SIRAPPA DAN TANDISAU: HARA K UNTUK TANAMAN JAGUNG
Studi Penentuan Kelas Hara K Tanah untuk Tanaman Jagung dengan Beberapa Metode Marthen P. Sirappa1 dan Peter Tandisau2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Soplanit Rumah Tiga Ambon 97233 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan km 17,5 Makassar 1
ABSTRACT. Determination of Soil K Nutrient Classes for Maize using Several Methods. Research was conducted in Gowa, South Sulawesi from May 2002 to March 2003 on dry land. The aims of the research was to determined the K nutrient classes for maize. The research used a single location approach, which making artificial K nutrient status. Result of the research indicated that K nutrient classes followed by measured using several methods were as follow: (1) Cate-Nelson method: two classes, i.e. low and high classes; (2) Curve continue method: two to three classes, i.e very low to medium class, low and medium classes and low to high classes; and (3) Modified analysis of variance method, resulting in three classes, i.e low to high classes. Determination of K nutrient availability classes was considered better using modified analysis of variance method. Critical level of K nutrient for corn according to the modified analysis of variance method using several extractant, were: 0.40 me K/100 g for NH4OAc pH 4.8 extractant; 0.40-0.60 me K/100 g for NH4OAc pH 7extractant; 200-300 ppm K2O for Bray-1 extractant, and 215-250 ppm K2O for Olsen extractant. Keywords: K nutrient class, analysis variance method, maize, dry land ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dari bulan Mei 2002 hingga Maret 2003. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung dengan beberapa metode. Percobaan menggunakan pendekatan lokasi tunggal, yang selanjutnya dibuat beberapa status hara K buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas ketersediaan hara K yang diperoleh dengan beberapa metode adalah: (1) metode grafik Cate-Nelson memperoleh dua kelas, yaitu rendah dan tinggi; (2) metode kurva kontinu memperoleh dua sampai tiga kelas, yaitu sangat rendah sampai sedang, rendah dan tinggi, dan rendah sampai tinggi; dan (3) metode analisis keragaman yang dimodifikasi memperoleh tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kelas ketersediaan hara K sebaiknya menggunakan metode analisis keragaman yang di-modifikasi. Batas kritis hara K untuk jagung berdasarkan metode analisis keragaman yang dimodifikasi dengan berbagai pengekstrak adalah 0,40 me K/100 g untuk pengekstrak NH4OAc pH 4,8; 0,40-0,60 me K/100 g untuk pengekstrak NH4OAc pH 7; 200-300 ppm K2O untuk Bray-1; dan 215-250 ppm K2O untuk pengekstrak Olsen.
K
Kata kunci: Kelas hara K, analisis keragaman, jagung, lahan kering
etersediaan hara dalam tanah dapat diduga melalui uji tanah, yaitu suatu kegiatan analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat, dan dapat diulang (reproduceable) (Leiwakabessy dan Sutandi 1992, Leiwakabessy dan Koswara 1985). Status
86
hara dalam tanah dapat digunakan sebagai petunjuk kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman. Namun, kemampuan tanaman menyerap hara dari dalam tanah selain ditentukan oleh status hara tanah, juga dipengaruhi oleh ketersediaan air, kecepatan infiltrasi, drainase, kadar garam, kation-kation dapat ditukar, senyawa yang bersifat toksik, dan tanaman itu sendiri (Soepartini et al. 1994). Dengan demikian, status hara dalam tanah belum dapat digunakan sebagai penduga tanggapan suatu tanaman terhadap pemupukan maupun kebutuhan pupuk bagi tanaman yang bersangkutan sebelum dikalibrasikan dengan hasil percobaan pemupukan (Widjaja-Adhi 1993, 1996, Voss 1998). Untuk menentukan kelas