliknya bila tidak mendukung akan bersikap negatif. Intensitas atau kekuatan sikap setiap orang belum tentu sama. Sikap positif dan negatif terhadap suatu obyek mempunyai derajat kekuatan yang bertingkat-tingkat. Yang dimaksud keluasan sikap adalah luas tidak cakupan obyek yang disetujui atau tidak disetujui seseorang. Sedangkan konsistensi sikap ditujukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikeluarkan seseorang dengan responnya terhadap suatu obyek. Sedangkan spontanitas pada umumnya tidak dapat diukur (Saiffudin Azwar, 1988) Dari beberapa rumusan sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan mental seseorang yang dapat ditampakkan dalam bentuk prilaku aktual, baik secara lisan maupun perbuatan dalam kecenderungan perasaan ke arah positif atau negatif terhadap suatu obyek secara konsisten yang berdasarkan pada tingkat kepercayaan atau pengetahuan terhadap obyek tersebut. Saiffudin Azwar (2003:24) mengemukakan terdapat tiga komponen yang saling menunjang dalam struktur sikap, yaitu 1) komponen kognitif yaitu berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap, 2) komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap, 3) komponen perilaku menunjukkan kecenderungan perilaku seseorang berkaitan dengan obyek yang dihadapinya. Menurut Saiffudin Azwar (2003:30) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi, serta faktor emosi dalam diri individu.
68
b.
Sikap Siswa Terhadap Fisika Dalam proses belajar mengajar terdapat hubungan antara siswa dengan lingkungan
belajar yaitu guru, teman, mata pelajaran. Keberhasilan belajar fisika dipengaruhi oleh banyak aspek, salah satu di ataranya adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Orang cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu. Bila obyek dinilai baik maka dia bersiakap positif, bila obyek dinilai jelek, maka dia akan bersikap negatif. Demikian halnya dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Bila siswa menganggap fisika pelajaran yang baik (menyenangkan) maka siswa akan memiliki sikap yang positif (mendukung) terhadap fisika, sebaliknya jika siswa menganggap fisika pelajaran yang jelek (membosankan/tidak perlu) maka siswa akan memiliki sikap yang negatif (tidak mendukung) terhadap mata pelajaran fisika.
6.
Kemampuan Menyelesaikan Soal
Kemampuan memecahkan soal adalah kemampuan menyelesaikan persoalan yang berbentuk suatu peristiwa atau kejadian yang diselesaikan dengan menggunakan model fisika. Kemampuan siswa dalam memecahkan soal dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan gerak. Menurut Nandang (Syafri Ahmad, 2001:172) ada empat langkah untuk menyelesaikan soal, yaitu (1) memahami soal dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut, (2) menerjemahkan soal itu ke dalam model (kalimat) fisika, (3) menyelesaikan model/kalimat fisika, dan (4) memeriksa kembali hasil (jawaban) yang diperoleh. Dalam menyelesaikan soal-soal banyak anak yang mengalami kesulitan. Tingkat kesulitan soal berbeda dengan tingkat kesulitan soal bentuk hitungan (kalimat fisika) yang dapat dilakukan komputasinya. Penyelesaian soal memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi dibandingkan dengan penyelesaian soal berbentuk hitungan. (Syafri Ahmad, 2001:172) Menurut Syafri Ahmad (2001:173), “Siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal, menerjemahkan soal ke dalam model (kalimat) fisika, menyelesaikan model (kalimat) fisika, dan melihat (memeriksa) kembali hasil (jawaban) yang diperoleh”. Jadi dalam menyelesaikan soal siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan dalam soal kemudian merubahnya ke dalam model (kalimat) fisika, kemudia untuk dapat menyelesaikan model (kalimat) fisika dengan baik dan benar siswa dituntut agar memiliki kemampuan matematika yang baik pula. Kemampuan siswa dalam memecahkan suatu soal dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan gerak. Peranan soal pada proses belajar mengajar sangat baik untuk memecahkan soal-soal fisika pada kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman Maier (1985:77) yang menyatakan “ fisika berorientasi pada dunia sekelilingnya, dan pelajar bertugas untuk memastikan keadaan sekeliling, artinya menyelidiki sekelilingnya mengenai keadaan fisika”.
69
Oemar Hamalik (1995:28) berpendapat “belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup mentransfer dan menerapkan dalam bidang pratek sehari-hari”. Untuk dapat memecahkan soal secara efektif herman hudoyo (1990 :168) mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Mengerti masalah, karena apabila peserta tidak mengerti masalah siswa tidak tertarik untuk memecahkan.
b.
Merencanakan penyelesaian, yakni untuk dapat menyelesaikan masalah peserta didik harus mamapu menemukan hubungan data dengan yang ditanyakan.
c.
Melaksanakan penyelesaian.
d.
Melihat kembali, artinya penyelesaian yang sudah diperoleh harus dicek kembali.
John L. Mark (1998:256) mengemukakan beberapa pemecahan soal yang efektif dengan cara sebagai berikut: b.
Mempelajari kembali dan memperluas beberapa metode yang tersedia, dengan ini mereka dapat menyelidiki sesuatu soal dan menemukan bebagai kemungkinan untuk memecahkannya.
c.
Membrikan garis-garis besar cara-cara yang memungkinkan guru membantu murid membaca dan memahami situasi dari soal.
d.
Mengilustrasikan
meodel-model
fisika
yang
sangat
berguna
dalam
menterjemahkan data dari kalimat biasa ke kalimat fisika. e.
Memberikan garis-garis besar cara membimbing murid agar mereka dapat memeriksa sendiri jawaban yang diperoleh.
f.
Memberikan berbagai percobaan yang melalui ini diharapkan program pemecahan soal dapat dijadikann lebih bersifat perseorangan.
Berdasarkan petunjuk tersebut, maka untuk dapat melakukan kegiatan pemecahan soal secara efektif, haruslah melalui tahap-tahap pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian, pelaksanaan penyelesaian, dan pengecekan kembali terhadap penyelesaian tadi. Dari pengeritian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa soal adalah suatu persoalan yang dihadapkan pada siswa berbentuk suatu peristiwa atau kejadian, terdapat suatu masalah yang harus diselesaikan dengan menggunakan analisis, sintesis, dan model fisika.
7.
Gerak
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari gerakan. Sebuah benda dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan kedudukan terhadap suatu tititk yang ditetapkan sebagai acuan. Misal sebuah bus yang begerak meninggalkan halte bus, bila halte ditetapkan sebagai titik acuan maka bus dikatakan bergerak terhadap halte (titik acuan). Keadaan ini sering disebut gerak bersifat relatif artinya benda dapat dikatakan bergerak terhadap titik acuan tertentu, tetapi tidak bergerak terhadap benda lain.
70
Semua benda bergerak besifat relatif, artinya kita bisa mengatakan suatu benda bergerak jika posisi benda tersebut berubah terhadap suatu titik acuan tertentu tetapi tidak bergerak terhadap benda lain. Gerak relatif dapat diamati kitika kita duduk di dalam mobil yang sedang bergerak. Terhadap mobil yang kita naiki, kita diaktakan tidak bergerak, terhadap pohon-pohon di pinggir jalan, kita dikatakan bergerak. Selain gerak relatif ada juga gerak yang bersifat semu, yaitu seolaholahh bergerak. Misalnya kamu berada di dalam kereta atau mobil. Jika melihat keluar pohonpohon dan benda yang berada di tepi jalan begerak lalu lalang menuju dan meninggalkan kita. Seolah-olah benda yang berada di tepi jalan begerak terhadap kita.
a.
