RSBI BAK BUNGA MENAWAN LAYU SEBELUM BERKEMBANG
NASIB RSBI T.TINGGI PASCA KEPUTUSAN MK
PENDIDIKAN ELIT SEPANJANG ZAMAN
SINERGI REFERENSI TEBING TINGI DELI
NASIB RSBI MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
ESA HILANG DUA TERBILANG
SALAM REDAKSI
SINERGI REFERENSI TEBING TINGGI DELI
TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/286 TAHUN 2002
P
embaca budiman. Ada yang baru di edisi Februari 2013 kali ini di majalah SINERGI. Rubrik terbaru itu, adalah Jurnal Sinergi yang kami sediakan halaman khusus. Rubrik ini, kami siapkan untuk para guru, dosen dan mahasiswa yang membuat tulisan-tulisan ilmiah untuk berbagai keperluan. Jika kemudian telah ada ketentuan, bahwa kenaikan pangkat maupun berbagai persyaratan membutuhkan tulisan ilmiah yang dipublikasikan, ke sanalah rubrik itu nantinya akan kami dedikasikan. Halaman SKPD juga kami nilai baru, kali ini mencoba mengetengahkan salah satu lembaga yang mengurusi persoalan bencana, yakni Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Rubrik ini, kami sajikan agar pembaca tahu bagaimana struktur kerja SKPD yang ada di lingkungan Pemko Tebingtinggi. Pada edisi ini juga kami mengetengahkan topik yang kami nilai penting bagi masyarakat, khususnya dunia pendidikan kita. Pembubaran Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI) oleh Mahkamah Konsitusi RI perlu untuk diketengahkan secara lengkap. Kami menempatkannya dalam liputan utama kali ini. Tulisan itu akan dilengkapi dengan laporan bagaimana dampaknya bagi pendidikan di kota Tebingtinggi. Rubriki utama juga akn mengupas sejarah sekolah elit sepanjang zaman. Ternyata, sekolah elit sudah ada sejak zaman beheula, di abad pertengahan, ketika peradaban Nusantara baru saja dimulai. Selaion rubrik itu itu, Kami juga menyajikan sejumlah laporan dalam berbagai rubrik, misanya sertifikasi guru dalam halaman pendidikan, pedagang nasi di pinggir jalan yang menjadi pemandangan malam di kota ini. Ada juga rubric penyakit pasca banjir di halaman kesehatan serta halaman linkungan hidup kami sajikan hasil ekspedisi sungai Padang pada 2011 lalu. Pada halaman wanita, reporter tamu kami, mencoba mengisahkan perjalanan buruh bangunan perempuan. Jika selama ini yang menjadi tukang bangunan adalah pria, tapi ada pengecualian untuk perempuan satu ini. Pada halaman agama, Kami mencoba untukmenyelusuri sejarah sejumlah Ormas keagamaan. Kali ini sejarah Al Jam’iyatul Washliyah coba ditulis reporter tamu kami. Bagaimana orgnaisasi ini tumbuh dan berkembang di kota Tebingtinggi. Untuk halaman hukum, kami coba mengetengahkan hukumsn untuk kejahatan yang sangat keras ditindak Negara, yakni Narkoba. Kejahatan ini menduduki rangking pertama di kota Tebingtinggi, sehingga wajar untuk diketahui bagaimana hukum yang ditegakkan untuk para pelaku kejahatan Narkoba. Sedangkan halaman parlementaria, akan mengupas fungsi salah satu lembaga di DPRD, yakni Badan Anggaran. Pada halaman olah raga, sengaja kami tampilkan sejumlah perguruan karate di kota Tebingtinggi. Atlet-atlet karate dikenal memberikan banyak prestasi, sehingga mengharumkan nama kota. Reporter tamu kami akan mengulas aktifitas olah raga karate kepada kita nantinya. Tak lupa kami selipkan pula sejumlah tulisan berbagai kalangan dalam rubric seni/budaya. Ada sejumlah pusi dan cerita pendek yang akan menghiasi halaman ini. Sebagai obat penawar kebosanan dan mengasah ketajaman jiwa, halaman seni/budaya sengaja kami sediakan dalam halaman yang cukup. Akhirnya, kami berharap edisi ini semakin baik dan mendapat apresiasi dari pembaca kami. Salam dari meja dari redaksi Wassalam
2
KETUA PENGARAH :
Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )
WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )
PENGENDALI :
H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )
PENANGGUNG JAWAB :
Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum )
PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)
REDAKSI :
Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda
BENDAHARA :
Jafet Candra Saragih
KOORDINATOR LIPUTAN : Drs Abdul Khalik, MAP
SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti LAYOUT DESAIN GRAFIS Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST
FOTOGRAFER : Sulaiman Tejo Chairul Fadhli
KOORDINATOR DISTRIBUSI RIDUAN
LIPUTAN DAN REPORTER :
Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP,SIM,Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya. Tulisan dikirim ke alamat redaksi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli Eimail :
[email protected] Facebook :
[email protected]
DAFTAR ISI SINERGI EDISI 120 PEBRUARI 2013 4. MOMENTUM 8. SINERGITAS
35. PERLEMENTERIA Tentang Proses Pembuatan Perda Reses Menjaring Aspirasi Tentang Urgensi Staf Ahli Peran Politik Perempuan Akan Berlanjut 37. LENSA SRIKANDI 40. WANITA Kaum R.A Kartini Kerja Bangunan Ruko Untuk Kebutuhan Hidup 41. AGAMA Al-Jamiyatul Washliyah Berjuang Untuk Umat Semata 42. INFO NASIONAL Siswa Sma Dapat Dana Bos Rp 1 Juta Pe Anak 43. IKLAN GRATIS 44. OLAH RAGA Perguruan Karate Di Kota Tebing Tinggi 46. SASTRA Pendidikan Seni Dapat Mengurangi Kenalan Remaja Satu Hati Emas Untuk Lima Persahabatan 47. PUISI//CERPEN Hutan Itu Puisi Lingkungan Hidup 49. SOSIAL Banjir Dan Akibatnya 50. RAGAM/PLURALIS Selaksa Pesona Di Sepanjang Pantai Barat Aceh 52 . TEPIAN Gramsci 53. JURNAL PEMKO Analisis Dan Sistem Perubahan Birokrasi Pemerintahan 59. BAZ Daftar Penerimaan Dan Pengeluaran
Pendidikan
9. UTAMA
RSBI; Bak Bunga Menawan Layu Sebelum Berkembang Nasib RSBI T.Tinggi Pasca Keputusan MK RSBI Ganti Nama Jadi Reguler
Pendidikan Elit Sepanjang Zaman
15 PENDIDIKAN Siswa Sma 1 Berhasil Membuat Kompos 26 KESEHATAN Mamografi Mendeteksi Kanker Payudara StadiumNol 17 LINGKUNGAN HIDUP Ekspedisi Das Padang Kita, Beramai-Ramai Merusak Sungai Padang 21. HUKUM Momentum Menghancurkan Premanisme 22. LENSA PEMKO 27. PEMKO KITA IPHI Tebingtinggi Dikukuhkan Junjung Tinggi Komitmen Netralitas PNS dan TNI/Polri 420 Crosser Sumut Ikuti Ajang X-Terac Enduro Expedition Durability Completion 2013 Di T.Tinggi Umar Hasibuan Resmikan Gedung Yayasa Sosial Sumber Bina Kasih Pemko T.Tinggi Terapkan Kawasan Tanpa Rokok Pemko Tebingtinggi dan Iuwash USAID Jalin Program Hebat Umar Hasibuan Bagikan Akte Gratis Bua Warga Tionghoa SPSI Diminta Pelihara Keseimbangan Kepentingan Pekerja dan Pengusaha
Pimpinan Redaksi AHDI SUCIPTO.SH
Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK.MAP
Layout Desain Grafis ASWIN NAST.ST
Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI
Layout Desain Grafis M.YUSUF.ST
Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH
Layout Desain Grafis EDI SUWARDI.S.Sos
Distributor RIDWAN
Redaksi JUANDA
Foto Grafer Sinergi FADHLI
Redaksi KHARUL HAKIM
Redaksi RIZAL SYAM
Foto Grafer Sinergi SULAIMAN
3
MOMENTUM
4
MOMENTUM
5
MOMENTUM
6
MOMENTUM
7
SINERGITAS
Pendidikan Kamus Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa, pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’. Jadi, kata pendidikan mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara, salah seorang tokoh pendidikan Indonesia, memaparkan pengertian pendidikan sebagai: tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sementara, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 mengartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Terlepas dari pandangan dan pengertian di atas, sesungguhnya pendidikan mestilah disesuaikan dengan karakter dan kebudayaan bangsa tempat pendidikan itu berlangsung. Mengambil alih suatu sistem atau gagasan dibidang pendidikan dari bangsa lain harus dikaji penerapannya dengan latar belakang karakter serta budaya yang ada. Pernah suatu masa dunia pendidikan Indonesia sedang dilanda semangat untuk menerapkan sistem pendidikan dengan fokus pada metode pengajaran yang disebut “Inquiry Teaching Method”. Bila metode ini diaplikasikan, maka sangat ampuh menciptakan orang-orang yang berpikir kritis atau critical thinking. Tapi karakter dan budaya anak didik (manusia) Indonesia belum siap untuk meniru dan menerapkan metode ini di dalam ruangan kelas. Mengapa demikian? Sejatinya, me-
8
tode ini menuntut adanya suasana yang bebas di kelas dan anak didik memiliki jiwa kritik dan semangat untuk mencari kebenaran serta keberanian mengutarakan gagasan. Dan hal ini yang belum dimiliki oleh kelas-kelas dinegara kita. Di samping itu, guruguru di Indonesia juga tidak memiliki kemampuan menerima anak didik yang berani dan kritis. Mari belajar pada Jepang. Jepang membuat kejutan baru. Kali ini berkaitan dengan sistem dan prestasi di bidang pendidikan. Banyak pengamat pendidikan dan pembangunan di Amerika Serikat melihat bagaimana sistem pendidikan di Jepang telah berhasil mencetak tenaga kerja dengan semangat, motivasi dan watak yang “pas” bagi karakter dan kebudayaannya. Karena itu, Amerika pernah mengirim ahli pendidikan melakukan penelitian tentang metode pendidikan yang diterapkan di Jepang. Ternyata sistem pendidikan Jepang sangat tradisional di mata ahli pendidikan Amerika. Ada beberapa hal yang dapat dicatat oleh ahli dan pengamat pendidikan Amerika. Pertama, Pemerintah pusat memegang kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum yang berlaku secara nasional baik bagi sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Kedua, pengajaran menekankan hafalan dan daya ingat untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Ketiga, materi pelajaran diarahkan agar murid bisa lulus ujian akhir atau test masuk ke sekolah lebih tinggi, keempat, tidak mengembangkan daya kritis dan kemandirian murid. Kelima, semua murid diperlakukan sama, tidak ada treatment khusus untuk murid tertinggal.
Yang paling menarik kesimpulan dari para ahli pendidikan Amerika, sesungguhnya sekolah di jepang menekankan pada diri murid dan sekolah memiliki sikap hormat dan patuh kepada guru. Dengan singkat sistem pendidikan Jepang dapat dikatakan suatu sistem pendidikan yang “kaku, seragam dan tiada pilihan bagi anak didik”. Dari hasil penelitian ini, para ahli dan pengamat pendidkan Amerika memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk mengevaluasi sistem pendidikan di AS. Namun harus diakui, betapa dibalik sistem pendidikan di Jepang: yang kaku dan seragam serta memiliki sikap hormat dan patuh kepada guru terdapat sebuah hikmah yang memberikan beberapa catatan penting. Pertama, dengan menegakkan disiplin patuh terhadap guru dan sekolah menyebabkan anak didik di Jepang secara riil menggunakan waktu sekolah lebih besar. Kedua, sistem pendidikan di Jepang telah berhasil melibatkan orang tua anak didik dalam pendidikan anak-anaknya. lbu, khususnya senantiasa memperhatikan, memberikan pengawasan dan bantuan belajar kepada anak-anaknya. Tambahan lagi, lbu-ibu ini terus secara berkesinambungan membuat kontak dengan para guru. Ketiga, di luar sekolah berkembang kursus-kursus yang membantu anak didik untuk mempersiapkan ujian atau mendalami mata pelajaran yang dirasa kurang. Keempat, status guru dihargai dan gaji guru relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan pekerjaan guru mempunyai daya tarik tersendiri. Lalu, bagaimana dengan pendidikan kita? (Khairul Hakim)
UTAMA
RSBI; BAK BUNGA MENAWAN LAYU SEBELUM BERKEMBANG GOYAH. Itulah kata yang tepat diucapkan ketika Mahkamah Konstitusi Repubik Indonesia, mengabulkan permohonan pembubaran Rintisan Sekolah Berstandard Internasional (RSBI). Majelis hakim MK dipimpin Mahfud MD, mengabulkan permohonan gugatan yang diajukan pada Desember 2011, untuk membatalkan Pasal 50 ayat (3) Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal itu berbunyi: “Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.” Dengan keputusan MK ini, berarti status RSBI harus dihapus dan penyelenggaraan satuan pendidikan berkurikulum internasional juga tak lagi diperbolehkan.Segala mekanisme dan pembiayaan terkait RSBI juga harus dibatalkan. Akibatnhya, sekira 1.300 RSBI yang beroperasi berdasarkan Pasal UU Sisdiknas itu, harus menghapus seluruh program yang ada, termasuk model pembelajaran menggunakan bahasa asing. Tidak hanya itu, MK juga memeriksa bukti dan mendengarkan pendapat pemerintah dan anggota legislatif. Putusan ini dikeluarkan oleh MK setelah menimbang bahwa keberadaan RSBI tidak sesuai dengan konstitusi yang ada. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah biaya yang mahal mengakibatkan adanya diskriminasi pendidikan. Selain itu, pembedaan antara RSB dan non-RSBI menimbulkan adanya kastanisasi pendidikan. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam setiap mata pelajaran di sekolah RSBI juga dianggap dapat mengikis jati diri bangsa dan melunturkan kebanggaan generasi muda terhadap penggunaan dan pelestarian bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Putusan MK itu bagi jajaran Kementerian Pendidikan Nasional hingga ke daerah-daerah bagaikan petir di siang bolong. Tak mengherankan, bila Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Noeh mengkritik keputusan MK itu. Tapi apa mau dikata, secara hukum putusan MK bersifat final dan tak ada upaya hukum yang lain bisa menganulirnya. Bak bunga menawan yang harum semerbak, keadaannya kemudian layu sebelum mekar. Belakangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menghargai keputusan MK itu. Menurut dia, dihapusnya pasal ini, Indonesia tak lagi sekolah berlabel RSBI. Menteri Nuh harus mengikuti dan melaksanakan keputusan MK. Sejak dikeluarkannya keputusan MK ini, tak ada lagi sekolah RSBI atau SBI, baik negeri maupun swasta. Meski tidak ada RSBI, peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tetap akan terus jalan. Kondisi di daerah-daerah memunculkan beragam tanggapan dan kebijakan. Pada banyak daerah, meski label RSBI dihapus, tapi masih ada kemauan kuat untuk mengadopsi program RSBI itu. Misalnya, Jawa Timur melalui Kadis Pendidikan Provinsi
Walikota Meninjau SMA 1 Kota Tebing Tinggi Sebagai Salah Sekolah RSBI (Foto Sinergi/Fadhli) Jawa Timur, mengatakan jika RSBI dirubah akan dicoba mengalihkannya menjadi sekolah standard nasional (SSN). Dinas Pendidikan Banten melalui Kadisdik Hudaya Latuconsina, mengatakan anggaran RSBI sebaiknya digunakan untuk peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, misalnya untuk pengadaan alat pendidikan, seperti multimedia pembelajaran, interaktif whiteboard, bantuan keuangan, dan lain-lain. Setelah dihapuskannya RSBI, Hudaya menyarankan Kemendikbud fokus pada delapan standar pendidikan nasional. "Ada dua hal yang penting. Pertama, prasarana dan sarana, meliputi ruang kelas baru, sekolah baru, alat pendidikan dan lain-lain. Kedua, peningkatan tenaga pendidik, terutama segi kualifikasinya. Sebab, dari 88.000 guru di Banten (honorer dan PNS), sebanyak 40.000 belum berkualifikasi strata satu (S1)," katanya. RSBI di Sumatera Utara tetap melanjutkan proses pembelajarannya hingga Juni 2013 atau sampai berakhirnya tahun ajaran 2012/2013. "Kita sudah mengusulkan ke Mendikbud agar RSBI tetap berjalan hingga akhir semester ini. Hal ini juga sudah disetujui," kata Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Syaiful Syafri, di Medan. Selain itu, kata dia, pihaknya juga masih menunggu surat edaran dari Mendikbud tentang kelanjutan status RSBI terkait keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penghapusan label RSBI pada sekolah-sekolah tertentu. "Kita masih menunggu surat edaran dari Mendikbud tentang kelanjutan status RSBI tersebut. Apakah namanya nanti diganti dengan sekolah unggulan atau dibuat seperti sekolah biasa saja. Demikian juga dengan sistem penerimaan
siswa baru, juga masih menunggu surat e d a r a n n y a , " k a t a n y a . Beberap pengamat dan praktisi pendidika menyambut positif keputusan MK itu. Menurut Guru Besar Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono, Indonesia tetap harus memiliki pendidikan yang bermutu internasional. "Mutunya internasional tapi tidak menjadi bagian dari internasional," katanya seusai kuliah umum Ekonomi Kerakyatan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jumat, 15 Februari 2013. Dia menerangkan bahwa sekolah bertaraf internasional bukan berarti Universitas Harvard mendirikan sekolah di Indonesia atau seperti model RSBI. "Itu keliru banget," ujarnya. Sekolah internasional ala Indonesia berarti orang asing yang belajar di Indonesia. Misalnya belajar soal laut dalam, hutan hujan tropis, pengobatan di negara tropis, dan penyakit di negara tropis. Atau mempelajari berbagai macam serangga dan mempelajari kesenian gamelan. "Orang Amerika juga harus belajar dari kita. Tidak hanya kita yang belajar ke Amerika," katanya. Pihak anti komersialisasi pendidikan sangat bersyukur terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan gugatan terkait kasus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Namun muncul harapan agar pemerintah benar mematuhi putusan ini. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti, mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur dengan putusan MK terkait kasus RSBI ini. Menurutnya, MK membuktikan berpihak pada pendidikan yang setara dan tidak membedakan kondisi anak.
9
UTAMA
"Mudah-mudahan ini tidak diganti nama saja oleh pemerintah. Tolong dihormati dan ini keputusan yang sangat demokratis," kata Retno saat dijumpai di MK, Jakarta. "Jangan sampai dari RSBI kemudian ada putusan ini jadinya hanya ganti nama saja menjadi bukan RSBI," imbuh Retno. Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, mengatakan bahwa pemerintah harus segera mencabut Permendiknas No 78/2009 tentang Penyelenggaraan RSBI. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus melakukan revisi terhadap undang-undang sistem pendidikan nasional yang isi pasalnya sudah tidak lagi relevan. "Memang dikabulkannya gugatan ini membuat nama RSBI sudah tidak digunakan lagi. Tapi tidak cukup itu, regulasinya juga harus dicabut agar aturan RSBI di sekolah-sekolah itu tidak berlaku lagi," jelas Darmaningtyas. Menyikapi itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh secara resmi menetapkan bekas sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional kembali menjadi sekolah reguler. "Dengan ini, sekolah eks RSBI berstatus menjadi sekolah reguler, yang dibina oleh pemerintah provinsi/ kabupaten/kota," kata Nuh ketika ditemui di kantornya, Kamis, 31 Januari 2013. Kebijakan tersebut ditetapkan melalui Surat Edaran Nomor: 017/ MPK/SE/2013 tentang Kebijakan Transisi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Menurut Nuh, surat edaran itu ditujukan kepada para kepala daerah seperti gubernur, bupati atau wali kota, kepala dinas pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia. Nuh menambahkan, meski berubah menjadi sekolah reguler atau sekolah biasa, eks-RSBI hendaknya menyelesaikan programnya sampai tahun ajaran yang baru tiba. Dia menegaskan, semua papan nama, kop surat, dan stempel, yang terkait dengan label RSBI tidak dapat dipergunakan lagi dalam proses administrasi atau manajemen sekolah. Pemerintah daerah, menurut Nuh, wajib menyediakan anggaran untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu pada sekolah eks RSBI. "Sekolah tidak boleh menarik pungutan dari masyarakat yang terkait dengan program RSBI," katanya. Sekolah menerapkan pengelolaan pembiayaan sekolah reguler dengan manajemen berbasis sekolah. Adapun tahun ini, Kementerian Pendidikan menganggarkan Rp 2,5 triliun untuk kurikulum baru. Anggaran itu antara lain untuk pengadaan buku 72,9 juta eksemplar sebesar Rp 1,3 triliun dan pelatihan 1,13 juta guru berbiaya Rp 1,3 triliun. Dia menegaskan, anggaran ini tidak mengada-ada. "Tak akan ada ki-
10
sah seperti kasus Hambalang,” katanya. Tapi tahukan Anda, betapa besarnya dampak pembubaran RSBI itu. Dampaknya bersifat multi dimensi, mulai dari persoalan sistem pendidikan, psikologis guru, siswa hingga sarana dan prasarana yang selama ini menjadi bagian terpenting dalam proses belajar mengajar di RSBI. Perubahan drastis membuat semua kalangan yang terlibat selama ini jadi kelimpungan. Ribuan RSBI itu, akan mengalami berbagai metamorvosis sistem dan kurikulum sesuai kebijakan setiap daerah. Belum lagi menghitung bagaimana legalitas hukum sekolah eks RSBI yang akan menimbulkan biaya tak terduga pula. Tidak pula bisa diabaikan terjadinya perubahan psikologis pada guru dan siswa yang selama ini bergelimang dengan sistem pendidikan elitis itu. Guru RSBI misalnya, sejak beberapa tahun belakangan dipandang sebagai guru pintar dengan gaji yang berada di atas rata-rata gaji guru regular. Pendapatan mereka diperoleh dari berbagai insentif terkait dengan posisi sebagai guru RSBI. Setelah RSBI dibubarkan, otomatis pendapatan juga akan kembali seperti sedia kala. Jika selama ini tidak ada perubahan pola hidup, agaknya tidak terlampau jadi masalah. Namun, akibat dimanjakan fasilitas selama menjadi guru RSBI, kondisi kembali ke belakangan akan menimbulkan beban psikologis yang dalam. Paling tidak semangat mengajar turun drastis, seiring dengan turunnya pendapatan. Hal sama akan terjadi pula pada siswa eks RSBI yang selama ini dimanjakan oleh berbagai fasilitas istimewa, berupa loker belajar, AC, bangku dan meja belajar yang khusus serta perlakuan istimewa dalam proses pendidikan standard internasional. Ketika seluruh fasilitas itu tidak lagi memiliki keistimewaan, ditambah kondisi psikologis guru yang juga dalam keadaan gamang, dapat dipastikan korban pertama dari pembubaran RSBI, adalah menurunnya kualitas pendidikan pada TA 2012/2013 ini. Mungkin asumsi itu terlampau berlebihan, namun dari pengamatan yang dilakukan di berbagai sekolah eks RSBI, ada kecenderungan semangat belajar dan mengajar dikalangan warga sekolah mengalami penurunan. Mudah-mudahan asumsi itu tidak benar, dan harus dibuktikan nantinya pada saat tahun ajaran berakhir. Apakah prestasi mereka sama dengan tahun sebelumnya atau terjun bebas. Prestasi pendidikan RSBI sebenarnya tidaklah baik-baik sangat. Dalam rentang empat tahun masa masa program itu berjalan, banyak RSBI yang kedodoran baik dari segi prestasi maupun kualitas pendidikan. Berkhalayal agar lulusan RSBI
tingkat SMA misalnya bisa menghuni sejumlah perguruan tinggi elit dunia, seperti Harvard, Oxvord, UCLA, atau sejumlah universitas elit di Eropah, ternyata jauh panggang dari api. Bahkan, untuk bisa menjadi siswa yang menjadi terompet Indonesia di kancah perlombaan semacam olympiade science juga hampir tak terdengar. Siswa RSBI hanya bisa berbicara di kancah pendidikan nasional dan tak menunjukkan apapun sesuai label yang disandang di dunia internasional. Elitisme RSBI yang terasa, adalah kecenderungan untuk menjadi lembaga pendidikan yang bukan Indonesia, tapi hanya sekedar lembaga pendidikan plagiat dari sekolah-sekolah yang ada di luar negeri. Pantas, jika kemudian RSBI dalam keberadaannya selama ini, menjadi terasing dan kian menjauh dari model ideal pendidikan anak negeri. Wajar saja jika kemudian RSBI dipandang sebagai proyek pendidikan yang menghasilkan uang besar bagi pengelolanya, tapi kurang menghasilkan kualitas dan mutu pendidikan yang memadai bagi siswanya. Bayangkan saja, di tahun pertama pendirian suatu RSBI, Pemerintah Pusat menyubsidi sekolah itu sebesar Rp300 juta untuk pengadaan sarana dan prasaran pendidikan. Selanjutnya, setiap tahun hingga menjadi SBI sekolah akan terus mendapatkan suntikan dana yang variatif. Maka lima tahun keberadaan RSBI, coba perkirakan sudahberapa triliun dana pengadaan sarana dan prasarana yang keluar. Tapi hitung pula apa hasil dari keberadaan sekolah elit itu. Pada akhirnya, pembubaran RSBI harus menjadi pelajaran berharga bagi insan pendidikan di negeri ini. Mengejar ketertinggalan pendidikan kita bukan dengan upaya menyontoh dan melihat pada model pendidikan yang ada di luar negeri. Tapi lihatlah karakter pendidikan asli anak negeri. Karena dari basis pendidikan anak negeri ini, seperti pesantren justru kita bisa membanggakan diri. Banyak model pendidikan anak negeri ini yang bisa dimodifikasi sedemikian rupa menghadapi kecenderungan perubahan global. Ada model sekolah ala Taman Siswa, ada pula model pesantren bersifat boarding school, ada pula model sekolah alam. Semua model pendidikan itu memberikan karakter tersendiri bagi bangsa ini. Menginegrasikan pendidikan kita dengan dunia, seperti kata Sri Edi Swasono, bukan menjadikan sekolah mirip seperti di luar, tapi bagaimana semangat Keindonesiaan bisa menginternasional. Abdul Khalik (Dikutip dari berbagai sumber).
