No. 11 - Agustus 2015
SAIGON KUNING VARIETAS HARAPAN UNTUK BATANG BAWAH MANGGA Mangga merupakan salah satu komoditas unggulan nasional. Pengembangan buah-buahan di Indonesia bertujuan untuk mengatasi impor dan meningkatkan ekspor buah, khususnya ekspor buah tropika (Dirjen Hortikultura 2014, Kementan 2014). Program pengembangan mangga untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun ekspor telah dilakukan sekitar tahun 1990-an yaitu mangga Arumanis dan Gedong Gincu. Selain pengembangan kedua varietas tersebut, sejak tahun 2010 Ditjen Hortikultura juga telah memprogramkan pengembangan varietas unggul baru mangga merah, yaitu Garifta Merah, Garifta Orange, dan Garifta Kuning pada wilayah dengan agroklimat yang sesuai untuk pengembangan mangga yang meliputi 11 provinsi di Indonesia. Mangga 38
tersebut diharapkan akan menjadi komoditas andalan ekspor ke depan. Dalam rangka mendukung pengembangan varietas unggul mangga diperlukan penyediaan benih bermutu dalam jumlah banyak. Untuk penyediaan benih mangga biasanya perbanyakannya dilakukan dengan cara sambung pucuk atau okulasi. Teknik perbanyakan dengan cara sambung pucuk dan okulasi merupakan teknik perbanyakan yang memadukan batang bawah dengan batang atas. Batang bawah yang digunakan biasanya berasal dari biji. Menurut Purbiati (1992), syarat batang bawah yang digunakan untuk perbanyakan mangga adalah mempunyai pertumbuhan yang kekar, sehat, tahan terhadap penyakit akar, dan mempunyai sistem perakaran yang baik dan kuat. Sampai
iptek hortikultura
saat ini, terdapat dua varietas unggul mangga yang telah dilepas sebagai batang bawah, yaitu Kraton -119 dilepas tahun 2002 yang berasal dari mangga Saigon dan Madu 225 yang dilepas tahun 2007. Penggunaan mangga Madu sebagai batang bawah ini sudah dilakukan sejak zaman Belanda (tahun 1941), yaitu sebagai batang bawah dari 298 aksesi plasma nutfah mangga yang dikoleksi di Kebun Percobaan Cukurgondang. Mangga Madu ini telah digunakan oleh para penangkar untuk batang bawah pada perbanyakan mangga varietas unggul, khususnya Arumanis, Golek 31, Manalagi 69, dan Durih yang dikembangkan di Jawa Timur. Batang bawah Madu digunakan sebagai batang bawah mangga karena mempunyai sistem perakaran yang baik dan kuat, toleran terhadap kekeringan, dan memiliki kompatibilitas tinggi terhadap berbagai varietas batang atas, sedangkan varietas Kraton-119 yang berasal dari mangga Saigon digunakan sebagai batang bawah yang berefek cebol (pendek). Saat ini, ketersediaan mangga Madu ini semakin berkurang karena banyak pohon yang sudah tua dan kurang produktif serta adanya alih fungsi lahan yaitu banyak lahan pekarangan yang ada pohon mangganya ditebang karena digunakan untuk pemukiman. Dalam kondisi demikian menyebabkan ketersediaan batang bawah Madu sangat terbatas. Ketersediaan batang bawah Kraton-119 juga sangat terbatas karena varietas ini belum banyak dikembangkan.
