i
SIMPOSIUM NASIONAL
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RABU-KAMIS, 14 – 15 OKTOBER 2015 AUDIOTORIUM LT. II GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNPAD JALAN EYCKMAN NO. 38 BANDUNG i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
iii
Susunan Kepanitiaan
v
Laporan Ketua Panitia
vi
Kata Sambutan Dekan
viii
Susunan Acara
x
Daftar Peserta Presentasi Oral
xiii
Daftar Peserta Presentasi Poster
xvii
Presentasi Oral
1
Presentasi Poster
44
ii
KATA PENGANTAR
Keperawatan Kritis atau Critical Care Nursing merupakan area keperawatan untuk melayani pasien sejak di pra rumah sakit / ambulance, Instalasi Gawat Darurat (IGD), kamar bedah, ruang pemulihan, dan ruang perawatan intensif. Posisi geografis dan geodinamik Indonesia telah menempatkan tanah air kita sebagai salah satu wilayah yang rawan bencana alam (natural disaster prone region). Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana tersebut, diperlukan cara penanganan yang jelas (efektif, efisien, dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiap-siagaan dan penanggulangan bencana. Perawat memiliki andil dalam menangani masalah di bidang kegawatdaruratan bencana yaitu dengan cara mengembangkan keilmuan, kompetensi, wawasan, dan profesionalisme serta berpikir kritis dalam sistem penanggulan gawat darurat terpadu di Indonesia. Untuk
penanganan di dalam rumah sakit terutama di IGD dan ICU juga sangat
diperlukan perawat yang cepat, tanggap dan tepat dalam menangani pasien, sehingga dibutuhkan peningkatan pengetahuan yang berkesinambungan melalui pendidikan formal maupun informal. Peningkatan keterampilan perawat merupakan hal yang penting untuk dilakukan terutama pada penanganan kondisi kegawatdaruratan. Penanganan yang cepat dan tepat akan menurunkan angka mortalitas dan kecacatan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-21, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran mengadakan Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015 yang berbentuk symposium, workshop, presentasi hasil penelitian lisan, dan presentasi poster. Kegiatan ini memfasilitasi praktisi keperawatan, mahasiswa keperawatan, dan profesi kesehatan lain dalam meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam penanganan pasien kritis baik di pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Selain itu juga untuk mempersiapkan praktisi keperawatan mengenai sistem penanggulangan gawat darurat terpadu dan kompetensi pada area keperawatan kritis di era globalisasi berdasarkan pemikiran kritis dan ilmiah. Untuk menyajikan materi yang terdapat pada kegiatan ini, kami menyajikan dalam bentuk prosiding. Penyajian prosiding ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi iii
seluruh tenaga keperawatan dan kesehatan khususnya di area keperawatan kritis. Dalam prosiding ini dimuat materi yang disampaikan dalam simposium dengan topik : Medical Rapid Assessment, Integrated Emergency System (IES),
Disaster management in hospital,
Kompetensi dan lisensi perawat gawat darurat, Peran kolegium dalam pengembangan program spesialis Keperawatan Intensif , Monitoring gangguan keseimbangan asam basa : update metode Steward, Pemenuhan kebutuhan mobilisasi fisik pasien di ruang ICU dan Pemenuhan kebutuhan seksual pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler. Selain itu, prosiding ini juga memuat abstrak hasil penelitian dan review literatur dari perawat, dosen keperawatan dan mahasiswa keperawatan dari berbagai kota di Indonesia, yang dipresentasikan dan dinilai. Besar harapan kami, agar prosiding ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan di Indonesia, khususnya di area keperawatan kritis. Terima kasih atas dukungan dari seluruh pihak atas terbitnya prosiding ini.
Bandung, 14 Oktober 2015
Panitia Simnas Keperawatan Kritis 2015
iv
SUSUNAN PANITIA Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015
Pelindung
: Kusman Ibrahim, S.Kp.,MNS.,Ph.D (Dekan FKep UNPAD)
Penasehat
: Suryani, S.Kp.,MHSC.,PhD. Ahmad Yamin, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kom.
Ketua
: Anastasia Anna, S.Kp.,M.Kes.
Sekretaris
: Ristina Mirwanti, M.Kep.
Bendahara
: Etika Emaliyawati, M.Kep dan Dikdik Heriyadi
Kesekretariatan
: Ayu Prawesti, M.Kep. dan Fanny Adisti, M. Kep
Koordinator Acara
: Atlastieka Praptiwi, MNurs. dan Aat Sriati, S.Kp., M.Si
Koordinator Workshop
: Sari Ali Astuti, S.Kep., Ners dan Wida Sulastri, S.Kep., Ners.
Koordinator Ilmiah
: Aan Nuraeni, M.Kep. dan Novita Kamaruddin, SE. Ak
Koordinator Logistik
: Titis Kurniawan, MNS dan Teguh Sumarna, S.Kep. Ners
Koordinator Konsumsi
: R. Agustini Siti Kadariah, MAB, Aam Amaliyah, AMD.
Koordinator Dana
: Oded Sumarna, M. Kep
Koordinator HPD
: Iqbal Pramukti, MSc, Saeful, Yuli Wahyuni, S. Kep. Ners
v
SIMPOSIUM NASIONAL KEPERAWATAN KRITIS 2015
LAPORAN KETUA PANITIA
Selamat Pagi dan salam sejahtera bagi kita semua yang hadir di ruangan ini. Kepada Yth. Rektor Universitas Padjadjaran beserta para wakil rektor. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran beserta para wakil dekan. Para Dekan di lingkungan Universitas Padjadjaran Para pendiri Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Seluruh Nara sumber Ketua Kolegium Keperawatan Kritis beserta para anggota pengurus. Direktur Proemergency, Intergastra Nusantara dan GEA Seluruh undangan Para peserta yang saya banggakan dan Teman-teman panitia yang luarbiasa. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat karuniaNya, kita semua dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat. Symposium nasional keperawatan kritis ini diselenggarakan dalam rangka ulang tahun fakultas keperawatan yang ke 21. Diselenggarakan dalam 2 hari, dimana pada hari pertama disampaikan materi yang terkait dengan keperawatan gawat darurat dan dilanjutkan dengan workshop yang didukung penuh oleh PT. Proemergency dan PT. Intergastra Nusantara-Laerdal. Terimakasih untuk supportnya. Pada hari kedua, materi yang disampaikan terkait dengan keperawatan intensif dan dilanjutkan dengan desiminasi hasil penelitian dalam bentuk presentasi abstrak secara oral atau poster. Peserta terdiri dari perawat yang bekerja di rumah sakit atau di institusi pendidikan , dari berbagai kota di Indonesia, baik dari luar pulau Jawa maupun dari pulau Jawa. Selain itu vi
mahasiswa keperawatan pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, baik mahasiswa keperawatan tingkat sarjana, profesi maupun paska sarjana. Terimakasih telah berpartisipasi dan selamat datang di kota Bandung tercinta ini. Terimakasih untuk seluruh narasumber yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan berdiskusi dengan kami. Semoga semua ilmu yang disampaikan pada hari ini dan esok dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan perawat di area keperawatan kritis. Terimakasih juga saya ucapkan kepada para undangan yang telah bersedia hadir untuk memenuhi undangan kami walaupun hari ini adalah hari libur, semoga Tuhan yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/ibu. Terimakasih pula saya ucapkan kepada seluruh panitia yang telah mendukung kegiatan ini dengan sangat luar biasa, terimakasih untuk kerja kerasnya, terimakasih untuk komitmennya, terimakasih untuk kesabaran dan ketabahan teman-teman semua, hanya Tuhan yang dapat membalas semua yang sudah teman-teman lakukan. Amen. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, agar simnas keperawatan kritis 2015 ini dapat terselenggara dengan baik, namun seperti kata pepatah “ tidak ada gading yang tak retak”, untuk itu kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya apabila masih ada hal yang kurang berkenan dari penyelenggaraan kegiatan ini. Kami mohon kesediaan seluruh peserta untuk mengisi lembar evaluasi yang ada di dalam seminar kit, agar kami dapat memperbaiki kekurangan kami. Demikian laporan saya, selamat mengikuti kegiatan symposium dan workshop selama dua hari ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan bapak Rektor Universitas Padjadjaran untuk memberikan kata sambutan dan membuka secara resmi simposium nasional keperawatan kritis tahun 2015 ini. Terima kasih, selamat pagi dan Hidup Perawat Indonesia.
vii
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PADA SIMPOSIUM NASIONAL KEPERAWATAN KRITIS 2015
Bismillahirahmanirahim Yth. Rektor Universitas Padjadjaran Yth. Para Pembicara Simposium Nasional Yth. Para Wakil Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Yth. Para Undangan, serta Para peserta dan panitia Simposium dan Workshop Nasional yang saya banggakan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji serta syukur Kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sejahtera dan sehat wal afiat. Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada teladan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Hadirin yang berbahagia, Merupakan kebanggaan bagi kami, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, pada hari ini dapat menyelenggarakan kegiatan nasional berupa “Simposium Nasional Keperawatan Kritis 2015”. Simposium ini dilaksanakan sebagai rangkaian dari peringatan Dies Natalis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang ke-XXI. Sebelumnya telah dilaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya Pengabdian Masyarakat berupa pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan di Cipatujah, Tasikmalaya; berbagai perlombaan olah raga dan seni, serta kegiatan yang baru saja dilaksanakan adalah Orasi Ilmiah dengan tema: “Membangun Lingkungan Pekerjaan yang Sehat untuk Mengatasi Professional Role Tension dan Meningkatkan Moral Courage Perawat Indonesia” pada tanggal 29 September 2015 yang lalu. Simposium kali ini dimaksudkan sebagai bagian dari wujud tanggung jawab fakultas untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kompetensi, pengetahuan, profesionalisme, dan membuka wawasan perawat tentang Keperawatan Kritis di Indonesia seiring dengan visi Fakultas viii
Keperawatan Universitas Padjadjaran menjadi “Fakultas Pembelajaran Unggul Berbasis Riset dalam Bidang Ilmu dan Profesi Keperawatan”. Hadirin yang Saya hormati, Saat ini, berbagai kejadian bencana terus datang silih berganti di Indonesia, baik bencana alam maupun bencana akibat tindakan manusia. Mengingat tingginya kerentanan Indonesia terhadap bencana dan besarnya dampak bencana terhadap kehidupan maka masyarakat Indonesia harus siap menghadapi bencana, terutama tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat. Untuk mengurangi jumlah korban jiwa yang terjadi akibat bencana diperlukan penanganan dengan cepat dan tepat. Penanganan yang cepat dan tepat baik di bagian pra rumah sakit maupun di rumah sakit memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Dewasa ini, pasien-pasien dengan kondisi kritis yang membutuhkan perawatan intensif semakin meningkat jumlahnya. Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan kebutuhan sumber daya perawat yang memiliki kompetensi dan wawasan yang baik mengenai perawatan kritis dan intensif. Hadirin yang Saya Hormati, Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien di area keperawatan gawat darurat dan intensif adalah membentuk suatu sistem, regulasi, dan prosedur Keperawatan Kritis di Indonesia ke arah yang lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan, kompetensi, dan profesionalisme perawat di area Keperawatan Kritis dalam memberikan asuhan keperawatan pasien kritis baik di pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Mengingat hal tersebut, sebagai komitmen kami dalam pengembangan keperawatan kritis di Indonesia, maka hari ini dengan bangga kami menyelenggaran kegiatan Simposium Nasional Keperawatan Kritis dan workshop, serta presentasi hasil penelitian baik oral maupun poster sehingga diharapkan dapat menjadi wahana untuk saling tukar menukar pengetahuan, skills, dan pengalaman khususnya dalam keperawatan kritis. Hadirin yang berbahagia, Pada kesempatan ini, saya ingin menghaturkan ucapan terimakasih terdalam dan penghargaan yang tinggi kepada Rektor Universitas Padjadjaran/yang mewakili, para pembicara, sponsor, para undangan, dan peserta. Tak lupa pula saya mengucapkan terimakasih pada seluruh panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan ini. Akhir kata, saya mengucapkan, selamat mengikuti Simposium Nasional ini, semoga ilmu yang kita dapat dari kegiatan ini dapat kita gunakan demi meningkatkan pelayanan kesehatan yang prima. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dekan,
Kusman Ibrahim, S. Kp., MNS., Ph.D ix
SUSUNAN ACARA Hari ke – 1 : 14 Oktober 2015 [07.00-08.00]
Persiapan
[07.30-08.00]
Registrasi
[08.00-08.50]
[09.20-09.50]
Pembukaan MC: Atlastieka Praptiwi Menyanyikan lagu Indonesia Raya Laporan Ketua Panitia Sambutan Dekan Fakultas Keperawatan Sambutan: Rektor Universitas Padjadjaran. Do‟a Pembuka Persembahan Tarian Tradisional KEYNOTE SPEECH: Ketua PPNI Jabar. “Peran Organisasi Profesi terhadap Perkembangan Perawat di Area Keperawatan Kritis ” Rehat Kopi
[09.50-13.05]
MC: Atlastieka Praptiwi
[09.50-10.05]
Presentasi Sponsor Utama: ProEmergency
[08.50-09.20]
[10.05-10.35] [10.35-11.05] [11.05-11.35] [11.35-12.05] [12.05-12.35] [12.35-13.05] [13.05-13.20] [13.20-14.20]
SIMPOSIUM SESI I (Moderator: Henny Suzana Mediani, PhD) Topik 1: Medical Rapid Assessment Team Narasumber: Mika Aono, RN (Japan Heart) Topik 2: Integrated Emergency System (IES) Narasumber: Etika Emaliyawati S.Kep., Ners., M.Kep Topik 3: Disaster Management in Hospital Narasumber: Dr. Tri Wahyu Murni, dr.,SpBTV(K)MHKes Topik 4: Kompetensi dan Lisensi Perawat Gawat Darurat Narasumber : Amelia Kurniati, S.Kp.,MN (Ketua Hipgabi Pusat) Topik 5: Ruang Lingkup dan Kewenangan Perawat di Area Keperawatan Kritis Narasumber : Yanny Trisyani, S.Kp., MN Diskusi Presentasi Sponsor Utama: PT Intergastra Nusantara ISHOMA
x
[14.20-17.00]
WORKSHOPS 1. Bagaimana mencegah kematian dan kecacatan pada pasien trauma? ( Initial assessment and management ) Narasumber: ProEmergency Moderator : Ikeu Nurhidayah 2. Bagaimana memindahkan korban dengan aman dan tepat? ( Evakuasi dan Transportasi Pasien Trauma) Narasumber: ProEmergency Moderator : Urip Rahayu 3. How to manage medical assistance operation in disaster field Narasumber: Mika Aono, RN - Japan Heart Moderator : Sheizi Prista Sari 4. Bagaimana menangani berbagai kasus di ICU? ( Early Warning Scoring System using simulator method ) Narasumber: Tim Departemen Keperawatan Kritis FKep. Unpad Moderator : Ayu Prawesti
Hari ke- 2 : 15 Oktober 2015 [07.00-08.00]
Persiapan
[07.30-08.00]
Registrasi
[08.00-12.00]
MC : Aat Sriati
[08.00-08.30]
[08.30-09.00]
[09.00-09.30] [09.30-10.00]
SIMPOSIUM SESI II (Moderator: Dr. Yanti Hermayanti, S.Kp., MNm) Topik 1: Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif. Narasumber: Tien Gartinah, MN (Ketua Kolegium Keperawatan Intensif Indonesia) Topik 2: Pendekatan Gangguan Keseimbangan Asam Basa Metoda Stewart - Update Narasumber: Anang Achmad, dr. Sp.An. (KIC) (Department of Anesthesiology & Intensive Care Unit - Santosa Hospital Bandung Central) Diskusi Rehat Kopi xi
[10.00-10.15]
MC : Aat Sriati Lanjutan SIMPOSIUM SESI II (Moderator: Mira Trisyani) Presentasi Sponsor Utama: GEA
[10.15-10.45]
Topik 3: Pemenuhan Kebutuhan Fisik Pasien di ruang ICU Narasumber: Titin Mulyati, S.Kp., M.Kep (Ketua Hipercci Jawa Barat )
[10.45-11.15]
Topik 4: Aktifitas Seksual Pasien dengan Gangguan Kardiovaskuler Narasumber: Anastasia Anna, S.Kp., M.Kes Topik 5: Pengalaman Pasien yang Pernah dirawat di ICU Narasumber: Sri Ramdaniati, S.Kep., Ners., M.Kep.
