PENGGU UNAAN AK KRONIM PADA P RUBR RIK POLIT TIK DAN HUKUM H DALAM SURAT KA ABAR KOM MPAS EDISII AGUSTUS S-NOVEMB BER 2013
NASK KAH PUBL LIKASI U Untuk memeenuhi sebagiian persyarattan Gunna mencapai derajat Sarjana S-1 P Pendidikan B Bahasa dan Sastra S Indoneesia
UM MI SHOLIK KATI A3101002667
FAKULTAS KEGUR RUAN DAN N ILMU PENDIDIKAN N RSITAS MU UHAMMAD DIYAH SUR RAKARTA UNIVER 2014
A. PENDAHULUAN Bidang kajian morfologi salah satunya akronim. Morfologi menganalisis mengenai
morfem bahasa dan penggabungan morfem. Adapun akronim
menelaah tentang pemendekan yang berupa gabungan huruf yang dilafalkan seperti kata. Pernyataan ini diperkuat oleh beberapa argumen dari ahli bahasa. Menurut Kridalaksana (2008:5) akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa bersangkutan. Pembentukan akronim harus memerhatikan kesesuaian dengan kaidah fonotaktik
bahasa
yang
bersangkutan.
Kaidah
fonotaktik
menurut
Kridalaksana (2008:64-65) merupakan urutan fonem dalam suatu bahasa. Pembentukan akronim tersusun atas kombinasi konsonan dan vokal yang terpadu dan serasi, sehingga dapat dilafalkan layaknya kata-kata pada umumnya. Pemanfaatan akronim tidak hanya digunakan dalam instansi swasta dan pemerintahan. Namun, banyak dijumpai dalam berbagai media khususnya media cetak (koran). Kompas adalah salah satu media cetak yang sering menggunakan akronim dalam penulisan artikel. Di dalam rubrik politik dan hukum surat kabar Kompas ditemukan penggunaan akronim. Salah satunya akronim Pilpres (Kompas, 14 September 2013) yang digunakan dalam penulisan judul artikel di rubrik politik dan hukum. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tentang penggunaan akronim pada rubrik politik dan hukum dalam surat kabar Kompas. Penggunaan akronim pada rubrik tersebut dianalisis sehingga ditemukan bentuk dan pola fonotaktik dalam rubrik politik dan hukum. Penelitian ini mengkaji 2 masalah. 1) Bagaimana bentuk-bentuk akronim yang terdapat dalam rubrik Politik dan Hukum surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013? 2) Bagaimana pola-pola fonotaktik pemakaian
1
akronim bahasa Indonesia dalam rubrik Politik dan Hukum surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013? Penelitian ini memiliki 2 tujuan. 1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk akronim yang terdapat dalam rubrik Politik dan Hukum surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013. 2) Mengkaji pola-pola fonotaktik pemakaian akronim bahasa Indonesia dalam rubrik Politik dan Hukum surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013. A. Metode 1. Tempat dan Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dimulai dari bulan Oktober 2013 sampai Juni 2014. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Peneliti mendeskripsikan hasil penelitian berupa akronim yang terdapat dalam rubrik Politik dan Hukum pada surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013. 3. Objek dan Subjek Penelitian Objek yang digunakan adalah akronim dalam rubrik Politik dan Hukum pada surat kabar Kompas edisi Agustus-November 2013. 4. Sumber Data Data berupa akronim yang terdapat dalam rubrik politik dan hukum surat kabar Kompas edisi Agustus-November. Sumber data yang digunakan adalah rubrik politik dan hukum yang mengandung akronim. 5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan catat. Peneliti menyimak penggunaan bahasa pada rubrik Politik dan Hukum surat kabar Kompas. Setelah menyimak, peneliti melakukan teknik lanjutan berupa teknik catat. Teknik catat dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat unsur-unsur bahasa berupa penggunaan akronim. 6. Keabsahan Data
2
Teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi teori. Trianggulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan teori-teori yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan derajat kepercayaan. Teori mengenai akronim yang diperoleh dicek ulang dengan teori lain yang sejenis. Hal ini dilakukan dengan review terhadap telaah pustaka lain. 7. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode yang alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik lanjutan yang dipakai dengan menggunakan metode agih
adalah teknik lesap. Alat
penentunya yaitu satuan kebahasaan yang dilesapkan. Teknik lesap berfungsi untuk mengetahui proses dan hasil pembentukan akronim yang sebagian menggunakan pelesapan dalam pembentukan akronim.
B. Hasil dan Pembahasan Tabel 1 Klasifikasi akronim berdasarkan jumlah kata No
Data
Proses
Bentuk
Pola
Pembentukan
Akronim
Pembentukan
Akronim 1.
Caleg
Akronim
Ca(lon)
dan Dua kata
Leg(islatif)
Gabungan silabe-silabe awal
2.
Sekjen
Sek(retaris)
dan Dua kata
Jen(dral)
Gabungan silabe-silabe awal
3.
