1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang senantiasa berubah, menuntut guru untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda kepada siswa sehingga siswa berkompeten, dalam arti mempunyai pengetahuan, kemampuan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kebanyakan proses pembelajaran yang guru berikan masih bersifat memberikan pengetahuan kepada siswa secara pasif. Guru mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, dengar, catat dan hafal. Proses tersebut dikhawatirkan akan membuat siswa cepat bosan dan jenuh, karena siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan siswa dapat diciptakan oleh guru, salah satunya melalui pendekatan discovery (penemuan). Dalam pembelajaran tersebut siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep (Rustaman, et al., 2003:114). Hal senada dinyatakan oleh Bruner (Dahar, 1988:125) yang menyarankan agar siswa-siswa berpartisipasi secara aktif dalam belajar dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka mendapatkan pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen, sehingga mendapatkan prinsip-prinsip itu sendiri. Menurut Carin & Sund (Rustaman et al., 2005:96) pembelajaran dengan pendekatan discovery dibedakan menjadi: guided discovery, less structured guided discovery, dan free discovery. Pendekatan discovery yang dilakukan di
2
dalam penelitian ini adalah pendekatan guided discovery (penemuan terbimbing). Pada pendekatan guided discovery, guru menjadi pengarah dan fasilitator yang memberikan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan siswa akan informasi yang relevan dengan tugas. Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan guided discovery menunjukkan beberapa kebaikan (Bruner dalam Dahar, 1988:126), diantaranya, pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama, dan hasil pendekatan ini mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Melalui pendekatan guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu siswa dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan. Menurut Darliana (1999:27) menyimpulkan adalah menduga sesuatu yang tersembunyi dibalik fakta yang teramati. Menyimpulkan atau inferensi sering digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya biologi, karena inferensi merupakan penjelasan lebih lanjut dari pengamatan atau observasi (Rustaman, 1997:4). Hal senada dinyatakan oleh Tobing (1981:11) bahwa proses menyimpulkan adalah menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari apa yang telah diperoleh dari pengamatan atau eksperimen. Dengan demikian pada saat menyimpulkan suatu permasalahan, merupakan saat mempertemukan pengetahuan awal (konsep yang sudah dimiliki siswa dengan fakta hasil observasi), sehingga berdasarkan data-data yang ada maka dibuatlah kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului (Walgito, 2004:180). Salah satu keterampilan proses yang masih kurang dimiliki oleh sebagian siswa yaitu keterampilan menarik kesimpulan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
3
Marliane (1996:54) yang menyebutkan hanya 19,35% siswa SMUN Cikajang kelas dua yang terbiasa berperan dalam merumuskan kesimpulan. Padahal keterampilan ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Begitu juga dengan hasil penelitian Selasi (1996:47) menyebutkan
bahwa
kemampuan
siswa
SMUN
16
Bandung
dalam
mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai untuk mengambil suatu kesimpulan pada konsep keanekaragaman hayati masih kurang. Melalui berbagai pendekatan dan metode setiap keterampilan proses dapat dimunculkan, dilatih dan dikembangkan, tidak terkecuali keterampilan menarik kesimpulan. Salah satu alternatif pendekatan yang dapat dilakukan dalam melatih keterampilan siswa untuk menarik kesimpulan adalah pendekatan guided discovery. Dalam penelitian ini, subkonsep yang digunakan untuk mengetahui profil atau gambaran umum pada pembeajaran yang menerapkan pendekatan guided discovery terhadap kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan adalah sistem pernapasan hewan. Subkonsep ini dipilih karena kegiatan pembelajaran yang terdapat di dalam subkonsep sistem pernapasan hewan, dapat melibatkan sejumlah keterampilan proses sains seperti, observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi dan lain-lain, yang salah satu diantaranya juga melibatkan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan. Adapun penelitian yang terkait dengan discovery antara lain dilakukan oleh Sari (2005:54) tentang pengaruh praktikum dengan pendekatan discovery terhadap kemampuan kognitif dan kinerja siswa pada konsep makanan dan sistem pencernaan makanan, dan penelitian Solihah (2006:58) tentang kreativitas berfikir
4
siswa melalui pendekatan guided discovery dalam konsep reproduksi tumbuhan. Sementara ini, penelitian yang mengkaji tentang kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery belum ada, sehingga dirasakan perlu dilakukakan penelitian yang berjudul “profil kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah profil kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan?” Untuk semakin memperjelas masalah yang akan dibahas, maka dibuat pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: “Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan?”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum atau informasi mengenai kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan.
5
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai berikut : 1. Bagi siswa : mendapatkan pengalaman berlatih menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery, dan mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi guru: memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas pembelajarannya, memotivasi guru untuk mengembangkan lebih lanjut pendekatan guided dicovery pada konsep yang lain, dan memberi informasi mengenai kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery. 3. Bagi peneliti lain, bisa dipakai sebagai sumber gagasan dalam pengerjaan penelitian yang lain.
6
BAB II KEMAMPUAN SISWA DALAM MENARIK KESIMPULAN MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY PADA SUBKONSEP SISTEM PERNAPASAN HEWAN
A. Pendekatan Guided Discovery Menurut Bruner (Cooney, Davis:1975,138 dalam Markaban, 2006:9), penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan dan bukan suatu produk atau item pengetahuan tertentu. Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Belajar penemuan (discovery learning) berarti siswa dibimbing untuk mengorganisasikan materi sendiri serta menemukan hubunganya. Konsep dibelakang pendekatan discovery adalah bahwa motivasi siswa untuk belajar sains akan meningkat apabila ia mempunyai pengalaman seperti yang dialami para peneliti ketika menemukan suatu temuan ilmiah (Rustaman et al, 2005:95). Agar siswa dapat menemukan sendiri, siswa harus melakukan proses mental
seperti:
mengamati,
klasifikasi,
mengukur,
meramalkan,
dan
menyimpulkan. Menurut Carin&Sund (Rustaman, 2005:96) pembelajaran dengan pendekatan discovery dibedakan menjadi: guided discovery, less structured guided discovery, dan free discovery.
7
Dalam pendekatan guided discovery, peran siswa cukup besar, karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa (Markaban, 2006:15). Pendekatan ini melibatkan suatu dialog atau interaksi antara siswa dan guru, dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru (Markaban, 2006:10). Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa, dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti, pemecahan masalah, investigasi, atau aktivitas lainnya (Markaban, 2006:15). Pembelajaran dengan pendekatan guided discovery dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk saling mempengaruhi cara berpikir masing-masing, yaitu dengan guru memancing berpikir siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang terfokus pada masalah, sehingga memungkinkan siswa untuk memahami dan mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah (Markaban, 2006:11). Dalam pendekatan guided discovery, interaksi dapat terjadi antara siswa, baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas), dan antar siswa dengan guru. Di dalam pendekatan discovery, guru dapat menggunakan strategi penemuan secara induktif atau deduktif (Markaban, 2006:11). Pada penelitian ini strategi penemuan yang digunakan adalah secara deduktif. 1. Strategi Penemuan Induktif Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan atau fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan, dan
8
yang kedua bagian dari argumentasi itu (Markaban, 2006:11). Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok. 2. Strategi Penemuan Deduktif Penalaran deduktif yaitu, kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif, kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan yang tidak dikenalnya, dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Dalam pendekatan discovery, guru membimbing siswa jika diperlukan, dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru, dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Dengan pendekatan penemuan terbimbing, siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Menurut Sudirman (Solihah, 2006:11) pendekatan guided discovery adalah sebagai berikut:
9
1. Masalah untuk masing-masing kegiatan dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa. 2. Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui proses pembelajaran harus ditulis dengan jelas dan tepat. 3. Alat dan bahan disediakan sesuai kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan. 4. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan discovery. 5. Kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa, untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. 6. Pertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa. 7. Catatan guru, berupa catatan-catatan yang meliputi: penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan atau pembelajaran, isi atau materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil, terutama apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan.
Kelebihan dari pendekatan guided discovery (Markaban, 2006:16) adalah sebagai berikut: a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
10
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari atau menemukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa. d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
Sementara itu kekurangan pendekatan guided discovery (Markaban, 2006:16-17) adalah sebagai berikut : a. Untuk materi tertentu, waktu yang dibutuhkan lebih lama. b. Tidak semua siswa terbiasa dengan cara pendekatan guided discovery. Di lapangan, beberapa siswa masih lebih mudah mengerti dengan model ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan pendekatan guided discovery.