UTAMA
NASIB RSBI T.TINGGI PASCA KEPUTUSAN MK
(Foto Sinergi/Fadhli) Suatu waktu, tim asistensi RSBI dari Pusat mengunjungi Kota Tebing Tinggi, mereka datang menawarkan program RSBI untuk sekolah-sekolah yang ada di kota itu. Saat itu, sudah ada dua sekolah yang bakal jadi RSBI yakni SMAN 1 dan SMKN 2. Maka program dilanjutkan untuk SMP dan SD. Pihak Disdik mengajukan SMPN 1 dan SD 163082 sebagai cikal bakal RSBI. Tapi, SDN 163082 tak memenuhi syarat, sedangkan ada keharusan salah satu SDN harus berstatus RSBI. Akhirnya, dengan terpaksa SDN 163080 diajukan sebagai RSBI. Padahal, SD itu sama sekali tidak layak sebagai RSBI, karena persyaratan tak cukup. Itulah salah satu kisah tentang pelaksanaan program RSBI di kota Tebingtinggi. Program RSBI itu, tidak terjadi secara alami tapi melalui semacam proyek pusat yang dipaksakan kepada daerah. Dampaknya, sebagian besar sekolah memang tidak siap menerimanya. Kota Tebingtinggi yang memiliki empat sekolah RSBI, yakni SMAN 1, SMKN 2, SMPN 1 dan SDN 163080 pasca putusan MK RI sedikit banyak mempengaruhi keeempat sekolah itu, meski intensitasnya variatif. Ada sekolah yang selama ini dikenal sebagai sekolah favorit yang mengalami pukulan berat karena keputusan itu, tapi ada pula sekolah yang tidak mengalami pengaruh berarti. SMAN 1 misalnya, terpaksa mengalami perubahan drastis, karena anggaran yang menopang jalannya proses belajar mengajar di sekolah itu, dihapus sama sekali. Komite Sekolah yang selama ini mendukung RSBI mencabut subsidi mereka, sehingga seluruh proses pendidikan di sekolah itu limbung. Terutama pada program-program pendukung seperti les mata pelajaran pada sore hari, maupun kegiatan luar ruang seperti out bond, dan lain-lain.
Sama dengan itu, SMPN 1 juga mengalami perubahan drastis dalam menopang pendidikan selama ini. Sebagian besar dana yang menopang kegiatan dari komite sekolah dihapus, sehingga pemotongan sumbangan itu langsung mengurangi jumlah kegiatan belajar mengajar yang selama ini ada. Namun, Kasek SMAN 1 Mhd. Syarif, MPd, MSi, mengatakan tidak ada perubahan yang signifikan dalam proses belajar mengajar di sekolah yang dipimpinnya. Seluruh proses belajar mengajar tetap berlangsung sebagaimana biasanya. Menurut dia, program RSBI selama ini yang ditopang oleh komite sekolah hanya Rp200 ribu/siswa/bulan. Dengan dipotongnya biaya itu, maka kegiatan sekolah yang dipangkas hanya untuk dukungan pendidikan, seperti les sore dan kegiatan iuar sekolah saja. Meski demikian, diakui sumber pemasukan guru yang selama ini terlibat dalam program RSBI mengalami penurunan drastis. Tidak ada lagi pemasukan tambahan yang selama ini diterima dari kegiatan ekstra RSBI. “Saya dalam rapat komite sudah mengusulkan dana Rp125 ribu agar kegiatan berlanjut, tapi komite menolak,” ujar Mhd. Syarif. Kesepakatan terakhirnya dana bantuan komite hanya Rp85 ribu. Dengan dana sebesar itu lah program baru dibuat menggantikan program RSBI. Syarif, tidak mengkhawatirkan terjadinya penurunan kualitas pendidikan, khususnya menghadapi UN 2013. Justru yang dikhawatirkan adalah model UN yang kabarnya menggunakan system paket. Di mana mata pelajaran yang diujikan bersatu dengan mata pelajaran lain dalam lembaran yang sama. Misalnya, kimia disatukan dengan sosiologi atau matematika disatukan dengan biologi,
dana lain-lain.”Kalaju sampai ini terjadi kita benar-benar khawatir,” ujar dia. Senada dengan itu, Kasek SMKN 2 Drs. Harsono, mengatakan tidak ada perubahan signifikan dalam proses belajar mengajar di sekolah kejuruan itu. Hal itu, disebabkan selama ini pihak sekolah tidak mendapatkan sumbangan apapun dari komite sekolah. Semua kegiatan siswa, umumnya mendapatkan bantuan dari APBN, khususnya pada peralatan praktek yang jadi sumber utama pelajaran. “Hampir tidak ada masalah pasca penghapusan RSBI,” ujar Harsono. Dewan guru juga tidak mengalami masalah, karena selama ini ketergantungan pada dana les di luar jam pelajaran tidak demikian tinggi. Sehingga pengaruh dihapusnya RSBI bagi SMKN 2 sama sekali tidak terasa. Pun demikian, penghapusan RSBI meski secara kasat mata tidak terlihat, tapi dalam kacamata psikologis terlihat juga. Sejumlah wali murid sempat menyebutkan adanya penurunan instensitas belajar di kalangan siswa. Demikian pula dengan semangat mengajar para guru yang melorot, karena kehilangan dana intensif. “Saya dapat kabar seringkali ruang kelas ketiadaan guru,” ujar Tavip Nasution. Harus diakui, selama ini kualitas pendidikan RSBI di sejumlah sekolah itu, bisa dilihat dari prestasi mereka di akhir tahun pelajaran, dalam bentuk kemampuan memasuki sekolah favorit lainnya. Misalnya, siswa SDN 163080 sebagian besar bisa masuk ke SMPN 1, kemudian siswa RSBI SMPN 1 umumnya bisa masuk ke RSBI SMAN 1 atau SMKN 2. Sedangkan siswa SMAN 1 maupujn SMKN 2 bisa menembus sejumlah perguruan tinggi elit negeri ini, semisal UI, ITB, UGM, Unpad, ITS, Brawijaya dan lain-lain.Atau lulusan SMKN 2 yangbisa masuk ke perusahaan-perusahaan elit sesuai bidangnya. Namun, prestasi itu bukan lah membanggakan, karena sekolah lain yang tidak berlabel RSBI juga mampu melakukannya. Misalnya, SMAN 2 yang hanya berlabel SSN, merupakan sekolah yang hingga kini mampu menjadi sekolah yang paling banyak meluluskan siswanya ke berbagai PT lewat jalur PMP. Bahkan, SMAN 3 yang selama ini dikenal sebagai sekolah buangan dan tempat berkumpulnya siswa titipan, ternyata mulai menggeliat dan menunjukkan prestasinya. Jika sudah begini, keberadaan RSBI tak memberikan arti penting dalam dunia pendidikan di kota Tebingtinggi. Karena selama ini, RSBI yang ada di kota Tebingtinggi hanya merupakan langkah dari pesanan pusat. Lalu, ketika RSBI dihapus, faktnya memang tak ada perubahan signifikan didalamnya yang bisa mengguncang dunia pendidikan di kota itu. Lalu biarlah RSBI berlalu dan pendidikan kita tetap harus terus melaju. Abdul Khalik
11
UTAMA
RSBI GANTI NAMA JADI REGULER Diskriminatif. Kata inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa MK membubarkan RSBI. Meski menjadi bagian dari sistem kependidikan nasional, RSBI hanya membuahkan satu kondisi masyarakat yang anti pendidikan. Penekanan diskriminatif itu, oleh MK dinyatakan dengan: selain terkait dengan masalah pembangunan jati diri bangsa, RSBI hanya membuka peluang perlakuan antara sekolah RSBI/SBI dengan sekolah non SBI.
Karena itu, menurut MK pemerintah harus memberi ruang perlakuan khusus bagi mereka yang punya kemampuan khusus, namun pemberian pelayanan berbeda tidak dapat dilakukan dalam bentuk sekolah RSBI/SBI dan non RSBI/SBI, karena hal itu menunjukkan ada perlakuan yang berbeda dari pemerintah. Baik fasilitas, pembiayaan, sarana dan prasarana, RSBI/ SBI dapat fasilitas lebih. Implikasi pembedaan demikian mengakibatkan hanya RSBI/SBI saja yang menikmati fasilitas memadai. Sedangkan non RSBI/SBI fasilitasnya sangat terbatas. Fakta lain, bahwa siswa RSBI/SBI harus membayar biaya lebih banyak. Hanya masyarakat mampu saja bisa sekolah di
12
RSBI/SBI. Walau ada beasiswa kurang mampu, tetapi hal itu sangat kecil dan hanya ditujukan bagi anak-anak sangat cerdas, sedang anak-anak tidak secara ekonomi, kurang cerdas, tidak mungkin sekolah di RSBI/SBI. Selain itu, dalam pertimbangan hukumnya MK memandang pendidikan haruslah berakar dari nilai-nilai budaya bangsa dan yang terkandung dalam pancasila. Penggunaan bahasa asing sebagai pengantar pada RSBI/SBI akan menjauhkan akan menjaukan pendidikan nasional dari akar budaya dan jiwa bangsa Indonesia. Yang tidak kalah penting MK berpendapat bahwa adanya perbedaan antara RSBI/SBI dengan non RSBI/SBI. Padahal perlakuan yang demikian itu bertentangan dengan prinsip kontitusi yang harus memberikan perlakuan sama antar sekolah. Selain itu dalam faktanya siswa yang bersekolah di RSBI/SBI memang harus membayar lebih banyak dibanding sekolah non RSBI/SBI. Pasca Keputusan MK mengenai RSBI/SBI, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran No. 017/MPK/SE/2013, yang menyebutkan status RSBI/SBI kembali menadi reguler. Menanggapi surat edaran ini, Disdik Provsu memerintahkan sejak bulan Februari seluruh sekolah RSBI/SBI
berganti menjadi reguler. Karena itu, Disdik Provsu meminta agar sekolah terkait segera mengunah semua papan nama, kop surat dan stempel ke nama sekolah sebelum menjadi RSBI/SBI. Tak hanya itu, sekolah juga dilarang melakukan pungutan-pungutan yang diberlakukan pada saat masih berstatus RSBI/SBI. Biaya pendidikan kini berlaku seperti sekolah reguler lainnya dengan besaran yang tidak jauh berbeda. Saat ini Sumut memiliki 35 unit RSBI/SBI. Adapun rinciannya SMK berjumlah 17, SMA 11, SMP 4 dan SD tiga sekolah. “Kalau sebelumnya disebut dengan SMA Negeri 1 RSBI, maka sekarang namanya menjadi SMA Negeri 1 saja, tidak ada lagi label RSBI,” tutur Kepala Disdik Muhammad Zein. Selanjutnya dijelaskan, untuk perekrutan siswa baru agar dikembalikan seperti semula, layaknya seperti sekolah reguler. Aturan penerimaan ini sudah diatur oleh pemerintah kabupaten/kota setempat. Kalau dulu otonom, tapi sekarang sama seperti sekolah reguler lainnya baik itu tata cara dan mekanisme pendaftaran. (khairul hakim)
UTAMA
PENDIDIKAN ELIT SEPANJANG ZAMAN
Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan baik itu ilmu alamiah, maupun ilmu akal, dari generasi yang lebih tahu kepada generasi selanjutnya yang belum memiliki pengetahuan sebanyak generasi terdahulunya. Proses ini berlangsung dari zaman prasejarah sampai abad modern saat ini. Mulai dari cara yang sederhana sampai kepada cara yang kompleks seperti saat ini, mulai dari hanya berbagi pengalaman ketika berburu di depan api unggun sampai kepada melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekarang ini. Semua itu hampir berlangsung di seluruh dunia tidak hanya di Indonesia saja. Itu merupakan proses alamiah manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berbagi dalam segala aspek kehidupannya. Pendidikan di Indonesia, berdasarkan pada berbagai temuan arkeologis telah dimulai sejak zaman batu. Ketika ditemukan berbagai bentuk simbol-simbol tertulis di dinding gua. Pada masa pra sejarah, ditemukan berbagai simbol yang menayangkan berbagai episode kehidupan komunitas kala itu. Misalnya, gambar hewan, api unggun juga berbagai bentuk peralatan yang bisa jadi informasi. Di banyak tempat tersebar, ditemukan informasi masa lalu dari goa dan batu bertulis. Mulai dari Aceh dan sepanjang Sumatera, hingga Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Di Abad Pertengahan, ketika sejumlah kerajaan muncul di Nusantara, proses belajar mengajar serta lokasi pembelajaran mulai dikenal. Paling tidak pola pendidikan di Nusantara telah ada, ketika Kerajaan Sriwijaya maupun Kerajaan Majapahit, menjadi penguasa di jajaran kepulauan Nusantara. Sebagai kerajaan berbasis Hindu/Buddha, maka pola pendidikan yang terbentuk kala itu, mengikuti nilai-nilai Hindu/Buddha. Strata sosial masyarakat Hindu/ Buddha berdasarkan kasta, telah mempengaruhi sedemikian kuat pola pendidikan masyarakat kala itu. Para penikmat pengetahuan dan ketrampilan, berasal dari golongan tertentu dan tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya. Di masa itu, penguasa ilmu pengetahuan dan kterampilan dipegang oleh kalangan dengan status berbeda dan tidak sama. Kaum Brahmana sebagai kelompok kasta tertinggi, menguasai ilmu pengetahuan keagamaan dan pengetahuan rasional lainnya, dengan segala keistimewaannya. Hak privilege atas pengetahuan agama dan rasionalisme, dimiliki penuh kelompok ini. Keistimewaan otoritatif itu, mengakibatkan pengetahuan keagamaan dan rasionalisme menjadi senjata utama dalam mempertahankan kaum Brahmana tetap berada di posisi itu selamanya. Kaum Kstaria yang menduduki posisi kedua, memiliki pengetahuan tentang olah kanuragan (militer) dan
ketatanegaraan. Kaum ksatria memiliki hak penuh atas dua postulat ilmu pengetahuan itu, sehingga memiliki kemampuan untuk mengendalikan kerajaan masing-masing. Di tangan kelompok inilah, berbagai hal terkait dengan militer dan politik diajarkan secara turun temurun, sehingga ilmu-ilmu itu menjadi hak otoritatif kalangan ini. Kewenangan itu bersifat given dan tak bisa diajarkan diluar kelompok ksatria. Selanjutnya, kelompok waisha atau para ahli pertukangan, perdagangan dan ketrampilan. Kelompok ketiga ini juga menjadikan ketrampilan yang dimilikinya sebagai hak mutlak yang tidak sembarangan diajarkan kepada orang lain. Hanya kelompok waisha saja yang memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran atas ketrampilan itu. Sedangkan kelompok lain tidak mendapatkan kesempatan memperoleh ketrampilan demikian. Kelompok terakhir, adalah kaum sudra yang dikenal sebagai kelompok paling bawah dari strata Hindu/Buddha. Mereka ini tidak memiliki hak apapun atas pengetahuan dan ketrampilan. Posisi mereka hanya sebagai pembantu dari ketiga kelas di atas. Dalam status sebagai pembantu, maka sekjuat apapun mereka berusaha mendapatkan pengetahuan dan ktrampilan yang dikuasai ketiga kelas keagamaan itu akan sia-sia saja. Di masa itu, pengetahuan dan ktrampilan yang dimiliki menjadi sumber utama kekuatan masing-masing kaum berhadapan dengan kaum yang lain. Nyatalah, betapa pengetahuan dan ketrampilan menjadi kekuatan utama dalam pembentukan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Hindu/Buddha, kala itu. Pada perioode masuk dan berkembangnhya Islam, pola transfomasi pendidikan mengalami perubahan cukup signifikan. Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai, Perlak di Sumatera dan Kerajaan Demak di Jawa menunjukkan adanya transformasi pengetahuan yang lebih egaliter. Para ulama yang menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk, tidak hanya mengajarkan pengetahuan keagamaan, tapi juga mengajarkan berbagai ketrampilan sebagai bekal hidup. Bahkan, dalam kondisi tertentu para ulama penyebar Islam juga mengajarkan ilmu olah kanuragan untuk menjaga diri dari berbagai kejahatan.
13
UTAMA
Para ulama juga membangun padepokan pengajaran yang belakangan dikenal dengan istilah pesantren di Jawa dan Dayah di Aceh serta surau di Minangkabau. Pesantren lah kemudian yang menjadi sarana pendidikan pemutus sekat-sekat ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang selama ini mewarisi pola pendidikan di Nusantara. Proses transformasi lain dalam bentuk penerjemahan pengetahuan dari bahasa Asing juga berlangsung intensif, selain upaya pribumisasi ajaran Islam menunjukkan trend yang kuat. Misalnya, pribumisasi pengetahuan Islam ke dalam adat istiadat setempat. Tidak mengherankan jika kemudian banyak ulama Nusantara kala itu yang memiliki kelas dunia, semisal Abdul Rauf As Singkilidan Samsuddin As Sumatrany dari Aceh, maupun sejumlah ulama asal Jawa yang karyakarya tulis mereka mampu mengisi perpustakaan dunia Islam. Ketrampilan juga kala itu maju pesat dan dapat dilihat dari kemajuan dunia maritim Nusantara kala itu. Banyak ahli sejarah mencatat keandalan masyarakat muslim Nusantara di dunia pelayaran, diketahui dari kemampuan mereka berlayar hingga titik terjauh permukaan bumi. Bahkan, benua Amerika yang diklaim bangsa Eropah sebagai yang pertama mereka temukan, hanya isapan jempol belaka. Karena jauh sebelum itu, para pelayar muslim telah lebih dulu menjejakkan kaki mereka di benuar baru itu. Hal sama, terjad pula pada pelayaran ke benua Australia dan Selandia Baru serta gugusan pulau-pulau di Pasifik.
14
Pasang surut pendidikan Nusantara kembali terjadi, ketika kepulauan itu mengalami penjajahan bangsa Eropah. Belanda dan Inggris serta Portugal, memperkenalkan model pendidikan sekolah (school), yakni pendidikan bergaya Eropah. Dalam tahap awal, model pendidikan sekolah ini, diperkenalkan dengan pola stratifikasi pendidikan yang ketat. Kolonial Belanda membangun sekolah berdasarkan ras yang dikelompokkan dalam pendidikan berbeda. Maka, terbentuklah sekolah khusus orang Belanda, sekolah orang Eropah, sekolah orang Timur Asing dan sekolah Pribumi. Materi yang diajarkan juga berbeda, sehingga melahirkan lulusan yang berbeda pula. Stratifikasi berdasarkan ras itu berhasil mempertahankan hegemoni Kolonial Belanda terhadap kaum selain Belanda dan Pribumi selama beratus tahun. Elitisme structural pendidikan dalam periode itu terbentuk, ketika kebanyakan orang-orang Belanda, Eropah, Timur Asing dan Pribumi abdi dalem Belanda bersekolah di berbagai sekolah berbasis pendidikan Eropah. Sedangkan sebagian besar masyarakat jajahan bersekolah di tempat-tempat pendidikan tradisional yang tidak diberi ruang untuk berkembang lebih jauh. Menghadapi perkembangan modernisme yang lebih Westernism, terasa betapa pendidikan tradisional semacam pesantren dan dayah mengalami ketertinggalan. Itu sebabanya, di awal Abad 20, sejumlah pemikir dan pendidik pribumi mencoba memberontak dari
stratifikasi pendidikan yang tidak adil itu. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Di Sumbar sejumlah pendidik seperti H Rasuna Said, HM Syafii dengan INS Kayu Tanamnya, juga mendirikan berbagai pendidikan modern, guna memutus ketimpangan pendidikan kala itu. Semangat egaliteranisme pendidikan pribumi berbasis Islam, mereka jadikan sebagai simbol pendidikan yang mereka kembangkan. Meski pun kurikulum pendidikan mengacu pada pendidikan Eropah. Di era kemerdekaan, hasil dari model pendidikan yang dibangun para pribumi itu, memunculkan banyak talenta baru yang mampu mengimbangi pendidikan diskriminatif dan kastaisme itu. Selama kemerdekaan semangat pribumisme Taman Siswa dan semangat tajdid Muhammadiyah serta model pendidikan INS Kayu Tanam, menjadi acuan bagi proses pendidikan anak negeri. Tapi belakangan ketika RSBI dimunculkan, pendidikan Indonesia secara sadar mulai kembali ke akar kastaisme yang di bangun oleh stratifikasi sosial pada masa itu. RSBI pun dituding menjadi sekolah yang diskriminatif, karena hanya bisa dihuni oleh anak-anak pintar yang memiliki uang. Sedang bagi yang pintar tapi tak punya uang jangan harap untuk bisa duduk di bangku istimewa itu. Pendidikan kita ternyata kembali ke abad pertengahan. Abdul Khalik
PENDIDIKAN
SISWA SMA 1 BERHASIL MEMBUAT KOMPOS akan berupaya memproduksi kompos sendiri untuk digunakan pada tanaman di lingkungan sekolah bahkan direncanakan akan jual ke masyarakat yang membutuhkan. Langkah-langkah pembuatan kompos yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi adalah sbb:
Pembuatan kompos di SMAN 1 Tebing Tinggi telah dilakukan sejak tahun 2011. Pengomposan dilakukan dalam skala kecil yakni dengan menggunakan keranjang TAKAKURA. Panen kompos yang dihasilkan berkisar 7,5 Kg s/d 10 Kg per 3 bulan sekali dan kompos tersebut dimanfaatkan sebagai campuran media tanah untuk menanam bunga di sekolah. Setelah berhasil dengan pembuatan kompos dengan keranjang Takakura, maka sejak tahun 2012 pembuatan kompos di SMAN 1 Tebing Tinggi dilakukan dengan skala yang lebih besar. SMA Negeri 1 Tebing Tinggi telah memiliki Rumah Kompos. Bedanya dengan skala kecil diatas hanya pada keranjang Takakura yang digantikan dengan tempat khusus permanen yang lebih besar, tetapi prinsip kerjanya hampir sama. Pembuatan kompos dilakukan oleh para siswa dibawah bimbingan Tim Adiwiyata Kota Tebing Tinggi ( Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi). Lebih lanjut disampaikan bahwa SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
A. PEMBUATAN STARTER 1. 200 mililiter EM4 padat, dicair kan dengan 4 liter air dan ditambahkan dengan 300 gram gula (tergantung jumlah sampah yang akan dijadikan kompos). Campurkan semua bahan, kemudian tutup dalam wadah dan biarkan selama 3-4 hari. Pembuatan stater dengan cara lain dapat dilakukan dengan membusukkan makanan. Lendir yang terdapat pada permukaan makanan basi tersebut adalah bakteri pembusuk yang dapat digunakan sebagai stater pengomposan. 2. Alternatif stater lain dapat digunakan dengan memanfaatkan tanah kompos yang sudah jadi. Tanah kompos yang sudah jadi dapat dicampur dengan sampah organik untuk mendapatkan kompos yang baru. Karena kompos yang sudah jadi tersebut dapat menjadi activator/ragi bagi sampah yang baru. B. PEMOTONGAN SAMPAH DAUN Sampah daun yang sudah dikumpulkan, dipotong-potong. Pemotongan sampah daun dilakukan oleh siswa pada sore hari. Pemotongan /mencacah daun dilakukan untuk mendapatkan potongan daun yang lebih kecil. Tujuannya adalah memperluas bidang penguraian, agar proses pengura-
Pelatihan Pembuatan Kompos Oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi
ian/pembusukan oleh mikroorganisme berjalan lebih cepat dan proses pengomposan berjalan optimal. C.PENGOMPOSAN - Sampah daun yang telah dipotongpotong dimasukkan kedalam bak pengomposan - Stater disiramkan sampai sampah daun / bahan kompos terlihat agak basah. Aduk secara merata. - Tutup bak sampah agar terjadi proses fermentasi. Pengomposan dilakukan dengan benar apabila suhu dalam fermentasi sekitar 60 derajat celcius. - (Pengomposan dapat pula menggunakan kompos yang sudah jadi, dengan cara mencampurkan potongan sampah daun dengan kompos yang sudah jadi) - Setelah 1 minggu, dilakukan pembalikan dengan cara memindahkan bahan kompos dari bak 1 ke bak 2. Minggu berikutnya dilakukan pembalikan lagi dengan cara memindahkan bahan kompos dari bak 2 ke bak 3, dan seterusnya sampai 4 minggu D. PEMANENAN HASIL - Setelah 4 atau 5 minggu, biasanya bahan kompos tersebut sudah menjadi kompos, dan kompos siap dipanen. - Selanjutnya kompos hasil panen dikering anginkan dan di ayak/disaring untuk mendapatkan kompos yang halus dan siap pakai. Sisa ayakan dikembalikan kedalam bak pengomposan sebagai activator.(Indrawati,S.Pd.,M.Sc.)
Siswa/Siswi Sma N 1 Tt Dan Guru, Sedang Mencacah Daun Untuk Dijadikan Kompos
15
KESEHATAN
MAMOGRAFI MENDETEKSI KANKER PAYUDARA STADIUM NOL Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua yang menyerang perempuan setelah kanker mulut rahim di Indonesia. Sampai sekarang belum diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga dibutuhkan deteksi dini stadium kanker, yaitu stadium nol dengan menggunakan mamografi. Penderita pasien payudara setiap tahun semakin meningkat. Berdasarkan data dari International Agencies for Research on Cancer (IARC) tahun 2005, kasus baru di Indonesia sekitar 26 per 100.000 perempuan setiap tahun, dan sebagian besar dalam keadaan stadium lanjut. Deteksi dini stadium nol dibutuhkan untuk menemukan penderita kanker pada stadium rendah (down staging), sehingga presentase kemungkinan untuk dapat disembuhkan tinggi. Mamografi merupakan modalitas untuk deteksi dini atau skrining kanker payudara dengan menggunakan sinar X. Alat ini mampu memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk yang terkecil hingga kurang dari 5 mm (stadium nol). Pada stadium nol, mamografi dapat memperlihatkan adanya mikrokalsifikasi, yaitu suatu benjolan yang tidak dapat teraba baik oleh perempuan itu sendiri maupun dokter sekalipun, hingga benjolan tersebut berukuran 1 cm atau lebih. Stadium nol adalah merupakan
16
stadium pre kanker, dimana massa tumor belum keluar dari kelenjar susu maupun saluran susu (LCIS atau DCIS). "Bila stadium nol dapat segera dideteksi, maka kemungkinan sembuh masih sangat besar," ujar Dr Sariningsih Hikmawati, Sp.Rad, Staf Medik Fungsional Bidang Radiologi RS Kanker Dharmais, dalam acara penyuluhan awam bertajuk 'Manfaat Pemeriksaan Mamografi' di RS Kanker Dharmais. MAMOGRAFI MENDETEKSI KANKER PAYUDARA Menurut data Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) tahun 2003, prognosis daya tahan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut: Stadium 0 (massa tumor belum keluar dari kelenjar susu maupun saluran susu): 10 tahun bertahan hidup 98 persen Stadium 1 (massa tumor masih terbatas pada payudara): 5 tahun bertahan hidup 85 persen Stadium 2 (telah ada keterlibatan kelenjar getah bening pada ketiak): 5 tahun bertahan hidup 60-70 persen Stadium 3 (massa tumor telah menyebar pada otot dan dinding dada atau kelenjar getah bening di atas supraklavikula): 5 tahun bertahan hidup 30-50 persen Stadium 4 (kanker telah menyebar ke organ lain): 5 tahun bertahan hidup 15 persen
Dr Sari mengatakan, perempuan di atas usia 40 tahun dianjurkan melakukan skrining mamografi setiap 1-3 tahun sekali. Hal ini karena perempuan dengan usia diatas 40 tahun sangat berisiko terkena kanker payudara. Faktor risiko lainnya pada perempuan antara lain: Mengalami haid pertama pada usia kurang dari 12 tahun Berhenti haid (menopause) di atas usia 50 tahun Tidak mempunyai anak Kehamilan pertama di atas usia 35 tahun Menjalani terapi hormonal Memiliki riwayat tumor jinak sebelumnya Memiliki riwayat keluarga terkena kanker payudara (faktor keturunan) Tapi Dr Sari tidak menganjurkan melakukan skrining mamografi pada perempuan dibawah usia 35 tahun atau yang belum menikah. Hal ini karena pada usia tersebut payudara masih dalam keadaan kencang, dan bila dilakukan skrining mamografi tidak bisa menampakkan hasil yang maksimal karena masih tertutup hormon. Namun, skrining masih tetap bisa dilakukan untuk perempuan usia dibawah 35 tahun, yaitu dengan menggunakan Ultrasonografi (USG). Sayangnya, dengan menggunakan USG kita tidak dapat melihat adanya mikrokalsifikasi atau deteksi stadium nol. (artikelbagus. com) aswin.