Gerak Lurus Beraturan (GLB) Sebuah benda dikatakn begerak lurus beraturan(GLB) jika lintasan yang dilalui atau ditempuh benda tersebut berupa garis lurus dengan kecepatan tetap dimana dalam setiap selang waktu yang sama benda menempuh jarak yang sama atau dengan kata lain gerak suatu benda yang menempuh lintasan garis lurus dengan kelajuan tetap. i. Kecepatan dan Kalajuan Kita dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar kata kelajuan. Misalnya, kelajuan sebuah mobil yang bergerak di jalan raya 70 km/jam. Artinya mobil dalam waktu 1 jam akan menempuh jarak sejauh 70 km. Jadi kelajuan adalah jarak yang ditempuh dibagi dengan waktu, jarak adalah panjang keseluruhan dari lintasan yang telah ditempuh oleh benda. Kelajuan suatu benda didefinisikan sebagai hasil bagi antara jarak yang ditempuh dibagi dengan selang waktu yang diperlukan benda untuk menempuh jarak tersebut. Sedangkan kecepatan adalah perpindahan selama selang waktu tertentu, perpindahan adalah jarak yang ditepuh benda pada suatu arah tertentu dengan menghubungkan titk awal ke titik akhir. Apabila kecepatan dan kelajuan di nyatakan dengan v, perpindahan jarak dinyatakan s dan waktu tempuh t secara matematis dirumuskan sebagai:
v=
s t
Keterangan: v = kecepatan, kelajuan (m/s) s = Perpindahan atau jarak (m) t = waktu tempuh (s) Kecepatan dan kelajuan hanya dibedakan oleh arahnya saja, sehingga keduanya mempunya satuan yang sama yaitu m/s. ii. Kecepatan Rata-rata Kecepatan rata-rata hail bagi perpindahan dan selang waktu
x1
Dx
A
x2
B t1
Dt
t2
71
Dari gambar diatas perpindahan Dx ditempuh dalam selang waktu Dt, maka kecepatan rata-rata
v=
v dirumuskan sebagai:
Dx Dt
Keterangan:
v
= Kecepatan (m/s)
Dx
= Selisih perpindahan (m)
Dx
= X1 - X2
Dt
= Selisih waktu tempuh (s)
Dt
= t2 - t1
Contoh soal Jarak kota A ke kota B 180 km jika ditempuh selama 3 jam berapa kecepatan rataratanya? Penyelesaian Diketahui:
Ditayakan:
s
= 180 km
t
= 3 jam
v
=…?
v
=
s t
=
180 Km 3 jam
= 60 km/jam iii. Kelajuan Rata-rata Kelajuan rata-rata adalah hasil bagi jarak total yang ditempuh dengan waktu tempuh.
v=
Ss St
Keterangan:
v
= Kelajuan rata-rata (m/s)
Ss
= Jarak total (m)
72
St
= Waktu tempuh total (s)
Contoh soal Budi bersepeda ke pantai akan bermain bola, tetapi setiba di pantai bola Budi ketinggalan di rumah. Bila jarak rumah dan pantai diempuh selama 10 menit berapa kelajuan rata-rata jika jarak rumah Budi dengan pantai 3 km. Penyelesaian Diketahui:
s
= 3 x 3 km = 9 km = 9000 m
t
= 3 x 10 menit = 30 menit = 1800 s
Ditayakan:
v
v
=
Jawab
=…?
Ss St =
9000m 1800 s
= 5m/s b.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan setiap saat berubah. Gerak lurus berubah beraturan dapat kita amati ketika kita melihat buah mangga yang jatuh dari pohonnya. Kalau diperhatikan dengan seksama, akan kita dapati bahwa kelajuan buah mangga semakin lama semakin besar dengan pertambahan yang teratur. Kelajuanya bertambah sebesar 10m/s setiap detik. Pada awalnya keajuan buah mangga adalah nl, maka 1s berikutnya kelajuan buah mangga akan menjadi 10m/s, selanjutnya pada 1s berikutnya(detik ke-2) keajuan buah mangga menjadi (10+10) m/s=20 m/s. begitu seterusnya, kelajuan buah mangga akan bertambah 10m/s setiap sekonnya (detiknya). 1) Pecepatan dan Perlambatan Perubahan kecepatan setiap sekon dari benda yang mengalami gerak lurus berubah beraturan tidak lan adalah percepatan. Percepatan adalah perubahan kecepatan setiap selang waktu. Apabila perubahan kecepatan dinyatakan sebagai Dv dan perubahan waktu diyatakan sebagai Dt, maka percepatan dinyatakan sebagai. a=
v1 - v0 Dv = t1 - t 0 Dt
Keterangan:
73
a
= Percepatan
V1
= Kelajuan akhir
V0
= Kelajuan awal
t1 = Waktu akhir t0 = Waktu awal
Dv
= Perubahan kelajuan
Dt
= Perubahan waktu
Apabil dalam pehitungan percepatan hasil yang dihasilkan bernilai negatif maka beda tersebut mengalami perlambatan. Contoh soal: Jjika sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 90 km/jam dalam waktu 10 detik. Hitung berapa percepatan yang dihasilkan oleh mobil. Penyelesaian: Diketahui:
v
= 90 km/jam =
90 x1000 60 x60
=
90000 3600
= 25 m/s S
= 10 s
Ditanyaan:
a
=….?
Jawab
a
=
v1 - v0 Dv = t1 - t 0 Dt
=
25m / s - 0m / s 10 s - 0 s
=
25m / s 10 s
= 2,5 m/s2
74
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan kerangka pemikiran sebagai berikut. Kemampuan bahasa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada penerapan situasi praktis. Kemampuan ini menunjang pola pikir yang bersifat umum dan praktis logis. Kemampuan bahasa dapat juga dikatakan sebagai kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dalam bahasa. Bahasa yang digunakan dalam fisika adalah bahasa lambang atau bahasa simbol, sehingga pernyataan dalam fisika menjadi jelas, spesifik dan informatif. Dengan demikian kemampuan bahasa yang dimiliki siswa akan sangat mempengaruhi daya paham siswa terhadap bahasa fisika yang sarat dengan simbol-simbol, terutama dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Dalam mempelajari pelajaran fisika pada pokok bahasan gerak banyak dijumpai perhitungan-perhitungan untuk menyelesaikan soal tersebut sehingga dalam mempelajari pelajaran fisika pada pokok bahasan gerak tidak akan terlepas dari perhitungan matematika. Dengan demikian diperlukan kemampuan matematika dalam menyelesaikan soal dengan baik. Kemampuan matematika merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam kemampuan menyelesaikan soal. Sikap siswa terhadap fisika ikut berperan penting. Jika siswa merasa tertarik dengan fisika, maka siswa akan belajar lebih baik lagi. Dengan berbagai usaha yang dilakukan, seperti mengerjakan latihan soal-soal, memanfaatkan waktu luang untuk belajar fisika, tidak cepat putus asa jika mengalami kesulitan dalam belajar, diharapkan siswa mencapai prestasi belajar yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara khusus dalam hal menyelesaikan soal tentang gerak, bebarapa faktor yang berpengaruh adalah kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap fisika. Dari uraian di atas dapat dibuat bagan sebagai berikut:
75
Sikap Siswa
Kelas Sampel
Kemampuan matematika
Kemampuan Menyelesaikan Soal
Kemamapuan Bahasa
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran serta pemasalahan yang diajukan, hipotesis dirumuskan sebagai berikut : 1.
Ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
2.
Ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
4.
Ada interaksi antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
5.
Ada interaksi antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
6.
Ada interaksi antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
7.
Ada interaksi antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
76
77
BAB III TEKNIK PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Purwodadi kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan. Karena SMP Negeri 1 Purwodadi adalah sekolah favorit di kabupaten Grobogan, siswanya berasal dari berbagai pelosok kabupaten. Hal ini diharapkan berpengaruh terhadap keberagaman kemampuan bahasa yang dimiliki siswa. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu: a.
Tahap Persiapan dan Perijinan Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, permohonan
ijin penelitian dan konsultasi instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.
b.
Tahap Penelitian
Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu uji coba instrumen dan pelaksanaan pengambilan data baik dengan tes, angket dan dokumentasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009.
c.
Tahap Penyelesaian Tahap ini meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
B. Teknik Penelitian Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif (comparative research), yaitu untuk menyelidiki perbedaan pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat (dependent variable) kemampuan menyelesaikan soal yang dipengaruhi oleh kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa. C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi tahun ajaran 2008/2009.
2.
Sampel
78
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002:109). Dalam penelitian ini, hanya diteliti sebagian dari populasi yang ada sehingga penelitian ini merupakan penelitian sampel. Sample dari penelitian ini adalah para siswa kelas 1 SMP Negeri I Purwodadi yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, dan 1-6. Dari populasi diambil dua kelas kontrol dan dua kelas eksperimen. Untuk kelas 1-1 dan 1-3 sebagai kelas kontrol untuk kelas 1-2 dan 1-4 sebagai kelas eksperimen. Dalam penelitian ini cacah sampel 70 siswa atau 22.92% dari populasi. Suharsimi Arikunto (2002:112) berpendapat jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, yaitu penentuan sampel dengan cara undian untuk mengambil 2 kelas dari 6 kelas yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Definisi Operasional Variabel
Untuk pengumpulan data, dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel-variabel tesebut adalah sebagai berikut :
a Variabel Bebas 1) Kemampuan bahasa a)
Definisi operasional: kemampuan membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi.
b)
Indikator: skor tes kemampuan bahasa siswa.
c)
Skala pengukuran: skala interval yang diubah menjadi ordinal dengan tiga kategori, kemampuan bahasa tinggi, sedang dan rendah. Kriteria: skor ≥
x skor ≤ x
d)
Simbol: ai, untuk i = 1, 2. a1 = kemampuan bahasa tinggi a2 = kemampuan bahasa rendah
2) Kemampuan matematika
= kemampuan bahasa tinggi = kemampuan bahasa rendah
79
a)
Definisi operasional: kemampuan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan benar dalam jangka waktu yang ditetapkan.
b)
Indikator: skor tes kemampuan matematika.
c)
Skala pengukuran: skala interval yang diubah menjadi ordinal dengan tiga kategori, kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Kriteria: skor ≥
x skor ≤ x
d)
= kemampuan matematika tinggi = kemampuan matematika rendah
Simbol: bi, untuk i= 1, 2, 3. b1 = kemampuan matematika tinggi b2 = kemampuan matematika rendah
3) Sikap siswa a)
Definisi operasional: sikap senang atau tidak senang siswa terhadap pelajaran fisika.
b)
Indikator: skor angket sikap siswa.
c)
Skala pengukuran: skala interval yang diubah menjadi ordinal dengan dua kategori, sikap yang mendukung dan tidak mendukung. Kriteria: skor ≥
x = sikap mendukung skor < x = sikap tidak mendukung
d)
Simbol: ci, untuk i = 1, 2. c1 = sikap mendukung c2 = sikap tidak mendukung
b Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan soal. 2. Definisi operasional:
kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan
gerak. 3. Indikator: nilai kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak
4.
Skala pengukuran: skala interval. 2.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat menguji hipotesis, diperlukan beberapa data yang akan diuji. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Teknik Dokumentasi
80
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumendokumen yang telah ada (Budiyono, 2003: 54). Dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bahasa siswa. b.
Teknik Tes Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, intelegensi., kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002: 127). Pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan matematika dan kemampuan menyelesaikan soal yang dimiliki siswa.
c.
Teknik Angket Definisi angket sama dengan kuesioner. Suharsimi Arikunto (2002:128) mendefinisikan
bahwa, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu diujicobakan. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang sikap siswa. Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sikap siswa terhadap fisika. Penskoran untuk butir angket dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1) Skor untuk butir angket yang bernilai positif ·
Skor 5 untuk jawaban sangat setuju
·
Skor 4 untuk jawaban setuju
·
Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu
·
Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
·
Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
2) Skor untuk butir angket yang bernilai negatif. ·
Skor 1 untuk jawaban sangat setuju
·
Skor 2 untuk jawaban setuju
·
Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu
·
Skor 4 untuk jawaban tidak setuju
·
Skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju 3.
Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu soal dan angket sikap siswa dan tes kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Tes kemampuan matematika diambil dari nilai matematika siswa di sekolah. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu harus dianalisis. Tes kemampuan matematika dan tes kemampuan menyelesaikan
81
soal dianalisis dengan uji validitas instrumen dan reliabilitas tes, sedangkan angket sikap siswa dianalisis dengan uji validitas instrumen dan reliabilitas angket.
a. Validitas Instrumen Suatu instrumen disebut valid jika dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur atau dapat memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud. Yang dimaksud dengan bagian instrumen adalah butir-butir soal tes. Sedangkan instrumen secara keseluruhan adalah nilai total subyek. Jadi untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir-butir instrumen yang dimaksudkan dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir tes yang dilambangkan dengan r, dapat diketahui dengan pasti butir-butir mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Selanjutnya, untuk mengmatematika indeks validitas digunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson Product Moment yaitu :
rxy =
(N.å X
N å XY - å X å Y 2
)(
- (å X ) N.å Y 2 - (å Y ) 2
2
)
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
X
= skor butir item
Y
= skor total
N
= banyaknya subyek/responden uji coba. ( Suharsimi Arikunto,2002:146) Setelah diperoleh harga rxy, kemudian kita lihat nilai harga r product moment tabel pada
N = banyaknya observasi pada taraf signifikansi 5%. Apabila rxy lebih besar daripada rtabel, maka dikatakan butir soal tes valid. Setelah dilakukan uji Validitas intrumen yang diujicobakan sebanyak 40 soal dengan menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson pada 70 responden diperoleh 36 soal yang valid. Sedangkan 4 soal yaitu pada nomor 1, 3, 9, dan 15 tidak valid, karena rmatematika < rtabel = 0.361. Dari 4 soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan soal yang valid digunakan dalam penelitian, yaitu sebanyak 36 soal. Perhitungan uji Validitas tes kemampuan matematika disajikan pada Lampiran 10. b. Reliabilitas Tes
82
Reliabilitas adalah ketetapan ketelitian suatu alat ukur. Alat ukur dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil. Mengenai reliabilitas yang dimaksud pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali untuk mengukur terhadap subyek yang sama. Reliabilitas soal tes dinyatakan dengan indeks reliabilitas (r11) yang diukur dengan rumus Kuder dan Richardson 20 yang dikenal dengan rumus K-R 20 yang dirumuskan sebagai : 2 é n ù é S - å pq ù r11 = ê ú úê S2 ë n - 1û ëê ûú
Keterangan : r11
= indeks reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subyek yang menjawab benar
q
= proporsi subyek yang menjawab salah
n
= jumlah butir soal 2
S
= variansi total Setelah diperoleh harga r11 kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment.
Apabila r11 lebih besar dari rtabel dikatakan instrumen tersebut reliabel. Namun ada cara lain yang lebih sederhana dan mudah, yaitu menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau nilai r, digunakan patokan dari Suharsimi Arikunto (2002) sebagai berikut : Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Sangat rendah
Dari perhitungan uji reliabilitas tes kemampuan matematika dengan menggunakan rumus K-R 20 diperoleh r11 = 0.877. Setelah dikonsultasikan dengan rtabel = 0.361 diperoleh bahwa r11 = 0.877 lebih besar dari rtabel , dimana nilai r11 = 0.877 terletak antara 0.800 sampai dengan 1.000. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tes kemampuan matematika yang digunakan dalam penelitian ini reliabel dengan interpretasi tinggi. Perhitungan uji reliabilitas tes kemampuan matematika disajikan pada Lampiran 11. c.
Validitas Angket Yang dimaksud dengan bagian instrumen adalah butir-butir soal tes. Sedangkan
instrumen secara keseluruhan adalah nilai total subyek. Jadi untuk menguji validitas setiap butir angket maka skor-skor yang ada pada butir-butir instrumen yang dimaksudkan dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y.
