Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Rouf, Lc, MA
HASRUL INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN IV
Tahun Akademik 2011 - 2012
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Pendahuluan Studi-studi keagamaan Islam di Asia Tenggara khususnya di Indonesia memiliki peranan penting dan telah memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini Nampak pada berbagai torehan bersejarah para Cendekiawan dan Ulama dalam berbagai literatur disiplin ilmu. Pada abad ke-16, bahkan mungkin sebelumnya telah ada tulisan-tulisan para Ulama yang didistribusikan secara luas. Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia bahkan menyatakan bahwa menjelang abad ke-12 telah ada pusat-pusat studi di daerah Aceh, Palembang di pulau Sumatera, Jawa Timur dan Gowa di Sulawesi yang telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik para siswa untuk belajar. Analisisnya menunjukkan bahwa pemikiran Islam bangsa Indonesia pada waktu itu memperhatikan masalah-masalah doktrin. Pada masa-masa berikutnya sampai abad ke-20, muncul juga tulisan-tulisan yang yang pandangannya berbau mistik, sementara sebagian lainnya berfokus pada masalah tingkah laku, perbuatan baik serta pengungkapan kembali kisah-kisah, balada dan cerita-cerita pertualangan yang menggunakan simbol-simbol Islam.1 Salah satu karya utama dari perjalanan sejarah ini ialah kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran. Perkembangan penafsiran al-Quran agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-Quran. Oleh karena itu, proses pemahaman al-Quran terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan penafsiran yang lebih luas dan rinci. 2 Perlu diketahui bahwa pada perkembangan awal, para Mufassir belum mendokumentasikan penafsirannya dalam bentuk buku. Hal ini dimaklumi karena para mufassir ketika itu sekaligus sabagai juru dakwah yang berperan dalam menyebarkan Islam sehingga kesempatan untu menulis belum terpikirkan . Karena itu, hasil penafsiran mereka hanya berkembang secara lisan. Menjelang abad ke-17, tradisi pembukuan tafsir baru dilakukan yang dipelopori oleh Abdul Rouf Singkel dengan tafsirnya, Tarjuman al-Mustafid. Perkembangan cara penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam bahasa Indonesia terdiri dari tiga generasi,3 yaitu: Generasi Pertama, dimulai kira-kira pada awal abad ke-20 hingga awal tahun 1960-an, Generasi kedua, dimulai sejak pertengahan tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an, dan Generasi ketiga, terhitung setelah tahun 1970-an hingga sekarang. Sesuai dengan kategorisasi Federspiel diatas, maka salah satu karya terjemah dan tafsir di Indonesia yang tergolong dalam generasi kedua adalah Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, seorang ulama kelahiran Sumatera bagian barat. Inilah yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini. Mudah-mudahan dapat menjadi satu tambahan referensi baru dalam memahami tradisi penafsiran al-Quran di Indonesia. 1
Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal. 17-18 2 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 80 3 Howard M. Federspiel (1996), hal. 129
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
2
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
A. RIWAYAT HIDUP MAHMUD YUNUS
a) Latar Belakang Kehidupan Mahmud Yunus Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat.4 Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago.5 Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu keagamaan yang cukup memadai sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari. Adapun Ibu Mahmud adalah seorang buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah sebab pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Walaupun demikian ia dibesarkan dalam lingkungan yang Islami. Kakek Hafsyah adalah seorang ulama yang cukup dikenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan masyarakat dengan Tuanku Kolok. Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara adat.6 Pada saat Mahmud Yunus masih balita, Ayah dan Ibunya bercerai. Ia ikut Ibunya dan hanya sesekali Ayahnya menjenguknya. Itu sebabnya pada usia tujuh tahun (1906), Mahmud Yunus mulai belajar al-Quran pada sang Kakek, Engku Gading yang mendirikan sebuah Surau (semacam pesantren di Jawa).7 b) Pribadi Mahmud Yunus Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna. Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu. Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917, Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah ibn Aqil dan Jam’al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar, Kairo.8 Mahmud Yunus memiliki jasa yang sangat besar dalam meningkatkan sistem pendidikan yang masih dapat dirasakan sampai saat ini. 4
