SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN 2001-2011 Nina Herninawati1)
[email protected] Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Unang
[email protected] Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi M.Iskandar Mamoen 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sub sektor pertanian mana yang merupakan sub sektor unggulan di Kabupaten Bandung selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat dengan pertimbangan Kabupaten Bandung
merupakan salah satu kabupaten di jawa Barat yang merupakan daerah sentra
pertanian. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai November 2012. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil sub sektor unggul (LQ > 1) sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Perkebunan sedangkan sub sektor tidak unggul (LQ < 1) sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Tanaman bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan. Kata Kunci: Sektor Unggulan, Sub sektor Pertanian, PDRB Kabupaten Bandung, PDRB Propinsi Jawa Barat
ABSTRACT This study aims to determine which sub-sectors of the agricultural sub-sector which is featured in Bandung regency during the year 2001 to 2011.
The research method used Case Study Methods held in Bandung regency, West Java Province consideration Bandung regency is one of regencies in West Java which is the agricultural center. The study was conducted from June to November 2012. Based on the analysis it is known that the analysis of LQ (location quotient) superior subsectors (LQ>1) Agriculture sector in Bandung Regency in 2001 to 2011 while the plantation sub-sectoris the analysis of LQ (location quotient) is not superior to the subsector (LQ <1) Agricultural sector in Bandung Regency in 2001 to 2011 is a sub-sector of materials Plant Food, Livestock sub-sector, sub-sector of forestry and fisheries sub-sectors. Keyword: Superior sector, Agricultral sub-sector, PDRB Bandung Regency, PDRB West Java Province. I.
PENDAHULUAN Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat memiliki potensi sumber daya
manusia (SDM) yang besar. Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2010 lebih dari 3 juta jiwa dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 65,32 persen. Jumlah angkatan kerja yang besar diharapkan akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung diantaranya potensi pertanian dan perkebunan yang meliputi tanaman bahan pangan, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman perkebunan rakyat dan tanaman perekbunan besar, juga potensi pertambangan gas bumi dan bahan galian tambang yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Sektor pertanian di Kabupaten Bandung memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung, selain masih menempati posisi penting sebagai penyumbang PDRB Kabupaten Bandung, sektor ini juga merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) 2009 (BPS Kabupaten Bandung) menunjukkan bahwa Penduduk yang telibat dalam sektor pertanian (Petani Padi palawija,
Perkebunan, Kehutanan serta Buruh Tani) serta menjadi sumber matapencaharian mencapai 457.060 ribu penduduk atau 14 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Bandung yaitu 3.172.860 jiwa dan menempati posisi tiga dibawah sektor industri dan perdagangan serta sektor lainnya. Guna meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat, pemerintah daerah harus mampu membuat perencanan pembangunan, yang nantinya tenaga kerja dapat terserap disetiap sektor pertanian. Jika kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan lancar akan memperoleh hasil yang maksimal dan memberi sumbangan yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki PDRB cukup besar yaitu sebesar Rp. 3.471.662 sumbagannya bagi propinsi. Kabupaten Bandung terus berusaha untuk meningkatkan PDRB daerah seiring dengan pembangunan daerahnya yang semakin mantap dan perencanaan yang tepat, dan didukung pula dengan sumber daya manusianya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sub sektor Pertanian yang unggul dan tidak unggul di Kabupaten Bandung selama tahun 2001-2011. II.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Bandung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari publikasi pihak lain, seperti studi kepustakaan, dokumen dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan peneltian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung dan Propinsi Jawa Barat dengan
indikator Sektor Pertanian: sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Tanaman Perkebunan, sub sektor Kehutanan, sub sektor Peternaka dan sub sektor Perikanan. Analisis Location Quotient (LQ) Location Quotient adalah salah satu teknik analisis perencanaan pembangunan yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial di suatu wilayah atau sektor basis perekonomian suatu daerah, dengan cara mengukur konsentrasi suatu sektor pertanian dalam suatu daerah, yaitu dengan membandingkan peranan sektor tersebut dalam perekonomian di Kabupaten dengan sektor yang sama di Propinsi. Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut: LQ = vi Vi vt Vt
atau
vi vt Vi Vt
Keterangan: LQ = Koefisien LQ vi = PDRB sub sektor i di Kabupaten Bandung Vi = PDRB sub sektor i di Propinsi JawaBarat vt = PDRB total Kabupaten Bandung Vt = PDRB total di Propinsi Jawa Barat Kriteria : 1) LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut unggul, artinya sektor tersebut memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan, karena mampu memenuhi permintaan ke daerah lain. 2) LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak unggul dan kurang menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi semua permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah : a) Penduduk di setiap daerah Kabupaten mempunyai pola permintaan yang sama antar daerah.