[11.15-11.45]
[11.45-12.15] [12.15-13.15] [13.15-15.45] [15.45-16.15]
Diskusi Pembukaan Presentasi Poster ISHOMA PRESENTASI ABSTRAK (5-6 Ruangan) Penutupan MC: Atlastieka Praptiwi Pengumuman Pemenang Presentasi Poster dan Oral Do‟a Penutup
xii
DAFTAR PESERTA PRESENTASI ORAL
NO.
JUDUL
PENULIS
1.
Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat dalam Manajemen Nyeri di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta
Arief Wahyudi Jadmiko, Setyawati S, Lilik Supriati
2.
Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Intensitas Nyeri Pasca Operasi
Dwi Septian Wijaya, Dewi Siti Fatimah
3.
Terapi Menelan pada Pasien Disfagia Pasca Stroke: Studi Literatur
Bayu Fandhi Achmad, Anastasia Anna Iskandar
4.
Peran Terapi Musik dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker : Studi Literatur
Vivop Marti Lengga, Henny SuzanaMediani
5.
Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Proteksi Kesehatan dan Keselamatan Diri Tim Unit Cegah Siaga (UCS) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kuningan
Asmadi
6.
Pemberian Konsentrasi Oksigen Awal Resusitasi pada Ventilasi Neonatal Prematur. Studi Literatur
Minarni, Henny Suzana Mediani
7.
Hubungan Tekanan Darah dengan Derajat Nyeri Kepala pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Pradila Agustin, Siti Romadoni, Aristoteles
8.
Perbedaan Efek Kompres Selimut Basah dan Cold-Pack terhadap Suhu Tubuh Pasien Cedera Kepala di Neurosurgical Critical Care Unit RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Sri Hartati Pratiwi, Helwiyah Ropi, Ria Sitorus
9.
Faktor yang Paling Berhubungan dengan Kualitas Hidup Budiman, Anak Talasemia Beta Mayor Usia Sekolah di RSUD Chatarina, Majalengka Heni
10. Terapi Nutrisi pada Kanker Payudara Masa Kemoterapi: Studi kualitatif tentang Kebutuhan Pasien Kanker Payudara
xiii
Laili Rahayuwati, Wiwi Mardiah
11. Perbedaan Hasil Keterampilan Resusitasi Jantung Paru Sutono, Dengan Menggunakan Panduan Instruktur Dan Panduan Retty Ratnawati, Audio-Visual Pada Mahasiswa S1 Keperawatan Tony Suharsono Yogyakarta 12. Korelasi Indek Massa Tubuh (IMT) Peserta Pelatihan Al Afik, CPR Dengan Kualitas Kompresi Tindakan CPR Di Titin Andri W, Pusbankes 118 Yogyakarta Ika Setyo R. 13. Pengalaman Hidup Survivor Ventilator di Unit Perawatan Intensif: Studi Literatur
Arimbi Karunia Estri, Ayu Prawesti
14. Pengaruh Passive Leg Raising (PLR) Terhadap Nandar Wirawan, Responsifitas Cairan Pada Pasien Dengan Etika Emaliyawati Ketidakstabilan Hemodinamik: Studi Literatur 15. Pendekatan Tim Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Imardiani, Medication Safety Di Intensive Care Unit Ayu Prawesti 16. Efektivitas Pendidikan Interprofesional Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Terhadap Barkah Waladani, Etika Emaliyawati
17. Implementasi Perawat Pada Pasien Kritis Yang Adiratna Sekar Siwi, Mengalami Gangguan Tidur Di Ruang Intensif : Studi Etika Emaliyawati Literatur 18. Tingkat Kecemasan Serta Faktor- Faktor Terkait Fanny Adistie, Kecemasan Orang Tua Dari Anak Yang Di Rawat Di Nanan Sekarwana, Ai Mardhiyah, Ruang Intensif Helwiyah Ropi 19. Bagaimana Strategi Koping Menghadapi Anak Kanker?
Orang
Tua
Dalam Yulia Latifah Sulistyaningsih, Sari Fatimah, Anastasia Anna Iskandar 20. Pengaruh Alih Baring Posisi Miring 30 Derajat Ingge Ivana, Terhadap Indikator Kejadian Dekubitus Pada Pasien Rizki Muliani, Stroke Di Ruang Rawat Inap RSUD Soreang Kabupaten Haerul Imam Bandung Tahun 2015 21. Pengambilan Keputusan Terapi Pasien ICU Yang Sri Setiyarini, Berisiko Tinggi Mengalami Akhir Hayat I.L Gamayanti, Sri Rahardjo, Sunartini xiv
22. Pengalaman Pasien Yang Terpasang Ventilator Dalam Nurlaily Afianti, Berkomunikasi Di Ruang ICU Ayu Prawesti Priambodo 23. Pengaruh Simulation-Based Learning Terhadap Critical Agung Ruhdiyat, Thinking Mahasiswa Keperawatan Anastasia Anna Iskandar 24. Model Self Care Pada Pasien Tuberkulosis Dalam Rita Darmayanti S, Kepatuhan Menjalani Pengobatan : Studi Literatur Anastasia Anna Iskandar 25. Perbandingan Penggunaan Jelly Dan Air Ledeng Hendy Lesmana, Terhadap Potensial Aksi Elektrokardiogram Dewi Wijayanti, Rika Wahyuni 26. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Aristoteles, Tidur Pada Pasien Post Operasi Laparatomi Di Irna Siti Romadoni, Bedah Dan Kebidanan Rumah Sakit Muhammdiyah Ingka Nabella Palembang Tahun 2015 27. Hubungan Lama Perawatan Dengan Tingkat Kecemasan Hana Ariyani, Keluarga Pasien Dengan Sindrom Koroner Akut (SKA) Riska Riskiyani di ICU RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 28. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Intermiten Saian Gofur, Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Bayi Berat Dwi Septian Wijaya, Lahir Rendah Di RSUD Gambiran Kota Kediri 2015 Mei Eka Wulandari, Dewi Siti Fatimah 29. Hubungan Anemia Dan Kualitas Hidup Pasien Yang Mochamad Budi Santoso, Menjalani Hemodialisis Rutin Di RS. Dustira Cimahi Dessi Kusmawati Nugraha 30. Kebutuhan Orang Tua Dengan Bayi Sakit Kritis Di Sri Hendrawati, Neonatal Intensive Care Unit (Nicu) Rumah Sakit Sari Fatimah, Pemerintah Wilayah Bandung Raya Siti Yuyun Rahayu Fitri 31. Hubungan Self-Management Dan Self-Efficacy Pada Citra Windani Mambang Sari, Ahmad Yamin Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Bandung 32. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Grace Jeny Wakanno, APD Oleh Perawat Saat Pemberian Kemoterapi Pada Anastasia Anna Iskandar Pasien Kanker 33. Faktor-Faktor Yang Berisiko Menimbulkan Kejadian Ristina Mirwanti, Flebitis Di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Afif Amir Amrullah, Al Islam Bandung Dian Adiningsih xv
34. Pengalaman Klien Gagal Ginjal Kronis Dalam Ardo Harvianza, Menjalani Hemodialisis Di RSUD Majalaya Tahun Andria Pragholapati 2015 35. Hubungan Antara Kecemasan Keluarga Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Anak Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) Di SLB Tipe C Kota Bandung
Adelse Prima Mulya, Helwiyah Ropi, Desy Indra Yani
36. Persepsi Perawat Dan Dokter Tentang Kehadiran Rusda Adiwijaya, Keluarga Selama Resusitasi Dan Tindakan Invasif Etika Emaliyawati 37. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Peran Serta Kader Posyandu Dalam Menemukan Faktor Risiko Dan Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukagalih Sumedang
Sheizi Prista Sari, Dewi Puspasari , Anggun Friska Yohana L.
38. Pengetahuan Palliative Care Pada Perawat Ruang Urip Rahayu, Penyakit Dalam Dan Perawat Ruang Bedah Chandra Isabella, Titin Sutini, Nita Fitria 39. Hubungan Kecemasan Dengan Frekuensi Angina pada Fitria Rachmi, Pasien Sindrom Koroner Akut di Poliklinik Jantung Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 40. Gambaran Self Efficacy pada Pasien Kanker Payudara Nisa Ikatania, yang Menjalani Kemoterapi di RSUP dr. Hasan Sadikin Hana Rizmadewi, Bandung Tetti Solehati 41. Pengaruh Media Flashcard terhadap Kemampuan Hamidatus Daris Sa‟adah Mengenal Lambang Bilangan Anak Prasekolah (usia 5-6 tahun) di TK PGRI Prunggahan Kulon Kec. Semanding Kab. Tuban 42. Efektivitas Terapi Nebulizer Dengan Ipratropium Dan Valentina, Sri Supriatin Fenoterol Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Bronkial Di Ruang Rawat Inap Rsud Nganjuk
xvi
DAFTAR PESERTA PRESENTASI POSTER
NO. 1.
JUDUL PENULIS Gambaran Sikap Dan Dukungan Keluarga Pada Dani Kusmawan, Pasien Stroke Pasca Perawatan Urip Rahayu, Efri Widianti
2.
Pemberdayaan Guru Sekolah Dalam Deteksi Dini Ikeu Nurhidayah, Tuberkulosis Pada Anak Sekolah Di Kecamatan Helwiyah Ropi Sedong Kabupaten Cirebon Jawa Barat
3.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RSUD Cibabat Kota Cimahi
4.
Tingkat Depresi Dan Frekuensi Angina Pada Pasien Ima Lismawaty, Sindrom Koroner Akut Di Poliklinik Jantung RSUP Aan Nuraeni, dr. Hasan Sadikin Bandung Imas Rafiyah
5.
