PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : Kurnia Aprianto NIM. K 6405023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENGAJUAN
PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Kurnia Aprianto NIM. K 6405023
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH
Drs. Suyatno, MPd
NIP. 19560515 198503 1 002
NIP. 19470312 198003 1 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Ketua
: Drs. Machmud A.R, MPd
................
Sekretaris : Drs. E.S. Ardinarto, MPd
..................
Anggota I : Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH ................ Anggota II : Drs. Suyatno, MPd
..................
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK KURNIA APRIANTO. Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember. 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode diskriptif
kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010, yang terdiri dari 3 kelas sebanyak 93 siswa. Sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 63 siswa sedangkan 30 siswa lainnya digunakan untuk try out. Teknik pengumpulan data untuk variabel fasilitas belajar (X1) dan motivasi belajar (X2) menggunakan metode angket yang bersifat tertutup, sedangkan data untuk variabel Y diperoleh dengan menggunakan metode test. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh Fhitung = 3,97 dan Ftabel = 3,15 karena Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X1) dan motivasi belajar (X2) mempunyai regresi atau pengaruh yang berarti atau signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima. Adapun Sumbangan Relatif (SR) variabel X1 dan X2 terhadap Y masing-masing sebesar 56,09% dan 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel X1 dan X2 terhadap Y masing-masing sebesar 6,56% dan 5,13%. Hal ini berarti bahwa fasilitas belajar dan motivasi belajar dapat memberikan dampak bagi baik
v
buruknya prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara fasilitas belajar dan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten.
vi
ABSTRACK
KURNIA APRIANTO. Influence of Facility Equipment Learn and Motivate to Learn to Achievement Learn The Education of Open Class Student Civic in SMP Negeri 2 Wonosari Sub-Province of Klaten School Year 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Faculty of Teachership and Science of University Education Universitas Sebelas Maret. December. 2009. The Purpose of this research is to know whether or not the significance of facility equipment learn and motivate to learn with the achievement learn the Education of Civic of class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari SubProvince of Klaten school year 2009 / 2010. This research conducted by using quantitative discriptive. Population used in this research is entire class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari SubProvince of Klaten school year 2009 / 2010, consisted of 3 class counted 93 student. Sampel taken for research is counted 63 student of while 30 other student have been used for the try of out. Technique of data collecting for the variable of facility learn the ( X1) and motivate to learn the ( X2) use the enquette method having the character of closed, while data for the variable of Y obtained by using method test the. Technique analyse the data used by technique analyse the double regresi. Pursuant to enumeration result obtained and because hence inferential that facility learn the ( X1) and motivate to learn the ( X2) have the regresi or influence meaning or signifikan with the achievement learn the Civic Education of class student opened SMP Negeri 2 Wonosari ( Y). On that account, research hypothesis sounding " There is influence of facility equipment learn and motivate to learn to achievement learn the Education of Open Class student Civic in SMP Negeri 2 Wonosari Sub-Province of Klaten School Year 2009 / 2010", expressed to be accepted. As For Contribution Relative ( SR) of Variable of X1 and X2 to Y each of 56,09% and 43,91%, while Effective Contribution ( SE) of Variable of X1 and X2 to Y each of 6,56% and 5,13%. Matter this means that facility learn and motivate to learn can give the impact to pros and cons achievement learn the student specially at subject of Civic Education.
vii
Pursuant to boldness above inferential that between facility learn and motivate to learn to have the influence which signifikan to achievement learn the Civic Education of class student opened in SMP Negeri 2 Wonosari of SubProvince Klaten.
viii
MOTTO
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya”. ( Q.S. Ath- Tholaq: 4 )
“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasinya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”. ( Q.S. Ar Rohman: 33)
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk: Ø Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini, semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan kemuliaan kepada ibu dan bapak di dunia dan akhirat Ø Adik tersayang Ninuk Setyaningsih yang selalu memberikan keceriaan di rumah Ø Siswanti, motivasi Ø Almamater
x
S.TP
yang
selalu
memberikan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Penulis mengalami berbagai hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, MPd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Syaiful Bachri, MPd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Haryati, MPd, Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini dan Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya. 4. Drs. Hassan Suryono, SH, MPd, MH, Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya. 5. Drs. Suyatno, MPd, Pembimbing II yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya. 6. Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 7. Sugiyanto, SPd, MACE, Kepala sekolah SMP Negeri 2 Wonosari Klaten yang telah memberikan ijin untuk mengadakan try out dan penelitian. 8. Slamirun, SPd, Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Wonosari Klaten yang telah membantu untuk kelancaran dalam penelitian ini.
xi
9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Skripsi ini telah disusun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki skripsi ini. Di samping itu penulis tetap berharap bahwa semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita khususnya bagi kemajuan Pendidikan Kewarganegaraan.
Surakarta,
Desember 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
v
HALAMAN ABSTRACK..................................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
6
D. Perumusan Masalah ...................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
9
1. Tinjauan tentang Fasilitas Belajar ........................................
9
2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar .......................................
16
3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar PKn..................................
23
4. Tinjauan tentang Kelas Terbuka ..........................................
31
B. Kerangka Berpikir ......................................................................
32
C. Hipotesis .....................................................................................
35
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
36
B. Metode Penelitian ......................................................................
37
C. Populasi dan Sampel .................................................................
41
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
42
E. Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis.................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................
63
1. Deskripsi Data Kelengkapan Fasilitas Belajar.......................
63
2. Deskripsi Data Motivasi Belajar...........................................
65
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar.............................................
66
B. Pengujian Prasyarat Analisis ......................................................
68
1. Uji Normalitas ......................................................................
68
2. Uji Independensi ..................................................................
69
3. Uji Linieritas………………………………………………..
70
C. Pengujian Hipotesis ....................................................................
71
D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis………………………………
73
E. Penafsiran Hasil Analisis Data ...................................................
75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................
80
B. Implikasi .....................................................................................
80
C. Saran ...........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
84
LAMPIRAN.....................................................................................................
86
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Waktu dan kegiatan penelitian ..........................................................
36
Tabel 2. Distribusi frekuensi skor kelengkapan fasilitas belajar .....................
64
Tabel 3. Distribusi frekuensi skor motivasi belajar ........................................
65
Tabel 4. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar ..........................................
67
Tabel 5. Rangkuman uji linieritas X1 dengan Y .............................................
70
Tabel 6. Rangkuman uji linieritas X2 dengan Y .............................................
71
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan alur kerangka permikiran ................................................... .
35
Gambar 2. Histogram distribusi variabel fasilitas belajar ............................. .
64
Gambar 3. Histogram distribusi variabel motivasi belajar ........................... ...
66
Gambar 4. Histogram distribusi variabel prestasi belajar mata pelajaran PKn.. 68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat pengantar angket try out dan penelitian..............................
86
Lampiran 2. Daftar nama siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari yang mengikuti try out ..........................................................................
87
Lampiran 3. Kisi-kisi angket try out fasilitas belajar dan kunci jawaban.......
88
Lampiran 4. Kisi-kisi angket try out motivasi belajar dan kunci jawaban ......
92
Lampiran 5. Kisi-kisi angket try out prestasi belajar PKn dan kunci jawaban.
97
Lampiran 6. Hasil rekapitulasi variabel fasilitas belajar.................................. 112 Lampiran 7. Contoh penghitungan item fasilitas belajar yang valid ............... 114 Lampiran 8. Hasil rekapitulasi variabel motivasi belajar ................................ 116 Lampiran 9. Contoh penghitungan item motivasi belajar yang valid .............. 118 Lampiran 10. Hasil rekapitulasi variabel prestasi belajar ................................ 120 Lampiran 11. Contoh penghitungan item prestasi belajar yang valid.............. 126 Lampiran 12. Daftar nama siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari sebagai penelitian populasi ........................................................ 128 Lampiran 13. Kisi-kisi angket penelitian fasilitas belajar dan kunci jawaban. 130 Lampiran 14. Kisi-kisi angket penelitian motivasi belajar dan kunci jawaban. 134 Lampiran 15. Kisi-kisi angket penelitian prestasi belajar dan kunci jawaban.
138
Lampiran 16. Rekapitulasi data penelitian........................................................ 151 Lampiran 17. Rangkuman penghitungan distribusi skor fasilitas belajar........ 154 Lampiran 18. Rangkuman penghitungan distribusi skor motivasi belajar....... 156 Lampiran 19. Rangkuman penghitungan distribusi skor prestasi belajar... ..... 158 Lampiran 20. Uji normalitas fasilitas belajar (X1)........................................... 160 Lampiran 21. Uji normalitas motivasi belajar (X2).......................................... 163 Lampiran 22. Uji normalitas prestasi belajar (Y) ............................................ 166 Lampiran 23. Penghitungan uji independensi antara X1 dengan X2 ................ 168 Lampiran 24. Penghitungan uji linieritas X1 dengan Y ................................... 169 Lampiran 25. Penghitungan uji linieritas X2 dengan Y ................................... 174 Lampiran 26. Penghitungan koefisian korelasi sederhana dan uji signifikasi X1 dengan Y .............................................................................. 179
xvii
Lampiran 27. Penghitungan koefisien korelasi sederhana dan uji signifikasi X2 dengan Y ............................................................................. 180 Lampiran 28. Garis regresi ganda .................................................................... 181 Lampiran 29. Uji keberartian regresi ganda..................................................... 183 Lampiran 30. Penghitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif.......... 184 Lampiran 31. Permohonan ijin penelitian / try out kepada rektor UNS di Surakarta................ ....................................................... 185 Lampiran 32. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta .............................. 186 Lampiran 33. Surat keputusan dekan FKIP tentang ijin penyusunan skripsi/ makalah ......................................................................... 187 Lampiran 34. Surat kepada kepala sekolah SMP N 2 Wonosari Klaten untuk mengadakan try out dan penelitian di SMP N 2 Wonosari Klaten......................................................................................... 188 Lampiran 35. Surat keterangan telah mengadakan try out dan penelitian di SMP N 2 Wonosari Klaten ........................................................ 189
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah dilakukan manusia dari masa ke masa kepada generasi berikutnya sejak dahulu sampai sekarang. Nilai kehidupan yang luhur selalu diwariskan kepada anak cucu, agar kelak dapat mencapai kebahagiaan hidup yang didambakan. Nilai-nilai kehidupan yang luhur itu dapat diwariskan kepada generasi penerus melalui pendidikan yang tetap berjalan sepanjang sejarah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia sepanjang hayat. Manusia berkembang menjadi sempurna melalui pendidikan. Berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi muncul dari adanya pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan pintu gerbang menuju kemajuan. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:3) yaitu “education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”. Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan sikap dari individu, kelompok atau komunitas. Pendidikan dapat dilakukan di dalam keluarga, masyarakat dan sekolah. Ketiga pusat pendidikan tersebut akan saling mendukung dalam pencapaian tujuan pendidikan seorang anak. Dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan di keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak. Menurut Johan Amos Comenius yang dikutip oleh
xix
Muchjiddin Dimjati (2001 : 7) mengemukakan bahwa “Anak bukanlah manusia yang berukuran kecil, melainkan manusia yang sedang tumbuh”. Dalam pendidikan terlihat suatu proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini menunjukkan suatu rangkaian kegiatan yang menyeluruh dan menyangkut berbagai faktor dan situasi di sekitarnya, sehingga berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Ngalim Purwanto (1997 : 102) bahwa “Proses pembelajaran untuk meraih prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar dirinya”. Faktor yang berasal dari diri siswa disebut dengan faktor individual, sedangkan faktor yang berasal dari luar individu disebut dengan faktor sosial. Untuk
mengetahui
keberhasilan
pendidikan
pada
suatu
lembaga
pendidikan, maka nilai belajar atau prestasi belajar dijadikan tolak ukurnya. Pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan formal yang berhasil akan memperlihatkan prestasi belajar siswa di atas rata-rata, apabila dibandingkan dengan lembaga pendidikan nonformal yang belum memenuhi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Keberhasilan siswa dalam memperoleh nilai atau prestasi yang baik dapat dipengaruhi oleh faktor kelengkapan fasilitas yang ada di sekolah, yaitu alat-alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang termasuk dalam faktor sosial, seperti yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto di atas. Penyediaan fasilitas yang ada di sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam meraih prestasi belajar siswa yang baik. Semakin lengkap fasilitas yang diberikan sekolah kepada siswa, maka siswa diharapkan dapat pula meningkatkan prestasinya. Fasilitas belajar ini dapat berupa benda dan yang dibendakan, dimana fungsi dan wujud dari fasilitas belajar tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, akan tetapi semuanya memiliki peranan yang sama yaitu mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar. Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis menulis, ruangan atau tempat belajar dan praktek, perpustakaan, waktu dan kesempatan, buku, uang atau biaya, dan masih banyak lagi.
