SEJARAH KOPERASI SUSU “SAE” PUJON DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PUJON 1962-2010
Mirna Usi Dia Mitha E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Tujuan penulisan Skripsi ini adalah (1) Untuk mengetahui sejarah Koperasi Susu “SAE” Pujon pada periode rintisan, periode kebangkitan, dan periode pengembangan, (2) Untuk mengetahui dampak keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar koperasi tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian historis dan menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Pujon melalui berbagai fasilitas dan bantuan dari koperasi berupa kredit sapi maupun kredit uang serta beberapa fasilitas penunjang kebutuhan sehari-hari seperti Waserda dan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit belum bisa dikatakan berhasil 100% karena terdapat beberapa masyarakat yang merasa belum sejahtera dengan menjadi peternak sapi perah dan anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon karena beberapa faktor, seperti modal, jumlah kepemilikan sapi perah dan kesulitan dalam mencari maupun membeli pakan ternak. Kata kunci: sejarah, koperasi susu, kesejahteraan masyarakat.
Sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan sebagai pertumbuhan hikmah kebijaksanaan (rasionalisme) manusia (Dekker, 1993:2). Dengan kata lain sejarah adalah suatu sistem ilmu pengetahuan, yakni sebagai daya cipta manusia untuk mencapai hasrat ingin tahu serta perumusan sejumlah pendapat yang tersusun atas keseluruhan masalah. Sehubungan dengan ini tidak dapat dilepaskan sifatnya sebagai ilmu mengenai berlakunya hukum sebab dan akibat atau kausalitas. Dalam hal ini keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga mempengaruhi masyarakat sekitar, terutama terhadap kesejahteraan. Sejauh ini sebagian besar fakta di lapangan telah menunjukkan bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon telah berhasil dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Pujon dengan usaha peternakan sapi perah, namun masih ada beberapa masyarakat peternak sapi perah yang belum merasakan sejahtera, hal ini karena beberapa faktor. Adapun pertimbangan yang mendorong peneliti memilih Koperasi Susu “SAE” sebagai tema penelitian yaitu peran dan posisi koperasi yang pada hakikatnya adalah bertujuan untuk mensejahterakan anggota, namun masih saja terdapat anggota
1
yang belum sejahtera dengan keberadaan koperasi. Berangkat dari realita inilah peneliti akhirnya merasa tertarik dan berinisiatif untuk membuat dan melanjutkan penulisan sejarah koperasi tersebut dalam bentuk sebuah karya yang utuh berupa Skripsi. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk mencari fakor-faktor penyebab masyarakat anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon yang masih belum sejahtera berdasarkan hasil dan fakta yang terjadi pada masyarakat Pujon.
METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Koperasi Susu “SAE” Pujon. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian historis dan menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah dengan mengumpulkan sumbersumber baik yang tertulis maupun sumber lisan, sumber yang tertulis antara lain buku tentang koperasi, majalah/literatur yang sesuai dengan topik penelitian, dokumen-dokumen seperti dokumen perkembangan jumlah anggota Koperasi Susu “SAE” dari tahun 1980-2010, monografi Dusun Delik tahun 2010. Sumber lisan yaitu informasi yang diperoleh dari narasumber dengan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan di Kantor Unit Koperasi Susu “SAE” Pujon dan di rumah-rumah penduduk Dusun Delik. Kritik sumber merupakan kegiatan yang menyelidiki serta mengadakan pengujian atau penelaahan terhadap sumbersumber sejarah yang telah diperoleh untuk menetukan nilai kebenarannya. Interpretasi merupakan langkah untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang telah diperoleh, kemudian menyimpulkannya. Dengan kata lain disebut juga sebagai tindakan menyusun dan merangkai antar fakta (kejadian) yang satu dengan fakta yang lain. Dalam proses ini tidak semua fakta yang peneliti dapatkan dimasukkan tetapi dipilih yang relevan dengan gambaran cerita yang akan disusun. Historiografi adalah proses penyajian dalam bentuk penulisan sejarah yang di susun secara kronologis. Langkah ini merupakan langkah yang terakhir dalam suatu kegiatan penelitian.