Dengan demikian, masih perlu dicari jenis-jenis mangga yang mempunyai potensi sebagai batang bawah untuk pengembangan mangga varietas unggul ke depan. Perbanyakan Sambung Pucuk pada Tanaman Mangga Sambung pucuk atau grafting merupakan salah satu cara perbanyakan pada tanaman mangga. Sambung pucuk dilakukan dengan cara menyambungkan batang bawah dengan batang atas berupa pucuk (entres) yang berasal dari pohon induk varietas unggul sehingga sambungan ini bersama-sama membentuk individu baru. Prosedur sambung pucuk adalah sebagai berikut: Persiapan batang bawah a. Batang bawah mangga ditanam dari biji. Agar biji cepat tumbuh dan akarnya tumbuh lurus ke dalam tanah, maka sebelum dilakukan penanaman, pelok yang telah dikeringanginkan dikupas kulit luarnya. b. Biji ditanam sedalam ± 4 cm dengan posisi tengkurap (bagian punggung di atas, dan bagian perut di bawah) dalam polibag ukuran 18 cm x 25 cm dengan menggunakan media tumbuh tanah, pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 3 : 1: 1. c. Biji yang telah tumbuh menjadi semaian, setelah berumur 4–6 bulan telah siap disambung dengan entres dari batang atas.
A
B
C
D
Gambar 1. Persiapan batang bawah: pelok dikeringkan (A), kulit pelok dikupas (B), penanaman biji dengan posisi tengkurap (C), dan semai batang bawah siap disambung (D)
39
No. 11 - Agustus 2015
A
B
C
Gambar 2. Persiapan batang atas: ranting batang atas (A), pucuk diambil dari batang atas yang daunnya berwarna hijau tua (B), dan pucuk yang sudah dibuang daunnya (C)
Persiapan batang atas a. Sebelum pelaksanaan penyambungan, perlu dilakukan persiapan batang atas (entres) yang berasal dari pohon induk varietas unggul. b. Entres batang atas diambil dari ranting yang pucuknya sudah tua (daunnya berwarna hijau tua) atau pada fase dorman. c. Pucuk yang sudah diambil, selanjutnya daunnya dibuang.
c. Entres yang telah disiapkan (sepanjang ± 10 cm dengan 2–3 ruas) pada pangkalnya diiris kedua sisinya dengan posisi miring sepanjang ± 2,5 cm sehingga membentuk huruf v.
Penyambungan
e. Sambungan tersebut selanjutnya diikat de ngan kantong plastik es lilin, caranya adalah kantong plastik ditarik, kemudian bagian pangkal plastik diikatkan pada sambungan dari bawah ke atas, dan sisa plastik yang berlubang disungkupkan pada pucuk entres.
a. Batang bawah yang telah disiapkan (berumur 4–6 bulan), selanjutnya disambung dengan entres dari batang atas yang telah dipersiapkan. b. Batang bawah dipotong setinggi ± 15 cm di atas leher akar, kemudian ujung batang dibelah menjadi dua sepanjang ± 2,5 cm.
A
B
D
E
d. Entres yang sudah diiris pangkalnya disisipkan ke dalam celah batang bawah yang telah dibelah dan diupayakan agar kambium batang atas berimpit dengan kambium batang bawah.
f.
Sungkup plastik dilepas apabila mata tunas pada entres telah pecah, sedangkan tali
C
F
Gambar 3. Penyambungan: batang bawah dipotong dan dibelah ujungnya (A), pangkal entres diiris kedua sisinya dengan posisi miring (B), entres disisipkan pada batang bawah yang telah dibelah (C), sambungan diikat dengan plastik dari bawah ke atas (D), sisa plastik disungkupkan (E), dan sungkup dibuka setelah entres pecah tunas (F)
40
iptek hortikultura
