1
SIMBOL DALAM CERITA RAKYAT MUNA (KAJIAN SEMIOTIK) KASRIANI
[email protected] ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah makna simbol-simbol yang terdapat dalam Cerita Rakyat Muna? Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbol- simbol yang terdapat dalam cerita rakyat Muna. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat (a) Sebagai salah satu bahan informasi ilmiah tentang cerita rakyat Muna, (b) Sebagai salah satu bahan untuk memperkaya referensi dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang sastra daerah, (c) Sebagai salah satu bahan untuk memotivasi masyarakat untuk melestarikan sastra daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah jenis penelitian kepustakaan, dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah simbol-simbol yang terdapat dalam cerita rakyat Muna (1) cerita La Sirimbone, (2) cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah, (3) cerita Lancudu Bale, (4) cerita Randasitagi dan Wairiwondu, dan (5) cerita Kera dan Kura-kura. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik baca-catat. Untuk menganalisis data dalam penelitian digunakan pendekatan semiotik. Hasil analisis data penelitian ini adalah a) Cerita rakyat Muna yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik mengandung beberapa simbol. Simbol-simbol dalam cerita rakyat Muna tersebut adalah sebagai berikut: 1) ketupat sebagai simbol bekal hidup, 2) gunung dan lembah sebagai simbol masalah dan rintangan, 3) cincin dan kalung sebagai simbol kebulatan tekad, 4) keris sebagai simbol keberanian, kesaktian, dan kekuatan, 5) sungai sebagai simbol kebebasan, 6) ikan gabus sebagai simbol pemuda tampan, 7) kapak sebagai simbol penderitaan, 8) mahligai sebagai simbol kebahagiaan sejati, pohon sebagai simbol kemakmuran, 9) kali sebagai simbol kebebasan, 10) ikan lancudu sebagai simbol rezeki, 11) pohon sebagai simbol kemakmuran, 12) angin kencang sebagai simbol peringatan, 12) tembakan meriam sebagai simbol penghormatan dan kemenangan, 13) ayam jantan sebagai simbol keutamaan, jagoan, 14) kokok ayam sebagai simbol pemberitahuan, 15) kera sebagai simbol ketamakan, kerakusan, 16) ranjau sebagai simbol jebakan, dan 17) gong sebagai simbol pemberitahuan. b) Simbol dalam cerita rakyat Muna dengan pendekatan semiotik seperti pada penelitian ini sangat relevan dan memeliki konstribusi yang penting dan berharga terhadap upaya pencapaian tujuan pembelajaran sastra (cerita rakyat) di sekolah khususnya di SMA kelas XII pada kompetensi dasar dengan materi pokok sebagai berikut pengenalan struktur isi teks cerita sejarah, pengenalan ciri bahasa teks cerita sejarah, pengenalan kaidah teks cerita sejarah, pemahaman isi teks sejarah, makna kata, istilah, ungkapan dalam teks cerita sejarah. Kata Kunci: Simbol, Cerita Rakyat Muna, Semiotik.
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
2
Pendahuluan Sastra daerah merupakan salah satu aset budaya dan terlahir dari masyarakat serta kelestariannya ditentukan oleh masyarakat daerah yang bersangkutan. Sastra daerah sebagai salah satu kekayaan daerah akan memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perkembangan sastra di daerah dan Indonesia pada umumnya, baik itu sastra lisan maupun tulisan. Cerita rakyat Muna merupakan salah satu sastra lisan yang berasal dari Kabupaten Muna yang merupakan sebuah pulau yang terletak di Sulawesi Tenggara yang dihuni oleh sekelompok suku yang dikenal dengan suku Muna. Cerita rakyat Muna tersebar melalui masyarakat pendukungnya yang menceritakan cerita rakyat mereka dari mulut ke mulut. Cerita rakyat Muna dalam bahasa Muna disebut tula-tula. Salah satunya adalah cerita La Sirimbone. Cerita La Sirimbone menceritakan tentang kehidupan seorang anak laki-laki yang bernama La Sirimbone yang tinggal bersama ibunya yang bernama Wa Roe. Ayahnya La Sirimbone telah meninggal, dan ibunya tersebut telah menikah lagi dengan seorang laki-laki yang bernama La Patamba. Setelah beberapa lama menikah La Patamba mulai membenci La Sirimbone. Dia pun menyuruh istrinya untuk mengusir La Sirimbone. Wa Roe bersedih hati memikirkan anaknya. Sambil membuat ketupat dengan bekal yang lainnya, air matanya berjatuhan. Masih pagi sekali mereka sudah berangkat, ia mengantar anaknya. Dari kutipan cerita di atas terdapat beberapa simbol. Salah satunya adalah ketupat. Ketupat dalam cerita di atas disimbolkan sebagai bekal hidup. Ketupat pada umumnya adalah makanan yang khusus dibuat pada waktu-waktu tertentu atau ketika hendak melakukan perjalanan dengan tujun untuk dijadikan bekal. Ketupat dalam cerita ini tidak hanya sebagai bekal bagi La Sirimbone agar tidak kelaparan selama dalam perjalanan. Ketupat dalam konteks ini mempunyai makna yang lebih dari sekedar pengganjal perut. Ketupat di sini merupakan simbol yang bermakna sebagai bekal hidup. Dalam hal ini telah jelas bahwa dalam cerita rakyat banyak simbol-simbol yang maknanya belum dipahami oleh masyarakat, dan harus diakui pula bahwa minat dan perhatian masyarakat sangat rendah terhadap cerita rakyat. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang makna yang terkandung dalam cerita rakyat karena dalam cerita rakyat sangat banyak simbol-simbol, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makna dari cerita rakyat untuk membangun karakter manusia yang berbudaya, kurangnya minat baca terhadap cerita rakyat, dan kurangnya usaha untuk melestarikannya, serta dengan perkembangan ilmu dan teknologi juga dapat mempengaruhi perkembangan sastra daerah khususnya cerita rakyat Muna karena banyaknya cerita-cerita dari luar seperti cerita Cinderella dan putri salju, yang beredar dan ditayangkan di berbagai media elektronik. Untuk menangkap dan memahami isi dari suatu karya sastra, baik itu sastra lisan maupun tulisan, bisa digunakan beberapa teori, diantaranya adalah strukturalisme, semiotik, formalisme, feminisme, dekonstruksi, postkolonialisme, dan sebagainya. Berkaitan dengan memahami simbol-simbol dan makna dari sebuah karya sastra khususnya cerita rakyat, maka teori semiotik dianggap tepat untuk mengkaji teks-teks karya sastra.
