Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sambutan pada Peringatan HUT Ke-7 Dharma Wanita Persatuan Kamis, 07 Desember 2006
TRANSKRIP SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HUT KE-7 DHARMA WANITA PERSATUAN DI SASONO LANGEN BUDOYO, TMII, JAKARTA 7 DESEMBER 2006
Bismillahirrohmanirrohim Assalmu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua Yang saya hormati, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Yang saya hormati, para penasehat, ketua umum Dharma Wanita Persatuan, para tamu undangan, para pengurus dan keluarga besar Dharma Wanita Persatuan seluruh Indonesia, seluruh DKI JAkarta, Ibu-Ibu hadirin sekalian, baik yang ada di ruangan ini maupun yang ada di ruangan sebelah, yang saya cintai dan saya muliakan. Pada kesempatan yang baik ini dan semoga senantiasa penuh berkah ini, marilah sekali lagi kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, atas berkenan rahmat dan ridho-Nya, kita semua masih diberi kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan tugas dan pengabdian kita bersama kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur Dharma Wanita Persatuan telah memasuki usia yang ke-7 dan hari ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-7. Oleh karena itu atas nama pemerintah, saya mengucapkan selamat berulang tahun, semoga dengan ulang tahun ini Dharma Wanita Persatuan mendapatkan semangat yang baru untuk melanjutkan kiprah dan pengabdiannya di waktu yang akan datang. Saya dalam kesempatan yang baik ini pula juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi, karena di banyak daerah, di banyak kesempatan, terutama kalau saya sedang berkunjung, sering saya menyaksikan sendiri Dharma Wanita beserta beberapa komponen masyarakat yang lain, aktif melakukan pengabdiannya kepada masyarakat. Saya jumpai aktivitas Dharma Wanita, misalnya di daerah-daerah bencana, melaksanakan aksi sosial yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Oleh karena itu, sekali lagi terimalah ucapan terima kasih dan pernghargaan saya. Hadirin sekalian yang saya muliakan, Setiap kita memperingati ulang tahun, maka setiap kali itu pula, kita patut untuk melakukan refleksi ataupun introspeksi, evaluasi diri, apa yang telah kita lakukan selama ini. Bagi Dharma Wanita Persatuan, barangkali baik pula melakukan refleksi dan evaluasi itu untuk sekali lagi melihat apa yang telah dilakukan, paling tidak sejak tahun lalu hingga tahun ini, sesuai dengan peran, tugas dan pengabdian Dharma Wanita, baik kepada seluruh anggota, atau jajaran keluarga besar Dharma Wanita PErsatuan itu sendiri, maupun terhadap masyarakat masyarakat luas. Dengan evaluasi dan refleksi itu, pastilah muncul semangat dan tekad yang baru untuk melakukan perbaikan, untuk meningkatkan hal - hal yang dirasa belum maksimal dilaksanakan menuju hasil yang lebih baik lagi, saya persilakan dalam rangkaian ulang tahun ini, keluarga besar Dharma Wanita Persatuan, benar benar dapat melakukan refleksi dan introspeksi menuju ke kkinerja yang lebih baik lagi di masa depan. Saya kira keluarga besar Dharma Wanita Persatuan masih ingat apa yang saya sampaikan 2 tahun yang lalu, akhir tahun 2004, ketika di masyarakat luas muncul satu wacana, atau diskursus apakah Dharma Wanita masih relevan, masih perlu hadir dalam era reformasi dan transformasi dewasa ini. Saya katakan waktu itu, perlu tidak perlunya, eksistensi Dharma Wanita dipertahankan dan dilanjutkan, terpulang. Terpulang apakah Dharma Wanita Persatuan sebagai organisasi benar-benar memberikan dan membawa manfaat bagi anggotanya, anggota Dharma Wanita Persatuan dan masyarakat luas. Apabila masyarakat luas dengan apa yang dilakukan Dharma Wanita Persatuan sebagaimana yang saya saksikan di banyak tempat ketika saya berkunjung ke daerah - daerah itu, aktivitas yang positif, membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan, ikut membantu meningkatkan pendidikan kesehatan dan lain lain, maka jawabannya, tentulah kehadiran Dharma Wanita Persatuan itu diperlukan. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Oleh karena itu, lakukan terus-menerus, sekali lagi refleksi dan evaluasi diri, bahwa sebagai organisasi yang tentu dibentuk dengan tujuan dan sasaran yang baik, benar - benar dapat mewujudkan peran, tugas dan pengabdiannya itu, dan dengan demikian, maka kehadiran organisasi itu membawa manfaat yang nyata. Baik bagi dirinya, maupun bagi masyarakat, bahkan bagi bangsa dan negara. Dalam kaitan itu semua, hadirin sekalian, saya ingin mengedepankan tiga hal. Harapan saya kepada Dharma Wanita Persatuan dalam gerak pengabdiannya ke depan ini. Yang pertama adalah bagaimana Dharma Wanita Persatuan dapat meningkatkan perannya yang lebih konstruktif kepada anggotanya, kepada keluarga besarnya sendiri. Yang kedua, bagaimana Dharma Wanita Persatuan dapat berkontribusi dalam melindungi, memberdayakan dan memajukan kaum perempuan, utamanya di tanah air kita. Dan yang ketiga adalah, bagaimana Dharma Wanita Persatuan benar-benar dapat ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara secara menyeluruh. Yang pertama, peran terhadap keluarga besar Dharma Wanita Persatuan sendiri, yang tentunya, diharapkan dirasakan oleh seluruh anggotanya, adalah sebagaimana yang tertuang dalam apa yang dirumuskan oleh Dharma Wanita Persatuan itu sendiri. Bahwa organisasi ini didirikan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Yang dinamakan kesejahteraan tidak harus dinilai, diukur dari yang serba benda atau material, tetapi kesejahteraan bisa juga dinilai dari apakah dengan berorganisasi di Dharma Wanita Persatuan itu pengetahuan, wawasan, keterampilan dari anggota Dharma Wanita Persatuan makin baik dan makin meningkat dari waktu ke waktu. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Dan ini hal yang sangat penting untuk diingat oleh para unsur pimpinan di Dharma Wanita Persatuan ini. Peran yang kedua adalah apa yang dapat disumbangkan oleh Dharma Wanita Persatuan terhadap kaum perempuan. Beberapa waktu yang lalu saya diundang untuk memberikan sambutan di depan kampus Perempuan Parlemen di Jakarta. Saya berbicara panjang lebar waktu itu, meletakkan kaum perempuan dalam konteks pembangunan yang kita lakukan ke depan ini, secara tepat, secara proporsional, secara wajar, dengan demikian, sekali lagi, upaya untuk memberdayakan dan memajukan kaum perempuan, bukan hanya dilakukan oleh pihak non kaum perempuan, tetapi yang terutama mestilah berangkat dari tekad yang kuat dan upaya yang nyata yang dilakukan oleh kaum perempuan itu sendiri. Hadirin sekalian, Bicara terhadap apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nasib, kesejahteraan dan masa depan kaum perempuan, saya ingin berbagi pengalaman. Dua tahun lebih saya mengemban amanah sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, saya sering berkunjung di berbagai pelosok di negeri ini. Di tengah - tengah masyarakat dalam banyak kondisi, kebanyakan ketika menghadapi kesulitan, seperti konflik, bencana alam dan lain lain. Sebelumnya