REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
AWITA ARYANI MARDIKASARI D 300 150 108
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
REVITALISASI MAN 2 SURAKARTA SEBAGAI PUSAT EDUKASI ISLAM DI SURAKARTA ABSTRAK Gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta merupakan bangunan peninggalan masa kolonial yang mempunyai gaya arsitektur Indische. Saat ini Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta telah mempunyai museum Pendidikan Islam pertama kali di Indonesia, museum tersebut bertempat di Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta. Adanya keterkaitan antar kedua nya, maka di pindahkanlah museum Pendidikan Islam ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, karena ketidak efektifan keberadaan museum di Boarding School Mambaul Ulum. Dipindahkannya museum, serta penambahan fasilitas perpustakaan, dan keterbukaan masjid di harapkan dapat mengedukasi tidak hanya warga sekolah, tetapi juga masyarakat umum, sehingga akhirnya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta dapat menjadi edukasi islam yang ada di Surakarta dan sekitarnya. Kata Kunci: museum, edukasi, bangunan kolonial.
Abstracts Building Land of Madrasa Aliyah (MAN) 2 Surakarta is a colonial building which has the architectural style of the Indies. The current Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta museum has had its first Islamic education in Indonesia, the museum is housed in the Boarding School of Mambaul Ulum Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta. The existence of link ages between both, then move it to the Islamic Education museum Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta, because efective of existence of museums in Mambaul Ulum Boarding School. Blessed museum, as well as the addition of the library facilities, and openness can be expected in educating the mosque not only residents of the school, but also the general public, so that eventually the Madrasah Aliyah (MAN) 2 Surakarta Islamic education that can be there in Surakarta anda surrounding areas. Keywords: museum, educational, colonial building.
1
1.
PENDAHULUAN Gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta merupakan bangunan
peninggalan masa kolonial. Fungsi pertama kali bangunan sebagai rumah seorang peranakan Tionghoa Nogtjik, setelah itu dijual kepada saudagar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bangunan kemudian dibeli pemerintah melalui Departemen Agama (Depag). Setelah melalui proses pembelian, bangunan kemudian dipergunakan sebagai sarana belajar Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN). PGAN mempergunakan seluruh kompleks bangunan, selain itu PGAN juga menyelenggarakan kegiatan di dua tempat, yaitu di bangunan semula dan di Gedung Mambaul Ulum (MAN 2 Surakarta, 2009). Mambaul Ulum (MU) Surakarta didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono X tahun 1905 telah banyak melahirkan ulama besar, pemimpin bangsa, intelektual dan teknokrat. Saat ini Gedung Mambaul Ulum dijadikan sebagai Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta (Nahdlatul Ulama, 2013). Selain menjadi Boarding School Mambaul Ulum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, terdapat juga museum Pendidikan Islam yang di dirikan pada 18 Februari 2015, yang berfungsi untuk menyelamatkan sejarah pendidikan Islam pertama kali di Indonesia, sekaligus sebagai tempat menyimpan naskah-naskah kuno, foto dan arsip persekolahan Islam dan pendidikan Islam tempo dulu, sehingga jejak- jejak pendidikan Islam di Surakarta agar tidak terjadi kepunahan. Akan tetapi hal tersebut tidak ditunjang dengan tempat yang memadai dan standar untuk museum. Saat ini museum hanya ditempatkan di ruangan yang dahulunya berfungsi sebagai ruang kelas, di mana ruangan tersebut berada di antara ruangruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga kurang fleksibel untuk aksesbilitasnya. Hal tersebut dapat dilihat jika ada pengunjung yang akan berkunjung ke museum harus melewati koridor ruang-ruang kelas, sehingga berakibat pada kegiatan belajar mengajar yang tidak kondusif, serta dengan keterbatasan tempat, benda-benda yang berada di dalam museum tidak tertata rapi, banyak buku-buku peninggalan sejarah hanya ditumpuk tanpa ditata. Maka
2
diperlukan tempat standar untuk museum pendidikan Islam serta Perpustakaan umum yang dapat menyimpan buku-buku yang ada sekarang. Adanya keterkaitan antara Boarding School Mambaul Ulum dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, maka akan lebih efektif apabila museum Pendidikan Islam dipindahkan ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, hal ini dikarenakan masih terdapat potensi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta untuk dikembangkan, Sehinggan fungsi akhir dari revitalisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta dapat menjadi pusat edukasi sejarah pendidikan Islam kepada warga sekolah, keterbukaan kepada masyarakat umum, dan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas di masa depan. 1.1 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian permasalahan terdapat beberapa persoalan sebagai berikut: 1) Bagaimana cara revitalisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta sebagai bangunan cagar budaya? 2) Bagaimana cara Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta sebagai pusat edukasi pendidikan Islam bagi warga sekolah dan masyarakat umum?