2
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Koperasi Susu “SAE” Pujon Pada Periode Rintisan, Kebangkitan, dan Pengembangan Pada tanggal 30 Oktober 1962 sebanyak 23 orang peternak sepakat mendirikan koperasi susu yang diberi nama Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi (belajar memperbaiki ekonomi) di Pujon, dengan populasi ternak 35 ekor dengan jumlah produksi 50 liter per hari. Koperasi Susu “SAE” Pujon mendapat bantuan dari pemerintah lewat Direktur Jenderal Peternakan berupa sapi impor dari New Zealand sebanyak 90 ekor pada tahun 1963. Pada tahun 1968 Koperasi Susu “SAE” Pujon resmi berstatus badan hukum yakni Nomor 2789/II/12-1967 pada tanggal 16 Agustus 1968. Tahun 1970Titik terendah keadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon yaitu mempunyai hutang kepada anggota akibat dari kegagalan pengelolaan koperasi sebesar Rp 809.500 sementara piutang tidak ada sama sekali. Pada tahun tersebut yakni pada tanggal 23 Mei 1970 sekalipun pengurus periode II belum habis masa jabatan, terpaksa direformasi melalui Rapat Anggota, atas keputusan Rapat Anggota tersebut ditunjuk Kalam Tirtorahardjo sebagai ketua Koperasi Susu “SAE” Pujon. Pada tahun 1974, Timbul masalah baru yaitu produksi susu meningkat dengan pemasaran yang kurang memadai. Saat itu produksi susu mencapai 2.000 liter per hari sedangkan yang dapat dipasarkan hanya 1.500-1600 liter per hari, sisanya 400-500 liter diberikan kepada anak sekolah (Sekolah Dasar) atau masyarakat yang mau menerima dan selebihnya dibuang karena telah rusak. Pembuangan susu terpaksa dilakukan karena pada saat itu Koperasi Susu “SAE” Pujon belum mempunyai peralatan yang dapat menyelamatkan susu. Bulan Januari 1975 pengurus menawarkan produk susu sapi ke PT. Nestle di Surabaya, PT. Nestle pun menyetujuinya hingga mulai 1 Mei 1975 PT. Nestle mau menerima dan membeli produksi susu Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan pengiriman perdana sebanyak 160 liter per hari dengan harga Rp 90 per liter. Harga susu mengalami penurunan pada tahun 1977 dari Rp 90 per liter menjadi Rp 62 per liter sehingga dengan harga tersebut perjalanan perkembangan Koperasi Susu “SAE” kembali tersendat masalah harga baru yang ditetapkan PT. Food Specialities Indonesia (PT. FSI) tidak mencukupi pengeluaran yang harus
3
ditanggung anggota. Menteri Muda urusan Koperasi Bustanil Arifin pada tanggal 12 Juni 1978 berkunjung ke Koperasi Susu “SAE” Pujon dan membantu koperasi dengan memberi modal sebesar Rp 10.000.000 untuk penyelesaian pembangunan gedung perkantoran. Pada tahun yang sama yakni pada tanggal 19-21 Juli 1978 diadakan Temu Karya Koperasi Susu ke-I yang dihadiri 14 Koperasi susu terbesar di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan pemecahannya serta membuat program kerja. Pada sekitar tahun 1979 Bustanil Arifin mengirim utusan ke India untuk mempelajari koperasi persusuan di sana. Kemudian dibentuk Tim Teknis Peneliti dan Pengembangan Koperasi Susu Indonesia untuk menganalisis tiap-tiap industri pengolahan sus, pembelian susu impor dan penjualan susu hasi Industri Pengolahan Susu (IPS). Di tahun yang sama yakni pada tanggal 29-31 Maret 1979 diadakan Temu Karya Koperasi ke-II untuk mengevaluasi kerja sama dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) dan membuat rencana kerja lebih mantap dalam organisasi koperasi. Harga susu disepakati menjadi Rp 165 per liter dengan standar fat 30 % pada tahun 1980.Kemudian tahun 1982 Koperasi Susu “SAE” Pujon mendapat kredit sapi sebanya 90 ekor dari program Kredit Koperasi (Krekop). Tahun 1990 terjadi perkembangan drastis jumlah anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon mencapai 3.601 orang dengan populasi ternak 16.774 ekor dan produksi susu sapi sebanyak 20.371.512,5 liter per hari. Dan pada tahun 2010 muncul program Biogas yang telah membawa banyak perubahan pada masyarakat Pujon, khususnya bagi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon selain dapat menghemat biaya juga untuk pemanfaatan kembali limbah yang dalam hal ini adalah kotoran sapi.