Hubungan Tingkat Odor Pada Luka Kanker Serviks Evie Pratiwi, Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Wiwi Mardiah
6.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Dian Andriani, Perawatan Luka Di Klinik Perawatan Luka Jakarta Afif Amir Amrullah Timur
xvii
Istianah, Meilirianta, Nurhikmah A
PRESENTASI ORAL
1
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI DI INSTALASI GAWAT DARURATRUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA Arief Wahyudi Jadmiko1, Setyawati S2, Lilik Supriati3 1
2,3
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Program StudiMagister Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Capaian manajemen nyeri di Instalasi Gawat Darurat kurang optimal. Nyeri merupakan penyebab paling umum dengan prosentase sebanyak 78%-86% pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat. Pencapaian kinerja manajemen nyeri ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mampu memberdayagunakan faktor eksternal yang dapat menunjang individu dalam pelayanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal yang mempengaruhi kinerja perawat dalam manajemen nyeri. Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014. Sampel berjumlah 30 perawat. Analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Pengumpulan data diperoleh melalui lembar kuesioner dan observasi. Hasil. Secara langsung yang mempengaruhi manajemen nyeri adalah sikap (⍴=0,000,ß=0,887). Pengetahuan (⍴=0,001, ß=0,6799) dan kecerdasan emosional (⍴=0,000, ß=0,5171) melalui pembentukan sikap mempengaruhi kinerja. Pengetahuan (⍴=0,000, ß=0,602), dan kecerdasan emosional (⍴=0,000, ß=0,415) secara langsung mempengaruhi terjadinya pembentukan sikap manajemen nyeri. Koefisien determinasi total diperoleh keragaman data atau informasi yang terkandung dalam data sebesar 97,23%, sedangkan 2,77% keragaman sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang belum terdapat di dalam jalur. Simpulan. Kinerja manajemen nyeri secara langsung dipengaruhi oleh sikap perawat, sedangkan pengetahuan dan kecerdasan emosional secara tidak langsung mempengaruhi kinerja manajemen nyeri melalui pembentukan sikap perawat. Peningkatan faktor internal bisa dioptimalkan dengan metode formal maupun informal dan memodifikasi faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan. Kata kunci: Instalasi Gawat Darurat, kinerja perawat, manajemen nyeri
2
PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM THECNIQUE (SEFT) TERHADAP INTENSITAS NYERI PASCA OPERASI Dwi Septian Wijaya, S.Kep1, Dewi Siti Fatimah, S.Pd2 1 Kadiri University, Indonesia STKIP PGRI Tulungagung, Indonesia
2
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Nyeri merupakan suatu pengalaman psikis yang normalnya berhubungan dengan kerusakan terhadap jaringan pada tubuh. Salah satu metode yang dapat menurunkan intensitas nyeri dengan metode SEFT. Metode SEFT yaitu dengan melakukan tapping pada 18 titik kunci di sepanjang 12 jalur energi tubuh. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap intensitas nyeri. Metode. Metode yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah mengumpulkan dan menganalisis artikel-artikel penelitian dan jurnal (nasional dan internasional) terkait mengenai pengaruh terapi SEFT terhadap Intensitas Nyeri Pasca Operasi. Artikel didapat dari jurnal-jurnal elektronik dari Google Search, Google Scholar, Cochrane Data Base, SAGE Journals, PubMed Central International, Wiley Online Library, dll. Kriteria inklusi telaah literatur ini adalah artikel diterbitkan antara 2003 – 2014. Hasil. Dari telaah literatur ini, didapatkan 5 artikel penelitian yang menganalisis adanya pengaruh terapi SEFT terhadap Intensitas Nyeri secara signifikan. Simpulan. Telaah literatur ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi Spiritual Emotional Freedom Thecnique (SEFT) dapat menurunkan intensitas nyeri. Dengan demikian penerapan metode Spiritual Emotional Freedom Thecnique (SEFT) dapat dijadikan sebagai rujukan ilmu pengetahuan dan dapat diaplikasikan sebagi terapi komplementer dalam dunia kesehatan maupun masyarakat. Kata kunci : Intensitas nyeri, pasca operasi, terapi SEFT
3
TERAPI MENELAN PADA PASIEN DISFAGIA PASCA STROKE Bayu Fandhi Achmad, Anastasia Anna Iskandar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Terjadinya pneumonia aspirasi, dehidrasi, malnutrisi, memanjangnya lama rawat, mahalnya biaya perawatan, serta menurunya kualitas hidup merupakan kerugian yang diakibatkan oleh disfagia pascastroke. Saat ini tengah dikembangkan terapi menelan yang berisi prosedur untuk melatih koordinasi saraf dan otot yang berfungsi dalam proses menelan serta adanya modifikasi terkait tekstur dan viskositas nutrisiyang berguna untuk mencegah aspirasi. Oleh karena itu diperlukan kajianliteratur untuk mengetahui efektifitas terapi menelan pada disfagia pascastroke berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan dasar untuk penerapan evidence based practice. Metode. EBSCOHhost, Sage Premier Journal, ScienceDirect, dan SpringerLink merupakan database yang digunakan dalam review ini. Artikel yang digunakan merupakan artikel yang terbit mulai tahun 2005 sampai 2015. Penelusuran secara sistematik menghasilkan total 28 artikel. Sebanyak tujuh penelitian dengan melibatkan 752 reponden, dianalisis untuk menguraikan terapi menelanyang terbagi menjadi dua sub bahasan yaitu strategi kompensasi menelan serta modifikasi tekstur dan viskositas nutrisi untuk pasien disfagia pascastroke. Hasil. Sebanyak empat penelitian yang melibatkan 266 responden menunjukkan bahwa strategi kompensasi menelan efektif dalam meningkatkan kekuatan otot bibir (p < 0,001), kapasitas menelan (p < 0,001), fungsi menelan (p = 0,020), kemampuan untuk menerima diet normal (p = 0,040), menurunkan resiko terjadinya infeksi dada (p = 0,003), dan memperbaiki gejala disfagia (p = 0,017). Sebanyak tiga penelitian dengan jumlah responden 486 orang menunjukkan bahwa modifikasi tekstur dan viskositas nutrisi efektif dalam menurunkan kejadian aspirasi (p < 0,005), menurunkan residu faringeal (p = 0,005), serta memperbaiki fungsi menelan(p = 0,040; OR = 0,13). Simpulan. Terapi menelan merupakan kombinasi dari dua metode yaitu strategi kompensasi menelan dan modifikasi tekstur dan viskositas nutrisi. Strategi kompensasi menelan efektif dalam meningkatkan kekuatan otot bibir, kapasitas menelan, fungsi menelan, kemampuan untuk menerima diet normal, menurunkan resiko terjadinya infeksi dada, dan memperbaiki gejala disfagia. Modifikasi tekstur dan viskositas nutrisi efektif dalam menurunkan kejadian aspirasi, menurunkan residu faringeal, serta memperbaiki fungsi menelan.Dengan demikian terapi menelan direkomendasikan untuk pasien disfagia pascastroke. Kata kunci : Disfagia, stroke, terapi menelan
4
PERAN TERAPI MUSIK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER : STUDI LITERATUR Vivop Marti Lengga, Henny SuzanaMediani Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Kanker merupakan masalah kesehatan penting yang membutuhkan perawatan paliatif dan menjadi penyebab kematian terbesar kedua di seluruh dunia. Oleh karena itu, penggunaan terapi komplementer dan alternative oleh pasien kanker kini semakin meningkat, salah satunya terapi musik. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi peran terapi music dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Metode. Artikel ini adalah studi literature naratif. Database bibliografi terkomputerisasi (Ebscohost, Proquest dan Science Direct) dicari mulai dari tahun 2010-2015 untuk penelitian RCTs dengan kata kunci terapi musik, pasien kanker, dan pasien onkologi. Hasil. Enam artikel yang melibatkan 695 pasien membahas peran terapi music dalam meningkatkan kualitas hidup pasien berupa penurunan tingkat nyeri (p<0,001), kecemasan(p<0,001), depresi(p=0,009), stres (p<0,05), perasaan marah (p<0,05), lama waktu rawat (p<0,001), menurunkan tekanan darah sistolik (p=0,009), denyut nadi (p<0,05), dan pernafasan (p<0,05), disaat pre-radioterapi, post-bedah, post-mastektomiradikal, dan kemoterapi. Terapi music diberikan pada pasien dengan jenis kanker yang beragam di unit onkologi rumah sakit dalam rentang waktu1-21 hari. Simpulan. Studi ini menyimpulkan bahwa terapi music dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.Terapi yang menyenangkan ini dapat diaplikasikan oleh perawat karena tidak invasif, murah, dan sederhana sehingga aman sebagai intervensi nonfarmakologi dalam mendukung proses perawatan pasien kanker. Namun, belum diketahui jenis musik yang paling efektif terhadap kualitas hidup pasien kanker. Diperlukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis musik yang tepat dalam meningkatkan kualitas hidup pasienkanker. Kata kunci: Kualitas hidup, pasien kanker, terapi musik
5
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMAMPUAN PROTEKSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN DIRI TIM UNIT CEGAH SIAGA (UCS) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN Asmadi STIKes Kuningan Garawangi Jawa Barat
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Salah satu komponen yang penting pada fase tanggap darurat adalah peranan tim search and rescue baik yang berasal dari instansi formal maupun masyarakat awam. Tim SAR dihadapkan pada situasi yang kritis dan berisiko. Oleh karenanya setiap personil mesti memiliki kemampuan memproteksi kesehatan dan keselamatan dirinya. Tentunya kemampuan proteksi diri tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Atas dasar itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan proteksi kesehatan dan keselamatan diri personil Unit Cegah Siaga (UCS) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kuningan. Metode. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling sebanyak 47 responden.Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan analisa data untuk menguji hipotesa menggunakan Chisquare test. Hasil. Hasil penelitian diperoleh 80,85% responden berusia dewasa muda; 70,21% berpendidikan menengah; 51,1% sedikit mendapatkan pelatihan; 57,4% menilai peran ketua tim masih kurang optimal; 63,8% peralatan yang dibawa saat operasi SAR kurang lengkap; dan 57,4% perilaku proteksi diri masih kurangbaik. Faktor yang terbukti mempengaruhi kemampuan proteksi diri adalah kelengkapan alat; peran ketua tim; dan pelatihan dengan nilai p = 0,000. Simpulan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan memproteksi diri terhadap kesehatan dan keselamatan diperlukan pelatihan yang intensif sebelum melakukan operasi SAR dan dukungan kempemimpinan serta kelengkapan peralatan yang memadai.Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan kesehatan dan keselamatan dalam operasi tanggap darurat bencana. Kata kunci: Kesehatan, keselamatan, SAR
6
PEMBERIAN KONSENTRASI OKSIGEN AWAL RESUSITASI PADA VENTILASI NEONATAL PREMATUR. REVIEW Minarni, Henny Suzana Mediani Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Neonatal prematur yang mengalami keterlambatan dalam memulai pernapasan sendiri segera setelah lahir membutuhkan dukungan ventilasi tekanan positif dan suplementasi oksigen melalui resusitasi. Pemberian konsentrasi oksigen awal yang optimal untuk resusitasi neonatal prematur sangatlah beragam. Ada yang memulainya dengan udara ruangan 21% atau dengan konsentrasi oksigen 100% dan ada yang menggunakan campuran oksigen dengan udara ruangan yang menghasilkan fraction of inspired oxygen (FiO2). FiO2 yang diberikan pun bervariasi, ada yang dimulai dengan konsentrasi 30%, 40% dan 90%. Perawat neonatal sebagai profesional keperawatan harus mampu mengakomodasi beragamnya pemberian konsentrasi oksigen awal resusitasi ini agar perawat tidak dihadapkan pada dilema cara terbaik memulai resusitasi dengan konsentrasi oksigen yang tepat dalam rangka mendukung pernapasan neonatal yang tidak membahayakan. Metode. Studi literatur ini bertujuan untuk menjelaskan literatur yang terkait pemberian konsentrasi oksigen awal resusitasi pada ventilasi neonatal prematur. Literatur yang digunakan merupakan publikasi ilmiah dari database ProQuest, Pubmedline dan Elsevier yang diambil tahun 2005 sampai 2014. Dipilih 6 artikel yang relevan dengan tujuan review ini setelah dilakukan penelusuran dengan kata kunci. Hasil. Hasil review didapatkan tidak ada perbedaan saturasi oksigen (SpO2) yang signifikan antara kelompok intervensi yang diberikan konsentrasi oksigen 21% dan 100% pada resusitasi neonatal prematur dalam dua studi randomized control. Empat studi prospektif, randomized controlled trial yang menilai pemberian konsentrasi oksigen menggunakan FiO2juga menunjukkan hal yang sama. Penggunaan udara ruangan 21% dan oksigen 100% memiliki efek merusak, maka dianjurkan untuk memulai resusitasi menggunakan campuran oksigen dan udara ruangan (FiO 2). Akan tetapi, penggunaan konsentrasi oksigen dengan FiO2belum sepenuhnya clear, sehingga penelitian lanjutan dengan metode dan desain yang berbeda sangat perlu untuk dilakukan. Simpulan. Penggunaan konsentrasi oksigen yang terlalu rendah ataupun yang terlalu tinggi akan berdampak pada perkembangan organ neonatal prematur seperti masalah retinophaty of prematurity (ROP) dan bronchopulmonary dysplasia (BPD). Kata kunci : Bayi prematur, konsentrasi oksigen, resusitasi bayi
7
HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN DERAJAT NYERI KEPALA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Pradila Agustin, Siti Romadoni, Aristoteles Program Studi Ilmu KeperawatanSTIKes Muhammadiyah Palembang
Email: siro_ukhti @yahoo.co.id
ABSTRAK Pendahuluan. Tekanan darah akan naik atau turun tergantung pada berbagai faktor yang berbeda salah satunya hipertensi. Sekitar 40% dari semua kematian disebabkan karena tekanan darah tinggi. Sebagian besar penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala, namun beberapa penderita mengeluh mengalami nyeri kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tekanan Darah dengan Derajat Nyeri Kepala pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. M e t o d e . Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode Survei Analitik melalui pendekatan Cross Sectional serta menggunakan teknik sampling Non Probability Sampling dengan Acidental sampling dan didapatkan sampel sebanyak 74 pasien hipertensi yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. H a s i l . Hasil uj istatistik Pearson Chi-Square diperoleh pValue=0,020(pValue<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah dengan derajat nyeri kepala pada penderita hipertensi. Pada penelitian ini tekanan darah yang dialami oleh pasien berada pada kategori hipertensi grade 1 (59,5%) dan hipertensi grade 2 (40,5%). Sedangkan nyeri kepala yang dialami sebanyak 18,9% nyeri ringan, 45% nyeri sedang dan 35,2% nyeri berat. S i mp u l an . Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tekanan darah dapat menimbulkan nyeri kepala dengan tingkatan nyeri yang berbeda berdasarkan kategori tekanan darah yang dialami. Untuk itu penderita hipertensi perlu diberikan penyuluhan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah dan pentingnya untuk melakukan kontrol berulang melalui pengukuran tekanan darah maupun pemeriksaan lainnya ke pelayanan kesehatan terdekat. Kata kunci: Nyeri, penderita, tekanan darah
8
PERBEDAAN EFEK KOMPRES SELIMUT BASAH DAN COLD-PACK TERHADAP SUHU TUBUH PASIEN CEDERA KEPALA DI NEUROSURGICAL CRITICAL CARE UNIT RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Sri Hartati Pratiwi1, Helwiyah Ropi1, Ria Sitorus2 1
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Email:
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan. Peningkatan suhu tubuh pada pasien cedera kepala bisa menyebabkan peningkatan metabolisme yang dapat memperburuk kondisi pasien, meningkatkan lama hari rawat dan menambah resiko kematian. Metode pendinginan yang sering digunakan adalah kompres selimut basah dan cold-pack. Namun belum ada penelitian yang membuktikan efek kedua metoda tersebut terhadap suhu tubuh pasien cedera kepala. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan perbandingan bukan pasangan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah 24 orang responden. Hasil. Penelitian ini memberikan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres selimut basah (p=0,000) maupun cold-pack(p=0,000). Selain itu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan suhu tubuh setelah kompres selimut basah dan setelah kompres cold-pack(p=0,371). Oleh karena itu, kompres cold-pack dapat dijadikan alternatif kompres selimut basah yang biasa digunakan. Simpulan. Kompres cold-pack tidak menyebabkan tubuh pasien basah dan luas area pengompresan yang lebih sedikit sehingga dirasakan lebih nyaman dan mudah dilakukan. Kata kunci: Cold-pack, cedera kepala, selimut basah, suhu tubuh