ketersediaan hara dalam tanah dapat digunakan metode grafik Cate-Nelson (Widjaja-Adhi1996). Dengan metode ini diperoleh nilai batas kritis hara yang menunjukkan bahwa status hara tanah yang mempunyai nilai uji tanah lebih rendah dari nilai batas kritis tergolong kelas rendah, sedangkan yang lebih besar dari nilai batas kritis termasuk kelas tinggi. Metode grafik Cate-Nelson hanya memberikan dua kelas (kategori) uji tanah, yaitu kelas rendah (responsif terhadap pupuk) dan kelas tinggi (tidak responsif terhadap pupuk). Metode lain yang memberikan kelas ketersediaan hara lebih dari dua kelas adalah metode kurva kontinu (Leiwakabessy 1996; Dahnke dan Olson 1990) atau metode analisis keragaman yang dimodifikasi (Widjaja-Adhi 1986). Penetapan kelas ketersediaan hara dengan beberapa metode sangat penting untuk mendapatkan metode terbaik dalam penyusunan rekomendasi pemupukan. Studi kalibrasi uji K tanah dapat dilakukan dengan pendekatan lokasi tunggal mengingat cara ini relatif murah, mudah, dan cepat, tetapi untuk memperoleh data yang lebih akurat perlu dilakukan melalui pendekatan multi lokasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode penetapan kelas ketersediaan hara K tanah terbaik di lahan kering dalam upaya penentuan rekomendasi pemupukan K untuk tanaman jagung.
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
BAHAN DAN METODE
Penelitian kalibrasi hara K untuk tanaman jagung dilaksanakan di lahan kering dengan pendekatan lokasi tunggal (single location), yaitu menentukan status hara tanah buatan dari sangat rendah hingga sangat tinggi, dan selanjutnya melaksanakan percobaan pemupukan pada setiap status hara tersebut. Jenis tanah lokasi percobaan pada tingkat ordo termasuk Alfisols dan pada tingkat family tergolong Typic Rhodustalfs. Curah hujan pada lokasi tersebut rata-rata 291 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 18 hari. Curah hujan tertinggi pada bulan Februari mencapai 1.008 mm, sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dari bulan Mei 2002 sampai Maret 2003. Percobaan terdiri atas dua tahap. Tahap pertama menentukan status hara K tanah buatan. Tahap kedua adalah percobaan pemupukan K yang ditempatkan pada lokasi yang telah dikondisikan status hara K-nya. Percobaan Tahap I: Pembuatan Status Hara K Buatan
Pupuk K diberikan dengan takaran 0 X (status K sangat rendah), 1/4 X (rendah), 1/2 X (sedang), 3/4 X (tinggi), dan X (sangat tinggi), di mana X adalah jumlah pupuk K yang diberikan agar K dalam larutan tanah mencapai 0,02 mg K/l (Widjaja-Adhi et al. 1990) yang ditetapkan berdasarkan kurva erapan K menurut metode Fox dan Kamprath (1970). Takaran K yang digunakan dalam tahap percobaan pertama ini didasarkan atas serapan K maksimum, yaitu 200 kg KCl/ha. Pupuk KCl diberikan ke dalam masing-masing petak utama sesuai dengan perlakuan sebelum tanam. Pupuk disebar merata dan diaduk dengan tanah sampai homogen. Pupuk urea dan ZA masing-masing dengan takaran 300 kg (tiga kali aplikasi) dan 50 kg/ha diberikan secara sebar pada larikan tanaman, sedangkan SP36 dengan takaran 250 kg/ha diberikan bersamaan dengan KCl. Petak percobaan berukuran 30 m x 20 m. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan. Percobaan terdiri atas lima perlakuan status hara K, yaitu:1) sangat rendah, 2) rendah, 3) sedang, 4) tinggi, dan 5) sangat tinggi. Tanaman indikator adalah jagung dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Dalam percobaan tahap pertama (percobaan inkubasi), tanah diharapkan mencapai reaksi keseimbangan konstan (steady state) atau hara K dari pupuk berubah menjadi hara K tanah. Percobaan ini juga merupakan dasar untuk melakukan percobaan pemupukan pada berbagai status hara K tanah.