xx
Keberhasilan siswa bukan hanya tergantung pada fasilitas belajar yang memadai dan guru yang berpengalaman saja, akan tetapi juga disebabkan oleh aspek lainnya. Satu diantaranya adalah aspek motivasi belajar, seperti yang diungkapkan Ngalim Purwanto yang termasuk faktor individual, karena motivasi belajar merupakan dorongan atau pemberi semangat bagi siswa yang kuat dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dimaksudkan sebagai satu kondisi psikis yang mendorong seorang siswa untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan, yaitu hasil belajar yang maksimal. Karena siswa merasa lebih mendapatkan bekal pengalaman pendidikan, maka keinginan tersebut semakin berkembang, dengan kata lain bahwa siswa yang mempunyai keinginan dan motivasi untuk berhasil tentu cenderung mempunyai sifat yang positif, keinginan tersebut diharapkan dapat memacu siswa untuk meraih hasil yang baik dalam belajarnya. Prestasi belajar merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, dua diantaranya adalah faktor fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar siswa. Dimana faktor fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar siswa berperan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar atau mengikuti proses balajar, dengan menggunakan fasilitas ataupun tidak serta memiliki motivasi yang tinggi atau tidak, maka dilakukan suatu evaluasi yang kemudian hasilnya dituangkan dalam bentuk angka yang digunakan untuk menyatakan prestasi belajar siswa. Belajar merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kehidupan seseorang. Oleh karena itu kesempatan belajar seharusnya dapat dimiliki oleh siapapun, di manapun dan kapanpun. Konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) dan pendidikan untuk semua (education for all) yang dicetuskan oleh UNESCO merupakan suatu gagasan yang harus dapat diwujudkan di Indonesia. Namun upaya ke arah itu ternyata masih banyak menemui kendala. Hingga saat ini problem pemerataan kesempatan belajar masih menjadi masalah besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.
xxi
Dalam wilayah negara Indonesia yang luas dengan karakteristik geografis dan demografis yang begitu beragam, sangat sulit memberikan layanan pendidikan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama anak-anak yang memiliki berbagai kendala ekonomi, geografis dan waktu. Bahkan sekalipun di lokasi-lokasi seperti itu dibangun sekolah reguler, belum tentu kelompok anak yang
memiliki
kendala
tersebut
sempat
mengikuti
pendidikan
karena
kesibukannya bekerja membantu orang tua mencari nafkah. Bagi kelompok anak seperti
ini,
pergi
ke
sekolah
setiap
hari
dengan
segala
konsekwensinya, merupakan kegiatan yang dianggap terlalu mahal. Anak-anak tersebut berada di luar jangkauan pendidikan konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif program pendidikan non-konvensional untuk dapat menjangkau mereka. Sistem pendidikan terbuka dapat dijadikan alternatif untuk memberikan layanan pendidikan bagi kelompok anak yang memiliki kendala semacam itu. Untuk pendidikan tingkat SLTP, salah satu bentuk pendidikan terbuka yang telah dilaksanakan saat ini adalah Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMP Terbuka). Sistem pembelajaran SMP Terbuka didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan terbatas dari orang lain. Sebagian besar kegiatan belajar di SMP Terbuka dilakukan siswa secara mandiri. Dalam kegiatan belajar, siswa tidak selalu tergantung kepada guru, karena memang tidak setiap hari mereka dapat bertatap muka dengan guru seperti halnya pada sekolah konvensional. Siswa SMP Terbuka dapat belajar pada waktu dan tempat yang diatur sesuai kondisi siswa. Dengan cara demikian, maka anak-anak yang bermasalah tersebut akan terbuka kesempatannya untuk bersekolah. Sistem pembelajaran mandiri sebagaimana diterapkan di SMP Terbuka masih dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi sebagian besar anak seusia SMP. Seiring dengan perkembangan SMP Terbuka yang saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia, makin banyak pula fenomena yang bisa diamati terhadap penyelenggaraan SMP Terbuka. Oleh karena itu, mengkaji sikap para siswa terhadap SMP Terbuka adalah menjadi penting dan menarik. Berhubung SMP Terbuka menerapkan sistem pembelajaran mandiri, maka upaya meningkatkan
xxii
kemandirian belajar siswa merupakan sesuatu yang amat penting. Sebab tanpa adanya kemandirian belajar yang memadai, proses pembelajaran di SMP Terbuka tidak akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan. Salah satu ciri yang paling pokok dalam sistem pendidikan terbuka adalah adanya komitmen untuk membantu siswa agar memiliki kemandirian belajar. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan sistem SMP Terbuka dengan konsep mengadakan sistem Kelas Terbuka. Sehingga disamping memiliki Kelas Reguler, Sekolah ini juga memiliki Kelas Terbuka yang dapat menjangkau anak-anak yang belum bisa menimba ilmu di tingkat sekolah menengah karena berbagai kendala tertentu. Fasilitas yang ada di dalam Kelas Terbuka tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam Kelas Reguler. Begitu juga dengan motivasi belajar siswa Kelas Terbuka akan berbeda dengan motivasi siswa Kelas Reguler, karena berbagai kendala yang banyak dihadapi oleh siswa Kelas Terbuka dalam kehidupan kesehariannya. Oleh karena itu,
SMP
Negeri
2
Wonosari
Kabupaten
Klaten
diharapkan
dapat
mengembangkan sistem pendidikan Terbuka ke arah yang lebih baik dalam menentukan masa depan anak-anak yang dipandang kurang mampu. Dari uraian di atas, maka penulis mengambil judul: ”PENGARUH KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS TERBUKA DI SMP NEGERI 2 WONOSARI KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut : 1. Kelengkapan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah membuat siswa dapat mencapai prestasi yang baik. 2. Motivasi
dan
dorongan
belajar
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa.
xxiii
dimiliki
siswa
kemungkinan
3. Fasilitas belajar sekolah serta motivasi belajar yang dimiliki siswa berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
C. Pembatasan Masalah Setelah melakukan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar permasalahan yang diteliti tidak meluas. Untuk itulah penulis membatasi masalah yang akan dirinci sebagai berikut : 1. Fasilitas Belajar Fasilitas belajar adalah segala sesuatu (alat peraga, ruang/tempat, waktu, kesempatan, alat-alat praktek dan lain sebagainya) yang memudahkan atau memperlancar pelaksanaan kegiatan yang mengakibatkan perubahan diri pada siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten dalam bertingkah laku. Ruang lingkup fasilitas berupa kelengkapan belajar, ruang/tempat belajar, waktu, kesempatan, buku acuan dan perpustakaan. 2. Motivasi Belajar Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di dalam diri siswa, yang menimbulkan suatu kegiatan belajar pada siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, yang dirangsang oleh kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Ruang lingkup motivasi dibatasi oleh minat untuk belajar, perilaku siswa dan tujuan siswa dalam belajar. 3. Prestasi Balajar Pendidikan Kewarganegaraan Prestasi Belajar dalam penelitian ini adalah penilaian hasil usaha kegiatan atau belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten pada semester Ganjil tahun pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
xxiv
1. Adakah pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010? 2. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010? 3. Adakah pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya khasanah penelitian dibidang pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama. b. Sebagai pembanding, pertimbangan dan pengembangan pada penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
xxv
2. Manfaat Praktis a. Sebagai
sumbangan
pemikiran
bagi
guru
maupun
pihak
sekolah
penyelenggara Kelas Terbuka dalam memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa Kelas Terbuka. b. Sebagai masukan yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan mutu siswa Kelas Terbuka. c. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan tentang model Kelas Terbuka.
xxvi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Sesuai dengan variabel yang diteliti, maka pada bagian ini akan dikaji secara teoritik terutama tentang kelengkapan fasilitas belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar. Adapun pembahasan lebih rinci adalah sebagai berikut:
1. Tinjauan Tentang Fasititas Belajar a. Pengertian Fasilitas Setiap manusia yang sedang melakukan kegiatan belajar tentu tidak mungkin dapat lepas dari sarana dan prasarana atau alat penunjang kelancaran kegiatan belajar. Menyadari akan hal ini, maka di setiap sekolah sudah pasti harus memiliki fasilitas belajar yang rnemadai agar kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar dapat tercapai. Menurut Y. B. Suparlan, Rahmat Wijoyopranoto dan S. Pardiman (1983:32) bahwa “Fasilitas adalah segala keperluan untuk memudahkan pelaksanaan atau kegiatan tcrtentu”. Sedangkan Menurut Suradji (1994 : 142) “Fasilitas dalam proses belajar mengajar antara lain alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, tempat, alat-alat praktek, buku-buku dan perpustakaan”. Berdasarkan pengertian fasilitas dan para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan kegiatan tertentu yang dapat berupa benda atau yang dibendakan. Dalam penelitian ini fasilitas belajar dibatasi pada alat-alat kelengkapan belajar, ruang/tempat belajar, waktu, kesempatan, buku acuan dan perpustakaan.
b. Pengertian Belajar Masalah belajar merupakan masalah inti dari seluruh proses dan kegiatan pendidikan. Belajar merupakan hal yang penting bagi peserta didik,
xxvii
sebab dengan belajar mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan, peningkatan atau perkembangan tingkah laku, memperoleh kecakapan serta memperoleh pengalaman. Menurut Singgih D. Gunarsa (1990: 21) “Belajar adalah sesuatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) pengalaman yang lalu”. Sedangkan Menurut Slameto (1995: 2) yang dimaksud dengan belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya”. Pendapat yang lain menyatakan “learning is the process by which an organism changes its behaviour as a result of experience”. (Maltby, 1995:219). Artinya bahwa belajar adalah suatu proses dari perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Herbert J. Klausmeier (1975:11) menyebutkan bahwa “learning is a process or operation inferred from relatively permanent changes in behaviour that result from practice”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa belajar adalah sebuah proses atau disimpulkan sebagai operasi dari perubahan secara relatif dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas, yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses usaha yang di1akukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dari definisi di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: 1) Be1ajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-peruhahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
xxviii
3) Perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. 4) Perubahan tingkah laku, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. c. Pengertian Fasilitas Belajar Menurut Suharsmi Arikunto (1996: 6) bahwa “Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat rnemudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Yang dapat memudahkan dan memperlancar usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi, dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan benda”. Jadi, yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah segala sesuatu (alat peraga, ruang/tempat, waktu, kesempatan, alat-alat praktek atau yang lain) yang memudahkän atau memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan perubahan diri seseorang dalam berfikir dan bertingkah laku berkat penga1aman. d. Macam-macam Fasilitas Belajar Fasilitas belajar di sekolah merupakan penunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Dengan adanya failitas belajar yang memadai, maka kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud. Macam-macam fasilitas belajar, Slameto (1995: 85) mengemukakan: Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan, kesehatan dan lainlain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Fasilitas belajar erat sekali hubungannya dengan kemampuan ekonomi orang tua. Biasanya pada tingkat ekonomi orang tua yang tinggi akan cenderung untuk memenuhi fasilitas belajar anaknya yang dibutuhkan. Lain halnya, jika tingkat ekonomi orang tua yang pas-pasan. ini cenderung untuk
xxix
memenuhi fasilitas belajar anaknya hanya seadanya saja. asal dapat membayar uang sekolah anaknya itu sudah merasa cukup. Begitu juga dengan pemenuhan kelengkapan fasilitas di sekolah, jika sekolah memiliki keuangan yang cukup, maka kelengkapan fasilitas sekolah akan dapat terpenuhi dan siswa dapat belajar dengan lebih baik. Semakin lengkap fasilitas belajar, semakin mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar Dengan adanya fasilitas yang lengkap diharapkan terjadi perubahan, misalnya dengan fasilitas belajar siswa akan lebih bersernangat dalam belajar, siswa tidak perlu meminjam atau menggantungkan pekerjaan pada teman, sebab pekerjaan yang diberikan dapat dikerjakan sendiri dengan bantuan fasilitas yang telah ada. Kurang lengkapnya fasilitas belajar akan menghambat kegiatan belajar mengajar di sekolah, dengan kata lain harapan yang diinginkan, yakni untuk membuat siswa lebih baik tidak akan terwujud dan akan terus terhambat serta prestasi siswa yang tidak dapat meningkat. Untuk itulah akan diuraikan sebagian dari sekian banyak fasilitas belajar, yang mungkin bisa membantu memberikan batasan-batasan fasilitas belajar, antara lain:
1) Alat Tulis Menulis Setiap siswa harus mempunyai alat tulis menulis sendiri, baik untuk belajar di sekolah maupun di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh The Liang Gie (1988: 53) berikut: Belajar tidak dapat pula dilakukan tanpa memakai alat-alat belajar secukupnya, semakin lengkap alat-alat itu semakin dapat seseorang siswa belajar dengan tidak terganggu. Di samping buku pelajaran, alat-alat yang harus dimiliki sendiri oleh setiap pelajar ialah bolpoint, tinta, pensil hitam, bolpoint berwarna, mistar, karet penghapus, kertas tulis, buku notes, busur derajat dan lain sebagainya.