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 5 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 2 6 Malta Rina (2011), hal. 3 7 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86 8 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 86
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
3
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
c) Keluarga Mahmud Yunus Mahmud Yunus merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya dan hanya memiliki satu adik perempuan, yaitu Hindun. Mahmud mempunyai lima orang istri,9 yaitu: Istri pertamanya bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh dan mempunyai satu orang anak laki-laki yang bernama Prof. Dr. H. Kamal Mahmud, SH yang lahir pada tahun 1923. Istri kedua bernama Hj. Djawahir yang juga berasal dari Payakumbuh dan mempunyai lima orang anak yaitu Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs.H. Hamdi dan Elly. Istri yang ketiga adalah Karniah dan mempunyai satu orang anak yang bernama Amlas. Ketiga istri Mahmud Yunus tersebut dinikahinya sebelum ia berangkat ke Mesir, maka pada waktu ia pergi belajar ke Mesir Mahmud menceraikan istri yang pertama yaitu Darisah binti Pangeran. Istrinya yang keempat yang bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, SH yang lahir tahun 1932, Hj. Suraiya, Dr. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Fachran. Mahmud Yunus menikahi Hj. Nurjani setelah beliau kembali dari Mesir. Sedangkan Istri Mahmud Yunus yang kelima adalah Hj. Darisah binti Ibrahim yang mempunyai enam orang anak yang bernama Sufni (meninggal pada waktu masih bayi) yang lahir tahun 1939, Drs. H Yunus Mahmud lahir tanggal 29 November 1940, Dr. H Hamdi lahir taggal 3 Oktober 1942, Hj. Elina lahir tanggal 1 Februari 1946, Mahdiarti lahir tanggal 6 Maret 1948 dan Chairi lahir tanggal 17 Januari 1951. Hj. Darisah binti Ibrahim ini merupakan anak dari mamaknya Mahmud sendiri yaitu H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati. Berdasarkan data diatas, dari lima istri Mahmud Yunus, beliau memiliki anak sebanyak 18 orang. d) Perjalanan Mahmud Yunus Menuntut Ilmu Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan al-Quran. Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya. Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.10 9
Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 6 10 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
4
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam. 11 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919 M di padang panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.12 Ilmu pengetahuan Mahmud Yunus kurang menonjol dalam bidang adat Minangkabau, sehingga H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati (Saudara sepupu Ibu Mahmud) menginginkan arahan agama untuk kemenakannya. Melihat perkembangan Mahmud dari kecil, maka Ibrahim pun membantu biaya pendidikan Mahmud Yunus. Bahkan dia tak berkeberatan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu hingga Mahmud dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.13 Begitu pun Ibunya sendiri yang bekerja sebagai ahli penenun dengan benag emas selalu memberikan dukungan khususnya secara ekonomi. Mahmud Yunus dibawah asuhan H.M Thaib Umar mempelajari beragam kitab. Antara lain, Fath al-Qarib, Iqna’, Fath al-Wahhab, Fath al-Muin, Alfiyah Ibnu Aqil, asymuni, Taftazani, Umm al-Barahin, Balaghah kitab al-Jauhar al-Maknun, Talkhish, jam’u al-Jawami, Ihya Ulumuddin dan Minhaj al-A’bidin. Karena itulah, dalam usia 16 tahun Mahmud Yunus sudah dapat Mengajarkan al-Mahalli, Al-fiyyah Ibn Aqil dan Jam’u al-Jawami.14 Pada tahun 1924 M, Mahmud Yunus mendapat kesempatan belajar di Universitas al-Azhar, Kairo. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan sebagainya. Hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Setelah lulus dari al-Azhar, Mahmud merasa bahwa ilmu yang didapatkannya hanya tentang Agama dan Bahasa. Maka ia pun tertarik untuk melanjutkan studinya guna mempelajari ilmu pengetahuan umum. Ia pun masuk ke universitas Darr al-Ulum, Mesir dan tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang masuk Darr al-Ulum. Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan lancar, tahun 1929, ia berhasil memperoleh diploma dengan spesialisasi di bidang pendidikan.15 Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sunggayang Batusangkar. Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang dan keadaan tersebut menggembirakan Mahmud Yunus untuk menghembuskan angin perubahan. Beliau memiliki harapan yang besar untuk menyampaikan segala pengetahuan yang telah didapatnya setelah meninggalkan kampung halamannya kurang lebih 6 tahun. 11