Percobaan Tahap II: Pemupukan K pada Tanaman Jagung
Setelah percobaan tahap pertama selesai, contoh tanah diambil dari setiap petak perlakuan secara komposit sekitar 1 kg untuk penetapan kadar K tanah dengan metode HCl 25%, NH4OAc pH 7, NH4OAc pH 4,8, Bray-1 dan Olsen. Selanjutnya, petak percobaan pada tahap I dibagi menjadi beberapa petak yang berukuran 6 m x 4 m. Rancangan percobaan pada tahap kedua adalah petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah status hara K tanah (yang diperoleh pada kegiatan tahap I), yaitu: K sangat rendah (A), K rendah (B), K sedang (C), K tinggi (D), dan K sangat tinggi (E). Anak petak adalah takaran pupuk K, yaitu 0 kg (K0), 20 kg (K1), 40 kg (K2), 80 kg (K3), dan 160 kg K/ha (K4). Tanaman indikatoradalah jagung varietas Lamuru. Pupuk KCl diberikan sebelum tanam dengan takaran 0, 20, 40, 80, dan 160 kg K/ha berturut-turut untuk perlakuan K0, K1, K2, K3, dan K4. Pupuk urea, ZA dan SP36 masing-masing dengan takaran 300 kg urea (tiga kali aplikasi), 50 kg ZA, dan 250 kg SP36/ha diberikan sama seperti pada tahap pertama. Parameter yang diamati pada percobaan tahap kedua adalah hasil jagung. Penentuan Kelas Ketersediaan Hara
Metode yang digunakan dalam penentuan kelas ketersediaan hara K adalah metode grafik Cate-Nelson (Widjaja-Adhi 1996), kurva kontinu (Leiwakabessy 1996, Dahnke and Olson 1990), dan analisis keragaman yang dimodifikasi (Nelson and Anderson 1977). Metode Grafik Cate-Nelson
Prosedur penetapan kelas ketersediaan hara dengan metode ini adalah: (1) pembuatan diagram sebaran persentase hasil relatif pada sumbu Y dan nilai uji K tanah pada sumbu X, (2) pada diagram sebaran diletakkan dua garis bersilangan (sumbu salib) yang membagi kuadran menjadi empat bagian, yaitu kuadran kiri bawah dan kanan atas sebagai kuadran positif, dan kuadran kiri atas dan kanan bawah sebagai kuadran negatif, (3) menggeser sumbu salib tersebut pada posisi yang tetap hingga jumlah titik pada kuadran positif sebanyak mungkin, sedangkan pada kuadran negatif sesedikit mungkin, dan (4) perpotongan sumbu salib dengan sumbu X merupakan nilai batas kritis hara K. Daerah yang berada di sebelah kiri batas kritis merupakan kelas rendah dan daerah di sebelah kanan batas kritis merupakan kelas tinggi (Gambar 1).
87
SIRAPPA DAN TANDISAU: HARA K UNTUK TANAMAN JAGUNG
Hasil relatif (%)
Hasil relatif (%)
_
sumbu salib
+
100
*** * * ** * ** ** * * * * * 80 * * ** * *** * * * ** * * * * * * * * 60 * * * * * * * * * * * 40 _ * * + Batas kritis 20 Rendah (respon) Tinggi (tidak respon) *
K1
*
*
K2 K3 Nilai hara K tanah
K4
K5
100
***** ** ** * ** * * * * *
* * ** * * *** 50 * ** * * ** 25 * * * * SR R S 0 K1 K2 K3
**
75
T & ST K4
Kn
Nilai uji K tanah
Gambar 1. Metode Grafik Cate-Nelson untuk penentuan kelas ketersediaan hara K.
Gambar 2. Metode kurva kontinu untuk penetapan kelas ketersediaan hara K.