Oleh karena penelitian terdahulu belum ada yang mengkaji tentang simbol dalam cerita rakyat Muna, maka peneliti akan mengfokuskan penelitian pada aspek tersebut sebagai usaha untuk memahami makna simbol karena dalam cerita rakyat Muna sangat banyak simbol yang maknanya belum dimengerti dan Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
3
makna tersebut dapat membangun karakter manusia agar lebih baik, dan juga untuk melestarikan sastra lisan Muna karena banyak masyarakat Muna yang berada di luar pulau Muna yang sudah melupakan sastra lisan Khususnya cerita rakyat yang berasal dari daerah mereka sendiri. Maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap cerita rakyat Muna untuk menghidupkan kambali kekayaan daerah tersebut. Metodologi Penelitian Suku Muna merupakan penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Muna. Dalam masyarakat Muna, merantau merupakan kebiasaan yang sering dilakukan. Kebiasaan ini membawa berbagai informasi dan membuka wawasan masyarakat Muna untuk lebih maju dalam pola kehidupan sosial dan budayanya. Satu hal yang masih tetap dipertahankan dalam masyarakat Muna hingga saat ini yakni sistem gotong royong, baik dalam kegiatan untuk kepentingan masyarakat umum maupun kepentingan kerabat terdekat. Selain itu, masyarakat Muna juga mempunyai kebiasaan menyumbangkan sebagian hartanya untuk keluarga yang melangsungkan sebuah hajatan. Jenis penelitian dalam mengumpulkan data adalah penelitian kepustakaan (library research) dikatakan penelitian kepustakaan karena penelitian ini di dukung oleh referensi berupa naskah cerita rakyat Muna dan sumber buku penunjang lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode pelukisan sesuatu hal, metode ini digunakan untuk melaporkan atau memaparkan secara keseluruhan hasil analisis yang telah dilakukan. Pendeskripsian tersebut sesuai dengan penafsiran dan pemahaman peneliti dengan berdasarkan landasan teori dalam penelitian ini. Dikatakan kualitatif karena bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Penelitian ini mendeskripsikan data yang dianalisis berupa simbol dalam cerita rakyat Muna. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data tertulis berupa teks cerita yang memuat tentang simbol dalam buku Cerita rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara karya Abd Rasyid. Secara keseluruhan, cerita yang terdapat dalam buku cerita tersebut berjumlah 35 judul cerita. Dari judul cerita yang ada, dipilih 5 judul. Adapun judul-judul cerita yang dipilih adalah: 1. La Sirimbone 2. Bangun Hijau dan Bangun Merah 3. Lancudu Bale 4. Randasitagin dan Wairiwondu 5. Kera dan Kura-kura Peneliti memilih 5 judul di atas karena pada 5 judul cerita itu sudah hampir terlupakan oleh masyarakat pendukungnya, dan peneliti ingin melestarikan kembali cerita rakyat Muna. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara karya Abd.Rasyid, yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
4
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta tahun 1998 dengan jumlah halaman 144. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik baca-catat karena sumber datanya berupa teks. Teknik baca maksudnya adalah membaca dan menelaah teks Cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara karya Abd. Rasyid. Teknik catat adalah mencatat data-data tentang simbol yang diperoleh dari hasil pambacaan buku tersebut. Teknik baca-catat dengan urutan sebagai berikut: 1. Membaca buku Cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara karya Abd. Rasyid 2. Mencatat seluruh data hasil pembacaan yang berhubungan dengan simbol yang ada dalam cerita rakyat Muna yang sudah diberi kode. 3. Mengidentifikasi data berdasarkan hasil penelitian. Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik. Dalam kaitannya dengan proses pemaknaan, khususnya dalam pemaknaan teks perlu adanya alat yang harus digunakan untuk membedah dan menemukan makna yang terkandung di dalamnya, salah satu alat pemaknaan yang dimaksud dalam konteks ilmu sastra adalah semiotik. Teori semiotik merupakan teori yang berperan dalam mengkaji tanda yang kemudian dapat memberikan makna dari tanda. Untuk mengetahui simbol suatu karya sastra perlu diterapkan teknik semiotika berdasarkan triadik Peirce, sebagai berikut: Interpretan
representamen
object
menurut Pierce (dalam Nurgiyantoro, 2010: 41) sebuah tanda yang disebutnya sebagai representamen haruslah mengacu sesuatu yang disebutnya sebagai objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan, tanda baru dapat berfungsi bila diinterprestasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan. Jadi interpretan ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda, artinya tanda dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman dapat terjadi berkat ground yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Selengkapnya, teknik analisis semiotik akan dilakukan adalah dengan menggunakan tahap-tahap sebagi berikut: 1. Analisis naratif dasar yang menyajikan semacam sinopsis dari struktur narasi secara keseluruhan. 2. Analisis signifier utama yang bertujuan untuk memberi pencerahan tanda (sign) apa yang merupakan microcosm dari sistem semiotik keseluruhan teks. Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
5
3. Analisis makna simbol, yaitu menjabarkan makna simbol simbol dalam bentuk kutipan yang akan dipaparkan dalam bentuk pembahasan. Untuk menguji keabsahan data empiris dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yang dapat digunakan menurut Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) meliputi: a) trianggulasi data, b) trianggulasi peneliti, c) trianggulasi metodologis, dan d) trianggulasi teoretis. Trianggulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah trianggulasi teoretis. Teknik trianggulasi teoretis menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh karena itu, dalam melakukan jenis trianggulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehingga mampu menghasilkan simpulan yang akurat. Hasil Penelitian Skema Naratif Dasar Skema naratif dasar merupakan sinopsis dari struktur setiap cerita secara keseluruhan. Skema Naratif Dasar Cerita La Sirimbone Tinggallah seorang wanita, Wa Roe namanya, bersama dengan seorang anak laki-lakinya, La Sirimbone namanya. La Patamba berkeinginan untuk mengawini Wa Roe. La Sirimbone mulai dibenci bapak tirinya, bahkan La Patamba mulai menyuruh istrinya untuk membuang anaknya, La Sirimbone. Wa Roe bersedih hati memikirkan anaknya, sambil membuat ketupat dengan bekal yang lainnya, air matanya berjatuhan. Masih pagi sekali Wa Roe mengantar La Sirimbone. La Sirimbone gemetar melihat raksasa. Raksasa menggendong La Sirimbone, lalu dinaikkannya di rumah dan dikunci dalam kamar. La Sirimbone meminta agar bermain di tanah. La Sirimbone kembali meminta panah pada raksasa perempuan. La Sirimbone memanah sembarang binatang yang ia lihat. La Sirimbone memberitahu raksasa perempuan agar dibuatkan bubuk untuk dipasang di kali. La Sirimbone melihat jin sedang mengangkat bubuknya. La Sirimbone cepat melompat dan bergantung pada bulu jenggot jin itu. Pada suatu waktu La Sirimbone pergi lagi memasang bubuknya, ia melihat rumah di negeri seberang. Sesampainya La Sirimbone di rumah itu, penghuninya hanya seorang gadis, namanya Wa Ngkuworio. La Sirimbone menyelamatkan Wa Ngkuworio. La Sirimbone gembira karena kawin dengan anak raja. Skema Naratif Dasar Cerita Bangun Merah dan Bangun hijau Ada seorang gadis remaja tinggal di sebuah rumah berdua dengan bapaknya karena ibunya sudah meninggal, namanya Bangun Hijau.
