Shendy Adam PolitiSaSI dalam
Sepak Bola Nasional
Penerbit
Adam’s Publishing
PolitiSaSI dalam Sepak Bola Nasional Oleh: (Shendy Adam) Copyright © 2012 by (Shendy Adam)
Penerbit Adam’s Publishing (
[email protected])
Desain Sampul: (Shendy Adam)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Sekapur Sirih: Memiliki karya dalam bentuk buku sebelumnya hanya ada dalam angan-angan saya. Impian itu ternyata kini menjadi realita, melalui kesempatan yang disediakan oleh laman nulisbuku.com. Karya debut saya ini sejatinya hanyalah bunga rampai dari tulisan-tulisan saya sejak sekitar tiga tahun lalu. Adalah kisruh persepakbolaan nasional yang menjadi benang merah dari kumpulan artikel dalam buku ini. Dalam kesempatan yang langka ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam lahirnya karya ini, terutama untuk : Pertama dan yang utama, Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Allah SWT, Tuhan YME, atas semua karunia yang diberikan. Terima kasih sebesar-besarnya pula saya haturkan kepada kedua orangtua. Jasa besar mereka tak akan mampu saya balas dengan apapun yang ada di bumi dan langit. Untuk istri tercinta, Fanny Putri, motivator utamaku saat ini. Terima kasih sudah mau menjadi pendengar yang baik, sekaligus kritikus dan editor karyakaryaku. Rekan-rekan wartawan di (eks) Harian Merdeka, khususnya di desk olahraga. Saya belajar banyak dari 3
Mister Widhy Purnama, Yudo Dahono, Tony Hendroyono, dan awak redaksi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Tabloid BOLA yang telah memuat beberapa tulisan saya di rubrik OPOSAN. Jurnalis-jurnalis senior di BOLA merupakan role model saya. Begitu juga dengan Harian Top Skor, telah memberikan kesempatan berharga bagi tulisan saya nangkring di rubrik Opini, yang biasa diisi oleh sesepuh wartawan olahraga, Sumohadi Marsis. Tanpa pretensi apapun, saya juga merasa perlu berterima kasih pada Nurdin Halid Cs dan Djohar Arifin Cs. Sejatinya, kumpulan tulisan ini tak akan pernah ada jika PSSI tidak melulu dirundung polemik. Terakhir, terima kasih juga untuk semua pembaca buku ini, khususnya insan sepak bola Indonesia. Semoga karya sederhana ini bisa menginspirasi Anda semua, untuk turut memberi sumbangsih bagi perkembangan sepak bola nasional, sekecil apapun yang kita mampu. Salam Olahraga!
4
PROLOG Sepak bola merupakan olahraga yang paling digandrungi di muka bumi. Sepertinya hal tersebut tidak terbantahkan. Begitu pula dengan yang terjadi di negeri kita tercinta, Indonesia. Nasionalisme dan patriotisme segenap bangsa Indonesia seolah terbakar begitu bicara mengenai tim nasional sepak bola Indonesia. Jangan heran jika Stadion Gelora Bung Karno selalu dipadati penonton, saat timnas bermain. Bukan hanya timnas, pertandingan antar klub di berbagai daerah dan dari sejumlah level kompetisi pun tak pernah sepi. Boleh jadi ini karena sepak bola adalah salah satu hiburan rakyat yang murah meriah. Tak ayal lagi jika berbagai kepentingan menyusup melalui sepak bola. Mulai dari motif cari untung (baca: bisnis), sampai hasrat berkuasa (politik). Walhasil, stakeholders di sepak bola sering menjadi objek belaka. Sayangnya, itu yang sedang terjadi di persepakbolaan tanah air. Pertarungan ‘politik’ dan ‘bisnis’ antara dua kekuatan besar justru membuat sepak bola kita semakin terpuruk. Diawali dengan kekuasaan otoriter yang dipimpin oleh Nurdin Halid. Tidak sedikit aturan main yang dipelintir agar NH bisa bertahan di kursi Ketua Umum PSSI selama mungkin. Konon, politisi asal Golkar ini hanyalah kepanjangan tangan dari kelompok Bakrie. 5
Tuntutan reformasi yang demikian deras, akhirnya mengundang FIFA turun gunung. Dibentuklah Komite Normalisasi untuk memfasilitasi suksesi kepengurusan PSSI. K-78 yang saat itu digembar-gemborkan sebagai gerbong pembaharu, akhirnya sukses melengserkan rezim Nurdin. Terpilihlah Djohar Arifin Husein sebagai Ketum PSSI baru dalam Kongres Luar Biasa. Namun, sepak terjang Djohar sejauh ini juga melahirkan kekhawatiran baru. Motif balas dendam lebih tampak ketimbang jargon profesionalisme sepak bola nasional yang menjadi jualan utama kubu Jenggala. Secara garis besar, buku ini terbagi atas 17 artikel lepas namun dapat menjelaskan kronologis silangsengkarut di tubuh PSSI. Delapan tulisan pertama adalah artikel yang dibuat sebelum lengsernya Nurdin, sedangkan sembilan sisanya merupakan analisis dari kepemimpinan era Profesor Djohar.