LINGKUNGAN HIDUP
EKSPEDISI DAS PADANG KITA, BERAMAI-RAMAI MERUSAK SUNGAI PADANG
“Woi awas, kalian mau ditangkap!,” teriak suara yang tak tahu siapa pemiliknya. Suara itu, mengingatkan beberapa pekerja agar berhenti, saat tim Forum DAS Padang dan K’cambah datang ke penambangan batu cadas di lereng bantaran Bah Kulistik, Nagori Sambosar, Kec. Raya Kahean, Kab. Simalungun, Kamis (24/11). Tapi, tiga pekerja tambang, satu diantaranya anak-anak tak menggubris teriakan itu. Mereka terus saja membongkar batu padas dan mengisinya ke badan truk. Entah sudah berapa ribu meter kubik, batu cadas yang jadi dinding induk sungai Padang di hulu itu, terangkut keluar. Yang pasti, kini bibir sungai Bah Kulistik telah soak menganga dengan kedalaman sekira 10 meter dari puncak bukit dan lebar 10 meter dari bibir tebing. Dasar sungai dengan lebar sekira 2 meter pun terlihat kian dangkal, akibat erosi parah, buah dari penambangan batu cadas yang diperkirakan berlangsung aman selama 5 tahun lebih. Inilah penambangan galian C paling ujung yang diketahui tim ekspedisi, di hulu sungai Padang. Lebih ke hilir, di pertemuan dua sungai Bah Kulistik dan
Bah Kuliat, di Desa Serbananti, Kec. Sipispis, Kab. Serdang Bedagai, penambangan galian C batu dan pasir alias Sirtu, juga terlihat. Truk gardan 2 pengusaha galian bisa turun naik pada tebing sungai dengan kecuraman sekira 50 derajat, mengangkut Sirtu sedikitnya dua kali dalam sehari. Di desa itu, tercatat ada tiga galian C dikelola warga setempat. Selain di dua desa itu, aktiftas sama juga terlihat mulai dari Desa Buluh Duri, Pondok Seng, Silau Padang, Sipispis dan Bartong. Salah seorang warga memperkirakan, setiap hari paling tidak ada 20 truk keluar masuk, mengangkut bahanbahan galian C itu. Tak hanya di Kec. Sipispis, pada kecamatan tetangga, yakni Kec. Dolok Merawan, aktifitas sama juga terlihat marak. Misalnya di Desa Limbong, khususnya di Dusun VI. Lebih ke hulu di Kec. Raya Kahaean, Kab. Simalungun, masyarakat juga mulai alih profesi dari penebang pohon menjadi penambang galian C. Hampir sebagian besar aliran sungai, terdapat lokasi penambangan galian C. Misalnya di hulu sungai Buluh, Desa Bartong, Kec. Sipipis, yang bermuara ke sungai Padang, aktifitas penam-
bangan Sirtu juga marak terjadi. Sebelum aktifitas galian C marak dilakukan masyarakat setempat, aksi penebangan pohon kayu-kayuan hutan, menjadi salah satu mata pencarian utama warga di hulu sei Padang itu. Kadus Sipispis Pekan Aki Damanik, mengakui dulunya penebangan pohon hutan jadi mata pencarian utama. Namun, saat ini aktifitas penebangan pohon sudah surut, karena pohon-pohon hutan itu kian langka. Posisi Kec. Sipispis dan Kec. Raya Kahaean yang dulunya dikenal sebagai sentra buah durian, saat ini telah hilang, karena hutan durian telah lenyap berganti dengan sawit dan karet. Masyarakat pun kini beralih mengeksploitasi dan mengeksplorasi galian C. Sedangkan lahan eks hutan rakyat itu, kini diisi tanaman sawit dan karet. Penggundulan paling parah pada hutan Sipispis dan Raya Kahaean justru terjadi di bantaran sungai. Kades Serbananti Suyatno, mengakui saat ini bantaran sungai di desa mereka gundul. Jika pun ada, umumnya tanaman sawit. Sedangkan pohon-pohon pelindung bantaran semisal waru, aren dan rumbia, jarang terlihat.
17
LINGKUNGAN HIDUP Lebih ke hulu di Desa Mariah Nagur yang berada di pinggiran gunung Simbolon, sebagian besar warganya memanfaatkan hutan register untuk lahan persawahan, tanaman keras, tanaman industri maupun tanaman semusim. Banyak di antara warga menganggap hutan resgister gunung Simbolon yang oleh Perda Provsu No.7/2003 tentang Tata Ruang Provsu 2003-2018 dan SK Menhut No.44/2005 dialihkan dari hutan lindung jadi hutan industri, sebagai milik pribadi dan memperjual belikannya. Bahkan, salah satu dusun Desa Nagur yakni Dusun Huta Bayu, posisinya persis berada di lereng gunung, seperti pengakuan Kades Desa Mariah Nagur Karunsi Simarmata. Tak cuma galian C yang membikin risau, perilaku perusahaan perkebunan di hulu sungai, ternyata setali tiga uang dengan masyarakat. Dari penelusuran pada empat anak sungai, yakni sungai Ranggasan, Tumpatan Begu, Bah Kuliat dan Bah Kulistik, tiga anak sungai itu kondisi airnya telah tercemar. Hanya sungai terakhir yang masih jernih, sedangkan tiga lainnya airnya keruh menguning. Dikhawatirkan, Bah Kulistik yang masih jernih akan tercemar di masa hadapan, akibat penambangan batu cadas di lereng perbukitannya. Sejumlah pemancing ikan mengakui, ikan andalan daerah hulu, semisal jurung, sibarau, cencen, baung, lemeduk dan beberapa jenis lainnya, tak kelihatan lagi. Sejumlah perusahaan perkebunan, BUMN, PMA maupun PMDN diduga bertanggung jawab atas kerusakan kualitas air di hulu sungai Padang. Beberapa perusahaan yang beroperasi hingga ke lereng gunung Simbolon, di antaranya, PT Bridgestone Dolok Ilir, Kec. Tapian Dolok serta beberapa perkebunan swasta di perbatasan antara Kabupaten Sergai dan Simalungun, khususnya di Kec. Raya Kahean dan Tapian Dolok. Sedangkan di Kec. Sipispis dan Tebingtinggi, terdapat Kebun Gunung Pamela PTPN III, Kebun Gunung Monako PTPN III, Kebun Nagaraja PTPN III, Kebun Pabatu PTPN IV, Kebun Gunung Para PTPN IV. Proses replanting dan recleansing serta perilaku menanam hutan industri tanpa jeda yang mengabaikan pelestarian lingkungan sungai, sebagai penyebab utama kerusakan. Di hulu sungai Padang, tak hanya masyarakat yang buta terhadap konservasi alam jadi aktor perusak hutan secara serampangan. Perusahaan perkebunan yang selama ini gembar gembor telah mengantongi sertifikat ISO 14001 dan RSPO, faktanya telah ikut menjadi pemain utama kerusakan lingkungan di hulu DAS Padang. Mereka, beramai-ramai merusak aliran sungai yang kemudian perilaku itu diikuti masyarakat sekitar kebun. Perhatikan data di Kec. Sipispis Kab. Sergai, yang dikeluarkan Pemkab Sergai. Diperkirakan, kecamatan itu memiliki luas sekira 222,60 Km dengan ketinggian rata-rata 400-450 M di atas permukaan laut. Sedangkan tingkat elevasi/kemiringan tanah rata-rata 55,12 persen.dari
18
total lahan yang ada. Curah hujan ratarata mencapai 2.200 mm/tahun. Kecamatan Sipispis terdiri dari 14 desa, yakni Kel. Sipispis, Desa Serbananti, Bartong, Tinokkah, Naga Raja, Rimbun, Mariah Nagur, Marubun, Pispis, Baja Dolok, Silau Padang, Marjanji, Simalas, dan Damar Urat. Kemudian, dari luas areal di atas, sekira 6.808 Ha dikuasai oleh tiga perkebunan yakni PTPN III Kebun Gunung Pamela dan Gunung Monako serta PT Bridgestone Nagaraja. Umumnya ketiga perkebunan itu, merupakan perkebunan sawit dan sedikit karet
erosi serius. Hanya dalam hitungan beberapa bulan saja, lebar tepi sungai bertambah.
Kemudian, sekira 9.618 Ha merupakan kebun sawit rakyat, 214 Ha kebun karet rakyat, sawah tadah hujan 511 Ha dan sawah irigasi 204 Ha. Selebihnya, hutan lindung 2.670 Ha dan lahan yang digunakan untuk perumahan, lapangan, pekuburan dan fasilitas publik lainnya 747 Ha.
Galian C, berlokasi di Jalan AMD, Kel. Lubuk Baru, Kec. Padang Hilir itu, diketahui belum lama beroperasi. Entah siapa pemiliknya dan tak pula diketahui apakah punya izin penggalian atau tidak serta kenapa begitu mudah operasional galian C berlangsung tanpa pencegahan dari aparat. Yang pasti, operasi galian C yang baru itu, sangat menggelisahkan, karena menggunakan alat berat dan teknologi motor dengan dampak sangat besar bagi lingkungan sungai Padang.
Berdasarkan data itu, penanaman sawit dan sedikit karet (monokultur) di Kec. Sipispis, menggunakan areal seluas 16.630 Ha atau sekira 70 persen dari luas lahan yang ada. Sedangkan, hutan lindung, perumahan dan fasilitas publik serta sawah, hanya 3.384 Ha. Kondisi demikian, jelas tak seimbang jika dilihat dari aspek penggunaan lahan. Keadaan relatif sama, diperkirakan juga terjadi di Kec. Tebingtinggi dan Tebing Syahbandar sertas Bandar Khalifah. Ketiga kecamatan di Kab. Sergai itu, merupakan DAS Padang. Sedangkan di kota Tebingtinggi, kondisi demikian jauh lebih parah, karena manusia dan pohon bertarung memperebutkan ruang hidup. Ditengah, Mengekploitasi Sungai Lengan escavator itu bergerak lincah, menghunjam dasar sungai. Lalu mesin pengeruk tak berperasaan itu, mengangkat isinya ke areal bantaran serta menuang pasir hitam yang segar basah ke bantaran sungai. Eksplorasi pasir sungai Padang itu dilakukan terus menerus setiap hari. Tumpukan pasir yang membukit, selanjutnya siap diangkut sejumlah truk ke berbagai tempat di wilayah Kota Tebingtinggi dan sekitarnya. Bantaran sungai yang jadi lokasi pengerukan, kelihatan mulai mengalami
Beberapa puluh meter ke atas, galian C lain mengeruk sungai dengan mesin penyedot. Menggunakan mesin merek Dongfeng, lokasi galian C itu menjadi realitas paradok. Sebabnya, disaat Dinas Pekerjaan Umum sibuk membuat beronjong tepian sungai, secara bersamaan pengerukan pasir yang jadi sumber erosi juga beroperasi. Entah bagaimana dua tindakan saling berbeda, bisa bersatu di lokasi itu.
Di Kota Tebingtinggi, setiap tahun operasi galian C, terus bertambah. Pasir sungai Padang, Sibarau dan Bahilang, dieksploitasi secara serampangan, demi memberikan keuntungan pada segelintir pengusaha. Tercatat, sekira 15 usaha galian C beroperasi di sungai ketiga sungai yang melintasi kota itu. Umumnya, usaha itu tidak memiliki izin, tapi dibiarkan beroperasi dan menyumbang pemasukan bagi pendapatan asli daerah (PAD). Beberapa di antara galian C, disebut-sebut milik petinggi dan anggota Legislatif Kota Tebingtinggi. Hasil penelusuran di Dinas Pendapatan, pajak daerah dari pengambilan dan pengelolaan galian C hanya Rp15,8 juta yang masuk ke kas daerah. Sedangkan di KP2T, hingga kini ada tujuh pelaku usaha perdagangan pasir yang mendaftarkan usahanya ke kantor itu. Yakni, lima pengajuan di 2010 dan dua pengajuan izin usaha di 2011. “Tapi sampai sekarang tidak kita keluarkan, karena banyak masalah,” terang Kasubbag TU KP2T Iqbal Abdullah, SE, MSi. Mereka hanya diberi surat keterangan usaha guna mendapatkan kredit usaha di bank.
LINGKUNGAN HIDUP Tak hanya di Kota Tebingtinggi, eksploitasi terhadap DAS Padang, juga terjadi pada lokasi lebih ke atas dari batas kota. Di Desa Naga Kesiangan, Kec. Tebingtinggi, Kab. Serdang Bedagai, sejak bertahun-tahun perbukitan sisi sungai Padang telah dikeruk, hingga tak bersisa. Agaknya, ribuan ton tanah perbukitan itu telah berpindah tempat. Yang tersisa hari ini, hanya lahan gersang tanpa humus sehingga sulit untuk bercocok tanam. Bahkan, lahan gersang itu, kini menjadi sumber utama sedimentasi sungai Padang. Penduduk setempat, belakangan baru menyadari dampak pengerukan lahan perbukitan sisi sungai. Sisa lahan dari kerukan galian C itu, hanya bisa dijadikan pertapakan rumah dengan harga miring. Padahal, ketika perbukitan sisi sungai Padang itu dikeruk, pemilik lahan hanya mendapatkan uang Rp7 ribu/M3. Akhirnya, mereka mengalami kerugian dua kali. Hasil galian C tak seberapa, harga lahan anjlok. Begitu pun, warga setempat, agaknya karena pengetahuan yang rendah, beralih mengeksplorasi pasir sungai. Beberapa kegiatan penambangan pasir, terlihat, di desa itu. Sedangkan bantaran sungai sepanjang desa, rentan erosi karena ketiadaan pohon pelindung. “Masyarakat di sini mau menanam pohon pelindung, sudah kami ajukan. Tapi realisasinya belum ada,” ujar Kades Naga Kesiangan Suprayetno, Kamis (24/11), di kediamannya. Perilaku pengusaha di sektor lain pun tak kalah serampangannya. Sejak lama masyarakat mengeluhkan kegiatan usaha berbagai perusahaan di pinggiran sungai Padang. Tercatat, belasan perusahaan di Kota Tebingtinggi ditambah pada 3 kecamatan (Tebingtinggi, Tebing Syahbandar dan Bandar Khalifah) di Kab. Sergai, terus membuang limbah ke arus sungai.
Beberapa diantaranya, PKS Kebun Pabatu PTPN IV, PKS Kebun Rambutan PTPN III, sejumlah usaha peracipan kayu, PT Darmek, CV. Sumatera Tapioka, PT Tebing Pratama, Kebun Tanah Besih dan beberapa pabrik tapioka dan pengolahan kayu di Desa Paya Pasir, Penggalangan dan Sei Berong. Umumnya, perusahaan yang beroperasi bantaran sungai Padang itu, tidak memiliki instalasi pengolahan limbah sesuai standard baku mutu lingkungan hidup. Hanya ada satu pengusaha yang relatif punya perhatian terhadap sungai, yakni PT ADEI. “Kalau soal limbah berbuih muncung kami, bahkan sampai bawa parang lagi demonya. Tapi tak digubris,” ujar Simanjuntak, warga Desa Juhar, Kec. Bandar Khalifah. Diakui, ketika demo masyarakat marak, sejumlah pabrik menghentikan pembuangan. Tapi ketika suasana tenang, mereka kembali membuang. Perusahaan itu punya strategi jitu membuang limbah, yakni malam hari saat debit air naik alias banjir. Kala itulah, sebagian besar perusahaan membuang limbahnya ke sungai, terang warga yang punya jembatan gantung pribadi di desa itu. “Yang paling parah di sini, limbah tapioka,” aku dia. Selain itu, pemanfaatan bantaran untuk kepentingan bisnis juga marak di DAS Padang. Perumahan Bajenis Indah di Jalan AMD Kel. Bulian, Kec. Bajenis, adalah salah satu contoh perusahaan retail yang memakan badan sungai untuk bangunannya. Pengusaha perumahan itu membuat tembok di badan sungai dan membangun bangunannya di bibir sungai, tanpa ada pencegahan dari aparat Pemko Tebingtinggi. Ditengah DAS Padang, semua kalangan berebut mengeksploitasi sungai untuk kepentingan masing-masing. Parahnya, akibat perbuatan itu justru
ditanggung masyarakat luas. Terlebih bagi warga yang berada di hilir sungai Padang. Di Muara, Sedimentasi Dan Kerusakan Mangrove.Perlahan sampan klotok berpenumpang delapan orang, meluncur menusuk bibir pantai selat Malaka. Puluhan burung kuntul (ardeidae) dan bangau berwarna putih (ciconia ciconia) terlihat bermalas-malasan di ranting mangrove yang tumbuh merana. Di bibir muara, barisan pohon mangrove meliukliuk diterpa terjangan angin pantai. Dari kejauhan, hutan mangrove itu kelihatan tumbuh subur dengan akar menghunjam dan batang yang besar dan kuat. Namun, saat didekati, barisan mangrove itu, cuma hutan bayangan dengan lebar beberapa meter dari bibir pantai. Lalu didalamnya terhampar ratusan hektar kebun sawit, diperkirakan berumur sekira 3 tahun. Sedangkan pada bibir sungai di sebelahnya hutan mangrove itu kelihatan tumbuh merana. Puluhan ekor monyet (macaca fascicularis) masih terlihat menghuni hutan mangrove muara. Perahu nelayan, dari kejauhan terlihat sedang melakukan aktifitas mencari rezeki. Ada lagi, semak belukar air payau yang kelihatan mampu menjaga bibir muara dan membentuk jalur lintasan air. Batang sawit dan sejumlah pohon lain, terlihat mengapung, menjadi tempat persinggahan burung-burung muara. Muara yang kami sambangi, ternyata menjadi titik akhir dua sungai, yakni sungai Padang dan sungai Bamban. Sepintas suasana muara siang itu, menyenangkan. Saat itu, debit air sungai Padang cukup tinggi, karena hujan di hulu sejak malam hari. Warna air, seperti di hulu keruh menguning. Pemilik sampan klotok yang kami sewa, mengatakan kami beruntung datang ketika debit air naik. Jika tidak, jangan berharap perjalanan ke muara sungai Padang akan menyenangkan dan selancar itu. Diungkapkan, di saat air rendah muara sungai Padang seperti jalur parit. Sehingga nelayan muara yang akan melaut, harus memilih jalur lintasan secara hati-hati. Pulau-pulau di muara alias delta, telah memecah muara menjadi sejumlah alur. Bahkan, endapan sedimentasi itu menjadi tambatan berbagai limbah yang berasal dari hulu dan tengah sungai. “Kalau musim kemarau, air di muara ini menghitam bercampur sampah,” ujar Imran, 26, pemandu kami ke muara. Beberapa nelayan masih sempat kami sapa. Satu diantaranya menunjukkan ikan pancingannya jenis Siakap seberat 2,4 kg. Ada juga nelayan yang berhasil menangkap ikan badokang dengan berat 0,5 kg. Sedangkan, nelayan lainnya men
19
LINGKUNGAN HIDUP unjukkan hasil tangkapan beberapa ekor kepiting batu serta sekira 0,5 Kg beberapa jenis ikan muara. Tak seberuntung tiga nelayan yang kami temui hari itu, banyak di antaranya bernasib apes. Tak seekor ikan pun sangkut di mata kail mereka. Beberapa nelayan pancing, mengaku semakin tahun hasil tangkapan ikan mereka terus berkurang. Sumber utama hilangnya habitat muara sungai Padang, akibat pembuangan limbah industri yang berlangsung terus menerus di hulu dan tengah sungai. Sa’adi, 41, warga Desa Paya Lombang, Kec. Tebingtinggi, Kab. Sergai, mengatakan limbah paling menakutkan di muara sungai, adalah limbah tapioka dan sawit. “Kalau limbah itu datang, alamat berhari-hari kita tak dapat ikan,” terang pemancing sekedar hobi itu. Selain limbah, tindakan menyebar racun juga membuat nelayan di muara begitu gelisah. Alih fungsi hutan mangrove, juga menjadi sumber kekhawatiran warga sekitar muara sungai Padang. Pembukaan kebun sawit di pinggiran pantai di back up aparat berpakaian loreng, telah lama menjadi buah bibir di masyarakat, beberapa tahun belakangan. Areal perkebunan itu, tidak sembarangan bisa
20
dimasuki warga. Disebut-sebut pengusaha perkebunan sawit di bibir pantai itu, berasal dari Kota Tebingtinggi. Selain itu, pembuatan kolam-kolam pengembang biakan berbagai jenis ikan dan udang terus terjadi. Lebih ke atas, kondisi hilir sungai juga mengalami problema degradasi bantaran sungai yang parah. Di Desa juhar, Kec. Bandar Khalifah, warga mengkhawatirkan jebolnya tanggul sungai yang selama ini menjaga mereka dari limpasan air saat debitnya meningkat. “Selama ini aman, tapi ada tanggul yang jebol di atas,’ ujar seorang inang yang tinggal di pinggiran tanggul. Di desa itu, ditemukan pula hutan gelagah di bantaran sungai yang mampu menjaga kelestarian bantaran. Namun, hutan gelagah itu sangat rentan mengalami perusakan dari warga pinggiran sungai, karena dinilai tidak memberikan manfaat apa-apa. Banyak warga yang akhirnya menggantikan hutan gelagah itu dengan tanaman pisang dan pepaya. Sehingga, bantaran sungai menjadi rentan erosi. “Kalau dikasi pohon pelindung bantara kami mau, tapi apa hasilnya,” tanya warga, ketika ditawarkan bibit pohon untuk penghutanan bantaran.
Dari sejumlah wawancara yang dilakukan, terasa betul tingginya kesadaran masyarakat sekitar sungai dalam soal konservasi bantaran sungai. Namun, mereka mengaku tidak berdaya atas aksi-aksi invicible hand (tangan-tangan tak terlihat) yang terus menerus merusak aliran sungai. Meski diakui, ada perubahan soal kedekatan dengan sungai. Jika dulu, sungai menjadi salah satu tumpuan kehidupan, mulai dari mandi, cuci dan kakus (MCK) serta mengambil buah sungai, semisal ikan dan udangudangan yang melimpah. Tapi saat ini, hal demikian sudah tidak bisa mereka nikmati lagi. Persoalan mendesak, kata sejumlah warga, harus ada peraturan yang tegas dalam upaya menjaga sungai dari tindakan sewenang-wenang yang dilakukan tangan-tangan tersembunyi tak bertanggung jawab, hanya demi keuntungan sesaat. Memikirkan pesan mereka, ada gairah untuk ikut serta dalam upaya pelestarian sungai Padang. Tapi, seberat kuat tenaga ini mengatasi keserakahan manusia. Entah lah..Abdul Khalik
HUKUM
MOMENTUM MENGHANCURKAN PREMANISME mata untuk membebaskan masyarakat dari gangguan preman, tetapi sematamata untuk membalas dendam atas kematian Sersan Kepala Santoso, anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Surakarta, yang juga bekas komandan mereka. Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menegaskan, jiwa korsa atau korps kesatuan di tubuh prajurit TNI wajib ada. Hal tersebut berguna bagi prajurit Hercules (tengah, jongkok) beserta puluhan anak buahnya digiring oleh yang tengah mengemban misi di daerah operasi. aparat ke Polda Metro Jaya (tribunnews.com) “Jiwa korsa itu harus ada. Manakala di suatu daerah operasi, kita ingin tegak Terkait dengan pengakuan 9 (bukan negara kita wajib tolong-menolong,” kan 11) orang anggota Kopassus Kartosura, tegas Iskandar saat konferensi pers di Jawa Tengah, Presiden SBY telah meMabes TNI, Cilangkap, Cipayung, Jakarta muji sikap mereka sebagai berjiwa ksatria Timur, Jumat, 5 April 2013 (Kompas.com) karena telah mengakui perbuatannya itu. Meski demikian, motif 11 okGelar ksatria ini menurut saya tidak tepat. num anggota Kopassus Grup II Kandang Sebab bagaimana pun mereka jelas-jelas Menjangan yang menyerang Lapas Kelas telah melanggar sumpah prajuritnya, II Cebongan, Sleman, Yogyakarta, hingga telah menyerang supremasi hukum dan kewibawaan negara. Bagi mereka suprema- membantai empat tahanan juga tak dibenarkannya. si hukum yang ada di tangan negara tidak Menurut Iskandar, ke-11 prajurit menada artinya, sehingga sah-sah saja mereka empatkan rasa korsa yang salah. “Ini yang untuk main hakim sendiri melancarkan aksi balas dendam menurut sistem “hukum disampaikan Menko Polhukam, Panglima, dan KSAD. Jiwa korsa ini harus ditemrimba.” patkan pada tempat yang benar,” lanjut Bukankah sebagai prajuritIskandar. Ke depan, ujar dia, TNI akan prajurit yang baik andalan negara mereka melakukan pembekalan kembali bagi juga harus dapat mengendalikan diri dan prajurit untuk menempatkan rasa korps menghormati sistem hukum yang berlaku kesatuan yang sesuai dengan cita-cita dan di negara ini? Kesetiaan pada korps dan misi negara. kepada atasan (korsa), apalagi yang telah Pembenaran aksi main hakim berjasa bagi kehidupannya, tidak berarti sendiri oleh sebagian masyarakat itu tak bisa membenarkan tindakan main hakim lepas dari terlalu lemahnya penindakan sendiri seperti yang telah terjadi. Keempat polisi terhadap aksi-aksi premanisme preman itu sudah ditangkap dan ditahan selama ini. Bahkan ada kesan sebagian polisi, tinggal menunggu proses hukupreman dibeking juga oleh oknum-oknum mnya. Mengapa mereka harus mengangpolisi. “Sial” bagi kelompok preman Deki, kangi supremasi hukum, dan membuat karena kali ini korban kejahatan mereka supremasi hukum dan wibawa negara adalah anggota Kopassus, sehingga termenjadi jatuh? Akibat aksi yang luar biasa jadilah aksi balas dendam dramatisir yang itu, membuat kesan negara tidak mampu berakhir pada tewasnya mereka itu secara melindungi warganegaranya. Kita mengmengenaskan. hargai pengakuan mereka, tetapi memuji Ini bisa saja akan menjadi shock mereka sebagai berjiwa ksatria, adalah therapy bagi preman-preman yang lain. sesuatu yang berlebihan. Mereka akan semakin berhati-hati untuk Para oknum Kopassus itu pun “memilih” lawannya. Jangan sampai sekalimenyerbu dan membunuh empat orang kali bentrok lagi dengan anggota Kopasyang disebut preman itu bukan semata-
sus/TNI. Tetapi hal ini tidak akan berlaku untuk masyarakat biasa. Para preman itu tak akan mundur seincipun kalau berhadapan dengan masyarakat biasa. Untuk membuat meraka mundur, bahkan hancur, diperlukan tindakan polisi yang super tegas dan keras. Bilamana perlu Presiden SBY segera perintahkan Kapolri untuk melaksanakan pemberantasan besarbesaran premanisme di seluruh Indonesia. Terutama di kota-kota besar, terutama preman-pereman sekelas Hercules, John key, dan lain-lain. Apabila Kapolri tidak sanggup, pecat saja! Inilah momentum yang paling tepat bagi negara yang di bawah pimpinan Presiden SBY itu untuk menindak para preman itu demi melindungi warga sipil biasa yang selama ini sudah “bosan” menjadi korban premanisme tanpa merasa perlindungan yang signifikan dari polisi. Bagi saya, gelar ksatria lebih pas disematkan kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo, yang karena ketegasan telah memerintahkan anak buahnya untuk segera melakukan investigasi secara cermat, cepat dan transparan. Tanpa ada ketegasan dan keterbukaan TNI atas perintah Jenderal Pramono Edhie, mungkin saja kasus ini tidak akan terungkap ke publik, dan pengakuan kesembilan orang anggota Kopassus itu tak bakal kita ketahui, dan, tentu saja SBY tidak akan memberi gelar ksatria kepada mereka. Presiden SBY sebaiknya juga memberi perhatian dan apresiasi yang pantas kepada Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Dolok Perdamean Ajun Komisaris Andar Siahaan, yang tewas dalam tugasnya memberantas perjudian di wilayahnya, pada Rabu, 27 Maret lalu. Ajun Komisaris Andar Siahaan tewas dikeroyok massa ketika memimpin penggeberekan judi di Desa Dolok Saribu, Kecamatan Dolok Perdamean, Simalungun, Sumatera Utara. Ratusan warga yang terprovokasi teriakan salah satu istri penjudi yang menyebut Andar sebagai maling. Andar yang terdesak, tak sempat menyelamatkan dirinya, dihajar warga yang beringas sampai tewas di lokasi. Sedangkan dua anak buahnya sempat meloloskan diri dari keroyokan massa yang beringas itu. Kompas.com (Aswin.Nast)
21
LENSA PEMKO
JUMLING KELURAHAN MEKAR SENTOSA
22
LENSA PEMKO JUMLING KEL. RAMBUNG
23
LENSA PEMKO JUMLING KEL. DEBLOD SUNDORO
24
LENSA PEMKO
Apel Kecamatan Rambutan
Apel di RSU Dr.H.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi 25
LENSA PEMKO Pelantikan Nahdatul ulama Kota Tebing Tinggi
Aliansi Mahasiswa
26
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
IPHI TEBINGTINGGI DIKUKUHKAN harapkan dapat menghimpun selruh para Hujjaj didalam menunaikan kemabrurannnya di tengah-tengah masyarakat. “IPHI harus dapat mengamalkan prinsip ajaran islam, bahwa islam adalah rahmat bagi seluruh manusia (rahmatan lil alamin). Kehadiran IPHI harus bisa dirasakan mamfaatnya bagi umat beragama lain,”katanya. Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan berharap IPHI Kota Tebingtinggi mampu mengangkat ikon sebagai organisasi yang dibanggakan, kontributif, dikenal dan diperhitungkan. Oleh karena itu, kata Walikota buatlah program yang menyentuh langsung kepada masyarakat dan umat. “Kepada pengurus IPHI Kecamatan se Kota Tebingtinggi yang dikukuhkan untuk mengembangkan berbagai program nyata dari dakwah bilhal yang dikembangkan IPHI bersama-sama dengan lembaga dakwah, majelis taklim dan organisasi organisasi islam,”jelas Umar. Sementara Ketua IPHI Tebingtinggi H Saman M mengatakan IPHI adalah pemotivasi para jaam pasca haji, utamanya dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai kemabruran haji yang menjadikan semua haji dan hajjah untuk senantiasa memiliki kesadaran, tanggung jawab dan itregritas sebagai seoarng muslim yang telah menunaikan ibadah haji.
Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan se-Kota Tebingtinggi dikukuhkan oleh Walikota Ir.H Umar Zunaidi Hasibuan di Gedung Haji Jalan Sutoyo Kota Tebingtinggi, Rabu (20/2). Ketua IPHI Sumatera Utara, H Ahmad Hussein mengatakan bahwa IPHI organisasi yang menghimpun para haji, organiasasi kebijakan,independen non politik praktis. IPHI di-
“Kemabruran haji sesungguhnya berdimensi vertikal dan horizontal, dimensi vertikal ditandai dengan meningkatkan kesalehan personal. Sementara dimensi horozontal ditunjukan dengan mangkin meningkatnya kesalehan sosial,”cetus Saman. Tampak hadir Wakil Walikota Irham Taufik, Wakapolres Kompol I Made Ary Pradana, Ketua MUI Ahmad Dalil Harahap, Kepala Kantor Kementrian Agama Hasful Huznein dan pengurus IPHI Tebingtinggi yang dikukuhkan. (Dian)
27
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
JUNJUNG TINGGI KOMITMEN NETRALITAS PNS DAN TNI/POLRI Kapolresta Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djayadi Sik mengingatkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI dan Polri untuk tetap menjunjung tinggi komitmen bersikap netral dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara pada 7 Maret 2013 mendatang. “Saya mengingatkan kepada kita semua untuk menjunjung tinggi komitmen netralitas dari segala bentuk kegiatan politik praktis khususnya menyongsong pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara pada 7 Maret 2013 mendatang, pelihara kebersamaaan, tingkatkan soliditas dan solidaritas sesama kita”, demikian pesan Kapolresta Tebingtinggi saat membacakan sambutan tertulis Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan pada upacara gabungan PNS, TNI, POLRI, Senin (18/2) di Lapangan Merdeka Kota Tebingtinggi. Selain mengingatkan untuk menjunjung tinggi netralitas dalam Pilgubsu 7 Maret mendatang, Kapolresta Tebingtinggi juga menyampaikan bahwa seluruh anggota kepolisian hanya hanya memiliki kepentingan untuk mengawal suksesnya Pilgubsu. “Peraturan dan Perundangan telah menetapkan bahwa seluruh anggota Polri tidaak mempunyai hak memilih,
28
sebab keberpihakan kepada salah satu calon pasangan atau partai politik akan mencederai keharusan Polri dalam menjalankan tugas”, pesannya. Selain itu, netralitas dikalangan TNI juga merupakan amanah dan pelaksanaan reformasi internal TNI sesuai dengan UU RI No.34 Tahun 2004 tentang TNI. “Melalui peraturan ini, TNI dituntut agar senantiasa mengedepankan profesionalisme dalam mengimplementasikan perannya sebagai bagian dari sistem kenegaraan. Pihak TNI akan mengamankan pelaksanaan Pilgubsu guna aman, lancar, tertib dan luber (langsung umum bebas dan rahasia)”, imbuhnya. Kapolres Tebingtinggi juga berpesan bahwa mensukseskan Pilgubsu bukan tugas satu pihak saja melainkan seluruh lapisan masyarakat. “Kesuksesan Pilgubsu merupakan tugas kita bersama dan seluruh lapisan masyarakat. Kita harus memiliki tekad untuk mewujudkan suksesnya Pilgubsu tahun 2013 ini”, demikian pesan Kapolres Tebingtinggi. Apel gabungan yang diikuti oleh jajaran PNS Kota Tebingtinggi, Polres dan TNI itu diawali dengan pengibaran bendera merah putih dan pengucapan UUD 1945, Sapta Marga, Tri Brata dan Panca Prasetya Korpri.**. (juanda)
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
420 CROSSER SUMUT IKUTI AJANG X-TERAC ENDURO EXPEDITION DURABILITY COMPLETION - 2013 DI TEBING TINGGI Komunitas pencinta motor trail ekstrim dan Adventure yang tergabung dalam Tebing Trail Adventure Club ( X –Terac ) Kota Tebingtinggi, berhasil memancing perhatian ratusan pencinta motor trail se-Sumatera Utara dengan mengggelar event yang bertajuk X-Terac Enduro Expedition Durability Completion -2013 itu berlangsung sehari penuh, tepatnya pada Sabtu (16/2 ) lalu. Ajang bergengsi dan menantang bagi pengguna motor trail ini, diikuti 420 crosser yang tergabung dari berbagai komunitas pecinta motor penggaruk lumpur di berbagai daerah di Sumatera Utara, Event hali ini para crosser diharuskan menelusuri areal perkebunan yang ada di kawasan Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebingtinggi. Dengan panjang etape 125 kilometer. Ketua Panitia Pelaksana, dr.H Nanang Fitra Aulia , Sp.PK menjelaskan event ini di ikuti oleh peserta asal Sumatera Utara dan Aceh, diantaranya dari Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Pematang Siantar, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu Utara, Langsa, Bagan Batu, Simalungun, dan Aceh seluruhnya merupakan para pencinta motor trail yang biasa di sebut crosser berasal berbagai klub motor trail Adventure, termasuk crosser dari komunitas X-trim Indonesia – Sumut. Ditambahkannya, Kegiatan ini dibagi dalam enam pos ( Check Point.. red ), seluruh peserta di haruskan melewati trek atau jalur yang telah di persiapkan panitia, yakni kawasan perkebunan Rambutan, Gunung Para, Gunung Monako, Si Pispis, Kebun Pabatu , Kebun Paya Pinang dan kawasan Tebingtinggi, kita berharap kegiatan ini bisa berjalan baik, disetiap pos-pos telah kita sediakan tim medis kesehatan, tim konsumsi dan arah petunjuk jalan trackpun kita beri tanda. Puluhan personel petugas keamanan juga turut membantu, “ jelas Nanang. Menurut salah seorang Panitia Pelaksana M.Guntur Harahap, Start di Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi langsung menuju ke Jalan Yos Sudarso masuk ke dalam Afdeling III Perkebunan sawit milik PTPN 3 Kebun Rambutan langsung menuju ke areal perkebunan yang telah
kita tentukan panitia dan finish kembali di Tebingtinggi, Kemudian pada malamnya akan dilaksanakan Hiburan dan di rangkai dengan penyerahan cindera mata dan penarikan Lucky Draw. Peserta “ di lepas “ oleh Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan MM, didampingi Wakil Walikota Irham Taufik serta Sekdako Johan Samose, di lapangan Merdeka Kota Tebingtinggi ditandai dengan pengibaran bendera start, Sementara Kapolres Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djajadi ikut menjadi peserta dengan mengendarai sepeda motor trail. Peserta harus melibas kawasan alam sepanjang jalur perkebunan mulai dari lintasan berlumpur hingga, tanjakan tanah berlumpur, jalanan menurun yang juga berlumpur serta tanjakan berbatu licin , yang paling ekstrim menurut sekalangan peserta adalah menyusuri sungai di areal Kebun Gunung selain berbatu juga banyak “ jebakan “ , di etape ini banyak kenderaan peserta yang mengalami mati mesin karena terperosok ke dalam sungai ” Banyak juga peserta yang mencium tanah alias jatuh,
yang mogok banyak juga karena sepeda motornya terendam kedalam sungai “ Ujar Budi salah seorang petugas lapangan di chek point tiga Gunung Para – Si Pis-Pis. Ketua X- Trim Indonesia - Sumatera Utara, Musa Idishah alias Doddy, mengaku menyambut baik penyelenggaraan event X-Terac Enduro Expedition Durability Completion -2013 ini sebab selain kesiapan panitia terbilang sudah sangat baik, trek yang di pilih ternyata diakui peserta memiliki tingkat kesulitan tinggi, sangat memacu andrenalin dan cukup menguji kemampuan crosser yang selama ini tergabung dalam komunitas pecinta motor trail. Diluar event yang pernah di selenggarakan X-Trim Indonesia – Sumut, dalam event kali ini saya melihat jumlah pesertanya juga cukup banyak dan datang dari berbagai tempat di Sumatera Utara dan Aceh, bukan hanya crosser tergabung dalam X-Trim Indonesia Sumut , ternyata ada juga yang berasal dari klub lain yang ada di Sumatera Utara.” Terang Doddy dalam sambutannya di penutupan acara . (juanda)
29
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Umar Hasibuan Resmikan Gedung Yayasan Sosial Sumber Bina Kasih * Bantuan Propinsi Untuk Tebingtinggi Rp 90 Miliar Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM meresmikan pemakaian gedung aula Yayasan Sosial Sumber Bina Kasih dan Perguruan Budi Dharma di Jalan Veteran Kota Tebingtinggi, Senin (18/2) ditandai dengan penandatangan prasasti dan pengguntingan pita serta pemukulan gong bersama unsure muspida setempat.
jasama dengan Pemko Tebingtinggi baik dibidang sosial maupun pembangunan dunia pendidikan. Saat ini Perguruan Budi Dharma telah menambah ruang belajar dari 9 unit menjadi 31 ruang kelas, sedangkan aula yang ada saat ini bisa juga digunakan untuk kegiatankegiatan pertemuan sosial kemasyarakatan”, kata Asiong.
bangunan menjadi sesuatu yang lebih bernilai dari sebuah pembangunan. “Jangan jadikan gedung ini menjadi seperti museum saja, tapi jadikan sebagai motor penggerak bagi sebuah kebangkitan bangsa terutama generasi penerus. Mari jadikan pelajar-pelajar yang mandiri dan berkarakter, jangan jadikan pelajar yang penakut”, tandasnya.
Peresmian gedung yang dirangkai den gan Perayaan Imlek Bersama itu turut dihadiri Kapolresta Tebingtinggi AKBP Andi Rian Djayadi Sik, Danramil 13 Kota Tebingtingg Kapt Inf Budiono, Sekdako Johan Samose Harahap, Kabag Humas Pemko Ahdi Sucipto dan Ketua Yayasan Sosial Sumber Bina Bina Kasih, Arianto alias Asiong serta seluruh pimpinan SKPD sejajaran Pemko Tebingtinggi.
Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan menyambut baik pembangunan gedung aula serta penambahan ruang kelas Perguruan Budi Dharma Kota Tebingtinggi. Namun walikota berharap agar Perguruan Budi Dharma tidak hanya milik masyarakat mampu saja. “Pemko memberikan apresiasi kepada pengusaha yang menginvestasikan dananya buat kemajuan dunia pendidikan, namun kita berharap uang sekolahnya jangan terlalu mahal sehingga hanya anak orang kaya saja yang mampu bersekolah di Perguruan Budi Dharma ini”, imbuhnya.
“Anak-anak Indonesia tidak bodoh, anak Indonesia pintar-pintar. Banyak yang mendapat juara-juara ditingkat dunia. Inilah yang ingin diciptakan dari Perguruan Budi Dharma yang merupakan satu obsesi dari Yayasan Sosial Sumber Bina Kasih ini kedepan”, kata walikota.
Ketua Yayasan Sosial Sumber Bina Kasih Kota Tebingtinggi, Asiong mengatakan bahwa pembangunan gedung yayasan sosial sekaligus Perguruan Budi Dharma adalah salah satu wujud keikutsertaan pengusaha etnis Tionghoa dalam membangun Kota Tebingtinggi melalui investasi di bidang pendidikan. “Yayasan Sosial Sumber Bina Kasih siap beker-
30
Menurut Umar Hasibuan, membangun itu susah karena memerlukan dana, pemikiran dan konsentrasi, tapi yang lebih susah dari itu adalah mengisi pem-
Pada kesempatan itu, walikota juga menyampaikan bahwa pada tahun 2013 ini, bantuan dari Propinsi Sumatera Utara untuk pembangunan di Kota Tebingtinggi sebesar Rp 90 miliar. “Pada tahun 2013 ini Pemko Tebingtinggi akan membangun kolam renang, taman nasional, convention centre, pasar usaha ekonomi kreatif yang menjual produkproduk dari Tebingtinggi yang bertempat di depan Terminal Bandar Kajum”, terang Umar Hasibuan.**.
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
PEMKO T.TINGGI TERAPKAN KAWASAN TANPA ROKOK Setelah fasilitas disediakan, tambah Wali Kota, pimpinan berhak membina dan mengawasi staf di saat jam-jam kerja. Jika kemudian terjadi pelanggaran, dilakukan dengan cara menegur lisan, menegur tertulis dan sanksi administrasi. Wali Kota menegaskan penerapan KTR bukan tanpa alasan hukum. Berdasarkan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 115 ayat 2 disebutkan, bahwa Pemda wajib menetapkan KTR di wilayahnya. Untuk melaksanakan amanat UU itu, Pemko Tebingtinggi membuat Peraturan Wali Kota Tebingtinggi mengenai KTR meliputi perkantoran, fasilitas kesehatan dan tempat proses belajar mengajar dilingkungan Pemko Tebingtinggi sebagai KTR. Wali Kota, mengingatkan saat ini kebiasaan merokok meluas di semua lapiran masyarakat dan intensitasnya cenderung meningkat. Di kalangan anakanak dan remaja peningkatannya cukup signifikan. Sekira 37 persen penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas, merupakan perokok. Indonesia, menduduki posisi ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia, selain Cina dan India. Selain itu, lebih dari 40,3 juta jiwa anak Indonesia usia 0-14 tahun, tinggal dengan perokok dan terpapar asap rokok.
WaliKota Tebingtinggi menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR), khususnya pada fasilitas perkantoran, kesehatan dan tempat proses belajar mengajar di lingkungan Pemko Tebingtinggi. Penerapan KTR itu dikuatkan dengan Peraturan Wali Kota Tebingtinggi No.3 Tahun 2013. Pencanangannya dilaksanakan, Jum’at (15/2), mengambil tempat di RSUD dr.H.Kumpulan Pane.
Wali Kota Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan, MM, dalam pesannya mengingatkan kawasan tanpa rokok di Pemko Tebingtinggi, meliputi ruang kerja, lobby, ruang rapat, ruang sidang/seminar, gudang, lift dan kamar mandi. “Setiap orang yang berada di kawasan itu, dilarang merokok,” tegas Wali Kota. Wali Kota, mengingatkan setiap pimpjnan SKPD agar memberikan sanksi kepada staf dan bawahannya yang kedapatan merokok pada kawasan itu. Namun, Wali Kota meminta kepada pimpinan SKPD agar menyediakan juga area khusus untuk merokok, dengan jalan memberikan petunjuk areal dilarang merokok dan yang boleh merokok.
31
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
PEMKO TEBINGTINGGI DAN IUWASH USAID JALIN PROGRAM HEBAT
Selama priode tahun 2012 hingga Februari 2013, Program Optimalisasi Fungsi MCK Komunal atau Program Hidup Enerjik Bersih dan Sehat (Hebat) yang merupakan kerjasama antara Pemko Tebingtinggi dengan Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (Iuwas) United States Agency for International Development (USAID) telah menjangkau 2.300 penduduk (460 KK) di empat kelurahan dikota itu. “Meskipun kebijakan dan pembangunan sektor sanitasi di Kota Tebingtinggi sudah berjalan, tetapi program penyediaan sarana sanitasi dan air bersih belum memberikan hasil yang maksimal kepada masyarakat”, papar Regional Cordinator Iuwash USAID Ir Subahri Ritonga MM pada kegiatan Workshop Strategi Keberlanjutan Program HEBAT, Rabu (27/2) di Lokasi MCK KSM Kelurahan Tanjung Marulak Hilir Kecamatan Rambutan Kota Tebingtinggi. Kegiatan Workshop Strategi Keberlanjutan dan Serah Terima Program Hebat kepada Pemko Tebingtinggi itu turut dihadiri Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan, Chief Cordinator Iuwash USAID Louis O Brian, Ketua DPRD H Syahrial Malik, Ketua Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (Yakmi) Ester
32
Hutabarat, Kabbag Humas Pemko Ahdi Sucipto, Camat Rambutan M Wahyudi S.STP serta sejumlah pimpinan SKPD sejajaran Pemko Tebingtinggi. Menurut Regional Cordinator Iuwash USAID ini, berdasarkan MoU dengan pihak Pemko Tebingtinggi, Iuwash telah melakukan kajian dan studi terkait soal permasalahan sanitasi sehingga teridentifikasilah program kepada masyarakat berkaitan dengan pengelolaan MCK (mandi cuci kakus) yang focus kepada optimalisasi fungsi MCK dan IPAL Komunal bagi masyarakat disekitar sarana sebagai bagian dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Tebingtinggi. Meski program Hebat baru berjalan selama 9 bulan (priode Juni 1012 hingga Februari 2013), namun durasi daftar pencapaian programnya cukup panjang. Adapun capaian dan tantangan yang ada antara lain, Aksi cuci tangan pakai sabun, STOP BABs dan PAM RT tidak mungkin tercapai jika kelompok
pendukung di masyarakat tidak terbentuk. “Penerapan penggalian kearifan local mendukung keberlanjutan program di masyarakat khususnya dalam penyediaan air bersih, kami melihat perlunya livelihood opportunity yang bisa dilakukan dimasyarakat”, paparnya. Menurut Walikota Tebingtinggi, kerjasama antara Pemko Tebingtinggi dengan Iuwash USAID itu merupakan suatu anugerah tersendiri bagi Pemko Tebingtinggi dan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan akan air minum dan sanitasi yang sehat serta layak. “Ada beberapa hal yang sudah dan sedang dilakukan dalam rangka program kerja sama ini antara lain, dengan penguatan kapasitas pokja air dan penyehatan lingkungan, pemberian small grand untuk pengelolaan air limbah dan survey serta penelitian sumber air baku yang ada”, jelas Umar Hasibuan. Dengan melihat ketersediaan air baku dan sanitasi yang layak, maka telah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat yang dikaitkan dengan kecenderungan semakin menurunnya debit air pada sumbersumber air baku yang menjadi ancaman. “Bagi Kota Tebingtinggi kedepan, sejalan dengan Program Hebat tersebut maka pelatihan dan workshop ini sangat penting untuk memberikan pemahaman yang lebih bagi kita semua, terutama tentang langkah-langkah perlindungan sumber air baku yang ada dikota ini”, katanya.**.
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
Perayaan Imlek bersama Muspida Kota Tebingtinggi diwarnai penyerahan akte lahir dan akte pernikahan gratis oleh Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM kepada warga etnis Tionghoa, Rabu malam (20/2) di Gedung Balai Kartini kota setempat. Ratusan masyarakat etnis Tionghoa dikota itu terlihat sangat antusias mengikuti perayaan Hari Raya Imlek yang juga diwarnai dengan penyerahan sepeda motor roda tiga kepada warga cacat serta dimeriahkan dengan atraksi Barongsai dan seni kebudayaan etnis Tionghoa. Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM mengatakan, saat ini tidak ada lagi perbedaan pelayanan terhadap warga di Tebingtinggi. Pemko katanya, akan tetap melayani semua warga masyarakat tanpa ada perbedaan, asalkan semua persyaratan dipenuhi pasti semua urusan akan diselesaikan secepat mungkin. “Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan akte lahir gratis dan akte nikah. Kalau semua persyaratan dipenuhi, tidak ada alasan bagi Pemko untuk tidak melayani”, tegasnya. Pada kesempatan itu, Umar Hasibuan juga berharap agar moment pergantian tahun Imlek yang merupakan tahun ular air itu
akan lebih menambah pemikiran karena pengalaman. “Orang yang bertambah pemikirannya tentu semakin jernih hatinya bukan semakin kotor pemikirannya. Selain itu, dengan bertambahnya ekonomu tentu akan menjadi lebih baik karena semua agama butuh ekonomi yang lebih baik”, imbuh Umar Hasibuan. Sementara Ketua FKKB (Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa) Tebingtinggi dr Johan Zein memberikan apresiasi terhadap Pemko Tebingtinggi maupun Walikota yang tetap memberikan perhatian terhadap etnis Tionghoa. “Saat ini kami merasa sangat dihargai karena sudah tidak ada lagi dibeda-bedakan. Akte kelahiran dan akte pernikahan yang digratiskan Pemko Tebingtinggi, juga sudah turut didapat warga etnis Tionghoa”, ungkapnya. Turut hadir dalam Malam Perayaan Imlek tahun itu, Wakil Walikota H Irham Taufik SH MAP, Dandim 0204/DS, Kapolres Tebingtinggi AKBP Andi Rian R Djajadi Sik, Ketua FKUB Abu Hasyim Siregar, Ketua IKI (Institut Kewarganegaraan Indonesia) Jakarta, Robert Njo, serta ratusan warga etnis Tionghoa dan perantau asal Kota Tebingtinggi.
33
PEMKO KITA ESA HILANG DUA TERBILANG
SPSI DIMINTA PELIHARA KESEIMBANGAN KEPENTINGAN PEKERJA DAN PENGUSAHA
Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan meminta SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) mampu berperan dalam memelihara keseimbangan kepentingan antara para pekerja dan pengusaha serta memelihara situasi dan kondisi yang kondusif serta senantiasa berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
“Selain masalah kesejahteraan pekerja yang perlu diperhatikan juga adalah peningkatan skill para pekerja, dimana menghadapi serta mempersiapkan kemampuan sangat diperlukan dimasa mendatang menghadapi perkembangan zaman”, demikian siaran pers yang disampaikan Kabag Humas Pemko Tebingtinggi Ahdi Sucipto SH kepada wartawan, Selasa (5/2) terkait audiensi Pengurus Dewan Pimpinan Cabang SPSI Kota Tebingtinggi di rumah dinas Walikota Tebingtinggi Jalan Sutomo kota setempat. Menurut Kabag Humas Pemko Tebingtinggi, audiensi pengurus DPC SPSI Kota Tebingtinggi berikut pengurus SPSI Kecamatan Tebing Syahbandar dan Kecamatan Tebingtinggi itu terkait pelaksanaan Konfercab (Konferensi Cabang) SPSI ke VII dan HUT SPSI ke 40 yang akan dilaksanakan pada 21 April 2013 mendatang.
34
W a l i k o t a Te b i n g t i n g g i I r H U m a r Z u n a i d i Hasibuan MM didampingi Kabag Kesra Sahbana MAP, Kabag Humas Ahdi Sucipto dan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja H.Hasanuddin Siregar menyambut dengan baik penyelenggaraan Konfercab SPSI ke IV yang saat ini dipimpin oleh Rahasyim Sitepu. “Pemko Tebingtinggi sangat menyambut baik kegiatan yang akan digelar SPSI, kita berharap SPSI mampu berperan dalam memelihara keseimbangan kepentingan antara para pekerja dan pengusaha”, harap Walikota. Ketua Panitia HUT dan Konfercab ke VII SPSI Tebingtinggi sekitarnya, Dirmansu Sitompul menjelaskan, konfercab tahun ini mengambil thema ‘Bersatu membangun solidaritas pekerja/buruh’ serta dalam rangka suksesi dan pemantapan program kerja sekaligus persiapan menuju rekonsiliasi SPSI Se Indonesia. Untuk SPSI Tebingtinggi yang wilayahnya juga mencakup dua kecamatan yakni Tebing Syahbandar dan Kecamatan Tebingtinggi di Kabupaten Serdang Bedagai, saat ini memiliki anggota lebih kurang 2.000 orang pekerja terdiri dari 3 Serikat Pekerja (SPA) atara lain, Federasi Serikat Pekerja Transport/Tenaga Kerja Bongkar Muat (FSPTI-KSPSI), Federasi Serikat Pekerja Pertanian Perkebunan (FSPPP-KSPSI) dan Federasi Serikat Pekerja Rook Tembakau Makanan Minuman (FSPRTMM-KSPSI).