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 12 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198 13 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 4-5 14 Sulaiman Ibrahim (2011), hal. 7-8 15 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 86
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
5
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
e) Karir Mahmud Yunus dalam Dunia Pendidikan Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:16 Memimpin al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami’ah al-Islamiyyah gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar. Memimpin Normal Islam di Padang Normal Islam (Kulliyyatul Mu’allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk mendidik calon guru. Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi dekannya (1957-1960) Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukittinggi Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970 f) Gagasan dan Perjuagan Mahmud Yunus Salah satu tokoh pembaru itu yang melakukan penyesuaian dengan memasukkan ilmu umum dalam kurikulum pendidikan Islam adalah Mahmud Yunus. Untuk lebih lanjut mengenai mengenai gagasan-gagasan dan perjuanagan Mahmud Yunus akan diuraikan dibawah ini, diantaranya: Pembaharuan Metode Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab Mahmud Yunus mencurahkan dirinya untuk mengerahkan potensi, gagasan dan perjuangannya dalam bidang pendidikan Islam. Ini terlihat dari beberapa kiprahnya dalam memajukan pendidikan agama Islam sebagai yang telah dikemukakan diatas. Beliau menerapkan metodologi baru dalam pengajaran Bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya dengan memadukannya dengan ilmu pengetahuan umum dengan bingkai akhlak al-karimah. Mahmud Yunus adalah peletak dasar pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Ia menekankan pengajaran bahasa Arab karena merupakan pintu masuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ia dikenal sebagai pendidik yang memadukan antara konsep dan praktik. Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Timur merupakan pesantren diluar Sumatera yang pertama kali menerapkan metodologi pengajaran Mahmud Yunus.17 16
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91 17 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 90
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
6
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Memasukkan Pelajaran Agama ke Kurikulum Sekolah Pemerintah Salah satu kepeloporan Mahmud Yunus yang hingga saat ini hampir-hampir dilupakan oleh sejarah adalah usaha yang dilakukannya untuk menempatkan mata pelajaran agama Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah. Di masa pemerintahan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Mahmud Yunus terpilih mewakili Majlis Islam Tinggi (MIT) sebagai penasehat Residen (Syu-Cho-Kan) di Padang. Kedekatan Mahmud Yunus dengan pemerintahan inilah yang kemudian dia manfaatkan agar pendidikan agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah. Usulan Mahmud ini dapat dipertimbangkan oleh Jepang untuk diterima. Sejak saat itu pelajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah pada waktu itu dan sekaligus Mahmud Yunus diangkat menjadi pengawas pendidikan agama pada pemerintahan Jepang. Pada waktu yang bersamaan ia juga memimpin Normal Islam di Padang. 18 Upaya untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum (pemerintah) juga dilakukan oleh Mahmud Yunus setelah kemerdekaan. Melalui proses yang panjang maka usaha tersebut berhasil keluarnya peraturan tentang pendidikan agama Islam telah masuk dengan resmi ke sekolah-sekolah negeri dan berlaku juga untuk sekolah-sekolah partikelir, mulai dari SR, SMP, SMA dan sekolah-sekolah kejuruan. Memperjuangkan Sekolah Agama Pemerintah dan Merintis IAIN Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan agama Islam diantaranya seperti yang telah disebutkan diatas. Hal ini juga terbukti dengan keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951) serta keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang penghargaan ijazah-ijazah madrasah. Rangkaian usaha Mahmud Yunus selama memegang jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia pada umumnya.19 Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus. Pada waktu ia menjabat sebagai Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, Muncul ide dari Mahmud Yunus untuk menyatukannya dengan Perguruan Tinggi Agama Islam ( PTAIN) di Yogyakarta yang sebelumnya sudah terbentuk juga. Respon Menteri Agama yang pada waktu itu dijabat oleh K.H. Wahib Wahab sangat menyetujui usulan tersebut. Dengan demikian, keluarlah Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama Islam Negeri (IAIN).20
18