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
6
Si Bangun Hijau mempunyai teman akrab yang umurnya sebaya dengannya, namanya Bangun Merah. Suatu ketika sedang mereka bermain-main berkatalah Bangun Merah memberitahukan Bangun Hijau supaya orang tua mereka dikawinkan supaya lebih akrab persahabatan mereka dan kekal selama-lamanya Sesudah ayah Bangun Hijau kawin dengan ibu Bangun Merah, mulailah Bangun Hijau merasakan kesusahan dan kesengsaraan disebabkan ulah ibu tirinya. Suatu ketika Bangun Hijau pergi mengambil air di sungai, dan ia menangkap seekor ikan gabus. Suatu waktu bapak Bangun Hijau beserta ibu tirinya turun ke sungai membawa kapak dan loyang untuk tempat ikan Bangun Hijau. Orang tua Bangun Hijau langsung memasaknya. lalu disembunyikan tulang-tulangnya di dalam abu dapur supaya tidak di ketahui oleh Bangun Hijau. Beberapa lamanya Bangun Hiaju mendapat berita bahwa yang mengambil ikannya ialah bapaknya. Bangun Hiaju membersihkan dapur itu, ditemukanlah tulang ikan tertanam di abu dapur itu. Diambilnyalah tulang ikan itu, lalu ia naik ke bukit untuk menanamnya. Dari jauh dilihatnyalah sebuah istana berdiri tegak di tempat tulang ikan itu tertanam, dilihatnya pula seorang pemuda yang tampan. Bangun Hiaju tinggal menetap di mahligai itu karena telah menjadi istri anak raja itu. Skema Naratif Dasar Cerita Lancudu Bale Ada dua orang kakak beradik, Wa Aka dan adiknya Wa Andi, mereka hidup dalam asuhan ibu tiri. Suatu ketika kakak beradik pergi menghibur hatinya ke kali, Wa Aka mendapat ikan lancudu, dipeliharanya di dalam sebuah lubang batu. Ayah Wa Aka mengambil kapaknya, lalu pergi ke sungai mencari ikan yang dipelihara oleh kedua anaknya itu. Tiba di rumah, ikan dimasak oleh istrinya, tulang-tulangnya disembunyikan di bawah dapur. . Ketika Wa Aka mencari tulang ikan itu di bawah dapur, ia menemukan tulang-tulang ikan yang bentuknya panjang-panjang. Tulang-tulang ikan itu ditanam di dalam hutan. Tulang-tulang itu tumbuh menjadi sebatang pohon. Raja berangkat masuk hutan ingin menyaksikan kejadian yang ajaib bahwa di samping pohon ajaib itu didapati pula dua orang gadis pemilik pohon ajaib yang tinggal di tengah-tengah hutan rimba. Raja tertarik pada kecantikan kedua kakak beradik itu sehingga keduanya dikawininya dan dibuatkan dua istana di dalam hutan lebat itu. Berangkatlah ayah dan ibu tiri Wa Aka mencari kedua anaknya, masuk hutan keluar hutan. Suasana haru dan mengesankan dalam pertemuan anak dengan ayah yang tidak terduga. Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
7
Skema Naratif Dasar Cerita Randasitagi dan Wairiwondu Randasitagi bermimpi di dalam tidurnya berjalan di lautan es bertemu dengan seorang putri yang bernama Wairiwondu. raja memanggil ahli nujum untuk menujumkan bagaimana takwil mimpi anaknya itu. Berangkatlah Randasitagi dan pengikutnya mencari putri Wairiwondu dibekali dengan ketupat empat puluh buah serta telur satu bakul. Tinggallah Randasitagi seorang diri terapung-apung di atas laut es itu. Raja memerintahkan kepada rakyatnya membawakan perahu emas dilengkapi dengan makanan lezat untuk orang yang terapung-apung itu. Randasitag menceritakan perihalnya sampai ia berada di negeri itu. Dikawinkannya Randasitagi dengan putrinya yang bernama Wairiwondu. Randasitagi bermohon kepada raja dan permaisuri agar ia diluaskan kembali ke negeri orang tuanya. Belum berapa jauh perahu mereka berlayar, matilah semua pengikutnya di atas perahu tumpangannya itu. Beberapa lama mereka itu berlayar, dilihatnya pula buah mangga yang sudah cukup masak. Baru saja mangga itu dipegangnya. Randasitagi terus diterbangkan oleh angin kencang ke bulan, dan gelap gulitalah. Wakinamboro langsung turun ke dalam perahu tumpangan Wairiwondu. Wakinamboro membuang pula tubuh Wairiwondu ke dalam laut, untunglah Wairiwondu tidak tenggelam ke dalam laut. Tiada berapa lama mereka berlayar sampailah di pelabuhan negeri ayah Randasitagi. Dikirimnyalah usungan emas untuk dinaiki istri Randasitagi. Sebenarnya ketika Wairiwondu dijatuhkan ke laut, ia dalam keadaan mengandung. Tidak lama kemudian lahirlah anaknya, laki-laki kembar dengan seekor ayam jantan. Suatu ketika Randasitagi menyuruh panggil Randakasia untuk menyabung ayam mereka. Ketika Randakasia pulang ke rumahnya, tidak diketahuinya kalau Randasitagi mengikutinya dari belakang sampai ke rumah kediamannya. Wairiwondu memandang orang yang datang itu karena tidak lain ialah suaminya. Randasitagi membuat rumah ijuk dan membakar Wakinamboro di rumah tersebut. Akhinya hiduplah Randasitagi dan Wairiwondu serta anaknya dengan rasa bahagia di istana mereka. Skema Naratif Dasar Cerita Kera dan Kura-Kura Kera dan kura-kura melihat sebatang pisang terapung-apung yang dibawa banjir. Batang pisang itu diambil, lalu di bagi oleh kera dan kura-kura untuk di tanam. Kera menanam ujungya, kura-kura menanam pangkalnya. Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
8
Tanaman pisang kera itu mati, sedangkan pohon pisang kura-kura sudah mulai berbuah. Kura-kura memanggil kera dan dimintai bantuan untuk memanjatkan pisangnya. Kera sudah sampai di atas, mulailah ia memetik pisang-pisang itu, lalu dikupasnya dan dimakan dengan lahapnya. Kera hanya menjatuhklan kulitnya kepada kura-kura. Timbullah rasa jengkel kura-kura karena merasa haknya sudah dirampas. Kura-kura potong bambu yang sudah diruncingkan ujungnya, ditancapkannya di tempat yang berumput di sekeliling pohon pisangnya. Ranjau yang dipasang oleh kura-kura tepat mengenai perut kera dan mampuslah. Kura-kura cepat-cepat mengambil tabung bambu lalu ditampungnya darah kera yang mengalir deras, itu kemudian dipikulnya sambil berjalan dan bernyanyi-nyanyi menawarkan jualannya. Dihadapan raja, kura-kura mengakui bahwa sebenarnya, bukan gula yang dijualnya melainkan darah kera. Raja menjatuhkan hukuman pancung kepada kura-kura. Dibaringkanlah kura-kura itu dan berbantal pada paha raja. Pedang yang kerasnya mengenai paha raja hingga putus, yang menyebabkan kematian raja. Analisis Jenis Sign Analisis jenis sign merupakan hal penting dalam menggali makna. Analisis ini bertujuan untuk mencari manakah yang merupakan signifier-signifier yang dapat merepsentasikan simbol-simbol dari 5 cerira rakyat Signifier dalam cerita La Sirimbone Signifier utama dalam cerita La Sirimbone adalah pada bagian ketika La