B. Keterampilan Proses Sains (KPS) Pendekatan keterampilan proses menurut Semiawan (1986) merupakan irama gerak atau tindakan dalam pengajaran sains yang dapat menciptakan kondisi belajar siswa lebih aktif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Depdikbud (Dimyati & Mudjiono, 2002:138) bahwa pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan intelektual, sosial, fisik, yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
11
yang pada prinsipnya telah ada pada siswa. Sama halnya dengan yang diungkapkan Rustaman, et al (2003:113) bahwa pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendidikan yang berorientasi kepada proses IPA. Keterampilan proses IPA adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan
teori-teori IPA, baik
berupa
keterampilan
mental,
keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial (Rustaman & Rustaman, 1997:29-30). Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial (Rustaman et al, 2005:78). Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Menurut Rustaman et al, (2005:78-81) jenis-jenis keterampilan proses sains yaitu: melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),
mengelompokkan
(klasifikasi),
meramalkan
(prediksi),
berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan. Sedangkan jenis keterampilan proses sains menyimpulkan menurut Rustaman terintegrasi ke dalam menafsirkan pengamatan (interpretasi). Akan tetapi menurut Dimyati&Mudjiono
12
jenis keterampilan proses sains menyimpulkan tidak terintegrasi ke dalam menafsirkan pengamatan (interpretasi). Menurut Edi (1995:6-7) kelebihan dan kelemahan keterampilan proses IPA adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan pendekatan keterampilan proses adalah: a. Siswa akan berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar b. Siswa akan mengalami proses untuk mendapatkan konsep rumusan atau keterampilan tentang sesuatu sehingga siswa dapat memahaminya. c. Memungkinkan siswa mengembangkan sikap ilmiahnya dan merangsang rasa ingin tahu siswa. d. Siswa akan memperoleh pengertian yang benar-benar dihayatinya, karena siswa sendiri menemukan konsep dari hasil pekerjaannya sendiri. e. Memungkinkan bekerja lebih bebas dan leluasa serta mengurangi ketergantungan kepada orang lain. f. Pengembangan ilmu dan perubahan-perubahan konsep yang mungkin terjadi mudah diterima. g. Keterampilan yang diperoleh siswa akan berguna dalam kehidupan seharihari. h. Membiasakan siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara sistematis dan menghargai pendapat orang lain.
2. Kelemahan keterampilan proses adalah: a. Pelaksanaan pendekatan ini memerlukan waktu cukup panjang.
13
b. Guru harus menyediakan waktu yang lebih banyak bagi siswa. c. Jumlah siswa dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 20 orang, karena guru perlu memperhatikan siswa di kelas. d. Kesiapan intelektual siswa perlu diperhatikan, hal ini mempengaruhi hasil pekerjaannya. e. Sukar membuat siswa aktif berpartisipasi secara merata. f. Guru harus mampu membuat rencana pengajaran lebih teliti.
C. Kemampuan Menarik Kesimpulan Salah satu keterampilan yang dapat dilatih dan dikembangkan dalam keterampilan proses IPA yaitu keterampilan proses menarik kesimpulan. Menarik kesimpulan menurut Nuryani dan Andrian (1997:27) termasuk ke dalam keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan. Menurut Gega (1994), menyimpulkan secara umum dapat diartikan sebagai upaya menginterpretasikan atau menjelaskan segala hal yang kita amati. Tobing (1981:11) menyatakan bahwa proses menyimpulkan adalah menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari apa yang telah diperoleh dari pengamatan atau eksperimen. Perumusan kesimpulan pada dasarnya terkait dengan konsep yang dipraktikumkan, yang dicapai melalui interpretasi data praktikum setelah praktikum selesai (Marliane, 1996). Fakta yang diperoleh siswa dari hasil pengamatan belum tentu mencukupi untuk membantu siswa menjawab permasalahan (Darliana 1999:27). Oleh karena itu pada saat pengamatan siswa harus menguasai konsep-konsepnya dulu, sehingga pada saat menyimpulkan
14
merupakan suatu permasalahan yang mempertemukan pengetahuan awal (konsep yang sudah dimiliki siswa dengan fakta hasil observasi). Berdasarkan data-data yang ada maka dibuatlah kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului (Walgito, 2004:180). Menurut Nuryani dan Andrian (1997:13) siswa perlu mendapat kesempatan untuk mengamati sesuatu yang baru dan menemukan bukti-bukti yang memungkinkan untuk menguji pola tertentu yang ditemukannya dan mengarahkan pada proses penarikan kesimpulan. Gega (1994:82) menyebutkan paling sedikit ada tiga cara yang biasanya dapat membantu siswa untuk dapat mengambil kesimpulan terhadap apa yang diamatinya secara tepat yaitu: 1. Mengajarkan kepada siswa untuk membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. 2. Membiarkan siswa menginterpretasikan apa yang mereka amati atau data yang telah terekam. 3. Membiarkan siswa mengamati dan menginterpretasikan kejadian yang tak langsung.
Data yang diperoleh pada kegiatan praktikum harus diolah untuk mendapat kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan dengan mengubah data yang dihasilkan ke dalam bentuk grafik atau tabel, dengan tujuan agar data yang disajikan lebih mudah untuk ditafsirkan. Faktor yang mempengaruhi kemampuan merumuskan kesimpulan praktikum adalah pertanyaan pengarah (Tresna, 1997:69-70). Dalam keterampilan menginterpretasikan hasil penemuan dan
15
menarik kesimpulan, Harlen (1992:34-35) menyebutkan lima indikator yang digunakan yaitu: 1. Membuat beberapa pernyataan yang mengandung berbagai informasi. 2. Menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi dari hasil penelitian. 3. Mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. 4. Mengecek kembali pola atau hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain terhadap seluruh data. 5. Menggeneralisasi kesimpulan umum.
Gagne (Muliawati, 2005) menyarankan kondisi yang dapat menunjang siswa untuk belajar membuat kesimpulan adalah: 1. Siswa diberitahukan tujuan yang akan dicapai apabila yang bersangkutan telah mengalami proses belajar. 2. Siswa diberikan sejumlah pertanyaan yang merangsang dan meningkatkan terhadap
konsep-konsep
yang
telah
dipelajari
dan
dimiliki
untuk
mengungkapkan perbedaan pengetahuannya. 3. Siswa diberikan beberapa kata-kata kunci yang dapat mengarahkannya pada pembentukan tertentu yang diharapkan. 4. Siswa diberi kesempatan untuk menyatakan kesimpulan tersebut dengan katakata sendiri. 5. Siswa diberikan kesempatan selanjutnya untuk merumuskan kesimpulan tersebut dengan bentuk statement formal atau pernyataan baku.
16
D. Sistem Pernapasan Hewan Setiap sel-sel tubuh membutuhkan suplai oksigen yang cukup untuk kelancaran aktivitasnya. Sistem tubuh yang berfungsi dalam pertukaran gas antar darah dan atmosfir disebut sistem pernafasan (respirasi) (Kurnadi, 2002:47). Sedangkan Syamsuri, et al. (2004:2) menyatakan bahwa bernapas (breathing) berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Pada hewan-hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernapasan, yakni berupa paru-paru, insang atau trachea, sementara pada hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel-sel tubuhnya. Dari alat pernapasan, oksigen diangkut ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktifitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Kecepatan pernapasan berbeda untuk setiap organisme, misalnya kecepatan pernapasan pada manusia dewasa adalah 15-20 kali permenit. Kecepatan pernapasan pada beberapa hewan dan manusia dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
17
Tabel 2.1 Kecepatan Respirasi pada Beberapa Hewan dan Manusia. No Organisme Kecepatan Pernapasan (per-menit) 1. Manusia dewasa 15-20 2. Bayi baru lahir 35 3. Anak 5 tahun 26 4. Manusia 25 tahun 18 5. Manusia 50 tahun 15 6. Kelinci 28 7. Merpati 36 8. Monyet 31 9. Anjing 28 10. Kucing 34 Sumber: Winatasasmita, (2001: 190). Kecepatan pernapasan pada beberapa serangga dapat diukur dengan menggunakan alat respirometer sederhana seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Skema respirometer sederhana pada serangga. Kecepatan pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar sebagai berikut: 1. Umur Pada manusia, umumnya semakin bertambah umur seseorang, irama pernapasannya semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan makin berkurangnya kebutuhan energi. Usia balita atau anak-anak remaja merupakan masa pertumbuhan fisik yang sangat membutuhkan banyak energi, yang berarti laju
18
metabolisme dalam tubuh juga akan lebih cepat, sehingga membutuhkan banyak oksigen dan juga mengeluarkan lebih banyak karbondioksida. 2. Jenis kelamin Laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak dan bekerja lebih keras dari pada perempuan. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan energi, sehingga membutuhkan banyak oksigen untuk meningkatkan laju metabolisme tubuh. 3. Suhu tubuh Semakin rendah suhu semakin cepat pernapasan, sebaliknya semakin tinggi suhu semakin lambat pernapasan, akan tetapi hal ini tidak berlangsung secara linier. Apabila suhu tubuh terus meningkat, maka pada suhu tertentu laju irama pernapasan akan semakin cepat. Contohnya saat tubuh demam. 4. Posisi tubuh Posisi tubuh menentukan banyaknya otot dan organ tubuh yang bekerja. Hal ini berarti menentukan kebutuhan energi untuk mendukungnya. Sebagai contoh pada saat berdiri otot-otot kaki banyak yang berkontraksi, juga otot-otot tubuh yang ikut menjaga agar posisi tubuh tegak berdiri ikut berkontraksi. Di samping itu, agar tubuh dapat berdiri maka organ dan pusat saraf keseimbangan bekerja untuk mengendalikan posisi tubuh. Karena itu irama pernapasan pada posisi berdiri lebih cepat dari pada orang yang duduk atau orang yang berbaring.
19
5. Kegiatan atau aktivitas tubuh Semakin banyak organ tubuh yang bekerja dan semakin berat kerja organ tersebut, semakin tinggi kebutuhan energi yang diperlukan, sehingga laju metabolisme dan irama pernapasan semakin cepat. 6. Kadar O2 dan CO2 dalam tubuh Kekurangan O2 dapat menyebabkan kecepatan pernapasan bertambah, sedangkan jika konsentrasi CO2 bertambah, kecepatan pernapasan bertambah pula.