Irhash A. Shamad (http://irhashshamad.blogspot.com), Tokoh Pendidikan Islam : Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, (1899-1982) 19 Ibid, No. 18 20 Ibid, No. 18
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
7
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
B. KIPRAH MAHMUD YUNUS DALAM MENAFSIRKAN AL-QURAN
Karya Mahmud Yunus yang paling monumental dan memiliki pengaruh yang luas ialah Tafsir Quran Karim. Usaha beliau dalam menerjemahkan dan menafsirkan al-Quran merupakan langkah yang cukup berani. Kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran selain bahasa arab pada waktu itu belum dapat diterima oleh semua Ulama bahkan ada yang menganggap hukumnya haram. Mahmud Yunus melakukan terobosan ini sekitar akhir tahun 1922 Masehi yang merupakan bukti bahwa ia benar-benar mahir dalam bahasa Arab. Menurut Howard M. Federspiel, ada 3 kitab Tafsir yang cukup representatif untuk mewakili tafsir-tafsir generasi kedua (Tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an),21 yaitu: 1) Tafsir al-Furqan, karya Ahmad Hassan 2) Tafsir al-Quran Karya Hamidy, dan 3) Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus Ketiga Tafsir diatas berawal dari karya-karya penting pada generasi penerjemahan pertama pada 25 tahun kedua abab ke-20. Adapun pada uraian berikut akan menyajikan sekilas tentang tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus. a) Eksistensi Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus Tafsir Quran Karim menurut keterangan penulisnya merupakan hasil penyelidikan selama kurang lebih 53 tahun, yaitu sejak penulisnya berusia 20 tahun hingga 73 tahun. Dalam rentang waktu yang cukup lama ini, reaksi keras dan protes terus bermunculan, baik dari kalangan umat Islam secara umum maupun dari kalangan ulama terkemuka sekalipun. Hal ini disebabkan kegiatan penfsiran ketika itu dianggap sebagai perbuatan langka yang diharamkan. Ada dua ulama besar yang masing-masing dari Yogyakarta dan Jatinegara yang pernah melakukan protes tertulis agar apa yang diupayakan Mahmud Yunus dihentikan.22 Penulisan Tafsir Quran Karim dimulai pada tahun 1922 dan berhasil diterbitkan untuk juz pertama, kedua dan ketiga. Pada tahun 1924, Usaha penulisan untuk sementara waktu berhenti karena penulisnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke al-Azhar, Mesir. Satu pelajaran penting yang penulis dapatkan disana ialah kobolehan menerjemahkan al-Quran dan bahkan dianjurkan agar bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat memahaminya juga. Setelah penulis dalam hal ini Mahmud Yunus telah menempuh pendidikan di al-Azhar dan Darr al-Ulum, ia pulang ke Indonesia dan kembali melanjutkan usahanya untuk menafsirkan al-Quran.23 Mahmud Yunus melanjutkan usaha ini pada tahun 1354 H / 1935 M dan yang terpenting pada saat itu ialah ia berikan nama Tafsir Quran Karim. Kegiatan penafsiran tersebut diterbitkan 1 juz tiap 2 bulan. Adapun dalam menerjemahkan juz 7 sampai juz 18 dibantu oleh AlMarhum H.M.K. Bakry. Pada bulan april 1938 tammatlah 30 juz.24 21
Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal. 129 22 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 84 23 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, Pendahuluan, hal. III 24 Mahmud Yunus (1981), Pendahuluan, hal. III-IV
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
8
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
b) Mengenal Sistematika Penyusunan Tafsir Quran Karim Uraian ringkas dari sitematika penyusunan Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus dapat dilihat sebagai berikut:25 Cover [1lembar] I Lembar Pengesahan [1 lembar] II Pendahuluan [5 lembar] III-VII Isi [924 lembar] 1-924 Daftar Surat dan Isi Tafsir Quran Karim [25 lembar] I-XXV Daftar Isi Surat-surat Quran [2 lembar] XXV-XXVI Daftar Isi Juz-juz Quran [1 lembar] XXVI Kesimpulan Isi al-Quran [33 lembar] I-XXXIII c) Karakteristik Tafsir Quran Karim Ada beberapa karakteristik yang setidaknya dapat memberikan gambaran utuh mengenai karya Tafsir Mahmud Yunus, yaitu sistematika penerjemahan dan penafsiran yang ia gunakan, teknik penerjemahan dan keterangan (catatan kaki), analisa istilah dan konsep-konsep serta kandungan kesimpulan al-Quran. Uraiannya dapat dianalisa dibawah ini:26 Sistematika Penerjemahan dan Penafsiran Karya tafsir Quran Karim memiliki komposisi yang cukup sederhana. Format penejemahannya dilakukan setelah mengetengahkan teks al-Quran dibagian kanan dan terjemahannya dibagian kiri. Hal ini memungkinkan semua orang mengetahui arti kata dari masing-masing ayat yang diterjemahkan. Pada sisi lain, birisi juga uraian panjang mengenai suatu objek tertentu. Contoh yang cukp mewakili hal ini ialah ketika Mahmud Yunus menjelaskan makna persatuan (integrasi) umat pada