83
dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir amgket yang dilambangkan dengan r, dapat diketahui dengan pasti butir-butir mana yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Selanjutnya, untuk mengmatematika indeks validitas digunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson Product Moment yaitu :
rxy =
(N.å X
N å XY - å X å Y 2
)(
- (å X ) N.å Y 2 - (å Y ) 2
2
)
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
X
= skor butir item
Y
= skor total
N
= banyaknya subyek/responden uji coba. ( Suharsimi Arikunto,2002:146) Setelah diperoleh harga rxy, kemudian kita lihat nilai harga r product moment tabel pada
N = banyaknya observasi pada taraf signifikansi 5%. Apabila rxy lebih besar daripada rtabel, maka dikatakan butir soal tes valid. Dari perhitungan uji Validitas angket sikap siswa terhadap fisika yang diujicobakan sebanyak 45 butir pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson pada 70 responden uji coba diperoleh 39 butir angket yang valid, karena rhit > rtabel = 0.361. Sedangkan 6 butir angket tidak valid, yaitu pada nomor 3, 25, 32, 35, 41, dan 43, karena rhit < rtabel = 0.361. Selanjutnya dari 39 butir angket yang valid digunakan dalam penelitian. Perhitungan uji Validitas angket sikap siswa terhadap fisika disajikan pada Lampiran 12. d. Reliabilitas angket Untuk menguji reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha : 2 æ k öæç å σ b r11 = ç ÷ 1σ 12 è k - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
Dimana : r11
= reliabilitas tes
k
= banyaknya butir soal
åσ σ12
2 b
= jumlah variansi butir = variansi soal Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0 dan
1, misalnya angket atau soal yang berbentuk uraian. ( Suharsimi Arikunto, 2002 :171) Dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh hasil perhitungan reliabilitas angket sikap siswa terhadap fisika yaitu r11 = 0.892. Nilai r11 = 0.892 > 0.361 = rtabel dan terletak antara 0.800
84
sampai dengan 1.000. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa angket sikap siswa terhadap fisika tersebut termasuk reliabel dengan interpretasi tinggi. Perhitungan uji reliabilitas angket sikap siswa terhadap fisika disajikan pada Lampiran 13.
E. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis akan digunakan statistik uji analisis variansi tiga jalan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji signifikansi perbedaan efek (pengaruh) tiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Disamping itu analisis tersebut bertujuan untuk menguji signifikansi " kombinasi efek" (interaksi) ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Ada 3 syarat sebelum melakukan analisis tiga jalan yaitu a) sampel dipilih secara acak, b) variabel terikat berskala interval, c) variabel bebas berskala nominal. Kemudian dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji independensi. Uji independensi tidak dilakukan karena tes kemampuan menyelesaikan soal dilakukan secara serentak dan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan agar tidak ada saling mempengaruhi di antara mereka, sehingga jika ada perbedaan di antara mereka, perbedaan itu semata-mata hanya karena kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa yang berbeda. 1.
Uji Prasyarat Anava
a. Uji Normalitas Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji normalitas(Lilliefors), dengan prosedur: 1) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Dipilih taraf signifikansi a = 0,05 3) Statistik uji yang digunakan: Setiap data xi diubah menjadi bilangan baku zi dengan transformasi:
zi =
xi - x s
L = Maks |F(zi) – S(zi)|; dengan F(Zi) = P(Z£zi); Z ~ N(0,1); dan S(zi) = proporsi cacah z £ zi terhadap seluruh zi 4) Daerah kritik DK = {L|L>La;n} dengan n adalah ukuran sampel 5) Keputusan Uji Ho ditolak jika L Î DK (Budiyono, 2004: 170-171)
85
b. Uji Homogenitas Untuk uji homogenitas digunakan uji Bartlett dengan prosedur sebagai berikut : 1) Hipotesis Ho :
s 12 = s 22 (populasi–populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi-variansi tidak homogen) 2) Dipilih tingkat signifikansi a=0,05 3) Statistik Uji yang digunakan
c2 =
2,203 ( f log RKG - å f j log s 2j ) c (Budiyono, 2004:176)
dengan : c2 ~ c2 (k-1) k
= banyaknya sampel
f
= derajat kebebasan untuk RKG=N-k
fj
= derajat kebebasan untuk
j
=1,2,3,…k
N
=banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
= banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
c = 1+
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j å f j ÷ø
å SS RKG = åf
s 2j =nj-1
(å x ) ( = åx = n n 2
i
;
SS j
j
j
2 j
j
- 1)S 2j
j
4) Daerah Kritik DK = {c2| c2 >
c a2 ;k -1 }
5) Keputusan Uji Ho ditolak jika c2 Î DK
2.
Uji Hipotesis
a. Tujuan Analisis ini bertujuan untuk menguji signifikansi efek tiga variabel (faktor) bebas A, B, dan C terhadap variabel terikat. Selain itu juga bertujuan untuk menguji signifikansi interaksi AB, AC, BC, dan ABC terhadap variabel terikat. b. Model
86
Dengan mengingat tiga hipotesis yang harus diuji dalam penelitian ini maka model pada Anava Tiga Jalan ialah : Xijkl = m + ai + bj + gk + abij + agik + bgjk + abgijk + eijkl Dimana : Xijkl
= pengamatan ke-l di bawah faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j, dan faktor C kategori ke-k.
m
= rerata besar
ai
= efek faktor A kategori i
bj
= efek faktor B kategori j
gk
= efek faktor C kategori k
abij = interaksi faktor A dan B agik = interaksi faktor A dan C bgjk
= interaksi faktor B dan C
abgijk
= interaksi faktor A, B dan C
eijkl
= deviasi data Xijkl terhadap rataan populasinya (mij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0.
i
= 1, 2, 3
j
= 1,2, 3
k
= 1, 2
l
= 1,2,3,…,n ; n = cacah pengamatan per sel
c. Notasi dan Tata Letak Data B C A A1 A2 Keterangan :
b1
b2
c1
c2
c1
c2
a1b1c1
a1b1c2
a1b2c1
a1b2c2
a2b1c1
a2b1c2
a2b2c1
a2b2c2
A = variabel kemampuan bahasa B = variabel kemampuan matematika C = variabel sikap siswa a1 = kemampuan bahasa tinggi a2 = kemampuan bahasa rendah b1 = kemampuan matematika tinggi b2 = kemampuan matematika rendah c1 = sikap siswa mendukung c2 = sikap siswa tidak mendukung d. Hipotesis
87
H0A
:
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1A
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0B
:
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1B
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0C
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1C
:
ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0AB
:
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1AB
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0AC
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1AC
:
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0BC
:
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H1BC
:
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
H0ABC : tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal. H1ABC : ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal.