E. Beberapa Hasil Penelitian tentang Pendekatan Discovery Pada bagian ini, penulis menyajikan dua hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang pendekatan discovery dalam konsep dan yang diteliti berbeda. Adapun kedua penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Sary (2005) melakukan penelitian tentang “pengaruh praktikum dengan pendekatan discovery terhadap kemampuan kognitif dan kinerja siswa pada konsep makanan dan sistem pencernaan makanan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan discovery mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan kognitif dan kinerja siswa, karena pendekatan ini dapat memotivasi dan memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga informasi yang diperoleh akan bertahan lama. 2. Solihah (2006) melakukan penelitian tentang “kreativitas berfikir siswa melalui pendekatan guided discovery dalam konsep reproduksi tumbuhan di SMA negeri 6 Bandung”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan
20
guided discovery dapat meningkatkan kreativitas berfikir siswa karena pendekatan ini disajikan dengan banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya, sehingga siswa aktif terlibat dalam semua situasi belajar.
21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional 1. Pendekatan guided discovery yang dimaksud adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada kemampuan siswa menemukan sendiri fakta atau konsep yang betul-betul didasarkan pada hasil pengamatan, pengolahan data hasil pengamatan, dan penarikan kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut. Tahapan pendekatan guided discovery pada penelitian ini dimulai dari kegiatan awal yaitu, mengungkapkan konsep awal siswa. Kegiatan inti berupa, siswa melakukan praktikum untuk menemukan sendiri fakta atau konsep yang betul-betul didasarkan pada hasil pengamatan dengan cara yang mereka tentukan sendiri untuk mencari jawaban dari masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan setelah itu siswa mendiskusikan hasil temuan mereka, disini peran guru hanya sebagai pembimbing melalui pertanyaan pengarah ketika mengetahui siswa melakukan cara yang salah saat melakukan proses penemuan. Kegiatan penutup yaitu, guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari hasil percobaan yang telah mereka lakukan. 2. Kemampuan siswa menarik kesimpulan pada pembelajaran guided discovery dalam penelitian ini adalah, kemampuan siswa menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan yang diperoleh. Kemampuan ini diukur melalui tes yang diberikan secara tertulis dalam bentuk uraian. Soal-soal kemampuan menarik kesimpulan tersebut terdiri atas sepuluh soal yang diberikan kepada siswa
22
setelah selesai kegiatan praktikum yang menerapkan pendekatan guided discovery. Soal-soal tersebut mencakup lima indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan yaitu, membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan, menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan, dan menggeneralisasi kesimpulan umum dari data hasil pengamatan.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah quasi experiment, disebut demikian karena penelitian ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturanperaturan tertentu (Arikunto, 2002:77), seperti tidak adanya kontrol. Desain penelitian ini yaitu one shot case study, dengan pola
X:O
Keterangan: X adalah treatment atau perlakuan. 0 adalah hasil observasi sesudah treatment.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2007-2008 yang terdiri atas 44 orang. Subjek penelitian
23
ditentukan secara Non Probability Sampling, yaitu 25% dari populasi yang ada (sebanyak empat kelas XI IPA).
D. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 15, Jalan Sarimanis, Sarijadi, Bandung.
E. Instrumen Penelitian Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa instrumen berikut, yaitu: 1. Tes uraian kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada subkonsep sistem pernapasan hewan. 2. Angket, untuk memperoleh informasi atau respons siswa tentang pembelajaran guided discovery yang telah dilakukan. 3. Lembar observasi kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery.
Selanjutnya diuraikan secara rinci instrumen penelitian di atas, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada sub konsep sistem pernapasan hewan, diberi soal uraian sebanyak 10 soal yang memunculkan indikator membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan, menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu
24
observasi dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan, dan menggeneralisasi kesimpulan umum dari data hasil pengamatan. Adapun kisikisi soal kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan tersebut dapat dilihat pada lampiran C.3. 2. Untuk memperoleh informasi atau respons siswa tentang pembelajaran guided discovery yang telah dilakukan, siswa diberi angket yang terdiri atas sembilan pertanyaan tentang kelebihan dan kekurangan pendekatan guided discovery dan apakah melalui pendekatan guided discovery ini dapat membantu siswa dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan. 3. Untuk melihat apakah guru telah melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery, observer diberi lembar observasi yang berisi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam melakukan pendekatan guided discovery selama proses pembelajaran berlangsung.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh melalui soal-soal kemampuan menarik kesimpulan, angket, dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut,
25
Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan guided discovery yang diobservasi oleh seorang observer.
Tes kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan.
Pemberian angket kepada siswa.
G. Analisis Uji Coba Instrumen Pengujian instrumen ini terdiri dari uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. 1. Validitas Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi produk-momen yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2003:65-72). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
r
xy
=
N (∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X 2 − (∑ X ) }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 } 2
Keterangan:
r
xy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = Skor tiap soal Y = Skor total N=
Jumlah total
Adapun kriteria acuan untuk validitas dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
26
Tabel 3.1 Derajat Validitas Soal Rentang 0,8 -1,00 0,6 - 0,79 0,4 - 0,59 0,2 - 0,39 0,0 - 0,19
Keterangan Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
2. Reliabilitas Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat dipercaya, konsisten dan produktif. Pengujian reliabilitas tes, dapat menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2003:109). 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ ∑ σ 1 1 − = ⎜ ⎟ r11 ⎝ n − 1 ⎠⎜ σ ⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Keterangan : r11
= Reliabilitas yang dicari
n
= Banyak butir soal (item)
∑σ σ
2 1
= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Variansi total
Adapun kriteria acuan untuk reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2 Derajat Reliabilitas Soal Rentang 0,8 - 1,00 0,6 - 0,79 0,4 - 0,59 0,2 - 0,39 0,0-0,19
Keterangan Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
27
3. Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampaun rendah (Arikunto, 2003:211). DP = BA - BB
= PA - PB
JA - JB Keterangan: J = Jumlah peserta tes BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar. PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah Adapun kriteria acuan untuk daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.3 Derajat Daya Pembeda Soal Rentang 0,50 – ke atas 0,30 - 0,49 0,20 – 0,29 0,10 – 0,19 0,00 – 0,09
Keterangan Sangat tinggi Baik Agak baik, kemungkinan harus direvisi Buruk, sebaiknya dibuang Sangat buruk, harus dibuang
28
4. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus proporsi (Arikunto, 2003: 207-208). P=B JS Keterangan: P = Indeks kesukaran. B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini. Tabel 3.4 Derajat Tingkat Kesukaran Soal Rentang 0,86 – 1,00 0,71 - 0,85 0,31 – 0,70 0,16 – 0,30 0,00 – 0,15
Keterangan Sangat mudah, sebaiknya dibuang Mudah Sedang Sukar Sangat sukar, sebaiknya dibuang
Untuk lebih memudahkan penulis dalam melakukan proses perhitungan, maka penulis tidak mengolah data secara manual seperti dengan menggunakan rumus-rumus di atas, akan tetapi penulis menggunakan software komputer untuk perhitungan statistik yaitu anates versi 12 tahun 2002. Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan software anates, sehingga diketahui tingkat kesukaran, reliabilitas, validitas, dan daya pembeda soal. Berdasarkan
29
hasil pengolahan data, diketahui bahwa soal uji coba instrumen perlu diperbaiki (Lampiran B.3), sehingga sebelum pengambilan data, dilakukan perbaikan instrumen terlebih dahulu.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara perhitungan persentase. 1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada setiap indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, digunakan aturan Erman dan Yaya (Mulyadiana, 2000:48) yaitu: Rentang Nilai
Kategori
91% ≤ A < 100%
Sangat baik
76% ≤ B < 90%
Baik
56% ≤ C < 75%
Cukup
41% ≤ D < 55%
Kurang
0% ≤ E < 40%
Jelek
Rumus yang digunakan untuk kategori di atas adalah: Kemampuan = Skor yang diperoleh
× 100%
Skor maksimum 2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, maka dihitung rata-rata persentase yang peroleh dari setiap indikator, dan pengkategorian dilihat berdasarkan banyaknya kategori yang muncul pada setiap indikator.
30
3. Untuk mengetahui tanggapan siswa dari hasil angket, setiap jawaban siswa dipersentasekan. Persentase jawaban = Jumlah siswa yang menjawab x 100% Jumlah siswa keseluruhan 4. Observasi pada guru saat kegiatan belajar mengajar dibahas berdasarkan tinjauan teoritis, dengan terlebih dahulu jawaban dipersentasekan.
I. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian yang dilakukan dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu, tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap berikut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tahap persiapan terdiri dari: a. Penyusunan skenario pembelajaran dilakukan setelah melalui studi kepustakaan, observasi awal, dan identifikasi masalah. b. Pembuatan
instrumen
penelitian
yaitu
tes
kemampuan
menarik
kesimpulan, angket, dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. c. Pelaksanaan
judgement
instrumen
kepada
dosen
ahli,
kemudian
melakukan perbaikan instrumen berdasarkan hasil pertimbangan dosen ahli. d. Pelaksanaan uji coba soal kemampuan menarik kesimpulan di SMA Negeri 14 Bandung, dan kemudian melakukan perbaikan instrumen berdasarkan hasil uji coba tersebut.
31
2. Tahap pelaksanaan terdiri dari: a. Diawali dari kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery pada praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan. Selama pembelajaran berlangsung, observer mengisi lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satu orang rekan guru. b. Siswa diberi soal kemampuan menarik kesimpulan yang mencakup indikator-indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan c. Siswa mengisi angket tentang pembelajaran yang telah dilakukan dengan menerapkan pendekatan guided discovery.