Surah al-Imran ayat 103 (ّللا َج ُِيعًم َو َل تَفَ َرقوما ِ َ ِ صم وُاا بِ َحبْم ِ َ) َوا ْعت. Demikian juga mengenai perpecahan (desintegrasi) umat pada Surah al-An’am ayat 159 ( َ إِ َن الَ ِذينَ فَ َرقواا ِدينَهو ْم َو َك نواا ِشميَ ًع لَسْم ْ ) ِمم ْنهو ْم فِم َشم. Hal terpenting dari uraian ini ialah penulis berusaha menyisipkan suatu pesan moral kepada pembaca agar dalam kehidupan bermasyarakat senantiasa menjaga nilai-nilai kebersamaan dan rasa persatuan. Teknik Penerjemahan dan Keterangan (catatan kaki) Hamper 60 persen karya Mahmud Yunus berisi terjemahan dari teks al-Quran dan 40 persen berisi keterangan dalam bentuk catatan kaki atas beberapa istilah dan beberapa konsep Agama. Untuk teknik penerjemahannya dengan penerjemahan literal (harfiyyah). Walaupun demikian, terdapat juga terjemahan maknawi yang ditandai dengan dua tanda kurung dan selebihnya dalam bentu catatan kaki. Sebagai contoh, ayat 29 surah al-Isra’ ً َو َل تَجْ َعم ْ يَم ََ َ َم ْغلوالَم َ إِلَم وعنوقِمoleh penulisnya diterjemahkan dengan kalimat “jangalah engkau jadikan tangan engkau terbelenggu ke kuduk engkau (jangan bakhil). Hal ini terlihat terutama pada ayat-ayat al-Quran yang menggunakan lafal konotatif dan bernuansa eupemistis. Mahmud Yunus mengakui bahwa terjemahan literal tidak memadai untuk memberikan pengertian yang sebenarnya tentang suatu ayat tampa dibarengi dengan terjemahan maknawi. 25
Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 87-102 26
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
9
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Analisa Istilah dan Konsep-konsep Mahmud Yunus meiliki kecenderungan ketika menerjemahkan suatu kata (istilah) yaitu menekankan pada pengertian leksikal dan semantic kata tersebut sesuai dengan perkembangan bahasa yang terpakai. Sebagai contoh pada penerjemahan kata ومتَم َافيdalam َ َ إِ ْذ قَم. Kata ( ) ومتَم َافيdalam ayat ini ayat 55 surah al-Imran َ ّللاو يَم ِعي َسم إِنيم ومتَ َافييم َ َو َرافِعوم َ إِلَم diterjemahkan secara leksikal dengan mewafatkan karena pengertian ini menurut penerjemahnya adalah pengertian yang biasa terpakai dalam bahasa Arab dan tidak ada indikasi lain yang dapat memutar pengertian ini kepada pengertian lain. Kandungan Kesimpulan al-Quran Satu bentuk karakteristik lain dari karya yang sedang ditelaah ini adala uaraiannya yang secara khusus memuat kesimpulan isi al-Quran yang diletakkan pada bagian akhir sebanyak kurang lebih 32 halaman. d) Metodologi Tafsir Quran Karim Untuk analisa metodologi terhadap Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, dapat lihat dari beberapa segi,27 yaitu: Metode Penulisan Segi cara penafsiran Tafsir Quran Karim ialah ayat demi ayat dan suh demi surah sesuai dengan urutan dalam mushaf dan dilakukan secara singkat dan global tampa urutan yang panjang lebar. Maka dapat disimpulkan, tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus menggunakan metode global (ijmali). Tafsir ini juga memiliki uraian tentang asbab al-Nuzul dan keterangan ringkas makna ayat-ayat al-Quran.28 Metode Penafsiran Metode penafsiran yang digunakan Mahmud Yunus sebagian besar masih bersifat sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya yang dilakukan pertama kali ialah member arti dengan ayat-ayat al-Quran. Setelah itu, memberikan penafsiran secara global. Selanjutnya penafsirannya dilakukan dengan mencantumkan catatan kaki pada ayat-ayat yang dianggap penting untuk dijelaskan. Metode Pemikiran Tafsir Metode pemikiran tafsir Mahmud Yunus cenderung kea rah penafsiran bi al-Riwaya, yakni metode penafsiran yang menggunakan riwayat-riwayat para sahabt dan para tabi’in sebagai dasar pijakan. Metode ini kurang memberikan porsi yang besar terhadap akal dan lebih banyak berpegang pada arti harfiahnya. Salah satu contoh dalam permasalahan ini seperti ketika menafsirkan Surah al-Fath ayat 10 (ّللا فَماْ َ أَيْم َِي ِه ْم ِ َ َ )يَم وdan surah al-Imran ayat 26 dan 73 yang masing-masing ada kata ( )بِيَم َِ َ ا ْل َخيْم ورdan (ّللا ِ َ َِ )بِيَم. Mahmud mengartikan kata َيَم و dengan tangan yang didasarkan pada riwayah bahwa ayat ini turun ketika orang-orang yang bersetia teguh kepada Nabi Muhammad, berjabat tangan dengan Nabi Muhammad dan mengumpamakan tangan Nabi Muhammad sebagai tangan Allah. 27
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 105-109 28 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 201
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
10
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