pula, ketika saya mengemban tugas sebagai menteri pada pemerintahan sebelum pemerintahan ini, saya juga melakukan hal yang sama, datang ke berbagai wilayah, berkunjung ke komunitas - komunitas, bertemu, berdialog dan lain - lain. Dari semuanya itu, saya punya kesimpulan, bahwa kondisi kaum perempuan di negeri kita, dalam banyak daerah di berbagai komunitas, di berbagai keadaan masih memprihatinkan, terutama yang kita lihat sendiri, kondisi kaum perempuan, ibuibu, wanita, anak - anak, di daerah konflik. Kita refleksikan kembali pikiran kita tahun - tahun setelah 1998 terjadi banyak konflik di negeri kita. Kalau kita lihat, datang dan menyaksikan langsung apa yang dialami oleh kaum perempuan, oleh komunitas - komunitas itu, memang kondisinya memprihatinkan. Di daerah bencana, demikian juga, di komunitas atau masyarakat miskin juga demikian, kita jumpai kekerasan dalam rumah tangga yang masih terjadi dan kita jumpai kejahatan terhadap kaum perempuan di banyak kasus, di banyak daerah dengan beragam jenis kejahatan dan kekerasan itu. Semuanya itu dapat kita simpulkan dalam sebuah gambar, bahwa kondisi kaum perempuan dalam keadaan seperti itu harus kita perhatikan dengan sungguh - sungguh, kita bebaskan dari persoalannya yang mendasar, dengan demikian harkat martabat, kesejahteraan mereka dapat kita angkat ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk mengubah kondisi yang seperti itu, untuk mengubah keadaan yang seperti itu, mestilah dilakukan secara bersama, mestilah dilakuka nsecara konseptual melalui program - program, dan upaya - upaya yang tepat, terarah dan berkelanjutan terus menerus. Saya ingin menyebut beberapa hal yang pertama dan paling utama, yang paling mendesak adalah perlunya terus dilindungi kaum perempuan kita. The protection of the women dari kekerasan dan kejahatan dan dari penderitaan yang ekstrim, kemiskinan yang sangat absolut, tidak bisa makan, lapar, akhirnya ada yang meninggal, itu adalah ekstrim atau ABJECT poverty yang tentunya tidak boleh terjadi di negeri kita, oleh karena itu yang paling utama, mari kita berikan perlindungan kepada kaum wanita, kaum perempuan, terutama dalam kondisi ekstrim seperti itu Setelah itu baru kita bicara memberdayakan mereka, memenuhi hak - hak dasarnya, Sebagaimana yang tertulis di belakang saya ini, kita harus meningkatkan kualitas hidup mereka, kualitas hidup kaum perempuan khususnya dan kualitas hidup masyarakat indonesia pada umumnya. Yang disebut kualitas hidup, quality of life dalam banyak kriteria, yang disebut dengan human development index, quality of life itu adalah manusia yang memiliki taraf kesehatan yang baik, pendidikan yang juga baik dan pendapatan yang juga baik. Tentunya yang kita tuju adalah membebaskan saudara saudara kita yang benar- benar dibawah kelayakan sebuah kualitas hidup yang baik. Kalau kita perpanjang, bukan hanya dia makin baik, sehat dan makin baik pendidikannya, makin mendapatkan penghasilan yang layak, tapi juga http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20
Sekretariat Negara Republik Indonesia
