SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA SEMINAR “ MENYELAMATKAN EKONOMI BANGSA: PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA” “ARAH BARU PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL PERTANIAN” Jakarta, 17 Januari 2007 Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh, Yang Saya Hormati: Saudara Ketua MPR RI, Saudara Menteri Negara BUMN, Saudara Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Para undangan dan hadirin peserta seminar, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberikan nikmat, 1
khususnya nikmat sehat sehingga
kita dapat berkumpul pada
Seminar dengan Tema: “Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan Sektor Riil dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk Kemandirian Bangsa”. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada DPP Partai Keadilan Sejahtera atas inisiatif dan prakarsanya untuk menyelenggarakan seminar ini serta mengundang saya untuk menyampaikan paparan
dengan judul:
”Arah Baru Pembangunan Sektor Riil Pertanian”. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Saya ingin mulai paparan ini dengan memahami apa yang kita maksud dengan sektor riil. Secara umum sektor riil merupakan kegiatan produktif yang menghasilkan
barang dan
jasa. Sebagai contoh antara lain: (1) Kegiatan industri tekstil; (2) Kegiatan menanam padi; (3) Kegiatan menambang minyak; (4) Kegiatan perdagangan beras; (5) Kegiatan jasa hukum; dan (6) Kegiatan lainnya yang menghasilkan barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor riil antara lain mencakup : (1) Dukungan dana/pembiayaan untuk kegiatan investasi misalnya untuk pembelian mesin, lahan atau alat produksi lainnya, dan untuk
modal kerja yakni membiayai 2
sarana produksi yang habis dalam suatu proses produksi seperti upah tenaga kerja, bahan baku dan lainnya; (2) Dukungan regulasi, yang mencakup regulasi dibidang ketenagakerjaan dan kepailitan, sistem perpajakan, investasi, kepabeanan dan regulasi lainnya untuk kepastian berusaha; (3) Kesiapan infrastruktur publik dalam rangka mendorong kegiatan produksi; dan (4) Efisiensi birokrasi misalnya perizinan investasi. Berdasarkan perkembangan perekonomian di akhir tahun 2006, pemerintah telah mengungkapkan empat (4) sinyal positif yang dapat mendatangkan inspirasi untuk mencetuskan energi baru sebagai pendorong kebangkitan perekonomian terutama sektor
riil.
Keempat
sinyal
positif
tersebut
adalah:
(1)
Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik yaitu sebesar 5,8 %; (2) Semakin
menurunnya
tingkat
inflasi
yakni
sebesar
6,6%,
dibanding tahun 2005 yang mencapai 17,11% dan juga lebih rendah dari target sebesar 8,0%; (3) Nilai tukar rupiah sempat menciptakan
keseimbangan
baru
dengan
menembus
batas
psikologis Rp 9.000,- per US $, yang dalam setahun terakhir menjadi benchmark perdagangan valuta asing; dan (4) Turunnya BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,25%. Angka-angka makro-ekonomi yang telah dikemukakan tersebut
perlu
dimanfaatkan
untuk
memulihkan
sektor
riil 3
masyarakat. Harus kita akui bahwa perhatian berbagai pihak terhadap sektor riil termasuk di dalamnya sektor pertanian di Indonesia masih rendah, sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat masih berjalan lambat. Tersendatnya sektor riil juga telah
menciptakan
pengangguran
dan
lambatnya
upaya
pemberantasan
penurunan kemiskinan.
tingkat Dengan
momentum terdapatnya sinyal positif perekonomian ini perlu kita manfaatkan untuk peningkatan sektor riil nasional. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Sektor pertanian sebagai salah satu sektor riil telah menjadi penyelamat di masa krisis ekonomi, dan telah cukup berhasil dalam menyediakan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa negara, dan pengurangan kemiskinan di pedesaan.
Data statistik menunjukkan keberhasilan dimaksud
antara lain: dalam mempertahankan swasembada beras dengan tingkat pemenuhan selalu di atas 95 persen dan bahkan dalam tiga tahun terakhir kita impor beras kurang dari satu persen. Penurunan impor beberapa sumber bahan pangan seperti jagung, gula, dan peningkatan
devisa
melalui
ekspor
komoditas
perkebunan
khususnya minyak sawit, karet, dan kakao, serta penurunan angka kemiskinan di pedesaan. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi tidak langsung yaitu efek 4
pengganda (multiplier effect) berupa keterkaitan input-output antar-industri,
konsumsi
dan
investasi.