xxx
Jadi, dengan melengkapi alat tulis menulis, seperti pensil, pulpen, karet penghapus, penggaris, spidol berwarna, buku tulis dan buku notes, maka seorang siswa dalam mengikuti pelajaran atau belajar di rumah tidak mengalami kesulitan yang berarti. Di samping itu, perabot belajar seperti meja belajar, kursi, rak buku, tempat sampah juga akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. 2) Tempat atau Ruang Belajar Bila bahan yang akan dipelajari itu telah berada di tangan, yang mana bahan tersebut dapat berupa catatan maupun bacaan, maka siswa perlu menentukan tempat belajarnya. Jika kegiatan belajar itu dilakukan di perpustakaan, biasanya siswa akan cenderung memilih tempat duduk yang menurutnya strategis, tenang dan dapat lebih berkonsentrasi, sehingga bahan pelajaran yang akan dipelajari akan mudah untuk dipahami dan dimengerti. Dalam mengatur tempat atau ruangan untuk belajar lebih baik jauhkan dan hal-hal yang tidak diperlukan. Sedangkan untuk perlengkapan yang diperlukan secepat mungkin dapat disediakan, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa di dalam proses belajar. Tata ruang hendaknya dapat memberikan serta membuat suasana yang menyenangkan bagi penghuninya dan memberikan ketenangan dalam melakukan suatu kegiatan belajar. Di setiap kelas sebagai ruang belajar hendaknya sudah tersedia perabot-perabot, seperti meja, kursi, rak buku atau tempat peralatan tulis menulis. Meja belajar hendaknya bersih dari benda-henda apapun yang tidak langsung diperlukan untuk belajar, seperti buku-buku pelajaran yang sedang tidak dipelajari. Syarat lain untuk tempat belajar yang baik ialah penerangan cahaya yang cukup. Menurut The Liang Gie (1988: 34) yang menggolongkan penerangan cahaya lampu menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: 1) Penerangan tak langsung; 2) Penerangan setengah langsung; 3) Penerangan setengah tak langsung; 4) Penerangan langsung.
xxxi
Bagi siswa yang terbiasa belajar pada malam hari, The Liang Gie menyarankan untuk menggunakan penerangan tak langsung, karena cahaya pemantulannya tersebar keseluruh ruangan sehingga sifatnya merata dan tidak menimbulkan bayangan yang mencolok. Selain itu, syarat yang perlu diperhatikan adalah ventilasi atau tempat peredaran udara. VentiIasi ini harus cukup, sehingga udara yang keluar masuk dapat berganti dengan lancar dan siswa yang belajar di ruangan tersebut merasa nyaman dan tenang. Fentilasi dapat berupa pintu, jendela dan kisi-kisinya serta Iainnya yang sejenis. 3) Waktu Belajar Jika ingin memperoleh prestasi belajar yang tinggi, siswa harus dapat mengatur waktu sebaik-baiknya. Waktu yang digunakan untuk memahami suatu mata pelajaran antara siswa satu dengan yang lain dapat berbeda-beda. Untuk memahami suatu mata pelajaran ada seorang siswa yang hanya memerlukan waktu singkat, namun ada siswa yang membutuhkan waktu lama untuk memahami suatu pelajaran. Belajar yang baik adalah dengan membuat jadwal yang rutin. Setiap siswa hendaknya mempunyai jadwal harian, sehingga tahu apa yang akan dilakukan. Menurut The Liang Gie (1988: 35) pembagian waktu dapat dibedakan dan digolongkan untuk keperluan sebagai berikut: “Tidur tiap harinya 8 jam, makan, mandi dan senam 3 jam, urusan pribadi (misalnya menulis surat atau rekreasi) 2 jam, sisanya untuk belajar 11 jam”. Dengan demikian setiap siswa umumnya memiliki waktu yang kurang lebih 11 jam setiap harinya untuk belajar. Waktu belajar adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar baik yang terjadi di sekolah maupun di rumah. Waktu tersebut dapat pagi, siang, sore atau malam hari. 4) Kesempatan Untuk memperoleh prestasi yang baik, seorang siswa harus dapat melihat dan mengetahui kesempatan yang baik untuk belajar. Guru yang baik, lingkungan sekolah yang mendukung dan menyenangkan belum tentu dapat membuat seorang siswa belajar dengan baik. Ada faktor lain
xxxii
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor tersebut adalah kesempatan. Banyak siswa yang tidak dapat belajar sebaik mungkin, oleh karena tidak ada atau kurang adanya kesempatan untuk belajar. Kesempatan ini tidak ada, disebabkan oleh karena siswa tersebut terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, baik itu membantu pekerjaan orang tua di rumah atau membantu mencari nafkah atau hal-hal lain. Jadi, waktu untuk belajarnya tidak dipikirkan secara matang dan terperinci, karena hal itulah baru disadari bahwa kesempatan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. 5) Buku dan Perpustakaan Penggunaan buku teks dapat menolong siswa untuk memperoleh kecakapan memahami dan menelaah kenyataan dan pengertian-pengertian tentang segala macam disiplin ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan. Di dalam hal yang bersifat lisan mungkin hanya memerlukan kuatnya daya mengingat. Sedang, membaca sendiri memerlukan kecakapan menarik kesimpulan, membandingkan dan menilai secara kritis dan cermat. Untuk mengembangkan kecakapan berpikir haruslah banyak membaca buku. Penjelasan guru serta bahan bacaan yang baik juga menunjang kecakapan siswa. Melihat kenyataan tersebut, tak jarang apabila di lembaga atau suatu instansi mempunyai atau menyediakan semacam perpustakaan. Perpustakaan merupakan sarana yang paling penting di sekolah, karena tanpa perpustakaan tidaklah lengkap fasilitas suatu sekolah. Perpustakaan sekolah mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting bagi pengembangan minat dan prestasi seorang siswa terhadap ilmu pengetahuan dan merupakan sumber penelitian. Hasrat membaca dapat dipertinggi bila mernpunyai keinginan yang besar terhadap membaca. Koleksi buku perpustakaan hendaknya adalah buku-buku baru dan mutakhir (mengikuti perkembangan zaman), karena para siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang baru pula serta dapat menambah kualitas dan wawasan dan juga meningkatkan prestasi yang baik.
xxxiii
2. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Untuk berbuat sesuatu harus ada suatu daya penggerak, harus ada sesuatu yang mendorong. Aspek yang mendorong seseorang untuk dapat belajar dengan baik harus diperhatikan. Perbedaan motivasi dapat dilihat dari perbedaan tingkah laku siswa dalam kegiatan be1ajarnya sehari-hari. Dalam kegiatan pendidikan, pendidik harus senantiasa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, karena sangat penting untuk memberikan motivasi terhadap peserta didik dalam rangka membantu mengembangkan dirinya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai rnakhluk sosial. Menurut Suradji (1994: 2), “Motivasi adalah suatu tenaga (dorongan, alasan, kemauan) dan dalam yang rnenyebabkan kita berbuat atau bertindak yang tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai”. Sedangkan J. Gino, Suwarni, Suripto H.S, Muryanto, Sutijan (1996: 82) berpendapat, “Motivasi merupakan tenaga atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya”. Ngalim Purwanto (2002: 71) mengemukakan bahwa: Motivasi adalah pendorongan, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar Ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor pendorong
yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk berbuat sesuatu dengan hatinya, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk melakukan suatu usaha guna mencapai usaha yang diharapkan. Motivasi yang dimiliki seorang siswa dapat diketahui dengan melihat adanya ciri-ciri motivasi pada diri siswa tersebut.
xxxiv
Motivasi yang ada pada diri siswa tersebut memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Sardiman A.M (2001: 81), sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Tekun menghadapi tugas; Ulet menghadapi kesulitan; Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; Lebih senang bekerja mandiri; Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; Dapat mempertahankan pendapatnya; Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini; Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar, yaitu: 1) Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya. 2) Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku. Kebutuhan dalam belajar berawal dari motivasi belajar siswa itu sendiri. Sardiman A.M (2001: 87-89) menggolongkan motivasi menjadi 2 (dua), yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi intrinsik pada umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu daripada motivasi ekstrinsik. Hal ini tentu memberi informasi yang sangat berharga bagi pendidikan profesianal. Motivasi ini merupakan dorongan yang datang dari dalan diri siswa, motivasi ini juga disebut motivasi murni, yang termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain: a) Sikap Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan dalam menghadapi situasi tertentu. Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang, ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu yang juga berbeda-beda, misalnya bakat, pengalaman, pengetahuan, lingkungan.
xxxv
b) Kebiasaan Kebiasaan merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan seseorang secara tepat dan seragam. Perbuatan ini diperoleh atau dibentuk melalui proses belajar yang berangsur-angsur. Pada tahap permulaan kebiasaan sulit dilakukan, tetapi melalui proses belajar, kebiasaan akan terbentuk sedemikian rupa, sehingga tanpa disadari apabila ada suatu rangsangan tertentu.
c) Minat Suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau motif itu akan bangkit jika ada minat yang besar. Minat itu dapat ditimbulkan
dengan
berbagai
cara
antara
lain:
Memperluas
pengetahuan, memperdalam pengetahuan, melengkapi buku-buku pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang menunjang belajar siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya. d) Kebutuhan Seorang anak akan terdorong untuk belajar apabila ia merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan. Kebutuhan ini akan menimbulkan keadaan untuk pemenuhan dan keinginan tersebut. Dalam kegiatan belajar banyak hal yang dapat dilakukan siswa apabila ia merasa bila belajar itu merupakan kebutuhan yang sangat penting. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar. Satu hal yang langsung berkaitan dengan motivasi adalah taraf harapan. Orang yang menetapkan harapan terlalu tinggi mungkin akan mengalami kekecewaan bila mengalami kegagalan, yang selanjutnya akan mematahkan. semangat dan menghilangkan motivasi untuk berbuat sesuatu lagi. Berhubungan dengan hal ini, maka suatu motivasi dari orang lain dibutuhkan. Motivasi ekstrinsik yang datangnya dari luar siswa dapat berupa: angka, hadiah, persaingan, hukurnan dan lain-lain. Agar suatu kegiatan
xxxvi
memberikan hasil yang efektif, maka perlu adanya motif yang kuat dan motif
yang
kuat
tersebut
membangkitkannya.
Jadi,
dilakukan
motivasi
dengan
usaha-usaha
untuk
merupakan
usaha-usaha
untuk
menyediakan kondisi dan situasi, sehingga individu melakukan kegiatan yang dapat dilakukan sesuai keinginan dan tujuan yang hendak dicapai.
Bentuk motivasi ekstrinsik itu antara lain: a) Nilai Ulangan Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil usaha suatu pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang memperoleh nilai basil belajar yang baik, akan meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut dengan lebih baik lagi. Kegagalan siswa dalam mengerjakan ulangan kadang juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan belajarnya, yang mana kegagalan belajar itu dapat menjadi cambuk untuk belajar lebih baik lagi. b) Kompetisi atau Persaingan Kompetisi ada dua macam. Pertama, kompetisi dengan prestasi diri, dalam pengertian bahwa individu mengetahuai prestasi yang dicapainya. kemudian berusaha untuk meningkatkan prestasi tersebut. Kedua, kompetisi dengan orang lain, siswa membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan orang lain, sehingga usaha untuk mencapai tujuan makin kuat. c) Penghargaan Pernyataan penghargaan secara verbal terhadap perilaku atau hasil kerja yang baik merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju hasil belajar yang lebih baik lagi. Pernyataan pujian, disamping akan menyenangkan siswa yang bersangkutan, pernyataan verbal tersebut mengandung makna interaktif dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru.
xxxvii
d) Hukuman Hukuman
digunakan
untuk
memperbaiki
anak
yang
mempunyai kesalahan, yang malas dan berkelakuan tidak baik. e) Arahan Guru Adanya arahan dari guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru rnempunyai peranan yang sangat kuat dalam menciptakan interaksi yang menyenangkan untuk membuat suasana yang sehat dalam kelas. Suasana yang sehat dan menyenangkan itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terciptanya proses belajar, dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi Iebih baik. f) Perhatian Orang Tua Situasi dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Situasi keluarga yang harmonis di mana orang tua dapat merangsang anak untuk belajar dengan baik, akan mendukung prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, keluarga yang brokenhome akan sangat mengharnbat anak dalam mencapai prestasi yang baik. g) Nasehat Sahabat Anak yang tidak diperhatikan orang tua. cenderung akan berusaha mencari tempat lain dimana mereka bisa memperoleh perhatian dan tempat, apabila mereka masuk ke dalam kelompok yang baik, niscaya akan membuahkan hasil yang baik pula. h) Penguatan (Reinforcement) Penguatan adalah respon terhadap tingkah laku, yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar, bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, baik dalam organisasi maupun penerapannya. Umpamanya tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, pujian, dan senyuman.
xxxviii
Secara umurn dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya
untuk
melakukan
sesuatu,
sehingga
dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi. Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah keadaan serta psikologis yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan sehingga memperoleh pencapaian tujuan-tujuan tertentu. b. Pengertian Belajar Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dan pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. c. Pengertian Motivasi Belajar Menurut W.S Winkcl (1996: 50) bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Sedangkan Sardiman A.M (2001: 73) mengatakan bahwa “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan dan daya penggerak psikis yang ada di dalam diri siswa,
xxxix
yang menimbulkan suatu kegiatan belajar, yang dirangsang oleh kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Prestasi Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu pada akhirnya selalu ingin diketahui hasilnya. Aspek penilaian merupakan salah satu aspek yang hakiki dari suatu kegiatan atau usaha. Hasil dan kegiatan ini biasanya disebut sebagai prestasi. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia’ (1996: 1088) dituliskan bahwa “Prestasi adalah hasil yang dicapai dan apa yang dikerjakan atau yang sudah diusahakan”. Kemudian Chasiyah (1988: 35) berpendapat bahwa “Prestasi adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya bisa ditentukan dengan memberi tes pada akhir pendidikan”. Sedangkan Nana Sudjana dan ibrahim (1989: 100) mengatakan bahwa “Prestasi adalah hasil yang dicapai individu dan proses belajar’. Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang/individu dan apa yang telah dikerjakan atau diusahakan dengan mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, dimana hasilnya ditentukan dengan memberi tes pada akhir pendidikan. b. Pengertian Belajar Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya.