Sirimbone membisikkan kerisnya untuk masuk ke dalam perut ular naga. Keris dalam cerita ini merupakan indeks dari keberanian, kekuatan dan kesaktian yang dimiliki oleh La Sirimbone. Signifier dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah Signifier utama dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah adalah pada saat Bangun Hijau pergi mengambil air di sungai. Sungai dalam cerita ini merupakan simbol kebebasan yang diinginkan oleh Bangun Hijau. Ia ingin bebas dari siksaan ibu tirinya yang sangat membenci Bangun hijau. Dalam sungai pula Bangun Hijau menangkap seekor ikan gabus. Hal ini pula menjelaskan bahwa kebebasan yang didapatkan bangun Hijau membuat dia bertemu dengan seorang pemuda tampan. Signifier dalam cerita Lancudu Bale Signifier utama dalam cerita Lancudu Bale ialah ketika Wa Aka mendapat ikan lancudu. Mendapatkan Ikan Lancudu merupakan index suatu reze ki yang didapatkan oleh Wa Aka. Keadaan ini menjelaskan bahwa karena Wa Aka mendapatkan dan menanam tulang ikan lancudu itu, Wa Aka bisa bertemu dengan raja dan menikah dengan raja dengan segala kemewahan dan kemegahan. inilah rezeki yang di dapatkan Wa Aka karena mendapatkan ikan Lancudu.
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
9
Signifier dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu Signifier utama dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu adalah ketika ayam Randakasia selalu berkokok kalau mulai belaga, “kangkuraaaooo, ibuku Wairiwondu, ayahku Randasitagi!”. Kokokkan merupakan simbol adanya pemberitahuan suatu peristiwa penting. Dengan kokokan ayam itu, orang-orang dapat mengetahui peritiwa penting bahwa Randakasia sebenarnya putra dari Randasitagi dan Wairiwondu. Signifier dalam cerita Kera dan Kura-kura Cerita Kera dan Kura-kura memiliki signifier utama pada bagian ketika kera mengambil ujungn pohon pisang karena tentu lekas berbuah dan pangkalnya diberikan kepada kura-kura. Tindakan itu adalah indeks adanya hasrat yang tersembunyi oleh kera yang ingin memakan sendiri buah pisang. Hal ini tercermin dalam isi cerita di mana kera memakan semua buah pisang kura-kura dan hanya membuangkan kulit pisang untuk kura-kura. Analisis makna simbol Dari 5 judul cerita yang dipilih, terdapat beberapa simbol yang memiliki makna yang penting. Simbol-simbol itu akan dianalisis untuk mengungkapkan makna yang ada di balik teks naratif secara keseluruhan. Analisis makna simbol ini dilakukan secara satu persatu terhadap 5 cerita rakyat. Simbol yang terdapat dalam 5 cerita rakyat merupakan inti dari proses pemaknaan pada teks. Langkah yang akan dilakukan dalam menguraikan makna simbol tersebut adalah dengan menentukan terlebih dahulu simbol-simbol yang terdapat pada masing-masing cerita rakyat. Langkah selajutnya adalah menjabarkan makna dari simbol-simbol tersebut. Simbol-simbol yang terdapat dalam cerita rakyat Muna Ada beberapa simbol yang ditemukan dalam 5 cerita rakyat Muna. Simbol-simbol itu masing-masing memiliki makna sesuai dengan konteks cerita. Berikut ini akan dideskripsikan simbol-simbol beserta makna yang terdapat dalam cerita rakyat Muna melalui tabel 1.
No 1
2
Tabel 1 Deskripsi Makna Simbol dalam Cerita Rakyat Muna Judul Cerita Simbol Makna La Sirimbone - Ketupat - Bekal hidup - Gunung dan lembah - Masalah dan rintangan - Cincin dan kalung - Kebulatan tekad - Keris -Keberanian, kesaktian, dan kekuatan Bangun Hijau dan - Sungai - Kebebasan Bangun Merah - Ikan gabus - Pemuda tampan - Kapak - Penderitaan - Mahligai - Kebahagiaan sejati
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
10
3
Lancudu Bale
4
Randasitagi Wairiwondu
- Kali - Ikan lancudu - kapak - Pohon dan - Ketupat - Angin kencang - Tembakan meriam - Ayam jantan - Kokok ayam
5
Kera dan Kura-kura
- Kera - Ranjau - Gong
- Kebebasan - Rezeki - Penderitaan - Kemakmuran - Bekal hidup -peringatan. - Penghormatan dan kemenangan - Keutamaan, jagoan. - Pemberitahuan -Ketamakan, kerakusan - Jebakan - Pemberitahuan
Penjabaran makna simbol yang terdapat dalam cerita rakyat Muna Cerita La Sirimbone Cerita La Sirimbone mengandung beberapa simbol. Dalam analisis cerita, ditemukan empat simbol yang dianggap dapat mewakili keseluruhan isi cerita ini. Simbol-simbol tersebut adalah ketupat, gunung dan lembah, cincin dan kalung, dan keris. Keempat simbol tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Ketupat adalah simbol bekal hidup. Dalam cerita La Sirimbone, ketupat disimbolkan sebagai bekal hidup. Ketupat pada umumnya adalah makanan yang khusus dibuat pada waktu-waktu tertentu atau ketika hendak melakukan perjalanan dengan tujuan untuk dijadikan bekal. Perlunya menyiapkan bekal agar tidak mengalami kesusahan pada saat berada dalam perjalanan. Ketupat dalam cerita La Sirimbone tidak hanya sebagai bekal bagi La Sirimbone agar tidak kelaparan selama dalam perjalanan. Ketupat dalam konteks ini mempunyai makna yang lebih dari sekedar pengganjal perut. Ketupat di sini merupakan simbol yang bermakna sebagai bekal hidup karena dalam kehidupan jika manusia tidak mempunyai bekal yang cukup maka manusia akan kesusahan. Hidup manusia akan menderita jika tak mempunyai bekal hidup. Jadi semua manusia harus mempersiapkan sebaik mungkin bekal hidup mereka agar hidup bahagia dan sejahtera. b. Gunung dan lembah adalah simbol masalah dan rintangan. Gunung dan lembah dapat dimaknai sebagai masalah dan rintangan yang harus dilalui oleh La Sirimbone. Gunung dan lembah merupakan tempat yang tinggi yang bisa dilewati dengan cara mendaki yang menyimbolkan perlunya usaha manusia sendiri dalam mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya. Untuk dapat sampai ke gunung dan lembah , maka perlu suatu sikap kehati-hatian. Tidak sedikit orang yang tergelincir ketika mendaki gunung karena kurang kehati-hatian yang mengakibatkan celaka bagi diri sendiri. Dalam cerita La Sirimbone terdapat satu peristiwa di mana La Sirimbone harus melewati tujuh gunung dan tujuh lembah untuk mencari tempat tinggal karena telah di usir oleh ayah tirinya. Untuk
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
11