9
FAKTOR YANG PALING BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK TALASEMIA BETA MAYOR USIA SEKOLAH DI RSUD MAJALENGKA Budiman1, Chatarina1, Heni2 1
STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi 2 STIKES Majalengka
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Talasemia merupakan penyakit genetik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat serius di dunia yang membutuhkan perhatian khusus karena memerlukan pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan, hal tersebut berdampak terhadap kualitas hidup anak. Tujuan penelitian untuk menganalisa faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup anak talasemia beta mayor. Ruang lingkup penelitian ini mencakup kualitas hidup pada anak usia sekolah yang mengalami talasemia beta mayor. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 38 responden. Hasil. Hasil penelitian melalui uji statistikMann Whitney menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan kadar Hb pretransfusi (p Value 0,001), dengan status gizi (p Value 0,000), dengan dukungan keluarga (p Value 0,000) dan dengan status ekonomi (p Value 0,000). Simpulan. Hasil multivariat melalui uji regresi logistik didapatkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling memengaruhi. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu ditingkatkan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengkaji kualitas hidup anak penderita talasemia beta mayor secara komprehensif, dan perlu adanya pendidikan kesehatan pada keluarga tentang indikasi apa saja yang perlu diperhatikan dalam deteksi dini penurunan Hb pada anak Kata kunci: Cross sectional, kualitas hidup, talasemia beta mayor
10
TERAPI NUTRISI PADA KANKER PAYUDARA MASA KEMOTERAPI Studi Kualitatif tentang Kebutuhan Pasien Kanker Payudara Laili Rahayuwati, Wiwi Mardiah Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Prevalensi dan insidensi kanker payudara yang cukup tinggi di Indonesia sangat memprihatinkan karena hal ini merupakan ancaman terhadap kualitas hidup perempuan Indonesia. Terlebih lagi, pasien dan keluarga seringkali tidak mengenali masalah kanker payudara sejak dini maupun kondisi stadium lanjut. Selain itu, masalah yang dihadapi oleh pasien kanker payudara baik dalam menentukan diagnosis maupun terapi terbaik masih belum banyak dipahami oleh pasien maupun keluarga terutama nutrisipasien selama kemotrapi.sehingga terapi nutrisi ini perlu diperhatikan. Metode. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian terhadap kebutuhan terapi secara umum, khususnya terapi nutrisi pada pasien kanker payudara selama menjalani masa kemoterapi maupun pasca kemoterapi. Penelitian ini adalah hasil data kualitatif yang diambil secara case study pada sejumlah 17 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RS. Al Ihsan, Kabupaten Bandung dan RS. Hasan Sadikin, Kota Bandung.Dilakukan dengan menggunakan indepth interview, pada pasien baik secara sendiri maupun didampingi keluarga. Hasil. Hasil penelitian kualitatif didapat melalui kajian content analysis menunjukkan pemahaman tentang terapi, baik secara umum, maupun secara khusus pentingnya gizi dan peningkatan status gizi pada pasien dan keluarga sangat terbatas. Padahal, salah satu hal yang mendukung sistem imun pasien selama menjalani kemoterapi adalah kondisi gizi yang cukup. Simpulan. Hasil penelitian juga menggambarkan tentang nutrisi dan harapan hidup pasien kanker bahwa survivor kanker menyatakan bahwa selama masa kemoterapi dan setelahnya mereka sangat menjaga asupan nutrisi. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu rumusan tentang kebutuhan nutrisi pasien kanker payudara, baik persiapan sebelum kemoterapi, terutama pada masa kemoterapi dan pasca kemoterapi. Kata kunci: Kanker payudara, kemoterapi, terapi nutrisi
11
PERBEDAAN HASIL KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU DENGAN MENGGUNAKAN PANDUAN INSTRUKTUR DAN PANDUAN AUDIO-VISUAL PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN YOGYAKARTA Sutono, Retty Ratnawati, Tony Suharsono Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM Yogyakarta
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap mahasiswa S1 Keperawatan di Yogyakarta, didapatkan data bahwa rerata nilai yang dicapai oleh mahasiwa dalam skills RJP, sekitar 70% mendapatkan nilai dibawah standar kualitas RJP yang diharapkan.Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan hasil keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) mahasiswa S1 Keperawatan tahap profesi setelah mengikuti pelatihan dengan panduan instrukturdan dengan panduan audio-visual. Metode. Penelitian dengan studi komparasi, metode quasi-eksperimental, pretest-postest design. Rancangan penelitian dengan pendekatan cross sectional.Sampel dibagi dalam tiga kelompok.Kelompok 1 adalah kelompok mahasiswa yang sedang mengikuti pelatihan RJP yang mendapatkan demonstrasi skill dengan panduan instruktur.Kelompok 2 adalah kelompok mahasiswa yang sedang mengikuti pelatihan RJP yang mendapatkan demonstrasi dengan panduan audio-visualmonitor.Kelompok ke 3 adalah mahasiswa yang mendapatkan demonstrasi dengan kombinasi panduan instruktur dan menggunakan panduan audiovisualmonitor.Kelompok ke 3 ini adalah kelompok yang dipakai sebagai kontrol positif pada penelitian ini. Hasil. Uji statistik menggunakan Kruskal Wallis, terhadap tingkat keterampilan RJP yang menggunakan panduan audio-visual, panduan instruktur dan yang menggunakan kontrol positif (kombinasi panduan instruktur dan panduan audio-visual). Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata posttest dengan pelatihan panduan instruktur sebesar 77,89; panduan audio-visualsebesar 84,91; dan kombinasi panduan instruktur dan panduan audio-visual sebesar 86,53, dengan nilai signifikansi sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan bahwa secara signifikan, penggunaan panduan audio-visual hasilnya lebih baik dari pada penggunaanfeedbackinstruktur. Simpulan. Terdapat perbedaan signifikan antara tingkat keterampilan RJP pada mahasiswa S1 Keperawatan tahap profesi yang menggunakan panduan instruktur dengan yang menggunakan panduan audio-visual, dimana penggunaan panduan audio-visual hasilnya lebih baik daripada penggunaanpanduan instruktur. Kata kunci: Panduan audio-visual, panduan instruktur, keterampilan resusitasi jantung paru
12
KORELASI INDEK MASSA TUBUH (IMT) PESERTA PELATIHAN CPR DENGAN KUALITAS KOMPRESI TINDAKAN CPR DI PUSBANKES 118 YOGYAKARTA Al Afik, Titin Andri W, Ika Setyo R. PSIK FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Kualitas kompresi dada tindakan CPR merupakan factor utama keberhasilan pada pasien dengan henti jantung. Faktor fisik penolong dalam melakukan kompresi memerlukan energidan kekuatan.Energi atau kekuatan ini dipengaruhi indek kualitas otot atau Mass Quality Indeks (MQI) yang dihitung dengan antropometri, dengan menilai panjang kaki dan IMT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas kompresi pada tindakan CPR. Metode. Desain penelitian menggunakan korelasional dengan analytic cross sectional study. Teknik sampling menggunakan purpossive sampling dengan sampel sebanyak 119 responden yang diambil pada perawat yang mengikuti pelatihan CPR. Pengambilan data penelitian dilakukan pada peserta dengan mengukur IMT dan kualitas kompresi dada dinilai dari hasil skill reporter manikin CPR (Laerdal). Hasil. Hasil penelitian menunjukkan kualitas kompresi secara adekuat ditunjukkan pada ukuran tubuh dengan IMT normal (ideal).Analisa Spearmen-Rho menunjukkan ada hubungan antara IMT dan kualitas kompresi berdasar kedalaman (depth) p=0,001 dan complete recoil p=0,045. Analisa regresi linier menunjukkan13.8% kualitas kompresi CPR berdasarkan kedalaman dan complete recoil sebesar 7.6% dipengaruhi oleh IMT. Adapun factor ketepatan titik kompresi (landmark)p=0.281, kecepatan (rate)p=0.526, dan jeda (interuption)p=0.796 secara statistic tidak bermakna. Simpulan. Semakin normal IMT seseorang maka semakin adekuat kualitas kompresinya pada tindakan CPR. Tubuh yang ideal akan memberikan kualitas kedalaman kompresi lebih baik dibanding pada ukuran tubuh obesitas. Pada tubuh yang obesitas cenderung complete recoil lebih rendah hasilnya, kecenderungan ini akibat beban tubuh yang berlebih akan berakibat terjadinya incomplete relese pada saat kompresi dada. Tindakan ini menjad iusaha pertolongan hidup dasars eseorang yang mengalami henti jantung agar kembali bertahan hidup Kata kunci: CardioulmonaryResussitation (CPR), Indeks Massa Tubuh (IMT), kuallitas kompresi (landmark, dept, rate, complete recoil, interruption)
13
PENGALAMAN HIDUP SURVIVOR VENTILATOR DI UNIT PERAWATAN INTENSIF: STUDI LITERATUR Arimbi Karunia Estri, Ayu Prawesti Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pengalaman dari beberapa pasien yang mampu melewati masa kritisnya di ICU, mereka mengatakan bahwa perawatan di ICU meninggalkan trauma baik secara fisik dan psikologis, serta berdampak pada kelangsungan hidup mereka selanjutnya. Dari beberapa pengalaman pasien yang berhasil melewati masa kritis salah satunya adalah pengalaman survivor ventilator. Namun demikian, intervensi keperawatan yang diberikan belum banyak mempertimbangkan dari sisi pengalaman survivor ventilator. Pengalaman survivor ventilator ini perlu digali secara komprehensif melalui pendekatan fenomenologi deskiptif. Penelusuran literatur ini bertujuan untuk menganalisa hasil penelitian terkait yang berfokus pada pengalaman hidup survivor ventilator. Metode. Penelahaan ini dilakukan dengan meetode review dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam media elektronik melalui data base CINAHL, EBSCOHost, proquest, google scholar dari tahun 2003- 2014. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman yang dialami survivor berdampak positif dan negatif. Dampak positif nya adalah survivor merasa mendapatkan hidup baru. Dampak negatif nya adalah munculnya perubahan fisik, psikologis dan sosial yang dialami seperti mudah emosi, depresi dan kemunduran ingatan, kemunduran dalam peran dan fungsinya di keluarga maupun di masyarakat.Survivor membutuhkan dukungan dari keluarga dan perawat untuk dapat bertahan hidup. Simpulan. Eksplorasi yang mendalam dan komprehensif pengalaman survivor ventilator menunjukkan bahwa survivor mengalami perubahan fisik, psikologis dan sosial. Kata kunci: Pengalaman hidup, peran keluarga, peran perawat survivor ventilator
14
PENGARUH PASSIVE LEG RAISING (PLR) TERHADAP RESPONSIFITAS CAIRAN PADA PASIEN DENGAN KETIDAKSTABILAN HEMODINAMIK: LITERATUR REVIEW Nandar Wirawan, Etika Emaliyawati Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Cairan merupakan indikator yang sering digunakan untuk memperbaiki kondisi pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik. Indikator keberhasilan penanganannya adalah perfusi dan oksigenasi secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan sel secepat mungkin, salah satu tandanya adalah peningkatan Stroke Volume atau Cardiac Output yang diindikasikan sebagai responsifitas cairan. Passive Leg Raising (PLR) dapat dianggap sebagai suatu metode untuk menilai respon cairan, posisi ini juga untuk mendiagnosa pasien yang berpotensi hipovolemik dengan mengurangi resiko overloading cairan. Tujuan literature review ini adalah untuk menganalisa hasil penelitian yang terkait dengan kajian pada pasien ketidakstabilan hemodinamik terhadap responsifitas cairan dengan menggunakan posisi Passive leg raising. Metode. Metode yang digunakan dengan melakukan review terhadap jurnal prospective clinical study pada 206 pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik, dua jurnal comprehensive review dan meta analysis.yang telah dipublikasikan dalam media elektronik dan memenuhi kriteria sejak tahun 2002-2012. Total hasil penelusuran penelitian original melalui database Ebscohost, Proquest dan Science Direct, dengan menggunakan kata kunci Hemodinamik, Passive Leg Raising, Responsifitas cairan. Hasil. Hasil penelitian yang terkait menunjukkan bahwa dari 206 pasien yang dilakukan Passive Leg Raising, 195 pasien memberikan efek signifikan dengan (P <0.001) terhadap hemodinamik dengan meningkatkan preload jantung, dengan indikasi volume darah pada tungkai bawah dapat bergeser kedaerah sentral atau kompartemen intratoraks. Simpulan. Passive Leg Raising secara signifikan dapat memprediksi responsifitas cairan dan meningkatkan Cardiac Output. Passive Leg Raising merupakan metode yang berfungsi memonitor hemodinamik. Kata kunci: Hemodinamik, Passive Leg Raising, responsifitas cairan
15
PENDEKATAN TIM DALAM MENINGKATKAN PELAKSANAAN MEDICATION SAFETY DI INTENSIVE CARE UNIT Imardiani, Ayu Prawesti Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pedahuluan. Kemajuan tekhnologi, farmakoterapi, dan diagnostik, bukan hanya mampu meningkatkan pelaksanaan perawatan dan pengobatan di Intensif Care Unit (ICU), tetapi juga menyebabkan resiko terjadinya medication error. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah medication error yaitu pelaksanaan medication safety. Perawat berperan penting dalam pelaksanaan medication safety karena perawat mempunyai interaksi yang paling banyak dengan pasien serta berperan dalam mempersiapkan dan memberikan obat sesuai yang diresepkan. Namun, dalam melakukan perannya seorang perawat harus berkolaborasi melalui pendekatan tim antara perawat, dokter, dan farmasi rumah sakit. Studi literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pendekatan tim dalam meningkatkan pelaksanaan medication safety di ICU. Metode. Penelaahan dilakukan dengan melakukan review terhadap hasil penelitian yang dipublikasikan tahun 2007-2015 dari EBSCO Host, CINAHL, ProQuest, dan Pubmed. Hasil. Adanya pendekatan tim yang meliputi komunikasi tim dan kerjasama tim yang baik, serta pengambilan keputusan tim secara tepat dan cepat dalam pelaksanaan pengobatan, diharapkan mampu meningkatkan pelaksanaan medication safety dan memperbaiki kondisi pasien di ICU. Simpulan. Medication safety merupakan salah satu upaya mencegah kesalahan terkait pemberian pengobatan. Di ICU perawat mempunyai peran penting dalam pelaksanaan medication safety karena perawat berhubungan langsung dengan pemberian obat pada pasien. Agar tidak terjadi kesalahan perawat perlu berkoordinasi dengan tim kesehatan lain seperti dokter dan farmasi rumah sakit melalui komunikasi tim, kerjasama tim, dan pengambilan keputusan tim secara tepat dan tepat. Kata kunci : Keamanan pengobatan, kolaborasi pemberian obat, komunikasi tim di ICU
16
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN Barkah Waladani, Etika Emaliyawati Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pendidikan interprofessional atau biasa dikenal dengan IPE (Interprofessional Education) diartikan secara garis besar sebagai proses belajar mengajar yang dapat menumbuhkan kerja sama (kolaborasi) antara dua atau lebih profesi dalam tatanan pelayanan kesehatan. Kurangnya kolaborasi antar profesi mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pada tindakan pelayanan antar profesi, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan di era global saat ini kurang maksimal. Studi literatur ini bertujuan untuk menjelaskan literatur yang terkait dengan pendidikan interprofesional. Metode. Teknik pencarian literatur dengan menggunakan pencarian publikasi ilmiah dari database Sciendirect, Pubmedline, Elseveir dan American Journal Nursing yang diambil dari tahun 2005 sampai 2015. Pencarian tersebut menggunakan kata kunci keperawatan kritis, kolaborasi interprofesional dan pendidikan interprofesional. Hasil. Hasil review didapatkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan interprofesional membutuhkan banyak keselarasan antar profesi pendidikan kesehatan terkait birokrasi yang berbeda, program pendidikan, serta konsep yang masih belum tertata dengan baik. Simpulan. Pembelajaran pendidikan interprofesional terhadap mahasiswa perawat merupakan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Pembelajaran mengenai kolaborasi antar tenaga kesehatan memberikan kemampuan mahasiswa untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan. Diharapkan pendidikan interprofessional dapat disosialisasikan di institusi pendidikan kesehatan untuk mengembangkan program kolaborasi antar tenaga kesehatan terhadap mahasiswa. Pengembangan pendidikan interprofessional mampu meningkatkan kemampuan berfikir ktritis dalam bekerja sama (kolaborasi) antar tenaga kesehatan, sehingga mahasiswa dapat mencapai tujuan kompetensi pendidikan maupun tatanan pelayanan kesehatan. Kata kunci: Keperawatan kritis, kolaborasi interprofesional, pendidikan interprofesional