3. Tahap akhir terdiri dari: a. Mengolah dan mengkategorikan data secara persentase. b. Menganalisis hasil pengolahan data dengan melihat persentase dan pengkategorian yang diperoleh dari setiap indikator, kemampuan siswa menarik kesimpulan secara keseluruhan, serta persentase hasil angket, sedangkan lembar observasi kegiatan pembelajaran dibahas berdasarkan tinjauan teoritis. c. Penarikan kesimpulan mengenai kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan guided discovery.
32
G. Alur Penelitian
Alur penelitian pada penelitian ini sebagai berikut:
Pengajuan Masalah Penelitian
Studi Kepustakaan Masalah Penelitian
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Penyusunan Instrument dan Judgement Instrument Tidak valid Revisi
Uji Coba Instrumen
Pembelajaran Guided Discovery Valid Pengambilan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian.
Valid
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Pada penelitan ini, peneliti ingin mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan menarik kesimpulan dari data hasil praktikum melalui pembelajaran guided discovery. Soal-soal kemampuan menarik kesimpulan tersebut terdiri atas sepuluh soal yang mencakup indikator-indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan yaitu, membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan, menemukan pola atau kecenderungan
dalam
suatu
observasi
dari
data
hasil
pengamatan,
mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan, dan menggeneralisasi kesimpulan umum dari data hasil pengamatan. Selain soal-soal kemampuan menarik kesimpulan, digunakan juga angket untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan guided discovery dan lembar observasi kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery juga. 1. Hasil Tes Kemampuan Menarik Kesimpulan
Soal tes kemampuan menarik kesimpulan yang digunakan berupa soal uraian yang terdiri atas sepuluh butir soal, yang mencakup indikator-indikator kemampuan menarik kesimpulan (Lampiran C.1). Skor maksimum yang
34
ditetapkan dari kesepuluh soal tersebut adalah 20. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh skor tertinggi 20 dan skor terendah 5. Skor tertinggi diperoleh oleh tiga orang siswa, dan skor terendah diperoleh oleh satu orang dari 44 siswa yang mengikuti tes kemampuan menarik kesimpulan. Skor yang diperoleh siswa pada setiap indikator tes kemampuan menarik kesimpulan, diubah ke dalam bentuk persen, lalu dilakukan pengkategorian berdasarkan aturan Erman dan Yaya (Mulyadiana, 2000:48), kemudian dilakukan perhitungan nilai persentase dari setiap indikator yang kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah kategori terbanyak yang diperoleh dari setiap indikator. Untuk lebih jelasnya, perhitungan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada setiap indikator dapat dilihat pada lampiran D.1. Adapun hasil perhitungan data tersebut, dapat disajikan ke dalam tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Siswa dalam Menarik Kesimpulan pada Setiap Indikator. No Indikator Presentase Nilai Kategori Siswa (%) 1. Membuat pernyataan dari data hasil 65,34% Cukup pengamatan 2. Menemukan pola dari data hasil 71,59% Cukup pengamatan 3. Mengidentifikasi hubungan antar 57,38% Cukup variabel dari data hasil pengamatan 4. Mengidentifikasi pola atau hubungan 90,34% Baik dari data hasil pengamatan 5. Menggeneralisasi kesimpulan umum 74,43% Cukup dari data hasil pengamatan Cukup Rata-rata persentase 71,816%
Dari tabel di atas dapat diketahui perbedaan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada setiap indikator.
35
2. Hasil Pengolahan Data Angket dan Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran.
Angket terdiri atas 10 pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan guided discovery. Pengolahan data angket dilakukan secara persentase, yaitu menghitung persentase setiap pilihan jawaban yang diberikan dari siswa. Adapun hasil pengolahan data dari angket tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Lembar observasi kegiatan pembelajaran terdiri atas 12 aspek yang harus dilakukan guru selama berlangsungnya proses pembelajaran guided discovery. Pengolahan data lembar observasi kegiatan pembelajaran, dilakukan secara persentase, dengan menghitung persentase setiap aspek yang dilakukan oleh guru selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery. Adapun hasil pengolahan data dari lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
36
Tabel 4.2 Respons Siswa terhadap Pembelajaran dengan Menerapkan Pendekatan Guided Discovery. No.
Pertanyaan
Respon Siswa
Jumlah Kemunculan Jawaban
Persentase Kemunculan Jawaban
1.
Apakah cara penyajian materi pelajaran yang sering kamu terima didominasi oleh penjelasan guru (metode ceramah)? Apakah penerapan pembelajaran yang telah kita lakukan dapat memotivasi kalian belajar? Apakah kalian setuju jika kegiatan belajar mengajar berikutnya menggunakan cara seperti yang telah kita lakukan? Menurut kalian, apa kelebihan dari belajar dengan cara yang telah kita lakukan ? a. Memberikan kesempatan kepada kalian untuk menemukan sendiri fakta/konsep. b. Guru membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada kalian. c. Dapat melatih kemampuan menarik kesimpulan. Menurut kalian apa kekurangan dari belajar dengan cara yang telah kita lakukan? a. Kebebasan yang guru berikan untuk pengamatan dan berdiskusi lebih memperbanyak kesempatan untuk ”ngobrol” bukannya berdiskusi. b. Sumber belajar dan fasilitas yang memadai tidak selalu mudah untuk disediakan. c. Diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan yang dijadwalkan.
Ya
35
79,54%
Tidak
9
20,45%
Ya
27
61,36%
Tidak Ya
17 29
38,63% 65,90%
Tidak
15
34,09%
Ya
38
86,36%
Tidak
6
13,63%
Ya Tidak
29 15
65,90% 34,09%
Ya Tidak
33 11
75% 25%
Ya
24
54,54%
Tidak
20
45,45%
Ya
40
90,90%
Tidak Ya Tidak
4 40 4
9,09% 90,90% 9,09%
2.
3.
4.
5.
37
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guided Discovery. No.
1.
2.
3.
4.
Aspek yang Diamati Kegiatan pembuka: a. Guru menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan media pembelajaran yang dibawanya. b. Guru mengungkap konsep awal siswa. c. Guru memberikan acuan bahan pelajaran. d. Guru mengaitkan bahan pelajaran sebelumnya dengan bahan pelajaran yang akan diajarkan. Kegiatan inti: a. Guru membagi LKS kepada setiap kelompok. b. Guru menugaskan siswa untuk memilih alat dan bahan praktikum, serta menugaskan mereka melakukan praktikum dan berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing. c. Guru membimbing siswa selama kegiatan praktikum. d. Guru menugaskan siswa melakukan diskusi kelas setelah selesai praktikum. e. Guru membimbing siswa dan memberikan tanggapan ketika diskusi berlangsung. Kegiatan penutup: a. Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan dari hasil percobaan yang dilakukan. b. Guru menginformasikan bahan pelajaran untuk pertemuan selanjutnya. c. Guru memberi tugas kepada siswa untuk pertemuan selanjutnya. Kesesuaian/ ketepatan waktu mengajar. Jumlah aspek yang teramati Persentase aspek yang teramati
Pendapat Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 84,61%
38
B. Pembahasan
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam belajar biologi adalah pendekatan KPS. Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatanpendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA (Rustaman, et al. 2003:95). Salah satu bagian dari KPS yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini yaitu kemampuan menarik kesimpulan. Pada penelitian ini kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dapat diukur dengan soal-soal kemampuan menarik kesimpulan, yang terdiri atas serangkaian pertanyaan berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari hasil praktikum dengan menerapkan pendekatan guided discovery. Kemampuan Siswa dalam Menarik Kesimpulan melalui Pendekatan Guided Discovery
1. Membuat pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen hewan dari data hasil pengamatan. Indikator membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan, merupakan indikator pertama yang harus dikuasai siswa agar mampu menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan dengan baik. Indikator ini diwakili oleh soal nomor satu dan enam, dengan skor maksimum empat. Pada soal nomor satu, siswa ditugaskan membuat pernyataan berdasarkan data yang terdapat dalam tabel. Pertanyaan soal nomor satu sebagai berikut: “Berdasarkan data di atas, buatlah pernyataan tentang kedua belalang betina di atas terhadap rata-rata konsumsi oksigennya permenit!”. Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan soal nomor satu yaitu “Belalang betina pertama rata-rata komsumsi oksigen
39
permenitnya lebih besar dari pada belalang betina kedua, karena belalang betina pertama aktif bergerak di dalam respirometer, sedangkan belalang betina kedua tidak bergerak”. Berdasarkan hasil pengolahan data, persentase indikator membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan sebesar 65,34%, dan nilai persentase ini termasuk ke dalam kategori cukup. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan siswa dapat menjawab pertanyaan nomor satu dan enam dengan benar, diantaranya, siswa cukup teliti dalam membaca soal atau kemampuan berkomunikasi siswa sudah cukup baik. Sedangkan bagi siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar, kemungkinan disebabkan kurangnya ketelitian mereka dalam membaca soal. Hal ini terbukti dari jawaban yang mereka berikan, dimana siswa menghubunghubungkan data dalam tabel dengan pengetahuan yang mereka miliki, padahal jawaban yang diharapkan dari kedua soal tersebut hanya berdasarkan data yang terdapat dalam tabel. Membaca pertanyaan sebaiknya dengan teliti, agar maksud dari pertanyaan dapat dipahami dengan baik, sehingga memudahkan kita dalam menjawab pertanyaan. Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor satu dan enam dengan benar, siswa harus teliti membaca data pada tabel yang berupa bilangan desimal dan instruksi pada soal, agar dalam membuat pernyataan sesuai dengan yang diinstruksikan soal tidak keliru. Ketelitian siswa dalam membaca soal terlihat dari jawaban yang siswa tuliskan, yaitu lebih dari setengah total keseluruhan siswa menjawab pertanyaan pada soal nomor satu dan soal nomor enam berdasarkan data dalam tabel, dimana hal ini telah sesuai dengan jawaban yang diharapkan dari kedua soal tersebut.