e. Komputasi 1) Besaran
A i2 (3) = å i qr
G2 (1) = pqr (2) =
å SS i , j, k
ijk
(4) =
B 2j
å pr j
35
(5) =
(6) =
C 2k åk pq
å i, j
AB ij2 r
AC ik2 (7) = å q i,k (8) =
å j, k
(9) =
BC 2jk p
å ABC
i , j, k
nh =
pqr 1 å i , j, k n ijk
2 ijk
2) Jumlah Kuadrat JKA =
n h {(3) – (1)}
JKB =
n h {(4) – (1)}
JKC =
n h {(5) – (1)}
JKAB =
n h {(1) + (6) – (3) – (4)}
JKAC =
n h {(1) + (7) – (3) – (5)}
JKBC =
n h {(1) + (8) – (4) – (5)}
JKABC = n h {(3) + (4) + (5) + (9) – (1) – (6) – (7) – (8)} JKG = (2) JKT =
n h {(9) – (1)} + (2)
(atau JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKABC + JKG) 3) Derajat kebebasan dkA
= (p-1)
dkB
= (q-1)
dkC
= (r-1)
dkAB
= (p-1)(q-1)
dkAC
= (p-1)(r-1)
dkBC
= (q-1)(r-1)
dkABC = (p - 1)(q - 1)(r - 1) dkG
= N - pqr
dkT
=N-1
4) Rataan Kuadrat RKA
= JKA/dkA
RKB
= JKB/dkB
RKC
= JKC/dkC
RKAB
= JKAB/dkAB
RKAC
= JKAC/dkAC
RKBC
= JKBC/dkBC
RKABC
= JKABC/dkABC
RKG
= JKG/dkG
f. Statistik Uji Fa
= RKA/RKG
Fb
= RKB/RKG
Fc
= RKC/RKG
Fab
= RKAB/RKG 34
xxxvii Fac
= RKAC/RKG
Fbc
= RKBC/RKG
Fabc = RKABC/RKG g. Daerah kritik Daerah kritiknya adalah sebagai berikut: 1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {Fa | Fa > Fa; p-1; N-pqr} 2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {Fb | Fb > Fa; q-1; N-pqr} 3) Daerah kritik untuk Fc adalah DK = {Fc | Fc > Fa; r-1; N-pqr} 4) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = {Fab | Fab > Fa; (p-1)(q-1); N-pqr} 5) Daerah kritik untuk Fac adalah DK = {Fac | Fac > Fa; (p-1)(r-1); N-pqr} 6) Daerah kritik untuk Fbc adalah DK = {Fbc | Fbc > Fa; (q-1)(r-1); N-pqr} 7) Daerah kritik untuk Fabc adalah DK = {Fabc | Fabc > Fa; (p-1)(q-1)(r-1); N-pqr} Dimana a adalah taraf signifikan, a = 0,05 N = cacah semua pengukuran h. Rangkuman analisis Tabel Rangkuman Analisis Variansi Sumber A
JK JKA
dk p-1
RK RKA
Fobs Fa
Fa F*
P < a atau > a
B
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
< a atau > a
Fc
*
< a atau > a
*
< a atau > a
*
C
JKC
AB
JKAB
r-1
RKC
(p-1)(q-1)
RKAB
Fab
F F
AC
JKAC
(p-1)(r-1)
RKAC
Fac
F
< a atau > a
BC
JKBC
(q-1)(r-1)
RKBC
Fbc
F*
< a atau > a
*
ABC
JKABC
(p-1)(q-1)(r-1)
RKABC
Fabc
F
< a atau > a
Galat
JKG
N-pqr
RKG
-
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
-
Keterangan: p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel. (Budiyono, 2004:234-239) 3.
Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan teknik Scheffe, karena teknik tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat sifnifikansi yang kecil. Jadi uji komparasi ganda ini digunakan terhadap setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel yang daerah kritiknya ditolak. Langkah-langkah dalam menggunakan teknik Scheffe adalah:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi. xxxvii
xxxviii
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (1) Komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j,
Fi..- j.. =
(X
- X j.. )
2
i ..
æ 1 1 ö÷ RK g ç + çn ÷ è i.. n j.. ø
(2) Komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j,
F.i.-. j. =
(X
- X. j. )
2
.i .
æ 1 1 ö÷ RK g ç + çn ÷ è .i. n . j. ø
(3) Komparasi rerata antar sub kolom ke-i dan ke-j,
F..i-.. j =
(X
- X.. j )
2
..i
æ 1 1 ö÷ RK g ç + çn ÷ è ..i n .. j ø
(4) Komparasi rerata antara interaksi baris-kolom ke-ij dan interaksi baris-kolom ke-jk
Fij.- jk. =
(X
- X jk . )
2
ij.
æ 1 1 ö÷ RK g ç + çn ÷ è ij. n jk . ø
(5) Komparasi rerata antara interaksi baris-subkolom ke-ij dan interaksi baris-subkolom ke-jk
Fi. j- j.k =
(X
- X j.k )
2
i. j
æ 1 1 RK g ç + çn è i. j n j.k
ö ÷ ÷ ø
(6) Untuk komparasi rerata antara interaksi kolom-subkolom ke-ij dan interaksi kolom-subkolom ke-jk
F.ij-. jk =
(X
- X . jk )
2
.ij
æ 1 1 RK g ç + çn è .ij n . jk
ö ÷ ÷ ø
(7) Untuk komparasi rerata antar sel ke-ijk dan ke-ljk,
xxxviii
xxxix
Fijk -ljk =
(X
- X ljk )
2
ijk
æ 1 1 RK g ç + çn è ijk n ljk
ö ÷ ÷ ø
d. Menentukan tingkat signifikansi a = 0,05 e. Menentukan daerah kritik (DK) (1) DKi..-j.. = {Fi..-j.. > (p-1) Fa; F0.05;1;62} (2) DK.i.-.j. = {F.i.-.j. > (p-1) Fa; F0.05;1;62} (3) DK..i-..j = {F..i-..j > (r-1) Fa; F0.05;1;62} (4) DKij.-lj. = {Fij.-lj. > (pq-1) Fa; F0.05;2;62} (5) DKi.j-l.j = {Fi.j-l.j > (pr-1) Fa; F0.05;2;62} (6) DK.ij-.lj = {F.ij-.lj > (qr-1) Fa; F0.05;2;62} (7) DKijk-ljk = {Fijk-ljk > (pqr-1) Fa; F0.05;4;62}
f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata. g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda). (Budiyono, 2004: 213-215).
xxxix
xl BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah data hasil uji coba instrumen dan data skor kemampuan menyelesaikan soal pokok bahasan gerak pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2008/2009.
1. a.
Data Penelitian Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal
Kemampuan Bahasa Kemampuan bahasa siswa dibagi atas 2(dua) kelompok yaitu kelompok kemampuan bahasa
tinggi dan kemampan verbal rendah. Pengelompokan tersebut berdasarkan hasil tes kemampuan bahasa siswa. Dari hasil tes kemampuan bahasa siswa diperoleh
X = 74.242857. Untuk skor X > =
75 dikelompokkan dalam kemampuan bahasa tinggi dan skor <
X = 74 dikelompokkan dalam
kemampuan bahasa rendah. Perhitungan kriteria kemampuan bahasa selengkapnya disajikan pada Lampiran 16. Deskripsi tentang data skor kemampuan menyelesaikan soal untuk masing-masing kelompok kemampuan bahasa disajikan dalam Tabel 4.1, sedangkan distribusi frekuensi, perhitungan mean, median, modus, dan variansi disajikan dalam Lampiran 11. Tabel 4.1. Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan bahasa. Kemampuan Bahasa
N
Mean
Median
Tinggi Rendah
33 37
71.5948 76.34676
71.11 76.34676
Modus
Variansi
75 77.77
94.767357 50.79927
Maks.
Min.
88.88 90.55
52.77 58.33
Tabel 4.1.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan bahasa Tinggi. No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5
00.00 - 52.00 52.01 - 60.00 60.01 - 68.00 68.01 - 76.00 76.01 - 84.00
56 64 72 80
7 8 8 2
392 512 576 160
3136 4096 5184 6400
21952 32768 41472 12800
xl
xli 6 7
84.01 - 92.00 92.01 - 100.00
88 96
6 2
528 192
7744 9216
46464 18432
Jumlah 33 2360 35776 173888 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok kemampuan bahasa tinggi dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.1.1.
10 8
Frekuensi (f)
8
8
7
6
6 4 2
2
2
0 0
56
64
72
80
88
96
Nilai Tengah (Xi)
Tabel 4.1.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Gambar 4.1.1: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Kemampuan bahasa Rendah. Berdasarkan Kelompok Kemampuan Verbal Tinggi No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5 6 7
00.00-52.00 52.01-60.00 60.01-68.00 68.01-76.00 76.01-84.00 84.01-92.00 92.01-100.00
56 64 72 80 88 96
6 5 5 11 6 4
336 320 360 880 528 384
3136 4096 5184 6400 7744 9216
18816 20480 25920 70400 46464 36864
Jumlah 37 2808 35776 218944 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok kemampuan bahasa rendah dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.1.2
Frekuensi (f)
12
11
10 8 6
6
6
5
5
64
72
4
4 2 0 0
56
80
88
Nilai Te ngah (Xi)
b.