Metode Kurva Kontinu
(5) Menguji perbedaan antara dua DY maks rata-rata dari kelompok yang berurutan dengan uji t-student satu arah dengan rumus:
Penentuan kelas ketersediaan hara K dengan metode ini adalah: (1) pemetaan pasangan titik hasil relatif dengan nilai uji K tanah, (2) pembuatan kurva melalui titik-titik tersebut, (3) membagi kurva tersebut kedalam beberapa kelas menurut kriteria Cope dan Rouse (1973), yaitu: (a) sangat rendah: < 50%, (b) rendah: 50-75%, (c) sedang: 75-100%, (d) tinggi dan sangat tinggi: > 100% hasil relatif, seperti pada Gambar 2. Analisis Keragaman yang Dimodifikasi
Prosedur penetapan kelas ketersediaan hara K dengan metode analisis keragaman yang dimodifikasi (Nelson and Anderson 1977) adalah sebagai berikut: (1) Menghitung DY maks., yaitu: DY maks = (Y maks – Y0)/ Ymaks, di mana Y maks adalah hasil biji kering maksimum dan Y0 adalah hasil biji kering pada perlakuan tanpa pupuk. (2) Menyusun data menurut peningkatan nilai uji tanah.
(3) Mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok DY maks dengan dasar pertimbangan di dalam menarik batas subkelompok sebagai berikut: (a) harus terdapat penurunan cukup besar dari DY maks antara nilai sebelah-menyebelah batas pemisah dan rata-rata DY maks harus naik, (b) batas pemisah tidak ditarik antara dua nilai uji tanah yang sama atau hampir sama, dan (c) anggota kelompok sekurang-kurangnya dua. (4) Menghitung pasangan data (ni), simpangan baku (Si), dan rata-rata DY maks i dari kelompok ke-i dan S gabungan (pooled S) dari semua kelompok. 88
t = (DY maks i – DY maks i + 1)/S(1/ni + 1/ni + 1)0.5
Bila perbedaan DY maks rata-rata antara dua kelompok yang berurutan tidak nyata, maka kedua kelompok digabung menjadi satu. Berdasarkan jumlah kelompok baru, prosedur kembali ke langkah (4) dan terus ke langkah (5). Hal ini diulang sampai perbedaan nilai ratarata antara dua kelompok yang berurutan nyata (Nelson dan Anderson 1977).
HASIL DAN PEMBAHASAN Status Hara K Tanah
Data hara K buatan yang diperoleh melalui percobaan tahap pertama sangat tidak teratur (erratic). Penyebabnya diduga karena tanah belum mencapai kesetimbangan konstan (steady stage). Dengan kata lain, hara K pupuk belum berubah sepenuhnya menjadi hara K tanah pada saat inkubasi dalam keadaan kemarau. Penyebab lain adalah faktor di luar kemampuan pengelolaan percobaan, baik di lapang maupun di laboratorium. Kelas Ketersediaan Hara K
Metode Grafik Cate-Nelson
Kelas ketersedian hara K yang diperoleh dengan metode grafik Cate-Nelson dengan berbagai pengekstrak terdiri atas dua kelas, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
(Tabel 1). Kelas K rendah diperoleh pada daerah yang berada di sebelah kiri nilai batas kritis, sedangkan kelas K tinggi pada daerah yang berada di sebelah kanan nilai batas kritis. Batas antara kelas K rendah dan tinggi disebut batas kritis (critical level). Nilai batas kritis hara K yang diperoleh dengan metode grafik Cate-Nelson adalah 0,30 me/100 g, 0,35 me/100 g, 178 ppm, dan 213 ppm, masing-masing untuk pengektrak NH4OAc pH 4,8, NH4OAc pH 7, Bray-1, dan Olsen, seperti disajikan pada Gambar 3. Tabel 1. Kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung berdasarkan metode grafik Cate-Nelson. Kelas ketersediaan hara K Satuan
NH4OAc pH 4,8 NH4OAc pH 7 Bray-1 Olsen
me K/100 g me K/100 g ppm K2O ppm K2O
Rendah
Tinggi
< 0,30 < 0,35 < 178 < 213
> 0,30 > 0,35 > 178 > 213
Metode Kurva Kontinu
Penetapan kelas ketersediaan hara K dengan metode kurva kontinu pada berbagai pengekstrak K disajikan pada Gambar 4.