c. Pengertian Prestasi Belajar
xl
Dari uraian yang telah dikemukakan didepan tentang prestasi dan belajar, maka dapat diambil pengertian tentang prestasi belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut W. S. Winkel yang dikutip kembali oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984: 35) dalam bukunya “Anak Supernormal dan Program Pendidikannya” bahwa: “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan atau belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan Singgih D. Gunarsa (1990: 57) berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha yang diperoleh seorang siswa dan kegiatan belajar atau usaha lainnya, yang dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun ucapan verbal berupa pujian yang dicapai dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil dan interaksi berbagai faktor yang saling berpengaruh baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) siswa. Menurut Surya Muhammad dan Amin Muhammad (1980: 16), Secara umum prestasi helajar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor dalam diri pelajar dan faktor eksternal, yaitu fatorfaktor yang berada di luar diri pelajar. Sedangkan yang tergolong di dalam faktor internal dan faktor eksternal adalah: 1) Yang Tergolong Faktor Internal a) Faktor jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya, penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri atas: 1)) Faktor intelektif, yang meliputi: Faktor potensial dan bakat, faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.
xli
2)) Faktor noninte1ektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti sikap, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. 2) Yang Tergolong Faktor Eksternal a) Faktor sosial, yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. b) Faktor budaya, seperti adat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. e) Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. d. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pada hakekatnya bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah Pendidikan moral yang bersumber dan berlandaskan Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dan mutlak harus diberikan pada sernua tingkat pendidikan formal. Karena pendidikan kewarganegaraan mengandung nilai-nilai moral yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku anak, baik yang berhubungan dengan dirinya maupun orang lain. Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib, yang mana mata pelajaran ini harus dimuat dalam kurikulum, baik itu kurikulum pendidikan dasar, yaitu dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat pendidikan Menengah Atas, serta dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Hal ini dapat dilihat dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37. Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
mata
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral. Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan.
xlii
Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas berupa perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan, sehingga perbedaan pemikiran, pendapat dan mufakat serta perilaku yang mendukung dan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Di samping itu, Pendidikan kewarganegaraan juga dimaksudkan membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemanusiaan bekenaan dengan hubungan dengan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Depdiknas KBK 2003: 2) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45). Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
mata
pelajaran
yang
diberikan kepada para siswa dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, yang mana mata pelajaran ini wajib ada dalam setiap kurikulum pendidikan, untuk pembentukan diri, mengernbangkan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila serta memancarkan perilaku yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka pengertian Prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil maksimal yang telah dicapai setiap siswa setelah melakukan usaha belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dinyatakan dalam bentuk nilai, simbol, angka, huruf maupun ucapan verbal berupa pujian berdasarkan pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan. 2)
Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
xliii
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai tujuan dan fungsi, sebagai berikut: a) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut: 1)) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2))
Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3)) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat lndonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4)) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. b) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45) (Depdiknas KBK 2003: 2-3). 3) Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kompetensi
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
Kurikulum 2004 adalah kemampuan mamahami dan menginteralisasi sistem berbangsa dan bernegara dan menerapkannya untuk: a) Mewujudkan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 (UUD’45). b) Membiasakan untuk mematuhi norma, menegakkan hukum dan menjalankan peraturan.
xliv
c) Berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang demokratis, menjunjung tinggi, melaksanakan dan menghargai Hak Asasi Manusia (HAM) (Depdiknas KBK 2003: 4) 4) Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan kewarganegaraan perlu diperhatikan hal-hal berikut : a) Tingkat perkembangan/kemampuan belajar siswa, b) Sikap dan perilaku serta pengertian siswa, c) Target perolehan belajar yang dinyatakan dalam garis-garis program pengajaran, d) Kondisi lingkungan belajar dan polkitik, ekonomi, sosial dan budaya (poleksosbudhankam) siswa dan atau sekolah, e) Aspirasi siswa dan masyarakat yang bersangkutan, f) Proyek harapan siswa dan kehidupannya, g) Kemampuan, pengalaman, kreatif, persiapan, metode, pendekatan yang bersangkutan, h) Kegiatan/proses belajar mengajar yang menuntut siswa lebih aktif, i) Bahan kondisi fisik dan kondisi emosional guru merupakan materi yang harus dikaji dan diserap oleh siswa, j) Penyampaian suatu pokok bahasan, dapat berdiri sendiri yang dapat dikaitkan antara beberapa pokok bahasan pada satu semester yang sama. 5) Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: a) Kooperatif
xlv
Metode pembelajaran PKn dengan cara kooperatif yaitu saling bekerja sama dalam melakukan pembelajaran, yang dilakukan antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru. b) Penemuan Metode ini dilakukan agar para siswa dapat menemukan hal-hal baru yang berkaitan dengan pembelajaran PKn, agar proses belajar PKn dapat semakin baik dan meningkat. c) Inkuiri Metode ini adalah metode yang membuat para siswa agar mandiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan dimana guru memberikan
suatu
masalah
agar
para
siswa
dapat
mencari
penyelesaian dari masalah tersebut, dengan mengumpulkan data-data dari masalah yang diberikan oleh guru, kemudian guru memberikan penilaian dari cara mereka menyelesaikan masalah. Setelah diberi penilaian apakah penyelesaian cocok atau tidak, maka para siswa menarik kesimpulan dari semua yang telah dilakukan. d) Interaktif Metode ini adalah suatu metode diskusi atau tanya jawab agar para siswa dapat saling megemukakan pendapat mereka masingmasing dan dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran PKn. e) Eksploratif Metode ini merupakan metode yang membuat para siswa dapat menemukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi di masyarakat. f) Berpikir Kritis Metode ini dapat membuat para siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi permasalahan yang ada di masyarakat, dengan menuliskan analisa-analisa kritis mereka serta membuat suatu pemecahan masalahnya. g) Pemecahan Masalah
xlvi
Metode ini merupakan metode yang diberikan kepada siswa agar para siswa peka terhadap masalah-masalah yang timbul di masyarakat
dan
berusaha
mencari
penyelesaiannya
sehingga
permasalahan yang timbul dapat terselesaikan (Depdiknas KBK 2003 : 5). 6) Evaluasi Pendidikan kewarganegaraan (PKn) a) Evalusai Kognitif Caranya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbentuk pilihan ganda atau esai yang menuntut siswa agar melakukan identifikasi tentang fakta definisi dan contoh-contoh yang benar. Evaluasi
kognitif
meliputi
pengetahuan,
pemahaman,
penggunaan/penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. b) Evaluasi Afektif Caranya
dengan
pertanyaan-pertanyaan
terbuka-tertutup
langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik. Evaluasi afektif meliputi : menerima respon, menilai, mengorganisasi dan karakterisasi. c) Evaluasi Psikomotor Caranya dengan mengajukan pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang betul dan yang keliru, kesimpulan atau klasifikasi, dengan daftar pertanyaan menjodohkan yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah dan urutan, dengan pertanyaan berbentuk esai yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata sendiri dan contoh-contoh.
4. Tinjauan tentang Kelas Terbuka a. Pengertian Kelas Kelas merupakan suatu kumpulan atau kelompok yang dihuni beberapa individu dan mempunyai persamaan serta tujuan tertentu. Dalam hal ini kelas merupakan tempat yang digunakan siswa untuk menimba ilmu di
xlvii
sekolah. Sehingga kelas merupakan kumpulan atau kelompok siswa yang mempunyai jenjang atau tingkat yang sama. Biasannya dalam pendidikan sekolah menengah tiap kelas dibatasi maksimal 40 siswa. Hal tersebut guna mencapai keefektifan dan keefisian dalam belajar. Apabila dalam satu kelas jumlah siswa yang ada terlalu banyak, maka suasana kelas tidak kondusif untuk belajar. b. Pengertian Kelas Terbuka Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 menyatakan bahwa pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil atau menglami bencana alam, bencana social, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Sistem pelaksanaan pendidikan layanan khusus dapat dilakukan melalui sistem persekolahan dengan membuka kelas kecil, SD kecil, SMP terbuka, SMA terbuka bagi masyarakat kelompok sasaran usia sekolah, yang ditambah dengan pemberian keterampilan-keterampilan hidup tertentu sesuai keunggulan daerahnya sebagai bekal mereka untuk mengembangkan potensi diri dan alamnya. Sistem kelas terbuka merupakan bagian dari pendidikan layanan khusus yang mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Meningkatkan keterampilan dan kecerdasan peserta didik dari masyarakat miskin atau marjinal secara integrative sesuai dengan potensi dan keunggulan daerah. 2) Mengoptimalkan sarana dan prasarana di pusat keterampilan dan laboratorium kerja di sekolah pendidikan luar biasa dan satuan pendidikan lainnya untuk pemberdayaan masyarakat marjinal. 3) Mengembangkan peserta didik agar menjadi tenaga terampil atau membuka usaha sendiri, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
xlviii
4) Membangun sinergi antar lembaga terkait dan kemitraan mengembangkan pendidikan layanan khusus dan atau perintisan usaha bagi peserta didik pasca program. (Depdiknas PLK 2007 : 26) Di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, sistem kelas terbuka dilaksanakan seperti pelaksanaan kelas regular lainnya, hanya saja dalam kelas terbuka ini, siswa bebas dari uang SPP. Siswa kelas terbuka mempunyai ruangan khusus yang berbeda dengan kelas regular, tetapi mata pelajaran dan waktu belajar mereka disamakan dengan mata pelajaran dan waktu di kelas regular. Di sekitar SMP Negeri 2 Wonosari masih banyak anak usia sekolah yang mengalami putus sekolah karena berbagai faktor, terutama faktor ekonomi. Atas dasar itulah SMP ini membuka kelas terbuka sebagai sarana anak putus sekolah, untuk bisa melaksanakan wajib belajar 9 tahun.
B. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran peneliti, dalam memberikan penjelasan kepada orang lain. Kerangka berfikir itu juga merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah mempelajari teori yang mendukung judul penelitian. Berkaitan kajian teori/landasan teori yang telah dikemukakan di muka, maka penulis dapat menyusun kerangka berfikir sebagai berikut : 1. Pengaruh Fasilitas Belajar Sekolah terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Untuk suatu keterampilan dan pengalaman dari proses belajar mengajar tentunya dibutuhkan adanya sarana dan prasarana belajar, yakni fasilitas belajar sekolah yang memadai, seperti ruang belajar yang nyaman, tenaga guru yang berpengalaman, perpustakaan yang lengkap, lingkungan sekolah yang menjual alat-alat belajar guna mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kelengkapan fasilitas belajar ini diharapkan dapat mempermuah dan memperlancar suatu kegiatan belajar mengajar guna memberi perubahan
xlix
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan. Dengan terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa di sekolah, maka hal ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Adanya fasilitas belajar yang lengkap akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa akan mudah dan lancar belajarnya dengan menggunakan fasilitas belajar sekolah. Sebaliknya, jika fasilitas belajar sekolah kurang atau tidak lengkap, maka siswa akan menemiu hambatan dalam belajarnya dan prestasinya pun kurang. Siswa juga harus pandai dalam menggunakan waktu dan kesempatan yang ada, sehingga tidak terjadi benturan antara kepentingan belajar dengan kepentingan lainnya. Semakin banyak waktu dan kesempatan belajar yang dimiliki siswa, dan pandai memanfaatkannya, maka siswa tersebut akan mendapatkan hasil atau prestasi yang baik dalam pelajaran. 2. Pengaruh
Motivasi
Belajar
terhadap
Prestasi
Belajar
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Seperti yang telah dikatakan di atas, motivasi belajar siswa juga turut mendukung dalam peningkatan prestasi belajar siswa, karena tanpa motivasi belajar yang kuat dari diri siswa, maka prestasi belajar yang baik akan sulit untuk tercapai. Motivasi belajar yang tinggi dari siswa dapat membuat siswa itu mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu menuju apa yang telah menjadi tujuannya. Sebaliknya, jika motivasi belajar dari siswa itu rendah, maka siswa tidak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu menuju apa yang telah menjadi tujuannya serta prestasi belajar yang dicapai juga akan rendah dan menjadi kurang memuaskan atau bahkan tidak memuaskan. Motivasi belajar perlu dipupuk dan dikembangkan pada diri siswa, karena motivasi akan mengacu siswa lebih bersemangat dalam belajar guna mencapai prestasi yang baik. 3. Pengaruh Fasilitas Belajar Sekolah dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan kewarganegaraan (PKn)
l
Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa kelengkapan fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar siswa dapat memberikan suatu pengaruh yang besar dalam prestasi belajar Pendidikan kewarganegaraan siswa. Dengan fasilitas belajar sekolah yang lengkap dan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka keberhasilan siswa dalam belajar akan dapat tercapai dan terwujud serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai. Sebaliknya, dengan fasilitas belajar sekolah yang kurang lengkap atau bahkan tidak lengkap dan motivasi belajar siswa yang rendah, maka keberhasilan siswa dalam belajar tidak akan tercapai dan terwujud serta tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka untuk lebih memperjelas dapat dibuat suatu paradigma penelitian sebagai berikut : Fasilitas Belajar Sekolah
Prestasi Belajar PKn
Motifasi Belajar Dimana : Tanda
: Menunjukkan arah pengaruh Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran) (Iqbal Hasan, 2004 : 31). Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Berdasarkan landasan
li
teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah : 1. Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010.
lii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Suatu penelitian memerlukan tempat yang akan dijadikan obyek untuk memperoleh data yang berguna dan mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, dengan alasan-alasan sebagai berikut : a. Ingin mengetahui pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. b. Penulis berdomisili di dekat SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, sehingga dapat memudahkan penulis dalam mencari data-data yang diperlukan. 2. Waktu Penelitian Dalam Penelitian ini, direncanakan dimulai bulan Juni 2009 sampai dengan bulan November 2009. Adapun rencana penelitian, secara rincinya sebagai berikut: Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian No
Kegiatan
Tahun 2009 Juni
1.