PARLEMENTARIA
TENTANG PROSES PEMBUATAN PERDA Bagaimana tahapan yang harus di laksanakan dalam proses pembuatan Perda ? UU No 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan daerah menjadi acuan dalam proses pembuatan perda.Secara gambling UU itu menyebut beberapa tahapan pembuatan Perda,yaitu tahap perencanaan, persiapan, teknikpenyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebar luasan . Tahap perencanaan dikenal dengan program legislasi , DPRD Melalui badan legislasi berupaya menyusun program legislasi yang akan di selesaikan.berikutnya adalah tahap persiapan,pemyusunan dan perumusan.tahap ini dikenal dengan satu istilah umum yaitu penyusunan rancangan peraturan daerah. Sebuah rancangan dan pengusulan Ranperda bisa datang dari Walikota dan DPRD. Masing masinglembaga memiliki tata cara dan prosedur penyusunan ranperda yang berbeda satu sama lain. misalnya rancangan dan pengusulan
ranperda yang datang dari Walikota. Penyusunan Ranperda bisa dilakukan oleh SKPD. Penyusunan ranperda terlebih dahulu diawali degan membuat naskah akademik mengenai materi yang akan diatur dilakukan bersama dengan SKPD yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang undangan.selanjutnya pelaksanaan penyusunan naskah akademik dapat di serahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga lainnya yang mempunyai keahlian. Proses selanjutnya adalah pembentukan panitia antar SKPD yan terkait dengan substansi Ranperda oleh pemrakarsa. Penyusunan Ranperda itu sendiri dilaksanakan oleh Biro hokum pada lembaga pemrakarsa. Ranperda yang sudah dirancang kemudian disampaikan kepada panitia antar SKPD.Dalam pembahasan Ranperda di tingkat antar SKPD diundang ahli dari perguruan tinggi atau organisasi sosila politik atau keprofesian lainnya..
Ranperda ini bisa pula disebar luaskan kepada masyarakat untuk mendapat masukan.setelah itu pemrakarsa menyampaikan Ranperda kepada Kabag hukumm,jika Ranperda tersebut tidak ada persoalan dari segi subtansi maupun tehnis maka Ranperda tersebut di ajukan kepada Walkota untuk selanjutnya di sampaikan ke DPRD. Tata cara penyusunan Ranperda yang dilakukanpemerintah berbeda dengan tata cara penyusunan atas pakarsa DPRD.Usulan ranperda yang di buat DPRD gikenal dengan hak insiatif DPRD di lembaga legislative.n\biasanya ada beberapa badanyang melakukan proses penyiapan suatu Ranperda diantaranya bisa di bisa disiapan oleh fraksi.,Badan legislasi atau badan lain seperti pusat pengkajian pelayanan data dan infoemasi arau tim perancang sekretariat (Juanda)
WAWANCARA SINERGI DENGAN MACHYAN ZUCHRI EFFENDI ANGGOTA DPRD KOTA TEBING TINGGI,POLITISI PARTAI GOLKAR KOTA TEBING TINGGI.TENTANG MANFAAT RESES “ RESES MENJARING ASPIRASI”
Apa yang di maksud dengan reses dan bagaimana partisipasi masyarakat ? Sebagai wakil rakyat ada banyak cara menjaga komunikasi politik dengan para pemilihnya,salah satunya adalah reses. Bagi setiap anggota wakil rakyat rese merupakan salah satu kegiatan untuk bertemu kembali dengan pemilihnya di daerah pemilihnya masing-masing,reses bertujuan menjring aspirasi masyarakat dan menyampaikan pertanggung jawaban atas tugas dan wewenang sebagai wakil rakyat.diskusi atau dialog diadakan di kelurahan atau kecamatan dengan mengundang masyarakat Bagaimana proses yang harus dilalui sebuah aspirasi masyarakat untk menjadi kebijakan ? Pada masa reses ada beberapa hal yang menjdi topic pembahasan, diantaranya kinerja pemko Tebing Tinggi tentang
pelayanan public,pendidikan,kesehatan,p erekonomian,dan aspek pembanunan lain yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Setelah selesai mendengar dan menampung aspirasi rakyat di daerah pemilihan,membuat laporan hasil reses. untuk melengkapi hasil reses dari pppppdaerah pemiliha lainnya,mengadakan rapat paripurna,dalam paripurna ini DPRD KoTA Tebing Tinggi ,emgumgang Walikota beserta seluruh SKPD untuk mendengar temuan,keluhan,masukan dan problem lain yang muncul saat reses. Menurut Bapak .Bagaimana bentuk pertanggung jawaban moral dan politis anggota DPRD Kepada pemilih dan daerah pemilihannya sesuai amanat undang-undang no 12 pasal 81 h tahun 2003 Harus mampu menjadi andalan konsituen dalam menyalurkan aspirasinya,jika tidak konsekuensinya tentu tidak akan mendapat dukungan lagi pada pemilihan mendatang yang tidak
mampu mejalankan amanah sebaikya tidak mencalonkan lagi Apa factor penghambat komunikasi politik antara anggota DPRD Tebing Tinggi dengan konsituen di daerah pemilihannya pada masa reses ? Hampir tidak di temukan hambatan komunikasi antara anggota DPRD dengan konsituen dalam momen reses. Banyaknya aspirasi yang muncul ketika reses,Apakah waktu yang terbatas menjadi kendala ? Waktu yang tersedia sudah cukup ideal kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa pertemuan anggota DPRD dengan masyarakat pada momen reses membawa bantuan tunai secara langsung .Bagaimana Bapak menyikapi hal tersebut ? itu merupakan hal yang lumrah, setelah berhasil mendukung calonnya untuk menjadi wakil rakyat,Saatnya bagi anggota dewan untuk memberikan kontribusi
35
PARLEMENTARIA WAWANCARA SINERGI DENGAN MURLI PURBA S.FIL .KETUA BADAN LEGISLASI DPRD KOTA TEBING TINGGI PERIODE 2009-2014 POLITISI PARTAI REPUBLIKAN TENTANG URGENSI STAF AHLI Adanya sinyalemen bahwa kemampuan legislasi anggota DPRD rendah, Bagaimana pendapat Bapak ? Memang di butuhkan sebuah ketrampilan dalam pembuatan perda,untuk itu DPRD bersama Pemerintah Kota perlu terus menerus ,tidak sekaligus melakukan evaluasi tentang cara dan proses dalam pembentukan Perda, Demi kesejahteraan rakyat.jangan membebani. Banyak Perda yang di batalkan Pemerintah pusat, Menurut Bapak mengapa bisa terjadi ? Jangan lupa bahwa anggota DPRD seratus persen adalah anggota partai politik dan back ground masing masing anggota berbeda.kita tidak bisa memaksa rakyat untuk memilih orang-orang yang mengetahui hukum saja, itu tidak mungkin Sebuah lembaga DPRD dengan tiga fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran, ternyata meng-
habiskan waktu lebih banyak untuk fungdi pengawasan yang hasilnya belum tentu optimal. rapat kerja, rapat dengar pendapat,kunjungan kerja ke daerah pemilihan,Anggota DPRD tidak bisa berkonsentrasi penuh pada kerja legislasi. Kita bersyukur ,tidak satupun Perda yang dihasilkan DPRD dan Walikota Tebing Tinggi di batalkan pemerintah pusat. Jadi perlu dilakukan perubahan pada pola pembentukan Perda ? Perlu dilakukan perubahan dan evaluasi,peran staf ahli atau profesional di bidang hukum dan perundangundangan,dalam mengkontribusi substansi , sinkronisasi dalam mendistribusi narasi terhadap sebuah perda sangat penting. semestinya dari pihak DPRD ada tim yang kuat. Dengan adanya target pembuatan Perda, Apakah mempengaruhi kualitas Perda ? Bisa saja mempengaruhi, Badan legislasi
bekerja serius dengan skala prioritas, Meskipun waktunya dibatasi. Bagaimana dengan sinyalemen adanya “ permainan politik” dibalik pembuatan Perda ? tidak ada yang seperti itu untuk Kota Tebing Tinggi, Kita ingin menyatakan bahwa orientasi dalam setiap pembuatan kebijakan seharusnya adalah kepentingan masyarakat, Kepentingan untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Masukan untuk eksekutif ? Hendaknya Draft Ranperda diajukan sejak dini, agar pembahasan bisa maksimal, sebaiknya seluruh proses pembuatan Perda ada rekamannya,R ekaman itu kemudian disalin dalam bentuk hard copy. ini bisa menjadi rujukan bagi orang-orang yang ingin mempelajari Perda Itu dikemudian hari .( Juanda )
WAWANCARA SINERGI DENGAN HJ. SOFIANI TAMBUNAN ANGGOTA DPRD KOTA TEBING TINGGI. POLITISI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TENTANG PERJUANGAN POLITIK “ PERAN POLITIK PEREMPUAN AKAN BERLANJUT ” Sejauh mana peran politik perempuan di Kota Tebing Tinggi saat ini ? Bobot pengaruh dan peran perempuan dalam poitik di Tebing Tinggi tidak hanya ditentukan oleh segi kuantitas saja tetapi segi kualitasnya juga sangat penting, Dari segi kuaitas kita semua menyaksikan kemajuan pesat yang dicapai legislator perempuan kita. Banyak segi kehidupan di kota ini, Baik undang undang maupun kebijakankebijakan public memerlukan sentuhan perempuan. Di kota Tebing Tinggi dari pemilu ke pemilu jumlah perempuan yang terpilih menjadi anggota dewan terus meningkat,meski belum mencapai 30 %, Saya meyakini tren keterpilihan akan berlanjut.Dalam waktu t dekat ambang batas keterwakilan perempuan 30 % di Parlemen akan terwujud.
36
Memperbanyak perempuan di parlemen akan menjanjikan solusi yang tuntas dalam penyelesaian permasalahan perempuan,Bagaimana tanggapan ibu ? Para perempuan yang berjuang di bidang politik harus memastikan jangan sampai ada klausul klausul legislasi yang diskriminasif dan merugikan kepentingan perempuan ,terutama sekali dalam pembentukan peraturan-peraturan daerah. Legalitas keterlibatan perempuan dalam pemilu dengan kuopta 30 % merupakan kemenangan bagi perjuangan kesetaraan gender , Bagaimana pendapat ibu ? Perjuangan para perempuan untuk mendapat kesetaraan dalam kehidupan berpolitik sudah signifikan. undang undang sudah menjamin kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pilpres,pilgubsu,pilkada serta pemilu
legislative. Menurut ibu, Sejauh mana program pengembangkan kader perempuan yang dilaksanakan oleh partai politik di kota Tebing Tinggi ? PDI Perjuangan menjadikan pengembangan kader perempuan menjadi salah satu program prioritas.(Juanda )
LENSA SRIKANDI
37
LENSA SRIKANDI
38
LENSA SRIKANDI
39
WANITA
KAUM R.A KARTINI KERJA BANGUNAN RUKO UNTUK KEBUTUHAN HIDUP HIDUP INI ADALAH PERJUANGAN YANG HIDUP ITU HARUS BERUSAHA PERJUANGAN AKAN MENGHASILKAN YANG GEMILANG KESUKSESAN HARUS DIBARENGI BERUSAHA KERAS Kiranya syair-syair inilah memicu di dalam diri kaum R.A Kartini yang masih muda beranak satu terjun mengarungi kehidupan dengan bekerja sebagai buruh bengunan demi seorang jantung hati yang masih duduk dibangku sekolah dasar kelas I. Walaupun bekerja sebagai buruh bangunan, dia tetap tegar turut serta mengerjakan pekerjaan laki-laki. Tidak peduli apa celotehan orang yang melihatnya. Adalah FARISTIKA SRI ADIL DAMANIK masih berumur 36 tahun tinggal pada sebuah rumah sewa berukuran 5 x 5 meter, dilingkungan V Kelurahan Deblod Sundoro Kecamatan Pdang Hilir Kota Tebing Tinggi, seorang janda berpisah dengan suaminya 5 tahun yang silam. Dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Fandi masih duduk di SD Negeri kelas I, cukup mengalami penderitaan yang dialaminya. Setelah Fandi lahir ibunya telah berpisah cerai dengan orang tua lelaki, sebelum ia berusia 1 tahun untuk kehidupan mereka berdua, Faristika pernah bekerja pada perusahaan mebel. Anak masih berusia 9 bulan ini tetap dibawa bekerja. Dengan cara digendong dengan kain pada punggung ibunya. Di perusahaan mebel itu banyak timbul abu serbuk papan. Fandi sakit dan saya berhenti bekerja di perusahaan mebel itu. Kata Faristika yang dipanggil jirannya sehari-hari dengan nama Kabul, berlinang air matanya mengenang masa itu. Faristika lebih dikenal dengan panggilan Kabul ini, anak ke 6 dari 10 bersaudara, turunan dari Pak Meden Damanik pensiunan TNI pangkat Serka, dulu kantornya Dandim 0204 DS Jalan 13 Desember Tebing Tinggi, kini dibangun sebuah Supermarket cukup besar. Sejak tahun 2007 sudah bekerja sebagai buruh bangunan, walaupun tidak tamat SMA Pahlawan pada masa itu. Karena tekad dalam dirinya ada harus bekerja, yang penting halal tidak mencuri dan merampok serta tidak mengerjakan pekerjaan yang melawan hukum, katanya tegar. Dia berprinsip pekerjaan buruh bangunan itu sama saja, tidak ada lelaki atau perempuan. Yang penting kita tekun dan pelajari apa yang dikerjakan itu, saya bekerja di bangunan rumah atau ruko bertingkat tidak ada merasa takut, kita disuruh melaster dinding dan pasang batu juga ada, rasanya kalau tidak bekerja terasa sakit badan ini, mudah-mudahan di tolong Allah SWT dan selalu mendekat-
40
kan diri pada-Nya, “ saya jarang sekali sakit” ujar Kabul yang baru pulang dari istirahat makan siang dilendoti anaknya. Bekerja sebagai buruh kasar bangunan menerima gaji harian setiap bekerja menerima Rp. 65.000,- /hari, kalau tidak kerja ya tidak menerima gaji, bagi saya perempuan menerimanya sudah cukup besar dari pada tukang cuci pakaian, gajinya paling tinggi 200.000/ bulan, kata Kabul yang masih terlihat bercak-bercak semen di wajah, tubuh dan pakaiannya. Walaupun dia bekerja bangunan dari pagi sampai sore, tetapi kewajibannya untuk mendidik anak tunggalnya tidak lupa. Malam disuruh mengaji sama guru mengaji sama guru mengaji dan sekarang sduah mengaji tingkat Al-Quran, begitu juga mengerjakan shalat, magrib dia shalat berimam di Mesjid, shalat subuhnya tidak pernah ketinggalan, karena saya takut melihat keadaan anak-anak sekarang ini, kalau saya tidak mendidiknya siapa lagi, ya Alhamdulillah baru duduk di SMP kelas 1 dan kita tidak tahu nasib kita dan anak kita di masa yang mendatang, mudah-mudahan anak saya ini baik budi sambil mengelus-elus kepala anaknya. Faristika yang tinggal hanya berdua dengan anaknya Fandi, setiap bulan harus membayar sewa rumah sebesar Rp. 130.000,- walaupun dindingnya tepas, tapi perasaan dan hatinya nyaman. Namun dengan demikian kalau bisa punya rumah sendiri, mana tahu kalau sudah sakit-sakitan, kemana kita mengadu. Untuk ini mana tahun ada perhatian bapak Walikota Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM dan Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan, tentang nasib kami, dia dengan wajah sedih dengan
air mata berlinang. Tekadnya, Kabul bekerja bangunan ini sampai anaknya istilahnya menjadi orang. Pengalaman dia bekreja bangunan kalau untuk dalam Kota Tebing Tinggi sudah hampir rata, bahkan Kantor Perpajakan di lokasi BP7 dia ikut sebagai tukang bangunan itu, untuk bekerja bangunan pernah di Dolok Masihul Sergai, Aceh, Palembang disini pengalaman pahitnya sama sekali tidak menerima gaji karena dilarikan pemborongnya, kalau bekerja bangunan merantau keluar daerah anak saya dititipkan sama neneknya juga sudah tua, tinggalnya tidak berapa jauh dari rumahnya, dengan wajah sedih kecewa. Dia mengakui bekerja sebagai buruh kasar bangunan, tidak pernah sekolah tentang bangunan tapi dari pengalaman bekerja itulah saya bisa menjadi tukang bangunan. Sebenarnya keadaan juga memaksa saya harus bekerja keras untuk menghidupi anak. Sudah biasa hidup sendiri, sudah tidak ada lagi untuk terpikirkan berumah tangga, yang terpikirkan sekarang adalah untuk anak dan kalau bisa menunaikan ibadah haji, dalam sinetron ada juduknya Tukang Bubur Naik Haji, kalau dikalbulkan Allah tukang bangunan naik haji. Perkara rezeki tidak tahu, entahpun Pemko Tebing Tinggi mau membiayai saya untuk menunaikan ibadah haji, yah semoga, amin ya Allah kata Faristika Sri Adil sambil mengangkat dua belah tangannya ke atas mengakhiri keterangannya kepada penulias, karena waktu dia masuk bekerja bangunan yang ada di sebelah Pondok Bagelen sudah tiba. (Zikri Sikumbang, BA)
AGAMA
AL-JAMIYATUL WASHLIYAH BERJUANG UNTUK UMAT SEMATA ALWASHLIYAH WASHLIYAH WASHLIYAH PENGHIMPUN KAMI 2X PENGHIMPUN MENUJU UNTUK BERBAKTI HIDUP SENTOSA RUKUN DAMAI BERBAKTI PADA ILLAHI HIDUPLAH WASHLIYAH HIDUPNYA BERJASA 2X ANGGOTANYA SETIA MENUNTUT AGAMA ALLAH YANG MULIA BERSATULAH KITA WAHAI SAUDARASAUDARA SEKALIAN MARI BERSATU YA IKHWAN…YA…YA…. YA….BANIL WATAN BERSATULAH KITA UNTK MENCAPAI KEMULIAAN BERSATULAH YA IKHWAN BUANGKANLAH PERTIKAIAN JUNJUNG TINGGI AMAR TUHAN HIDUPLAH WASHLIYAH ZAMAN BERZAMAN….2 X Demikianlah lagu Mars Alwashliyah syairnya menyatukan umat untuk bersatu, walaupun berbeda suku tujuannya berbakti kepada Negara dan bangsa. Perhimpunan ini kehidupannya berjasa untuk umat dimanapun berada, untuk kemuliaan umat walaupun ada pertikaian atau beda pendapat, tetapi tujuannya hanya satu. Sehingga Alwashliyah hidup dari zaman ke zaman. Berdirinya organisasi Islam Al-Jamiyatul Washliyah atau yang akrab disebut Alwashliyah memiliki latar histori yang begitu unik. Pada permulaan tahun 1918, para perantau Mandailing di Medan mendiirkan sebuah sekolah diberi nama Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Yayasan sekolah itu diketuai oleh H.M. Jacob Ketua Persatuan Perantau mandailing di Medan. Sekolah ini dipimpin oleh tiga Ulama Mandailing terkemuka di Sumatera Timur, yaitu Syaikh Haji Ja’far Hasan, Syaikh Haji Mohammad Joenoes dan Syaikh Haji Yahya. Ketiga ulama ini adalah Alumni-alumni lembaga pendidikan dari Mekah. Dalam sebuah pertemuan di Rumah haji Muhammad Joenoes Lubis pada 26 Oktober 1930, para pelajar dan Ulama mengeluarkan keputusan untuk mendirikan sebuah organisasi bernama Al-Djamiatoel Alwashliyah diberikan oleh Syaikh H. M.Joenoes yang berarti “Perhimpunan yang menghubungkan dan mempertalikan “. Mereka mengeluarkan pengumuman resmi dalm surat-surat kabar, termasuk Pewarta Deli. Pada 30 Nopember 1930, secara formal Al-Washliyah menyatakan diri sebagai Organisasi Islam yang hanya bagi orangorang bermazhab Syafi’iyah. Dalam sebuah upacara besar yang diselengga-
rakan di sekolah Islam Tapanuli Medan , pada 30 Nopember 1930 diumumkan pengurus Al-Washliyah umumnya didominasi etnis Mandailing dan semuanya guru agama. Mereka juga adalah pelajar dan guru pada Maktab Islamiyah Tapanuli Medan. Pada awal berdirinya, tujuan organisasi ini adalah “ untuk memajukan, mementingkan, dan menambah tersiarnya agama Islam “. Kemudian pada tanggal 29 juli 1934 Al-Washliyah mempertegas tujuan sebagaimana terkandung dalam rumusan yang diputuskan pada waktu itu yakni “Tujuan perkumpulan ialah berusaha menunaikan tuntutan agama Islam.” Dengan rumusan ini Al-Wasliyah dengan jelas menyatakan dirinya sebagai suatu perkumpulan dan pergerakan yang patriotic. Semangat dan dasar ini jelas dan nyata pada sikap dan peranan AlJamiyatul Washliyah dalam menyambut Proklamasi kemerdekaan tanah air tanggal 17 Agustus tahun 1945. Pencetus Alwashliyah di Kota Tebing Tinggi adalah Al. H. Abdul Wahab Lubis guru agama yang di hirah ke Tebing Tinggi, pada kesempatan memberikan pelajaran pengajian di rumah Alm. Kasirun dulu namanya took Semangat jalan Sutomo Tebing Tinggi, kini masih ada sudah menjadi Laboratorium Klinik Semangat. Ditimbulkan membentuk organisasi Islam dengan nama Al-Washliyah , sekitar tahun 50-an, kata ketua Pengurus Daerah Alwashliyah Kota Tebing Tinggi yang baru H. Aznam Siregar, S. Pdi. Berkumpul kelompok pengajian dan pemuda, diadakan rapat pemilihan pengurus AL-Washliyah untuk daerah Kota Tebing TInggi, terpilih Ketuanya Alm. H. Abdul Wahab Lubis dan Sekretaris Sulaiman Daud. Untuk sementara di Toko Semangat ini sebagai kantor Sekretariat Al-Washliyah Kota Tebing TInggi , kemudian Kantor Sekretariat pindah ke jalan Mangga sekarang menjadi namanya jalan 13 Desember. Aznam pengurus baru terpilih ini barangkali kurang begitu banyak mengetahui tentang historis Al-Washliyah, dia memberikan keterangan hanya sekedar yang diketahuinya saja, untuk perkembangan Al-Washliyah di Kota Tebing Tinggi, dulu hanya tiga cabang pimpinan Al-Washliyah, sekarang sudah 5 cabang pimpinan Al-Washliyah di 5 kecamatan Kota Tebing Tinggi, kita akui pengurus ranting Al-washliyah di kelurahan se-kota Tebing Tinggi belum ada. Misi Al-Washliyah adalah berdakwa untuk masyarakat begitu juga pendidi-
kannya sesuai program pemerintah kota Tebing Tinggi. Tahun 2012-2013 AlWashliyah mengembangkan pendidikan membuka SMK jurusan Kesehatan dan Farmasi, dan akan membuka sekolah dasar MIS dan MI (Madrasan Ibtidaiyah), kami berharap usaha yang telah diterobos oleh pendahulu agar dapat dukungan dari Pemerintah dan masyarakat. Kepala Sekolam Madrasah Al-Washliyah jalan 13 Desember Tebing TInggi Drs. Zulfakhri. MA yang tiga bulan baru menjabat sekitar menjawab pertanyaan penulis , bertekad akan lebih mengembangkan mutu pendidikan di segala bidang. Begitu juga dengan pengembangan pendidikan ekstra kulikuler seperti seni tari, seni teater, nasyid, qori dan qoriah, bola kaki, bola volley dan seni budaya lainnya, ujar Zulfakhri yang juga alumni Perguruan Al-Washliyah. H. Asdi Akmal S.Pdi yang sudah pension dari guru agama tinggal di Gerilya Kelurahan Mandailing, anak dari Almarhum Sulaiman Daud Nasution, tempo dulu menjabat Sekretaris Al-Washliyah pertama kali terbentuk di Kota Tebing Tinggi, mengatakan terbentuknya organisasi Al-Washliyah ketuanya pertama sekali adalah Alm. Zainal Abidin Sekretarisnya Sulaiman Daud Nasution, sangat disayangkan bundelan-bundelan ayah dulu, basah dan hancur terendam banjir baru-baru ini, kesal Asdi. Lain lagi dengan keterangan dari Zulkarnain putra Alm H. Sulaiman Ulama besar pada masa tahun 70-an di Kota Tebing Tinggi menyatakan, Alm. H. SUlaiman pada masa pendirian Al-Washliyah dia juga pernah menjadi Ketua Al-Washliyah di Kota Tebing Tinggi pada tahun 1950 ke bawah. Berkembangnya AL-Washliyah sejak adanya perguruan yang diadakan oleh AL-Washliyah di Kota Tebing Tinggi, saya dulu tidak pernah bayar uang sekolah di perguaruan Al-Washliyah , ujar Zulkarnain Alumni Al-Washliyah tahun 1970, kini tinggal di Jakarta, kebetulan ziarah ke kuburan Alm. Ayahnya di perkuburan jl Sisingamangaraja Kota Tebing Tinggi. Zukarnain dan H. Asdi Akmal sebagai generasi penerus Alwasliyah di Kota Tebing Tinggi, sangat mengharapkan sekali kepada pengurus Al-Washliyah wilayah Sumatera Utara untuk melaksanakan seminar tentang sejarah Al-Washliyah di Kota Tebing Tinggi. Gunanya agar generasi muda dan penerus di Al-Washliyah jelas keberadaannya di Kota Tebing Tinggi, semoga dikabulkan dan diberkati Allah SWT rencana yang baik ini, amin (ZIKRI SIKUMBANG, BA)
41
INFO NASIONAL
SISWA SMA DAPAT DANA BOS RP 1 JUTA PER ANAK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh (sumber: Antara) Jakarta - Pemerintah akan meluncurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara utuh sebesar Rp 1 juta, kepada seluruh siswa sekolah menengah atas/ sederajat (SMA/SMK) pada tahun ajaran 2013 ini. "BOS yang sifatnya untuk rintisan, mulai tahun ajaran baru 2013 nanti sudah penuh. Besarannya Rp 1 juta per tahun per anak. Baik itu SMA, SMK ataupun swasta. Terima kasih untuk Menteri Keuangan yang sudah menyetujui untuk sekolah menengah," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dalam konferensi pers di Istana Presiden, Jakarta, Kamis (28/2). Rencananya, kata Nuh, pada tahun anggaran 2014, pihaknya akan
42
mentransfer dana BOS untuk siswa SMA, seperti yang kini telah dilakukan kepada sekolah dasar (SD). "Perbedaan antara dana BOS untuk sekolah dasar (SD) dan SMA adalah dana BOS SD ditransfer ke daerah, sementara untuk sekolah menengah masih dikelola di pusat. Mulai tahun anggaran 2014 rencananya akan ditransfer seperti pada SD," ujar Nuh. Pada kesempatan itu, Nuh juga menjelaskan soal dana APBN yang selama ini diserahkan ke sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Menurutnya, pasca- ditutupnya RSBI berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK), pemerintah tetap memberikan bantuan, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
"Seperti diketahui RSBI sudah 'almarhum' tapi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak boleh berhenti memberikan dukungan sekolah RSBI. Ada atau tidak ada sekolah berstandar internasional, dukungan tidak boleh berhenti. Dukungan sumber dana, sumber daya harus kita lakukan tapi tidak ekslusif kepada RSBI," ujarnya. Terkait punggutan-punggutan yang selama ini berlaku di RSBI, ia menjelaskan masalah itu harus diselesaikan lewat Komite Sekolah. Forum itu yang membolehkan atau tidak soal punggutanpunggutan tersebut. "Yang jelas setelah ex RSBI, RSBI itu kembali ke reguler. Ada Komite Sekolah, nah di situ nanti yang akan membahas apa yang diperbolehkan atau tidak," tegasnya.(beritasatu.com) Aswin Nastion
IKLAN GRATIS SINERGI
PROFILE PENGUSAHA NAMA PENGUSAHA : ANGGIAN PURBA MAIMUNAH PENGUSAHA GULA MERAH LAINNYA : AWALUDDIN PURBA SAIMAN SULAIMAN SINAGA ALAMAT : JL.SOEKARNO HATTA Gg KELUARGA LK I KELURAHAN TAMBANGAN KECAMATAN PADANG HILIR KOTA TEBING TINGGI TELEPON : 0853-5929-8032 PRODUK : PEMBUATAN GULA MERAH MURNI JUMLAH TENAGA KERJA : 2 ORANG KAPASITAS PRODUKSI ANGGIAN PURBA : 82-100 KILOGRAM /BULAN AWALUDDIN PURBA : 45 KILOGRAM / BULAN SAIMAN : 54 KILOGRAM/BULAN SULAIMAN SINAGA : 32 KILOGRAM/BULAN PRODUKSI TOTAL : 213 KILOGRAM / BULAN PASAR : KOTA TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, KABUPATEN BATUBARA OMSET : ANGGIAN PURBA Rp 1.500.000.-/ BULAN
PROFILE PENGUSAHA NAMA PENGUSAHA: ILHAM NASUTION AGUSTIAN ALAMAT : JL.PENANTIAN KELURAHAN BANDAR UTAMA KECAMATAN TEBING TINGGI KOTA KOTA TEBINGTINGGI TELEPON : 0852-7563-3141 PRODUK : RAFIA PINTAL ( TALI ) JUMLAH TENAGA KERJA : 16 ORANG KAPASITAS PRODUKSI : 3.600 Ikat /Hari PASAR: KOTA TEBING TINGGI KABUPATEN SIMALUNGUN KABUPATEN DAIRI – KABUPATEN TAPANULI OMSET : Rp 45.000.000.- Juta / Tahun
43
OLAH RAGA
PERGURUAN KARATE DI KOTA TEBING TINGGI Oleh : Drs.Zulfan Kurniawan Karate merupakan salah satu olah raga seni bela diri, yang berasal dari Jepang. Olah raga ini banyak diminati, khususnya generasi muda. Ada banyak Perguruan Karate di Kota Tebingtinggi, diantaranya Perguruan Karate-Do Tako Indonesia, Inkanas (Intitut Karate-Do Nasional, KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia) dan KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia. Perguruan karate ini, masingmasing mempunyai tempat latihan (dojo)sendiri-sendiri. Baik itu di instansi Pemerintah seperti Polri, TNI, Pemerintah Kota, sekolah-sekolah, maupun instansi lainnya, serta tempat-tempat umum yang ditentukan perguruan masing-masing. Seni beladiri ini baik untuk kehidupan, kesehatan maupun kehidupan social yang mengajarkan saling menghargai sesame komunitas karate maupun sesame manusia tanpa membedakan bangsa, suku, agama, ras, bahasa dan khas. Saat ini ada keistimewaan bagi Kota Tebingtinggi tentang perguruan karate, diantaranya Perguruan Karate-Do Tako Indonesia dulunya bernama Seni Bela Diri Tako, pendiri dan penciptanya adalah Putra Kota Tebingtinggi yang bernama Alm. Sahrun Isa yang dikenal dengan panggilan Suhu. Dan yang kedua adalah Inkanas, dimana ketua Inkanas Provinsi Sumatera Utara adalah Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan.MM, yang menjabat sebagai Walikota Tebingtinggi. Keistimewaan ini hendaknya menjadikan motivasi bagi atlit-atlit karate Kota Tebingtinggi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Dimana ada harapan dari Walikota Tebingtinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan.MM, untuk menjadikan Kota Tebingtinggi sebagai kiblat karate di Sumatera Utara. Untuk mengarah kesana diperlukan Pengembangan dan Pembinaan bagi perguruan dan atlit karate. Hal ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Disamping minat dari pada generasi muda untuk menyukai olahraga ini, juga peran serta Pemerintah Kota melalui KONI dan Forki sebagai Induk Organisasi Karate. Dan kita berharap keseriusan semua fihak untuk mengembangkan olah raga bela diri ini, disamping untuk prestasi juga untuk kesehatan, khususnya dapat membantu mengantisipasi kenakalan remaja dari hal-hal yang negative. Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu: Shotokan, Goju-Ryu, Shito-Ryu dan Wado-Ryu. Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
44
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung". Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut: Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring. Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknikteknik untuk pertandingan olah raga.