Dampak
pengganda
tersebut relatif besar, sehingga sekali lagi sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan perekonomian nasional. Oleh karena itu, salah satu prioritas pembangunan ekonomi Kabinet Indonesia
Bersatu adalah Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Sebagai tindak lanjutnya, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) telah dicanangkan oleh Presiden RI pada bulan Juni tahun 2005. Secara garis besar Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan ditujukan dalam rangka: (a) meningkatnya peran sektor pertanian dalam arti luas dalam perekonomian nasional, (b) terciptanya lapangan kerja berkualitas di pedesaan, khususnya lapangan kerja nonpertanian,
dan
(c)
meningkatnya
nelayan dan
masyarakat
pedesaan
kesejahteraan yang
petani,
dicerminkan dari
peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian. pertanian
Namun demikian, kita menyadari bahwa sektor kita
masih
memerlukan
peningkatan
secara
berkelanjutan. Dalam aspek produksi dan neraca perdagangan kita telah mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, tetapi dari sisi kesejahteraan petani kita masih harus mencari langkah-langkah terobosan agar kehidupan petani dan citra pertanian dapat diperbaiki. Saat ini, kontribusi sektor pertanian 5
primer terhadap PDB nasional masih belum sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari pertanian. Sekitar separuh dari angkatan kerja kita belum mampu terserap sektor industri dan jasa, sehingga masih harus bekerja di sektor pertanian primer. Di sisi lain, dukungan terhadap sektor pertanian sangat minim. Input dan biaya distribusi serta biaya modal yang semakin mahal diperparah oleh ketidakpastian harga komoditas primer pertanian yang seringkali jatuh pada saat panen,
mengakibatkan
kehidupan
petani/peternak
semakin
tertinggal. Oleh karena itu, RPPK memang harus ditempatkan sebagai prioritas utama pembangunan ekonomi nasional. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Pembangunan sektor riil khususnya sektor pertanian belum meningkat seperti yang diharapkan. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut : (1) Jumlah tenaga kerja yang terserap baik pada sektor pertanian maupun non pertanian pada tahun 20052006 mengalami peningkatan sebesar 0,54 % (dari 94,95 juta orang menjadi 95,46 juta orang), namun disisi lain pengangguran terbuka juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar
10,27 % (dari 10,85 juta orang menjadi 10,93 juta
orang); (2)
Semakin meningkatnya proporsi pekerja setengah
pengangguran dalam dua tahun terakhir yaitu dari 31,46 % 6
(2005) menjadi 34,56 % (2006); (3) Produktivitas tenaga kerja tidak
banyak
mengalami
perubahan,
dimana
kesenjangan
produktivitas sektor pertanian masih 33 % dari produktivitas nasional serta 22 % dari produktivitas non pertanian; (4) Kemampuan pertumbuhan dalam penyerapan tenaga kerja dalam dua tahun terakhir (2005-2006) semakin menurun, sehingga pertumbuhan PDB belum mampu mengatasi pengangguran yang terjadi. Data menunjukkan bahwa dari setiap 1 % pertumbuhan PDB dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja (TK) menurun dari 215,74 ribu TK (2001-2004) menjadi
158,41 ribu TK (2005-
2006); (5) Persentase penduduk miskin di perdesaan dan perkotaan semakin meningkat dalam dua tahun terakhir yaitu dari 15,97 % (2005) menjadi 17,75 % (2006); dan (6) Dalam dua tahun
terakhir,
pertumbuhan
ekonomi
nasional
semakin
meningkat yaitu dari 5,6 % (2005) menjadi 5,80 % (2006), namun disisi lain kemiskinan juga semakin meningkat. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Sesuai dengan program revitalisasi pertanian, terdapat 3 substansi penting tentang arah pembangunan pertanian yang mencakup: (a) Arah masa depan kondisi petani; (b) Arah masa depan pelaku usaha pertanian, termasuk swasta; dan (c) Arah masa depan produk dan bisnis pertanian. Arah masa depan petani 7
berkaitan dengan: (a) Akses petani terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) Perlindungan petani dalam melakukan aktivitas usaha pertanian; (c) Peningkatan kemampuan dan keberdayaan petani untuk mengembangkan aktivitas usaha pertanian yang dilakukannya; dan (d) Peningkatan pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan petani serta kesetaraan gender yang baik. Arah masa depan usaha pertanian mencakup: (a) Perlindungan pertanian; (b)
dan kepastian hukum terhadap kegiatan usaha Lingkungan
usaha yang
mendukung
usaha
pertanian, terutama berbagai peraturan terkait yang dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas usaha; dan (c) Akses terhadap dukungan pembiayaan, informasi dan teknologi yang aktual dan sesuai dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis. Arah masa depan produk danbBisnis pertanian mencakup: (a) Membangun ketahanan pangan masyarakat yang terkait dengan
aspek-aspek:
pasokan
produksi,
pendapatan,
keterjangkauan dan kemandirian; (b) Sumber pendapatan devisa yang terkait dengan keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar
internasional;
(c)
Penciptaan
lapangan
usaha
dan
pertumbuhan baru yang terkait dengan peluang peningkatan usaha baru; dan (d) Pengembangan produk baru yang terkait dengan isu global dan perkembangan ke depan
8
Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Tidak dipungkiri lagi bahwa proses pembangunan pertanian yang sudah berlangsung sejak lama tersebut masih menyisakan berbagai kelemahan yang menyebabkan kemajuan pertanian kita belum sesuai harapan. Sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah, implementasi pembangunan pertanian dilaksanakan melalui tiga program utama yaitu: (1) Peningkatan Ketahanan Pangan; (2) Pengembangan Agribisnis (pada peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian); dan (3) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Sepanjang tahun 2005-2006 dan selanjutnya, kegiatan Departemen
Pertanian
akan
diutamakan
pada
pemecahan
masalah-masalah fundamental pembangunan pertanian. Pada tahun 2007, dari berbagai kegiatan utama yang dirancang Departemen Pertanian (ada 28 buah kegiatan utama), enam kegiatan diantaranya akan dijadikan titik perhatian utama sebagai pintu
masuk
sekaligus
menjadi
prasyarat
sebagai
solusi
permasalahan fundamental pembangunan pertanian. Secara lengkap 28 kegiatan tersebut adalah :
(1)
Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & Gapoktan, (2) Fasilitasi Bantuan Harga Benih kepada Petani, (3) Penjaminan Kredit
Pertanian,
(4)
Subsidi
Bunga
Modal Investasi,
(5)
Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, 9
(6) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui PMUK & LM3, (7) Pengembangan bahan baku Bio-Energi, (8) Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian, (9) Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan, (10) Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk, (11) Pengendalian OPT, Penyakit Hewan dan Perkarantinaan, (12) Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian, (13) Peningkatan Kapasitas
SDM
Petani
&
Revitalisasi
Penyuluhan,,
(14)
Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian, (15) Mekanisasi kegiatan produksi komoditas pertanian primer (pra panen), (16) Mekanisasi kegiatan pertanian pasca panen, (17) Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA), (18) Pengembangan Agroindustri Pedesaan, (19) Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian, (20) Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis, (21) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian, (22) Peningkatan Keg Eksebisi, Perlombaan & Penghargaan Pertanian, (23) Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi, (24) Pengemb Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak, Kompos & Biogas, (25) Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan Hidup, (26) Peremajaan Tan Perkebunan Rakyat (Karet, Kopi, Sawit, Kakao, & Mete), (27) Pengembangan dan Diseminasi Innovasi Mendukung Pemb Pertanian, (28) Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance, Kebijakan dan Regulasi.
10
Sedangkan ke enam kegiatan yang menjadi perhatian utama dimaksud adalah:
(1) Pembentukan dan Pengaktifan
Kelompok Tani & Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), (2) Fasilitasi Bantuan Harga Benih kepada Petani (3) Penjaminan Kredit Pertanian,
(4) Subsidi Bunga Modal Investasi, (5)
Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, dan (6) Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian. Apabila upaya terobosan melalui keenam kegiatan ini tidak mampu diwujudkan, maka kegiatan-kegiatan utama lainnya akan sulit berlangsung optimal. Dari keenam kegiatan utama diatas bila difokuskan lagi maka terdapat 5 program program fundamental yang perlu mendapat perhatian utama yang saya sebut sebagai PANCA YASA, meliputi : (1) Infrastruktur Pertanian; (2) Kelembagaan Kelompok Tani; (3) Sistem Penyuluhan; (4) Pembiayaan Pertanian; dan (5) Pemasaran Hasil pertanian. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Khusus berkaitan dengan upaya pemantapan ketahanan pangan, Presiden RI telah memutuskan melalui Sidang Kabinet Terbatas di Departemen Pertanian pada tanggal 8 Januari 2007 untuk melaksanakan Program Aksi Peningkatan Produksi Padi 11
mulai tahun 2007.
Melalui program aksi ini, kenaikan produksi
beras harus mencapai minimal sebesar 2 juta ton atau setara dengan 3,5 juta ton gabah dengan kenaikan sekitar 5% dari produksi tahun 2006. Program ini tidak hanya tugas Departemen Pertanian tetapi akan melibatkan seluruh Departemen/Lembaga terkait, pemerintah daerah di propinsi dan kabupaten/kota serta seluruh stakeholders. Saya menyadari, tugas ini bukan hal ringan, memerlukan kerja keras dan sinergi dari semua pihak.
Namun
kita yakin, program ini diharapkan akan mengatasi masalah pokok tentang ketahanan pangan, sekaligus memperluas kesempatan kerja dan menggerakan sektor riil di pedesaan. Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati, Perlu disadari bahwa kinerja sektor pertanian bukan semata-mata cerminan dari kinerja Departemen Pertanian, tetapi juga
ditentukan
oleh
berbagai
Departemen/Lembaga
dan
stakeholder. Oleh karena itu, sinergi kebijakan dan program antar berbagai
pihak
tersebut
sangat
diperlukan
untuk
lebih
meningkatkan kinerja kita di masa datang. Disamping itu, momen sinyal positif dari perekonomian nasional tersebut juga harus dimanfaatkan sebagai penggerak sektor riil pertanian nasional.
12
Berpijak dari arah serta strategi kebijakan yang telah dan sedang ditempuh dan dukungan berbagai pihak secara sinergi maka apa yang telah kita gariskan dalam Program Revitalisasi Pertanian Insya Allah akan dapat berhasil.
Menteri Pertanian,
Dr. Ir. ANTON APRIYANTONO, MS
13