lingkungan tempat mereka hidup tentu diharapkan makin baik agar hidupnya tenteram, lebih tenang, lebih merasa aman, tidak takut kepada kejahatan, kekerasan maupun lingkungan - lingkungan yang tidak sehat. Kita juga dalam konteks memberdayakan dan memenuhi hak - hak dasar kaum perempuan memikirkan bagaimana ekonomi lokalnya, usaha kecil, usaha menengah yang sering banyak membantu untuk meningkatkan taraf hidup ini, kemudian harus menjadi gerakan bersama kita di banyak komunitas, masyarakat, pedesaan,daerah - daerah tertinggal, terpencil, kaum perempuan itu lebih banyak diletakkan sebagai objek, dimarjinalkan. Sudah pada saatnya memikirkan bagaimana meningkatkan taraf hidup di desa itu, membikin energi makin baik di desa itu, makin mandiri, memikirkan pendidikan, kesehatan di dareah itu makin baik, sejak sekarang, kaum perempuan harus dilibatkan secara aktif. Dengan aktivitas itulah, mereka lebih merasakan tentunya pandangan - pandangannya, saran - sarannya, pikiran - pikirannya bisa sangat berguna untuk memastikan bahwa upaya program yang dijalankan oleh pemerintah pada tingkat - tingkat daerah, tingkat lokal juga makin baik. Itu yang kedua. Yang ketiga kita bicara, setelah kita berikan perlindungan, kita berdayakan dan penuhi hak - hak dasarnya, maka tingkatan berikutnya lagi adalah bagaimana memajukan, mengembangkan kaum perempuan di negeri kita. Tekad untuk memajukan dan mengembangkan kaum perempuan ini juga terjadi di hampir setiap negara di dunia. Di Beijing ada sebuah deklarasi yang kita kenal dengan Beijing Declaration of 1995, di situ antara lain disebutkan bahwa mesti dilakukan penguatan pada ya di sini power ya, tapi yang dimaksudkan adalah penguatan agar kaum perempuan itu memiliki posisi yang baik pada bidang politik, ekonomi dan sosial. Dalam deklarasinya disebutkan "reinforcing women social economic and political power". Sebenarnya di negeri kita ada juga kisah keberhasilan tokoh dan kaum perempuan di berbagai strata, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dunia usaha dan lain - lain, tetapi tentunya, jumlah yang sudah makin baik itu harus lebih banyak lagi. Harus lebih banyak lagi perempuan, wanita Indonesia yang tampil di berbagai tempat yang lebih terhormat, lebih tinggi peran dan posisinya, sekali lagi, bukan hanya di bidang pemerintahan, politik, tetapi juga di semua cabang kehidupan masyarakat kita. Semua itu, setelah kita jalankan, tinggalah satu hal. Negara memastikan bahwa tatanan kehidupan, undang undangnya, peraturan - peraturannya, bahkan konstitusinya, itu tentu harus adil dan tidak boleh satupun yang memiliki bias, atau yang kita sebut dengan bias gender, tidak boleh diskriminatif. Dan dalam hal - hal tertentu program - program dan upaya kita diperlukan keberpihakkan terhadap perempuan dan anak - anak dalam konteks tertentu. Empat langkah besar inilah yang harus kita jalankan, dan saya berharap Dharma Wanita Persatuan tentu mengambil peran yang nyata, yang kontributif yang relevan dengan perannya dan tugas Dharma Wanita, di seluruh daerah agar benar-benar upaya untuk melindungi, memberdayakan dan memajukan kaum perempuan ini bisa berhasil dengan baik. Hadirin sekalian yang saya hormati, Dalam dimensi yang lebih luas, saya mengajak bukan hanya kepada Dharma Wanita Persatuan, tapi juga mengajak kepada kaum perempuan di negeri ini dan tentunya semua komponen bangsa agar sekarang, ke depan ini kita lebih bersatu, lebih bekerja keras untuk membikin bangsa kita lebih terhormat. Bahkan saya sering mengatakan, salah satu aktualisasi atau perwujudan nasionalisme dan patriotisme kita masa kini adalah membikin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terhormat. Sebuah bangsa dinamakan terhormat apabila, satu, rakyatnya memiliki taraf hidup yang layak, bebas dari kemiskinan yang ekstrim, tentu bangsa kita tidak terhormat kalau mayoritas bangsa kita miskin, bahkan kemiskinan itu, kemiskinan yang absolut. Ke depan agar kita