Alkes
Al(at)
dan Dua kata
Kes(ehatan)
Gabungan silabe-silabe awal
4.
Cawapres
Ca(lon), Wa(kil),
3
Tiga kata
Gabungan
dan Pres(iden)
silabe-silabe awal
5.
HAM
H(ak),
A(zasi) Tiga kata
dan M(anusia)
Gabungan fonem-fonem awal
6.
Kemenpora
Kemen(terian),
Empat kata
Gabungan
P(emuda), O(lah),
silabe
awal,
dan Ra(ga)
fonem
awal,
fonem
awal,
dan
silabe
awal 7.
Pangkostrad
Pang(lima),
Lima kata
Gabungan
Ko(mando),
silabe
awal,
Str(ategi),
silabe
awal,
silabe
awal,
fonem
awal,
A(ngkatan),
dan
D(arat)
dan
fonem
awal
1. Bentuk Akronim Bentuk akronim dapat diidentifikasi dari asal pembentukan kata. Akronim berdasarkan jumlah kata terdiri dari akronim yang terbentuk dari dua kata, akronim terbentuk dari tiga kata, akronim terbentuk dari empat kata, dan akronim terbentuk dari lima kata. a. Akronim yang Berasal dari Dua Kata Akronim dari dua kata merupakan akronim yang terbentuk dari dua kata. Kata pertama sebagai unsur pertama dan kata kedua sebagai unsur terakhir. Akronim yang berasal dari dua kata terdapat tiga data. 1) KPU Kembalikan Caleg PAN Utuh (Kompas, 15 Agustus 2013).
4
Akronim caleg adalah gabungan dari silabe awal ca- sebagai unsur pertama yang berasal dari kata calon dan silabe awal leg- sebagai unsur kedua yang berasal dari kata legislatif. Caleg bentuk akronim dari calon legislatif. 2) Dari Mana Uang di Tas Sekjen Kementerian ESDM? (Kompas, 22 Agustus 2013) Akronim sekjen adalah gabungan dari silabe awal sek- sebagai unsur pertama yang berasal dari kata sekretaris dan silabe awal jensebagai unsur kedua yang berasal dari kata jenderal. Sekretaris bentuk akronim dari sekretaris jenderal. 3) Wawan Tersangka Alkes (Kompas, 13 November 2013). Akronim alkes adalah gabungan dari silabe awal al- sebagai unsur pertama yang berasal dari kata alat dan silabe awal kes- sebagai unsur kedua yang berasal dari kata kesehatan. Alkes bentuk akronim dari alat kesehatan. b. Akronim yang Berasal dari Tiga Kata Akronim dari tiga kata merupakan akronim yang terbentuk dari tiga kata. Kata pertama sebagai unsur pertama, kata kedua sebagai unsur kedua, dan kata ketiga sebagai unsur terakhir. Akronim yang berasal dari tiga kata terdapat dua data. 4) Golkar Pertimbangkan Tiga Nama Sebagai Cawapres (Kompas, 05 September 2013). Akronim cawapres adalah gabungan silabe awal ca- sebagai unsur pertama dari kata calon, silabe awal wa- sebagai unsur kedua dari kata wakil dan silabe awal pres- sebagai unsur ketiga dari kata presiden. Cawapres bentuk akronim dari calon wakil presiden. 5) Kerja Sama Pertahanan Tetap Pertimbangkan HAM (Kompas, 10 Oktober 2013). Akronim HAM adalah gabungan dari fonem awal h- sebagai unsur petama yang berasal dari kata hak, fonem awal a- sebagai unsur kedua yang berasal dari kata asasi, dan fonem awal -m
5
sebagai unsur ketiga yang berasal dari kata manusia. HAM bentuk akronim dari hak asasi manusia. c. Akronim yang Berasal dari Empat Kata Akronim dari empat kata merupakan akronim yang terbentuk dari empat kata. Kata pertama sebagai unsur pertama, kata kedua sebagai unsur kedua, kata ketiga sebagai unsur ketiga, dan kata keempat sebagai unsur terakhir. Akronim yang berasal dari empat kata terdapat satu data. 6) KPK Periksa Deputi Kemenpora Lalu Wildan (Kompas, 05 September 2013). Akronim kemenpora adalah gabungan silabe awal kemensebagai unsur pertama dari kata kementrian, fonem awal
p-
sebagai unsur kedua dari kata pemuda, fonem awal o- sebagai unsur ketiga dari kata olah dan silabe awal ra- sebagai unsur keempat dari kata raga. Kemenpora bentuk akronim dari kementrian pemuda dan olah raga. d. Akronim yang Berasal dari Lima Kata Akronim dari lima kata merupakan akronim yang terbentuk dari lima kata. Kata pertama sebagai unsur pertama, kata kedua sebagai unsur kedua, kata ketiga sebagai unsur ketiga, kata keempat sebagai unsur keempat dan kata kelima sebagai unsur terakhir. Akronim yang berasal dari empat kata terdapat satu data. 7) Pangkostrad: Pahlawan Kemerdekaan Percaya Kemampuan Sendiri (Kompas, 11 November 2013). Akronim pangkostrad adalah gabungan silabe awal pangsebagai unsur pertama dari kata panglima, silabe awal ko- sebagai unsur kedua dari kata komando, silabe awal str- sebagai unsur ketiga dari kata strategi, fonem awal a- sebagai unsur keempat dari kata angkatan dan fonem awal d- sebagai unsur kelima dari kata darat. Pangkostrad bentuk akronim dari panglima komando strategi angkatan darat.