Kisah Para Anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon 1. Kisah Bapak Haji Djiat Bapak Haji Djiat adalah peternak sapi perah dengan jumlah sapi sebanyak 25 ekor sapi perah, Bapak Haji Djiat sebelumnya adalah petani sayuran sebagaimana penduduk Dusun Delik lainnya, namun kategori petani dengan modal besar dan mempunyai tanah yang cukup luas. Pada sekitar tahun 1970-an Bapak Haji Djiat
4
mengalami banyak gagal panen dan terkadang harga sayuran yang ditanam merosot murah. Bapak Haji Djiat mengalami gulung tikar. Setahun berikutnya yaitu sekitar tahun 1973, teman Bapak Haji Djiat yaitu Bapak Ba’i Kadhim yang telah bergabung menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon sejak tahun 1972 mengajak Bapak Haji Djiat untuk bertenak sapi perah dan mendaftar menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon, Bapak Haji Djiat menyetujui dan mendaftar sebagai anggota Koperasi Susu “SAE”. Setelah dirasa manfaatnya maka Bapak Haji Djiat memutuskan untuk menjual sebagian tanahnya dan sebagian lagi disewakan sehingga pertanian lama-kelamaan telah ditinggalkan dan beralih ke usaha peternakan sapi perah. Saat ini Bapak Haji Djiat telah mempunyai kandang sapi yang besar dengan jumlah sapi sebanyak 28 ekor jumlah tersebut adalah jumlah terbesar di Dusun Delik, dan dibantu oleh 7 orang pekerja yang bertugas mencari rumput, membersihkan kandang sapi, memandikan sapi, memerah dan menyetorkan susu sapi ke pos penampungan susu sementara di Dusun Delik. Untuk pengelolaan keuangan adalah anak pertamanya dan Bapak Haji Djiat hanya menerima uang bersih dari hasil penyetoran susu, setelah dikurangi biaya operasional, termasuk biaya gaji pegawai. Hasil yang diperoleh Haji Djiat perbulan yaitu sekitar Rp 7.000.000 – Rp 8.000.000. Demikian yang membuat Bapak Haji Djiat memutuskan untuk meninggalkan profesinya sebagai petani, dan beralih menjadi peternak sapi perah dengan berbagai macam keuntungan yang diperoleh. Walaupun mampu untuk mengakses layanan biogas yang digalangkan oleh Koperasi Susu “SAE” Pujon, Bapak Haji Djiat masih belum menggunakan Biogas dengan alasan masih belum mengetahui secara pasti bagaimana prosedur penggunaan Biogas.