sampai ke tempat tujuannya La Sirimbone harus melewati gunung dan lembah. Dalam kehidupan selalu ada masalah dan rintangan. Manusia harus selalu berhatihati dalam menghadapi masalah dan manusia juga harus mampu menghadapi masalah dengan bijaksana agar tidak salah mengambil keputusan dan mampu keluar dari keterpurukan masalah yang dihadapi. c. Cincin dan kalung adalah simbol kebulatan tekad. Cincin dan kalung dalam teks cerita La Sirimbone merupakan simbol yang bermakna kebulatan tekad. Cincin dan kalung yang bentuknya melingkar merupakan simbol kebulatan yang tidak pernah putus dan tidak ada akhirnya. Cincin dan kalung yang dimiliki oleh La Sirimbone bermakna kebulatan tekad yang dimiliki oleh La Sirimbone untuk pergi ke negeri seberang, dan di sana dia bertemu Wa Ngkuworio yang hampir menjadi makanan bagi ular naga. Karena kebulatan teked La Sirimbone, dia berhasil menyelamatkan Wa Ngkuworio. Dalam kehidupan Semua orang harus mempunyai tekad yang bulat karena dengan tekad yang kuat kita bisa menggapai semua keinginan yang kita inginkan. Tekad yang kuat membuat kita selalu kuat dan sungguh-sungguh dalam menjalani hidup. d. Keris adalah simbol keberanian, kesaktian, dan kekuatan. Dalam teks cerita, keris merupakan simbol keberanian, kesaktian, dan kekuatan. Keris yang bahannya terbuat dari batu yang runcing sangat berbahaya bagi manusia apalagi digunakan secara salah. Namun, bila tepat guna, tentu dapat melindungi diri dari berbagai bahaya. Keris dipakai sebagai andalan para kesatria maupun dalam berperang. Dalam cerita La Sirimbone, keris merupakan senjatata sekaligus sumber keberanian, kesaktian dan kekuatan La Sirimbone. Manusia, agar selamat dari tipu daya sesamanya dan dari segala bahaya maka hendaknya memiliki pikiran tajam, dapat menghadapi bermacam-macam situasi lalu bertindak dengan cepat, tepat, tangkas, dan ulet. Demikianlah yang digambarkan dalam cerita La Sirimbone. Bagaimana La Sirimbone dalam menghadapi ular naga. Semua orang harus mempunyai keberanian, kesaktian dan kekuatan, karena keberanian, kesaktian dan kekuatan yang dimiliki kita bisa mengalahkan musuh dan bisa menjaga diri serta melindungi orang-orang disekitar kita. Cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah Dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah, mengandung beberapa simbol. Dalam analisis cerita, ditemukan empat simbol yang dianggap dapat mewakili keseluruhan isi cerita ini. Simbol-simbol tersebut adalah sungai, ikan gabus, kapak dan mahligai. Keempat simbol tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Sungai adalah simbol kebebasan. Sungai dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah menjadi simbol kebebasan. Sungai adalah gambaran tentang sesuatu yang panjang tidak diketahui batasnya. Sungai dalam cerita ini merupakan simbol kebebasan yang diinginkan oleh Bangun Hijau. Ia ingin bebas dari siksaan ibu tirinya yang sangat membenci Bangun Hijau. Dalam sungai pula Bangun Hijau menangkap seekor ikan gabus. Hal ini pula menjelaskan bahwa kebebasan yang didapatkan Bangun Hijau membuat dia bertemu dengan seorang pemuda tampan. Tidak sedikit manusia yang menjadi korban di dalam sungai. Di satu sisi, sungai dapat menjadi tempat hidup hewan-hewan , namun di sisi lain sungai merupakan ancaman yang dapat Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
12
merenggut nyawa. Untuk itu, setiap orang hendaknya bisa bersikap bijak atas kebebasan yang dimiliki. Kebebasan yang kita miliki jangan salah dipergunakan. Walaupun hidup bebas tetapi kita masih mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi agar hidup tidak berantakan dan damai. Jangan sampai kebebasan yang kita miliki menjadikan hidup kita berantakan karena salah pergaulan, maka manfaatkanlah kebebasan itu dengan hal-hal yang positif. b. Ikan gabus adalah simbol pemuda tampan. Ikan gabus dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah adalah simbol pemuda tampan. Semua orang pasti menyukai orang yang parasnya menarik. Dalam kehidupan masyarakat, orang- orang sangat menyukai ikan gabus kerena rasanya sangat nikmat. Sebagaimana dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah, ikan bagus yang dimakan oleh keluarga Bangun Hijau dan tulangnya Bangun Hijau tanam berubah menjadi pemuda yang tampan, Bangun Hijau pun menikah dengan pemuda tersebut. Dalam hal ini, kita tidak boleh menilai seseorang dari fisik saja karena belum tentu orang yang baik fisiknya, baik pula akhlaknya. Begitu juga sebaliknya, orang yang fisiknya jelak, belum tentu akhlaknya jelek pula. c. Kapak adalah simbol penderitaan. Kapak merupakan benda yang keras dan tajam dan akan menyebabkan rasa sakit pada orang yang terkena kapak tersebut. Dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah, kapak ini yang dipakai oleh ayah Bangun Hijau untuk membunuh ikan gabus Bangun Hijau. Perlakuan inilah yang menyebabkan ikan gabus mati. Dalam konteks ini, kapak merupakan simbol penderitaan. Kapak yang keras dan tajam adalah gambaran tentang tindakan kekerasan yang selalu dirasakan oleh Bangun Hijau. Kesenangannya pun di renggut karena ikan kesayanganyya di bunuh oleh bapaknya dengan kapak. Pada dasarnya penderitaan adalah sesuatu yang menyakitkan dan mengganggu. Tapi dibalik semua itu Allah telah membuat rencana yang amat indah untuk kita jika kita bisa menghadapi penderitaan tersebut dengan sabar. d. Mahligai adalah simbol kebahagiaan sejati. Dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah disebutkan tentang suatu mahligai. Mahligai dalam teks dianggap sebagai simbol yang bermakna kenyamanan dan keindahan. Mahligai dapat diasosiasikan dengan surga, tempat segala kemuliaan dan kebahagiaan hakiki yang membuat setiap orang hendak mendatanginya. Mahligai merupakan tempat tinggal para raja dan putri-putri cantik. Para penghuni mahligai bukanlah orang biasa. Mereka mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Gambaran inilah yang dapat diambil mengenai mahligai yang ditemukan dalam cerita Bangun Hijau dan Bangun Merah. Bangun Hijau sebagai tokoh dalam cerita ini yang mengalami banyak penderitaan tetapi Bangun Hijau sangat kuat menghadapi penderitaan tersebut sehingga dia bisa tinggal di mahligai itu. Di mahligai itulah Bangun Hijau menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati ialah kebahagiaan yang didapatkan dengan hidup bersama orang-orang yang kita sayangi dengan penuh cinta kasih serta hidup berkecukupan tak kurang suatu apapun. Manusia bisa mendapatkan kebahagiaan sejati jika manusia selalu bersabar dan bersyukur terhadap apa yang dimilikinya.