makin terhormat, mari terus menerus kita lakukan gerakan pengentasan kemiskinan. Semua itu akan bisa kita lakukan apabila sekali lagi, smeua pihak mengambil bagian untuk mengurangi kemiskinan. Ini ukuran yang pertama. Ukuran yang kedua, sebuah bangsa dinamakan terhormat, kita semua ini, apabila negerinya berada dalam keadaan yang relatif aman dan tertib, bukan negara yang syarat dengan kejahatan, kekerasan, konflik, gangguan keamanan dan lain - lain. Kalau ibu - ibu melihat pelayanan televisi di Afrika di banyak tempat, negaranya porak poranda, tiap hari seperti itu, tentu kehormatan bangsa itu berkurang di mata dunia. Mari kita bikin negara kita makin tertib, makin aman, makin tenteram, makin stabil dan sebagainya. Yang ketiga, kita terhormat, Indonesia dalam era globalisasi ini, di abad 21 ini, apabila kita juga menjadi negara yang demokratis. Demokrasi dalam arti kebebasan atau freedom makin mekar, makin berkembang. Tapi kebebasan itu, hidup berdampingan dengan kepatuhan terhadap pranata, pranata sosial maupun pranata hukum, rule of law. Kalau dua duanya hadir, demokrasi kita akan sehat dan berkembang. Mari kita bikin demokrasi kita tumbuh, dan mekar seperti itu. Yang keempat, kita menjadi bangsa yang terhormat apabila, ekonomi kita, ekonomi nasional seluruh daerah, bukan hanya di kota - kota besar, bukan hanya di daerah - daerah yang mampu, juga makin baik dan tumbuh berkelanjutan. Dan kita tidak terjerat dalam utang yang tinggi. Itulah sebabnya, kita perbaiki ekonomi kita, bagi semua, kita lakukan upaya untuk terus menerus mengurangi beban - beban kita, sehingga kita tidak dicap sebagai sebuah negara yang berutang besar, berutang banyak, yang sesungguhnya membebani masa depan generasi mudanya. Yang kelima, bangsa terhormat apabila memiliki pemerintahan yang baik, good governance, pemerintahan yang tanggap pada persoalan rakyatnya, pemerintahan yang terbuka, pemerintahan yang bebas dari korupsi dan berbagai http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20
Sekretariat Negara Republik Indonesia
penyimpangan. Mari kita terus bangun, kembangkan pemerintahan di negeri ini, pusat dan daerah, dimanapun menjadi pemerintahan yang lebih baik. Yang keenam tentunya, kita juga harus memiliki lingkungan yang baik. Terus terang, kalau tiap tahun negeri kita masih mengekspor asap ke negara - negara tetangga, dunia menyimpulkan, Indonesia tidak pandai memelihara lingkungan bahkan lingkungan di sekitarnya. Kalau daerah - daerah kita kotor, tidak indah, tidak sehat, tidak rapih, di mata dunia, di mata kita sendiri pun, kok lingkungan kita jelek, malu kita sebagai bangsa, sebagai negara yang punya lingkungan seperti itu. Kita bikin baik lingkungan kita. Yang ketujuh, kita terhormat kalau pendidikan kita makin bagus, pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Makin menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, makin terhormat kita. Yang kedelapan apabila kesehatan di negeri ini makin bagus, lebih dari sekedar memenuhi apa yang disebut dengan sasaran millenium atau Millenium Development Goals yang delapan sasaran itu. Lebih dari itu, makin tinggi tingkatan kesehatan kita akan makin baik. Yang kesembilan jangan diremehkan, kalau olahraga kita bagus, hebat tidak dikalahkan, bangsa itu dikenal, hebat itu olahraganya, terhormat. Oleh karena itulah saya mengajak, kita semua, kita bangkitkan kembali olah raga kita. Saya baru bicara dengan gubernur DKI Pak Sutiyoso, kalau tahun lalu, SEA Gamese saja, 10 negara ASEAN kita