2.
METODE PENELITIAN 2.1 METODE DESKRIPTIF Merupakan metode yang mengemukakan tinjauan data pelaksanaan Project, yang diperoleh dari: 1) Studi Literatur merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari berbagai buku, catatan kuliah, dokumen perencanaan dan pelaksanaan Project serta dokumen lain dengan penekanan revitalisasi, penghawaan dan pencahayaan alami, serta bernuansa islami 2) Observasi yaitu pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data fisik seperti gambar dan foto. 3) Interview yaitu melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Project
3
2.2 METODE ANALISA Merupakan pengolahan data untuk mengetahui permasalahan yang timbul dan mengidentifikasi penyebabnya untuk kemudian mencari pemecahan masalah yang sesuai dengan Project.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 GAGASAN PERENCANAAN Konsep dasar perancanaan dan perancangan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta Sebagai Pusat Edukasi Islam adalah mewadahi Warga sekolah dan masyarakat umum untuk edukasi tentang sejarah pendidikan Islam pertama kali di Surakarta. Adanya keterkaitan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta dengan Mambaul Ulum yang merupakan sejarah sekolah pendidikan Islam pertama kali di Surakarta, menjadikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta berpotensi sebagai Sebagai Pusat Edukasi Islam di Surakarta, serta faktor lain yang mendukung yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta berada di jalan protokol. Pemilihan bidang pendidikan tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan sejarah pendidikan Islam pertama kali di kotanya sendiri. Selain itu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta sebagai bangunan cagar budaya yang memiliki histori yang tinggi. Sarana yang dirancang untuk menunjang edukasi Islam yaitu dengan memindahkan Museum Pendidikan Islam yang berada di Mambaul Ulum karena adanya ketidak efektifan tempat. Sarana penunjang edukasi Islam selanjutnya yaitu perpustakaan yang menyimpan buku-buku asli pada zaman pendidikan Islam pertama kali yang nantinya bisa di pahami dari mulai anak kecil sampai dewasa, dan dibukanya masjid Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta menjadi masjid umum yang dapat di gunakan oleh warga sekolah dan masyrakat umum. Adanya penggabungan sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta sebagai pusat kegiatan siswa dan penambahan fasilitas baru, maka perlu adanya penataan dan redesain dengan cara revitalisasi.
4
3.2 KONSEP PERANCANGAN 3.2.1 ANALISIS DAN KONSEP GUBAHAN MASSA
C F B G
A
I
D
E
H
G
B
F
C I
A
H
D
E
Gambar 1: Analisis konsep massa di MAN 2 Surakarta (analisis penulis, 2017) Tabel 1: Keterangan analisis konsep massa MAN 2 Surakarta
A B C D E F G H I
Keterangan Masjid cagar budaya Bangunan cagar budaya (Pusat edukasi umum) Rencana unit kelas dan pendukung Auditorium Boarding School (Asrama) Putra Cafeetaria Rencana parkir roda 2 Rencana parkir roda 4 Plaza
Sumber: analisis penulis, 2016
3.2.2 ANALISIS DAN KONSEP GAYA ARSITEKTUR 3.2.2.1 ANALISIS GAYA ARSITEKTUR INDISCH Penerapan Roh yang terdapat bangunan cagar budaya dengan langgam indisch untuk pengembangan dan penataan bangunan yaitu adanya cirikhas selasar pada setiap unit bangunan,
5
selain itu pengambilan bentuk kolom untuk di terapkan pada bangunan baru. Akan tetapi untuk detail-detail ornamen tidak banyak diadopsi karena untuk membedakan antara bangunan cagar budaya dengan bangunan baru. Hal lain yang untuk pembeda antar kedua bangunan yaitu dengan menggunakan material yang berbeda baik eksterior maupun interior, serta pengembalian warna bangunan cagar budaya ke warna asli pada zaman pertama kali bangunan berdiri yaitu warna yang selaras dengan penutup lantai yang masih ada hingga saat ini, dan pembedaan penggunaan overstek.