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
13
Cerita Lancudu Bale Dalam cerita Lancudu Bale, mengandung beberapa simbol. Dalam analisis cerita, ditemukan empat simbol yang dianggap dapat mewakili keseluruhan isi cerita ini. Simbol-simbol tersebut adalah kali, ikan lancudu, kapak dan pohon. Keempat simbol tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Kali adalah simbol kebebasan. Kali dalam cerita Lancudu Bale menjadi simbol kebebasan. Kali adalah gambaran tentang sesuatu yang panjang tidak diketahui batasnya. Kali dalam cerita ini merupakan simbol kebebasan yang diinginkan oleh Wa Aka. Ia ingin bebas dari siksaan ibu tirinya yang sangat membencinya. Dalam sungai pula Wa Aka mendapat seekor ikan lancudu. Hal ini pula menjelaskan bahwa kebebasan yang didapatkan Wa Aka membuat dia bertemu dengan seorang raja. Tidak sedikit manusia yang menjadi korban di dalam kali. Di satu sisi, kali dapat menjadi tempat hidup hewan-hewan , namun di sisi lain kali merupakan ancaman yang dapat merenggut nyawa. Untuk itu, setiap orang hendaknya bisa bersikap bijak atas kebebasan yang dimiliki. Kebebasan yang kita miliki jangan salah dipergunakan. Walaupun hidup bebas tetapi kita masih mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi agar hidup tidak berantakan dan damai. Jangan sampai kebebasan yang kita miliki menjadikan hidup kita berantakan karena salah pergaulan, maka manfaatkanlah kebebasan itu dengan hal-hal yang positif. b. Ikan lancudu adalah simbol rezeki. Ikan lancudu dalam cerita Lancudu Bale adalah simbol rezeki. Di mana karena Wa Aka menanam tulang ikan lancudu sehingga tumbuh pohon ajaib yang manjadi tempat tinggal Wa Aka. Dalam kehidupan masyarakat nelayan,nelayan yang menemukan ikan dan dari hasil ikan tersebut dapat dapat membuat nelayan makmur, maka itu disebut rezeki. Inilah yang ditemukan dalam konteks cerita Lancudu Bale. Karena Wa aka mendapat ikan lancudu sehingga dia bisa tinggal di pohon ajaib dan menikah dengan raja. Rezeki yang kita dapatkan harus kita manfaatkan dengan baik agar bermanfaat untuk diri kita dan orang lain. Jangan menganggap bahwa rezeki itu semua milik kita, tapi kita harus berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. c. Kapak adalah simbol penderitaan. Kapak merupakan benda yang keras dan tajam dan akan menyebabkan rasa sakit pada orang yang terkena kapak tersebut. Dalam cerita Lancudu Bale, kapak ini yang dipakai oleh ayah Wa Aka untuk membunuh ikan lancudu. Perlakuan inilah yang menyebabkan ikan lancudu mati. Dalam konteks ini, kapak merupakan simbol penderitaan. Kapak yang keras dan tajam adalah gambaran tentang tindakan kekerasan yang selalu dirasakan oleh Wa Aka Kesenangannya pun di renggut karena ikan kesayanganyya di bunuh oleh ayahnya dengan kapak. Pada dasarnya penderitaan adalah sesuatu yang menyakitkan dan mengganggu. Tapi dibalik semua itu Allah telah membuat rencana yang amat indah untuk kita jika kita bisa menghadapi penderitaan tersebut dengan sabar. d. Pohon adalah simbol kemakmuran. Dalam cerita Lancudu Bale, Pohon adalah tempat Wa aka tinggal setelah pergi dari rumah. Karena pohon ajaib juga raja pergi ke dalam hutan untuk menyaksikan keajaiban pohon yang dimiliki Wa Aka. Karena raja tertarik Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
14
terhadap kecantikan Wa Aka dan raja pun menikahinya. Hidup mereka pun sangat makmur dengan penuh kemegahan dan kemewahan.Dalam konteks ini, pohon dianggap sebagai simbol yang bermakna kemakmuran. Pohon dalam kehidupan manusia sangat bermanfaat bagi manusia karena pohon dapat menjadi tempat tinggal hewan-hewan dan juga dapat menjadi sumber oksigen bagi manusia, sehingga tanpa oksigen manusia akan mati. Demikian pula dalam cerita Lancudu Bale, Wa Aka mendapat kehidupan baru yang makmur dengan menikah dengan raja karena pohon ajaib yang dimilikinya. Kemakmuran hidup bisa didapatkan jika kita bisa memanfaatkan semua yang kita miliki dengan tepat, tidak sombong dan peduli sesama, serta tidak boleh iri hati kepada orang lain yang lebih mampu. Cerita Randasitagi dan Wairiwondu Dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu, mengandung beberapa simbol. Dalam analisis cerita, ditemukan enam simbol yang dianggap dapat mewakili keseluruhan isi cerita ini. Simbol-simbol tersebut adalah ketupat, angin kencang, tembakan meriam, ayam jantan, kokok ayam, dan kayangan. Keenam simbol tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Ketupat adalah simbol bekal hidup. Dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu ketupat disimbolkan sebagai bekal hidup. Ketupat pada umumnya adalah makanan yang khusus dibuat pada waktu-waktu tertentu atau ketika hendak melakukan perjalanan dengan tujuan untuk dijadikan bekal. Perlunya menyiapkan bekal agar tidak mengalami kesusahan pada saat berada dalam perjalanan. Ketupat dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu tidak hanya sebagai bekal bagi Randasitagi agar tidak kelaparan selama dalam perjalanan. Ketupat dalam konteks ini mempunyai makna yang lebih dari sekedar pengganjal perut. Ketupat di sini merupakan simbol yang bermakna sebagai bekal hidup karena dalam kehidupan jika manusia tidak mempunyai bekal yang cukup maka manusia akan kesusahan. Hidup manusia akan menderita jika tak mempunyai bekal hidup. Jadi semua manusia harus mempersiapkan sebaik mungkin bekal hidup mereka agar hidup bahagia dan sejahtera. a. Angin kencang adalah simbol peringatan. Peristiwa angin kencang dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu, memisahkan Randasitagi dan Wairiwondu. Karena angin kencang pula Wakinamboro bisa turun ke perahu tumpangan Wairiwondu. Dalam cerita, diungkapkan bahwa Randasitagi memetik buah mangga, oleh karena itu datanglah angin kencang dan menerbangkan Randasitagi ke bulan. Berdasarkan pada peristiwa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa angin kencang dalam teks ini berarti bencana. Bencana itu kemudian menjadi hukuman bagi Randasitagi dan Wairiwondu atas sikap yang tidak mendengarkan nasehat ayah Wairiwondu. Angin kencang dimana-mana selalu membuat kegelisahan dan kecemasan bagi manusia yang dilandanya. Angin kencang selalu menjadi petanda buruk bagi sesuatu yang akan terjadi. Angin kencang merupakan peristiwa alam yang kejadiannya bukan atas kehendak manusia melainkan atas kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, angin kencang biasa juga diartikan sebagai peringatan dari Tuhan atas kelalaian yang telah dilakukan manusia. Karena manusia senang membuat