17
REVIEW : IMPLEMENTASI PERAWAT PADA PASIEN KRITIS YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR DI RUANG INTENSIF Adiratna Sekar Siwi, Etika Emaliyawati Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Gangguan tidur suatu masalah yang biasa dialami oleh pasien kritis selama masa perawatan di rumah sakit. Banyak faktor yang menyebabkan pasien mengalami gangguan tidur diantaranya, suara ventilator, alarm, telepon, televisi dan komunikasi perawat. Pemenuhan kebutuhan tidur yang kurang optimal akan mempengaruhi proses penyembuhan penyakit sehingga dapat memperpanjang masa perawatan. Perawat harus mampu melakukan strategi agar dalam penanganan gangguan tidur pasien mampu memenuhi kebutuhan tidurnya dan perawat mudah dalam melakukan asuhan keperawatan. Metode. Studi literatur ini bertujuan untuk menjelaskan beberapa implementasi perawat pada pasien kritis dengan gangguan tidur di ruang intensif . Literatur yang digunakan merupakan publikasi ilmiah dari database Google scholar, ProQuest, Pubmedline, dan EBSCOhost yang diambil tahun 2004 sampai 2014. Dipilih artikel yang relevan dengan penelusuran dengan kata kunci. Hasil. Hasil review bahwa penanganan pasien kritis dengan gangguan tidur di ruang intensif ada beberapa strategi, diantaranya pemakaian earplugs dan eye masks, mendengarkan musik, aromaterapi (lavender), massage, dan relaksasi otot progresif. Simpulan. Beberapa beberapa strategi tersebut memiliki cara kerja yang mampu membuat pasien rileks dan tertidur. Penggunaan intervensi tersebut diharapkan dapat menjadi pilihan tambahan bagi perawat dalam mengatasi pasien yang mengalami gangguan tidur di ruang intensif. Kata kunci : Implementasi gangguan tidur, pasien kritis, ruang intensif
18
TINGKAT KECEMASAN SERTA FAKTOR- FAKTOR TERKAIT KECEMASAN ORANG TUA DARI ANAK YANG DI RAWAT DI RUANG INTENSIF Fanny Adistie1, Nanan Sekarwana2, Ai Mardhiyah1, Helwiyah Ropi1 1
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, 2 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pada saat seorang anak harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dapat menyebabkan kecemasan bagi orang tua terutama jika anak dirawat di ruang perawatan intensif anak seperti Pediatric Intensive Care Unit (PICU) atau Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Kecemasan yang dirasakan oleh orang tua tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua dari anak yang dirawat di ruang intensif dan mengeksplorasi faktor-faktor terkait kecemasan yang dirasakan oleh orang tua tersebut. Metode. Desain yang digunakan adalah mixed method dengan menggunakan model concurrent embedded strategy. Secara kuantitatif penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dan penelitian kualitatif dengan metode in depth interview. Hasil. Hasil penelitian pada 29 responden dengan menggunakan alat ukur kecemasan State Trait Anxiety Inventory (STAI), menunjukkan tingkat kecemasan orang tua sebanyak 7% mengalami cemas ringan, 37,9% mengalami cemas sedang, 17,2% mengalami cemas berat dan 20,7% mengalami cemas sangat berat. Faktor-faktor yang terkait dengan kecemasan orangtua antara lain kondisi anak, prosedur medis, biaya, dan kekhawatiran akan kondisi anak pasca perawatan di ruang intensif. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa diperlukannya perhatian khusus terhadap kecemasan yang dirasakan oleh orang tua. Untuk itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat untuk dapat membantu mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh orang tua dengan memerhatikan beberapa faktor yang didapat dari hasil penelitian diatas. Kata kunci : Kecemasan orang tua, Neonatal Intensive Care Unit, Pediatric Intensive Care, Tingkat Kecemasan
19
BAGAIMANA STRATEGI KOPING ORANG TUA DALAM MENGHADAPI ANAK KANKER? Yulia Latifah Sulistyaningsih, Sari Fatimah, Anastasia Anna Iskandar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Strategi koping orang tua yang mempunyai anak penderita kanker sangat diperlukan untuk mengatasi stres yang terjadi pada semua anggota keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi koping yang dilakukan oleh orang tua di Rumah Cinta. Metode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan menggunakan accidental sampling selama 30 hari. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Ways of Coping dari Folkman dan Lazarus yang terdiri dari 50 item pertanyaan, kemudian dianalisis menggunakan nilai relatif yang menggambarkan proporsi usaha dari setiap tipe strategi koping masing-masing responden dengan nilai akhir berupa presentase. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai relatif strategi koping orang tua di Rumah Cinta menggunakan dukungan sosial (46,67%), penilaian kembali secara positif dan menerima tanggung jawab (13,33%), membuat jarak (10,00%), merencanakan pemecahan masalah dan kontrol diri (6,67%), serta lari/ penghindaran dan konfrontasi koping (0,00%). Simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencari dukungan sosial menjadi strategi yang paling banyak dilakukan oleh responden. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh responden adalah ibu dari anak-anak penderita kanker, di mana seorang ibu memiliki kemampuan mencari dukungan sosial lebih tinggi dibandingkan seorang ayah. Selain itu, alasan lainnya adalah anak penderita kanker dan juga keluarga yang merawatnya merasakan manfaat besar dari dukungan sosial tersebut. Kata kunci : Anak kanker, orang tua, strategi koping
20
PENGARUH ALIH BARING POSISI MIRING 30 DERAJAT TERHADAP INDIKATOR KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 Ingge Ivana, Rizki Muliani, Haerul Imam STIKes Bhakti Kencana Bandung
Email: rizki_muliani”yahoo.com
ABSTRAK Pendahuluan. Stroke menempati urutan pertama dari 10 penyakit tertinggi di Indonesia. Data penderita stroke di RSUD Soreang masuk ke dalam 10 penyakit besar. Sedangkan data pasien terkena dekubitus menempati urutan kedua pada penyakit infeksi nosokomial. Pencegahan yang telah dilakukan perawat RSUD Soreang yaitu pemberian lotion, massase punggung dan alih baring. Namun pada kenyataannya, kejadian dekubitus masih terjadi terutama pada pasien stroke yang mengalami tirah baring. Dekubitus disebabkan adanya tekanan/kombinasi dari tekanan dan gesekan. Salah satu tindakan perawatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan yaitu alih baring posisi miring 30°, dimana kemiringan 30° memiliki tekanan minimal yang dapat membebaskan kulit dari tekanan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alih baring posisi miring 30° terhadap indikator kejadian dekubitus pada pasien stroke. Metode. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain quasy experiment dengan pendekatan pre-post test. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 38 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Penelitian dilakukan pada pasien stroke hemoragik di ruang rawat inap RSUD Soreang Kab.Bandung. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dari pengaturan alih baring posisi miring 30° terhadap indikator kejadian dekubitus meliputi warna kulit, konsistensi kulit, dan suhu kulit area belakang dengan masing-masing nilai (p-value) < α (0,05). Penelitian ini dapat menjadi alternative solusi dalam mengaplikasikan dan menerapkan pengaturan alih baring posisi miring 30° untuk pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien yang mengalami tirah baring. Kata kunci: Alih Baring Posisi Miring 30°, dekubitus, stroke
21
PNGAMBILAN KEPUTUSAN TERAPI PASIEN ICU YANG BERISIKO TINGGI MENGALAMI AKHIR HAYAT Sri Setiyarini1, I.L Gamayanti2, Sri Rahardjo3, Sunartini3 1 Bagian Ilmu Keperawatan-FK UGM, Bagian Ilmu Kesehatan Anak-FK UGM, 3 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif 2
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pasien ICU umumnya dalam kondisi sangat sakit, tersedasi, terintubasi, tidak mampu berkomunikasi dan otonominya sangat buruk sehingga mayoritas pasien ICU tidak mampu mengambil keputusan bagi dirinya. Kondisi tersebut menyebabkan keluarga dan klinisi ICU sering berperan sebagai pengambil keputusan pasien. Pasien ICU juga berisiko tinggi mengalami kematian. Angka kematian pasien ICU di Yogyakarta pada tahun 2011 sekitar 25%30%. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana klinisi ICU dan anggota keluarga mengambil keputusan terapi pasien ICU yang berisiko tinggi mengalami akhir hayat. Metode. Merupakan penelitian prospektif, deskriptif kualitatif yang dilakukan pada Bulan Mei dan Juli 2015. Data diperoleh dari 56 rekaman interview dan diskusi keluarga (wali) dari 26 pasien ICU. Kriteria pasien ICU yaitu pasien dengan skor APACHE II lebih atau sama dengan 25 dan memiliki 1 kriteria perawatan paliatif. Data kualitatif dianalisa menggunakan analisa konten. Hasil. 22 dari 26 pasien pada penelitian ini meninggal dunia. Dari 26 keluarga pasien, mayoritas pengambilan keputusan terapi dilakukan melalui pertemuan keluarga yang dihadiri oleh dokter, perawat dan anggota keluarga. Semua keluarga pasien terlibat dalam setiap diskusi keluarga dan sebagian besar terlibat dalam pengambilan keputusan. Sebagian pengambilan keputusan pasien dilakukan dengan cara “Pengambilan Keputusan Bersama” dengan mayoritas keluarga menyetujui dilakukan do not resuscitation. Pengambilan keputusan terapi yang lainnya adalah dilakukan oleh keluarga sendiri (otonomi) atau oleh dokter (paternalistik). Simpulan. Pengambilan keputusan terapi pasien ICU yang berisiko mengalami akhir hayat paling sering dilakukan dengan cara Pengambilan Keputusan Bersama melalui pertemuan keluarga. Perlu peran aktif dari tim interdisiplin ICU agar keluarga dapat berperan maksimal dalam pengambilan keputusan terapi pasien terutama pada fase akhir hayat. Kata kunci: Akhir hayat pasien kritis, ICU, pengambilan keputusan
22
PENGALAMAN PASIEN YANG TERPASANG VENTILATOR DALAM BERKOMUNIKASI DIRUANG ICU Nurlaily Afianti, Ayu Prawesti Priambodo Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Ketidakmampuan berkomunikasi selama sakit kritis merupakan penderitaan bagi pasien, pasien mengalami stress dan tertekan secara psiko emosional. Menurut The American Association for the Surgery of Trauma, Ventilasi mekanik merupakan intervensi yang diterapkan di unit perawatan intensif. Selama berkomunikasi dengan pasien terpasang ventilasi mekanik didapat berbagai macam respon, rata-rata mereka mengangguk tanda mengerti atau menggeleng untuk menolak, pasien berusaha berbicara tetapi petugas tidak mampu memahami. Metode. Studi Literatur ini bertujuan untuk menjelaskan literatur yang terkait pada pengalaman serta perasaan yang dirasakan pada saat berkomunikasi dengan terpasang ventilasi mekanik. Literatur yang digunakan merupakan publikasi ilmiah dari databased ProQuest, EbscoHost dan Pubmedline yang diambi tahun 2007sampai 2015. Dipilih 6 artikel yang relevan dengan kata kunci. Literatur yang digunakan berupa penelitian dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Dimana data diambil dengan cara mewawancarai pasien yang pernah menggunakan ventilasi mekanik untuk mengetahui pengalaman pasien dalam berkomunikasi. Hasil. Hasil review literatur menunjukkan pasien mengalami kesulitan berkomunikasi menggunakan ventilasi mekanik karena merasa kehilangan suara, sunyi, frustasi karena ketidak berdayaan dan dibutuhkan rasa aman dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kehadiran perawat dan keluarga disaat pasien memerlukan, sebagai dukungan bagi pasien. Kata kunci: Intensive care unit (ICU), komunikasi, pengalaman pasien, ventilasi mekanik
23
PENGARUH SIMULATION-BASED LEARNING TERHADAP CRITICAL THINKING MAHASISWA KEPERAWATAN Agung Ruhdiyat, Anastasia Anna Iskandar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Tantangan dunia keperawatan abad ke-21 menuntut pendidik keperawatan agar dapat mempersiapkan perawat masa depan yang dapat beradaptasi dengan perubahan sistem pelayanan kesehatan, adanya teknologi baru, perubahan sistem informasi (terkomputerisasi), perubahan terapi farmakologis, peningkatan beban kerja perawat, peningkatan penyakit infeksi di masyarakat, peningkatan kasus infeksi yang resisten antibiotik, peningkatan populasi usia lanjut, dan meningkatnya jumlah kondisi kronis dan co-morbid (Aiken, Clarke, Cheung, Sloane, & Silber, 2003). Para pendidik perawat bertanggung jawab untuk mempersiapkan lulusan yang dapat beradaptasi dengan perubahan sistem kesehatan yang begitu cepat ini. Strategi pembelajaran simulasi diusulkan sebagai metode yang cocok untuk mengatasi masalah ini dan dapat menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan praktik klinis di rumah sakit. Penelusuran literatur ini bertujuan untuk menganalisa hasil penelitian terkait yang berfokus pada pengaruh Simulation-Based Learning terhadap critical thinking mahasiswa keperawatan. Metode. Penelaahan ini dilakukan dengan metode review dari hasil penelitian tahun 2010 – 2013 yang telah dipublikasi dalam media elektronik seperti ProQuest, Pubmed, dan CINAHL. Jumlah jurnal yang diperoleh sebanyak 10 jurnal dan 5 diantaranya memenuhi kriteria. Hasil. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa simulasi sebagai proses belajar-mengajar interaktif, belajar pengetahuan tentang perawatan kritis dari simulasi situasi pasien nyata, belajar keterampilan klinis dan menghadirkan perawatan pasien secara holistik dengan bermain peran, dan menjembatani kesenjangan teori-praktik untuk mempromosikan berpikir kritis. Simpulan. Selain itu, simulasi juga dapat mengasah keterampilan berpikir kritis melalui umpan balik dari simulator maupun tampilan monitor, dan mengembangkan keterampilan komunikasi melalui kerjasama tim, serta meningkatkan keterampilan delegasi dalam situasi yang kompleks. Kata kunci: Critical thinking, learning method, simulation
24
MODEL SELF CARE PADA PASIEN TUBERKULOSIS DALAM KEPATUHAN MENJALANI PENGOBATAN.LITERATUR REVIEW Rita Darmayanti S, Anastasia Anna Iskandar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Ketidakpatuhan untuk berobat secara teratur pada pasien TB masih menjadi hambatan untuk mencapai keberhasilan pengobatan. Self Care (Perawatan Diri) adalah penerapan utama pada pasien dengan penyakit kronis seperti TB, dimana pengobatan TB memerlukan waktu yang panjang. Efek samping obat, pola hidup yang kurang sehat, kurang pengetahuan mengenai penyakit dan resiko penularan, resiko kekambuhan menjadi faktor ketidakpatuhan pada pasien TB. Model Self care (perawatan diri) Orem adalah penampilan atau aktivitas praktik berdasarkan keinginan individu dan dilaksanakan untuk mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya. Dengan menggunakan Model self care Orem, perawat dapat mengkaji kebutuhan pasien akan self care dan menentukan bantuan atau dukungan yang akan diberikan kepada pasien. Metode. Metode yang digunakan dalam penulisan literatur review ini adalah dengan penelusuran internet dari database Proquest, EBSCO dan Google scholar dengan menggunakan kata kunci : Self care, Tuberkulosis, Kepatuhan, yang diambil tahun 2000 – 2014. Dipilih 6 artikel yang relevan dengan tujuan review ini setelah dilakukan penelusuran dengan menggunakan kata kunci. Hasil. Hasil review didapatkan dengan pendekatan model self care Orem dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Fungsi keluarga sebagai care agency dalam supportive-educative system dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan. Dengan mengenali masalah yang muncul akibat suatu penyakit kronik menggunakan teori Self care requisites dapat diketahui tingkat kemampuan pasien dalam memaksimalkan kompetensi dirinya dalam mengatasi masalahnya. Pasien dapat berkontribusi dan berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut sehingga tercapai kualitas hidup. Simpulan. Pendekatan model self care dapat meningkatan kepatuhan dalam menjalankan pengobatan sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan pengobatan, kekambuhan, penularan penyakit, resstensi obat dan juga menyebabkan morbiditas, mortalitas. Kata kunci : Kepatuhan, self care, tuberkulosis
25
PERBANDINGAN PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM Hendy Lesmana1, Dewi Wijayanti2, Rika Wahyuni3 1
Departemen Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Borneo Tarakan. 2 Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Borneo Tarakan. 3 Tehnik Elektro, Fakultas Tehnik, Universitas Borneo Tarakan.