2. Kisah Bapak Ba’i Kadhim Bapak Ba’i Kadhim pada sekitar tahun 1970-an mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, sehingga pekerjaannya masih serabutan terkadang mencari Jamur di hutan, membuat meja, kursi, ranjang dari balok kayu yang ditemukan di hutan kemudian dijual, dan menjual kayu bakar. Bapak Ba’i Kadhim tidak mempunyai tanah juga modal untuk bertani. Namun setelah Bapak Ba’i Kadhim
5
mendengar bahwa Koperasi Susu “SAE” Pujon menyediakan perkreditan sapi perah Bapak Ba’i Kadhim mencoba untuk berhutang sapi perah kepada Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan lebih dahulu mendaftar sebagai anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon pada tahun 1972. Bapak Ba’i Kadhim meminjam 2 ekor sapi perah kepada koperasi. Dengan telaten 2 ekor sapi tersebut dirawat dan diperah susunya. Sehingga tahun-tahun berikutnya jumlah sapi Bapak Ba’i Kadhim bertambah, sehingga pendapatannyapun bertambah. Saat ini Bapak Ba’i Kadhim mempunyai sapi perah sebanyak 12 ekor. Selanjutnya Bapak Ba’i Kadhim mampu membeli tanah dan kemudian profesinya bertambah menjadi petani sayuran. Loyalitas Bapak Ba’i Kadhim telah membuat Koperasi Susu “SAE” Pujon memberikan penghargaan kepada Bapak Ba’i Kadhim sebagai anggota terbaik pada tahun 1992. Ketertarikan Bapak Ba’i Kadhim kepada peternakan sapi telah membuatnya juga berprofesi sebagai Belantik atau orang yang melakukan jual beli sapi. Hingga saat ini Bapak Ba’i Kadhim tetap menjadi anggota Koperasi Susu ”SAE” Pujon namun yang mengelola usaha peternakan sapi perahnya adalah menantunya yaitu Bapak Rohman dengan dibantu 2 orang pekerja.
3. Kisah Bapak Misdi Bapak Misdi dahulunya adalah peternak sapi perah dengan jumlah sapi hanya 2 ekor dan juga anggota Koperasi Susu “SAE”, namun pada tahun 1991 Bapak Misdi memutuskan untuk keluar dari anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon karena dirasa sangat melelahkan karena pada waktu tersebut yaitu tahun 2005 ketika Bapak Misdi memutuskan untuk berhenti dari anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon usianya sudah 41 tahun, ditambah dengan pekerjaan lainnya seperti mencari rumput, kalau musim kemarau dan rumput tidak tumbuh maka Bapak Misdi harus membeli rumput dengan harga yang mahal yaitu sekitar Rp 5.000/ikat, Pak Misdi membandingkan dengan harga beras yang dikonsumsi sehari-hari yaitu Rp 6.500/Kg, Pak Misdi harus membeli minimal 4 ikat rumput yaitu Rp 20.000 sedangkan pak Misdi memerlukan 1,5 Kg beras yaitu Rp 9.750 akibatnya lama-lama Pak Misdi berpikir makanan sapi perah lebih mahal dari pada makanan peternak, sehingga sapi-sapi kepunyaan Bapak Misdi dijual dan
6
sekarang hanya menekuni profesi sebagai petani sayur saja. Dari kisah tersebut mencerminkan bahwa jumlah kepemilikan sapi yang sedikit cenderung malah rugi dengan biaya operasional yang cukup mahal. Jadi keuntungan hanya diperoleh pemilik sapi perah dengan jumlah lebih dari 5 ekor. Dilihat dari biaya operasional seperti rumput per 2 minggu untuk 2 ekor jika dikalkulasi menghabiskan biaya Rp 20.000 x 14 hari yaitu sejumlah Rp 280.000, Saepro Feed makanan sapi yang diproduksi oleh Koperasi Susu “SAE” Pujon yang harganya Rp 120.000/sak, 1 sak berisi 50 Kg untuk 2 minggu jadi rata-rata Rp 8.500/hari. Jadi jumlah keseluruhan adalah Rp 400.000/2 minggu. Sedangkan perolehan susu hanya 8 liter x Rp 3.000 (harga susu) = Rp 24.000/hari. Jika dijumlah maka per 14 hari hasil setoran susu hanya mendapat Rp 336.000. Jadi bisa disimpulkan bahwa biaya operasional yaitu Rp 400.000 lebih besar dengan pendapatan hasil penjualan susu yaitu Rp 336.000.