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
15
kerusakan maka Tuhan memberikan peringatan dengan mendatangkan bencana di bumi agar manusia mengingat Allah dan kembali ke jalan yang benar. b. Tembakkan meriam adalah simbol penghormatan dan kemenangan. Tembakan pada umumnya bermakna peringatan. Dapat pula bermakna adanya suatu perseteruan atau peperangan. Khusus dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu, suara meriam dimaknai sebagai salam perkenalan, penghormatan pada warga setempat, atau menyampaikan atau memberitahukan keberadaan diri. Ketika Randasitagi hendak memasuki istana milik ayahnya, ia mengeluarkan tembakan meriam sebanyak tiga kali. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberitahukan kedatangannya pada baginda raja sekaligus sebagai tanda bahwa kedatangannya membawa maksud baik. Jadi suara tembakan meriam dalam cerita ini menyimbolkan salam perkenalan, penghormatan dan pemberitahuan keberadaan diri. Tembakan meriam sebagai simbol penghormatan dan kemenangan dapat terjadi pada saat mengawali prosesi upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih dan sebagai elemen penyambutan tamu-tamu negara yang berdatangan ke istana. Tembakan meriam juga sebagai penghormatan bagi para pahlawan yang telah gugur untuk memperjuangkan Negara serta sebagai pengingat agar kita berhati-hati dimasa depan agar tidak terjadi lagi penindasan yang sangat kejam. c. Ayam jantan adalah simbol keutamaan, jagoan. Ayam jantan adalah unggas yang tidak dapat terbang, berjengger, berkokok dan bertaji. Dalam masyarakat, ayam jantan sering dijadikan sebagai persyaratan ritual. Pada berbagai upacara-upacara ritual, ayam jantan menjadi bagian yang penting. Dalam keadaan yang demikian, ayam jantan menjadi simbol keutamaan. Dalam konteks lain, ayam jantan dapat pula dimaknai sebagai jagoan karena ayam jantan sering dipakai untuk menyabung ayam. Orang-orang yang memiliki kekuasaan dan berilmu sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun suatu daerah. Inilah maksud ayam jantan sebagai simbol keutamaan, jagoan. Demikian pula dalam cerita Randasitagi dan Wairiwondu, ayam jantan di sini menyimbolkan keutamaan dan jagoan. Dikatakan sebagai simbol keutamaan dan jagoan karena hewan ini sering dipakai menyabung oleh Randakasia dan tidak pernah terkalahkan. Bahkan hewan ini pula yang membuka rahasia antara Randasitagi dan Wairiwondu yang sudah lama terpendam. d. Kokok ayam adalah simbol pemberitahuan. Ketika ayam Randakasia mulai berlaga, ayam itu selalu berkokok “kangkuraaaooo, ibuku Wairiwondu, ayahku Randasitagi!” Suara kokok ayam ini dianggap sebagai simbol yang bermakna memberitahukan atau mengabarkan peristiwa penting. Peristiwa ini sebagai usaha untuk memberitahukan kepada orang-orang bahwa Randakasia adalah putra Randasitagi dan Wairiwondu. Hal ini berkaitan pula dengan peristiwa kelahiran. Ketika seekor ayam hendak bertelur, maka suara kotek ayam akan terdengar terlebih dahulu untuk menandai peristiwa tersebut. Kokok ayam adalah simbol pemberitahuan karena pada saat menjelang pagi ayam selalu berkokok dan itu menandakan kepada manusia bahwa hari telah pagi, dan kokok ayam menjadi simbol pemberitahuan karena ayam selalu berkokok jika ada hal-hal yang mengancam. Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
16
Cerita Kera dan Kura-kura Dalam cerita Kera dan Kura-kura, mengandung beberapa simbol. Dalam analisis cerita, ditemukan tiga simbol yang dianggap dapat mewakili keseluruhan isi cerita ini. Simbol-simbol tersebut adalah kera, ranjau dan gong. Ketiga simbol tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Kera adalah simbol ketamakan, kerakusan Kera adalah hewan yang sangat rakus. Kera pada umumnya selalu mengambil tanaman manusia sehingga binatang ini menjadi simbol ketamakan dan kerakusan. Dalam cerita Kera dan Kura-kura, kera juga menyimbolkan ketamakan dan kerakusan hal ini dapat terlihat dari teks cerita dimana kera memakan semua pisang kura-kura dan menghabiskannya, yang diberikan kepada kura-kura hanya kulit pisangnya. Kera merupakan simbol kerakusan karena kera adalah hewan yang rakus yang selalu mencuri tanaman para petani, dan bagi masyarakat yang selalu merugikan dan merampas hak milik orang lain maka pasti akan dibenci dan dijauhi karena sangat merugikan orang lain. b. Ranjau adalah simbol jebakan. Ranjau adalah buluh yang ditancapkan di tanah untuk melukai kaki orang dan untuk membunuh binatang. Ketika orang hendak menangkap dan melumpuhkan hewan buruan misalnya, mereka biasanya melakukannya dengan cara memasang ranjau. Sama halnya dalam cerita Kera dan Kura-kura. Kura-kura memasang ranjau untuk menjebak kera, sehingga pada akhirnya kera pun mati karena melompat di ranjau yang dipasang kura-kura. Inilah makna ranjau sebagai simbol jebakan. Dengan memasang ranjau berarti kita membuat jebakan untuk melumpuhkan orang-orang yang jahat terhadap kita. Memasang ranjau sama halnya dengan kita berhati-hati dan mencegah sesuatu hal yang buruk terhadap kita. c. Gong adalah simbol pemberitahuan. Gong adalah alat musik pukul paling besar diantara peranti gamelan sejenis, berbentuk bundar dengan tonjolan di tengahnya (tempat memukul). Dalam cerita kera dan kura-kura ketika kura-kura memukul gong mengiringi