Pengajuan Judul
2.
Proposal Penelitian
3.
Perijinan
4.
Pengumpulan Data
5.
Analisis Data
6.
Penyusunan Laporan
Juli
liii
Agust
Sept
Okt
Nov
B. Metode Penelitian 1. Pengertian Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani "methods" yang berarti cara atau jalan (Iqbal Hasan, 2002: 21). Menurut Winarno Surachmad (1994 : 75) "Metode adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai tujuan". Menurut Sudjarwo (1998 : 16) "Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan". Sedangkan menurut Husaini Usman (2000 : 42) bahwa "Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis". Kemudian Iqbal Hasan (2004: 4) mengemukakan: Penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu/masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah dan mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh), sehingga diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya ). Jadi Iqbal Hasan (2002: 20) mengemukakan bahwa "Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan yang memiliki langkah yang sistematis". Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan memiliki langkah-langkah yang sistematis. 2. Jenis - Jenis Metode Penelitian Menurut Iqbal Hasan (2002: 22) "Jenis-jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya dihagi menjadi 5 (lima)". Dari 5 (lima) jenis penelitian tersebut antara lain: a. Metode Historis Historis artinya berhubungan dengan sejarah. Sejarah adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan paparan dan penjelasan. Metode historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memferivikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi
liv
yang dapat
dipertahankan, seringkali dalam hipotesis tertentu. Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. b. Metode Deskriptif Deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode deskriptif bertujuan untuk: 1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, 2) rnengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, 3) membuat perbandingan atau evaluasi, 4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara cermat dan aktual. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analistis), tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi. Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pada umumnya metode deskriptif ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, skap yang menampak atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung dan sebagainya. Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisa dan arti data itu. Alat untuk mengukur suatu dimensi tersebut adalah dengan menggunakan angket, tes dan interview. c. Metode Korelasional Metode korelasional sebenarnya adalah kelanjutan metode deskriptif.
lv
Pada metode deskriptif, data dihimpun, disusun secara sistematis, faktual dan cermat, namun tidak dijelaskan hubungan di antara variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel diteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi metode korelasional mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini hanya dua variabel yang dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana (simple correlation) dan jika lebih dari dua variabel dihubungkan disebut korelasi berganda (multiple correlation). d. Metode Eksperimental Metode
eksperimental
merupakan
metode
penelitian
yang
memungkinkan peneliti memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini, variabel-variabel dikontrol sedemikian rupa, sehingga variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan. Metode eksperimental ditujukan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu alau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas. Setelah dimanipulasi, variabel disebut garapan. e. Metode Kuasi Eksperimental Metode kuasi eksperimental hampir menyerupai metode eksperimental, hanya pada metode ini, peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya. Metode kuasi eksperimental mempunyai 2 (dua) ciri, yaitu sebagai berikut: 1) Peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari kelompok subjek yang diterpa variabel bebas, dan kelompok lain yang tidak mengalami variabel bebas. 2) Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja
lvi
yang dikehendakinya. Sedangkan menurut Consuelo edisi terjemahan oleh Alimuddin Tuwu (1993: 40) mengatakan bahwa "Terdapat lima metode penelitian, yaitu: 1) metode penelitian sejarah (historis), 2) metode penelitian deskriptif, 3) metode penelitian eksperimen, 4) metode penelitian ex post facto (juga biasa disebut kausal komparatif) dan 5) metode penelitian partisipatori. 3. Metode Penelitian Yang Digunakan Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena penulis berusaha untuk memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan analisa dari data atau fakta dan mencari pengaruh antara fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar PKn. 4. Variabel Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 93) "Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab yang sering diberi kode (X). Sedangkan variabel terikat ialah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi/variabel tergantung yang sering diberi kode (Y). Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar. Sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Data yang dikumpulkan dari ketiga variabel dalam penelitian ini berupa skor atau angka. Dengan demikian penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian a. Pengertian Populasi Suharsimi Arikunto (1998: 102) mengatakan bahwa "Populasi adalah
lvii
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama". Sedangkan Iqbal Hasan (2002: 58) mengatakan "Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti" Dari beterapa definisi populasi di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sejumlah individu yang diselidiki atau diteliti kemudian digeneralisasi dan paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. b. Pengambilan Populasi Populasi dalam penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten, terdiri dari tiga kelas yaitu Kelas I, Kelas II, dan Kelas III yang berjumlah 93 siswa. 2. Sampel Penelitian a. Pengertian Sampel Menurut Ferguson (1967) yang dikutip oleh Consuelo (1993: 160) "Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi". Sedangkan menurul Iqbal Hasan (2002: 58) bahwa "Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi". Dari definisi sampel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap bisa mewakili populasi.
b. Pengambilan Sampel Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Slovin dalam Consuelo (1993:161) sebagai berikut: n=
N 1 + Ne 2
Keterangan : n
: ukuran sampel
N
: ukuran populasi
lviii
e
: nilai kritis (batas ketelitian) sebesar 0,075 Dalam penelitian ini populasi sejumlah 93 siswa-siswi dan nilai kritis
(batas ketelitian yang diinginkan) adalah 0,075 perhitungannya sebagai berikut: n=
N 93 93 97 = = = = 61,06 2 2 1 + 0,523 1,523 1 + Ne 1 + 93 ´ 0,075
Jadi jumlah sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 61 siswa. Dikarenakan jumlah siswa keseluruhan dikurangi siswa yang mengikuti try out adalah 63 siswa, maka peneliti mengambil semua siswa yang tidak mengikuti try out sebagai sampel yaitu sebanyak 63 siswa atau 67,74% dari jumlah populasi. Consuelo (1993: 163) mengatakan bahwa “Gay (1976) menawarkan beberapa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkan tipe penelitian deskriptif untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen dari populasi”. c. Teknik Sampling Riduan (2003:11) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah “Suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya”. Teknik sampling dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Teknik random sampling Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Husaini Usman dan R. Purnomo S.A (1995:183) Sampling Random adalah “pengambilan contoh secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer”. Adapun pembagian teknik random sampling menurut Husaini Usman dan R. Purnomo S.A (1995:183) adalah sebagai berikut:
lix
a) Sampling Random Sederhana (simple random sampling) Ciri utama sampling ini adalah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya adalah dengan menggunakan undian, ordinal, tabel bilangan random, atau komputer. Keuntungannya adalah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh. Kelemahannya adalah kadang-kadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari populasinya. b) Teknik Sampling Bertingkat (startified sampling) Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang dan berkala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Keuntungan menggunakan cara ini adalah anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya adalah lebih banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. c) Teknik Sampling Kluster (cluster sampling) Teknik ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya.
d) Teknik Sampling Sistematis (systematical sampling) Merupakan teknik random sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. e) Teknik Sampling Proporsional (propotional sampling) Teknik sampling proporsional adalah sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan. 2) Teknik nonrandom sampling Dalam sampling ini tidak semua individu diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel (Sutrisno Hadi, 2001: 75-80). Husaini Usman dan R. Purnomo S.A (1995:183) menambahkan bahwa
lx
“sampling nonrandom atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan contoh secara tidak acak”. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling bentuk proporsional yaitu pengambilan sampel yang memungkinkan setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk digunakan sebagai sampel penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan angket dan test. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Penelitian Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel sebagai berikut : a. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang fasilitas belajar sekolah dan motivasi belajar (X). Untuk mendapatkan data tentang variabel X maka dalam penelitian ini akan menggunakan angket.
b. Variabel Terikat Variabel terikat yaitu prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Y). Untuk mendapatkan data tentang variabel Y maka dalam penelitian ini akan menggunakan test. 2. Penyusunan Instrumen Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data dengan angket dan test. Angket digunakan untuk mengukur variabel bebas yaitu fasilitas belajar dan motivasi belajar, sedangkan test digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. a. Angket 1) Pengertian Angket
lxi
Riduan
(2003:52-53)
“angket
(questionnaire)
adalah
daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. 2) Macam-macam angket Suharsimi Arikunto (2006:152) tentang macam kuisioner (angket), dapat ditinjau dari berbagai segi: a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: (1) Kuisioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2) Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada: (1) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. (2) Kuisioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. c) Dipandang dari bentuknya maka ada: (1) Kuisinoner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuisioner tertutup. (2) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka. (3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda centang (P) pada kolom yang sesuai. (4) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom
yang
menunjukkan
tingkatan-tingkatan,
misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan bentuk check list dan rating scale. Siswa diberi pertanyaan atau pernyataan dengan jawaban yang sudah peneliti sediakan dalam bentuk skala bertingkat yaitu mulai dari selalu sampai tidak pernah untuk angket
lxii
fasilitas belajar dan sangat setuju sampai sangat tidak setuju untuk angket motivasi belajar. Siswa memilih jawaban yang sesuai dengan pilihannya dengan memberikan tanda pada jawaban yang dipilih. Tanda yang dimaksud adalah tanda centang (P) untuk angket fasilitas belajar dan tanda silang (X) untuk angket motivasi belajar. Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut: 1) Menentukan konsep variabel penelitian. 2) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel penelitian. 3) Menyusun kisi-kisi angket. 4) Menyusun butir-butir pertanyaan. 5) Menentukan kunci jawaban. 6) Melakukan uji coba angket. Cara pemberian skor tiap item pernyataan sesuai dengan skala likert. Adapun penilaian angket fasilitas belajar dan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: i.
Pernyataan Positif (1) Untuk jawaban SS atau A skor 4 (2) Untuk jawaban S atau B skor 3 (3) Untuk jawaban TS atau C skor 2 (4) Untuk jawaban STS atau D skor 1
ii.
Pernyataan Negatif (1) Untuk jawaban SS atau A skor 1 (2) Untuk jawaban S atau B skor 2 (3) Untuk jawaban TS atau C skor 3 (4) Untuk jawaban STS atau D skor 4 Kisi-kisi angket dan kunci jawaban angket variabel X1 dan X2 dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. Sebelum data dianalisis lebih lanjut, instrumen dievaluasi terlebih dahulu
untuk mengetahui bahwa angket yang akan digunakan dalam penelitian ini
lxiii
valid dan reliabel atau tidak. Adapun persyaratan pengujian angket adalah sebagai berikut: 1) Uji coba angket atau try out Sebelum angket digunakan dalam penelitian maka perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen ini diberikan kepada siswasiswi di luar sampel yaitu kelas terbuka SMP N 2 Wonosari Klaten yang terdiri dari 10 siswa kelas VII, 10 siswa kelas VIII, dan 10 siswa kelas IX. Uji coba angket di kelas tersebut dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2009. Adapun daftar nama siswa-siswi kelas terbuka yang menjadi responden try out atau uji coba angket dapat dilihat pada lampiran 2. 2) Uji validitas angket Setelah instrumen diuji cobakan kemudian dihitung tingkat validitasnya, dengan tujuan untuk mengetahui apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya atau tidak. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Jadi suatu instrumen yang valid atau sahih adalah instrumen yang mempunyai nilai hitung yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai tabel yang telah ditentukan, sedangkan instrumen yang tidak valid adalah instrumen yang nilai hitungnya lebih rendah daripada nilai pada tabel yang telah ditentukan. Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2006:170):
rx1 y =
N . å X 1Y - (å X 1 )(å Y ) {N . å X 1 - (å X 1 ) 2 }{N . å Y 2 - (å Y ) 2 } 2
Keterangan : rxy
:
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
lxiv
∑X
: Skor masing-masing item
∑Y
: Skor total
∑XY
: Jumlah penelitian X dan Y
2 ∑X
: Jumlah
2 ∑Y
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah subjek Dari
kuadrat dari X
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dan
kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai taraf signifikansi 0,05% dan N=38 maka jika r hitung > 0,320 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Dan jika rhitung < 0,320 berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid. Hasil uji coba dari item angket fasilitas belajar, diketahui bahwa dari 20 item angket tersebut ada 16 item yang valid, sedangkan 4 item lainnya dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 1, 4, 12, dan 16 (lihat pada lampiran 6). Adapun 20 item motivasi belajar terdapat 4 item soal yang tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 2, 5, 10, dan 12 (lihat pada lampiran 8). Item pernyataan variabel X1 dan X2 yang valid dapat di lihat pada lampiran 6 dan 8. Contoh perhitungan uji validitas angket salah satu item disajikan dalam lampiran 7 dan lampiran 9. 3) Uji reliabilitas angket Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui item yang valid dan tidak valid dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk item yang tidak valid harus dibuang sedangkan item yang valid dilakukan uji reliabilitas. Adapun cara menghitung reliabilitas angket menurut Suharsimi Arikunto (2006:180) adalah (1) dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.21, (5) dengan rumus Hoyt, dan (6) dengan rumus Alpha. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown. Rumus Spearman Brown yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 180) yaitu:
lxv
11 22 r11 = 1 1ö æ ç1 + r ÷ 2 2ø è 2´ r
Dengan keterangan:
r11
: Reliabilitas instrumen
r 1 21 2
: rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat
menggunakan ketentuan sebagai berikut : 0.800 – 1.000
= reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800
= reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600
= reliabilitas cukup
0.200 – 0.400
= reliabilitas rendah
0.000 – 0.200
= reliabilitas sangat rendah (Suharsimi Arikunto,2006:276)
Dari item yang valid dan telah dilakukan uji reliabilitas maka diperoleh r11 =0,754 untuk angket fasilitas belajar (lihat pada lampiran 6 dan contoh perhitungan lampiran 7), dan r11 =0,701 untuk angket motivasi belajar (lihat pada lampiran 8 dan contoh perhitungan lampiran 9). Sehingga item yang valid mempunyai reliabilitas tinggi. b. Test 1) Pengertian Tes Menurut Anas Sudijuno (2005: 66) "Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian". Sedangkan Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing yang dikutip oleh Anas Sudijono (2005: 66) mengatakan bahwa "Tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif", sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu". Jadi tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur dan
lxvi
menilai serta membandingkan hasil belajar antara individu yang satu dengan individu yang lain. 2) Macam-macam Tes Ada 2 (dua) macam tes, yaitu: a) Obyektif Test Yaitu, tes yang menuntut kepada tester untuk memilih beberapa kemungkinan jawaban singkat atau mengisi titik yang telah tersedia. Bentuk tes obyektif: 1)) True-False test (tes benar salah) 2)) Multiple choice test (tes pilihan ganda) 3)) Macthing test (tes menjodohkan) 4)) Completion test (tes isian) b) Essey Test Yaitu tes yang diberikan dengan bentuk soal uraian yang menuntut kemampuan penjawab untuk dapat mengerjakan, mengorganisir dan merumuskan jawaban dengan kata-kata sendiri. 3) Langkah-langkah Penyusunan Tes Adapun langkah-langkah penyusunan tes adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan mengadakan tes b) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. c) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan. d) Menyusun dan mengidentifikasi tingkah laku yang dikehendaki berdasarkan tujuan e) Instruksional khusus yang telah disusun. f) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. g) Menulis butir-butir soal, didasarkan atas tujuan instruksional khusus dan aspek tingkah laku yang telah disusun (Suharsimi Arikunto, 2002: 153). 4) Tes Yang Digunakan
lxvii
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan semester Ganjil tahun ajaran 2009/2010 dengan Materi : a) Kelas VII
: Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
b) Kelas VII
: Ideologi negara dan Pancasila sebagai dasar negara.