Dampak Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon Terhadap Perekonomian Masyarakat Pujon A. Dampak Fisik Berkembangnya Koperasi Susu “SAE” Pujon, memberikan harapan bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka yang selama ini hanya didapat dari pertanian sayuran. Banyak penduduk yang kemudian menjadi peternak sapi perah dan kemudian menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan alasan mereka akan mendapatkaan penghasilan yang lebih tinggi dari pada penghasilan yang didapat dari pertanian sayuran. Kehadiran Koperasi Susu “SAE” Pujon, membawa perubahan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau pokok, seperti pangan, sandang, dan perumahan serta pendidikan bagi anak-anaknya dirasakan sudah mengalami peningkatan yang lebih baik, dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai petani sayur dan peternak sapi perah tersebut. Umumnya masyarakat Dusun Delik dapat memenuhi kebutuhan primernya. Dapat dikatakan peningkatan taraf hidup mereka semakin membaik, setelah menjadi peternak sapi perah dan menyetorkan air susu ke Koperasi Susu “SAE” Pujon. B. Dampak Sosial
7
1. Menambah Sistem Mata Pencaharian Dengan semakin berkembangnya Koperasi Susu “SAE” Pujon, secara tidak langsung telah menambah sistem mata pencaharian sebagian warga masyarakat Pujon. Dari sektor pertanian sayur sekarang ditambah dengan sektor peternakan, sektor peternakan kemudian menjadi pekerjaan sampingan. Masyarakat Pujon menyadari bahwa sektor pertanian sayur merupakan mata pencaharian pokok sebelum tumbuh dan berkembang usaha peternakan sapi perah. Seperti yang
2. Menumbuhkan Tingkat Kesadaran Pentingnya Pendidikan Banyak dari masyarakat Pujon, khususnya Dusun Delik yang tidak mengenyam pendidikan formal. Kondisi seperti ini mencerminkan tingkat kesadaran untuk pendidikan masih rendah. Masyarakat Delik lebih menyukai bekerja daripada melanjutkan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat era 90-an sampai dengan 2010 telah banyak yang menamatkan sekolah sampai tingkat SLTP atau sederajat, dan SMU, bahkan bagi para peternak sapi yang cukup mampu bisa menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi (universitas) atau akademi karena keberhasilannya dalam usaha sapi perah. Dengan demikian maka bisa dikatakan kesejahteraan ekonomi masyarakat Pujon meningkat dengan adanya usaha peternakan sapi perah.
3. Menekan Tingkat Pengangguran dan Menghambat Laju Urbanisasi. Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga dapat menekan tingkat pengangguran dan menghambat laju urbanisasi masyarakat Dusun Delik khususnya bagi para pemuda dan pemudi untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar di Indonesia. Banyak penduduk Dusun Delik yang mendapatkan pekerjaan dengan adanya Koperasi Susu “SAE” Pujon.
4. Interaksi yang Baik Akibat adanya Koperasi Susu “SAE” Pujon, interaksi masyarakat Dusun Delik juga semakin membaik karena pada saat menyetorkan susu ke pos penampungan susu sementara para penyetor sering bertatap muka dan berinteraksi
8
dari situ dapat dilihat bahwa masyarakat Dusun Delik menunjukkan adanya kegotong-royongan.
5. Mudah dalam Memperoleh Layanan Kesehatan Dengan adanya (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) BKIA Nurul Ihsan yang berlokasi di Mantung-Pujon yaitu sejenis klinik yang dibawah pembinaan Koperasi Susu “SAE” Pujon yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan umum yang semata-mata tidak berorientasi pada profit namun lebih cenderung pada pelayanan sosial, karena tidak dipungut biaya (gratis) bagi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon.