nomor 5, padahal di 10 negara, penduduk kita paling besar, 220 juta. Saya pikir tidak boleh terjadi. Berikutnya lagi, saya minta semua pihak, bukan hanya KONI, bukan hanya Kementerian Pemuda dan Olahraga, tapi kita semua, bikin lebih bagus lagi harapan kita menjadi 3 besar, dan nantinya mestinya ukurannya, kita harus peringkat paling atas dalam pertandingan - pertandingan di lingkungan ASEAN. Malu kita, kalah dengan negara yang penduduknya yang sangat kecil, banyak sekali potensi di negeri kita ini, olahraga jangan diremehkan. Kemudian yang kesepuluh, yang terakhir adalah, kita terhormat apabila Indonesia berperan dalam perkembangan dunia, tidak apatis, tidak masa bodoh, tidak hanya memikirkan negaranya sendiri, tapi juga memikirkan dunia. Sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar kita. Mari kita lakukan lagi itu, ibu - ibu, kaum perempuan, Dharma Wanita Persatuan, juga ikut berkontribusi, berpartisipasi dalam bagaimana kita memainkan peran yang baik dalam hubungan internasional 10 hal itulah bapak ibu sekalian, kalau bangsa ini menjalankannya dengan sungguh-sungguh, insya Allah kita akan menjadi bangsa yang lebih terhormat, dan itulah nasionalisme dan patriotisme kita yang harus kita kembangkan ke depan. Ini semua menjadi tanggung jawab kita semua, pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga - lembaga negara, dunia usaha, civil society, perguruan tinggi, pers, termasuk pergerakan kaum perempuan. Hadirin sekalian yang saya hormati, Itulah pesan dan harapan saya kepada keluarga besar Dharma Wanita Persatuan. Sebelum mengakhiri sambutan saya pada hari ini, saya ingin menyampaikan satu hal yang barangkali menjadi topik pembicaraan. Saya akan menyampaikan penjelasan - penjelasan ini, buat semua. Bukan hanya bagi ibu - ibu yang di ruangan ini, bukan hanya bagi kaum perempuan, tapi bagi kita semua, bagi seluruh rakyat Indonesia, karena saya adalah Kepala Negara yang harus memikirkan, harus mengayomi dan harus memberikan perhatian kepada seluruh rakyat Indonesia, kita semua. Sebagaimana yang kita ikuti, hari-hari terkahir ini, bahkan sebenarnya minggu-minggu terakhir ini, yang menyangkut bangunan yang sangat penting, yaitu rumah tangga. Saya ingin menyampaikan penjelasan terbuka dengan bahasa yang terang, dengan demikian semuanya dapat memahaminya dengan benar. Kalau saya simak komentar-komentar di media baik cetak maupun elektronik, pesan-pesan SMS yang masuk ke keluarga saya, ratusan telepon dan lain-lain, nampaknya saya belum memberikan penjelasan yang lebih tepat. Menanggapi isu yang berkaitan dengan perkawinan, perceraian, menikah kembali, menikah lebih dari satu, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu, saya mengajak marilah kita berpikir secara jernih, terang, proporsional dan rasional. Saya masih melihat diantara kita masih menanggapi secara emosional, terlalu emosional, kalau terlalu emosional itu juga tidak baik. Mari kita sekali lagi, jernih, tenang, rasional dan proporsional. Saya juga menerima SMS, mendengar dari pihakpihak yang pro dan kontra, katakanlah begitu, yang cenderung memaksakan jalan pikirannya. "Nggak betul itu Bapak Presiden", keras kalimatnya. Kita harus pro, monogami, ada begitu. Tapi juga, kalau saya simpulkan "pak presiden, yang betul itu, kita ini harus memahami mengapa terjadi poligami". Mari kita tidak terjebak dalam debat atau diskursus tentang itu. Dan sebetulnya yang paling baik, pahami konteksnya, pahami perkaranya dan cegah terjadi situasi yang saling memaksakan