Gambar 4.1.2: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan Verbal Rendah. Kemampuan Matematika
xli
96
xlii Kemampuan matematika siswa dibagi atas 2(dua) kelompok yaitu kelompok kemampuan matematika tinggi dan kemampuan matematika rendah. Pengelompokan tersebut berdasarkan skor tes kemampuan matematika siswa. Dari skor tes kemampuan matematika siswa diperoleh
X=
74.58571429. Untuk skor > X = 75 dikelompokkan dalam kemampuan matematika tinggi, skor < X = 74 dikelompokkan dalam kemampuan matematika rendah. Perhitungan kriteria kemampuan matematika selengkapnya disajikan pada Lampiran 16. Deskripsi tentang data skor kemampuan menyelesaikan soal untuk masing-masing kelompok keterampilan verbal disajikan dalam Tabel 4.2, sedangkan distribusi frekuensi, perhitungan mean, median, modus dan variansi disajikan dalam Lampiran 11. Tabel 4.2. Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan matematika. Kemampuan Matematika Tinggi Rendah
N
Mean
Median
35 35
75.7891 72.4240
Modus
75.00 75.00
Variansi
74.44 75.00
54.75421 93.98187
Maks.
Min.
88.88 90.55
58.33 52.77
Tabel 4.2.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan matematika Tinggi. No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5 6 7
0.00-52.00 52.01-60.00 60.01-68.00 68.01-76.00 76.01-84.00 84.01-92.00 92.01-100.00
56 64 72 80 88 96
6 6 8 7 4 4
336 384 576 560 352 384
3136 4096 5184 6400 7744 9216
18816 24576 41472 44800 30976 36864
35
2592
35776
197504
Jumlah
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok kemampuan matematika tinggi dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.2.1.
Frekuensi (f)
10 8
8 6
6
7
6
4 4
4
0
2 0 0
56
64
72
80
88
Nilai Tengah (Xi)
Gambar 4.2.2: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Keterampilan Hitung Tinggi
xlii
96
xliii Tabel 4.2.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Kemampuan matematika Rendah. No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5 6 7
0.00-52.00 52.01-60.00 60.01-68.00 68.01-76.00 76.01-84.00 84.01-92.00 92.01-100.00
56 64 72 80 88 96
7 7 5 6 8 2
392 448 360 480 704 192
3136 4096 5184 6400 7744 9216
21952 28672 25920 38400 61952 18432
Jumlah 35 2576 35776 195328 Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok kemampuan matematika rendah yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.2.2 10 8
Frekuensi (f)
8
7
7
6
6
5
4 2
2 0 56
64
72
80
88
96
Nilai Tengah (Xi)
c.
Gambar 4.2.2: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Keterampilan Hitung Rendah Sikap Siswa Sikap siswa terhadap fisika dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu kelompok sikap mendukung
dan kelompok sikap tidak mendukung. Dari skor angket siswa diperoleh
X =116.9857.
Pengelompokan tersebut berdasarkan atas skor angket sikap siswa terhadap fisika, yaitu skor ≥ 117 dikelompokkan dalam sikap mendukung dan skor <
X=
X = 116 dikelompokkan dalam sikap tidak
mendukung selengkapnya disajikan pada Lampiran 16. Deskripsi tentang data skor kemampuan menyelesaikan soal untuk masing-masing kelompok sikap siswa terhadap fisika disajikan dalam Tabel 4.3, sedangkan distribusi frekuensi, perhitungan mean, median, modus, dan variansi disajikan dalam Lampiran 11. Tabel 4.3. Deskripsi Data Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Sikap Siswa Terhadap Fisika. Sikap Siswa Mendukung Tidak Mendukung
N
Mean
Median
36
76.1067
76.66
75.00
34
71.9888
71.94
58.33
xliii
Modus
Variansi
Maks.
Min.
69.22935
90.55
52.77
76.83859
88.88
55.55
xliv
Tabel 4.3.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Sikap Siswa Mendukung. No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5 6 7
0.00-52.00 52.01-60.00 60.01-68.00 68.01-76.00 76.01-84.00 84.01-92.00 92.01-100.00
56 64 72 80 88 96
7 5 7 7 6 4
392 320 504 560 528 384
3136 4096 5184 6400 7744 9216
21952 20480 36288 44800 46464 36864
36
2688
35776
206848
Jumlah
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok sikap siswa mendukung dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.3.1
Frekuensi (f)
10 8
7
7
6
7
6
5
4
4 2 0 56
64
72
80
88
96
Nilai Tengah (Xi)
Gambar 4.3.1: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Tabel 4.3.2. DistribusiBerdasarkan Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal Berdasarkan Kelompok Sikap Kelompok Sikap Siswa Mendukung Siswa Tidak Mendukung. No
Interval Kelas
Xi
fi
fiXi
Xi2
fiXi2
1 2 3 4 5 6 7
00.00-52.00 52.01-60.00 60.01-68.00 68.01-76.00 76.01-84.00 84.01-92.00 92.01-100.00
56 64 72 80 88 96
6 8 6 6 6 2
336 512 432 480 528 192
3136 4096 5184 6400 7744 9216
18816 32768 31104 38400 46464 18432
Jumlah 34 2480 35776 185984 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas distribusi frekuensi kemampuan menyelesaikan soal berdasarkan kelompok sikap siswa tidak mendukung dapat dilihat pada diagram batang gambar 4.3.2 10 Frekuensi (f)
8 8 6
6
6
6
6
xliv
4
2
2 0 56
64
72 Nilai Te ngah (Xi)
80
88
96
xlv
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dikenakan pada data variabel terikat. Data tersebut adalah data skor kemampuan menyelesaikan soal dengan kategori kelompok kemampuan bahasa, kelompok kemampuan matematika dan kelompok sikap siswa. Metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah Metode Lilliefors, dan hasilnya pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan selengkapnya pada Lampiran 16. Tabel 4.4. Rangkuman Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelompok
Banyak Data
Lhitung
Ltabel
Kemampuan Bahasa 33 0.0601 0.1542 Tinggi Kemampuan Bahasa 37 0.0695 0.1457 Rendah Kemampuan 35 0.0853 0.1498 Matematika Tinggi Kemampuan 35 0.0967 0.1498 Matematika Rendah Sikap 36 0.0743 0.1477 Mendukung Sikap Tidak Mendukung 34 0.0865 0.1519 Dari Tabel 4.4 di atas tampak bahwa semua nilai Lhitung
Keputusan
Keterangan
H0 diterima
Normal
H0 diterima
Normal
H0 diterima
Normal
H0 diterima
Normal
H0 diterima
Normal
H0 diterima Normal < Ltabel, sehingga semua H0
diterima. Hal ini berarti sampel untuk kategori kemampuan bahasa tingg dan rendah, kategori kemampuan matematika tinggi dan rendah, maupun kategori sikap siswa mendukung dan tidak mendukung berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2.
Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas digunakan metode Bartlet, dimana variabel terikatnya adalah kemampuan menyelesaikan soal, dengan faktornya adalah kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 4.5, sedangkan perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15. Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas.
xlv
xlvi
No.
Variabel
Banyak Kelompok
c2hitung
c2tabel
Keputusan
Kesimpulan
2
3.0931
3.841
H0 diterima
Homogen
2
2.3113
3.841
H0 diterima
Homogen
2
0.0871
3.841
H0 diterima
Homogen
Kemampuan bahasa Kemampuan matematika Sikap Siswa
1. 2. 3.
Dari tabel di atas tampak bahwa semua nilai c2hitung < c2tabel, sehingga semua H0 diterima. Hal ini berarti kelompok-kelompok kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1.
Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa H0A ditolak, H0B ditolak, H0C ditolak, H0AB diterima, H0AC diterima, H0BC diterima serta H0ABC ditolak. Berarti kesimpulannya sebagai berikut: 8.
