BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang mendalam tentang alam sekitar.Selama proses pembelajaran siswa dituntut terlibat secara langsung agar siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami konsep-konsep berdasarkan fenomena di alam sekitar secara ilmiah. Karena fisika merupakan bagian dari IPA atau sains, maka diharapkan dengan mempelajari fisika siswa dapat mampu memahami konsep-konsep sains dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bruner, pemerolehan konsep dilakukan dengan cara penemuan (discovery) dengan siswa diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, bekerja sama dengan teman sejawat secara efektif dan dapat mengembangkan pola pikir ilmiah siswa,
sehingga akan
memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning).
1
2
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penerapan pembelajaran berbasis penemuan masih mempunyai kekurangan. Seperti
yang
dikemukakan oleh Paul Kirschner et al. (2004) dalam jurnalnya bahwa : “Current Research. More recent evidence from well-designed, controlled experimental studies continues to support direct instructional guidance rather than unguided learning (e.g. see Moreno, 2004; Tuovinen & Sweller, 1999). For example, Hardiman, Pollatsek, and Weil (1986) and Brown and Campione (1994) noted that when students learn science in classrooms with pure-discovery methods and minimal feedback, they often become lost, frustrated, and their confusion can lead to misconceptions. Others (e.g., Carlson, Lundy, & Schneider, 1992; Schauble, 1990) found that since false starts are common in such learning situations, unguided discovery is most often inefficient.”
Dari hasil penelitian Paul Kirschner et al. (2004) itu pun didapatkan informasi bahwa menggunakan unguided discovery, siswa mampu menyelesaikan tuntutan pembelajaran sebesar 34% dengan waktu yang dibutuhkan selama 60 menit. Untuk minimally guided discovery, siswa mampu menyelesaikan tuntutan pembelajaran sebesar 68% dengan waktu yang dibutuhkan selama 49 menit. Dan untuk strongly guided discovery siswa mampu menyelesaikan tuntutan pembelajaran sebesar 89% dengan waktu yang dibutuhkan selama 29 menit. Berdasarkan
hasil
analisis
ketidakefektifan
penerapan
pembelajaran berbasis penemuan (discovery) tersebut, maka diperlukan usahauntukmengembangkan suatu model pembelajaran yang inovatif berbasis penemuan (discovery) yang lebih terbimbing dengan membuat tahapan pembelajaran yang lebih operasional.
3
Terdapat hubungan antara penerapan discovery learning dengan pemahaman konsep. Dari hasil penelitian sebelumnya, penerapan discovery learning dapat pemingkatkan pemahaman konsep siswa dengan rata-rata gain dinormalisasikan sebesar 0,7 dengan kategori tinggi. Dengan rincian gain yang dinormalisasikan untuk aspek translasi meningkat sebesar 0,7, untuk aspek interpretasi meningkat sebesar 0,6 dan untuk aspek ekstrapolasi meningkat sebesar 0,6.(dalam Nanik Supriati, 2011). Kesulitan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan hendaknya menjadi refleksi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan rancangan pembelajaran. Oleh sebab itu, penulis mencoba mengajukan judul
penelitian
“Pengembangan
Model
Pembelajaran
Berbasis
Penemuan (Discovery) Pada Pokok BahasanKinematika Gerak Lurus Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengembangan sintak model pembelajaran berbasis penemuan langsung (discovery)dalam meningkatkan pemahaman konsep?” Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana
sintak
model
pembelajaran
(discovery) yang dikembangkan?
berbasis
penemuan
4
2. Bagaimanakah keterlaksanaan sintak model pembelajaran yang dikembangkan? 3. Bagaimanakahketercapaian aktifitas siswa pada penerapan model pembelajaran yang dikembangkan? 4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis penemuan langsung (discovery) yang dikembangkan pada materi gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB)?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka dilakukan pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1. Sintak model pembelajaran yang dikembangkan adalah tahapantahapan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan aspek pola pikir ilmiah yang perlu dimiliki siswa dan pembelajaran berbasis penemuan (discovery). 2. Keterlaksanaan sintak pembelajaran dalam penelitian ini dinilai hanya dari kegiatan guru yang muncul dan yang sesuai indikator keterlaksanaan sintak tiap sintak yang telah dibuat. 3. Ketercapaian aktifitas siswa dalam penelitian ini dinilai hanya dari aktifitas siswa yang muncul dan yang sesuai indikator ketercapaian aktifitas siswa pada tiap sintak yang telah dibuat.