b) Tingkat konsumsi akan suatu jenis barang rata-rata sama antar daerah. c) Produktivitas buruh dan keperluan untuk produksi sama antar daerah, serta negara menggunakan sistem perekonomian tertutup. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor pertanian di Kabupaten Bandung menempati urutan ketiga yang berkontribusi terhadap PDRB. Salah Satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertenu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai dasar ( BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil perhitungan analisis LQ sub sektor Pertanian Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Hasil Analisis LQ pada sub sektor Pertanian Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2011 Kabupaten Bandung (persen) Tahun No
Pertanian
1 2
Tanaman Bahan Makanan Perkebunan
3
Peternakan
4
Kehutanan
5
Perikanan Sumber : data diolah
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
0,88
0,90
0,90
0,96
0,99
0,97
0,96
0,96
0,93
0,93
0,96
3,28
2,89
2,81
3,22
2,60
2,67
2,85
2,67
2,81
2,93
2,75
0,96
0,89
0,91
1,02
0,73
0,75
0,77
0,79
0,88
0,87
0,85
1,04
1,10
0,94
0,10
0,34
0,33
0,38
0,41
0,55
0,51
0,44
0,59
0,58
0,59
0,73
0,46
0,49
0,51
0,50
0,49
0,48
0,40
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui dari seluruh sektor pertanian Kabupaten Bandung sub sektor Perkebunan memiliki nilai LQ yang terbesar dibandingkan dengan sub sektor lainnya, perhitungan analisis LQ masing-masing lapangan usaha dari sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor Tanaman Bahan Makanan meliputi kegiatan penyimpanan dan pelaksanaan penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian tanaman pangan seperti beberapa jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan di Kabupaten Bandung, antara lain padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Tanaman Bahan Makanan tidak mempunyai potensi besar dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis selalu kurang dari satu (LQ<1). 2. Perkebunan Sub sektor Perkebunan meliputi tanaman Perkebunan Rakyat (PR), tanaman Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Tanaman Pemerintah (PTP). Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar swasta adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dilaksanakan perusahaan swasta oleh rakyat yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar. Perkebunan milik pemerintah adalah suatu usaha tanaman perkebunan yang dikelola dan dusahakan oleh pemerintah. Komoditi yang dicakup meliputi
antara lain cengkeh, kopi, teh, tembakau, serta tanaman perkebunan lainnya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Perkebunan termasuk dalam sektor yang berpotensi atau sektor basis dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata selalu lebih dari satu (LQ >1). 3. Peternakan Sub sektor Peternakan mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun perusahaan peternakan. Jenis ternak yang mencakup adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan ternak lainnya (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Peternakan tidak cukup berpotensi dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata kurang dari satu (LQ < 1). 4. Kehutanan Sub sektor Kehutanan meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan kayu, pengambilan getah, daun-daunan, akar, kulit kayu, bambu, rotan dan arang. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di pekarangan rumah (BPS Kabupaten Bandung, 2011).
Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Kehutanan tidak berpotensi dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Nilai LQ dari sektor pertanian selama tahun analisis rata-rata kurang dari satu (LQ < 1). 5. Perikanan Sub sektor Perikanan meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup usaha penangkapan, pembenihan, pengambilan maupun pemeliharaan segala jenis ikan dan hasilhasilnya baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Sesuai dengan letaknya yang berada didaerah pegunungan Kabupaten Bandung hanya memproduksi ikan hasil budidaya air tawar. Jumlah pembudidaya ikan dibedakan menurut keramba dan empang atau kolam masing-masing (BPS Kabupaten Bandung, 2011). Hasil analisis Location Quotient, sub sektor Perikanan belum dapat dijadikan sektor unggulan dalam sektor pertanian Kabupaten Bandung selama tahun analisis 2001 sampai dengan 2011. Dari hasil analisis nilai LQ sub sektor Perikanan selalu kurang dari satu (LQ < 1). IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, sub sektor yang termasuk unggul dari sektor Pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 adalah sub sektor Perkebunan sedangkan sub sektor tidak unggul adalah sub sektor Tanaman bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan: 1) Guna mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung kebijakan yang diambil lebih terkonsentrasi pada sub sektor unggul yaitu sub sektor Perkebunan,
sehingga sub sektor yang sudah unggul dipertahankan dan lebih ditinggkatkan tidak hanya mampu memenuhi permintaan daerah dan ekspor ke beberapa negara tetapi ditargetkan bisa memenuhi permintaan seluruh negara di dunia. 2) Guna mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung perhatiannya harus lebih banyak ditujukan pada sub sektor-sub sektor yang tidak unggul, yaitu sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Kehutanan dan sub sektor Perikanan supaya menjadi sub sektor yang unggul sehingga bisa memenuhi permintaan ekspor. Upaya yang disarankan yaitu dengan penyuluhan-penyuluhan dari Dinas Pertanian, pinjaman modal seperti koperasi desa, KUR (Kredit Usaha Rakyat), serta adanya pemberian subsidi bibit unggul dan pupuk. 3) Memperhatikan segi ekologi Kehutanan Kabupaten Bandung dengan memelihara sub sektor Kehutaan sebagai penyumbang oksigen dilihat pemanasan gelobal menjadi issue yang cukup menarik perhatian seluruh dunia saat ini, sehingga fungsi hutan menjadi sangat penting untuk mencegah kenaikan temperatur bumi dan memperlambat kerusakan lapisan ozon.
DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015. Bandung : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (BadanPusat Statistik). 2011. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2011. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (BadanPusat Statistik). 2009. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2009. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
BPS (BadanPusat Statistik). 2006. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2006. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (BadanPusat Statistik). 2003. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Barat Tahun 2003. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (BadanPusat Statistik). 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2011. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2009. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2006. Bandung: Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPS (Badan Pusat Statistik). 2011. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2011. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2010. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2009. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2008. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2008. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2007. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2006. Bandung: Badan Pusat Statistik. BPS (Badan Pusat Statistik). 2003. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2003. Bandung: Badan Pusat Statistik.
Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi, Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Cetakan Kedua. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Noratri Dewi. Analiasis Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Semarang tahun 1996-2003. Semarang: Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi dan Universitas Negeri Semarang. Nur Indah Wulandari. 2010. Penenntuan Agribisnis Unggulan Komoditi Pertanian Berdasarkan Nilai Produksi Di Kabupaten Grobongan. Semarang: Program Studi Magister Agribisnis Pasca Sarjana dan Universitas Diponogoro. Ricardson, H.W. 2002. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi dan Regional. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suwardjoko Warpani. 1980. Analisis Kota dan Daerah. Bandung: ITB.
Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://www.bandungkab.go.id/arsip/2340/tujuan-pasar-komoditas-agro kabupaten-bandung