BANDARLAMPUNG (Lampost.co): Sejumlah orang tua dari ratusan calon mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) menyatakan keberatan atas tingginya biaya uang kuliah tunggal (UKT) yang ditetapkan oleh perguruan tinggi negeri tersebut. Protes para orang tua tersebut disampaikan ke posko pengaduan UKT yang dibuka Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila. “Banyak calon mahasiswa dan para orang tua yang mengadu ke posko. Mereka mengatakan biaya UKT di Unila mahal. Karena itu kami akan menanyakan hal ini kepada Pembantu Rektor,” kata Presiden BEM Unila Ahmad Khairudin Syam, Selasa (12/8). Menurut Ahmad, sebagian para pemrotes biaya kuliah di Unila adalah dari kalangan tidak mampu. Namun sebagian juga dari kalangan mampu namun merasa keberatan dengan mahalnya biaya kuliah di Unila. Di sisi lain, Pembantu Rektor II Unila Dwi Haryono mengatakan UKT ditetapkan berdasarkan data yang diinput calon mahasiswa sendiri. “Saya menduga calon mahasiswa itu mengisi data UKT pada sistem online mereka tidak jujur, cenderung asal-asalan atau gengsi karena dilihat temannya sendiri. Ada yang mengadu ke saya, ada mahasiswa yang mengisi foto rumah milik tetangganya yang bagus dibandingkan rumahnya. Selain itu karena malu dengan penghasilan orang tua rendah maka dia menaikkan penghasilan orangtuanya,” kata Dwi Haryono. Menurut Dwi, penetapan UKT di Unila itu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 73 tahun 2014 tentang perubahan atas Permendikbud nomor 55 tahun 2013, tentang biaya kuliah tunggal dan uang kuliah tunggal pada perguruan tinggi negeri di lingkungan Kemendikbud. “Jadi calon mahasiswa yang tidak keberatan dengan UKT yang telah ditetapkan karena mahal, maka mahasiswa harus membuat pernyataan tidak sangup disertai dengan bukti yang tercantum atas keberatan tersebut,” kata dia. Uang Kuliah Tunggal (UKT) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berbeda. Bahkan di setiap fakultas juga program studi, bisa berbeda-beda, termasuk Universitas Lampung (Unila). Demikian dipaparkan Panitia Lokal SBMPTN Unila Muhamad Komarudin, Jumat (12/7). “Semakin banyak praktikum yang dilaksanakan selama perkuliahan, UKT yang dibebankan akan semakin besar,” ujarnya.
Universitas Lampung (Unila) mulai menerapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi calon mahasiswa tahun akademik 2013/2014. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Di Unila, kata dia, Fakultas Kedokteran merupakan lembaga yang paling banyak melakukan praktikum. Ia memastikan, peraturan tentang kuota minimal 5 persen untuk mahasiswa kelompok I di semua PTN akan terpenuhi, begitu juga di Unila. Jumlah mahasiswa kelompok I akan sama persis dengan kelompok V dan mahasiswa kelompok II akan sebanding dengan jumlah mahasiswa kelompok IV. “Jika jumlah mahasiswa kelompok satu lebih banyak dari kelompok lima, siapa yang harus menyubsidi UKT kelompok satu,” pungkas Komar. Ia mengungkapkan, jumlah mahasiswa kelompok I di Unila bisa melebihi kuota minimal 5 persen, otomatis jumlah mahasiswa kelompok V juga akan sama banyaknya. Menurut prediksinya, jumlah mahasiswa di kelompok III terbanyak dibanding yang lainnya. Komar menjelaskan, sosialisasi mengenai UKT tersebut telah diberikan sejak pengumuman SNMPTN dan SBMPTN. “Kami sudah berikan sosialisasi sejak pengumuman lalu sehingga para mahasiswa bisa mempersiapkan kelengkapan berkas yang diperlukan untuk verifikasi,” tuturnya. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Universitas Lampung (Kasubbag Humas Unila) M. Jefri menambahkan, mahasiswa yang lolos dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diminta menyerahkan berkas sebagai pertimbangan untuk menentukan kelompok atau golongan UKT. Kelompok I dan II adalah mahasiswa dari kalangan ekonomi kurang mampu, kelompok III sedang, serta kelompok IV dan V adalah ekonomi mampu. Mahasiswa yang masuk kelompok I tidak perlu membayar sepeser pun biaya karena akan disubsidi oleh mahasiswa kelompok V. Sementara untuk kelompok II membayar dengan nominal tidak terlalu besar karena akan disubsidi kelompok IV. Kemudian, kelompok III tidak mendapat subsidi dan tidak memberi subsidi.