jalan pikirannya. Oleh karena itu, yang paling tepat dan paling baik sebagaimana yang saya inginkan adalah, mari semuanya itu kita kembalikan kepada undangundang, dan peraturan pemerintah yang berlaku. Undang-undang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, bagi seluruh warga negara. Ada yang mengatakan "Pak SBY, itu kan urusan pribad.." Betul, tetapi negara kita punya undang-undang yang dengan tujuan yang baik, untuk mengatur hal ini. Mari kita pahami dan kita jalankan bersama, karena undangundang itu masih berlaku. Khusus jajaran pemerintah, jajaran pemerintahan ada yang mengatur tentang hal ini, yaitu Peraturan Pemerintah yang juga masih berlaku. Kembalikan ke situ, kita punya undang-undang, kita punya peraturan http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20
Sekretariat Negara Republik Indonesia
pemerintah, bahwa ada pendapat baru "pak ini harus diadakan, perubaha, diadakan revisi", dan lain lain itu adalah persoalan kedua, persoalan yang lain. Tapi yang paling baik, paling tepat sekarang ini, karena kita punya undang undang, kita punya peraturan pemerintah, mari kita kembalikan kepada undang-undang itu. Permasalahan perkawinan tidak bisa dikaitkan dengan permasalahan apa yang telah menjadi ketentuan dalam agama yang dipeluk oleh kita masing-masing. Kalau harus dikaitkan, dengan aturan atau ajaran agama, saya berharap kaitkan dengan pemahaman yang benar tentang ajaran agama itu. Sayapun meskipun terus belajar mendalami semua aturan yang berkaitan dengan ajaran agama, tetapi saya lebih senang kalau yang memberikan penjelasan itu, beliau yang benar-benar memahami aturan agama itu. Para ulama kalau di agama islam, kalau di agama lain barangkali siapa yang bisa menjelaskan tentang ajaran yang benar dari agama itu yang mengait kepada persoalan perkawinan dalam arti yang luas. Hadirin sekalian, Terus terang, mengapa persoalan ini muncul akhir-akhir ini, ini tidak terlepas dari apa yang ada dalam realitas kehidupan kita. Sudah agak lama memang saya menerima banyak sekali masukan, saran, sebagian besar memang dari kaum perempuan, meskipun sebagian yang lain juga bukan dari kaum perempuan, untuk bagaimana kita mengingatkan kembali norma, nilai, tatanan dan aturan dalam permasalahan yang menurut saya sangat penting tapi juga sensitif ini. Saya kira kita sering melihat televisi, banyak sekali media televisi di sini yang secara vulgar memang diangkat kisahkisah dinamika romantika, perkawinan dan perceraian yang sedikit banyak menimbulkan dampak memang, kadangkadang kecemasan, kadang-kadang kegamangan, kalau itu menjadi fenomena yang lebih luas. Meskipun sekali lagi, banyak yang sesungguhnya betul - betul permasalahan pribadi, pribadi masing-masing, pribadi diantara kita, tetapi karena sudah masuk ke dalam arena publik, sudah masuk ke dalam ruang sosial, dampaknya juga masuk ke wilayah sosial. Dan kebetulan memang ada kasus - kasus pribadi, sekali lagi kasus-kasus pribadi, kita juga tidak boleh serta merta memberikan judgement, memberikan penilaian, memberikan satu vonis. Wah ini jelek, salah, buruk, baik, benar. Kita bebaskan dulu dari sikap seperti itu. Tapi bagaimanapun, ada kasus-kasus pribadi yang memang akhirnya menjadi wacana yang sekarang sedang muncul. Oleh karena itu saudar-saudara, hadirin sekalian yang saya hormati, saya tidak ingin sebagai Kepala Negara, kehidupan kita menjadi gonjang ganjing, menjadi tidak menentu, keresahan saling curiga mencurigai, dan lain-lain. Mengapa? Karena banyak yang harus