c) Kelas IX
: Unsur-unsur Negara serta hak dan kewajiban warga
negara. Kisi-kisi tes dapat dilihat pada lampiran 5. Bentuk tes yang digunakan adalah tes obyektif (multiple choice test/tes pilihan ganda).
5) Uji CobaTes a) Uji Validitas Tes Menurut Saifuddin Azwar (2002: 173) “Validitas berasal dan kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya”. Kata “valid” sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah; jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan,. kebenaran, keshahihan atau keabsahan (Anas Sudijono 2005: 93). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi, apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukunnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud digunakannya tes tersebut. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris. 1)) Validitas Logis lstilah validitas logis mengandung kata “logis” berasal dan kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan arti yang demikian, maka validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: pertama, validitas isi dan kedua, validitas konstrak. Validitas isi bagi sebuah instrurnen
lxviii
menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya, validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrurnen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. 2)) Validitas Empiris lstilah vailiditas empiris memuat kata “empiris”, yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yaitu: pertama, validitas ada sekarang dan kedua, validitas prediksi. Validitas ada sekarang sebuah instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudab tersedia/sudah ada. Selanjutnya validitas prediksi bagi sebuah instrumen jika kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi. Pengujian validitas tes menggunakan uji validitas item dengan teknik analisis butir soal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1)) Menghitung Besarnya korelasi Dalam pengujian validitas, yang dipakai adalah Rumus Korelasi Point Biserial (Rpb). Penggunaan rumus ini karena variabelnya dikotomi, yaitu hanya memiliki dua macam angka saja. Seperti tes ini yang menjawab benar diberi angka 1 dan yang menjawab salah diberi angka 0. Rumus Korelasi Point Biserial (Rpb) adalah: R pb = [(M i - M t ) / S t ]
[ (P / Q ) ] (Saiffuddin Azwar, 2002: 50)
Keterangan: Mi
: Mien skor Variabel interval bagi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi.
Mt
: Mien skor variabel interval bagi selurub subjek
lxix
St
: Deviasi Standar variabel interval bagi seluruh subjek
P
: Banyaknya skor 1 pada variabel dikotomi dibagi n
Q
:1-P
2)) Pernyataan Valid Suatu butir tes dinyatakan valid apabila mempunyai harga positif dan koefisien mendekati angka satu (r = 1,00) dan apabila item dinyatakan invalid, maka untuk penelitian selanjutnya item harus diganti dan di ujicobakan kembali. Berdasarkan hasil uji validitas tes dengan menggunakan rumus point biseral, maka diketahui bahwa: a)) 20 soal untuk kelas VII terdapat 16 item yang valid dan 4 item yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang. Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,13, 14, 15, 16, 19, dan 20 ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 1, 3, 17, dan 18 b)) 20 soal untuk kelas VIII terdapat 15 item yang valid dan 5 item yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang. Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20 ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 1, 7, 9, 13 dan 19 c)) 20 soal untuk kelas IX terdapat 16 item yang valid dan 4 item yang invalid yang kemudian untuk penelitian selanjutnya dibuang. Item yang valid 16 nomor, yaitu nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11,13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19 ltem yang invalid 4 nornor, yaitu nomor : 6, 10, 12, dan 20 Hasil uji validitas tes prestasi belajar Pendidikan Kcwarganegaraan dapat dilihat pada lampiran 10 dan contoh perhitungan pada lampiran 11. b) Uji Reliabilitas Tes Reliabilitas
diterjemahkan
dan
kata
reliability. Reliabilitas
memiliki nama lain seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan dan sebagainya, namun intinya dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
lxx
Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalarn beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 90) “reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan pada subjek yang sama”. Metode yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada beberapa macam, yaitu:
1)) Metode Bentuk Pararel (equivalent) Tes paralel atau ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-form method (pararel form). Dalam menggunakan metode tes pararel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes dan masing-masing diujicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu, ada orang yang menyebutnya sebagai double test-double trial method. Kelemehan dan metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya berat, karena harus menyusun dua seri tes. Kemudian harus tersedia waktu yang lama untuk mengujicobakan dua kali tes. 2)) Metode Tes Ulang (test-retest method) Metode tes
ulang dilakukan
orang
untuk
menghindari
penyusunan dua seri tes. Dalam rnenggunakan metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes, tetapi di ujicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan di ujicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut single test-double trial method. Kemudian hasil dan dua kali tes tersebut dihitung korelasinya. Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes yang pertama. Dalam hal ini yang terpenting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi. Metode ini juga disebut self correlation method (korelasi diri sendiri), karena mengkorelasikan hasil dan tes yang sama.
lxxi
3)) Metode Belah Dua (Split-half method) Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang diujicobakan satu kali. OIeh karena itu, metode ini disebut juga single test-single trial method. Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi langsung ditafsirkan itulah reliabilitasnya, tetapi metode yang ketiga tidak demikian. Pada waktu rnembelah dua dan mengkorelasikan dua belahan baru diketahui reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown. Ada dua cara membelah butir soal, yaitu: a)) membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap, dan b)) membelah atas item-item awal dan item-item akhir, yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir. Untuk uji reliabilitas tes digunakan rumus: 1)) Rumus Belah Dua (Ganjil-genap)
rxy =
{NSX
NSXY - (SX )(SY ) 2
- (SX )
2
} {NSY
2
- (SY )
2
}
Dan hasil perhitungan korelasi belahan ganjil genap di peroleh: Kelas VII : 0,98; kelas VIII : 0,84; dan kelas IX : 0,86 (lihat Iampiran 10). 2)) Dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown rxy =
2(ry1 y 2 )
(1 + r ) y1 y 2
(Saifuddin Azwar, 2002: 184) Keterangan: ry1y2 = Koefisien korelasi antara skor belahan Yl dan skor belahan Y2. Dari hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,99 untuk kelas VII, 0,91 untuk kelas VIII, dan 0,92 untuk kelas IX yang kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi,
lxxii
sehingga didapatkan bahwa item pertanyaan tes prestasi ini reliabilitasnya tinggi.
E. Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis data. Adapun langkah-langkah analisis yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji
Lilliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan baku. Adapun langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah sebagai berikut: 1) zi =
(Xi - X ) S
zi = Angka baku X = Rata-rata
åX
i
N
S = Simpangan baku =
N
(å X
2 i
- (å Xi )
N ( N - 1)
2
)
2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang: F ( zi ) = P ( z £ zi ) 3) S ( zi ) =
Banyaknyazi , z 2 ,....z n yang £ zi N
4) Hitung selisih F ( zi ) - S ( zi ) tentukan harga mutlaknya 5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F ( zi ) - S ( zi ) jadikan Lhitung atau Lhit
lxxiii
6) Kesimpulannya: a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak normal b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal. (Hassan Suryono,2005:79)
b. Uji Linieritas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikatnya terdapat hubungan linier. Pengujian linieritas dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Nilai X i yang sama disusun beserta pasangannya. é 2 å Yi 2 ù 2) a) JK (E) = êYi ú N ûú ëê
b) JKTC = Jkres – JK (E) 3) a) dFE = N – K atau dFres - dFTC K = banyaknya kelompok X b) dFTC = K – 2 4) a) RJK (E) =
JK ( E ) dF ( E )
b) RJK (TC) = 5) Fhitung =
JK (TC ) dF (TC )
RJK (TC ) RJK ( E )
6) Ftabel (1-α) (K-2, N-k) a) Jika Fhitung > Ftabel tolak Ho berarti tidak linier. b) Jika Fhitung £ Ftabel terima Ho berarti linier. (Hassan Suryono, 2005:86)
c. Uji Independensi
lxxiv
Uji independensi antar variabel X dilakukan untuk mengetahui bahwa antara variabel bebas (X) saling lepas atau tidak terjadi korelasi, rumus korelasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
rx1 x 2 =
N (å X 1 X 2 ) - (å X 1 )(å X 2 )
{N (å X ) - (å X ) }{N (å X ) - (å X ) } 2
2
1
2
2
1
2
2
Keterangan: rx1 x 2 = Koefisien korelasi antar prediktor
X 1 = Jumlah skor variabel X 1 X 2 = Jumlah skor variabel X 2 N
= Banyaknya sampel
Kriteria uji, jika rhitung < rtabel maka antar variabel bebas tidak tergantung atau independen. 2. Uji Hipotesis Uji analisis dapat bertujuan untuk mengkaji hipotesis yang telah dirumuskan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Teknik analisis regresi dan korelasi dilaksanakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun rumusrumus yang digunakan untuk teknik analisis regresi adalah : a. Hipotesis Pertama 1) Menghitung koefisien korelasi sederhana (X1 dengan Y)
rx1 y =
N .å X 1Y - (å X 1 )(å Y )
{N .å X
2 1
}{
- (å X 1 ) N .å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
Keterangan : rx1 y
= Koefisien korelasi antara X1 dengan Y
N
= Jumlah subyek penelitian
åX åY
1
= Jumlah skor X1 = Jumlah skor Y
lxxv
Kriteria pengujian, jika rhitung > r
tabel
maka terdapat hubungan antara X1
dengan Y dan jika rhitung £ rtabel maka tidak ada hubungan antara X1 dengan Y. (Sudjana, 2005: 369) 2) Menguji signifikansi dengan rumus : Fhitung =
RJK reg ( b / a ) RJK res
Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel maka hubungan antara X1 dengan Y adalah signifikan/berarti. (Sudjana, 2005: 380) b. Hipotesis Kedua 1) Menghitung koefisien korelasi sederhana (X2 dengan Y)
N .å X 21Y - (å X 2 )(å Y )
rx2 y =
{N .å X
2 2
}{
- (å X 2 ) N .å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
Keterangan : rx2 y
= Koefisien korelasi antara X2 dengan Y
N
= Jumlah subyek penelitian
åX åY
2
= Jumlah skor X2 = Jumlah skor Y
Kriteria pengujian, jika rhitung > r
tabel
maka terdapat hubungan antara X2
dengan Y dan jika rhitung £ rtabel maka tidak ada hubungan antara X2 dengan Y. (Sudjana, 2005: 369) 2) Menguji signifikansi dengan rumus : Fhitung =
RJK reg ( b / a ) RJK res
Kriteria pengujian, jika Fhitung > Ftabel maka hubungan antara X2 dengan Y adalah signifikan/berarti. (Sudjana, 2005: 380)
lxxvi
c. Menguji hipotesis ketiga Pengujian hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan persamaan regresi ganda: Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bk X k
(Sudjana,2001:69) 2) Pengujian keberartian regresi ganda:
F=
JK reg / k JK res / (n - k - 1)
Keterangan : F : Harga bilangan untuk keberartian regresi ganda k
: Jumlah variabel bebas
n
: Jumlah sampel (Sudjana,2001:91)
Freg > Ftabel = Signifikasi dan H0 diterima. Freg < Ftabel = Tidak Signifikasi dan H0 ditolak.