Gambar 2: Pengambilan langgam indisch (analisa pribadi, 2017)
3.2.2.2 ANALISIS GAYA ARSITEKTUR BERNUASA ISLAMI Selain keselarasan bangunan baru dengan bangunan cagar budaya bergaya arsitektur indisch, terdapat penambahan arsitektur bernuansa islami, dalam hal ini penekanan yang diambil yaitu penghawaan dan pencahayaan alami agar bangunan lebih hemat energi, selain itu untuk menyuplai listrik tambahan, maka diterapkanlah energi dari solar cell.
6
Gambar 4. 1 Penghawaan dan Pencahayaan Alami (arsitektur&lingkungan, 2015)
3.3 KUTIPAN ACUAN 3.3.1 STUDI LITERATUR 3.3.1.1 PENDIDIKAN ISLAM Abuddin Nata, 2010 dalam Solichin, 2014 mengatakan pendidikan Islam menurut bahasamumumnya berhubungan dengan tiga kata, yaitu al-tarbiyah, al- ta’lim, dan al-ta’dib. Jika menelusuri ayat-ayat Alquran atau Al-Sunah maka akan ditemukan kata-kata lain yang berhubungan dengan pendidikan. Kata-kata tersebut yaitu al-tazkiyah, al-mau’idzah, al -riyadhah, al-talqin, altadris, al-irsyad, al-tazkirah, al-tafaqquh, al-tilawah, al-tahzib, alirsyad, al-tabyin, al-tafakkur, al- ta’aqqul, dan al-tadabbur. Menurut istilah Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam diseluruh komponen. Bermula dari visi, misi, tujuan proses belajar mengajar, hubungan pendidik dan siswa, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam. (Solichin, 2014) 3.3.1.2 MADRASAH ALIYAH (MA) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), madrasah adalah sekolah atau perguruan biasanya yang biasanya berdasarkan agama
islam.
Kemudian,
(Peraturan
Pemerintah
,
2010)
menyatakan bahwa, “madrasah aliyah, yang selanjutnya disingkat MA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat
7
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.” Berdasarkan uraian di atas, MA merupakan bagian dari pendidikan
menengah
menengah
keagamaan
keagamaan. sendiri
Pengertian
diuraikan
oleh
pendidikan (Peraturan
Pemerintah, 1990) (Bab I,Pasal 1,Ayat 4) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan menengah keagamaan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penguasaan pengetahuan
khusus
siswa
tentang
ajaran
agama
yang
bersangkutan”. Dapat disimpulkan bahwa madrasah aliyah adalah jenjang pendidikan menengah yang bernaung dibawah Departemen Keagamaan, yang berbasiskan agama islam. 3.3.1.3 REVITALISASI Revitalisasi. Menurut Ref. UNESCO.PP. 36/2005, Ditjen PU-Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, revitalisasi adalah “kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah hilangnya aset-aset kota yang bernilai sejarah karena kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas.” 3.3.2 STUDI KOMPARASI 3.3.2.1 STUDI OBJEK ISLAMIC CENTER BAITURRAHMAN SEMARANG Yayasa Masjid Raya Baiturrahman berdiri pada tahun 1955 di bawah Yayasan Masjid Candi Semarang. Tahun 1958, Yayasan berhasil menyelesaikan pembangunan Masjid Candi (sekarang bernama Masjid Baiturrahim) di Jl. Merapi Candi Baru Semarang.
8
Gambar 3: Masjid Raya Baiturrahman (ypkpi-jateng,2016)
Adanya perubahan dan perkembangan jumlah penduduk yang cukup pesat di Semarang, maka perlu diimbangi dengan adanya Masjid baru, yang tidak hanya untuk tempat ibadah tetapi juga mengandung unsur-unsur seni, budaya dan pendidikan. Fasilitas dan ruangan pada Masjid Raya Baiturrahman: Lantai dua untuk ruang shalat wanita, dapat menampung jamaah lebih dari 500 orang Lantai dasar dilengkapi fasilitas-fasilitas untuk: Ruang wudhu, Ruang pertemuan, Perkuliahan, Perpustakaan, Balai nikah dan ruang-ruang perkantoran. Jadi Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya untuk tempat melakukan kegiatan peribadatan shalat saja, tetapi diharapkan dapat dipergunakan untuk kegiatan dakwah, pendidikan, seni, dan budaya. Adanya tujuan untuk mewujudkan bidang dakwah dan pendidikan, pengurus yayasan mendirikan sekolah yang berdiri khusus dalam rangka mengembangkan dakwah Islamiyah (Arizal, Agus, 2006).