Email:
[email protected].
ABSTRAK Pendahuluan. Elektrokardiogram merupakan alat diagnostik jantung yang sering digunakan perawat untuk menilai beberapa kelainan jantung. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, beberapa perawat tidak menggunakan jelly (gold standard) tetapi menggunakan air ledeng sebagai media perekam EKG dan meyakini air ledeng merupakan media yang baik untuk merekam EKG. Metode. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan penggunaan jelly dan air ledeng terhadap potensial aksi elektrokardiogram dan kejadian artefak. Rancang penelitian menggunakan pendekatan eksperimen (cross-over). Jumlah sampel 46 responden dibagi menjadi dua kelompok. Tehnik sampling secara acak sistematis. pengaruh penggunaan jelly dan air ledeng terhadap potensial aksi diuji dengan Wilcoxon Signed Rank Test dan kejadian artefak dengan Chi Square. Hasil. Hasil penelitian menunjukan voltase EKG dengan menggunakan jelly lebih rendah (median : 60,2 mV) bila dibandingkan dengan menggunakan air ledeng (median : 96,7 mV). dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test nilap P : 0,0001, dimana terdapat perbandingan penggunaan jelly dan air ledeng terhadap potensial aksi elektrokardiogram. Kejadian artefak lebih besar terjadi saat menggunakan air ledeng (35,9 %) bila dibandingkan dengan penggunaan jelly (5,4 %), hal ini ditunjukan dengan hasil uji Chi Square (P : 0,0001) dengan demikian terdapat pengaruh penggunaan jelly dan air ledeng terhadap kejadian artefak. Simpulan. Penelitian ini penggunaan air ledeng sebagai media perekam EKG dapat meningkatkan potensial aksi (voltase) dan berpengaruh terhadap kualitas hasil perekaman dimana kejadian artefak lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan jelly sebagai media perekaman EKG. Saran peneliti sebaiknya tetap menggunakan jelly sebagai media perekaman EKG dan mematuhi protap perekaman EKG yang telah baku. Kata kunci : Air ledeng, artefak, elektrokardiogram, jelly, potensial aksi
26
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI IRNA BEDAH DAN KEBIDANAN RUMAH SAKIT MUHAMMDIYAH PALEMBANG TAHUN 2015 Aristoteles, Siti Romadoni, Ingka Nabella Program Studi Ilmu KeperawatanSTIKes Muhammadiyah Palembang
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukannya operasi atau pembedahan. Salah satu tindakan operasi adalah pembedahan pada daerah abdomen atau disebut juga laparatomi. Masalah yang sering terjadi pada pasien post operasi adalah gangguan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien post operasi laparatomi di irna bedah dan kebidanan RS. Muhammadiyah Palembang Tahun 2015. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien post operasi laparatomi yang terpilih dengan teknik non probability sampling yaitu accidental sampling dengan sampel yang berjumlah 36 responden. Hasil. Analisis bivariat dengan uji Chi-Square menghasilkan ada hubungan antara latihan dan kelelahan dengan kualitas tidur p value=0,016 , ada hubungan antara nutrisi dengan kualitas tidur p value=0,009, ada hubungan antara motivasi dengan kualitas tidur p value=0,030, ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur p value=0,005, ada hubungan antara lingkungan dengan kualitas tidur dengan p value =0,002, dan ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur p value=0,013. Simpulan. Kualitas tidur pasien sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, karena itu diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan bagi pihak penentu kebijakan dan instansi terkait untuk meningkatkan pelayanan keperawatan serta lebih memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada pasien. Kata kunci : Kualitas tidur, laparatomi
27
HUBUNGAN LAMA PERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN SINDROM KORONER AKUT (SKA) DI ICU RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Hana Ariyani, Riska Riskiyani STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Sindroma Koroner Akut merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dengan segera. Lama perawatan pasien SKA ini salah satunya dapat berdampak terhadap tingkat kecemasan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara lama perawatan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan SKA. Metode. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif korelasi dan teknik sampling menggunakan Purposive Sampling. Responden pada penelitian ini sebanyak 9 orang keluarga pasien dengan SKA yang dirawat di ICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel adalah uji Spearman rank. Hasil. Dari hasil analisis ditemukan p-value sebesar 0.006 hal ini menunjukkan adanya hubungan antara lama perawatan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan SKA di ICU RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Kata kunci: Lama perawatan, sindroma koroner akut, tingkat kecemasan
28
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU INTERMITEN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI 2015 Saian Gofur1, Dwi Septian Wijaya1,Mei Eka Wulandari1, Dewi Siti Fatimah,2 1 Universitas Kadiri, Indonesia STKIP PGRI Tulungagung, Indonesia
2
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Berat badan lahir rendah adalah berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai 2499 gram. Untuk meningkatkan berat badan bayi adalah dengan metode kanguru. Metode kanguru adalah perawatan untuk bayi prematur dengan kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode kanguru intermiten terhadap peningkatan berat badan pada bayi berat lahir rendah. Metode. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan sampel 30 respoden. Pada uji normalitas data menggunakan shapiro wilk, didapatkan rerata berat sesudah dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan sebesar p value 0,869 dan untuk kelompok kontrol sebesar p value 0,079 , maka uji normalitas sebaran data dapat disimpulkan p value < α dengan α = 0,05. Hasil uji statistik paired – sample t test di dapatkan nilai p = 0,000 (p
29
HUBUNGAN ANEMIA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS RUTIN DI RS. DUSTIRA CIMAHI Mochamad Budi Santoso1, Dessi Kusmawati Nugraha2 1
Dosen Stikes A Yani Cimahi ([email protected]) 2 Perawat Unit Hemodialisis RS Dustira
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun 2011, terutama pasien PGK tahap akhir yang memerlukan terapi pengganti ginjal pengganti seperti hemodialisis. Kerusakan ginjal yang terjadi akan menyebabkan penurunan eritropoetin yang dapat menurunkan kadar Hemoglobin Pasien. Penurunan ini dapat berdampak secara fisik berupa kelemahan dan kelelahan yang berlebihan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara anemia dan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis rutin di RS Dustira. Metode. Desain penelitian cross sectional deskriptif korelasi dengan metode purposive sampling yaitu 48 orang responden yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RS. Dustira. Data analisis penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Hasil. Hasil Analisis univariat didapatkan 25 responden (52.1%) yang menderita anemia dan 24 responden (50%) memiliki kualitas hidup buruk. Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di RS Dustira (p= 0,00). Simpulan. Kondisi Anemia pada pasien hemodialisis rutin dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Disarankan melakukan pengukuran kualitas hidup secara berkala minimal 1 bulan sekali dan peningkatan upaya untuk menaikkan kadar Hemoglobin pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin di RS Dustira. Kata kunci: Anemia, hemodialisis, kualitas hidup
30
KEBUTUHAN ORANG TUA DENGAN BAYI SAKIT KRITIS DI NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT PEMERINTAH WILAYAH BANDUNG RAYA Sri Hendrawati, Sari Fatimah, Siti Yuyun Rahayu Fitri Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Sistem perawatan bayi di NICU dapat memberikan dampak negatif bagi bayi dan orang tua. Upaya yang dapat dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif tersebut yaitu dengan mengaplikasikan family centered care. Langkah pertama dalam upaya tersebut adalah mengidentifikasi kebutuhan orang tua. Dalam penelitian sebelumnya, kebutuhan setiap orang tua sangat bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan orang tua dengan bayi sakit kritis di NICU. Metode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan sampel 45 responden dan pengumpulan data dengan kuesioner NICU Family Need Inventory. Analisis data dilakukan dengan nilai mean. Penelitian dilaksanakan di NICU Rumah Sakit Pemerintah Wilayah Bandung Raya. Hasil. Orang tua memiliki urutan prioritas kebutuhan terhadap kepastian (M = 3,90), informasi (M = 3,82), kedekatan (M = 3,76), dukungan (M = 3,49), dan kenyamanan (M = 3,37). Kebutuhan orang tua lebih berfokus pada kesejahteraan bayi. Dalam melakukan asuhan keperawatan selain meningkatkan pelayanan terhadap bayi, perawat juga harus memerhatikan kebutuhan orang tua terkait jaminan kepastian bahwa bayinya mendapatkan perawatan terbaik, penyampaian informasi dengan komunikasi terbuka, dan menjalin kontak dengan bayi. Simpulan. Dengan mengidentifikasi kebutuhan orang tua, maka dapat menuntun perawat untuk mengintegrasikan kebutuhan orang tua kedalam family centered care sehingga orang tua dapat memenuhi kebutuhannya, mendapatkan kepuasan, dan meningkatkan kualitas hidup bayi. Kata kunci: Bayi sakit kritis, kebutuhan orang tua, perawatan berpusat pada keluarga, ruang perawatan intensif neonatal
31
HUBUNGAN SELF-MANAGEMENT DAN SELF-EFFICACY PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KOTA BANDUNG Citra Windani Mambang Sari, Ahmad Yamin Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email :
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan. Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang memiliki komplikasi. Jumlah pasien Diabetes Melitus meningkat karena keterbatasan dalam mengelola Diabetes Melitus (selfmanagement Diabetes Melitus). Konsep self-efficacy efektif dapat merubah perilaku kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan antara self-management Diabetes Melitus dengan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Kota Bandung. Metode. Sampel sebanyak 62 pasien Diabetes Melitus dari 8 Puskesmas di Kota Bandung yang mempunyai angka kunjungan Diabetes Melitus tertinggi dengan teknik purposive. Pengukuran self-management menggunakan kuesioner modifikasi dari Summary of Diabetes Self Care Activity and Diabetes Self-Management Instrument, sedangkan Self-efficacy dikembangkan dari Standford Patients Education Research Center. Kedua kuesioner terdiri dari 5 komponen yaitu nutrisi, olahraga, aktivitas, pengobatan dan monitor gula darah. Data dianalisis menggunakan Pearson. Hasil. Hubungan antara self-management dan self-efficacy bermakna (r = 0.538 , p = 0.00). Simpulan. Ada hubungan positif dengan kekuatan korelasi sedang antara self-management Diabetes Melitus dengan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Kota Bandung. Saran dari penelitian bagi perawat komunitas agar dapat meningkatkan self-efficacy pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat meningkatkan self-management Diabetes Melitus dengan cara mengembangkan program edukasi yang terstruktur. Kata kunci : Diabetes Melitus, self-management, self-efficacy
32
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN APD OLEH PERAWAT SAAT PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER Grace Jeny Wakanno1, Anastasia Anna2, Iskandar2 1
Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
2
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Perawat yang bekerja menangani agen antineoplastik, mempunyai resiko mengalami efek samping agen tersebut. Efek samping yang dialami oleh perawat seperti masalah reproduksi dan kelainan kromosom. Untuk itu perawat wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) namun kenyataannya banyak sekali perawat yang tidak menggunakan APD. Berdasarkan hasil penelitian banyak faktor yang menyebabkan perawat tidak menggunakan APD saat menangani agen kemoterapi pada pasien. Untuk itu diperlukan pemahaman untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD oleh perawat saat pemberian kemoterapi. Metode. Penelitian ini merupakan systematic review yang mencoba menggali informasi yang lebih banyak mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan APD oleh perawat saat menangani agen kemoterapi. Sumber yang digunakan untuk review ini adalah Ebsco, Proquest, Pubmed, dan Google cendekia dalam bentuk jurnal penelitian yang berjumlah 15 jurnal dan 1 buku. Hasil. Hasil pembahasan dari beberapa jurnal penelitian menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD oleh perawat saat pemberian agen antineoplastik antara lain pengetahuan, persepsi resiko, hambatan, dan kepatuhan. Simpulan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD oleh perawat saat pemberian kemoterapi pada pasien kanker adalah faktor pengetahuan, persepsi resiko, hambatan, dan kepatuhan dari perawat. Kata kunci: Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Perawat, Pemberian kemoterapi
33
FAKTOR – FAKTOR YANG BERESIKO MENIMBULKAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG Ristina Mirwanti, Afif Amir Amrullah, Dian Adiningsih Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Flebitis merupakan inflamasi pembuluh darah vena (yang ditandai dengan nyeri, kemerahan, teraba lunak , pembengkakan , dan hangat pada daerah insersi intravena. Faktor faktor yang memengaruhi kejadian flebitis antara lain teknik pemasangan, kondisi pasien, bahan kateter, ukuran kateter, ruangan tempat insersi, lamanya kateter terpasang, jenis cairan, obatobatan, kecepatan aliran infus, penggantian balutan intravena harian, tempat pemasangan, usia, jenis kelamin, dan ras. Pada tahun 2009, persentase kejadian flebitis di Ruang HCU di Rumah Sakit X sebesar 1,01%. Kejadian flebitis dikhawatirkan dapat menyebabkan komplikasi terutama pada pasien dengan kondisi yang rentan. Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran faktor yang beresiko menimbulkan kejadian flebitis di Ruang ICU Rumah Sakit Al Islam Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan ukuran sampel 37 pasien yang dipasang infus dan dirawat di Ruang HCU. Pengumpulan data dengan studi dokumentasi medical record dan wawancara kepada perawat kemudian dianalisa dengan rumus persentase. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran faktor – faktor yang beresiko menimbulkan kejadian flebitis adalah 91,89% responden menggunakan kateter berukuran No. 20, 100% responden mendapatkan cairan isotonik, 56,76% responden mendapatkan terapi obat intravena yang bersifat mengiritasi vena, 89,19% responden dipasang infus dengan kecepatan 090cc/jam, 43.24% responden dipasang infus di daerah lengan, 62,16% responden termasuk dalam kategori usia dewasa, dan 67,57% responden berjenis kelamin perempuan. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu survey kejadian flebitis, pelatihan mengenai terapi intravena, dan pencegahan kejadian flebitis untuk mencegah terjadinya kejadian flebitis. Kata kunci : Faktor resiko, flebitis
34
PENGALAMAN KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DALAM MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD MAJALAYA TAHUN 2015 Ardo Harvianza1, Andria Pragholapati2 1
Mahasiswa Keperawatan, STIKES Bhakti Kencana, Bandung, Indonesia Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia.