d. Sumbangan Relatif Untuk prediktor X1 = SR% =
a1 å X 1Y
Untuk prediktor X2 = SR% =
a 2 å X 21Y
JKreg
´ 100%
JKreg
´ 100%
(Sutrisno Hadi, 2001: 42) e. Sumbangan Efektif Untuk prediktor X1 = SE% = SR%X1 x R2 Untuk prediktor X2 = SE% = SR%X2 x R2 SE%X1X2
= SE%X1 + SE%X2 (Sutrisno Hadi, 2001: 46)
lxxvii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Kelengkapan Fasilitas Belajar Kelengkapan fasilitas belajar merupakan variabel bebas pertama (X1) pada penelitian ini. Data Variabel ini diperoleh dengan menggunakan teknik angket dalam bentuk tertutup. Angket kelengkapan fasilitas belajar terdiri atas 2 item yaitu item pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Item positif mempunyai jumlah kemungkinan skor antara 1- 4 yaitu untuk jawaban sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1). Adapun untuk Item pernyataan negatif: sangat setuju (skor 1), setuju (skor 2), tidak setuju (skor 3), sangat tidak setuju (skor 4). Angket kelengkapan fasilitas belajar yang terdiri atas 16 pernyataan disebarkan pada 63 siswa-siswi kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari, Klaten. Jawaban dari tiap siswa dikomulasikan dari semua item pernyataan yang disediakan, kemudian berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat diketahui: Jumlah skor tertinggi : 62
Mean
: 51,9
Jumlah skor terendah : 41
Median
: 59,08
Modus
: 54,89
SB
: 5,26
SR
: 4,4
Distribusi frekuensi skor tentang kelengkapan fasilitas belajar siswa kelas terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Klaten dapat disajikan dalam tabel berikut:
lxxviii
Tabel 2. Distribusi frekuensi Skor Kelengkapan Fasilitas Belajar Jumlah Skor 41,0 – 44,0 44,1 – 47,1 47,2 – 50,2 50,3 – 53,3 53,4 – 56,4 56,5 – 59,5 59,6 – 62,6
fi
xi
fi.xi
xi- x
fi. xi - x
5 9 12 10 15 7 5
42,5 45,6 48,7 51,8 54,9 58,0 61,1
212,5 410,4 584,4 518 823,5 406 305,5 å fi.xi = 3260,4
-9,4 -6,3 -3,2 -0,1 3 6,1 9,2
47 56,7 38,4 1 45 42,7 46 fi. xi - x = 276,8
å fi = 63
å
fi ( xi - x )
2
441,8 357,21 122,88 0,1 135 260,47 423,3 å fi(xi - x )2 = 1740,76
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel fasilitas belajar (X1) di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi jumlah skor variabel fasilitas belajar terbanyak berada pada rentangan 53,4 – 56,4 yaitu ada 15 siswa. Frekuensi jumlah skor variabel fasilitas belajar yang sedikit berada pada rentangan 41,0 – 44,0 dan 59,6 – 62,6 yaitu hanya ada 5 siswa. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 12 halaman 177. Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai berikut:
F R E K U E N S I
NILAI TENGAH
Gambar 2. Histogram Distribusi Variabel Fasilitas Belajar 2. Deskripsi Data Motivasi Belajar
lxxix
Motivasi belajar merupakan varibel bebas kedua (X2) pada penelitian ini. Data variabel ini diperoleh dengan menggunakan teknik angket dalam bentuk tertutup. Angket motivasi belajar terdiri atas 2 item, yaitu item pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Item positif terdiri atas 11 pernyataan yang mempunyai jumlah kemungkinan skor antara 1-4 yaitu untuk jawaban selalu (skor 4), kadang-kadang (skor 3), Jarang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Adapun untuk item pernyataan negatif selalu (skor 1), kadang-kadang (skor 2), Jarang (skor 3), tidak pernah (skor 4). Angket motivasi belajar berjumlah 16 pernyataan dan disebarkan pada 63 siswa-siswi kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari. Jawaban dari tiap siswa dikomulasikan dari semua item pernyataan yang disediakan, kemudian berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat diketahui: Jumlah skor tertinggi
: 64
Mean
: 56,64
Jumlah skor terendah
: 40
Median
: 58,19
Modus
: 58,57
SB
: 4,80
SR
: 3,82
Distribusi frekuensi skor tentang motivasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Jumlah Skor 40,0 – 43,4 43,5 – 46,9 47,0 – 50,4 50,5 – 53,9 54,0 – 57,4 57,5 – 60,9 61,0 – 64,4
fi
xi
fi.xi
xi- x
fi. xi - x
1 2 4 8 16 21 11
41,7 45,2 48,7 52,2 55,7 59,2 62,7
41,7 90,4 194,8 417,6 891,2 1243,2 689,7 å fi.xi = 3568,6
-14,94 -11,44 -7,94 -4,44 -0,94 2,56 6,06
14,94 22,88 31,76 35,52 15,04 53,76 66,66 å fi. xi - x = 240,56
å fi = 63
fi ( xi - x )
2
223,20 261,75 252,17 157,71 14,14 137,63 403,96 å fi(xi - x )2 = 1450,56
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar (X2) di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi jumlah skor variabel motivasi belajar terbanyak berada pada rentangan 57,5 – 60,9 yaitu ada 21 siswa. Frekuensi jumlah
lxxx
skor variabel motivasi belajar yang sedikit berada pada rentangan 40,0 – 43,4 yaitu hanya ada 1 siswa. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 13 halaman 179. Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai berikut:
F R E K U E N S I
Gambar 3. Histogram Distribusi Variabel Motivasi Belajar
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan variabel terikat (Y) pada penelitian ini. Data variabel ini diperoleh melalui tes prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan semester Ganjil tahun ajaran 2009/2010 dengan Kompetensi Dasar : d) Kelas VII :Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam masyarakat. e) Kelas VII :Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Negara. f) Kelas IX :Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan Negara Prestasi balajar siswa-siswi pada mata pelajaran PKn tersebut dapat dilihat melalui nilai dari hasil tes yang telah dibagikan kepada para siswa. Dari data yang terkumpul dapat diketahui: Nilai tertinggi
: 100
Mean
: 70,16
Nilai terendah
: 31
Median
: 62,31
lxxxi
Modus
: 68,39
SR
: 13,62
SB
: 16,58
Distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Jumlah Skor
fi
xi
fi.xi
xi- x
fi. xi - x
fi ( xi - x )
31,0 – 40,8 40,9 – 50,7 50,8 – 60,6 60,7 – 70,5 70,6 – 80,4 80,5 – 90,3 90,4 – 100,2
4 6 5 16 13 12 7
35,9 45,8 55,7 65,6 75,5 85,4 95,3
143,6 274,8 278,5 1049,6 981,5 1024,8 667,1 å fi.xi = 4419,9
-34,26 -24,36 -14,46 -4,56 5,45 15,24 25,14
137,04 146,16 72,3 72,96 70,85 182,88 175,98 å fi. xi - x = 858,17
4694,99 3560,46 1045,46 332,70 386,13 2787,09 4424,14 å fi(xi - x )2 = 17320,96
å fi 63
2
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel prestasi belajar (Y), dapat diketahui bahwa frekuensi nilai terbanyak yang diperoleh siswa terletak pada interval 60,7 – 70,5 yaitu sebanyak 16 siswa. Frekuensi nilai yang sedikit diperoleh siswa terletak pada interval 31,0 – 40,8 yaitu 4 siswa. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 14 halaman 181. Untuk penjelasan selanjutnya dapat dilihat pada data histogram sebagai berikut:
lxxxii
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
F R E K U E N S I
NILAI TENGAH
Gambar 4. Histogram Distribusi Variabel Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn B. Uji Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran 12, selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji persyaratan data dapat diperinci antara lain sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari distribusi tidak normal.
a.
Uji Normalitas Variabel Fasilitas Belajar (X1)
lxxxiii
Pada uji normalitas variabel X1 (fasilitas belajar), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1. Tabel dan penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 183. Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Lhitung < Ltabel yaitu 0,1056 < 0,1116. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa sampel variabel X1 berasal dari sampel berdistribusi normal karena Lhit < Ltabel. b. Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar (X2) Pada uji normalitas variabel X2 (motivasi belajar), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2. Tabel dan penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 186. Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Lhitung
rtabel maka antar variabel terdapat suatu hubungan. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat
diketahui
bahwa
nilai
rhitung=0,1868.
Hasil
tersebut
kemudian
dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan N = 63 dan taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai rtabel sebesar 0,248. Karena rhitung < rtabel atau 0,1868 < 0,248 maka
lxxxiv
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 192. 3. Uji Linieritas Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima H0 berarti linier, namun apabila Fhitung ≥ Ftabel maka tolak H0 berarti tidak linier.
a. Uji Linieritas Variabel X1 dengan Y Langkah yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X1 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut: Tabel 5. Rangkuman Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Y Sumber Variasi
db
Jk
Rk
Koefisien (a)
1
313055.25
313055.25
Regresi (b/a)
1
1362.55
1362.55
Residu
61
16533.20
271.04
Tuna Cocok
19
4194.60
220.77
Error
42
12338.60
293.78
F hitung
F tabel
5.03
4.00
0.75
1.85
Berdasarkan tabel rangkuman uji linieritas variabel X1 terhadap variabel Y dapat diketahui bahwa dari df penyebut 63 diperoleh Ftabel=4,00, karena Freg > Ftabel yaitu 5,03 > 4,00 maka persamaan yang diperoleh adalah berarti atau signifikan, dan pada taraf signifikansi 5% dengan df pembilang 19 dan df penyebut 42 diperoleh Ftabel 1,85, Karena Fhitung < Ftabel yaitu 0,75 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel X1 dengan variabel Y terdapat hubungan yang linier dan H0 diterima. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 19 halaman 193.
b. Uji Linieritas Variabel X2 dengan Y Untuk mengetahui uji linieritas X2 dengan Y maka langkah yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut: Tabel 6. Rangkuman Uji Linieritas Variabel X2 dengan Y
lxxxv
II. Sumber Variasi Koefisien (a) Regresi (b/a) Residu Tuna Cocok Error
db
Jk 1 1 61 19 42
313055.25 1116.89 16778.86 5865.19 10913.67
Rk 313055.25 1116.89 275.06 308.69 259.85
F hitung F tabel
4.06
4.00
1.19
1.85
Berdasarkan tabel rangkuman uji linieritas variabel X2 terhadap variabel Y dapat diketahui bahwa dari df penyebut 63 diperoleh Ftabel=4,00, karena Freg > Ftabel yaitu 4,06 > 4,00 maka persamaan yang diperoleh adalah berarti, dan pada taraf signifikansi 5% dengan df pembilang 19 dan df penyebut 42 diperoleh Ftabel 1,85, karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,19 < 1,85 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel X2 dengan variabel Y terdapat hubungan yang linier dan H0 diterima. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 20 halaman 198.
C Pengujian Hipotesis Langkah selanjutnya setelah melakukan uji persyaratan analisis adalah menganalisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda. Berdasarkan penghitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hasil penghitungan koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y.
a. Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Setelah membuat tabel kerja langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan sebelumnya. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 21 halaman 203. Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus Product moment diketahui hasil sebagai berikut:
lxxxvi
rx1 y = 0,2759 dan rtabel = 0,2480
Karena rx1 y > rtabel yaitu rx1 y = 0,2759 > rtabel = 0,2480 maka dapat dibuat kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara X1 dengan Y (H0 ditolak sedangkan Ha diterima). b. Koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y Setelah membuat tabel kerja selanjutnya dilakukan penghitungan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan sebelumnya. Penghitungan selengkapnya lihat pada lampiran 22 halaman 204. Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus Product moment diketahui hasil sebagai berikut: rx2 y = 0,2498 dan rtabel = 0,2480
Karena rx2 y > rtabel yaitu rx 2 y = 0,2498 > rtabel = 0,2480 maka dapat dibuat kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara X2 dengan Y (H0 ditolak sedangkan Ha diterima). 2. Hasil penghitungan regresi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Setelah membuat tabel kerja kemudian dilakukan penghitungan (lihat pada lampiran 24 halaman 205). Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut: Fhitung = 3,97 dan Ftabel = 3,15
Karena Fhitung > Ftabel yaitu Fhitung = 3,97 > Ftabel = 3,15 maka dapat dikatakan regresinya berarti atau signifikan (H0 ditolak dan Ha diterima). 3. Hasil penghitungan sumbangan masing-masing variabel X1 dan X2 dengan Y Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) dari masing-masing prediktor yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sumbangan Relatif (SR) variabel Fasilitas Belajar (X1) terhadap Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar 56,09%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Fasilitas Belajar (X1)
lxxxvii
terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari adalah sebesar 6,56%. b. Sumbangan Relatif (SR) variabel motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari adalah sebesar 5,13%. c. Sumbangan Relatif (SR) variabel fasilitas belajar (X1) dan variabel motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) sebesar 100%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel fasilitas belajar (X1) dan variabel motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) sebesar 11,69%. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 208.