120
120
100
100 Hasil relatif (%)
Hasil relatif (%)
Pengekstrak uji tanah
Penentuan kelas ketersediaan hara K dengan metode grafik Cate-Nelson (Gambar 3) sangat lemah karena hanya terdiri atas dua kelas, yaitu kelas rendah dan tinggi, atau respon dan tidak tanggap terhadap pemupukan K. Namun menurut Dahnke dan Olson (1990), kategori kelas sedang terletak pada nilai batas kritis. Metode grafik Cate-Nelson di samping mempunyai kelemahan, juga mempunyai kelebihan, yaitu dapat ketahui nilai kritis dari suatu hara dalam kaitannya dengan perlu tidaknya dilakukan suatu tindakan pemupukan. Nilai batas kritis hara K yang diperoleh dengan metode grafik Cate-Nelson dapat dijadikan acuan pemupukan pada suatu jenis tanah.
80 60 40
batas kritis
20 0 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
80 60 40
batas kritis
20 0
0,8
0,1
0,2
Nilai uji K-tanah (me/100 g)
0,5
0,6
(b) NH4OAc pH 7
120
120
100
100
80
80
Hasil relatif (%)
Hasil relatif (%)
0,4
Nilai uji K-tanah (me/100 g)
(a) NH4OAc pH 4,8
60 40 batas kritis
20
0,3
0
60 40 20
batas kritis
0 50
100
150
200
250
Nilai uji K-tanah (ppm) (c) Bray-1
300
350
75
100
125
150
175
200
225
250
275
Nilai uji K-tanah (ppm) (d) Olsen
Gambar 3. Batas kritis hara K jagung dengan grafik Cate Nelson dan berbagai pengekstrak K.
89
125
125
100
100
Hasil relatif (%)
Hasil relatif (%)
SIRAPPA DAN TANDISAU: HARA K UNTUK TANAMAN JAGUNG
75 50
75 50 25
25
SR
R
R
S
S
0
0 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,1
0,6
0,2
0,3
0,6
0,7
0,8
(b) NH4OAc pH 7
125
125
100
100 Hasil relatif (%)
Hasil relatif (%)
(a) NH4OAc pH 4,8
75 50
R
0,5
Nilai uji K-tanah (me/100 g)
Nilai uji K-tanah (me/100 g)
25
0,4
S
75 50 25
T
0
S
R
SR 0
50
100
150
200
250
300
350
400
75
100
125
Nilai uji K-tanah (ppm)
150
175
200
225
250
275
Nilai uji K-tanah (ppm)
(c) Bray-1
(d) Olsen
Gambar 4. Kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung dengan menggunakan metode kurva kontinu pada berbagai pengekstrak.
Tabel 2. Kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung berdasarkan metode kurva kontinu. Kelas ketersediaan hara K Pengekstrak uji tanah
Satuan
NH4OAc pH 7 NH4OAc pH 4,8 Olsen Bray-1
me K/100 g me K/100 g ppm K2O ppm K2O
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
< 0,15 < 110 -
< 0,35 0,15-0,30 110-190 170
> 0,35 > 0,30 > 190 170-340
> 340
Berdasarkan metode kurva kontinu, pengekstrak NH4OAc pH 7 memberikan dua kelas ketersediaan hara, yaitu kelas K rendah dan sedang, sedangkan pengekstrak lainnya menghasilkan tiga kelas, yaitu kelas K sangat rendah sampai sedang (NH4OAc pH 4,8 dan Olsen), dan kelas K rendah sampai tinggi (Bray-1), seperti pada Tabel 2. Hanya pengekstrak Bray-1 yang memberikan kategori kelas K tinggi, sedangkan dengan pengekstrak lainnya diperoleh kelas K sangat rendah sampai sedang. 90
Metode Analisis Keragaman yang Dimodifikasi