Teknik Karate Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku). Kihon Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite. Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik. Kata Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda. Kumite Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau
(yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wadoryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital. Pertandingan Karate Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu : Kumite (perkelahian) putera dan puteri Kata (jurus) putera dan puteri Kumite Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang. Kata Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan. Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan. Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih. Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wadoryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
OLAH RAGA Shotokan : Kankudai dan Jion. Wado-ryu : Seishan dan Chinto. Goju-ryu : Saifa dan Seipai. Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai. Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas. Luas lapangan Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya. Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif. Peralatan dalam pertandingan karate Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate, Pakaian karate (karategi) untuk, kontestan, Pelindung tangan, Pelindung tulang kering, Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah: Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan, Pelindung tubuh untuk kontestan putrid, Pelindung selangkangan untuk kontestan putera, Peluit untuk arbitrator/alat tulis, Seragam wasit/juri, Baju putih, Celana abu-abu, Dasi merah, Sepatu karet hitam tanpa sol. Papan nilai/n scoring board, Administrasi pertandingan, bendera merah & biru untuk juri, Peluit untuk wasit Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan. Aliran Karate Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia. Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
Shotokan Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan. Goju-ryu Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat. Shito-ryu Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju. Wado-ryu Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih
banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah: Kyokushin Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik di dalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, dan menyerang secara frontal, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Tidak seperti kebanyakan aliran karate yang sudah berfokus pada olahraga, dimana dalam pertandingannya menerapkan sistem tidak kontak langsung dan hasil yang ditentukan oleh poin, Kyokushin masih berpegang teguh pada sistem tradisional, terlihat dari sistem pertandingan kumite pada kejuaraan Kyokushin yang menerapkan pertarungan full contact dan boleh membuat Knock Out (KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturutturut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturutturut. Shorin-ryu Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo. Uechi-ryu Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
45
S A S T R A
PENDIDIKAN SENI DAPAT MENGURANGI KENAKALAN REMAJA Ada yang mengatakan, hidup dengan agama akan terarah, hidup dengan ilmu akan bahagia, hidup dengan seni akan indah. Manusia sejak dilahirkan dari mulai bayi hingga tua dan akhir hayatnya mempunyai jiwa seni, mencari perhatian orang tertuju padanya. Contohnya anak bayi setiap dia menangis minta sesuatu pasti mengeluarkan tangisan. Maka orang tua atau yang mengasuhnya akan sibuk melihatnya, apa kiranya yang terjadi terhadap dirinya itu, apakah haus, mengantuk, pipis dan lainnya. Begitu juga terhdapa anak remaja dan orang dewasa apakah dia pria atau wanita, jiwa seninya pasti ada. Contohnya terhap seorang anak remaja putra dan putri, orang dewasa laki-laki dan wanita. Apabila dia akan keluar rumah untuk pergi menghadiri sesuatu atau pertemuan, pasti ia akan mempersolek dirinya di depan kaca, agar indah dilihat orang yang melihat. Jiwa seni itu ada juga pada diri manusia kurang waras (gila), jika melihat dan perhatikan orang gila dimanapun berada, pasti juga minta diperhatikan. Banyak cara diperbuatnya terhadap dirinya, antara lain mengoceh sendiri, tertawa, memakai berbagai macam pernakpernikn yang kotor dan lain sebagainya gunanya agar orang melihatnya, itupun bagi yang mau melihatnya, bahkan ada juga orang menyaksikan dan timbul rasa kasian, lalu diberilah sesuatu kepada orang gila itu. Tetapi tidak semua hal ini apa yang diberikan kepadanya akan diterimanya. Ada setelah diterimanya lalu dicampakkannya sambil tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya jika diperhatikan setiap orang gila itu bermacam tingkah lakunya. Yang tidak sesuai dengan orang yang waras. Dia tahu makan, merokok, tidur dan tidak tahu membersihkan dirinya, barangkali disitulah letak seni orang gila. Jadi tertuju kepada manusia yang waras, agar jiwa seni berkembang pada dirinya harus mendapatkan pendidikan terutama sekali terhadap peserta didik dari mulai TK, SD, SMP, SMA sederajat, tujuannya untuk menambah ilmu pengetahuan tentang segala bentuk seni seperti seni tari, seni teater, seni sastra, seni music dan seni budaya lainnya. Sehingga bakat yang ada pada seseorang itu tersalurkan dan membentuk jati dirinya serta karakter. Sebenarnya banyak murid peserta didik di sekolah ada bakat seninya, tetapi tidak tersalurkan. Jika tersalurkan bakat seninya masing-masing murid dia akan menjadi murid yang berprestasi di berbagai bidang. Dengan adanya tempat penyaluran bakat seni yang ada pada peserta didik di sekolah atau pada generasi muda di tiap-tiap kelurahan. Mereka tidak akan ugal-ugalan begitu juga terlibat dengan
46
narkoba yang mengakibatkan kehidupan tidak tentu arah, karena pendidikan seni itu tidak ada memberikan pendidikan seperti itu. Yang ada hanya pendidikan keindahan dan kehalusan jiwa peserta didik dan para remaja, “ karena hidup tanpa seni ibarat sayur tanpa garam “ kata Kadispora H. Azhar Efendi, SE. Untuk ini sangat diharapkan sekali pendidikan ekstrakulikuler di bidang seni dan budaya, diadakan pada tiap-tiap sekolah yang ada di Kota Tebing Tinggi, karena pada tahun 80-an dari kota ini banyak melahirkan seniman/seniwati di atas pentas dan di layar kaca yang hijrah ke kota-kota besar di Indonesia. Apakah bisa masa jayanya seniman/seniwati di tahun 80-an itu kembali bangkit di Kota Tebing Tinggi, harapan Azhar yang juga sesepuh Karang Taruna. Tentunya melaksanakan pendidikan ekstrakulikuler itu harus ditopang dengan biaya, kan tak salah jika disisihkan sedikit dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) untuk pendidikan seni. Jangan nanti sewaktu ada perlombaan Seni dan Sastra yang diselenggarakan Disporabudpar, pesertanya banyak mendaftar tetapi hasil dari perlombaan itu tidak maksimal, istilahnya dalam hal ini asal ikut saja atas nama perguruannya, terlihat Kadisporabudpar sedikit kesal. Kartini S.Pd Kabid Kebudayaan yang mendampingi H. Azhar Efendi, SE Kadisporabudpar Kota Tebing Tinggi di ruang kerja pada penulis, untuk pelaksanaan pembinaan group kesenia yang ada di Kota Tebing Tinggi, setiap tahun pemerintah Kota Tebing Tinggi ada memberikan bantuan pembentukan dana hibah dan peralatan untuk group kesenian. Seperti pada tahun 2012 Pemko Tebing Tinggi melalui Disporabudpar Tebing Tinggi, memberikan bantuan seperangkat Soundsistem dan DVD. Kepala masing-masing group kesenia, untuk seni nasyid Al- Misbah diterima oleh Syafrizal Nasution, S. Ag sanggar seni Ikajara diterima oleh Ferry Al Syah Harahap, sanggar tari bunga rampai diterima oleh Yuspita sari Siregar, kesenian melayu diterima oleh Muhammad Nawir, kesenian Tapsel diterima oleh M. Syafii Nasution, kesenian Simalungun diterima oleh H. Nikmat Saragih, kesenian Minang diterima oleh Misron sanggar seni Tebing Tinggi bersemi diterima oleh Muliadi, kesenia Jaran Kepang Sri Wijaya diterima oleh Kusno, kesenian jaran Kepang Damar Wulan diterima oleh Suparno. Penyerahan bantuan ini langsung dilakukan oleh walikota Tebing Tinggi Ir. H. Umar Z di lapangan terbuka pada Jalan Sudirman, waktu acara lomba seni dan sastra. Sambutan walikota pada acara penyerahan bantuan ini ada mengatakan, kegiatan seni di Kota Tebing Tinggi cukup meningkat, untuk ini agar ditingkatkan lagi menggali seni budaya yang
adan di Kota Tebing Tinggi untuk masa mendatang, pinta Walikota. Masih kata Kartini S. Pd yang juga alumni Kerawitan Padang Panjang Sumatera Barat mengatakan untuk lebih meningkatkan perhatian pada kegiatan di Kota Tebing Tinggi, tidak pernah tutup mata sejak dahulu terhadap kelompokkelompok kesenian dan kebudayaan yang sudah ada. Jika ada group kesenian mengatakan tidak ada perhatian dan bantuan dari Pemko Tebing Tinggi, itu namanya mengada-ada, kami melaksanakan program pelaksanaan suatu kegiatan itu berdasarkan peraturan dan Undang-Undang. Dan setiap penyerahan bantuan ada tanda terimanya, serta bisa dipertanggungjawabkan kata Kartini dengan senyum kesabarannya. Kadisporabudpar Tebing Tinggi mengakhiri tanggapannya tentang pendidikan seni di Kota Tebing Tinggi, untuk tahun 2013 ini Pemko Tebing Tinggi akan kembali menyerahkan bantuan dana hibah dan seperangkat Sound System dan DVD kepada Sanggar Seni Bersemi, Sanggar Seni Gading Raja (Kesenia Tapsel), Kelompok Kuda Lumpin ( Kesenian Jawa), Kelompok Partuha Manjana Simalungun (PMS), Group Keroncong Gita Pustaka, Sanggar Seni Bakti Cocoas. Selanjutnya dikatakan dalam rangka perhatian dan pembinaan kepada Group Seni dan Budaya, untuk tahun 2013 ini banyak program yang akan dilaksanakan antara lain akan membangun sebuag Open Stage (Pentas Terbuka) lokasinya di areal gedung olahraga jalan Thamrin Tebing Tinggi, ini sebagai tempat para seniman unjuk kebolehannya kesenian, sastra dan budaya. Selanjutnya juga akan dibangun Studio Musik lokasinya disekitar gedung Disporabudpar jalan Veteran Kota Tebing Tinggi. Pengamat seni budaya yang masih kuliah pada jurusan budaya dan bahasa pada Universitas Sumatera Utara Medan yang lagi liburan di Kota Tebing Tinggi, tidak ingin disebutkan namanya mengatakan jika dilihat perhatian terhadap kesenian, bantuan Pemko Tebing Tinggi yang diserahkan oleh walikota Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM sudah cukup besar, nah sekarang terpulang kepada Pembina dan pelatih pada sebuah group atau sanggar, yang telah menerima bantuan atau hibah, benar-benar melaksanakan program dan pelatihannya atau tidak. Untuk ini sangat perlu perhatian dan pemantauan dari Disporabudpar sudah sampai dimana perkembangan sanggar atau groupnya dalam menggali seni budaya kita sendiri di Kota Tebing Tinggi, seperti para seniman yang terdahulu membuat harum kota inin dengan seni budayanya. Semoga berhasil untuk mendatang. (Zikri Sikumbang, BA)
P U I S I HUTAN ITU
OLEH : MICHAEL JORDAN ( Kelas V SD NEGERI 164094 ) Pohon Kini Enggan Tumbuh Karena Hutan Itu Telah Gersang Hujan Yang Mengguyur Hanya Lewat Tak Ada Resapan Setetes Air Pun Tak Tersisa Kita Tengok Asal Muasal Hutan Itu Ketamakan Menjadi Biang Keladi Dibabadlah Pohon Semua Untuk Diambil Kayu Dan Sebagian Pohon Dibakar Mungkin Si Pohon Telah Bosan Dengan Semua Ini Terputuslah Perjanjian Agung Simbiosis Mutualisme Manusialah Yang Pertama Kali Memutusnya Ujar Pohon Langkah Selanjutnya Pohon Pun Enggan Tumbuh Kini Manusia Merayu-Rayu Si Pohon Agar Tumbuh Seperti Dulu Menempatkannya Disetiap Penjuru Hutan Itu Menungguinya Dengan Telaten Berharap Si Phon Berubah Pikiran Namun Hari Ini Si Pohon Masih Juga Enggan Tumbuh
PUISI LINGKUNGAN HIDUP OLEH : KEZIA ANGELINE (Kelas VI SD N 163094) Suram Langit Di Pagi Hari Seakan Menyambut Rapuhnya Alam Akan Gemercik Air Yang Tak Lagi Terdengar Hanya Hembusan Angin Kering Mengabarkan Tentang Alam Yang Tak Lagi Bernyanyi Tentang Nurani Yang Tak Lagi Peduli Terkikis Oleh Gemerlap Dunia Menghamba Pada Harta Yang Fana Hingga Alam Pun Menjadi Mangsa Alamku Tak Lagi Bernyanyi Kicau Burung Pun Seakan Terhenti Terganti Oleh Deru Mesin Merusak Hati Merusak Alam Merusak Pertiwi Alamku, Kami Disini Bernyani Tentang Syair Lagu Rusaknya Bumi Semoga Mereka Mau Mengerti
47
CERPEN Satu Hati Emas Untuk Lima Persahabatan Karya : Riyo Oktavianty Finola Kelas: XI Ak 1 Di pagi yang secerah ini,mereka berlima sudah sangat bersahabat sekali,tertawa ceria dengan wajah yang bahagia.Itu sudah termasuk dalam kebiasaan mereka. Tidak terasa sudah bell juga ya!! Sebelumnya perkenalkan dulu siapa mereka ini. Mereka adalah :
Finola Wiwier Yaya Handa Arfi
Mereka sangat bersahabat sekali. Saat itu ada perlombaan untuk tingkat kelas,perlombaan yang sangat berat yaitu menghasilkan uang dengan cara “ngamen”. Fino : “Hei teman,mau tidak kalau kita ikutan juga?seru loh..!mau-mau ya…karna uda aku daftarin”. Yaya :”Hemmp…gimana yaa?Aku sih mau aja.Tapi……… Arfi :”enggak deh..!Apaan sih ngamen??Nggak banget.. Handa :”Kamu apaan sih Fino,seenaknya aja daftar gitu aja!Egois banget,seharusnya tanya dulu dong ke kita” Wiwier :”Udalah..uda terlanjur di daftar,malu kalau kita ngundurkan diri” Yaya :” Gimana dengan kalian berdua??” Handa :”Up to you deh!” Fino :”Kalau kalian enggak mau,enggak apa-apa kok.Ini salahku” (langsung pergi) Arfi :”Hemmp..” Wiwier :”Kasihan si Fino,pasti dia kecewa!” Yaya :”Mohon sama Arfi,mau yaaaa,Handa juga.!Please…… Handa :”Iya..aku mau..!” Arfi :”Ya uda deh,aku mau!” (tersenyum) Setelah pulang sekolah,mereka semua ngumpul di tempat biasa mereka nongkrong (dibawah pohon besar dekat sekolah). Yaya :”Fino,kami semua mau kok ngikuti lomba itu” Arfi :”Iya,maafin kau yaa” Handa :”Aku juga minta maaf..” Wiwier :”Iya…kami semua mau kok teman…” Fino :”E…….kalian beneran?? (sambil tersenyum) Semua :”Iya sayang Fino….hahahahahahaha” (Timbulah canda tawa mereka) Tidak terasa 2 hari lagi perlombaan dimulai,perlombaan di bebaskan mau ngamen dimana,tetapi Cuma di kasih 1 hari saja. Siapa yang paling banyak mendapatkan uang akan deberi hadiah,itu tandanya dia pemenangnya. (2 hari kemudian) Dengan terburu-buru,mereka semua bergegas untuk bersiap-siap mengamen. Tiba di sebuah “Halte” “persahabatan bagai kepompong Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
48
“Persahabatan bagai kepompong’ Hal yang tak mudah berubah jadi indah… Ya…..ya……ya Wiwier :”Terimakasih semua” Tidak terasa uda 1 harian mereka ngamen. saat mereka berhenti dan langsung menghitung uang,dengan bahagia karna hasilnya memuaskan. Mereka pun berjalan menuju sekolah,saat di perjalanan mereka melihat ada seorang adik yang berumur sekitar 8 tahun,dengan memakai seragam SD.Dia bersama adiknya yang berumur 4 tahun.Mereka mengemis di lampu merah. Dengan kasihan,mereka berlima memandangnya…. Fino Arfi Wiwier Handa mereka” Yaya
:”Ha…??kalian melihat itukah??” :”Yaa” :”Kasihan…..” :”Betapa sedihnya kehidupan :”Hemm….”
Dengan sangat tajam mereka masih memandang kedua anak itu.Tidak lama kemudian adik nya menangis.Si kakak pun kebingungan karena adiknya. Fino :”Ayo kita kesana….” Mereka pun menghampiri kedua anak tersebut. Fino :”Kamu kenapa dik??Kok menagis??” Wiwier :”Kenapa adik kecil” Yaya :”Hei,manis..kenapa??” Arfi :”Haduh..!Bising banget yaa…” Handa :”Heh,kamu Arfi” Fino :”Nama kamu siapa??” Si kakak (Syla) :”Nama saya Syla,ini adik ku Yudha.Dia menangis karena mau pulang,sedangkan aku harus bekerja mencari uang buat nenek yang sedang sakit” Wiwier :”Dimana rumah kalian??” Syla hanya menggelangkan kepala. Fino :”Boleh kami melihat nenekmu??” Syla :”Boleh kak…” (sambil tersenyum) Syla pun berjalan untuk menunjukan dimana rumahnya.Diperjalanan cukup lama akhirnya mereka sampai juga. Handa :”Mana rumahnya??” Arfi :”Kok berhenti?” Syla :”Itu kak,nenek ada disitu.” Fino dan lainnya :”haaa???” (sangat terkejut dan heran) Mereka pun masuk ke dalam ruangan tersebut.Ruangan yang hanya berdindingkan kardus dan beralaskan kardus.Ruangan yang sangat sempit Nenek :”Siapa kalian?” Syla :”Mereka ingin melihat nenek” Nenek pun terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah.Sedangkan Yudha tetap menangis karena kelaparan.Tidak ada sebutir pun nasi di rumah itu. Fino dan lainya keluar,mereka sangat sedih melihat keluarga itu.Nenek yang sudah menceritakan kehidupannya.Mereka berlima ingin memberi uang hasil dari ngamen mereka,untuk membeli obar nenek dan membeli makanan. Dengan rela mereka memberinya kepada Syla. Uang yang cukup lumayan itu di berikan kepada Syla sebanyak Rp 277.000,00
Keluarga itu pun tersenyum melihat kebaikan atas pemberian : Fino,Arfi,Yaya,Handa dan Wiwier. Mereka berlima pun izin pulang.Diperjalanan mereka terdiam sejenak.Mungkin karena melihat anak itu berusaha cari uang hanya buat makan dan beli obat neneknya. Setelah sampai disekolah,semua orang melihat mereka,karena merekalah yang paling lama datang. Panitia :”Mana hasil kalian?” Fino :”Ha?hmmm..hmmm”(dengan rasa takut menjawab pertanyaan panitia) Yaya :”kami kalah..”(menundukkan kepala) Panitia :”Kenapa?” Sahabat berlima itu pun menceritakan semuanya. Panitia :”Hemmpp..” Sewaktu juri membacakan siapa pemenan gnya,Fino,Yaya,Handa,Wiwier dan Arfi pun pasrah akan kekalahan mereka. Juri :”Juara 3 adalah……dengan hasil Rp 195.000,00 adalah grup “The Gembel Smart” Juara 2 adalah……dengan hasil Rp 230.000,00 adalah grup “Brandals Eliet” Juara 1 adalah……dengan hasil Rp 267.000,00 adalah grup “Anti Lebay” (saat itu panitia sempat berdiskusi dengan juri) Juri :”Jangan bubar dulu,karena ada pemberitahuan.Yang berhak menerima piagam ini bukan lah mereka 3 grup tersebut. Namun grup yang sangat mempunyai hati emas,yaitu….. (dag dig dug serrrrrr…..) yaitu adalah………. “HAYANOVIDY” Fino Arfi Yaya semua terkejut) Handa Wiwier
haaaaa???? (mereka
Mereka berlima tak lupa sujud syukur atas kebahagiaan mereka. Mereka langsung naik ke atas panggung dan menceritakan dari awal hingga perjalanan mereka seharian.Begitu banyak makna yang dapat mereka ambil. Sejak itu,mereka berlima sering mendatangi tempat tinggal Syla.Mereka saling membantu keluarga yang penuh dengan tangisan itu. Yang dulunya Arfi agak sombong,sekarang dia berubah menjadi anak yang baik dan tidak sombong seperti dulu lagi.Mereka benarbenar akrab sekali. Kemenangan mereka dibantu oleh kebaikan mereka.Piagam yang mereka dapat pun di letak di rumah Syla.Karena hanya 1 piagam,mereka mempercayai Syla untuk menjaga piagam tersebut.Piagam itu juga menjadi kenang-kenangan dari HAYANOVIDY untuk Syla. Itulah mereka “HAYANOVIDY”.
SOSIAL
BANJIR DAN AKIBATNYA Sejak awal tahun ini kita di beberapa daearah mengalami bencana banjir yang tidak terkirakan. Dimana-mana kita melihat melalui layar kaca pesawat televisi dirumah, betapa hancurnya perasaan kita melihatnya. Beberapa orang kita lihat menjadi penolong melalui sampan membawa para korban yang rumahnya tenggelam. Belum lagi mereka yang kedinginan berendam di air sungai yang melimpah ke jalan yang tidak bisa ditampung lagi oleh sungai Belum lagi kalau kita bisa perhatikan rumah-rumah yang tenggelam hingga ke atap rumahnya. Bahkan bagaimana kita bisa bercerita tentang harta dan pakaian yang tidak sempat terbawa ketika mereka pergi untuk evakuasi. Lengkap sudah penderitaan rakyat yang menimpa mereka, sehingga anda diantara mereka beranggapan sudah tidak ada lagi masa depan untuk mereka. Keputusan timbul dihati dan fikiran mereka, hingga menimbulkan tanya dihati mereka. Salah siapa bencana ini timbul, sementara kesengsaraan ini mereka rasakan begitu berat. Anehnya bencana ini tidak saja terjadi disuatu tempat tertentu saja bahkan hampir meliputi daerah bahagian barat sebahagian timur Indonesia. Lihat dan dengar seolah celoteh mereka, inilah hasil dari akibat kepemimpinan para penggede masa sebelumnya, hingga mereka yang hidup masa kini menerima akibat dari hasil perbuatan mereka. Siapa yang harus menjadi penyebab ini semua. Betapa salutnya kita melihat
para pemuda yang turun tangan memberikan bantuan tidak hanya memberikan pakaian untuk menjadi penggati bagi mereka yang menjadi korban, juga makanan yang di drop melalui mobil dan jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi ketika mereka mengevakuasi para korban dengan mempergunakan sampan dan motor boat. Kekuatan itu merupakan pertanda bahwa bangsa kita masih mempunyai rasa persatuan yamg tidak perlu diragukan lagi. Terutama ketika saat seperti terjadi bencana banjir besar seperti itu. Begitulah kalau bencana banjir melanda daerah kita, korban pasti tidak sedikit, tinggal bagaimana kita menyikapinya untuk mengatsinya. Iya kan ? Tidak saja korban akibat banjir yang menimpa para korban itu berupa harta dan sebagainya, tapi juga kesehatan mereka sangat terganggu. Banyak mereka mengalami sejenis penyakit sesak nafas diare dan bahkan gatal-gatal sangat mengganggu. Beberapa orang terlihat berpakaian putih dan bertanda palang merah memberikan bantuan obat-obatan dan selimut. Bahkan beberapa orang dokter terlihat begitu sibuk memberikan pelayanan berupa pengobatan. Hal seperti itu nampaknya sudah merupakan bukan hal yang baru bagi para petugas kesehatan. Dengan memberikan obat untuk mengatasi dan pencegahan agar tidak penyakit itu menjadi wabah bagi masyarakat yang tertimpa musibah. Dengan tindakan seperti itu, suatu hal terjadi sikap positif bagi para petugas, sementara bagi para korban merupakan bantuan yang betul-
betul sangat amat mereka perlukan saat seperti itu. Bisa kita lihat di layar kaca televisi yang menyiarkan berita tentang bencana banjir yang terjadi di Jakarta beberapa waktu yang lalu itu. Anak-anak dan kaum lansia terlihat begitu lemas dan tak berdaya, matanya terlihat sayu dan mulutnya seolah tidak bisa lagi kita ajak bicara. Badannya letoi dan tangannya seolah tak bisa digerakkan lagi, namun para petugas kita lihat begitu bersemangat dan matanya bersinar untuk pertanda mereka masih akan tetap berbuat sesuatu yang sangat korban perlukan. Melihat bencana banjir yang terjadi di Jakarta itu, seharus bagi kita merupakan suatu yang harus betutbetul menjadi bahan pelajaran bagi kita semua. Tidak hanya merupakan bahan celotehan agar rakyat ini harus sadar tentang lingkungan bersih. Sampah salah satu penyebab kotornya sebuah kota bahkan merupakan penyebab hadirnya beberapa macam penyakit. Pemerintah sudah kering tenggorokannya untuk mengucapkan buang sampah pada tempatnya. Bahkan di beberapa tempat, disediakan tempat pembuangan sementara. Namun masih ada juga anggota masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Memang menegakkan disiplin itu tidak, tapi harus kita tegakkan dengan sekuat minat kita untuk tetap sehat. Betulkan ?