Gambar 4: TK-SD Hj. Isriati Baiturrahman (Lokanesia,2016)
9
Maka pada tahun 1976, berdirilah TK Hj. Isriati Baiturrahman. Nama Istiari diambil dari nama almarhumah istri Bapak. H. Moenadi Gubernur Jawa Tengah sekaligus ketua yayasan, sampai 1994 bisa mendirikan TK, SD dan SMP Hj. Isriati Baiturrahman. Selanjutnya pada tahun 2009, Yayasa Masjid Raya Baiturrahman mendirikan SMK Islamic Center Baiturrahman Semarang. Akan tetapi letak SMK ini tidak berada di kawasan masjid Baiturrahman Semarang (Arizal, Agus, 2006).
4.
PENUTUP Berdasarkan analisis dari perencanaan dan perancangan MAN 2 Surakarta
dapat disimpulkan bahwa Konsep yang diambil dalam tampilan arsitektur Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta yaitu selaras dengan bangunan cagar budaya dan bernuansa islami. Adanya penggabungan antara dua gaya arsitektur di harapkan bisa menjadikan bangunan mempunyai cirikhas tersendiri dan efektifitas dalam penggunaan energy. DAFTAR PUSTAKA Adlina, Izzati. (2015). Museum Masjid Indonesia Di Kabupaten Pekalongan. Surakarta: Unversitas Muhammadiyah Surakarta. Afan. (2014). Keberadaan Gapura Perahu ISI Surakarta. Surakarta. Arizal, Agus. (2006). Yayasan Masjid Bairurahman . Semarang: Universitas Walisongo Semarang. Azra, A., & AR, S. (2010). Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam. (R. P.Sitepu, Penyunt., & D. Wulandari, Penerj.) Jakarta: Erlangga. Bonny, Okto. (2014). Redesain Asrama Mahasiswa Di Jakarta Barat. Semarang: Universitas Diponegoro. Budiharjo, Eko. (2004). Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Yogyakarta: Djambatan. Dinas Pendidikan R1. (1989). undang-undang no 2 . Dinas Pendidikan RI. (2003). Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 23. Undang-Undang. Dinas Pendidikan RI. (2003). Undang-undang nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Fabela, dkk. (2011). Konsep Perancangan Laboratorium Tumbuh Kembang Anak. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
10
Handinoto. (2010). Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2010). Undang-Undang No 11 tentang Cagar Budaya. Loebis,MN. (2010). Pengembangan Pusat Kajian Islam Ilmiah. Medan: Universitas Sumatera Utara. MAN 2 Surakarta. (2009, Desember 7). SEJARAH MA NEGERI 2 SURAKARTA: Melongok bekas Gedung Mahkamah Islam Tinggi Solo. Dipetik September 2016, 2016, dari http://man2ska.com/profil/sejarah.html Masrifah, Siti. (2013). Peranan Kebersihan Lingkungan Sekolah Dalam Mendukung Aktivitas Belajar Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Banjarwungu Kecamatan Tarik Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. Nahdlatul Ulama. (2013, Maret 15). Mambaul Ulum Riwayatmu Kini. Dipetik Oktober 26, 2016, dari http://www.nu.or.id/post/read/43092/mambaululum-riwayatmu-kini Neufert, Ernst. (1994). Dasar-Dasar Arsitektur. Bandung: M2S. Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga. Nurhasan, Yoritama. (2010). Perencanaan Pengembangan Rusunawa Paspampres Cikeas Bogor . Semarang: Universitas Diponegoro. Nurjayanti, Widyastuti, dkk. (2014). Karakteristik Rumah Tinggal Dengan Pendekatan Nilai Islam. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Peraturan Daerah Kota Surakarta . (2012). No 1 Tentang Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031. Peraturan Daerah Kota Surakarta. (2009). No 8 Tentang Bangunan. Peraturan Pemerintah . (2010). No. 66 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah. (1990). No. 29 Tentang Pendidikan Menengah Keagamaan. Peraturan Pemerintah. (1995). No 19 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Peraturan Pemerintah. (2005). No 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Qalyubi, dkk. (2007). Perpustakaan. Rumah Material. (2015, 10). Contoh Aplikasi Perkuatan Pondasi Dan Kolom Struktur. Dipetik Oktober 24, 2016, dari http://www.rumahmaterial.com/2015/10/perkuatan-pondasi-dan-kolomstruktur.html Sativa. (2011). Arsitektur Islam atau Arsitektur Islami? Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Simanungkalit, P. (2011). Dasar-dasar Pendidikan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Sirojuddin, dkk. (2012). Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam. Jakarta: erlangga. Suryandari, dkk. (2013). Jejak-Jejak Fisik Kota Solo. Surakarta: Dinas Tata Ruang Kota Pemerintahan Kota Surakarta.
11