40
Soal nomor satu dan enam menugaskan siswa membuat pernyataan dari data yang disajikan dalam tabel, oleh karena itu siswa harus mampu mengkomunikasikan data yang disajikan dalam tabel. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual (Dimyati&Mudjiono, 2002:143). Menurut Dimyati&Mudjiono (2002:143), grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan. Komunikasi efektif yang jelas, tepat, dan tidak samar-samar menggunakan keterampilan-keterampilan yang perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri siswa, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan lain pada diri kita (Dimyati&Mudjiono, 2002:143). Kemampuan siswa dalam berkomunikasi muncul pada saat siswa melakukan diskusi kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini. Pada saat diskusi, siswa terlihat cukup baik dalam mengkomunikasikan data hasil pengamatannya. Disini siswa secara tidak langsung terlatih kemampuan berkomunikasinya yaitu ketika mereka mengkomunikasikan data yang terdapat dalam tabel yang diperoleh dari hasil praktikum. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Markaban, bahwa salah satu dari kelebihan guided discovery adalah memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kemampuan yang
41
dimiliki siswa dalam berkomunikasi dapat membantu siswa dalam membuat pernyataan dari data pada tabel sesuai permintaan yang terdapat pada soal nomor satu dan enam. 2. Menemukan pola dalam suatu observasi tentang laju konsumsi oksigen hewan dari data hasil pengamatan. Indikator menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi dari data hasil pengamatan, merupakan indikator kedua yang harus dikuasai siswa agar mampu menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan dengan baik. Indikator ini diwakili oleh soal nomor dua dan tujuh, dengan skor maksimum empat. Pada soal nomor dua, siswa ditugaskan memperingkatkan data yang terdapat dalam tabel. Pertanyaan soal nomor dua sebagai berikut: “Dari data di atas, peringkatkan keempat hewan di atas berdasarkan rata-rata konsumsi oksigennya permenit!”. Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan soal nomor dua yaitu “Peringkat keempat hewan di atas mulai dari rata-rata konsumsi oksigennya permenit yang terbesar, sampai rata-rata konsumsi oksigennya permenit yang terkecil, yaitu: 1. Belalang (0,06 ml)
mengkonsumsi oksigen yang paling besar
2. Kecoa (0,042 ml) 3. Capung (0,04 ml) 4. Jangkrik (0,032 ml)
mengkonsumsi oksigen yang paling kecil”, atau
siswa juga dapat memperingkatkannya mulai dari rata-rata konsumsi oksigennya permenit yang terkecil, sampai rata-rata konsumsi oksigennya permenit yang terbesar. Berdasarkan hasil pengolahan data, persentase indikator menemukan
42
pola atau kecenderungan dalam suatu observasi dari data hasil pengamatan sebesar 71,59%, dan nilai persentase ini termasuk ke dalam kategori cukup. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan siswa dapat menjawab pertanyaan nomor dua dan tujuh dengan benar, diantaranya, siswa cukup teliti dalam membaca soal atau siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam mengklasifikasi. Sedangkan bagi siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar, kemungkinan disebabkan kurangnya ketelitian mereka dalam membaca soal. Hal ini terbukti dari jawaban yang mereka berikan pada soal nomor dua dan tujuh yaitu, pada soal nomor dua beberapa siswa keliru dalam menempatkan urutan bilangan desimal mana yang lebih besar atau lebih kecil, atau mulai dari bilangan desimal yang terkecil sampai ke yang terbesar atau sebaliknya, sedangkan pada soal nomor tujuh siswa mengurutkan jumlah konsumsi oksigen dari semua data yang disajikan dalam tabel mulai dari jumlah konsumsi oksigen yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, padahal jawaban yang diharapkan dari soal tersebut hanya mengurutkan berdasarkan perlakuan/aspek yang mereka amati dari data setiap percobaan yang ada di dalam tabel. Membaca pertanyaan sebaiknya dengan teliti, agar maksud dari pertanyaan dapat dipahami dengan baik, sehingga memudahkan kita dalam menjawab pertanyaan. Untuk dapat menjawab pertanyaan pada soal nomor dua dan tujuh, siswa harus teliti membaca data pada tabel yang berupa bilangan desimal, agar dalam membuat peringkat atau mengurutkan data sesuai dengan yang instruksikan soal tidak keliru.
43
Ketelitian siswa dalam membaca soal terlihat dari jawaban yang mereka tuliskan, yaitu sebagian besar siswa sudah dapat menempatkan urutan bilangan desimal mana yang lebih besar atau lebih kecil, atau mulai dari bilangan desimal yang terkecil sampai ke yang terbesar atau sebaliknya dengan benar, dimana hal ini didukung juga oleh pengetahuan yang dimiliki siswa terhadap bilangan desimal atau pecahan yang cukup baik, sehingga berpengaruh terhadap jawaban yang mereka berikan. Ketelitian siswa dalam membaca soal juga terlihat dari jawaban yang dituliskan siswa pada soal nomor tujuh, siswa dapat mengurutkan jumlah konsumsi oksigen dari data yang disajikan pada tabel mulai dari jumlah konsumsi oksigen yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, berdasarkan perlakuan/aspek yang mereka amati dari data setiap percobaan yang ada di dalam tabel sesuai dengan instruksi soal, bukan mengurutkannya dari semua data jumlah konsumsi oksigen yang terdapat pada tabel. Pada soal nomor tujuh, rata-rata skor yang diperoleh setiap siswa lebih rendah dari pada rata-rata skor yang diperoleh siswa pada soal nomor dua. Hal ini disebabkan data yang disajikan dalam tabel lebih banyak (dalam tabel terdapat lima percobaan) (Lampiran C.1), sehingga data yang harus diurutkan siswa lebih banyak juga, dengan demikian diperlukan ketelitian siswa yang lebih baik ketika mengerjakan soal nomor tujuh tersebut, dibandingkan ketika mengerjakan soal nomor dua, dimana data yang disajikan lebih sedikit. Karena
soal
nomor
dua
dan
tujuh
menugaskan
siswa
untuk
memperingkatkan atau mengurutkan data yang terdapat dalam tabel, maka siswa harus
mampu
mengklasifikasikan
data
yang
terdapat
dalam
tabel.
44
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek
peristiwa
berdasarkan
sifat-sifat
golongan/kelompok
sejenis
dari
(Dimyati&Mudjiono,
2002:142-143).
khususnya,
objek Dalam
sehingga
peristiwa membuat
yang
didapatkan dimaksud
klasifikasi
perlu
diperhatikan dasar klasifikasi misalnya, menurut suatu ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu (Semiawan,1986:22). Selanjutnya menurut Semiawan (1986:23), dalam membuat klasifikasi dituntut kecermatan anak dalam mengamati. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasi adalah, siswa mengelompokkan berbagai bangunan menurut bentuk, bahan dan penggunaannya, atau siswa mengklasifikasikan mahluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok, binatang dan tumbuhan dan lain-lain. Kemampuan siswa dalam mengklasifikasi muncul pada saat siswa melakukan pengamatan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini. Pada saat praktikum dengan pendekatan
guided
discovery
ini,
siswa
terlihat
cukup
baik
dalam
mengklasifikasikan data hasil pengamatannya. Disini siswa secara tidak langsung terlatih kemampuan mengklasifikasinya yaitu ketika mereka mengklasifikasikan hewan berdasarkan laju konsumsi oksigennya, mana hewan yang laju konsumsi oksigennya terkecil atau yang terbesar berdasarkan data yang mereka peroleh dari hasil pengamatan.