Ada pengaruh yang signifikan kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
9.
Ada pengaruh yang signifikan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
10.
Tidak ada pengaruh yang signifikan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
11.
Ada interaksi antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
12.
Tidak ada interaksi antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
13.
Tidak ada interaksi antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak.
14.
Tidak ada interaksi antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak. Hasil perhitungan Anava tiga jalan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama Sumber JK Dk RK Fhitung Ft A B C AB AC BC
181582.17 181239.47 106.11 95027.27 53.29 109.21
1 1 1 1 1 1
181582.17 181239.47 106.11 95027.27 53.30 109.21
4615.38 4606.67 2.70 2415.36 1.36 2.78
xlvi
4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
P p < 0.05 p < 0.05 p > 0.05 p < 0.05 p > 0.05 p > 0.05
Keputusan Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak Ho diterima Ho diterima
xlvii ABC Galat
68.34 2439.26
1 62
Total
460625.13
69 2.
68.34 39.34
1.74
4.00
p > 0.05
Ho diterima
Uji Komparasi Ganda (Scheffe)
Dari hasil perhitungan Anava diperoleh bahwa H0A, H0B, H0C, dan H0ABC ditolak. Untuk melihat manakah yang secara signifikan mempunyai rataan yang berbeda maka perlu dilakukan uji komparasi ganda. Komparasi ganda dilakukan pada variabel kemampuan bahasa, variabel kemampuan matematika serta interaksi antara variabel kemampuan bahasa dengan kemampuan matematika.
Table 4.7. Uji Komparasi Ganda pada Variabel Kemampuan bahasa.
(X - X )
2
Komparasi
æ1 1ö ç + ÷ èn nø
RKG
F
Kritik
Keputusan
µ11 vs µ12 22.58 0.0573 39.34 10.01 4.00 Ho ditolak Dari hasil uji komparasi ganda pada variabel kemampuan bahasa dapat dilihat bahwa H0 dari µ11 vs µ12, ditolak, berarti terdapat beda rerata yang signifikan. Tabel 4.8. Uji Komparasi Ganda pada Variabel Kemampuan matematika.
(X - X )
2
Komparasi
æ1 1ö ç + ÷ èn nø
RKG
F
Kritik
Keputusan
µ11 vs µ12 11.32 0.0571 39.34 5.04 4.00 Ho ditolak Dari hasil uji komparasi ganda pada variabel kemampuan bahasa dapat dilihat bahwa H0 dari µ11 vs µ12, ditolak, berarti terdapat beda rerata yang signifikan Tabel Uji 4.9. Komparasi Ganda pada Variabel Kemampuan matematika dan Kemampuan bahasa.
(X - X )
2
Komparasi m11 vs m21
æ1 1ö ç + ÷ èn nø
219.7752
RKG
0.1213 çè
n
+
i
n
j
F
Kritik
Keputusan
39.3428
46.0435
8.28
Ho ditolak
÷ø
m12 vs m22
50.4889
0.1082
39.3428
11.8619
8.28
Ho ditolak
m11 vs m21
40.2194
0.1151
39.3428
8.8792
8.28
Ho ditolak
243.0012 39.3428 57.0909 8.28 Ho ditolak m21 vs m22 0.1082 Rangkuman uji komparasi ganda pada variabel kemampuan bahasa dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil uji komparasi ganda dapat dilihat bahwa H0 dari m11 vs m2, m12 vs m22, m vs m2, dan m2 vs m22 ditolak, berarti terdapat beda rerata yang signifikan.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1.
Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fa = 1039.1765 > 4.00 = F0.05;2;62, berarti ada pengaruh yang signifikan kemampuan bahasa terhadap
xlvii
xlviii kemampuan menyelesaikan soal fisika pada pokok bahasan gerak. Rata-rata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada variabel kemampuan bahasa dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Variabel Kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa Kemampuan bahasa Tinggi Rendah Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan Soal
71.5948
76.3468
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok kemampuan bahasa tinggi mempunyai rata-rata 71.60 dan pada kelompok kemampuan bahasa rendah mempunyai rata-rata 76.35. Dari hasil komparai ganda dengan metode Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beda rerata yang signifikan antara kemampuan bahasa tinggi dan kemampuan bahasa rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan bahasa tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya lebih redah dibanding dengan siswa yang mempunyai kemampuan bahasa rendah kemampuan menyelesaikan soalnya lebih tinggi. Kemampuan bahasa merupakan kemampuan membaca suatu bahan dengan pemahaman pengertian isi, serta logis pada penerapan situasi praktis, sedangkan kemampuan memecahkan soal adalah kemampuan menyelesaikan persoalan yang berbentuk suatu peristiwa atau kejadian yang diselesaikan dengan menggunakan model fisika. Terjadinya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal dari siswa pada kemampuan bahasa tinggi, kemampuan bahasa sedang, dan kemampuan bahasa rendah karena adanya perbedaan kemampuan pemahaman soal yang dimiliki siswa, dimana pemahaman siswa tersebut berpengaruh terhadap kemampuan membuat model fisika yang merupakan tahapan dalam memecahkan soal. 2.
Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fb = 1036.0713 > 4.00 = F0.05;2;62, berarti ada pengaruh yang signifikan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Rata-rata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada variabel kemampuan matematika dapat dilihat pada Tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Variabel Kemampuan matematika. Kemampuan Kemampuan matematika Rendah matematika Tinggi Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan Soal
75.7891
72.4240
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok kemampuan matematika tinggi mempunyai rata-rata 75.79 dan pada kelompok kemampuan matematika rendah mempunyai rata-rata 72.42.
xlviii
xlix Dari hasil uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beda rerata yang tidak signifikan antara kemampuan matematika tinggi dan kemampuan matematika rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi akan mempunyai kemampuan menyelesaikan soal yang hampir sama dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah. Dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan matematika siswa maka akan semakin tinggi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Penguasaan kemampuan matematika adalah kemampuan berpikir siswa untuk melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan prosedur-prosedurnya dalam waktu yang cepat dan teliti. Kemampuan matematika pada persamaan linear dengan dua variabel dibagi pada kemampuan matematika dalam menentukan himpunan penyelesaian dan menyelesaikan gerak. Terjadinya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal dari siswa pada kemampuan matematika tinggi, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika rendah karena perbedaan kemampuan matematika dalam menentukan himpunan penyelesaian dan menyelesaikan gerak. 3.
Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fc = 0.1842 < 4.00 = F0.05;2;62, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Nilai kemampuan menyelesaikan soal pada kelompok sikap mendukung mempunyai rata-rata 76.11, dan pada kelompok sikap tidak mendukung mempunyai rata-rata 71.99. Table 4.12
Rata-Rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Variabel Sikap. Sikap Mendukung
Sikap Tidak Mendukung
76.11
71.99
Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan Soal
Jadi dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki sikap mendukung memiliki kemampuan menyelesaikan soal sama dengan siswa yang memiliki sikap tidak mendukug. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang mendorong melakukan perbuatan terhadap obyek tertentu. Orang cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu. Bila obyek dinilai baik maka dia bersiakap positif, bila obyek dinilai jelek, maka dia akan bersikap negatif. Demikian halnya dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Bila siswa menganggap fisika pelajaran yang baik (menyenangkan) maka siswa akan memiliki sikap yang positif (mendukung) terhadap fisika, sebaliknya jika siswa menganggap fisika pelajaran yang jelek (membosankan/tidak perlu) maka siswa akan memiliki sikap yang negatif (tidak mendukung) terhadap mata pelajaran fisika. Terjadinya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal dari siswa pada sikap mendukung, dan sikap tidak mendukung karena perbedaan sikap siswa yang mempengaruhi keberhasilan belajar fisika, dalam hal ini kemampuan menyelesaikan soal. 4.