Dengan menggunakan metode analisis keragaman yang dimodifikasi (Nelson and Anderson 1977), kelas hara K yang diperoleh dengan pengekstrak NH4OAc pH 4,8, NH4OAc pH 7, Bray-1, dan Olsen masing-masing tiga kelompok, yaitu K rendah, sedang, dan tinggi (Tabel 3). Dari ketiga metode penentuan kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung di lahan kering diketahui bahwa metode analisis keragaman yang dimodifikasi
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
Tabel 3. Kelas ketersediaan hara K untuk tanaman jagung berdasarkan metode analisis keragaman yang dimodifikasi. Kelas ketersediaan hara K Pengekstrak uji tanah
Satuan
NH4OAc pH 4,8 NH4OAc pH 7 Bray-1 Olsen
me K/100 g me K/100 g ppm K2O ppm K2O
Rendah
Sedang
Tinggi
< 0,40 < 0,40 < 200 < 215
0,40 0,40-0,60 200-300 215-250
> 0,40 > 0,60 > 300 > 250
memberikan tiga kelas hara K dan yang lainnya umumnya dua kelas, sehingga metode tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan kelas ketersediaan hara K. Pemupukan pada Tanaman Jagung
Hasil jagung pada percobaan tahap kedua disajikan pada Tabel 4. Secara umum, hasil jagung tertinggi diperoleh pada pemupukan 80 kg K/ha untuk kelas hara K sangat rendah sampai sedang dan pada pemupukan 20-40 kg K/ha untuk kelas hara K tinggi.
Tabel 4. Rata-rata hasil jagung pada berbagai kelas ketersediaan hara K dan takaran pemupukan K. Hasil biji kering ka.12% (kg/ha) Metode penetapan status hara K tanah Metode Cate-Nelson NH4OAc pH 4,8: - K-Rendah - K-Tinggi NH4OAc pH 7: - K-Rendah - K-Tinggi Bray-1: - K-Rendah - K-Tinggi Olsen: - K-Rendah - K-Tinggi Metode Kurva Kontinu: NH4OAc pH 4,8: - K-Sangat Rendah - K-Rendah - K-Sedang NH4OAc pH 7: - K-Rendah - K-Sedang Bray-1: - K-Rendah - K-Sedang - K-Tinggi Olsen: - K-Sangat Rendah - K-Rendah - K-Sedang Metode Analisis Keragaman NH4OAc pH 4,8: - K-Rendah - K-Tinggi NH4OAc pH 7 & Bray-1: - K-Rendah - K-Sedang - K-Tinggi Olsen: - K-Rendah - K-Sedang - K-Tinggi
0
20
40
80
160
3.868 4.530
4.366 4.752
4.822 5.040
5.024 4.902
4.170 4.530
3.963 4.591
4.423 4.782
4.812 5.226
4.960 5.079
4.516 4.691
3.463 4.401
3.896 4.794
4.863 4.911
5.073 4.939
4.590 4.531
3.483 4.619
3.928 4.990
4.769 5.004
5.063 4.914
4.526 4.573
2.661 3.664 4.401
3.071 4.103 4.794
4.103 5.053 4.911
4.893 5.118 4.939
4.351 4.650 4.531
3.570 4.434
4.006 4.821
4.892 4.897
5.047 4.941
4.547 4.553
3.345 4.188 5.127
3.803 4.629 5.273
4.456 5.006 5.272
4.788 5.010 5.254
4.313 4.606 4.780
2.385 3.940 4.166
3.842 4.268 4.622
3.973 4.791 4.915
4.380 4.713 4.981
4.022 4.100 4.543
3.868 4.530
4.366 4.752
4.822 5.040
5.024 4.902
4.170 4.530
3.570 4.236 5.127
4.006 4.692 5.273
4.892 4.789 5.272
5.047 4.851 5.254
4.547 4.489 4.780
3.483 4.444 5.143
3.928 4.885 5.307
4.769 5.062 4.833
5.063 4.867 5.054
4.526 4.501 4.782
91
SIRAPPA DAN TANDISAU: HARA K UNTUK TANAMAN JAGUNG
Pemupukan K sampai takaran 80 kg K/ha pada berbagai kelas hara K meningkatkan hasil, namun apabila takaran K ditingkatkan sampai 160 kg K/ha terjadi penurunan hasil. Dengan demikian, pemupukan K pada jagung varietas Lamuru pada jenis tanah Alfisol cukup 80 kg K/ha. Untuk mengetahui takaran optimum pupuk K perlu disusun Takaran rekomendasi menggunakan metode kurva respon pemupukan (Widjaja-Adhi 1993; 1996).