45
3. Mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen hewan dari data hasil pengamatan. Indikator mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan, merupakan indikator ketiga yang harus dikuasai siswa agar mampu menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan dengan baik. Indikator ini diwakili oleh soal nomor tiga dan delapan, dengan skor maksimum empat. Pada soal nomor tiga, siswa ditugaskan membuat kesimpulan dari hasil identifikasi mereka terhadap data yang terdapat dalam tabel untuk menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Pertanyaan soal nomor tiga sebagai berikut: “Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan dari hubungan antara berat tubuh belalang terhadap kebutuhan konsumsi oksigennya?”. Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan soal nomor tiga yaitu, “Semakin berat tubuh belalang, semakin besar kebutuhan konsumsi oksigennya atau sebaliknya”. Berdasarkan hasil pengolahan data, persentase indikator mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan sebesar 57,38%, dan nilai persentase ini termasuk ke dalam kategori cukup. Bila dilihat dari kelima indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan lainnya, indikator ini termasuk indikator terkecil yang dikuasai siswa. Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian siswa dalam membaca soal. Ini terbukti dari jawaban yang mereka berikan yaitu pada sebagian siswa menjawab pertanyaan ini dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya, siswa menuliskan alasan
46
mereka tentang mengapa hewan yang beratnya lebih besar pada data tersebut memerlukan jumlah oksigen yang lebih banyak, padahal jawaban yang diharapkan dari kedua soal tersebut hanya berdasarkan data yang disajikan dalam tabel. Selain itu, mungkin disebabkan perhatian siswa kurang serius ketika guru melatih mereka untuk membuat hubungan antar variabel dari data yang terdapat dalam tabel pada saat diskusi berlangsung. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan siswa dapat menjawab pertanyaan nomor tiga dan delapan dengan benar, diantaranya, siswa cukup teliti dalam membaca soal atau siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam menggambarkan hubungan antar variabel. Membaca pertanyaan sebaiknya dengan teliti, agar maksud dari pertanyaan dapat dipahami dengan baik, sehingga memudahkan kita dalam menjawab pertanyaan. Untuk dapat menjawab pertanyaan pada soal nomor tiga dan delapan, siswa harus dapat membandingkan beberapa hewan dengan melihat rata-rata konsumsi oksigennya permenit, agar dalam membuat kesimpulan yang mengandung hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya tidak keliru. Pada soal nomor tiga dan delapan, sebagian siswa menjawab pertanyaan berdasarkan data yang terdapat dalam tabel, bukan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya, karena soal tersebut memang
tidak
menginstruksikan
mereka
untuk
menjawab
berdasarkan
pengetahuan mereka. Soal nomor tiga dan nomor delapan menugaskan mereka membuat kesimpulan setelah mereka mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data yang terdapat dalam tabel, oleh karena itu siswa dituntut untuk mampu menggambarkan hubungan antar variabel dari
47
data yang terdapat pada tabel. Sebelum siswa dapat menggambarkan hubungan antar variabel pada data yang disajikan, siswa harus mengenali dahulu variabel apa yang terdapat dari data tersebut. Menurut dilaksanakan
Dimyati&Mudjiono untuk
(2002:146),
mengembangkan
kegiatan
keterampilan
yang
mengenali
dapat variabel
diantaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel. Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun dalam Dimyati&Mudjiono, 2002:145), sedangkan keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil atau hubungan antar variabel-variabel yang sama (Singarimbun dalam Dimyati&Mudjiono, 2002:147).
Menurut Dimyati&Mudjiono (2002:147),
kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel diantaranya adalah menggambarkan hubungan variabel simetris, dan menggambarkan hubungan variabel timbal balik. Menurut Rustaman dkk (2005:86) salah stau indikator keterampilan proses mengelompokkan
atau
klasifikasi
menghubungkan
hasil-hasil
mengelompokkan
atau
membanding-bandingkan
pengamatan.
klasifikasi, atau
adalah
siswa
membanding-bandingkan Bila
dilihat
yang
kurang
menghubungkan
dari
indikator
terampil
hasil-hasil
atau
dalam
pengamatan,
48
kemungkinan kurang terampil juga dalam mengelompokkan atau klasifikasi, padahal kemampuan ini dituntut pada soal nomor tiga dan delapan. Pada soal nomor tiga dan delapan, untuk dapat menyimpulkan hubungan antar dua variabel diperlukan juga kemampuan siswa dalam menemukan pola atau kecenderungan dari data yang terdapat dalam tabel. Dalam hal ini kemampuan siswa untuk menemukan pola dalam satu seri pengamatan diharapkan muncul untuk mengurutkan berat tubuh setiap belalang, lalu membandingkannya dengan rata-rata konsumsi oksigennya, yang kemudian dibuat kesimpulan antara hubungan berat tubuh belalang dengan rata-rata konsumsi oksigennya. Kemampuan siswa dalam menghubung-hubungkan antar variabel muncul pada saat siswa melakukan diskusi kelas ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini. Pada saat diskusi, siswa terlihat cukup baik dalam menyimpulkan hubungan antar variabel yang terdapat pada tabel hasil pengamatannya. Disini siswa secara tidak langsung terlatih kemampuannya dalam menghubung-hubungkan variabel yaitu ketika siswa menyimpulkan hubungan antara berat tubuh belalang dengan kecepatan laju konsumsi oksigennya berdasarkan data yang mereka peroleh dari hasil pengamatan. Hal ini tentunya didukung dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam menemukan pola atau kecenderungan dari data yang terdapat dalam tabel, dimana kemampuan ini juga muncul pada saat siswa melakukan diskusi ketika proses belajar mengajar dengan pendekatan guided discovery berlangsung.
49
4. Mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data tentang laju konsumsi oksigen pada hewan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Indikator mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan, merupakan indikator keempat yang harus dikuasai siswa agar mampu menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan dengan baik. Indikator ini diwakili oleh soal nomor empat dan sembilan, dengan skor maksimum empat. Pada soal nomor empat, siswa ditugaskan untuk menentukan pernyataan yang terdapat dalam soal salah atau benar berdasarkan data yang terdapat pada tabel dengan menuliskan alasannya. Alasan tersebut diminta untuk menghindari kemungkinan siswa menjawab pertanyaan dengan menebak, tanpa mereka identifikasi terlebih dahulu data yang terdapat dalam tabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagian besar siswa dapat menjawab pernyataan dengan benar. Akan tetapi, dalam membuat alasan sesuai jawaban yang mereka berikan, masih terdapat kesalahan. Hal ini membuktikan masih terdapat beberapa siswa yang menjawab dengan menebak. Pertanyaan soal nomor empat sebagai berikut: “Berdasarkan tabel di atas, tentukan pernyataan di bawah ini salah atau benar, (berikan alasan mu)! a) Pada percobaan II terjadi peningkatan pergeseran eosin sampai menit terakhir, sedangkan pada percobaan I dan III tidak; b) Pada percobaan I rata-rata pergeseran eosin lebih banyak dibanding percobaan III dan II; c) Pada percobaan III semakin rendah suhu tubuh belalang, semakin besar konsumsi oksigennya”. Jawaban yang diharapkan dari pertanyaan soal nomor satu yaitu “a) Salah, karena
50
pada menit keempat dan kelima tidak terjadi peningkatan jumlah pergeseran eosin;
b) Salah, karena rata-rata pergeseran eosin/menit lebih besar pada
percobaan tiga; c) Benar, karena belalang termasuk hewan piokilotermis”. Berdasarkan hasil pengolahan data, persentase indikator kemampuan siswa dalam mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan sebesar 90,34%, dan nilai persentase ini termasuk ke dalam kategori baik. Bila dilihat dari kelima indikator kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan lainnya, indikator ini termasuk indikator yang paling dikuasai siswa. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan tingginya penguasaan siswa terhadap indikator ini, diantaranya, siswa cukup teliti dalam membaca soal atau didukung dengan kemampuan siswa pada indikator menarik kesimpulan sebelumnya. Untuk dapat menjawab pertanyaan pada soal nomor empat dan sembilan, siswa harus teliti membaca data pada tabel yang berupa bilangan desimal, agar dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang terdapat pada soal tidak salah. Ketelitian siswa dalam membaca soal terlihat dari jawaban yang mereka tuliskan, misalnya pada soal nomor sembilan hampir semua siswa mampu mengidentifikasi data pada tabel yang terdiri dari beberapa percobaan, untuk menemukan jawaban dengan benar. Selain itu, ketika diskusi pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini, siswa terlatih untuk mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data, sehingga hasil ini sejalan dengan pernyataan Purwanto (2004:103) bahwa karena terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan
51
lebih mendalam. Selain itu dengan adanya diskusi antar siswa maupun diskusi kelas terbukti mempengaruhi pengembangan keterampilan proses sesuai dengan yang diungkapkan oleh Harlen (Rustaman, et al., 2003:98-99). 5. Menggeneralisasi kesimpulan umum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada hewan dari data hasil pengamatan. Kemampuan menggeneralisasi kesimpulan umum dari data hasil pengamatan merupakan indikator kemampuan menarik kesimpulan terakhir yang akan dibahas. Kemampuan ini didukung oleh keempat indikator menarik kesimpulan sebelumnya yaitu membuat pernyataan yang mengandung informasi dari data hasil pengamatan, menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi dari data hasil pengamatan, mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dari data hasil pengamatan, dan mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan. Indikator ini diwakili oleh dua butir soal, yaitu soal nomor lima dan soal nomor sepuluh (Lampiran C.1), dan skor maksimum yang diperoleh siswa apabila menyelesaikan kedua soal tersebut dengan benar adalah empat. Berdasarkan data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggeneralisasi kesimpulan umum dari data hasil pengamatan tergolong kategori cukup (74,43%). Pada soal nomor 10 (Lampiran C.1), siswa diminta untuk menyimpulkan faktor apa saja yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada hewan berdasarkan data yang terdapat dalam tabel, bukan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Terdapat 34 siswa yang menjawab benar untuk soal nomor 10 dari total 44 siswa. Jawaban yang siswa berikan yaitu
52
berdasarkan tabel faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada hewan adalah suhu, aktivitas, jenis kelamin, berat badan dan jenis organismenya, sedangkan 10 siswa lainnya jawaban yang diberikan tidak setepat kunci jawaban yang diharapkan peneliti, karena mereka menambahkan jawabannya dengan menghubung-hubungkan konsep yang mereka miliki. Secara umum, kesimpulan yang dibuat oleh 10 orang siswa tersebut tidak salah, karena menyimpulkan dapat artikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui (Dimyati&Mudjiono, 2002:145). Akan tetapi pada soal nomor lima dan nomor 10 tersebut, kesimpulan yang diharapkan peneliti adalah kesimpulan yang berdasarkan yaitu data yang disajikan dalam tabel, bukan berdasarkan pengetahuan yang mereka diketahui sebelumnya. Pembuatan kesimpulan merupakan salah satu usaha untuk menginterpretasikan atau menjelaskan hasil observasi (pengamatan). Menurut Gega (1994), menyimpulkan secara umum dapat diartikan sebagai upaya menginterpretasikan atau menjelaskan segala hal yang kita amati. Bila dilihat dari penguasaan siswa terhadap keseluruhan indikator kemampuan menarik kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan melalui pendekatan guided discovery dikatakan cukup, yaitu dengan perolehan persentase sebesar 71,816% dari total keseluruhan siswa. Hasil ini juga sesuai dengan hasil pengolahan data angket dari siswa, yang menyatakan melalui pendekatan guided discovery dapat membantu mereka dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan.