49
RAGAM/PLURALIS
SELAKSA PESONA DI SEPANJANG PANTAI BARAT ACEH Inilah surga panorama yang tersuruk dan hampir tak pernah dipublikasikan. Pantai Barat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), mulai dari kota Subulussalam hingga kota Banda Aceh, adalah hamparan pesona tanpa akhir. Jika Anda melintasi jalan hampir 750 km itu, dipastikan mata takkan berkedip bersamaan decak ‘Subhanallah’ akan keluar dari bibir. Akhir Januari lalu, perjalanan darat menyusuri eksotisme pantai Barat NAD dimulai. Pagi renyai gerimis, usai Shubuh berjamaah di salah satu masjid megah kota Subulussalam, setelah melepas lelah di satu losmen bertarif Rp150 ribu, Kami pun tancap gas. Keluar dari kota pemekaran Kabupaten Singkil itu, mata diperangkap kabut tipis yang menutupi perbukitan di sekitar. Ada geliat ekonomi di sana, ketika lahan subur itu mulai ditanami sawit dengan komplek PKS yang derunya memecah kesunyian. Perjalanan ditemani udara sejuk, ditempuh dengan santai pada jalan mulus. Karena Kami tak ingin kehilangan moment penting yang bisa diabadikan. Pada setiap perkampungan, kelihatan bagaimana masjid menjadi simbol ketaatan beragama. Masjid lebih megah dibanding rumah warga. Sebelum menginjak Kab. Aceh Selatan, mata dikejutkan dengan deretan rumah tua di pinggiran sungai di Gampong Suka Gelabang di Kec. Sultan, Subulussalam, berdampingan dengan perbukitan. Panorama itu, melemparkan Aku pada memori perkampungan tradisional suku Kubu di tepian sungai Batang Hari, di Jambi yang belum tersentuh modernisasi. Beberapa panorama lain yang juga sayang untuk dilewatkan adalah, deretan rumah warga bersisian dengan lintasan. Di ujung perkampungan itu, ada perbukitan hijau yang dalam pandangan seakan memutus jalur lintasan itu. Jejeran panorama itu, merupakan pemandangan umum terdapat di sepanjang pantai Barat Sumatera, mulai dari Tapanuli Tengah, Sumbar, Bengkulu hingga Lampung. Hanya saja, pemandangan itu dibedakan oleh rumah-rumah berornamen adat istiadat setempat yang kaya kearifan tradisi. Rumah bergaya tradisional Aceh, juga Gayo nan artistik berdampingan dengan rumah-rumah hasil renovasi yang lebih modern. Beberapa masjid, terlihat masih menggunakan arsitektur dan ukiran Aceh yang rumit dan penuh dengan makna simbolik, terutama pada bangunan penopang kubah masjid. Dari ketinggian jalan di perbukitan, mata juga dimanjakan dengan panorama pantai asri yang masih alami
50
dan hijau. Ditemani tikungan-tikungan tajam, laut dan pantai menjadi sahabat mata yang akrab. Pohon nyiur (kelapa) yang menjulang tinggi mengisaratkan kesuburan dan kedamaian daerah itu. Beberapa jam berada di perbukitan Kab. Aceh Singkil dan Subulussalam, mobil pun meluncur turun berliku-liku ke bawah menuju dataran rendah, tepian pantai. Sebelum mencapai kota Tapak Tuan, ibu kota Kab. Aceh Selatan, kejutan pesona di setiap tikungan muncul mendadak. Agaknya hal itu terjadi, karena Aku tidak melintasi jalur itu sejak 26 tahun lalu, berakibat kenangannya memudar. Puluhan kilometer, jalan lintasan itu berada persis bersisian dengan pantai di Kec. Bakongan, Aceh Selatan. Pantai di sepanjang Bakongan, adalah pantai indah yang bisa mengalahkan eksotisme pantai Sanur dan Kuta di Bali. “Kalau soal keindahan pantai aku merekomendasikan Bakongan ini,” ujar seorang teman. Tak salah rekomendasi teman itu, perjalanan puluhan kilometer melintasi Kec. Bakongan, kiri dan kanannya dihiasi keindahan alami. Sisi kiri Bakongan adalah jejeran perbukitan hijau dengan beranda perbukitan berisikan rawa-rawa dan persawahan. Sedangkan sisi kanannya, dihiasi hutan cemara, kelapa, pinang, bakau dan tanaman subur penyangga pantai lainnya yang mulai rapat menutupi bibir pantai dengan pasir putihnya. Muara sejumlah sungai, lagi menjadi salah satu panorama eksotis. Air jernih kehitaman dengan rerumputan dan pohon sejenis pandan menutupi aliran air tawar menuju ke laut lepas. Di atas tataran pantai subur itu, gerombolan kerbau dan lembu serta kambing, terlihat memamah rerumputan dengan tenang. Rasa damai dan tenteram menyergap batin. Agaknya, pengalaman Tsunami pada 26 Desember 2006 lalu, mengajarkan kearifan pada penduduk untuk menjaga kelestarian lingkungan pantai. Di sepanjang pantai Bakongan, kabarnya ada ratusan warga jadi korban Tsunami. Korban massal bencana yang merenggut sekira 127 ribu warga NAD itu, bisa dilihat di sepanjang lintasan Bakon-
gan, khususnya di ujung Gampong. Kubur yang berderet-deret itu, membuat hati haru biru. Betapa ‘kiamat’ itu sebelumnya memang meluluh lantakkan daerah di ujung utara Sumatera itu. Belum lagi konflik berlabel DOM yang berlangsung lama di masa Orde Baru, sempat menguras harta bahkan nyawa warga NAD. Perumahan warga, berada sekira 200 meter dari bibir pantai. Jejeran rumah bantuan masyarakat dunia, umumnya dihuni warga. Namun, ada juga perumahan bantuan itu yang tidak dihuni. Beberapa warga yang sempat diajak berbincang, mengatakan rumah bantuan yang tak dihuni, karena pemiliknya pindah dari kampung itu. “Banyak yang masih trauma, jadi tak mau tinggal di pinggir pantai,” ujar Fadly, anak muda mengaku tinggal di Kec. Bakongan Timur. Meninggalkan Bakongan nan memories, ternyata tak juga membuat mata bisa istirahat sejenak. Sebabnya, saat memasuki kota Tapak Tuan panorama yang jauh lebih mempesona menghiasi pelupuk mata. Sultan Fauzan, 9, anak semata wayang penulis, berkicau kepada uminya. Sepanjang dia diajak berpetualang ke sejumlah lokasi wisata, inilah panorama paling menarik yang dilihatnya. “Kayaknya Fauzan rasa ini yang paling indah,” ujar anak kelas IV SD Qurrata A’yun itu. Akibat jalan perbukitan menuju Tapak Tuan rusak, lintasan dialihkan ke bibir pantai. Tak dinyana, jika ban mobil pun sampai dijamah deburan ombak Samudera Indonesia, hingga beberapa kilometer ke depan. Selanjutnya, jika Anda mengingat jalur perbukitan menuju Sibolga atau jalur Solok menuju Padang yang membuat berdecak. Sensasi lebih kuat justru muncul pada lintasan menjelang Tapak Tuan. Pada puncak sebuah bukit, muncul panorama kota pantai itu dari kejauhan. Yang terlihat; laut nan biru, kota di kaki
RAGAM/PLURALIS
perbukitan di ujung cakrawala, pantai pasir dengan nyiur melambai serta dinding perbukitan hijau diselingi aneka warna dari bebungaan pohon hutan yang menyejukkan mata. Lebih dekat menuju tepian pantai. Dari ketinggian, Anda bisa menikmati deburan kuat ombak lautan lepas yang terpaannya bisa terdengar hingga puluhan meter. Dinding perbukitan yang menyapu permukaan laut menjadi pemandangan lain yang sayang untuk diabaikan. Lintasan sepanjang sekira 5 km memasuki inti kota, merupakan tikungan tajam yang mengingatkan Aku pada kelok 44 di Danau Maninjau, Sumbar. Menjelang tengah hari, Kami pun menjejakkan kaki di kota legenda kedatangan seorang Tuan dari negeri seberang itu. Tapak kaki tuan di pinggiran pantai kota Tapak Tuan, bisa dinikmati pada seonggok batu padas. Sebuah café ‘Rindu Alam’ Kami singgahi untuk melepas lelah dan mengisi asupan untuk perut yang mulai rewel. Makanan ‘import’ dari Jawa, yakni ayam penyet serta bakso, yang jadi menu andalan café ‘Randu Alam’, ternyata punya penggemar fanatik di kota itu, khususnya remaja dan pelajar. Mendengar ocehan mereka, logat bahasanya kental berbau Minangkabau. Sambil makan nasi goreng, ayam penyet dan bakso ditemani durian hutan Subulussalam yang kuning, kenyal dengan aroma menyengat. Aku memperhatikan beberapa pemancing mengais rejeki di tepian pantai Tapak Tuan. Sekelompok anak-anak juga asik bercengkerama dengan jernihnya air laut. Karang di pinggiran laut Tapak Tuan, agaknya kaya biota laut. Tak ku lihat ada sampan yang mencari ikan hari itu, selain beberapa pemancing. Tiga pemancing, terlihat dapat hasil lumayan, karena seringkali mata kail mereka disambar jenis ikan karang. Makan jadi terasa nikmati dengan aktifitas pemancing, selain sapaan ombak dan angin sepoi-sepoi pantai Lautan India. Melewati Tapak Tuan, panorama yang sama terus menerus membuntuti perjalanan Kami. Kabupaten Aceh Barat
Daya (Abdya) dengan ibu kota Blang Pidie juga menawarkan pesona pinggiran pantai yang sayang dilewatkan begitu saja. Ada hal menarik yang sempat tertangkap mata. Misalnya, penjualan ikan laut tawar di sepanjang pantai. Berbagai jenis ikan laut besar, mulai dari kakap, kerapuh, cakalang dan beberapa jenis ikan lainnya, tergantung menunggu pembeli di warung-warung penduduk. Sayang, karena mengejar waktu, Kami tak sempat menyinggahi pasar ikan laut tawar itu. Di Kabupaten Nagan Raya, dimanika masyarakat kabupaten pemekaran itu juga terasa kuat. Salah satunya, adalah PLTU Nagan Raya yang berada persis di pinggiran pantai. PLTU itu dalam tahap pembangunan. Jika PLTU itu sudah operasional, dipastikan seluruh kabupaten pemekaran itu akan bisa diterangi listrik. Denyut aktifitas masyarakat Nagan Raya juga bisa dilihat, dari kegigihan mereka. Misalnya, warga di kabupaten ini, memanfaatkan sagu sebagai salah satu sumber pertanian. Satu truk cold diesel, terlihat membawa puluhan batang sagu sekira 10 ton untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Sagu agaknya menjadi salah satu panganan penting di daerah itu. Dugaan itu ternyata ada benarnya. Saat Kami meluncur memasuki kota Meulaboh sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang berdampingan dengan Nagan Raya pemanfaatan sagu menjadi tinggi. Pada salah satu jalan inti kota Meulaboh, yakni Gampong Drien Rampak, terdapat sejumlah rumah toko yang menjual aneka kue, sejak pagi hingga petang. Berbagai jenis kue ada di etalase. Sedangkan pembuatannya dilakukan di situ juga. Sehingga kita bisa menikmati proses pembuatan aneka kue itu, sembari membeli dan mencicipi panganan yang masih hangat. Lepas dari inti kota Meulaboh, kembali decak kagum muncrat dari mulut. Kali ini, jalan raya menghubungkan Meulaboh, Calang hingga Banda Aceh, jadi penyebabnya. Menaiki jalur mulus, bersih dan rata itu, Aku teringat dengan jalur tol Penang, Kedah, Kuala Lumpur, Malaka hingga Johor Bahru di Malaysia. Inilah lintasan terbaik di Indonesia,
pikirku. Salah satu lintasan yang membuat Aku terpesona, adalah jalur pantai berhampiran dengan muara sungai di luar kota Meulaboh. Pada lajur itu, dibuat jembatan membelah muara dengan cara meninggikannya dari permukaan pantai dan permukaan sungai. Jalan hitam dengan trotoar, pagar pembatas dan jejeran lampu neon. Di bawah jembatan itu, ada enclave perumahan nelayan korban Tsunami yang bentuk rumahnya seragam. Beberapa puluh meter dari jembatan, terbentang pantai dengan pasir putih dan bibit bakau yang baru ditanam. Gelombang air laut menyentuh bibir pantai dan muara sungai. Desiran angin cukup membuat mata berkejap. Petang hari sekira pukul 17.00, cahaya ufuk Barat yang memendar pun menyiram lokasi itu. Aku merasakan, panorama itu seperti keindahan surga yang turun ke bumi. Ada cerita, jalan itu didesain dan dikerjakan insinyur Amerika Serikat dan merupakan bantuan dunia untuk daerah korban Tsunami. Kabarnya, pembuatan itu dikerjakan serius, sampaisampai campuran materialnya sesuai standard jalan-jalan AS. Insinyur AS pengawas material yang menggunakan lidah mengukur kualitas material. Kalau tak sesuai langsung diganti, karena itu kualitas jalannya luar biasa. Sayangnya, perjalanan Kami terhalang waktu. Ingin rasanya menikmati pesona pantai Calang dan keelokan mata biru gadis-gadis Lamno. Tapi gerakan matahari menuju peraduannya lebih cepat dari laju mobil. Tepat saat adzan Maghrib menggema, kami baru menapaki Calang. Akibatnya, eksotisme pantai Calang dengan banyak pulau di lepas pantainya terhalang kegelapan. Menuju Banda Aceh, Kami harus menempuh jarak 120 km lagi. Adventure ini agaknya berakhir di sini dulu. Insya Allah nanti akan kita sambung, menyusuri Banda Aceh dari pandangan orang luar. Wallahu a’lamu bi ash shawab.
51
TEPIAN
GRAMSCI Oleh Khairul Hakim
Anotonio Gramsci, seorang perenung kuat, yang senantiasa merasa resah di ujung hidupnya. Membaca Gramsci berarti mempelajari jiwa seorang pejuang sekaligus sebagai seorang pemikir. Mempelajari Gramsci berarti menelusuri kehidupan masa-masa mahasiswa yang dilewati dengan penuh aktivitas politik. Di waktu-waktu ini pula secara akademik, dia melihat intisari Marxisme dalam gabungan unik antara aktivitas teori dan praktek, serta mempertahankan kesatuan teori dan praktis itu dalam filsafat dan sejarah. Untuk urusan politik praktisnya, sejak mahasiswa Gramsci telah aktif menjadi seorang yang mempunyai komitmen melakukan sebuah gerakan perubahan sosial, sekaligus memimpin kelompok sosial ternama Ordine Nuovo. Sehingga dikemudian hari ia menjadi tokoh penting partai komunis Italia. Dari sini Gramsci menjadi signifikan di ranah politik Italia. Sampai akhirnya ia harus dipenjara oleh rezim fasis berkuasa. Di Italia, sejak 1922 rezim fasis telah mencengkramkan kuku kekuasaan. Untuk menghambat pemikiran-
52
pemikirannya yang penuh gelora dan menggambarkan pemberontakan, pemerintah fasis Mussolini terpaksa menghukum Gramsci selama dua puluh lima tahun penjara. Keadaan ini mesti ia terima ketika negara menjadi struktur yang menindas dan melakukan hegemoni atas masyarakat. Seyogyanya, negara harus menjadi pelindung, pemberi keamanan, dan memproyeksikan program pada kesejahteraan rakyatnya. Bukan menyusahkan dan menyengsarakan. Semestinya, negara berkomitmen mengenyahkan kejahatan dalam bentuk apa saja: korupsi, intrik politik dan kesewenang-wenangan. Tetapi, apa jadinya kalau negara adalah penjahat itu sendiri. Yang terjadi: hukum porak poranda, kekuasaan memusat pada segelintir elit, rakyat menderita karena kemiskinan dan kekayaan milik beberapa orang saja. Ngerinya lagi, setiap orang selalu merasa terancam kehidupannya; baik secara politik maupun sosial. Itulah yang terjadi pada pemerintahan Mussolini, ketika secara sepihak ia memutuskan mengakhiri demokrasi borjuis. Semua
organisasi dan partai oposisi beserta publikasinya dilarang, dan dilakukan penangkapan besar-besaran di seluruh negeri. Termasuk pada Gramsci yang selalu resah. Gramsci sebenarnya adalah anggota parlemen dari Partai Komunis. Tapi rezim fasis Italia tidak lagi menghormati imunitas seorang wakil rakyat. Rezim Mussolini, pada 1928 di saat usia Gramsci 35 tahun, memenjarakannya dengan alasan keamanan negara. Padahal Gramsci pernah membela Mussolini dalam tulisannya di sebuah artikel. Saat itu tahun 1914 semasih dalam Perang Dunia I sebagai seorang pejabat dalam partai, tak seharusnya Mussolini netral dalam perang. Di mata umum sikap itu ditengarai sebagai kebijakan ‘mencari selamat’. Tapi Gramsci menulis begini: “Revolusioner melihat sejarah sebagai sebuah kreasi semangat mereka sendiri, sebagai serangkaian ancaman terus menerus bagi kekuatan lain dalam masyarakat -baik ancaman aktif amaupun pasif. Dan mereka mempersiapkan kondisi maksimum yang mendukung revolusi; mereka tidak boleh terpengaruh oleh slogan ‘netralitas absolut’ yang cuma sementara, namun harus mengubahnya menjadi ‘netralitas aktif dan operatif,”. Memang, rezim berkuasa berhasil memenjarakan fisiknya, tapi gagal memenjara otaknya. Ternyata, di dalam penjara praktisi sekaligus teorisi yang dilahirkan tahun 1891 ini, malah mengembangkan tori Marxis. Teori yang kemudian menjadi landasan bagi sebuah faksi komunisme untuk berkuasa lebih demokratis dibanding dipraktekkan di Uni Soviet. Penjara memang tidak berdaya menghambat pengembaraan intelektual Gramsci. Hidup dan mati di luar atau di dalam penjara bagi Gramsci adalah sama saja. Penjara sesungguhnya hanya mampu mengurung badannya, tapi tidak intelektualitasnya. Yang mengejutkan, bagi seorang aktivis yang juga perenung kuat ini, penjara adalah rumah lain untuk beraktivitas dan menuliskan segenap pemikirannya. Sebab, dari rahim penjaralah tulisan-tulisan dalam Prison Notebooks bukunya yang terkenal itu dilahirkan.
JURNAL SINERGI
Analisis Dan Sistem Perubahan Birokrasi Pemerintahan (Perspektif Komunikasi Organisasi) Oleh : Abdul Khalik
I. Pendahuluan. Birokrasi pemerintahan di Indonesia sebagai sebuah organisasi, telah ada dalam kurun waktu yang relatif panjang. Dimulai sejak era kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi saat ini. Dalam masa yang panjang itu, birokrasi pemerintahan mengalami sejumlah fase sejarah dan berbagai perubahan, hingga terbentuk seperti saat ini. Salah satu bentuk perubahan organisasi birokrasi, diiringi dengan perubahan komunikasi organisasi yang terbangun di dalamnya. Perubahan komunikasi organisasi itu terjadi akibat adanya perubahan sistem politik kenegaraan dari satu rejim ke rejim yang lain. Asumsi perubahan itu, terkait dengan paradigma birokrasi yang mengabdi pada kepentingan negara/pemerintahan. Sebagai organisasi makro, maka pola komunikasi birokrasi bisa diamati dari satu fase ke fase yang lain, dengan menggunakan perangkat analisis komunikasi organisasi sebagai konsekwensi terjadinya perubahan sistem yang ada. Dalam menganalisis komunikasi organisasi birokrasi, maka perangkat teoritisnya menggunakan analisis fungsional, dengan pendekatan ilmu perilaku untuk memperkirakan keadaan terkini suatu organisasi dan untuk menemukan jalan ke arah perbaikannya. (Harrison, 1987). Dalam konteks organisasi birokrasi, maka pembahasan hanya dibatasi pada fase birokrasi era Orde Baru yang kemudian dikomparasikan dengan birokrasi era Reformasi. Kedua sistem birokrasi pemerintahan itu, relatif memiliki perbedaan ditilik dari analisis fungsional. Perbedaan-perbedaan itu, salah satunya bisa dilihat dari sejauh mana pola komunikasi organisasi yang terbangun pada kedua fase itu. Kemudian bagaimana perbedaannya dan merancang arah yang lebih baik di masa mendatang. Terkait dengan itu, dibahas pula kekuatan dan kelemahan komunikasi organisasi dalam birokrasi era Orde
Baru dan era Reformasi dengan menggunakan analisis fungsional. Kemudian melihat adakah perubahan sistem yang signifikan dalam kedua organisasi itu. 1.1. Birokrasi Sebagai Organisasi Makro. Sejumlah ahli mendevinisikan organisasi secara beragam. Menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian Chester I. Bernard mengartikan organisasi sebagai suatu sistem aktifitas kerjasama manusia yang dilakukan dua orang atau lebih. Sondang P. Siagian mendevinisikan organisasi sebagai setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan beberapa orang/sekelompok orang yang disebut bawahan Prajudi Atmosudirjo, mendevinisikan organisasi sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjsama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.(www.studylink.com). Organisasi dalam dimensinya terdiri atas organisasi mikro dan organisasi makro, yang bisa dikelompokkan pada empat kategori. Graham Asley dan Andrew Van De Ven (1983), mengelompokkan organisasi menjadi empat aliran pokok, yang didasarkan pada dua dimensi analisis. Yakni dimensi analisis tingkat organisasi (mikro dan makro) dan dimensi yang menekankan pada asumsi voluntaristik tentang sifat-sifat manusia. Mereka menyimpulkan, teori-teori organisasi dikelompokkan dalam dua per dua dari sel-sel.
oleh batasan-batasan struktural. Sedangkan asumsi makro dan mikro menggolongkan para ahli teori organisasi yang memusatkan pada organisasi komunitas dan organisasi tunggal. (Thoha, 2002). Birokrasi, dapat diasumsikan sebagai organisasi makro yang perilaku keanggotaan di dalamnya ditentukan oleh batasan-batasan struktural. Artinya, dalam birokrasi ada ketentuan-ketentuan jelas (perundang-undangan) yang mengatur perilaku para anggotanya dan tidak bisa mengikuti kehendak dan kemauan individual. Seluruh tindakan birokrasi diletakkan pada kerangka yang menuntut anggotanya untuk melaksanakan ketentuan itu tanpa adanya tawar menawar satu dengan lainnya. Dalam konteks demikian, maka pola komunikasi dalam organisasi birokrasi memiliki sistemnya sendiri yang tidak bisa dilakukan secara bebas dan terbuka sesuai dengan kehendak individu dalam birokrasi. Komunikasi organisasi dalam birokrasi akan menjadi perantara antara sumber daya manusia dan fungsi organisasi dengan hasil organisasi, dalam bentuk produktifitas, kualitas dan vitalitas Birokrasi pemerintahan di Indonesia, jika menggunakan teori sistem, merupakan organisasi yang komplek dan rumit. Konsep sistem terfokus pada pengaturan bagianbagian, hubungan antar bagian-bagian, dan dinamika hubungan tersebut yang menumbuhkan kesatuan atau keseluruhan. Konsep sistem, memungkin orang untuk memahami organisasi sebagai suatu keseluruhan yang lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya karena dinamikanya. Dinamika itu mencakup struktur, hubungan dan perilaku yang pelik. Dalam perilaku yang pelik itulah komunikasi organisasi, berperan.