Dahnke, W.C. and R.A. Olson. 1990. Soil test correlation, calibration, and recommendation, p. 45-71. In Soil testing and plant analysis. 3rd ed. SSSA, Madison, WI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Leiwakabessy, F.M. dan O. Koswara. 1985. Metode dan teknik pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesuburan tanah. Bahan Kursus Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan keII PPSML-UI. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
1. Kelas hara K untuk tanaman jagung dapat ditentukan dengan beberapa metode: (a) metode grafik Cate Nelson memberikan dua kelas hara K, yaitu kelas rendah dan tinggi; (b) metode kurva kontinu memberikan dua sampai tiga kelas K, yaitu sangat rendah, sedang, dan kelas K rendah sampai tinggi; dan (c) metode analisis keragaman yang dimodifikasi memberikan tiga kelas hara K, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. 2. Rata-rata hasil jagung tertinggi diperoleh pada pemupukan 80 kg K/ha untuk kelas K sangat rendah sampai sedang, dan pemupukan 20-40 kg K/ha untuk kelas hara K tinggi.
3. Penentuan kelas ketersediaan hara K tanah sebaiknya menggunakan metode analisis keragaman yang dimodifikasi. 4. Untuk memperoleh kelas ketersediaan hara K yang lebih akurat untuk sistem tanah-tanaman tertentu disarankan dengan pendekatan multilokasi.
DAFTAR PUSTAKA Cope, J.T. and R.D. Rouse. 1973. Interpretation of soil test results. pp.35-54. In L.M. Walsh and J.D. Beaton (eds.). Soil testing and plant analysis. Revised edition. SSSA, Madison, WI.
92
Fox, R.L. and F.J. Kamprath. 1970. Phosphate sorption isotherms for evaluating the phosphate requirements of soils. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 34: 902-907. Leiwakabessy, F.M. 1996. Interpretasi data uji tanah dan dasardasar rekomendasi pemupukan. Dalam Pelatihan Optimalisasi Pemupukan. Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Faperta IPB, Bogor, 19-31 Januari 1996. Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 1992. Pupuk dan pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nelson, L.A. and R.L. Anderson. 1977. Partitioning of soil test-crop response probability, p. 19-38. In Soil testing: correlating and interpretating the analitycal results. ASA Special Publication 29. ASA, CSSA, SSA, Madison, WI. Soepartini, M., Nurjaya, A. Kasno, S. Ardjakusumah, Moersidi S., dan J. Sri Adiningsih. 1994. Status hara P dan K serta sifatsifat tanah sebagai penduga kebutuhan pupuk padi sawah di Pulau Lombok. Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk 12:23-35. Voss, R. 1998. Fertility recommendations: Past and present. commun. Soil Sci. Plant. Nutr. 29 (11-14):1429-1440. Widjaja-Adhi, IPG. 1986. Penentuan kelas ketersediaan hara dengan metode analisa keragaman yang dimodifikasi. Pemberitaan Tanah dan Pupuk. No. 5:23-28. Widjaja-Adhi, IPG. 1993. Soil testing and formulating fertilizer recommendation. IARD Journal 15 (4):71-80.
Widjaja-Adhi, IPG. 1996. Penggunaan uji tanah dan analisa daun sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Dalam Pelatihan Optimalisasi Pemupukan. Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 19-31 Januari 1996.
Widjaja-Adhi, IPG., J. A. Silva, and R.L. Fox. 1990. Assessment of the external requirement of maize on paleudults and eutrustox. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No. 9/ 1990: 14-20.