6
2. Pola Fonotaktik Pola fonotaktif dalam rubrik “Politik dan Hukum” surat kabar Kompas edisi Agustus sampai November 2013 dapat dikenali melalui deretan fonem-fonem dari akronim yang ditemukan. Perjejeran fonemfonem tersebut ditemui baik dalam satu suku kata maupun dalam suku kata yang berbeda. Wujud dari kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dengan adanya pola konanik. Pola konanik yaitu pola yang unsurnya diisi oleh unsur konsonan dan vokal. a. Pola KVK Terdapat dua akronim yang mengandung pola fonotaktik KVK. Akronim dipaparkan sebagai berikut. Data (5) akronim “HAM” merupakan akronim yang mengandung pola fonotaktik KVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K. Data (2) akronim “Sekjen” merupakan akronim yang mengandung pola konanik KVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K-K-V-K. b. Pola VKKVK Terdapat satu akronim yang mengandung pola VKKVK. Akronim dipaparkan sebagai berikut. Data
(3)
akronim
“Alkes”
merupakan
akronim
yang
mengandung pola konanik VKKVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur V-K-K-V-K. c. Pola KVKVK Terdapat dua akronim yang mengandung pola KVKVK. Akronim dipaparkan sebagai berikut. Data
(1)
akronim
“Caleg”
merupakan
akronim
yang
mengandung pola konanik KVKVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K-V-K.
7
Data (6) akronim “Kemenpora” merupakan akronim yang mengandung pola konanik KVKVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K-V-K-K-V-K-V. d. Pola KVKKVK Terdapat satu akronim yang mengandung pola KVKKVK. Akronim dipaparkan sebagai berikut. Data (4) akronim “Cawapres” merupakan akronim yang mengandung pola konanik KVKKVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K-V-K-K-V-K. e. Pola KVKKKVK Terdapat satu akronim yang mengandung pola KVKK-KVKKKVK. Akronim dipaparkan sebagai berikut. Data (7) akronim “Pangkostrad” merupakan akronim yang mengandung pola konanik KVKKKVK. Akronim tersebut terbentuk dari penggabungan unsur K-V-K-K-V-K-K-K-V-K. 3. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dan deskripsi hasil penelitian, pembahasan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Bentuk Akronim Bentuk akronim yang terdapat pada rubrik politik dan hukum dalam penelitian ini ditemukan 4 jenis, yaitu bentuk akronim yang berasal dari dua kata, akronim yang berasal dari tiga kata, akronim yang berasal dari empat kata, dan akronim yang berasal dari lima kata atau lebih. Bentuk akronim dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008). Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008) yang berjudul “Singkatan dan Akronim dalam Majalah Gadis Tahun 2007”. Hasil penelitian Pratiwi, akronim dalam majalah Gadis tahun 2007 dapat dikelompokkan ke dalam 13 pola dan pola yang paling dominan yaitu pola pengekalan suku kata pertama komponen pertama dan suku kata pertama komponen kedua.
8
2. Pola Fonotaktik Pola Fonotaktik akronim dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) dengan judul “Realisasi Fonotaktik Akronim Bahasa Indonesia dalam Rubrik Politik di Harian Republika Edisi September 2006”. Hasil penelitian pola fonotaktik akronim dalam rubrik Politik di Harian Republika terdapat 7 pola yaitu V, VK, KV, KVK, KKV, KKVK, dan KVV. C. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kesimpulan penelitian (1) terdapat empat bentuk akronim bahasa Indonesia yaitu akronim yang berasal dari dua kata, akronim yang berasal dari tiga kata, akronim yang berasal dari empat kata dan akronim yang berasal dari lima kata. (2) terdapat lima pola fonotaktik bahasa Indonesia yaitu pola KVK, pola VKKVK, pola KVKVK, pola KVKKVKdan pola KVKKKVK. D. Daftar Pustaka Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Pratiwi, Ayu Indra. 2008. “Singkatan dan Akronim dalam Majalah Gadis Tahun 2007”. Skripsi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4 &ved=0CEIQFjAD&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffil e%3Ddigital%2F126968-RB01P361siSingkatan%2520dan%2520akronim-Abstrak.pdf&ei=XV-QUoT4GM6rge_3oGICw&usg=AFQjCNEDPG22iiDgx13VKy2cAZHOMLdYIg&bv m=bv.56988011,d.bmk. Rahmawati, Heni. 2007. “Realisasi Fonotaktik Akronim Bahasa Indonesia dalam Rubrik Politik di Harian Republika Edisi September 2006”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
9