Dimensi orientasi voluntaristik dan deterministik mengklasifikasikan teori-teori yang berasumsi tentang kemandiran dan kebebasan diri individual dalam keanggotaan organisasi versus teori-teori yang berasumsi bahwa perilaku dalam suatu organisasi ditentukan
53
JURNAL SINERGI Ada beberapa prinsip yang berlaku pada semua sistem. Yaitu, bahwa mesin, organisme, dan organisasi memiliki proses serupa dan dapat diuraikan dengan prinsip-prinsip yang sama.(Face and Foules, 2006). Bahkan, sistem adalah seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan sangat abstrak, yang berfungsi mengarahkan pikiran kita, namun terikat pada berbagai penafsiran (Fisher, 1978). Dilihat dari pemahaman demikian, birokrasi sebagai sistem mempunyai model komunikasi masing-masing dan dipengaruhi oleh faktor eksternal sesuai dengan fase yang dilalui. Terutama dalam kaitannya dengan konstelasi politik kenegaraan di mana birokrasi berfungsi sebagai penopang negara/pemerintah. Komunikasi dalam birokrasi, setidaknya bisa diamati dari interaksi dari berbagai komponen yang ada di organisasi itu. Ada beberapa interaksi yang bisa diamati, yakni interaksi antar personal, meliputi interaksi tokoh, interaksi pimpinan.dan peranan penghubung. Kemudian peranan informasional, meliputi peran monitor, peran penyebar dan peran juru bicara. Juga peranan memutuskan, meliputi peranan wiraswasta, peranan pengendali gangguan, peranan penentu sumber dan peranana perunding.(Effendi 2007). Semua proses interaksi itu menentukan kualitas biokrasi serta karakter yang di bangun, apakah merupakan birokrasi yang rasional (Weberian) atau sebagai birokrasi feodal (paternalistik). 1.2. Analisis Dan Sistem Perubahan Analisis dalam Komunikasi Organisasi dipahami sebagai aktifitas untuk meneliti unsur-unsur pokok suatu proses atau gejala, sehingga kita dapat mengenal dan mengakui kondisi mana yang memberikan kontribusi pada berfungsinya suatu unit dan kondisi mana yang menciptakanmasalah pada unit yang ditelitinya. Analisisi komunikasi organisasi tertarikpada gejala komunikasi sebagai variabel anteseden dan konsekuen dalm berfungsinya organisasi. Dengan demikian analisis komunikasi organisasi dapat memusatkan perhatian pada aktifitas komunikasi secara langsung untuk menentukan apakah aktifitas komunikasi itu bagian
54
dari kondisi yang menimbulkan masalah dalam berfungsinya organisasi. Suatu analisis komunikasi organisasi dapat menerangkan proses-proses kunci yang dapat mengganggu efektifitas berfungsinya organisasi. Sebaliknya, suatu aktifitas analisis proses dan aktifitas organisasi yang terpilih mungkin menampakkan pengaruh-pengaruh pokok yang mungkin dapat menggangu komunikasi efektif. Secara umum, model analisis komunikasi organisasi, meliputi lima tahapan. (1). Melihat pokok persoalan. (2). Mendokumentasi. (3). Pilihan. (4). Perbandingan, dan (5) Klasifikasi. 1. Pokok Persoalan. Kebutuhan untuk membuat analisis, biasanya dibangkitkan oleh adanya persoalan atau “rasa sakit” yang dihadapi akibat adanya perubahan. “Rasa sakit” akan mengakibatkan seluruh elemen organisasi akan menderita. Untuk itu, diperlukan tindakan analisis. Pokok persoalan biasanya meliputi gejala-gejala dan banyaknya persoalan serta konsekuensi dari persoalan dimaksud. 2. Dokumentasi. Berupa tindakan untuk mengetahui apa yang jadi penyebab persoalan atau rasa sakit itu. Penyebab dari rasa sakit itu di analisis sedemikian rupa, apakah masih pantas untuk dibiarkan, atau harus segera dilakukan proses penyembuhan. Dokumentasi persoalan, harus meliputi berbagai dimensi yang berakumulasi hingga menimbulkan persoalan. 3. Pilihan. Setelah melakukan tahapan kedua, maka dilanjutkan dengan tahapan ketiga, jika persoalan itu beragam. Data yang terdokumentasi kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menentukan pilihan mana yang harus dilakukan dalam melihat persoalan yang dihadapi organisasi. 4. Perbandingan. Dalam tahapan ini, analisis mencoba membandingkan berbagai pilihan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Jika ditemukan salah satu pilihan penyelesaian persoalan, maka pilihan itu harus juga dibandingkan dengan alternatif lain, sejauh mana untung ruginya penggunaan pilihan yang sudah disetujui itu. 5. Klasifikasi. Tahapan ini adalah menen-
tukan bentuk masalah apa yang muncul dalam organisasi tersebut. Bentuk-bentuk masalah dasar cenderung berhubungan dengan bentuk-bentuk dokumentasi yang digunakan. Pada tahap ini, ada tiga masalah yang biasa diamati, pertama, problema berkaitan dengan kekurangankekurangan pada pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kedua, problem pada cara bagaimana penyelia, menejer merencanakan, mengorganisir, menyusun staf, mengarahkan dan mengontorl SDM. Ketiga, problem berkaitan pada konseptualisasi dan perncangan misi, posisi,m tugas, tanggung jawab dan kewenangan organisasi. (Fave and Faules, h. 394) Perubahan sistem dalam birokrasi bisa pula diamati berdasarkan pada terori komunikasi organisasi. Perubahan sistem organisasi dapat terjadi dalam satu atau lebih dari ketiga subsistem berikut; sosial, teknis dan administrasi dan di antara tingkat yang berlainan, yaitu; perorangan, struktur dan budaya. Untuk melaksanakan suatu perubahan dalam sistem organisasi, harus memperhatikan kondisi saat ini yang menimbulkan masalah, seberapa jauh kondisi itu mungkin diperbaiki, usaha-usaha praktis yang memungkinkan perubahan ini dilaksanakan dan biaya untuk melakukan perubahan. Langkah pertama dalam melaksanakan proses perubahan dalam sistem organisasi adalah pengenalan kondisi saat ini, antara lain proses, fungsi, hubungan dan struktur organisasi, yang menimbulkan masalah. Proses didevinisikan sebagai tindakan yang terjadi dalam urutan tertentu. Setidaknya ada tiga proses perubahan yang dilakukan dalam organisasi, meliputi proses sosial, teknis dan administratif. Proses sosial adalah proses yang mencakup cara anggota organisasi satu sama lainnya berhubungan dan berinteraksi. Proses sosial mencakup tindakantindakan, seperti seseorang berinteraksi dengan lainnya; interaksi antara kelompok-kelompok; prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyebarkan informasi, untuk membuat keputusan, untuk merencakanan tindakan, dan untuk menentukan tujuan, pedoman dan kebijakan yang memberi pengarahan kepada anggota organisasi; norma,
JURNAL SINERGI nilai dan aturan dasar yang membantu anggota mempertahankan hubungan satu dengan lainnya; sikap orang-orang terhadap pekerjaan mereka, organisasi dan sistem otoritas, dan cara melakukan usahausaha demi pekerjaan. Langkah pertama dalam melaksanakan proses perubahan dalam sistem organisasi adalah pengenalan kondisi saat ini, antara lain proses, fungsi, hubungan dan struktur organisasi, yang menimbulkan masalah. Proses didevinisikan sebagai tindakan yang terjadi dalam urutan tertentu. Setidaknya ada tiga proses perubahan yang dilakukan dalam organisasi, meliputi proses sosial, teknis dan administratif. Proses sosial adalah proses yang mencakup cara anggota organisasi satu sama lainnya berhubungan dan berinteraksi. Proses sosial mencakup tindakantindakan, seperti seseorang berinteraksi dengan lainnya; interaksi antara kelompok-kelompok; prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyebarkan informasi, untuk membuat keputusan, untuk merencakanan tindakan, dan untuk menentukan tujuan, pedoman dan kebijakan yang memberi pengarahan kepada anggota organisasi; norma, nilai dan aturan dasar yang membantu anggota mempertahankan hubungan satu dengan lainnya; sikap orang-orang terhadap pekerjaan mereka, organisasi dan sistem otoritas, dan cara melakukan usaha-usaha demi pekerjaan. Proses teknis, adalah proses yang mencakup pembentukan output organisasi, meliputi subproses sebagai pekerjaan itu sendiri, aliran kerja, metode kerja, tipe produksi, pengkondisian pekerjaan fisik, kompleksitas proses kerja, penerimaan dan distribusi bahan baku dan waktu yang dibutuhkan serta kendala yang terlibat dalam penciptaan output. Komunikasi mempengaruhi proses teknis dengan membuat pekerjaan yang membuat pekerjaan lebih mudah atau sulit. Proses Administratif, adalah proses yang meliputi dimensi pendukung bagi proses teknis dan proses sosial,mencakup sistem personal, hubungan serikat kerja dan hubungan pekerja, upah, gaji dan sistem keuntungan, pengeluaran dan keuangan, pelaporan, pemrosesan data, kegiatan-kegiatan yang sah serta penjualan dan akunting. Komunikasi memungkin proses administrasi berfungsi untuk menyelenggarkan bantuan yang ber-
manfaat bagi proses-proses lainnya. II. Birokrasi Pemerintahan Di Indonesia, jika ada pembahasan tentang birokrasi, maka persepsi orang tidak lain adalah birokrasi pemerintah. Birokrasi dengan segala macam cacatnya menjadi milik pemerintah. Birokrasi pemerintah, seringkali diartikan sebagai “official dom” atau kerajaan pejabat. Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para pejabat dari suatu bentuk organisasi yang digolongkan modern. Didalmnya terdapat tanda-tanda bahwa sesorang mempunyi yuridiksi yang jelas dan pasti, mereka berada dalam area official yang yuridiktif. Di dalam yuridiksi itu seseorang mempunyai tugas dan tanggung jawab resmi (official duties) yang memperjelas batas-batas wawenang pekerjaan. Mereka bekerja dalam tatanan pola hierarkis sebagai perwujudan dari tingkatan otoritas dan kekuasaan. Mereka memperoleh gaji berdasarkan keahlian dan kompetensinya. Selain itu dalam kerajaan pejabat itu proses komunikasinya berdasarkan pada dokumen tertulis (the files). (Thoha, 2003). Istilah birokasi diperkenalkan oleh filosif Perancis Baron de Grinim, dari asal kata “bureau” yang berarti meja tulis, di mana para pejabat (saat itu) bekerja dibelakangnya.(Albrow, 1970). Kita mengetahui sejarah bahwa pemerintahan Perancis (negara Eropah lainnya) pada sat itu dikenal memiliki kinerja yang sangat buruk serta mengeksploitasi rakyatnya secara berlebihan. Pada pejabat sebagai abdi raja, gemar mengadakan pesta mewah ditengah kelaparan rakyat. Memungut pajak yang tinggi, kejam terhadap mereka yang kritis serta gemar menjilat para bangsawan dan raja. Untuk mengkritik kinerja yang buruk itu, dipakailah istilah “beraeaumania”, yang belakang memunculkan varian kata beuracati (Prancis), buroucratie (Jerman), burocrazia (Italia), dan bureaucracy (Inggirs). Istilah-istilah itulah yang kemudian dipakai untuk menunjukkan pengertian akan suatu organisasi pelaksana kegiatan pemerintahan dalam suatu negara. Yahya Muhaimin (1980) mendevinisikan birokrasi adalah : keseluruhan aparat
pemerintahan yang melakukan tugas membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu. Miftah Thoha (2003) mengklasifikasi birokrasi Indonesia ke dalam beberapa fase, yakni fase demokrasi parlementer 19451950, fase Parlementer Liberal 1950-1959, fase Presidensial-Demokrasi Terpimpin 1960-1965 dan fase Orde Baru 1966-1999. Setiap fase itu memiliki model demokrasi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam kajian ini, pembahasan hanya difokuskan pada fase terakhir, yakni fase Orde Baru 1966-1999. Nantinya fase itu akan dikomparasikan dengan fase Reformasi 2000-sekarang. 2.1 Birokrasi Orde Baru Periode Orde Baru ditandai dengan keberpihakan birokrasi terhadap pemerintahan yang berkuasa. Salah satu faktor yang menentukan bertahannya pemerintahan adalah karena peranan birokasi yang dominan dalam kehidupan politik, selali kekuatan militer (ABRI) dan kekuatan partai politik Golkar. Pada periode ini, persoalan-persoalan politik didominasi oleh tiga kekuatan ini, sehingga rakyat tidak memiliki keberanian untuk membicarakan persoalan-persoalan politik di luar koridor yang digariskan pemerintah. Peranan birokarsi deperluas sebagai kekuatan pemersatu bangsa, namun dalam kontesk untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Birokrasi memiliki strktur yang kuat, berada dari tingkat puasat hingga ke pelosok desa. Struktur itu, dimulai dari Presiden, dibantu kabinet (menteri-menteri) sebagai puncak struktur, Kemudian di lapisan tengah ada, kepala daerah tingkat I dan II (provinsi dan kabupaten/kota) sebagai penguasa tungga di setiap daerah. Selanjutnya di tingkat kecamatan kelurahan/desa dengan penguasa tunggal camat dan lurah/kades. Semua struktur pemerintahan ini dikuasai oleh Golkar. Untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban yang jadi jargon pilitik, peran ABRI sangat besar. Tidaknya hanya sebagai kekuatan sesuai fungsinya,
55
JURNAL SINERGI tapi juga sebagai kekuatan politik. Jargon dwi fungsi ABRI yakni sebagai kekuatan keamanan dan kekuatan politik, menjadi paradigma politik ABRI. Ditingkat atas ada Panglima ABRI sebagai pembantu Presiden, kemudian di tingkat provinsi ada Kodam (komando daerah militer), ditingkat kabupaten/kota ada Kodim (komando distrik militer), di kecamatan ada Koramil 9komando rayon militer) dan di kel/desa ada Babinsa (bintara bina desa). Pada periode ini kedudukan Parpol (PPP dan PDI) hanya sebagai kekuatan simbol dari supremasi sipil. Di mana posisi tawarnya sangat rendah dalam berhadapan dengan kekuatan pemerintah. Malah, dikalahkan oleh kekuatan militer yang berperan melebihi kapasitasnya sesuai dengan teori dan praktek pemerintahan demokrasi. (Thoha, 2003) Birokrasi Orde Baru dalam pandangan para ahli, merupakan birokrasi bermental priyayi (masa kerajaan) dan bermental ambtenar (penjajahan). Donald K. Emerson (1976) memandang, meskipun birokrasi Orde baru telah memperlihatkan bentuk ciri birokrasi modern, tapi secara kultural perilaku mereka masih memperlihatkan corak budaya tradisional (Jawa). Di mana birokrat (priyayi) adalah “abdi dalem” yang menjadi alat raja (penguasa) untuk mengeksploitasi rakyat. (wong cilik) serta menganggap rakyat sebagai kelas rendahan yang dapat diperintah sedemikian rupa, tanpa adanya hak berpartisipasi (Setiono, 2002). Faham demikian muncul dari karakter budaya Jawa tentang kekuasaan. Menurut Ben Anderson (1972), kekuasaan itu dalam khasanah Jawa merupakan sesuatu yang “konkret” atas dasar wahyu dari Tuhan. Dalam pola hubungan kekuasaan demikian, tidak dikenal adanya otoritas berasal dari rakyat, melainkan otoritas berasal dari tuhan. Hal ini menyebabkan pertanggung jawaban kekuasan tidak kepada rakyat, melainkan kepada tuhan yang telah memberikan otoritas kekuasaan itu. (Setiono, h.114). Ada beberapa poin yang bisa diamati dari budaya birokrasi di era Orda baru. Pertama, tidak adanya kesamaan derajat antara rakyat dengan aparatur birokrasi, disertai dengan penghargaan yang berlebihan terhadap pejabat.
56
Kedua, sikap yang masih memandang rakyat sebagai “kawulo” yang dapat dieksploitasi. Di mana terdapat praktek dehumanisasi dalam kinerja birokrasi, sehingga rakyat tak dihargai, diberdayakan dan diperlakukan sebagai manusia bermartabat. Ketiga, tidak terbangunnya budaya pertanggung jawaban publik dan partisipasi publik dalam proses kinerja birokrasi. Sehingga cenderung bekerja untuk kepentingan penguasa yang menggaji aparatur birokrasi. 2.2. Birokrasi Reformasi Periode birokrasi Reformasi dimulai ketika rejim Orde Baru runtuh pada 1999. Sejak saat itu, birokrasi memposisikan dirinya sebagai birokrasi Reformasi. Model birokrasi ini, secara institusional mengalami penjungkir balikan dari birokrasi semula. Jika di masa sebelumnya, birokrasi dijadikan sebagai alat politik bagi kepentingan rejim politik. 2 Maka birokrasi Reformasi memposisikan diri sebagai mesin administrasi pemerintahan yang relatif bersih dari intervensi kekuasaan, meski tidak sepenuhnya terjadi. Selain itu, birokrasi yang semula bersifat sentralistis, juga mengalami perubahan menjadi birokrasi desentralistik. Hal itu diwujudkan melalui otonomi daerah yang memberikan kekuasaan lebih besar kepada daerah-daerah dalam mengurus berbagai urusan kenegaraan. Pemerintah Pusat tidak lagi harus menanggung semua beban kerja dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tapi sebagain besar urusan itu didelegasikan kepada birokasi daerah (provinsi dan kab/kota). Salah satu ciri organisasi birokrasi tradisional adalah adanya “struktur berjenjang” yang pada masing-masing strata dijabat oleh seorang pejabat struktural. Semakin tinggi jabatan struktural seseorang, akan semakin tinggi pula kewenangannya dan makin besar pula fasilitas dan penghasilan yang diperolehnya.(Setiono, h.164). Ciri birokrasi demikian melekat pada birokrasi Orde baru. Sedangkan birokrasi Reformasi dicirikan dengan kepejabatan struk-
tural- fungsional. Yakni, suatu sistem kepejabatan yang menekankan pada adanya hierarki pegawai, akan tetapi lebih mengedepankan kemampuan profesi pegawai. Model ini lebih luwes, di mana kemampuan dan kapasitas pegawai selain dinilai dengan kepangkatan juga dinilai melalui prestasinya. Juga faktor-fator lain, misalnya kepentingan politik, program kerja pemerintahan dan situasi sosial yang berkembang. Birokrasi Reformasi dimulai di masa pemerintahan BJ Habibie, dengan melaksanakan pemerintahan demokratis. Langkah pertama yang dilakukan, adalah membuat berbagai peraturan yang membiuka kran demokratisasi. Untukbidang pemerintahan misalnya, dikeluarkan UU No.22/1999 dan UU No.25/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah. Berkaitan dengan kepegawaian melalui revisi UU No.8/1974 menjadi UU No.43/1999. Namun demikian, ketika Habibie meninggalkan jabatan itu, proses reformasi birokasi mengalami kemandekan. Era Gus Dur, Megawati dan SBY saat ini, proses reformasi birokasi kita terhenti. Secara kultural, mentalitas birokrasi Reformasi masih mengidap mentalitas birokasi Orde Baru. Hanya terjadi perubahan pada tataran struktur, tapi tidak ada perubahan pada tataran mentalitas. Tidak mengherankan jika kemudian, berbagai penyakit birokrasi Orde baru masih tetap marak menghinggapi birokrasi Reformasi. Salah satunya adalah praktek KKN yang kian meruyak, hingga menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Miftah Thoha (2008), mengusulkan sejumlah langkah reformasi birokrasi yang harus dilakukan segera. Beberapa faktor yang mendorong perlunya reformasi birokrasi, adalah: Pertama, adanya kebutuhan melakukan perubahan dan pembaharuan. Kedua, memahami perubahan dan terjadi di lingkungan strategis nasional. Ketiga, Memahami perubahan yang terjadi di lingkungan strategis global dan keempat, memahami perubahan yang terjadi dalam manajemen pemerintahan.
JURNAL SINERGI Setidaknya, ada tiga strategi pembaharuan birokrasi, yakni kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem penataan birokrasi pemerintahan dan sumber daya aparatur. Untuk kelembagaan birokrasi pemerintahan, hal terpenting yang harus dirubah adalah kultur dan struktur. Mentalitas ABS (asal bapak senang) yang selama ini jadi kultur birokasi harus dirubah, ke arah kultur yang membuka partisipasi masyarakat secara penuh. Jika kultur itu berjalan,maka segera dilakukan perbaikan struktur. Sedangkan untuk pembaruan sistem penataan birokrasi akan berimplikasi pada birokrasi yang menghargai ditegakkannya hukum, profesionalitas, kompetensi, akuntabel dan transparan. Maka merit system dalam birokrasi merupakan pilihan yang tak bisa ditawar-tawar. Terkait SDM aparatur, maka harus dilakukan perbaikan pada kualitas SDM yang tak profesional dan bergaji rendah. 2.3. Analisis Komunikasi Organisasi Birokrasi Dari gambaran di atas, nyatalah bahwa birokrasi sebagai organisasi dalam fase era Orde baru dan era Reformasi tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan signifikan hanya terjadi dalam bentuk struktur organisasi, seiring dengan terjadinya perubahan sistem politik dari sentralisasi ke desentralisasi. Sedangkan sistem birokrasi serta sumber daya aparatur mengalami kendala dalam proses perubahannya. Dalam perspektif analisis dan perubahan sistem komunikasi organisasi, ada sejumlah indikasi gagalnya perubahan organisasi dari era Orda baru ke era Reformasi. Dalam pandangan rejim Reformasi, tidak ada persoalan dalam birokrasi Orde Baru, karena kinerja birokrasi selama ini, dipandang baik. Artinya, dalam perspektif analisis komunikasi organisasi, tidak ditemukan persoalan mendasar terhadap birokrasi Orde Baru. Jika pun ditemukan, hanya pada
persoalan struktur yang sentralistik. Model birokrasi seperti ini, dinilai tidak lagi sesuai dengan kebutuhan demokratisasi yang merupakan tuntutan masyarakat pasca keruntuhan Orde Baru. Selain itu, sistem kelembagaan yang gemuk mengakibatkan birokrasi lamban dalam merespon berbagai perubahan yang ada. Karena itu birokrasi daerah yang lebih desentralistik kian menguat pada aspek tertentu, meski pada aspek lain hal itu masih bersifat sentralistis. Terlepas dari kelembagaan, sistem birokrasi Orda Baru dan Reformasi dalam sistem kelembagaan dan sumber daya aparatur hampir tak berubah. Dalam kajian ini, coba di analisis pola komunikasi organisasi birokrasi pemerintahan di kedua periode itu yang tak jauh berbeda. Kelembagaan organisasi pemerintahan, baik di pusat mau di daerah saat ini, belaum pernah secara serius dianalisis ekesistensinya.Jumlah organisasi pemerintah terlampau banyak dan double fungsi. Misalnya di pemerintahan pusat ada yang disebut dengan kementerian negara. Fungsinya tak jauh berbeda dengan lembaga pemerntahan non departemen. Seklias kedua berbeda, namun dalam fungsinya kedua lembaga itu sama. Bedanya hasil dari LPND kalah bobot dari kementerian negara. Hingga akibatnya, pekerjaannya jadi tumpang tindih antar keduanya. Pada pemerintahan daerah, ada kelembagaan yang jenias dan jumlahnya ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. Eksistensinya tidak berdasarkan pada kebutuhan dan kemampuan daerah masingmasing. Misalnya, pada daerah perkotaan yang minim areal pertanian dan perkebunan, justru ada Dinas Pertanian. Demikian pula sejumlah dinas yang tak memiliki kaitan sama sekali dengan dinamika kota. Ternyata, dari penelusuran, pembentukan kelembagaan demikian, bukan berdasarkan pada efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah, melainkan upay auntukmenampung PNS yang jmumlahnya
sangat banyak dan tak tahu kemana harus meletakkannya. Dalam konteks demikian, tak ada rasionalisasi yang dilakukan. Secara keseluruhan, cara-cara kebijakan penataan kelembagaan pemerintahan pusat masih mengikuti pola yang ditetapkan oleh pemerintahan orde sebelumnya. Dengan kata lain, eksistensi kelembagaan organisasi birokrasi sekrang ini, merupakan peninggalan rejim sebelumnya. Demikian pula dengan pola-pola kelembagaan di pemerintahan daerah. Jika di masa orde sebelumnya, kelembagaan birokrasi berdasarkan pada strategi nasional, maka saat hal demikian tidak terpikirkan. Dampak yang terjadi justru sangat riskan, di mana tanpa adanya perubahan, terjadi persoalan inefisiensi dan inefektifitas kinerja. Krisis ekonomi menambah kian parahnya kondisi birokrasi. Akibatnya, pemerintahan kita mengalami divisit anggaran terus menerus setiap tahun dan ditutupi dengan kebijakan utang. Padahal, semestinya kondisi itu harus dianalisis dengan terlebih dulu melakukan perubahan di birokrasi pemerintahan. Selain itu, manajemen PNS dalam hal rekruitmen dan promosi jabatan karier, sangat banyak diintervnesi oleh kepentingan-kepentingan diluar PNS, khususnya kepentingan politik. Meski pun saat ini, ada yang namanya Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Namun keputusan lembaga ini tetap saja tergantung dengan keputusan politik, di mana pimpinan puncak itu dipegang oleh orang-orang politik. Maka tidak menbgherankan, jika kemudian rekruitmen dan promosi jabatan PNS, sangat kental berbau politik demi kepentingan politik penguasa. Pada akhirnya komunikasi organisasi pun berjalan berdasarkan arus besar dari kehendak rejim reformasi yang ada. Analisis dan perubahan kelembagaan birokrasi pemerintah, hanya terlihat di permukaan, sedangkan substansinya tak tersentuh.
57
JURNAL SINERGI Padahal, arus perubahan nasional dan global menuntut adanya penataan menyeluruh atas birokrasi pemerintahan itu. III. Penutup. Berdasarkan analisis dan sistem perubahan komunikasi birokrasi pemerintahan, dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan diaras permukaan. Namun pada aras inti perubahan itu tidak nampak. Inti persoalan, pemerintah Reformasi, memandang soistem kelembagaan birokrasi masih cukup kuat untuk menopang kekuatan politik yang ada, sehingga tak perlu perubahan menyeluruh. Kalau pun ada perubahan kelembagaan itu, hal itu dilakukan karena tuntutan euforia demokratisasi dan desentralisasi yang dituntut masyarakat seiring dengan munculnya rejim reformasi. Namun, pada sistem kelembagaan dan sumber daya aparatur, hampir tidak terjadi perubahan mendasar dan masih tetap dalam model sebelumnya.
58
Referensi : 1. R. Wayne Pace And Don F. Faules, “Komunikasi Organisasi,” Rosda Karya Bandung, 2006. 2. Unong Uchyana Effendy, “Komunikasi Teori dan Praktek,” Rosa Karya Bandung, 2007. 3. Arni Muhammad, “Komunikasi Organisasi,” Bumi Aksara, Surabaya, 2009. 4. Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, Rajawali Press Jakarta, 2003 5. …………….., “Perspektif Perilaku Birokrasi,” Rajawali Press, Jakarta, 2002 6. …………….., “ Birokrasi Pemerintahan Indonesia Di Erra Refor masi,” Grenada Jakarta, 2008. 7. Budi Setiono, “Jaring Birokrasi,” Gugus Press Surabaya, 2002
BAZ
DAFTAR PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TEBING TINGGI BULAN JANUARI 2013 PENERIMAAN N0
URAIAN SALDO KAS DESEMBER 2012
PENGELUARAN JUMLAH
N0
URAIAN
JUMLAH
104.553.692
1
PNS PEMKO T T JANUARI 13
2
SMP N 1 T T (NOV-DES 12)
1.440.000 2
3
SMP N 3 T T (NOV-DES 12)
264.000 3
PINJAMAN BAZ GAJI
3.150.000
4
SMP N 6 T T JANUARI 13
400.000 4
BEASISWA RIDHO A QADHRI
1.000.000
5
SMA N 4 T T JANUARI 13
750.000 5
BEASISWA DEDI H NST
1.000.000
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
SMK N 4 T T JANUARI 13
650.000
PENGADILAN NEGERI T T JANUARI 13
125.000
KESBANG LINMAS T T JANUARI 13
260.000
KOUPERINDAG JANUARI 13
580.000
KEMENAG T T JANUARI 13 BANK SUMUT SYARIAH T T JAN 13 ALIH DAYA
13.713.400 1
111.740
270.000 15.000 200.000
DINAS KESEHATAN T T JAN 13
512.000 4.000
dr. JUNICA HANDAYANI
150.000
HAZRUL
521.000
FITHRIA LAILA
40.000
HAMBA ALLAH
50.000
BGH
PJK JANUARI 2013
4.000
1.615.000
PDAM T T (DES-JAN 13) OUTS K KOPI JAN 13
ADM JANUARI 2013
542.347
JUMLAH
22.101.747
JUMLAH
5.265.740
JUMLAH
126.655.439
JUMLAH
121.389.699
Saldo Bulan Lalu
104.553.692
Penerimaan Bulan DESEMBER 2012 Jumlah Pengeluaran Bulan DESEMBER 2012 Saldo Kas DESEMBER 2012
22.101.747 126.655.439 5.265.740 121.389.699
59
SINERGI