2
Email:
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan. Hemodialisis adalah suatu cara atau proses pembersihan darah terhadap akumulasi sampah buangan dimana digunakan bagi klien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat atau klien dengan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi yaitu sekitar 330.000 klien dengan 220.000 klien yang menjalani hemodialisis. Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman klien gagal ginjal kronis dalam menjalani hemodialisis di RSUD Majalaya tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dimana data yang didapat menggunakan in depth interview dengan pemilihan partisipan secara purposive sampling sebanyak 6 orang partisipan yang memiliki kriteria klien dewasa berusia 30 sampai 50 tahun dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, minimal 2 tahun dengan frekuensi 2 kali seminggu, serta klien dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan Bahasa Indonesia. Hasil. Hasil wawancara dianalisis menggunakan metode Collaizi. Pada penelitian ini didapat 6 tema yaitu dampak biologis, dampak psikologis, dampak sosial, dampak spiritual, dampak, ekonomi, serta harapan-harapan klien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan informasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien gangguan ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Kata kunci: Gagal ginjal kronis, hemodialisis, pengalaman
35
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN KELUARGA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN/HIPERAKTIVITAS (GPPH) DI SLB TIPE C KOTA BANDUNG Adelse Prima Mulya, Helwiyah Ropi, Desy Indra Yani Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan perilaku yang ditandai gangguan pemusatan perhatian, perilaku impulsif, disertai aktivitas berlebihan yang tidak sesuai dengan umurnya pada masa kanak-kanak. GPPH dapat berdampak terhadap penurunan kualitas hidup anak, beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya kecemasan keluarga dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecemasan keluarga dan dukungan keluarga terhadap kualitas hidup anak GPPH di SLB tipe C Kota Bandung. Metode. Desain penelitian ini kuantitatif analitik cross sectional. Subjek penelitian 63 keluarga yang memiliki anak GPPH dengan rentang usia 8-12 tahun yang bersekolah di 5 buah SLB tipe C Kota Bandung. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan 3 buah kuesioner inventory diantaranya kuesioner kualitas hidup anak (PedsQL), kecemasan keluarga (S-STAI) dan dukungan keluarga (CASSS). Analisa data menggunakan koefisien korelasi Pearson dan multiple linear regression. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kecemasan keluarga dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup anak GPPH serta memiliki hubungan yang cukup kuat. Secara parsial, dukungan keluarga memiliki hubungan dengan kualitas hidup anak GPPH, sedangkan kecemasan keluarga tidak memiliki hubungan dengan kualitas hidup anak GPPH. Setiap peningkatan kecemasan keluarga dapat menurunkan kualitas hidup anak GPPH, dan setiap peningkatan dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup anak GPPH. Simpulan. Peningkatan kecemasan keluarga dapat menurunkan kualitas hidup anak GPPH dan peningkatan dukungan keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup anak GPPH. Perawat diharapkan agar meningkatkan pelayanan kesehatan sekolah dengan melibatkan pihak sekolah, keluarga dan masyarakat serta diharapkan pembuat kebijakan keperawatan agar dapat membuat kebijakan mengenai pengadaan keperawatan kesehatan komunitas berbasis kesehatan sekolah. Kata kunci : Dukungan keluarga, GPPH, kecemasan, kualitas hidup
36
PERSEPSI PERAWAT DAN DOKTER TENTANG KEHADIRAN KELUARGA SELAMA RESUSITASI DAN TINDAKAN INVASIF Rusda Adiwijaya1, Etika Emaliyawati2 1 RSUD Cicalengka Kab. Bandung Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
2
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Isu mengenai diperbolehkan atau tidaknya kehadiran keluarga selama resusitasi dan tindakan invasif sudah menjadi perdebatan antara perawat dan dokter sejak tahun 1980-an. Beberapa perawat dan dokter memberikan penilaian yang positif mengenai kehadiran keluarga di ruangan selama resusitasi dan tindakan invasif, tetapi sebagian lagi menganggap bahwa kehadiran akan menimbulkan trauma psikologis bagi keluarga, potensi adanya tuntutan dari keluarga, dan keterbatasan ruang resusitasi dan tindakan invasif. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian literatur yang bertujuan untuk mengetahui sikap dokter dan perawat terhadap kehadiran keluarga, serta mengetahui manfaat kehadiran keluarga selama resusitasi dan tindakan invasif, Metode. Kajian literature ini dilakukan dengan metode review sistematis dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Kriteria inklusi untuk review ini adalah hasil penelitian yang menyajikan data tentang persepsi perawat dan dokter, serta manfaat kehadiran keluarga selama resusitasi dan tindakan invasive. Pencarian literature dilakukan melalui Proquest database, dengan menggunakan kata kunci: „family presence during resuscitation and invasive treatment‟, dan „nurses, doctors, attitude and perception‟. Total 21 artikel diperoleh pada pencarian literature yang kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan hanya delapan artikel memenuhi kriteria untuk dianalisa. Hasil. Hasil analisa menunjukkan bahwa perawat dan dokter mendukung kehadiran keluarga selama resusitasi dan tindakan invasif. Dukungan ini diberikan karena kehadiran anggota keluarga dapat memberikan dukungan moril bagi pasien dan membantu perawat dan dokter dalam menjelaskan kondisi pasien sehingga keluarga memahami perkembangan kondisi pasien. Maka disarankan agar keluarga pasien diberikan kesempatan untuk dapat hadir selama resusitasi dan tindakan invasif. Kata kunci: Dokter, kehadiran keluarga selama resusitasi, perawat, sikap, tindakan invasive
37
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM MENEMUKAN FAKTOR RISIKO DAN TANDA BAHAYA PADA IBU HAMIL DI WILAYAHKERJA PUSKESMAS SUKAGALIH SUMEDANG Sheizi Prista Sari, Dewi Puspasari, Anggun Friska Yohana L. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Salah satu upaya yang dibuat untuk menurunkan Angka Kematian Ibu adalah dengan pemberdayaan masyarakat melalui kader Posyandu. Kader Posyandu diharapkan berperan serta aktif menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi obstetri yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi peran serta kader Posyandu dalam menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukagalih. Metode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kader di wilayah kerja Puskesmas Sukagalih Sumedang yang berjumlah 90 orang. Data diolah dan disajikan berupa distribusi frekuensi. Hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berperan serta kurang aktif menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil. Lebih dari setengah responden ( 51,1%) berada pada umur dewasa awal (18-40 tahun), dan lebih dari setengah responden merupakan kader lama. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik namun lebih dari setengah responden memiliki motivasi yang rendah. Lebih dari setengah responden memiliki sikap yang negatif dalam menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil. S e b a g i a n b e s a r r e s p o n d e n belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai faktor risiko dan tanda bahaya kehamilan. Simpulan. Kader Posyandu dengan usia dewasa awal, berpengetahuan baik, sudah lama menjadi kader, serta memiliki sikap positif dan motivasi tinggi lebih banyak berperan serta aktif dalam menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil. Saran dari hasil penelitian ini adalah peran serta kader dalam menemukan faktor risiko dan tanda bahaya pada ibu hamil masih perlu ditingkatkan diantaranya dengan melakukan pelatihan yang berkesinambungan, peningkatan motivasi bagi kader Posyandu, pembentukan sikap serta pemilihan kader dari usia dewasa awal. Kata kunci: Faktor risiko kehamilan, kader posyandu, tanda bahaya kehamilan
38
PENGETAHUAN PALLIATIVE CARE PADA PERAWAT RUANG PENYAKIT DALAM DAN PERAWAT RUANG BEDAH Urip Rahayu, Chandra Isabella, Titin Sutini, Nita Fitria Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan. Pasien-pasien yang membutuhkan palliative care di rumah sakit terdapat pada ruang perawatan penyakit dalam dan ruang perawatan bedah, hal ini menuntut perawat untuk mempunyai kemampuan dalam palliative care.Tujuan: mengetahui pengetahuan palliative care pada perawat di ruang penyakit dalam dan bedah. Metode. Deskripsi Cross-sectional pada 48 perawat yang dinas di ruang penyakit dalam, ruang bedah umum dan ruang bedah orthopaedic. Hasil. Sebagian besar perawat sudah melakukan palliative care dan melakukan kemoterafi dan mempunyai pengalaman klinik lebih 5 tahun tetapi sebagian besar belum pernah mengikuti seminar atau workshop palliative care. Simpulan. Pengetahuan perawat penyakit dalam lebih baik dibanding pengetahuan perawat di ruang bedah maupun bedah orthopaedic, item terendah pada keterlibatan keluarga dan manajemen nyeri. Kesimpulan : sangat diperlukan pendidikan tentang palliative care pada perawat terutama dalam keterlibatan keluarga dan manajemen nyeri. Kata kunci: Keterlibatan keluarga, manajemen nyeri pengetahuan, palliative care, perawat
39
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN FREKUENSI ANGINA PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Fitria Rachmi, Aan Nuraeni, Ristina Mirwanti Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Kecemasan pada pasien sindrom koroner akut (SKA) yang menjalani rawat jalan masih sedikit diteliti, padahal kecemasan pada pasien rawat jalan menjadi penting untuk diteliti karena pasien berada di rumah dan jauh dari fasilitas kesehatan. Beberapa konsep menyatakan bahwa kecemasan pada pasien SKA dapat memperburuk keadaan jantung. Oleh karena itu peneliti ingin mengidentifikasi hubungan kecemasan dengan frekuensi angina pada pasien SKA di Poliklinik Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode. Data dikumpulkan menggunakan teknik consecutive sampling dengan menggunaan kuesioner ZSAS dan SAQ kepada 100 orang pasien, kemudian data di analisis menggunakan analisis deskriptif korelatif. Hasil. Hasil perhitungan p-value sebesar 0,00 yang lebih kecil dari α (0,05) dan r -0,508 maka terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan frekuensi angina, semakin tinggi tingkat kecemasan seseorang maka frekuensi angina semakin berat. Simpulan. Oleh karena itu dapat dipertimbangkan untuk melakukan kajian kecemasan dan pemberian manajemen cemas kepada pasien di poliklinik jantung. Kata kunci: Angina, cemas, rawat jalan, sindrom koroner akut
40
GAMBARAN SELF EFFICACY PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Nisa Ikatania, Hana Rizmadewi, Tetti Solehati Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Angka kejadian kanker payudara cukup tinggi di Indonesia. Penanganan untuk kanker payudara yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi. Self efficacy dibutuhkan oleh pasien kanker payudara untuk menghadapi masalah-masalah selama kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi self efficacy pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri dari 85 pasien yang belum mendapatkan siklus kemoterapi terakhir. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Strategies Used by People to Promote Health (SUPPH) menggunakan rating scale dengan alpha cronbach berkisar antara 0,94-0,96. Self efficacy dibagi dalam kategori tinggi dan rendah, kemudian data dianalisis menggunakan rumus mean. Hasil. Hasil penelitian menunjukan bahwa self efficacy pasien adalah 44,7% termasuk dalam kategori tinggi, dan 55,3% termasuk dalam kategori rendah. Pada subscale self efficacy menunjukan bahwa making decisions didapatkan tinggi (60%). Namun, subscale positive attitude (54,1%) dan stress reduction (60%) diklasifikasikan sebagai kategori rendah. Simpulan. Secara keseluruhan, self efficacy yang rendah dikarenakan masih rendahnya sikap positif dan pengurangan stres. Self efficacy sangat berperan penting dalam membentuk pikiran dan prilaku positif yang diperlukan pasien dalam menjalani kemoterapi. Dengan demikian, menjadi penting bagi perawat untuk memfasilitasi peningkatkan self efficacy pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan serta asuhan psikososial. Kata kunci: Kanker payudara, kemoterapi, self efficacy
41
PENGARUH MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK PRASEKOLAH (USIA 5-6 TAHUN) DI TK PGRI PRUNGGAHAN KULON KEC. SEMANDING KAB. TUBAN Hamidatus Daris Sa’adah Akper pemkab. Ngawi