Hipotesis Keempat
xlix
l Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fab = 523.1716 > 4.00 = F0.05;4;62, berarti ada pengaruh yang signifikan interaksi kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Ratarata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada interaksi kemampuan bahasa dan kemampuan matematika dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.13 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Interaksi Kemampuan Bahasa dan Kemampuan Matematika. Kemampuan Kemampuan Matematika Matematika Tinggi Rendah Kemampuan Bahasa Tinggi
79.23
64.41
Kemampuan Bahasa Rendah
72.89
80.00
Untuk siswa dengan kemampuan bahasa tinggi, utuk siswa dengan ketrampilan hitung tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya berbeda dengan siswa yang kemampuan matematika rendah. Dari rataan marginal masing-masing antar sel, pada siswa dengan kemampuan bahasa tinggi, siswa kemampuan matematika tinggi dan siswa dengan ketrampilan hitung rendah, diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kemampuan matematika tinggi = 79.23 > kemampuan matematika rendah = 64.41. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa dengan kemampuan matematika tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan soal lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan bahasa rendah. Untuk siswa dengan kemampuan bahasa rendah, untuk siswa dengan ketrampilan hitung tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya berbeda dengan siswa yang kemampuan matematika rendah. Dari rataan marginal masing-masing antar sel, pada siswa dengan kemampuan bahasa rendah, siswa kemampuan matematika rendah dengan siswa ketrampilan hitung tinggi, diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kemampuan matematika rendah = 80.00 < kemampuan matematika tinggi = 72.89. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa dengan kemampuan matematika rendah memiliki kemampuan menyelesaikan soal lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan bahasa tinggi. Untuk siswa dengan kemampuan matematika tinggi ternyata siswa dengan kemampuan bahasa tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya berbeda dengan yang kemampuan bahasanya rendah. Dari rataan marginal masing-masing sel, pada siswa dengan kemampuan matematika tinggi diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kemampuan bahasa tinggi = 79.23 > kemampuan bahasa rendah = 72.89. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa dengan kemampuan bahasa tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan soal lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan bahasa rendah. Untuk siswa dengan kemampuan matematika rendah, untuk siswa dengan kemampun verbal tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya berbeda dengan siswa yang kemampun verbal rendah. Dari rataan marginal masing-masing antar sel, pada siswa dengan kemampuan bahasa rendah,
l
li siswa kemampun verbal rendah dengan siswa kemampun verbal tinggi, diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kemampun verbal rendah = 80.00 < kemampun verbal tinggi = 64.41. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk siswa dengan kemampun verbal rendah memiliki kemampuan menyelesaikan soal lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan bahasa tinggi. 5.
Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fac = 3.1231 < 4.00 = F0.05;2;62, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan interaksi kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Rata-rata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada interaksi kemampuan bahasa dan sikap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.14 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Interaksi Kemampuan bahasa dan Sikap Siswa. Sikap Sikap Tidak Mendukung Mendukung Kemampuan bahasa Tinggi
78.88
72.22
Kemampuan bahasa Rendah
79.47
73.39
6.
Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fbc = 0.1035 < 4.00 = F0.05;2;62, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan interaksi kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Rata-rata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada interaksi kemampuan matematika dan sikap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.15 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Interaksi Kemampuan matematika dan Sikap Siswa. Sikap Sikap Tidak Mendukung Mendukung Kemampuan matematika Tinggi
74.995
73.51
Kemampuan matematika Rendah
75.00
72.36
7.
Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh Fabc = 1.5707 < 4.00 = F0.05;4;62, berarti tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Rata-rata nilai kemampuan menyelesaikan soal pada interaksi kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.16 Rata-rata Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal pada Kemampuan bahasa, Kemampuan matematika dan Sikap Siswa.
li
lii Kemampuan matematika Tinggi Sikap Sikap Tidak Mendukung Mendukung Kemampuan bahasa Tinggi Kemampuan bahasa Rendah
Kemampuan matematika Rendah Sikap Sikap Tidak Mendukung Mendukung
72.4700
76.1080
67.4557
70.2730
78.0811
72.2180
80.8611
74.6856
lii
liii BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa pada siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Purwodadi: 1.
Ada pengaruh signifikan kemampuan bahasa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
Siswa yang memiliki kemampuan bahasa rendah kemampuan
menyelesaikan soalnya lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mempunyai kemampuan bahasa tinggi. 2.
Ada pengaruh yang signifikan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai kemampuan menyelesaikan soal lebih tinggi di anding dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah.
3.
Tidak ada pengaruh yang signifikan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
4.
Ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa dan kemampuan matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. Untuk siswa dengan kemampuan bahasa tinggi, untuk siswa dengan kemampuan matematika tinggi kemampuan menyelesaikan soalnya lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah. Untuk siswa dengan kemampuan bahasa rendah dengan kemampuan matematika. Untuk siswa dengan kemampuan bahasa rendah pada siswa dengan kemampuan matematika rendah memiliki kemampuan menyelesaikan lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiiki kemampuan matematika tinggi. Sedangkan iteraksi antara keteramian hitung dengan kemamuan verbal. Untuk kemampuan matematika tinggi, siswa dengan kemampuan bahasa tinggi kemampuan menyelesaiakn soalnya lebih baik dibading dengan siswa yang memiliki kemampuan bahasa rendah. Sedangn pada kemampuan bahasa rendah, siswa degan kemampuan matematika rendah kemampuan menyelesaikan soalnya lebih baik dibanding siswa dengan kemampuan matematika tinggi.
5.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
6.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan matematika dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
7.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan bahasa, kemampuan matematika, dan sikap siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
B. Implikasi
liii
liv Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada kesimpulan penelitian, maka dapat dikaji implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam rangka pengembangan dan penerapan penelitian.
1.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa siswa dengan kemampuan bahasa tinggi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan bahasa sedang, Sedangkan siswa dengan kemampuan bahasa sedang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan bahasa rendah. Perbedaan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal juga terlihat jika dilihat dari kemampuan matematika yang dimiliki siswa. Dari hasil penelitian terlihat bahwa semakin tinggi kemampuan matematika yang dimiliki siswa maka semakin tinggi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak.
2.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk memperhatikan kemampuan bahasa, kemampuan matematika dan sikap terhadap fisika yang dimiliki siswa untuk meningkatkan prestasi belajar fisika siswa, terutama kemampuan dalam menyelesaikan soal.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan kemampuan matematika dengan berlatih mengerjakan soal-soal, serta memberikan sikap yang mendukung terhadap fisika, karena hal tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar fisika, khususnya kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan gerak. 2.
Bagi Guru
Dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua guru dan diharapkan. a.
Guru dapat mengembangkan dan mencari strategi pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan kemampuan matematika siswa.
b.
Guru dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar selalu mempunyai sikap yang mendukung terhadap fisika, sebagai upaya peningkatan prestasi belajar fisika. 3.
Bagi Orang Tua
liv
lv Orang tua diharapkan juga dapat memberikan arahan dan bimbingan akan pentingnya fisika, baik guna melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sehingga siswa akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap fisika.
lv
lvi DAFTAR PUSTAKA Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press Burhan Nurgiyantoro. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE Cliford, T Morgan. 1986. Introduction to Psychology. Singapore: Mc. Graw Hill Book Co. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Herman Hudoyo. 1979. Pengembangan Kurikulum Fisika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional Herman Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: IKIP Malang Press John L Mark. 1988. Metode Pengajaran Fisika Untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Erlangga Karso, dkk. 1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lalu M Azhar. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional TAP MPR. 1993. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Raden Cahaya Prabu AA. 1984. Perkembangan Taraf Intelegensi Anak. Bandung: Angkasa Ruseffendi ET. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Fisika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Saifudin Azwar. 1988. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito Suharno. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. UNS Press Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Sumadi Suryabrata. 1983. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset Tabrani Rusyan. A, Atang Kusdinar, Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosda Karya Wasty Sumanto. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara Winkell. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo
lvi