lagunya, maka diketahuilah oleh raja bahwa kura-kura telah menipu raja. Bunyi gong inilah dianggap sebagai simbol yang bermakna memberitahukan atau mengabarkan peristiwa penting. Dalam kehidupan manusia, bunyi gong menandakan bahwa peristiwa penting dimulai. Misalnya, ketika masyarakat melakukan hajatan, maka dibunyikan gong menandakan bahwa sedang berlangsungmya acara hajatan. Relevansi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Pengajaran sastra adalah sebuah sistem yang keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor seperti, kurikulum, guru, buku sumber belajar, serta sarana dan prasarana yang terlibat di dalamnya. Pembelajaran sastra di sekolah pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra, sehingga mendorong mereka untuk mengetahui isi, bentuk, makna dan nilai, serta tujuan dan fungsi karya sastra. Pengajaran sastra dapat mendekatkan anak didik pada rasa peka dan cinta pada karya sastra sebagai cipta rasa seni. Dengan memahami
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
17
isi karya sastra, diharapkan peserta didik dapat memperoleh pengertian yang baik pada manusia dan kemanusiaan dengan memahami makna karya sastra tersebut. Kurikulum 2013 digunakan sebgai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah dalam hal ini, khususnya karya sastra cerita rakyat sebagai sastra yang lahir di daerah dan banyak menggunakan simbiol-simbol, bisa saja dijadikan materi pembelajaran dongeng di sekolah. Pembelajaran cerita rakyat berdasarkan Kurikulum 2013 terdapat pada kelas XII SMA semester 1, yaitu dengan kompetensi dasar menginterpretasi makna teks cerita sejarah baik secara lisan maupun tulisan (pemahaman isi teks cerita sejarah, makna kata, istilah, ungkapan dalam teks cerita sejarah). Kegiatan pembelajaran menyangkut kegiatan: Mengamati: Membaca teks tentang struktur dan kaidah teks cerita sejarah. Mempertanyakan: Bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaaan. Mengeksplorasi: Mencari dari berbagai sumber informasi tentang struktur dan kaidah teks cerita sejarah, menyimpulkan hal-hal terpenting dalam struktur dan kaidah teks cerita sejarah. Mengasosiasikan: mendiskusikan tentang struktur dan kaidah teks cerita sejarah, menyimpulkan halhal terpenting dalam struktur dan kaidah teks cerita sejarah. Mengomunikasikan: Menuliskan laporan kerja kelompok tentang struktur dan kaidah teks cerita sejarah, membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa lain memberikan tanggapan. Menginterpretasi: menginterpretasi makna teks cerita sejarah baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan Kurikulum 2013 hasil penelitian tentang Simbol dalam Cerita Rakyat Muna secara garis besar dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran di SMA kelas XII pada kompetensi dasar dengan materi pokok sebagai berikut pengenalan struktur isi teks cerita sejarah, pengenalan ciri bahasa teks cerita sejarah, pengenalan kaidah teks cerita sejarah, pemahaman isi teks sejarah, makna kata, istilah, ungkapan dalam teks cerita sejarah. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bab IV di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Cerita rakyat Muna yang dianalisis dengan menggunakan pendekatan semiotik mengandung beberapa simbol. Simbol-simbol tersebut erat kaitannya dengan hakikat cerita yang hendak disampaikan oleh penuturnya. Simbol-simbol dalam cerita rakyat Muna tersebut adalah sebagai berikut: 1) ketupat sebagai simbol bekal hidup, 2) gunung dan lembah sebagai simbol masalah dan rintangan, 3) cincin dan kalung sebagai simbol kebulatan tekad, 4) keris sebagai simbol keberanian, kesaktian, dan kekuatan, 5) sungai sebagai simbol kebebasan, 6) ikan gabus sebagai simbol pemuda tampan, 7) kapak sebagai simbol penderitaan, 8) mahligai sebagai simbol kebahagiaan sejati, pohon sebagai simbol kemakmuran, 9) kali sebagai simbol kebebasan, 10) ikan lancudu sebagai simbol rezeki, 11) pohon sebagai simbol kemakmuran, 12) angin kencang sebagai simbol peringatan, 12) tembakan meriam sebagai simbol penghormatan dan kemenangan, 13) ayam jantan sebagai simbol Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296
18
keutamaan, jagoan, 14) kokok ayam sebagai simbol pemberitahuan, 15) kera sebagai simbol ketamakan, kerakusan, 16) ranjau sebagai simbol jebakan, dan 17) gong sebagai simbol pemberitahuan. 2. Simbol dalam cerita rakyat Muna dengan pendekatan semiotik seperti pada penelitian ini sangat relevan dan memeliki konstribusi yang penting dan berharga terhadap upaya pencapaian tujuan pembelajaran sastra (cerita rakyat) di sekolah khususnya di SMA kelas XII pada kompetensi dasar dengan materi pokok sebagai berikut pengenalan struktur isi teks cerita sejarah, pengenalan ciri bahasa teks cerita sejarah, pengenalan kaidah teks cerita sejarah, pemahaman isi teks sejarah, makna kata, istilah, ungkapan dalam teks cerita sejarah. Saran Untuk memahami sebuah karya sastra sangat diperlukan penguasaan konsep mengenai teori-teori kesastraan. Khusus pada sapek penggalian makna simbol dalam sebuah karya sastra, teori semiotik sangat diperlukan dalam hal ini. Dalam kaitannya dengan proses pemaknaan pada sebuah karya sastra, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Mengingat pentingnya pengkajian simbol dalam cerita rakyat Muna kajian semiotik sebagai bahan masukan bagi guru dan siswa dalam pengembangan pembelajaran apresiasi cerita rakyat di sekolah, perlu penelitian lanjutan mengenai simbol dalam cerita rakyat Muna. Hasil dalam penelitian ini dapatlah dijadikan sebagai salah satu bahan acuan untuk itu. 2. Hasil penelitian ini perlu dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi pengembangan bahan ajar dan strategi pengajaran apresiasi cerita rakyat di sekolah khususnya di SMA. Daftar Pustaka Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rasyid. 1998. Cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296