6
DAFTAR ISI Sekapur Sirih Prolog Daftar Isi 1. Seandainya Nurdin Seperti Soeratin 2. Stop Politisasi PSSI! 3. Awas, Penumpang Gelap Revolusi PSSI 4. Pentingnya Mengelola Hasrat Berkuasa 5. Revolusi Memang Harus dari Bawah 6. Bereskan Dulu LPI, Baru Bicara Kongres (1) 7. Bereskan Dulu LPI, Baru Bicara Kongres (2) 8. Ketua Umum PSSI, Jatah Golkar atau Demokrat? 9. Akhir dari Sebuah Awal 10. Mencari Solusi Dualisme Kompetisi, Ujian Kredibilitas PSSI 11. Change Management dalam Organisasi PSSI 12. Menyoal Independensi Profesor Djohar 13. Liga Indonesia 2011/2012, Sebuah Revolusi demi Masa Depan 14. Timnas Kalah Lagi, Siapa Harus Tanggung Jawab? 15. Mosi Tidak Percaya untuk Pak Ketua 16. Belum Terlambat untuk Insyaf 17. Ketika Sepak Bola Tak Lagi Menyatukan Kita 18. Musuh bagi Bangsa Sendiri Epilog : Politisasi dalam Sepak Bola Nasional
3 5 7 8 15 21 26 31 37 43 49 55 62 69 75 81 87 93 99 106 112 118
7
1. Seandainya Nurdin Seperti Soeratin HARI ini (Selasa, 30/2/2010), Kongres Sepak Bola Nasional resmi dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Meski hanya dua hari, acara ini diharapkan berpengaruh besar terhadap masa depan persepakbolaan Indonesia. Wacana revolusi alias perombakan total kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) santer didengungkan. Sejatinya,
semangat
yang
diusung
bukanlah
menjungkalkan rezim Nurdin Halid di PSSI. Agenda yang jauh lebih penting adalah membenahi ketidak beresan yang selama ini terjadi di ajang bal-balan nasional. Hanya saja, Nurdin Halid seolah tutup mata tutup telinga atas derasnya kritik yang ditujukan kepada PSSI.
8
Berbagai alibi dan alasan selalu dikemukakannya. Pada beberapa kali kesempatan diskusi ia bersikeras tidak ada yang salah dengan sepak bola nasional. Bahkan, ia pun terkesan tidak takut dengan KSN yang adalah gagasan SBY. Sejak beberapa waktu lalu politisi asal Partai Golkar ini juga telah merapatkan barisan dengan pengurus PSSI Provinsi dari seluruh Nusantara. Nurdin seharusnya legawa meletakkan jabatan tanpa perlu didesak. Ia akan meninggalkan kantor PSSI di Senayan secara terhormat. Jasanya yang juga tidak sedikit pun akan tetap terkenang. Mengenang Soeratin Awal berdirinya PSSI tidak bisa dilepaskan dari perjuangan nasionalisme Indonesia. Pasalnya, organisasi ini lahir lebih dulu dari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
PSSI
–saat itu
kepanjangannya adalah 9
Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia)—didirikan pada 19 April 1930 di Yogyakarta. Dalam situs resmi PSSI, diceritakan bahwa jasa Ir. Soeratin
Sosrosoegondo sangatlah
besar.
Bersama
sejumlah tokoh lain, Soeratin menggagas lahirnya sebuah perserikatan sebagai alat perlawanan terhadap NIVB (Nederlansch Indische Voetbal Bond). Saat itu, NIVB merupakan organisasi tertinggi sepak bola di Hindia Belanda. Corak kolonialisme sangat kental dalam pengorganisasian sepak bola yang dilakukan NIVB, bahkan sangat diskriminatif. Beberapa bulan sebelum kongres pembentukan PSSI, terjadi satu peristiwa yang sangat menusuk perasaan bangsa pribumi. NIVB melarang adanya acara tersebut, dan menyebut inlander terhadap panitia voetbalwedstrijden Yogyakarta 1930. 10