5
4. Peningkatan pemahaman konsep siswa hanya terbatas pada aspek kognitif C2. Aspek pemahaman konsep yang diukur adalah aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiono, 2002:2). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rancangan model pembelajaran berbasis penemuan langsung (Discovery). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang diharapkan adalah : 1. Merancang sintak pengembangan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery) 2. Mengetahui keterlaksanaan rancangan model pembelajaran yang
dikembangkan 3. Mengetahui ketercapaian aktifitas siswa dari penerapan rancangan
model pembelajaran yang dikembangkan 4. Mengetahui
peningkatan
pemahaman
konsep
siswa
setelah
diterapkannya rancangan sintak pengembangan model pembelajaran
6
berbasis penemuan (discovery) pada pokok bahasan kinematika gerak lurus. F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangankan model pembelajaran berbasis penemuan langsung (Discovery) dan pemahaman konsepdalam konsep lainnya.
G. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi maka akan dijelaskan beberapa istilah yang menjadi variabel penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengembangan model pembelajaran berbasis penemuan (discovery) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori belajar penemuan (discovery) dan aspek pola pikir ilmiah dengan sintak pembelajaran yang lebih terbimbing dan operasional. 2. Yang dimaksud keterlaksanaan sintak pembelajaran dalam penelitian ini adalah seberapa banyak atau besar guru melakukan sintak rancangan model pembelajaran pada proses pembelajaran selama masa
uji
coba.Keterlaksanaan
sintak
pembelajaran
yang
dikembangkan ini diukur berdasarkan hasil observasi observer terhadap aktifitas guru.
7
3. Yang dimaksud ketercapaian aktifitas siswa dalam penelitian ini adalah seberapa banyak atau besar indikator aktifitas siswa dari sintak rancangan model pembelajaran yang tercapai dan terlihat dari aktifitas siswa yang muncul saat penerapan model pembelajaran yang dikembangkan.
Ketercapaian
model
pembelajaran
yang
dikembangkan ini diukur dengan melihat aktifitas siswa yang terlihat dari lembar kerja siswa (LKS) dan hasil pengamatan observer. 4. Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep kemudian memaknai arti suatu materi. Peningkatan aspek-aspek pemahaman konsep dilihat dari peningkatan kemampuan translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Untuk Mengetahui profil pemahaman konsep ini dilihat dari hasil tes pemahaman konsep.
H. Target keterlaksanaan sintak Target
keterlaksanaan
sintak
ini
dibuat
sebagai
standar
keterlaksanaan yang ingin dicapai oleh peneliti selama penerapan sintak pembelajaran yang dikembangkan. Target keterlaksanaan sintak dibuat berdasarkan aktifitas guruyang dinilai oleh observer. Persentase target ketercapaian rata-rata aktifitas siswa yang akan dimunculkan oleh rancangan model yang dibuat adalah sebesar 75%.
8
I. Target ketercapaian aktifitas siswa Target ketercapaian aktifitas siswa ini dibuat sebagai standar ketercapaian yang ingin dicapai oleh peneliti selama penerapan sintak pembelajaran yang dikembangkan. Persentase target ketercapaian aktifitas siswa rata-rata yang dimunculkan pada penerapan rancangan model yang dikembangkan adalah sebesar 75%.
J. Target peningkatan pemahaman konsep Target peningkatan pemahaman konsep dari penerapan model pembelajaran yang dikembangkan dibuat berdasarkan nilai gainyang dinormalisasikanterhadap pemahaman konsep yang dihasilkan setelah penerapan
rancangan
model
pembelajaran
ini.
Target
gainyang
dinormalisasikan yang tetapkan peneliti adalah 0,7<
≤ 1 dengan kategori tinggi.