pengikat sambungan tetap dibiarkan sampai bibit siap ditanam (umur 4–6 bulan setelah sambung). Pemeliharaan bibit sambungan meliputi penyiraman, penyiangan, dan pemupukan dengan pupuk NPK dosis 3 g/bibit yang dilakukan 4 minggu sekali. Pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Setelah bibit sambung pucuk berumur 4–6 bulan sudah siap ditanam di lapang. Prosedur penyiapan batang bawah dan batang atas, serta penyambungan dapat dilihat pada gambar 1–3. Peran Batang Bawah pada Tanaman Mangga Batang bawah mempunyai peran yang sangat penting, karena sistem perakaran pada batang bawah merupakan fondasi dasar dari tanaman. Fungsi akar pada tanaman mangga antara lain: (1) menopang dan menahan tanaman mangga agar dapat berdiri dengan kokoh dan kuat, (2) akar lateral dengan akar rambutnya berfungsi untuk menyerap air dan nutrisi di dalam tanah untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman, dan (3) menyerap oksigen untuk proses respirasi di dalam tanah. Dengan sistem perakaran yang baik, batang bawah dapat mendukung tanaman menjadi kuat, tahan terhadap terpaan angin kencang atau kondisi yang kurang menguntungkan, di samping itu dengan perakaran yang lebih banyak sangat penting untuk mengambil nutrisi dari pupuk dan meminimalisir kehilangan pupuk karena evaporasi dan hilang ke dalam tanah (leaching) (Ma. Epino 2004). Pada perbanyakan tanaman buah melalui sambung pucuk, batang bawah memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapang, produktivitas, dan kecebolan tanaman hasil sambung pucuk (Mng omba et al. 2008). Semai batang bawah dengan sifat pertumbuhan cepat dapat mempercepat saat sambung pucuk (Pina & Errea 2005). Tanaman mangga memiliki dua tipe biji, yaitu poliembrioni dan monoembrioni. Biji poliembrioni memiliki dua atau lebih embrio yang terdiri atas satu embrio zigotik (sexual) dan satu atau lebih embrio nuselar (asexual atau maternal). Biji monoembrioni hanya memiliki satu embrio zigotik. Semai dari embrio zigotik dan nuselar biasanya digunakan sebagai batang bawah. Penggunaan semai nuselar sebagai batang bawah akan menghasilkan kebun mangga yang
seragam, sedangkan semai zigotik sebaliknya (Ram & Litz dalam Litz 2009). Menurut Reddy & Raj (2014), batang bawah dari semai nuselar (poliembrionik) mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan semai zigotik (monoembrionik). Dalam kebun produksi mangga komersial, batang bawah mempunyai peran untuk memperbaiki kualitas buah, adaptif terhadap kondisi lingkungan tertentu, dan untuk menginduksi kecebolan sehingga tanaman bisa ditanam jarak rapat dan populasi tanaman/ha tinggi (high density planting). Di Florida, semai poliembrionik varietas Turpentine digunakan sebagai batang bawah, sedangkan di Australia menggunakan semai Kensington. Beberapa upaya telah dilakukan untuk standardisasi batang bawah yang sesuai untuk berbagai batang atas, termasuk penggunaan batang bawah untuk manajemen vigor, toleran terhadap kekeringan dan salinitas, serta untuk hasil dan kualitas buah tinggi. Di beberapa negara Asia Tenggara, untuk perbenihan mangga menggunakan batang bawah yang berasal dari semai poliembrionik (nuselar). Potensi Mangga Saigon Kuning Sebagai Batang Bawah Terdapat satu pohon mangga koleksi Kebun Percobaan Kraton, Pasuruan yang memiliki buah seperti mangga Saigon, tetapi kulitnya berwarna kuning sehingga mangga ini dinamakan Saigon Kuning. Perbedaan mangga Saigon (Kraton-119) dengan Saigon Kuning adalah Saigon (Kraton-119) memiliki tajuk rendah, buahnya kecil (rerata bobot buah 189 g), kulit buah berwarna merah kehijauan, rasa buah manis agak getir, dan bijinya bersifat monoembrioni, sedangkan