kita lakukan di negeri ini, di masyarakat ini, di sini dikatakan, bersatu dan bekerja keras, banyak sekali. Mengatasi kemiskinan, mengatasi pengangguran, pendidikan, kesehatan, lumpur Sidoarjo. Banyak sekali yang harus kita selesaikan. Saya tidak ingin sebetulnya masalah ini menjadi suatu wacana yang betul - betul berkembang menjadi tidak sehat, yang akhirnya mengganggu kehidupan kita semua. Oleh karena itu saya ingin sekali lagi, kita memahami, kita mematuhi, kita menjalankan undang - undang yang berlaku. Saya kita gamblang sekali, bagi jajaran keluarga besar pemerintahan, pegawai negeri, tolong dipahami, dipatuhi dan dijalankan peraturan pemerintah yang juga masih berlaku. Itu sebetulnya. Apakah kita punya undang undang? Ada, tahun 1946, satu tahun setelah merdeka, kita punya Undang-undang nomor 22 yang mengatur sebetulnya, tata cara perkawinan. Tahun 1954, diperbaharui dalam Undang Undang nomor 32 juga mengatur hal - hal tata cara perkawinan, kemudian tahun 1974 kita kenal dengan Undang Undang nomor 194 yang juga mengatur perkawinan. Gamblang sekali di situ. Bagaimana menikah, syarat - syarat menikah, bagaimana kalau harus mengakhiri pernikahan atau perceraian, bagaimana kalau harus menikah lagi. Bagaimana syarat - syaratnya, kondisinya dan lain - lain. Pahami betul, karena sangat gamblang dan sangat jelas di situ. Yang kedua, peraturan pemerintah ini berkaitan dengan ijin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri. Pertamatama memang ada Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 itu melaksanakan Undang-undang nomor 1 tahun 1974, kemudian muncul 1983 sebagai perbaikan dan diperbaiki lagi pada tahun 1990, Peraturan Pemerintah nomor 45. Kalau kita kembalikan ke situ, saya kita semuanya akan lebih tenang dan tidak perlu lagi kita saling hujat-menghujat, yang sesungguhnya, bukan itu tujuan kita. Yang kita ingin tunjukkan adalah ada kepastian, ada kejelasan, ada aturan, ada norma, ada tatanan, yang sudah menjadi kesepakatan kita. Karena undang - undang berlaku bagi seluruh warga negara Republik Indonesia. Siapapun, warga negara itu, apapun identitasnya, apapun agamanya, apapun profesinya, apapun sukunya, karena undang - undang Republik Indonesia kita pahami. Kemudian yang kedua, sekali lagi, kepada pemerintah, jajaran pemerintah ada peraturan pemerintahnya. Itu saja yang saya inginkan sebetulnya untuk dijelaskan kemarin, supaya keresahan ini segera bisa kita atasi, kemudian situasi yang menjadi diskursus sosial ini juga bisa kita selesaikan dengan baik. Tentu, saya tahu ini permasalahan yang fundamental yang mendasar, yang peka, tapi sekali lagi, karena kita sudah punya semuanya, rujuk itu, pedoman ini, dan laksanakan. Dengan demikian, saya kira akan gamblang. Saya ingin bertanya, apakah yang hadir disini sudah membaca semua Undang Undang Perkawinan kita? Baca kembali, supaya juga tidak terus kemerungsung begitu ya. Tenang, apakah sudah pernah membaca Peraturan Pemerintah Nomor 45 1990? Baca kembali, supaya sekali lagi, tenang. Yang kita cari adalah keharmonisan rumah tangga, ketenangan hidup, keadaan sosial yang baik untuk bersama -sama mengatasi semua masalah di negeri kita ini. Itulah ibu-ibu sekalian, yang dapat saya sampaikan. Semoga Dharma Wanita Persatuan dapat meningkatkan http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20
Sekretariat Negara Republik Indonesia
pengabdiannya. Wassalamu`alaikum warohmatullahi wabarokatuh
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 11 January, 2017, 17:20