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Kemampuan mengenal lambang bilangan merupakan salah satu tingkat pencapaian perkembangan kognitif pada anak usia dini yang perlu ditingkatkan.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan Pengaruh Media Flashcard Terhadap Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Anak Prasekolah (Usia 5-6 Tahun) Di TK PGRI Prunggahan Kulon Kec. Semanding Kab. Tuban. Metode. Penelitian ini menggunakan “Pre Eksperimental Design” dengan tehnik “One Group Pre – Post Test Design”. Populasi adalah semua anak prasekolah (usia 5-6 tahun) sejumlah 52 anak dengan kemampuan mengenal lambang bilangan, sedangkan sampel sebanyak 27 orang yang diambil menggunakan tehnik “Purposive Sampling”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah media flashcard, sedangkan variabel dependen adalah kemampuan mengenal lambang bilangan. Instrumen yang digunakan adalah Kartu Flashcard dan Lembar Observasi Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan. Analisis data menggunakan “uji wilcoxon” dengan taraf signifikan α = 0,05. Perangkat yang digunakan adalah SPSS 16.0 for windows. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikan peningkatan daya ingat didapatkan angka Z = - 4,710 dan p= 0,000. Karena p= 0,000 ˂ α = 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, pemberian media flashcard terbukti berpengaruh terhadap kemampuan mengenal lambang bilangan anak prasekolah (usia 5-6 tahun) di TK PGRI Prunggahan Kulon Kec. Semanding Kab. Tuban. Simpulan. Penggunaan media dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan yang tepat sangat diperlukan agar tidak merusak pola perkembangan anak, flashcard merupakan salah satu media untuk melatih otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat bertambah dan meningkat. Kata kunci: anak prasekolah, kemampuan mengenal lambang bilangan, media flashcard
42
EFEKTIVITAS TERAPI NEBULIZER DENGAN IPRATROPIUM DAN FENOTEROL TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL DI RUANG RAWAT INAP RSUD NGANJUK Valentina, Sri Supriatin Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Asma dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas selama serangan akut dan menimbulkan hipoksemia. Indikator adanya hipoksemia adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen (SpO2). Salah satu bentuk penanganan farmakologis adalah menggunakan teknik nebulizer dengan Ipratropium dan Fenoterol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaaan efektivitas terapi nebulizer dengan Ipratropium dan Fenoterol terhadap saturasi oksigen pada pasien asma bronkial di Ruang Rawat Inap RSUD Nganjuk. Metode. Desain Penelitian adalah pretest-posttes control group design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Desember 2012 s/d 5 Januari 2013. Populasi adalah seluruh pasien asma bronkial di Ruang Rawat Inap RSUD Nganjuk yang berjumlah 16 responden. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Sampel diperoleh sebanyak 16 responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Ipratropium 8 responden dan Feneterol 8 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah checklist observasi. Analisa data menggunakan uji statistik Independent Sample T-Test dengan α 0.05. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah responden yang diberi terapi Ipratropium yaitu 4 responden (50%) mengalami peningkatan SpO2 sebesar 4, setengah responden yang diberi terapi Feneterol yaitu 4 responden (50%) mengalami peningkatan SpO2 sebesar 5. Hasil uji Independent Sample T-Test diperoleh p-value 0,001 ≤ 0,05. Hasil rata-rata (mean) peningkatan SpO2 pada terapi Ipratropium adalah 3,750 sedangkan pada terapi Feneterol adalah 5,375, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata peningkatan SpO2 pada terapi Fenoterol lebih tinggi daripada terapi Ipratropium. Simpulan. Ada perbedaan efektivitas terapi nebulizer dengan Ipratropium dan Fenoterol terhadap saturasi oksigen pada pasien asma bronkial di Ruang Rawat Inap RSUD Nganjuk. Oleh karena itu salah satu upaya farmakologis untuk meredakan serangan kekambuhan asma bronkial adalah terapi nebulizer dengan bronkodilator Fenoterol dicampur NaCl untuk menimbulkan bronkodilatasi dengan tujuan mempertahankan nadi oksimetri, sehingga saturasi oksigen (SpO2) adekuat. Kata kunci: Asma bronkial, fenoterol, ipratropium, nebulizer, saturasi oksigen
43
PRESENTASI POSTER
44
GAMBARAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE PASCA PERAWATAN Dani Kusmawan, Urip Rahayu, Efri Widianti Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pasien pasca stroke menjadi ketergantungan pada keluarganya, sehingga sikap dan dukungan keluarga pasca perawatan sangat diperlukan untuk kualitas hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran sikap dan dukungan keluarga pada pasien stroke pasca perawatan di Poliklinik Saraf RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Metode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sebanyak 33 responden direkrut secara purposive untuk terlibat dalam penelitian ini. Subjek penelitian adalah keluarga dari pasien stroke. Data diperoleh dari responden dengan pengisian kuisioner dan diolah menggunakan skor T untuk sikap, nilai mean untuk mengetahui dukungan. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki sikap yang positif pada semua subvariabel sikap (kognitif 66,67%, afektif 54,54%, dan konatif 66,67%). Keluarga memberikan dukungan pada subvariabel dukungan (emosional 48,48%, informasional 69,69%, instrumental 54,54% dan penghargaan 60,6%. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperlukan kebijakan terkait pendidikan kesehatan di poliklinik dan ruang rawat inap dan program pemulangan yang berkelanjutan dari mulai pasien masuk sampai dengan pulang. Kata kunci: Dukungan keluarga, pasca perawatan, sikap, stroke
45
PEMBERDAYAAN GURU SEKOLAH DALAM DETEKSI DINI TUBERKULOSIS PADA ANAK SEKOLAH DI KECAMATAN SEDONG KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT Ikeu Nurhidayah, Helwiyah Ropi Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]/
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Saat ini angka kejadian tuberkulosis (TB) dewasa di Indonesia meningkat. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan penularan tuberkulosis pada anak, karena anak merupakan kelompok usia yang sangat rawan tertular TB dan hanya akan mendapatkan tuberkulosis dari orang dewasa. Saat ini Kabupaten Cirebon menjadi kabupaten ke-empat dengan jumlah penderita TB dewasa terbanyak di Jawa Barat, yang akan berimplikasi pada peningkatan jumlah anak yang menderita tuberkulosis. Angka penemuan kasus TB anak di Kabupaten Cirebon masih rendah, terutama pada anak sekolah, sehingga diperlukan peningkatan kapasitas guru sekolah dalam melakukan deteksi dini TB pada anak sekolah. Kegiatan ini berupa pemberdayaan guru sekolah dasar dalam melakukan deteksi dini dan penemuan kasus tuberkulosis pada anak sekolah. Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah guru sekolah dasar di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon, yakni sejumlah 25 orang guru sekolah. Luaran kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor guru dalam melakukan deteksi dini TB pada anak. Metode. Metode kegiatan ini dilakukan dengan ceramah, simulasi, small group discussion dan praktikum. Hasil. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan guru sebelum dilakukan kegiatan pemberdayaan adalah 46 (SD: 0,46), dan rata-rata skor pengetahuan guru setelah dilakukan kegiatan adalah 97,6 (SD: 0,21), dengan rata-rata peningkatan skor 50, 92 (SD: 0,45), dan kemampuan psikomotor peserta 100% dalam kategori baik. Hasil kegiatan ini merekomendasikan puskesmas untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan untuk meningkatkan capaian deteksi dini TB pada anak. Kata kunci: Anak sekolah, guru, pemberdayaan, tuberculosis
46
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI Istianah, Meilirianta, Nurhikmah A Dosen Stikes Rajawali Bandung
Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Kualitas hidup merupakan rasa kesejahteraan bagi seseorang yang berasal dari kepuasaan atau ketidak puasaan dengan bidang-bidang kehidupan. Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik kualitas hidupnya rendah, sehingga merasa tidak berarti lagi. Salah satu dukungan keluarga adalah memotivasi pasien untuk terapi hemodialisa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini dilakukan pada Pasien yang telah menjalani terapi hemodialisis di RSUD Cibabat. Metode. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 80 orang dengan tekhnik purposive Sampling. Hasil. Menunjukkan sebagian besar (60%) pasien hemodialisa mendapatkan dukungan keluarga, serta sebagian (58,8%) pasien hemodialisa memiliki kualitas hidup baik. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dengan p-value 0,002 (α<0,05). Simpulan. Berdasarkan penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Oleh karena itu penting bagi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yg menjalani terapi Hemodialisa untuk meningkatkan kualitas hidup. Kata kunci : Dukungan keluarga, kualitas hidup, hemodialisa
47
TINGKAT DEPRESI DAN FREKUENSI ANGINA PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI POLIKLINIK JANTUNG RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Ima Lismawaty, Aan Nuraeni, Imas Rafiyah Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Depresi pada pasien sindrom koroner akut (SKA) yang menjalani rawat jalan masih sedikit diteliti, padahal depresi pada pasien SKA di rawat jalan menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan berbagai teori, depresi pada pasien SKA akan memperburuk kondisi jantung dan memunculkan gejala nyeri dada (angina). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat depresi dan frekuensi angina pada pasien sindrom koroner akut di poliklinik jantung RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling dalam waktu satu bulan. Jumlah populasi sebesar 116 orang dengan subjek penelitian sebesar 90 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner BDI-II yang terdiri dari 21 item pertanyaan dengan nilai validitas r=0,39–0,52 , p< 0,01 dan reliabilitas 0,90, serta menggunakan kuesioner Angina Frequency yang diadaptasi dari SAQ yang terdiri dari 2 item pertanyaan dengan nilai validitas r=0,83–0,93, p<0,01 dan reliabilitas 0,699. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil. Hasil dari penelitian ini menunjukan 62,1% pasien SKA mengalami depresi. Berdasarkan tingkatanya didapatkan depresi ringan 34,4%, sedang 23,3%, dan berat 4,4%, serta 34,5% pasien SKA mengalami angina berulang. Simpulan. Berdasarkan frekuensi didapatkan frekuensi angina ringan 18,9%, sedang 7,8%, dan berat 7,8%. Diharapkan penelitian ini menjadi masukan dalam proses pengkajian keperawatan dalam medeteksi dini gejala depresi dan pemberian asuhan keperawatan khusus dalam menangani depresi yang dapat memicu angina pada pasien SKA. Kata kunci: Depresi, frekuensi angina, sindrom koroner akut
48
HUBUNGAN TINGKAT ODOR PADA LUKA KANKER SERVIKS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER SERVIKS Evie Pratiwi, Wiwi Mardiah Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Pasien kanker serviks mengalami luka kanker (fungating malignant wound). Luka kanker memberikan gejala yang khas, salah satu gejala yang sering dirasakan adalah bau (odor). Odor akan memberikan dampak ke berbagai aspek kehidupan yang akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat odor pada luka kanker serviks dengan kualitas hidup. Metode. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif korelasional, menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 36 responden, dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Data diambil menggunakan instrumen odor scale (Sucker, K,et al,2007) dan instrumen kualitas hidup yang dikembangkan peneliti dengan berpedoman kepada instrumen WHOQOL_BREF. Data disajikan dalam bentuk deskriptif untuk setiap variabelnya dan uji korelasi menggunakan uji Spearman. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar responden memiliki odor tingkat 3, lebih dari setengah responden memiliki kualitas hidup tingkat 2 dan terdapat hubungan antara tingkat odor pada luka kanker serviks dengan kualitas hidup dengan nilai korelasi sebesar 0,429 dan nilai p hitung = 0.009. Simpulan. Odor akan berdampak terhadap kualitas hidup sehingga perawat ataupun pihak rumah sakit harus memberikan intervensi yang dapat menurunkan odor sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks. Kata kunci: Bau / odor, luka kanker serviks, kualitas hidup
49
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PERAWATAN LUKA DI KLINIK PERAWATAN LUKA JAKARTA TIMUR Dian Andriani, Afif Amir Amrullah Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan. Penggunan modern dressing dalam perawatan luka infeksi dapat menyebabkan waktu penyembuhan kurang dari 3 bulan..Adanya waktu penyembuhan lebih lama diantaranya dapat disebabkan infeksi silang . Untuk mencegah infeksi silang dalam perawatan luka perawat harus melakukan tindakan sesuai standar prosedur ,termasuk penggunaan APD. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan APD selama perawatan luka di klinik perawatan luka. Metode. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode observasional terhadap 42 kegiatan perawatan luka basah dan kotor yang dilakukan oleh 5 orang perawat,selama satu bulan.Observasi meliputi kelengkapan penggunaan APD dalam perawatan luka Hasil. Hasil penelitian menunjukan pemakaian APD kacamata /googles 47 %, masker hidung dan mulut 57 % gaun 83 %, apron 63 %.sarung tangan steril 0%, sarung tangan bersih 100%. Adapun alasan tidak menggunakan alat adalah tidak tersedianya peralatan, khawatir menyinggung pasien yang mempunyai luka berbau,sudah menggunakan memakai kacamata dan sudah terbiasa. Simpulan. Kesimpulan penggunaan APD belum digunakan sepenuhnya.Saran perlu melengkapi ketersediaan alat dan penyadaran tentang manfaat APD Kata kunci: APD, Perawatan luka
50