6. Program Biogas Selanjutnya
program
Koperasi
Susu
“SAE”
Pujon
dalam
upaya
mensejahterakan masyarakat Pujon yaitu dengan menggalangkan program Biogas. Biogas adalah program Koperasi Susu “SAE” Pujon yang menciptakan sumber energi berasal dari kotoran sapi yang kemudian diolah dan menghasilkan gas sebagai pengganti gas LPG (Liquid Petrolium Gas).
PENUTUP Kesimpulan Keberadaan Koperasi Susu “SAE” Pujon di tengah masyarakat telah menimbulkan dampak baik fisik maupun dampak sosial. Dampak fisiknya yaitu kesejahteraan masyarakat khususnya yang mempunyai jumlah kepemilikan sapi perah lebih dari 5 ekor semakin meningkat, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari (sandang pangan) dan dari kondisi perumahan dan kepemilikan akan barang-barang mewah semakin marak. Sedangkan dampak sosialnya yaitu semakin meningkatnya kesadaran penduduk akan arti penting pendidikan, dapat dilihat dengan banyaknya anak usia sekolah yang tetap melanjutkan sekolahnya dan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Kemudian dari program ataupun fasilitas yang disediakan Koperasi Susu “SAE” Pujon juga dapat dikatakan menunjang kesejahteraan masyarakat seperti program Biogas yang dapat membantu masyarakat dalam memperoleh energi pengganti yaitu berupa
9
bahan bakar yang dirasa saat ini sudah mulai langka dan harganya mahal, serta fasilitas kesehatan berupa (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) BKIA Nurul Ihsan yang telah membantu masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan karena sekarang menjadi balai pengobatan umum yang dapat diakses masyarakat umum tidak hanya bagi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon. Namun terdapat sebagian masyarakat Pujon yang beranggapan bahwa beternak sapi perah itu malah justru rugi dan dengan menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon juga tidak lantas hidup sejahtera karena Koperasi Susu “SAE” Pujon tidak memberikan jaminan terhadap peternak yang masih dalam kondisi miskin. Masyarakat tersebut adalah masyarakat dengan jumlah kepemilikan sapi perah kurang dari 5 ekor.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Bagi Koperasi Susu “SAE” Pujon lebih memperhatikan lagi bagi masyarakat atau anggota yang kurang sejahtera yakni anggota yang memiliki sapi perah kurang dari 5 ekor dengan menambahkan beberapa program bantuan sosial seperti lebih melunakkan dalam hal perkreditan sapi perah dari Koperasi Susu “SAE” Pujon kepada anggota, dengan demikian setiap anggota dapat menikmati keuntungan dengan menjadi anggota Koperasi Susu “SAE” Pujon dan secara tidak langsung Koperasi “SAE” Pujon mampu mengangkat atau mensejahterakan perekonomian masyarakat Pujon khususnya yang memiliki sapi perah kurang dari 5 ekor. Kemudian untuk sosialisasi Program Biogas agar diperluas dan diperjelas sehingga masyarakat akan lebih mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan penggunaan Biogas agar apabila ingin masyarakat ingin menggunakan tidak terjadi keragu-raguan. Bagi peternak sapi perah yang bermodal kecil hendaknya belajar dari peternak-peternak lain yang lebih sukses, misalnya tentang cara perawatan, makanan, dan pemerahan susu sapi. Kesadaran dari para peternak sapi perah akan pentingnya koperasi sebagai salah satu alat penunjang kelangsungan usaha peternakan sapi perah perlu ditingkatkan, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang harmonis antara Koperasi Susu “SAE” Pujon dengan para peternak sapi perah yang menjadi anggota koperasi. Bagi peternak sapi perah yang bermodal besar hendaknya bersedia untuk membantu peternak yang masih
10
kurang mampu. Penelitian ini masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan observasi lapangan karena terbatasnya waktu untuk penyelidikan sehingga diharapkan penelitian berikutnya dapat memaksimalkan dan menyempurnakan hasil penelitian.Bagi penelitian mendatang disarankan dapat lebih melengkapi data-data yang belum tertera agar informasi lebih lengkap.