53
Kemampuan siswa tersebut didukung juga oleh kondisi yang diberikan kepada siswa saat
pengambilan data sesuai dengan yang disarankan oleh Gagne
(Muliawati, 2005) yaitu: 1. Siswa diberitahukan tujuan yang akan dicapai apabila yang bersangkutan telah mengalami proses belajar. 2. Siswa diberikan sejumlah pertanyaan yang merangsang dan meningkatkan terhadap
konsep-konsep
yang
telah
dipelajari
dan
dimiliki
untuk
mengungkapkan perbedaan pengetahuannya. 3. Siswa diberikan beberapa kata-kata kunci yang dapat mengarahkannya pada pembentukan tertentu yang diharapkan. 4. Siswa diberi kesempatan untuk menyatakan kesimpulan tersebut dengan katakata sendiri. 5. Siswa diberikan kesempatan selanjutnya untuk merumuskan kesimpulan tersebut dengan bentuk statement formal atau pernyataan baku.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan pada penelitian ini adalah: 1.
Pendekatan pembelajaran yang dilakukan yaitu guided discovery yang
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa untuk melatih keterampilan proses. Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Belajar penemuan memberi
54
motivasi kepada siswa untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban (Dahar, 1996:103). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sary (2005) yang melakukan penelitian tentang “pengaruh praktikum dengan pendekatan discovery terhadap kemampuan kognitif dan kinerja siswa pada konsep makanan dan sistem pencernaan makanan”, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan discovery mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan kognitif dan kinerja siswa, karena pendekatan ini dapat memotivasi dan memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga informasi yang diperoleh akan bertahan lama. Begitu juga pada penelitian ini, siswa merasa terbantu dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan, karena siswa termotivasi untuk dapat menyelesaikan praktikum dengan benar, untuk menemukan kesimpulan dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Pendekatan guided discovery melibatkan suatu dialog atau interaksi antara siswa dan guru, dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru (Markaban, 2006:10). Pada penelitian ini, guru membimbing siswa melalui pertanyaan pengarah sehingga tercipta interaksi antara siswa dan guru untuk memecahkan masalah yang diberikan kepada siswa, sampai pada akhirnya siswa dapat memberikan kesimpulan dari hasil temuan mereka, sehingga hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tresna (1997:6970),
yaitu faktor yang mempengaruhi kemampuan merumuskan kesimpulan
praktikum adalah pertanyaan pengarah.
55
2.
Metode pembelajaran yang dilakukan yaitu praktikum dan diskusi, yang
merupakan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa untuk melatih keterampilan proses sains. Woolnough & Allsop (Rustaman dalam Rustaman, 2005:136) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum sains. Pertama, membangkitkan motivasi belajar sains. Kedua, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Pada penelitian ini keterampilan dasar siswa terlihat dari kemampuan mereka dalam membuat langah kerja, mengukur, mengamati, menghitung, berkomunikasi, dan lain-lain. Ketiga, wahana belajar pendekatan ilmiah, salah satunya pendekatan
guided discovery. Keempat,
menunjang materi pelajaran. Selain praktikum, metode diskusi yang dilakukan untuk membahas hasil praktikum pun dapat menjadi faktor yang memberikan kontribusi cukup terhadap kemampuan siswa menarik kesimpulan. Menurut Semiawan (1984:76), diskusi ialah suatu cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Adanya diskusi antar siswa, ataupun siswa dengan guru, dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Pada penelitian siswa mendiskusikan hasil praktikumnya untuk memperoleh satu jawaban bersama yang berupa suatu kesimpulan dari permasalahan yang diberikan oleh guru. 3.
Tahap perkembangan siswa SMA menurut Piaget berada pada tahap
operasional formal. Ciri pokok pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikr abstrak
dan
logis
dengan
menggunakan
pola
berpikir
“kemungkinan”
(Budiningsih, 2005:39). Selanjutnya Nasution (1987:8) menyatakan bahwa pada
56
tahap ini anak telah
dapat memikirkan variabel-variabel yang mungkin atau
hubungan-hubungan yang kemudian dapat diselidiki kebenarannya melalui eksperimen atau penyelidikan. Selain itu, menurut Budiningsih (2005:39) pada tahap ini anak sudah mempunyai kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan (interpretasi), dan mengembangkan hipotesa. Penelitian ini memberikan bukti yang sejalan yaitu sebagian besar siswa sudah mampu menarik kesimpulan dari data hasil percobaan. Dengan menerapkan pendekatan guided discovery dalam pembelajaran, pengetahuan lebih bertahan lama diingat, karena siswa berperan aktif dalam menemukan konsep tersebut. Dale (Dimyati dan Mudjiono, 2002:45), belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung, karena siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung, tetapi ia menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian Solihah (2006) yang melakukan penelitian tentang “kreativitas berfikir siswa melalui pendekatan guided discovery dalam konsep reproduksi tumbuhan di SMA negeri 6 Bandung”, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan guided discovery dapat meningkatkan kreativitas berfikir siswa karena pendekatan ini disajikan dengan banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya, sehingga siswa aktif terlibat dalam semua situasi belajar. Penelitian ini memberikan bukti yang sejalan yaitu ketika proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif. Menurut Bruner dengan teorinya discovery learning (Budiningsih, 2004:43), cara belajar yang baik adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
57
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Secara garis besarnya tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasigeneralisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu. Menurut Bruner (Dahar, 1996:106) tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, tetapi tujuan belajar sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan intelektual para siswa, dan merangsang keingintahuan mereka, dan memotivasi kemampuan mereka. Selanjutnya menurut Bruner (Dahar, 1996:107) dalam belajar discovery siswa mendapat kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru, atau oleh guru dan/atau siswa-siswa lain, untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, atau oleh guru dan siswa bersama-sama. Dengan demikian menurut Dahar (1996:107-108) peran guru dalam belajar discovery adalah meliputi: 1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa. 2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. 3. Memperhatikan cara penyajian materi pelajaran. 4. Guru berperan hanya sebagai pembimbing atau tutor. 5. Menilai hasil belajar.
58
Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Guided Discovery
Dari hasil pengolahan data angket, menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery. Hal ini dapat terjadi karena selama ini siswa mendapatkan materi pelajaran dari guru dengan metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi, sedangkan dalam pembelajaran ini siswa termotivasi. Sesuai dengan hasil pengolahan data angket, kelebihan-kelebihan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan guided discovery ini sebagai berikut. Pertama, sebesar 86,36% siswa menyatakan bahwa mereka diberi kesempatan sendiri untuk menemukan fakta/konsep. Fakta yang ditemukan siswa ketika pembelajaran berlangsung adalah bahwa diantara hewan yang mereka bawa memiliki jumlah konsumsi oksigen yang berbeda-beda. Sehingga siswa mengetahui bahwa jumlah konsumsi oksigen pada setiap hewan berbeda-beda. Sedangkan konsep yang mereka temukan melalui pembelajaran ini adalah, bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah konsumsi oksigen pada hewan seperti, berat tubuh, jenis kelamin, aktivitas, jenis organisme, dan suhu. Kedua, sebesar 65,90% siswa menyatakan bahwa mereka diberi kebebasan dalam belajar karena guru hanya bertindak sebagai pembimbing selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, guru membantu siswa dengan cara mengarahkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai, melalui pertanyaan-pertanyaan pengarah. Menurut Semiawan (1986:71) pertanyaan dalam proses belajar
59
mengajar berfungsi memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa dalam berfikir untuk memecahkan suatu masalah. Ketiga, sebesar 75% siswa menyatakan bahwa pendekatan guided discovery dapat melatih kemampuan mereka dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan. Hal ini dikarenakan oleh fakta/konsep yang mereka temukan sendiri, sehingga siswa lebih mudah untuk menyimpulkan apa yang mereka temukan, selain itu didukung juga oleh pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru yang mengarahkan mereka ke suatu kesimpulan. Selain kelebihan-kelebihan yang diperoleh siswa melalui pendekatan guided discovery ini, siswa juga merasakan kekurangan-kekurangan pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini. Pertama, dari total 44 siswa menyatakan bahwa kebebasan yang guru berikan untuk pengamatan dan berdiskusi lebih memperbanyak kesempatan untuk “ngobrol” bukannya berdiskusi. Tetapi pada penelitian ini karena faktor guru yang sedikit “galak”, siswa lebih banyak ngobrol tentang praktikum yang sedang mereka lakukan, bukan ngobrol diluar materi yang sedang dibahas. Disini peran guru sebagai pengelola kelas harus dapat diterapkan dengan baik, karena dalam pendekatan guided discovery siswa diberi kebebasan dalam belajar, dengan demikian terdapat peluang bagi siswa untuk bermain-main atau tidak serius ketika pembelajaran berlangsung. Tugas guru sebagai pengelola kelas dalam proses belajar mengajar, harus mampu menjadikan suasana kelas kondusif untuk belajar siswa. Pengelolaan kelas disini menekankan kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
60
Senada dengan Rustaman (2005:129), bahwa pengelolaan kelas adalah tindakan guru yang melibatkan keterampilan untuk mengembangkan interaksi antara semua unsur dalam kelas, atau upaya dalam mendayagunakan semua potensi kelas, sehingga tujuan dari KBM tercapai dengan optimal. Kedua, sebesar 90,90% dari total 44 siswa menyatakan bahwa sumber belajar dan fasilitas yang memadai tidak selalu mudah untuk disediakan. Angka ini paling tinggi diantara persentase pernyataan lainnya, hal ini dikarenakan guru menugaskan siswa untuk membawa berbagai jenis serangga seperti belalang, capung, kecoa dan jangkrik, sedangkan menurut mereka, sangat sulit untuk mendapatkan berbagai jenis serangga tersebut, sehingga ketika mereka mengisi angket pada pernyataan yang menanyakan apakah sumber belajar dan fasilitas yang memadai tidak selalu mudah untuk disediakan, sebanyak 90,90% siswa menjawab ya. Begitu juga dengan kekurangan yang ketiga, yaitu sebesar 90,90% dari total 44 siswa menyatakan bahwa diperlukan waktu yang lebih lama dibandingkan yang dijadwalkan. Hal ini dikarenakan pada awalnya siswa masih belum yakin apakah langkah kerja yang akan mereka lakukan telah benar atau belum, tetapi dengan bimbingan guru, siswa mengetahui apa yang harus mereka lakukan dengan benar.