D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji hipotesis maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan
hasil
diperoleh rx1 y = 0,2759 dan rtabel = 0,2480 ,
karena
penghitungan rx1 y > rtabel maka
dapat
disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X1) mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Kemudian dilihat dari Sumbangan Relatif (SR) maupun Sumbangan Efektif (SE), variabel fasilitas belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y) sebesar 62,65%. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima.
lxxxviii
2. Hipotesis Kedua Berdasarkan
hasil
diperoleh rx 2 y = 0,2498 dan rtabel = 0,2480 ,
penghitungan karena rx1 y > rtabel maka
dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar (X2) mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Kemudian dilihat dari Sumbangan Relatif (SR) maupun Sumbangan Efektif (SE), variabel motivasi belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y) sebesar 49,04%. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan
hasil
penghitungan
diperoleh
Fhitung = 3,97
dan
Ftabel = 3,15
karena Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar (X1) dan motivasi belajar (X2) mempunyai regresi atau pengaruh yang berarti atau signifikan dengan prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima.
E. Penafsiran Hasil analisis Data Setelah melakukan analisis data untuk pengujian hipotesis, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap hasil analisis data. Pembahasan analisis data adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh variabel fasilitas belajar (X1) terhadap prestasi belajar (Y)
lxxxix
Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena r x 1 y > r tabel
, yaitu
rx1 y = 0,2759 > rtabel = 0,2480 . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel fasilitas belajar (X1) dengan variabel prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari tahun ajaran 2009-2010 (Y). Fasilitas belajar sekolah merupakan segala sesuatu yang memudahkan atau memperlancar pelaksanaan kegiatan yang mengakibatkan perubahan pada diri siswa dalam bertingkah laku berkat pengalaman. Pada umumnya, sekolah yang memiliki fasilitas belajar lengkap akan membuat siswanya menjadi semakin baik dibandingkan dengan sekolah yang mempunyai fasilitas belajar yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan, dengan lengkapnya fasilitas belajar di sekolah, maka dapat memberikan perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan. Kemudian dengan terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa di sekolah, maka juga dapat membuat siswa cerdas serta dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik dan meningkat dalam setiap pelajaran di sekolah, termasuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sebaliknya sekolah yang memiliki fasilitas belajar yang tidak lengkap, maka siswanya akan menemui hambatan dalam belajarnya. Hal ini mengakibatkan
siswa
akan
menjadi
malas
belajar
yang
akhirnya
mengakibatkan setiap kali diberi tes siswa tidak mampu mengerjakan dan nilainya akan berada di bawah rata-rata kelas serta prestasi belajarnya menjadi tidak baik. Jadi sekolah yang memiliki fasilitas belajar tidak lengkap, anak didiknya cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal tersebut didasarkan kepada hasil dari penyebaran angket tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara fasilitas belajar siswa dengan
xc
prestasi belajar siswa di sekolah. Keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel fasilitas belajar (X1) dengan prestasi belajar (Y) pada pengolahan data. 2. Hubungan antara variabel motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan
diterima.
Hal
ini
disebabkan
karena
rx2 y > rtabel ,
yaitu
0,2498>0,2480. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi belajar (X2) dengan variabel prestasi belajar siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat memberikan dampak bagi prestasi belajar siswa di sekolah. Apabila motivasi belajar siswa tinggi maka prestasi belajar siswa pun akan tinggi begitu pula sebaliknya. Motivasi belajar terdiri atas motivasi yang berasal dari dalam individu (intrinsik) dan motivasi belajar yang berasal dari luar individu (ekstrinsik). Kedua motivasi tersebut mempunyai aspek yang dapat menandakan apakah siswa mempunyai motivasi yang tinggi atau rendah dalam belajar. Aspek-aspek tersebut telah peneliti tanyakan kepada siswa melalui angket yang disebarkan pada tanggal 10 Agustus 2009 kepada siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten klaten. Hasil dari penyebaran angket tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa di sekolah. Keterkaitan tersebut ditunjukkan dengan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel motivasi belajar (X1) dengan prestasi belajar (Y) pada pengolahan data. 3. Hubungan antara variabel fasilitas belajar dan motivasi belajar (X1, X2) dengan prestasi belajar (Y) Hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun
xci
Pelajaran 2009/2010”, dinyatakan diterima karena
Fhitung > Ftabel
yaitu
Fhitung = 3,97 dan Ftabel = 3,15 . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel fasilitas belajar (X1) dan motivasi belajar (X2) dengan variabel prestasi belajar siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari (Y). Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor fasilitas belajar dan motivasi belajar. Prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik apabila didukung oleh fasilitas belajar yang baik dan mendukung siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik lagi. Selain fasilitas belajar, prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa itu sendiri. Motivasi belajar siswa yang tinggi akan menyebabkan siswa bersemangat dalam belajar dan hal ini akan memebrikan dampak yang positif terhadap perkembangan prestasi belajar siswa di sekolah. Sumbangan Relatif (SR) variabel Fasilitas Belajar (X1) terhadap Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar 56,09%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel Fasilitas Belajar (X1) terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari adalah sebesar 6,56%. Sedabgkan Sumbangan Relatif (SR) variabel motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar PKn siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari (Y) adalah sebesar 43,91%, sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel motivasi belajar (X2) terhadap Prestasi belajar siswa kelas terbuka SMP Negeri 2 Wonosari adalah sebesar 5,13%. Sumbangan Efektif (SE) fasilitas belajar dan motivasi belajar variabel (X1, X2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sumbangan Efektif kedua variabel tersebut tidak sepenuhnya 100% yaitu hanya 11,69% yang berarti bahwa masih ada faktor lain yang dapat mempengarui prestasi belajar siswa yang tidak peneliti teliti. Menurut Muhibbin Syah (1995:132) secara global, faktor-
xcii
faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor internal meliputi aspek fisologis dan psikologis. Aspek fisiologis adalah seperti keadaan fisik seseorang, sedangkan aspek psikologis meliputi Intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. Adapun faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari lingkungan sekitar siswa. Menurut Slameto (1995:60) “faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat”. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Muhibbin Syah (1995:132) adalah faktor pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran metri-materi pelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang tidak peneliti teliti. Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap beberapa faktor saja yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Adapun hasil penelitian ini menyatakan bahwa prestasi belajar itu dipengaruhi oleh fasilitas belajar dan motivasi belajar. Jadi teori yang telah peneliti uraikan pada bab II itu dapat dibuktikan kebenarannya.
xciii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian serta pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan kelengkapan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Diketahui rx1 y = 0,2759 > rtabel = 0,2480 .
2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten
Klaten
Tahun
Pelajaran
2009/2010.
Diketahui
rx 2 y = 0,2498 > rtabel = 0,2480 .
3. Terdapat pengaruh yang signifikan kelengkapan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Diketahui Fhitung = 3,97 > Ftabel = 3,15 .
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dengan adanya pengaruh yang signifikan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar, maka fasilitas belajar mempunyai peran yang penting dalam pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya fasilitas belajar yang lengkap dan memadai dalam arti dapat memberikan dukungan positif bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya maka siswa-siswi dapat dengan mudah mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik lagi.
xciv
2. Dengan adanya pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadapprestasi belajar, maka motivasi belajar mempunyai peran yang penting dalam pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya motivasi belajar yang tinggi dari luar siswa dan dari dalam diri siswa maka hal ini dapat membantu siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di sekolah. 3. Dengan adanya pengaruh yang signifikan fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa, maka fasilitas belajar dan motivasi belajar yang ada pada siswa tersebut mempunyai peranan yang penting dalam pencapaian peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas Terbuka di SMP Negeri 2 Wonosari Kabupaten Klaten. Adanya fasilitas belajar yang mendukung siswa untuk dapat memperoleh pretasi belajar yang lebih baik ditambah dengan motivasi belajar yang tinggi dari para siswa maka siswasiswi dapat dengan mudah untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik di sekolah.
C. Saran Dalam rangka untuk ikut serta dalam menyumbangkan pemikiran dalam peningkatan
prestasi
belajar
siswa
pada
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaran (PKn), maka berdasarkan implikasi di atas terdapat beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Keluarga Keluarga dapat memberikan dampak bagi baik buruknya prestasi anak di sekolah, karena keluarga merupakan salah satu sumber motivasi belajar yang dapat memberikan dukungan kepada anak agar selalu rajin belajar. Agar anak dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah, keluarga harus dapat memberikan motivasi belajar kepada anak di rumah agar kegiatan belajar anak dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu disarankan kepada keluarga untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk memberikan motivasi belajar anak di rumah maka keluarga diharapkan:
xcv
1) Menjaga hubungan yang harmonis antar anggota keluarga agar anak merasa nyaman sehingga anak dapat berkonsentrasi terhadap belajarnya dan prestasi anak akan meningkat. 2) Menjaga kondisi rumah agar selalu dalam keadaan tenang. Hal ini perlu dilakukan agar anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam belajarnya di rumah. 3) Dapat mencukupi kebutuhan sekolah anak guna menunjang prestasi belajar anak di sekolah seperti perlengkapan alat tulis, ruang belajar dengan penerangan yang cukup serta pemenuhan dalam hal pembiayaan sekolah. b. Untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar maka orang tua dan keluarga diharapkan: 1) Selalu mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan komunikatif. Sebagai contoh apabila anak mendapatkan prestasi yang baik di sekolah diharapkan orang tua mau memberikan hadiah kepada anak, baik itu berupa pujian atau barang yang disenangi anak. Akan tetapi apabila anak mendapatkan prestasi yang tidak baik di sekolah diharapkan agar orang tua tidak langsung memarahinya melainkan orang tua harus memberikan nasihat dan dukungan terhadap anak untuk memperbaiki prestasinya. Hal ini diharapkan dilakukan oleh orang tua agar anak tidak merasa tertekan karena telah mendapatkan nilai yang jelek. 2) Selalu memberikan perhatian dan bimbingan kepada anak ketika anak sedang belajar. 2. Bagi Siswa Siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di sekolah. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Untuk menjaga agar motivasi siswa tetap tinggi dalam belajar maka disarankan agar siswa mempunyai: a. Keinginan untuk mendapatkan prestasi belajar atau nilai yang baik di sekolah
xcvi
b. Harapan untuk memperoleh masa depan yang cerah 3. Bagi Sekolah Agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik pihak sekolah harus dapat memberikan fasilitas belajar di sekolah yang memadai serta dapat memberikan dukungan atau motivasi kepada siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Oleh sebab itu disarankan kepada pihak sekolah untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk memberikan fasilitas belajar siswa di sekolah yang memadai dan berguna bagi siswa, maka sekolah diharapkan: 1) Menyediakan ruang belajar yang nyaman beserta perlengkapannya bagi siswa untuk belajar. 2) Menyediakan sarana penunjang seperti buku dan perpustakaan yang memadai agar siswa lebih giat belajar. 3) Menempatkan jam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di pagi hari dimana stamina siswa masih baik. b. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, pihak sekolah dan guru hendaknya: 1) Meningkatkan disiplin sekolah. 2) Memberikan hadiah berupa pujian atau barang kepada siswa yang mendapatkan prestasi yang baik di kelas atau di sekolah, serta memberikan bimbingan yang lebih kepada siswa yang prestasinya buruk di kelas.
xcvii
DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Badudu Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Chosiyah, dkk. 1988. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Surakarta: FKIP UNS. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. _________. (PLK).
2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hassan Suryono. 2005. Statistik, Pedoman, Teori, dan Aplikasi. Surakarta: UNS Herbert J. Klausmeier dan William Goodwin. 1975. Learning and Human Abilities: Educational Psycology. London: Harper & Row Publishers. Husaini Usman dan R Purnomo S.A. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. J. Gino; Suwarni; Suripto HS; Muryanto; Sutijan. 1996. Belajar Pembelajaran Siswa I. Surakarta: UNS Press. Kevin Carmody And Zane Berge. 2005. “Elemenal Analysis Of The Online Learning Experience”. International Journal of Education and Development Using ICT. Vol 1 No 3. Maltby, dkk. 1995. Educational psychology An Australian and New Zealand Perspective. New york: John Wiley & Sons Muchjiddin Dimjati. 2001. Psikologi Anak dan Remaja. Yogyakarta: Aksara Indonesia. Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ngalim Purwanto. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
xcviii
Riduan.2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar.2002. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sevilla, Consuelo G; Ochave; Jesus A; Punsalan, Twila G; Regala Bella P; Uriarte Gabriel G. 1993. Pengantar Metode Penelitian (edisi terjemahan oleh Alimuddin Tuwu). Jakarta: Universitas Indonesia Singgih D. Gunarso. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjarwo. 1998. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press. Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. ________________. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. ________________. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara. ________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Cetakan Ke 13. Yogyakarta : Bina Aksara. Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistika dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Suradji. 1994. Interaksi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Surya Muhammad dan Amin Muhammad. 1980. Pengajaran Remidian untuk SPG. Jakarta: Andromeda. Sutrisno Hadi. 2001. Statistik II. Yogyakarta: Andi Offset. The Liang Gie. 1988. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Lembaga Bina Prestasi Sukses.
xcix
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito. Winkel, WS. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Y. B. Suparlan; Rahmat Wijoyopranoto; S. Pardiman. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Sarasin.
c