DAFTAR RUJUKAN Ali, Rachmat. 1983. Koperasi. Jakarta: Sastra Hudaya. Dekker, Nyoman. 1993. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Malang: Penerbit IKIP Malang. Dick, Howard & Nibbering, dkk (edit). 1993. Balanced Development East Java In The New Order (Pembangunan yang Berimbang Jawa Timur dalam Era Orde Baru). Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. 1997. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Diktat Nestle. “Basic SCM ”, 2007. Kartono, Kartini. 1980. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni. Kautsar, Ahmad. 2007. Studi Dampak Pelebaran Jalan Terhadap Pedagang Kaki Lima Di Desa Tamalanru Kota Makasar. Makasar: Unhas. Koentjaraningrat.1987. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. 2005. Koperasi Pedesaan: Koperasi Di Tengah Lingkungan Yang Berubah. Maeliono dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Musani, S.A.M. 1981. Kamus 5 Bahasa, Bandung: Amsco. ___________. Monografi Dusun Delik 2010. Najich, Moch. Affan. 2010. Analisis Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Persediaan Bahan Baku Untuk Meningkatkan Volume Produksi (Studi Kasus Pada Koperasi Susu ‘Sinau Andandani Ekonomi’ (SAE) Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Islam Negeri Malang. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nirbito, J.G. 1985. Modul Pengantar koperasi. Surabaya: Sinar Harapan. Partanto, Pius A dan Al Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Raka, I Gusti Gde. 1986. Pengantar Pengetahuan Koperasi. Jakarta: CV. Dwi Segara. Raka, I Gusti Gde. 1986. Koperasi Indonesia. Jakarta: CV. Dwi Segara. Sagimun. 1985. Koperasi Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S. Sjamsudin, Helius dan Usman. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Pintu Senayan.
11
Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Uma’rifah, Illa. 2007. Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Kinerja Karyawan Pada Koperasi “SAE” Pujon Kabupaten Malang. (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Islam Negeri Malang. ___________. 2011. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Susu “SAE” Pujon. ___________. Laporan Tahunan Koperasi Susu “SAE” Pujon 1988. ___________. Laporan Tahunan Koperasi Susu “SAE” Pujon 1990. ___________. Laporan Tahunan Koperasi Susu “SAE” Pujon 2011. ___________. Pembangunan Ekonomi, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemba-ngunan_ekonomi, diakses 5 februari 2012). ___________. 2010. Brosur Profil Koperasi Peternakan dan Pemerahan Air Susu Sapi Rakyat “SAE” Pujon Kabupaten Malang – Jawa Timur. Undang-Undang Koperasi 1992. Perkoperasiaan. Arkora Surabaya. www.infokepanjen.com. Peta Kabupaten Malang. (online). Diakses: Selasa, 28 Februari 2012. www.Eastjava.com. Peta Jawa Timur. (online). Diakses: Selasa 7 Maret 2012. www.MajalahTempo.com.Muspika.http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/20 00/01/24/KRT/mbm.20000124.KRT111325.id.html diakses: Rabu, 3 Mei 2012. www.Kompas.com. Peternak Sapi Jatim Gunakan Reaktor Biogashttp://www. biru.or.id/en/index.php/news/2011/07/07/72/peternak-sapi-jatimgunakan-reaktor-biogas.html. (online). Diakses: Selasa, 5 Juni 2012. www.Trubus.com. Sejarah Pemasaran Susu Sapi di Indonesia.(online). Diakses: Minggu, 25 februari 2012).
12