e) Corak Tafsir Quran Karim Menurut analisa kami, corak yang dimiliki Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, setidaknya ada dua yang sangat menonjol, yaitu: Corak Sosial Salah satu tujuan Mahmud Yunus menulis tafsirnya ialah untuk menyampaikan dakwah Islamiyyah dan menjadikan ajaran-ajaran dasar al-Quran sebagai petunjuk universal. Latar belakang inilah yang dibangun Mahmud Yunus dalam tafsirnya yang membedakannya dengan tafsir-tafsir lain. Ini jelas berbeda dengan tafsir-tafsir sebelumnya yang kebanyakan membahas sisi kebahasaan dari al-Quran. Adapun tafsir karya Mahmud Yunus sangat menonjol dalam menyampiakn nilai-nilai social. Tafsir ini sejak digagas untuk pertama kalinya pada 1922 dan 1950-an, karya ini dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 karya ini telah mengalami cetak ulang sebanya 23 kali. Ini menunjukkan juga bahwa tafsir tersebut dismabut baik oleh masyarakat luas.29 Corak Intelektual Karya ini, seperti yang telah diakui oleh penafsirnya bermula dan lahir dari hasil penyelidikan yang mendalamselam bertahun-tahun. Karya ini hadir ditengah-tengah masyarakat yang belum banyak mengerti akan bahasa kitab sucinya, al-Quran. Kenyataan ini menunjukkan bahwa karya ini berhasil diselesaikan ini menjadi karya yang sangat berharga. Tafsir Quran ini merupakan sebuah jawaban yang lebih khusus menjadi suber utama pada zaman penulisannya. Hal ini menunjukkan sebagai sebuah medium untuk mengantarkan generasi intektual dan sebuah perubahan yang besar dalam membimbing umat manusia mengamalkan ajaran-ajara islam. Meskipun agak sedikit dini untuk mengatakannya sebagai karya tafsir, namun uraiannya cukup memberi kejelasan dalam memahami ayat-ayat tertentu dalam al-Quran, maka paling tidak karya ini dapat disebut sebagai karya tafsiriyyah. 30 C. CONTOH PENAFSIRAN TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS Berikut beberapa Mahmud Yunus: a) Surah al-Fi’il
contoh
penafsiran
ayat
dari
tafsir
Quran
Karim
karya
ِ َص َح ٍ ِضل ِ اب ال ِْف ﴾ َوأ َْر َس َل َعلَ ْي ِ ْم ََْي را أَبَابِي َل۲﴿ يل ْ َ﴾ أَلَ ْم يَ ْج َع ْل َك ْي َد ُه ْم فِي ت١﴿ يل َ أَلَ ْم تَ َر َك ْي َ ُّف فَ َع َل َرب ْ ك بِأ ٍص ٍ ف َمأْ ُك ٍ ﴾ تَ ْرِمي ِ ْم بِ ِح َج َارةٍ ِم ْن ِس ِّج٣﴿ )٥-١ : ﴾ (سورة الفيل٥﴿ ول ْ ﴾ فَ َج َعلَ ُِ ْم َك َع٤﴿ يل Artinya: Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap orang-orang yang mempunyai gajah (1); Tiadakah ia menjadikan tipu daya mereka jadi sia-sia (2); Dan mengirim kepada meraka burubf berbondong-bondong (3); Yang melempar mereka dengan batu dari tanah yang keras (4); lalu Allah jadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat) (Q.S. al-Fi’il : 1-5)31 29
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 111 30 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 117 31 Mahmud Yunus (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif, hal. 540-541
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
11
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Tafsirnya: Adapun balatentara yang bergajah itu, ialah Raja Yaman yang datang ke Negeri Makkah hendak meruntuhkan Ka’bah dengan membawa lascar dan gajah yang kuat. Setelah mereka hamper masuk ke Negeri Makkah, lalu beberapa burung menjatuhkan batu (tanah yang keras), boleh jadi didalamnya banyak hama penyakit cacar, sehingga mereka semuanya dihinggapi penyakit itu, akahirnya badan mereka hancur luluh seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya maksud mereka hendak meruntuhkan Ka’bah tiadalah berhasil adanya.32 b) Surah al-Fushshilat ayat 13
ِ اع َقة ِمثْل ص ِ ضوا فَ ُقل أَنْ َذرتُ ُكم ص ٍ اع َق ِة َع ﴾١٣ : ود ﴿سورة فصلت ُ فَِإ ْن أَ ْع َر َ اد َوثَ ُم َ َ َ ْ ْ ْ
Artinya: Jika mereka berpaling katakanlah : Aku beri peringatan kamu dan petir (sikas), seumpama siksa (yang menimpa kaum) ‘Ad dan Tsamud. (Q.S. Fushshilat : 13) 33
Tafsirnya: Arti (ِ َصم ِعق َ ) yang jama’nya adalah ( )صمااعialah Petir, geledek, halilintar, yaitu bunyi yang keras sekali diudara dan baisanya bersama kilat. Dalam Quran ada tiga tafsirnya: Mati seperti (ض َ َ )ف: maka matilah siapa yang dilangit dan siapa yang ِ ْص ِع َ َم ْمن فِم السَم َُ َوا ِ َو َم ْمن فِم ْاْلَر dibumi, Azab seperti (صم ِعقَ ِ عَم د َوثَ وُما َد َ َ صم ِعقَ ً ِم ْثم َ )أَ ْنم َذرْ تو وُ ْم: Aku beri peringatan kamu dan petir (siksa), seumpama siksa (yang menimpa kaum) ‘Ad dan Tsamud, dan Api (kilat) seperti ( وصمي و ِبهَم َم ْمن يَشَم و ِ اع َ فَي ِ ) َويورْ ِس و الصَم َا: Dia mengirim api (kilat), lalu mengenai siapa yang dikehendakinya. Sebenarnya ketiga-tiganya itu adalah hasil dari petir. الصيحة: teriakan yang keras (Surah al-Hijr ayat 73) ditafsirkan dengan Shaa’iqah ini, bukan dengan teriakan Jibril seperti dalam Tafsir Jalalain. 34 c) Surah Quraisy ayat 4
ٍ وع وآمن ِم ِمن َخو ِ ِ ﴾٤ : ف ﴿سورة قريش ْ ْ ْ ُ َ َ َ ٍ الَّذي أََ َْع َم ُِ ْم م ْن ُج