Saigon Kuning bertajuk sedang, buahnya kecil (rerata bobot buah 148 g), kulit buah berwarna kuning, rasanya manis agak asam, dan bijinya bersifat poliembrioni. Mangga Saigon Kuning ini enak dikonsumsi sebagai buah segar. Keragaan buah Saigon (Kraton-119) dan Saigon Kuning dapat dilihat pada Gambar 4. Tanaman Saigon Kuning ini tumbuh dengan baik di lahan kering Kebun Percobaan Kraton dengan buah lebat (Gambar 5). Buahnya memiliki biji yang bernas (ruang yang diisi biji di dalam pelok 76–100 %), semainya poliembrioni dengan sistem perakaran yang baik (Gambar 6). Hasil observasi sambung pucuk mangga Arumanis 143 dan Garifta Merah dengan 41
No. 11 - Agustus 2015
A
B
C
D
Gambar 4. Keragaan buah mangga Saigon (Kraton-119) (A dan B) dan Saigon Kuning (C dan D)
A
B
Gambar 5. Pohon Saigon Kuning yang tumbuh di lahan kering (A) dan berbuah lebat (B)
A
C
B
D
Gambar 6. Buah, pelok, dan biji Saigon Kuning (A-B), semai poliembrioni dan perakaran Saigon Kuning (kiri), Kraton-119 (tengah) dan Madu (kanan) (C-D)
42
iptek hortikultura
Tabel 1. Pertumbuhan bibit sambung pucuk mangga Arumanis 143 dan Garifta Merah pada beberapa varietas batang bawah pada umur 4 bulan setelah sambung Batang bawah Madu
Batang atas
Saigon Saigon Kuning
Arumanis 143 Garifta Merah Arumanis 143 Garifta Merah Arumanis 143 Garifta Merah
Persentase bibit jadi (%) 73,33 86,67 53,33 86,67 80,00 86,67
Rerata tinggi tanaman (cm) 35,81 28,22 31,28 25,24 37,17 28,71
Rerata diameter batang (cm) 0,89 0,82 0,74 0,86 0,81 0,87
Rerata jumlah daun (helai) 21,36 23,95 20,50 18,49 22,44 21,09
menggunakan batang bawah mangga Madu, 4. Mng omba, SA, Akinnifesi, FK, Sileshi, G & Ajayi, OC 2010, ‘Rootstock growth and Saigon dan Saigon Kuning menunjukkan bahwa development for increased graft success of mango penggunaan Saigon Kuning sebagai batang (Mangifera indica) in the nursery’, African bawah dapat menghasilkan persentase hidup Journal of Biotechnology, vol. 9, no. 9, pp. 1317sambungan yang tinggi, rerata tinggi tanaman, 24. diameter batang dan jumlah daun yang hampir sama dengan penggunaan batang bawah Madu 5. Purbiati, T 1992, Teknik perbanyakan mangga (Mangifera indica L.). Puslitbanghorti, Badan (Tabel 1). Dengan demikian, mangga Saigon Litbang Pertanian, Deptan, 13 hlm. Kuning ini dapat memberi harapan sebagai 6. Ram, S & Lit, RE 2009, ‘Crop production: varietas unggul batang bawah.
DAFTAR PUSTAKA 1. Dirjen Hortikultura 2014, ‘Penguatan peran stakeholder dalam pembangunan agribisnis guna mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian petani’, Makalah disampaikan pada Workshop Perbenihan Hortikultura, Surabaya, 13–15 Maret 2014. 2. Kementan 2014, ‘Kebijakan pembangunan pertanian 2015-2019’, Makalah disampaikan pada Workshop Aplikasi e-proposal 2015 dan e-monev 2014 Indonesia wilayah Barat, Bandung 5–7 Maret 2014. 3. Ma, Epino, R 2004, ’The promise of multiple rootstock technology’, diunduh 17 Juni 2015,
.
Propagation’, in Litz, RE (ed.), The mango 2nd edition, botany, production and uses, CAB International, Cambridge, USA.
7. Reddy, YTN & Vineeth Raj, AV 2014, p 367 - 403, Standardization of rootstock in mango, ISHS Acta Horticulturae 1066, diunduh 18 Juni 2015, <www. actahort.org/books/1066/1066_10.htm>.
Karsinah, Rebin, Endriyanto, dan Sakur Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jln. Raya Solok-Aripan Km. 8 Solok 27301, Sumatera Barat E-mail : [email protected]
43