61
Kegiatan Pembelajaran Guided Discovery
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh seorang rekan terhadap guru yaitu peneliti sendiri, hampir semua kegiatan yang harus dilakukan guru saat berlangsungnya pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery dapat terpenuhi. Pada kegiatan awal, untuk mengungkap konsep awal siswa, guru melakukan demonstrasi yang merangsang kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini bertujuan agar guru mengetahui sejauh mana siswa mampu menyelesaikan tugas yang akan diberikan guru melalui pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery. Pada format observasi kegiatan pembelajaran, guru seharusnya menuliskan batasan pelajaran yang akan dipelajari di papan tulis yaitu sistem pernapasan hewan, hal ini dilakukan untuk memfokuskan siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Akan tetapi guru lupa melakukannya. Selanjutnya guru mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan pelajaran sebelumnya Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang akan disampaikan, karena pelajaran yang akan akan dipelajari masih berhubungan dengan pelajaran sebelumnya, yaitu tentang sistem pernapasan manusia, dan agar siswa tidak melupakan pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti dimulai dari ketika guru memperlihatkan belalang, jangkrik, dan kecoa kepada siswa sambil bertanya. Hal ini bertujuan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang akan diberikan oleh guru, yaitu faktor apa saja yang kira-kira dapat mempengaruhi jumlah konsumsi oksigen pada hewan. Setelah itu guru membagi
62
LKS kepada setiap kelompok, dimana LKS ini bertujuan untuk membantu siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. LKS yang diberikan kepada siswa berisi tujuan yang harus dicapai, pertanyaan yang menjadi sumber masalah yang harus dicari jawabannya oleh siswa, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum, dan sejumlah gambar yang mendukung kegiatan praktikum. Sedangkan dalam merancang alat yang akan digunakan pada kegiatan praktikum dan langkah kerja yang harus dilakukan siswa, siswa sendiri yang harus memikirkannya. Disinilah letak guided discovery, dimana siswa sendiri yang harus
memikirkan
jalan
atau
cara
untuk
mencari
jawaban
dari
permasalahan/pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah itu, guru menugaskan siswa untuk memilih alat dan bahan praktikum, serta menugaskan siswa melakukan praktikum dan berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing. Selama siswa praktikum, guru membimbing siswa jika terdapat kesalahan dalam melakukan langkah kerja selama praktikum, pengamatan, ataupun ketika diskusi dalam kelompok masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan konsep yang akhirnya dapat membuat kesimpulan mereka salah. Dahar (1996) berpendapat bahwa jika konsep awal yang berbeda-beda dibiarkan berlanjut tanpa diungkapkan oleh guru, maka dapat menghambat siswa belajar sains selanjutnya. Setelah siswa praktikum, guru menugaskan siswa melakukan diskusi kelas, hal ini dilakukan untuk membahas hasil praktikum dan mendapatkan satu kesimpulan bersama. Selama diskusi berlangsung, siswa sangat aktif. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil pengamatannya, dan jika terdapat perbedaan dengan kelompok lainnya, mereka saling memberikan saran,
63
dan mencari tinjauan pustaka untuk menemukan jawaban yang benar dan disepakati bersama. Ketika siswa tidak menemukan jawaban yang disepakati bersama atau masih ragu terhadap jawaban yang mereka sepakati, siswa bertanya kepada guru. Disini peran guru sangat penting untuk membantu siswa mendapatkan satu jawaban yang benar dan disepakati bersama. Kegiatan yang terakhir yaitu kegiatan penutup. Kegiatan penutup dimulai dari guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan setelah diskusi selesai. Disini, guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang menjadi sumber masalah, dimana siswa telah mencari jawabannya melalui praktikum yang telah mereka lakukan. Setelah itu diakhiri dengan guru menginformasikan dan memberi tugas kepada siswa untuk pertemuan selanjutnya, yaitu membuat rangkuman tentang materi sistem ekskresi. Selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery ini berlangsung, waktu yang telah dialokasikan guru tidak tepat dengan ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini disebabkan karena siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk memikirkan langkah kerja yang tepat untuk memulai praktikum, dan bagaimana mereka merancang alat yang telah mereka pilih sendiri untuk dapat digunakan dengan benar.
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Persentase kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari data hasil pengamatan pada praktikum laju konsumsi oksigen pada hewan melalui pendekatan guided discovery sebesar 71,816%, dan persentase ini tergolong ke dalam kategori cukup. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan positif, terbukti dari hasil angket yang menyatakan bahwa sebesar 65,90% siswa setuju jika kegiatan belajar mengajar berikutnya menggunakan pendekatan guided discovery. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki rata-rata kemampuan menarik kesimpulan yang cukup melalui pendekatan guided discovery pada subkonsep sistem pernapasan hewan. Hal ini didukung oleh hasil angket siswa, sebesar 75% siswa setuju bahwa melalui pendekatan guided discovery dapat melatih kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan. B. Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal diantaranya: 1.
Untuk Guru
Apabila guru ingin menerapkan pendekatan guided discovery dalam kegiatan belajar mengajar, sebaiknya guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran dengan sebaik-baiknya, agar
ketika proses kegiatan belajar mengajar
65
berlangsung, dapat sesuai dengan waktu yang ada. Sebaiknya guru memberikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, agar siswa lebih semangat lagi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 2.
Untuk Peneliti Lain
Apabila tertarik dengan penelitian ini, dapat mengkaji lebih dalam tentang keterampilan proses sains lainnya, seperti kemampuan siswa dalam merencanakan percobaan atau penyelidikan, atau mengkaji seluruh keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa melalui pendekatan guided discovery, dengan menggunakan konsep yang lain.
66
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Darliana. (1999). Pendekatan SPIKK (Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa Berfikir Kritis dan Kreatif). Depdikbud: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG IPA. Dimyati dan Moedjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Edi, M.H. (1995). Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains di SLTP. Jakarta: Gramedia. Gega, Pette C. (1994). Science Elementry Education. New York: Mc. Millan Publishing Company. Harlen, W. (1992). The Teaching Science in Primary Education. London: David Fulton Publisher. Kurnadi, K.A. (2002). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia [2]. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Marliane, A. (1996). Profil Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa SMU pada Konsep Larutan. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP: Tidak diterbitkan. Markaban. (2006). Model Pembelajaran Metematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. [Online] [Tersedi di http//. 58.145.171.59/web/PPP/PPP Penemuan Terbimbing. Pdf]. [15 Pebruari 2008]. Muliawati, S. (2005). Peningkatan Kemampuan Menarik Kesimpulan Siswa melalui Praktikum dalam Model Siklus Belajar. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
67
Mulyadiana, T.W. (2000). Kemampuan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah melalui Pembelajaran Kooperatif Sistem Reproduksi Manusia (Kuasi Eksperimen pada Salah Satu MAN di Cerebon). Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bina Aksara. Purwanto, M.N. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rustaman, N dan Rustaman, A. (1997). Pokok-Pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud. Rustaman, N. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Sari, T.A. (2005). Pengaruh Praktikum dengan Pendekatan Discovery terhadap Kemampuan Kognitif dan Kinerja Siswa pada Konsep Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Selasi, P.D. (1996). Korelasi Antara Kemampuan Keterampilan Proses dengan Pemahaman Konsep Siswa SMUN 16 Bandung dalam Konsep Keanekaragaman Hayati. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Semiawan, C. et al. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Solihah, I. (2006). Kreativitas Berfikir Siswa melalui Pendekatan Guided Discovery dalam Konsep Reproduksi Tumbuhan di SMA Negeri 6 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Syamsuri, I. et al. (2004). Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Tobing, R.L. (1981). Keterampilan Bertanya dalam Proses Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud. Tresna, E. (1997). Perbandingan Hasil Belajar dengan Kemampuan Merumuskan Kesimpulan Praktikum yang Menggunakan Pertanyaan Pengarah dan Pertanyaan Biasa Siswa SLTP pada Konsep Transportasi pada Tumbuhan. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
68
Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Winatasasmita, D. (2001). Buku Materi Pokok I Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.