Artinya: Yang telah memberi makan kepada mereka karena kelaparan dan telah mengamankan mereka karena ketakutan. (Q.S. Quraisy : 4) Tafsirnya: Arti “ ِم ْنmin” banyak: 35 Min untuk permulaan (mulai dari) seperti صم َ ْمج َِ ْاْلَ ْق ِ ْمج َِ ْال َحم َرا ِ إِلَم ْال َُس ِ “ أَسْم َر بِ َعبْم َِ ِ لَم ْي ً مِمنَ ْال َُسdia memperjalankan hambanya pada malam hari dari masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa”. Untuk menerangkan setengah seperti “ َومِمنَ النَم ِ َم ْمن يَقوما و آ َمنَمdan setengah (diantara) manusia ada yang berkata : kami beriman”. Untuk arti ganti seperti (khudz haadza min dzaalika) “ambillah ini ganti itu”. Untuk menerangkan yaitu atau yakni seperti ِ َ(“ مِنَ ْال ِجنَ ِ َوالنSyetan itu), yaitu jin dan manusia”. ْ َ“ أDia memberi makan mereka karena Untuk arti karena seperti ْط َع َُه ْومم ِم ْمن جوما َوآ َممنَه ْوم ِم ْمن خَما kelaparan” Untuk zaidah (tambahan saja) seperti َ“ َو َم يَأْتِي ِه ْم ِم ْن نَبِ إِ َل َك نواا بِ ِه يَ ْستَه ِْزئوانTidak datang Nabi kepada mereka melainkan mereka perolok-olokkan”. 32
Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, hal. 918-919 Mahmud Yunus (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif, hal. 431 34 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, hal. 705 35 Mahmud Yunus (1967), Tafsir Quran Karim, hal. 919 33
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
12
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
D. KARYA TULIS MAHMUD YUNUS DAN AKHIR HAYATNYA
Mahmud Yunus selain seorang pendidik, ia juga seorang pengarang yang produktif. Pada ulang tahun beliau yang ke-70, para anak didik dan kawan-kawan Mahmud Yunus menyusun daftar-daftar buku karangannya yang telah diterbitkan. Menurut daftar yang ada, karangan beliau dalam bahasa Arab berjumlah 27 judul, terdiri dari 37 jilid dan dalam bahasa Indonesia berjumlah 34 judul, terdiri dari 42 jilid. 36 Sumber lain menyebutkan bahwa Mahmud Yunus menulis tak kurang dari 82 buku dan yang ditemukan dari karya-karyanya hanya 65. Mahmud memulai menulis sejak tahun 1920 dalam usia 21 tahun. Karirnya sebagai penulis tetap ditekuninya pada masa-masa selanjutnya. Dia senantiasa mengisi waktunya untuk menulis dalam situasi apapun. Pada waktu perang kemerdekaan ketika mengikuti perang gerilya, dia tetap menyempatkan diri untuk menulis. Buku “Marilah Sembahyang” yang terdiri dari 4 jilid adalah merupakan hasil karangan Mahmud sewaktu dia beserta pejuang-pejuang lainnya berada dalam pengungsian dari ancaman perlawanan tentara Belanda (Nica) di Batusangkar pada tahun 1949.37 Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar dari sekolah dasar (Ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang mempunyai pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1938 dan sudah mengalami cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai berikut:38 a) Bidang Pendidikan ada 6 karya 1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik 2. Metodik Khusus Pendidikan Agama 3. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia 4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran 5. At-Tarbiyyah wa at-Ta’lim (Bahasa Arab) 6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya 1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab) 2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab) 3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab) 4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab) 5. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah ala Thariqati al-Haditsah I (Bahasa Arab) 6. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah ala Thariqati al-Haditsah II (Bahasa Arab) 7. Metodik Khusus Bahasa Arab 8. Kamus Arab Indonesia 9. Penterjemah atau Pentafsir Al-Quran 10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab) 36
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 42 37 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 176 38 Malta Rina (2011), hal. 176-180
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
13
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
11. Muthala’ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab) 12. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah I (Bahasa Arab) 13. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah II (Bahasa Arab) 14. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah III (Bahasa Arab) 15. Muhadatsah al-Arabiyyah (Bahasa Arab) 16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala’ah wa al-Mahfuzhat (Bahasa Arab) c) Bidang Fiqh ada 17 karya 1. Marilah Sembahyang I 2. Marilah Sembahyang II 3. Marilah Sembahyang III 4. Marilah Sembahyang IV 5. Puasa dan Zakat 6. Haji ke Mekkah 7. HukumWarisan dalam Islam 8. Hukum Perkawinan dalam Islam 9. Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa 10. Manasik Haji untuk Orang Dewasa 11. Soal Jawab Hukum Islam d) Bidang Tafsir ada 15 karya 1. Tafsir al-Quran Al-Karim (30 juz) 2. Tafsir al-Fatihah (Bahasa Arab) 3. Tafsir Ayat Akhlak (Bahasa Arab) 4. Juz Amma dan Terjemahannya 5. Tafsir al-Quran Juz 1 – 10 (Bahasa Arab) 6. Pelajaran Huruf al-Quran (Bahasa Arab) 7. Kesimpulan Isi al-Quran 8. Alif Ba Ta wa Juz Amma (Bahasa Arab) e) Bidang Akhlak ada 9 karya 1. Keimanan dan Akhlak I 2. Keimanan dan Akhlak II 3. Keimanan dan Akhlak III 4. Keimanan dan Akhlak IV 5. Beriman dan Berbudi Pekerti f) Bidang Sejarah ada 5 karya 1. Sejarah Pendidikan Islam 2. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia
di
12. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 1 (Bahasa Arab) 13. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 2 (Bahasa Arab) 14. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 3 (Bahasa Arab) 15. Mabadi`u Fiqhu al-Wadhih (Bahasa Arab) 16. Fiqhu al-Wadhih An-Nawawy (Bahasa Arab) 17. Al-Masailu al-Fiqhiyyah ala Mazahibu al-Arba’ah (Bahasa Arab) 9. Muhadharaat al-Israiliyyaat fi alTafsir wa al-Hadits (Bahasa Arab) 10. Tafsir al-Quran Karim Juz 11-20 11. Tafsir al-Quran Karim Juz 21-30 12. Kamus al-Quran I 13. Kamus al-Quran II 14. Kamus al-Quran (juz 1 – 30) 15. Surat Yaasin dan Terjemahannya (Arab Melayu)
6. Lagu-Lagu Baru Pendidikan Agama / Akhlak 7. Akhlak Bahasa Indonesia 8. Moral Pembangunan dalam Islam 9. Akhlak 3. Tarikh al-Fiqhu al-Islamy (Bahasa Arab) 4. Sejarah Islam di Minangkabau 5. Tarikh al-Islam (Bahasa Arab) Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
14
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
g) Bidang-bidang lainnya 1. Ilmu Perbandingan Agama 2. Al-Adyaan (Bahasa Arab) 3. Pedoman Dakwah Islamiyyah 4. Muzakaraat Ushulu al-Fiqh (Bahasa Arab) 5. Durusu at-Tauhid (Bahasa Arab) 6. Ilmu al-Nafs 7. Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya 8. Do’a-Do’a Rasulullah
9. Pemimpin Pelajaran Agama I 10. Pemimpin Pelajaran Agama II 11. Pemimpin Pelajaran Agama III 12. Kumpulan Do’a 13. Marilah ke Al-Quran 14. Asy-Syuhuru al-Arabiyyah fi Biladi al-Islamiyyah (Bahasa Arab) 15. Khulashah Tarikh al-Ustaz Mahmud Yunus (Bahasa Arab)
Aktivitas-aktivitas Mahmud dalam bidang-bidang lain tidak mejadi rintangan bagi aktivitasnya dalam mengarang. Hal ini dapat dilihat dari tulisan yang dihasilkan justru pada saat aktivitasnya yang lain lebih memuncak terutama dalam bidang pendidikan. Hingga pada saat ia menjalani masa pensiun, ia tetap menulis bahkan pada tahun-tahun terakhir dari kehidupannya pa tahun (1982) masih ia sempatkan untuk selalu menulis.39 Awal tahun 1970 kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit. Tahun 1982, dia memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahun ini juga pada tanggal 16 januari, Mahmud Yunus meninggal dunia di Jakarta.40 Kiprah Mahmud Yunus dalam dunia pendidikan pada umumnya dan dalam pengajaran Bahasa Arab khususnya akan tetap menajdi amal shaleh yang tak akan putus. Beliau adalah salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada abad ke 20 yang patut dijadikan tauladan dan lebih utama lagi berusaha melanjutkan usaha-usaha yang beliau telah rintis selama hidupnya. Pengorbanan dan usaha beliau sangat besar dalam membentuk pondasi serta perubahan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dapat kita rasakan saat ini. Semoga generasi muda akan menyadari hal ini dan menjadikannya sebagai langkah perubahan yang lebih baik di masa mendatang. E. SUMBER RUJUKAN TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS
Adapun sumber-sumber rujukan tafsir Quran Karik karya Mahmud Yunus sebagai berikut:41 1) 2) 3) 4) 5)
Tafsir al-Thabary, juz 1, halaman 42 Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, halaman 3 Tafsir al-Qasimy, juz 1, halaman 7 Fajrul Islam, juz 1, halaman199 Zhuhrul Islam, juz 2 halaman 40-43 dan juz 3 halam 37 39
Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 180 40 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 200 41 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, Pendahuluan, hal. VI
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
15
TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS Ushuluddin IV
Daftar Pustaka Federspiel, Howard M. (1996), Kajian al-Quran
di
Indonesia
terjemahan
Tajul Arifin dari judul asli “Popular Indonesia Literature of the Quran”, Bandung: Mizan, Ghofur, Saiful Amin (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Ibrahim, Sulaiman (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I Muhammad, Herry, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I Rina, Malta (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat Yunus,
Mahmud
(1981), Tafsir
Quran
Karim, Jakarta: PT
Hidakarya
Abang Yunus, Mahmud (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif, Cet I
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia
16