Jefri menyebutkan, UKT untuk Fakultas Ekonomi, Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik sebesar Rp5,077 juta. Kelompok I membayar Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III Rp2,38 juta, kelompok IV Rp3,73 juta, dan kelompok V Rp4,76 juta. UKT terbesar adalah Fakultas Kedokteran yaitu Rp12,694 juta. Di antaranya kelompok I Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III Rp10,78 juta, kelompok IV Rp11,75 juta, dan kelompok V Rp12,38 juta. UKT terendah adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Rp4,112 juta. Di antaranya kelompok I Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III sekitar Rp2,1 juta, kelompok III sekitar Rp3,1 juta, dan kelompok V sekitar Rp3,9 juta. Sementara UKT Fakultas Matematika dan IPA adalahRp6,499 juta. Di antaranya kelompok I Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III Rp3 juta, kelompok IV Rp4,7 juta, dan kelompok V Rp6,1 juta. UKT Fakultas Pertanian berkisar antara Rp5 juta hingga Rp8,9 juta. Antara lain, kelompok I Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III Rp3 juta, kelompok IV Rp4,7 juta, dan kelompok V Rp6,1 juta. Sementara UKT Fakultas Teknik Rp8,936 juta. Antara lain kelompok I Rp0, kelompok II Rp1 juta, kelompok III Rp3,8 juta, kelompok IV Rp6,4 juta, dan kelompok V Rp8,6 juta. Jefri menjelaskan, mahasiswa yang lulus SBMPTN dapat menyerahkan berkas dari Rabu (10/7) hingga Jumat (12/7). Verifikasi mahasiswa yang lulus SNMPTN sudah selesai dan hasilnya akan diumumkan bersamaan dengan hasil verifikasi SBMPTN pada Senin (22/7). “Pengumuman itu isinya adalah keterangan setiap mahasiswa masuk kelompok UKT berapa sehingga saat daftar ulang nanti mereka bisa tahu besar biaya yang harus dibayarkan,” kata Jefri.[] Mutiara
Tahun 2014, Uang Kuliah Tunggal (UKT) kembali menjadi kontroversi di kalangan mahasiswa baru. UKT bahkan dikatakan sebagai uang kuliah tinggi. Sistem ini mengharuskan pembayaran biaya selama masa studi dibagi rata per semester sehingga tidak ada uang pangkal. UKT ibarat membeli motor secara kredit tanpa uang DP. UKT muncul ketika diberlakukan Permendikbud nomor 55 Tahun 2013. Tahun ini, dilakukan beberapa perubahan pada pasal 3 dan 4 yang dituangkan pada Permendikbud nomor 73 Tahun 2014.
UKT dilakukan dengan cara pengelompokan atau penggolongan sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa. Mahasiswa yang kurang mampu mendapat golongan lebih rendah dari pada mahasiswa yang mampu. Pada dasarnya, tujuan diberlakukannya UKT memang bagus, yaitu untuk membebankan biaya kuliah sesuai dengan penghasilan dan kondisi keluarganya. Akan tetapi mengapa banyak terjadi permasalahan di tataran teknis?
Dua tahun terakhir pemberlakuan UKT, pendidikan tinggi dihadapkan pada permasalahan serius mengenai penggolongan yang tak tepat sasaran. Para Rektor di seluruh Indonesia mungkin menganggap masalah biasa, akan tetapi bagi mahasiswa masalah ini harus segera diselesaikan, Jika tidak, setiap tahun akan terus terjadi protes dari mahasiswa. Apalagi kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat makin meningkat setiap tahun.
Universitas Lampung merupakan salah satu universitas yang sistem UKT-nya bermasalah. Permasalahan yang muncul di Unila adalah penggolongan, transparansi, dan fasilitas.
Salah Golongan Salah Golongan! Masalah ini yang terjadi sejak 2013. Tercatat ratusan mahasiswa melakukan banding. Tahun 2014, kembali terjadi masalah serupa. Sebenarnya, masalah ini mudah diatasi manakala pihak birokrat serius dan konsentrasi memperbaiki sistem penggolongan. Ada beberapa indikasi mengapa terjadi ketidaktepatan penentuan golongan. Pertama, kurangnya variabel untuk menentukan golongan. Kedua, sistem komputer yang dibangun untuk menentukan golongan tidak dilakukan pengungujian atau bahkan masih manual? Ketiga, adanya nepotisme dalam penentuan golongan oleh pihak tertentu, dan keempat ada kemungkinan kesalahan dalam teknis memasukan data mahasiswa oleh tim verifikasi. Universitas Lampung seharusnya terus memperbaiki sistem penggolongan. Terjadinya protes sebenarnya disebabkan penggolongan yang tidak sesuai. Bahkan, ada yang secara ekonomi lebih kaya, namun besaran UKT yang didapat justru lebih rendah. Transparansi
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks