Jurnal firniah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM (B)
JITEKGI 2012, 9 (2) : 2935 terbitkan di Jakarta
ISSN 1693-3079
RETENSI DALAM PERAWATAN ORTODONTI Tuti Alawiyah', Pricillia Pr iska Sian ital 'Stat. Departemen Orthodonti FKG UPDM (B) ABSTRAK Perawatan ortodontik adalah prosedur jangka panjang yang bertujuan nnendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema. I lasil perawatan or -to ini dapat dipertahankan dengan alat khusus yang disebut retainer sehingga dapat mericegah terjadinya relaps. Beberapa tindakan pencegahan hams dilaktikan sebelum mengakhiri perawatan. Tujitan artikel ini adalah untuk membahas lebih lanjut tentang alat retainer ini dan beberapa saran untuk mencegah terjadinya relaps. Pemilihan tipe peranti retensi juga rnemiliki peran penting dalam menekan seminimal mungkin terjadinya rehap.s. pasca perawatan. karena peranti yang ruin it, SU I it pemakaiannya dan tidak nyaman bagi pasien akan mendoronghilanenya kooperasi maupun disiplin pasien dalam memakainya. Sebagai kesimpulan, bahwa hal yang paling penting yang hams diingat old setiap dokter gigi dalam perawatan ortodontik adalah untuk "mcmulai perawatan dengan hasil akhir yang diinginkan". Kata kunci: Retensi, relaps, perawatan ortodonlik ABSTRACT Introduction :Orthodontic treatment was a long term procedures in purpose of achieving good occlusion with no rotated teeth and diastema. This good end result had to be maintained with specific appliance called retainer in order to prevent if from relaps. Several precautions must be taken before ending the treatment. Purpose : The purpose of this article was to discuss more about this particular appliance and some advices to prevent relaps from happening. Discussion : The selection of the type of retention device also had an important role in suppressing the minimum post-treatment relapse, because the devices are complicated, hard to use and uncomfortable for the patient would push the loss of cooperation and discipline in the use of patients. Conclusion ; As an conclusion. its said that the most important thing to be remembered by every dentist dealing with orthodontic treatment is to "begin the treatment with the end in mind". Key words; Retention, relaps, orthodontic treatment.
PENDAHULUAN alarn perawatan ortodonti, kita men) adari benar hahwa gigi geligi yang telah digerakkan melalui tulang dengan menggunakan alat atau peranti ortodontik memperlihatkan keecnderungan untuk kembali ke posisi semula/awal. Peristiwa ini kita 2 kenal dengan sebutan relaps atau instability.'- Kcadaan seperti ini tidak terjadi dalam setiap kasus ortodonti yang dirawat narntin dernikian tetap saga merupakan sumber kektiatiran pars dokter gigi maupun pasien itu sendiri, Menurut Profit, meskiptin pasien mungkin merasa hahwa perawatan telah selesai ketika alai di lepas, namun gigi mungkin masih dalam posisi belum stabil sehingga tekanan dart jaringan lunak di sckitarnya secara terus menerus dapat menghasi I kan kecenderunean terjadinya reiaps. 2 Pada dasarnya, sepanjang h id up gigi geligi akan tents bcrgerak sebagai respon terhadap adanya gaya dari luar balk secara alami dari struktur di sekelilitignya
D
maupun secara mekan is dari peranti cekat ataupun lepas yang dikenakan dalam perawatan ortodonti,' Sejalan dengan pernahaman bahwa perawatan ortodonti ada lab suatu tindakan menggerakkan gigi geligi dan menempatkannya pada posisi yang benar dalarn lengkung gigi sehingga dapat memperbaiki fungsi bicara, pengunyaltan dan estetik, maka prinsip perawatan ortodonti adalah bahwa jika tekanan diaplikasikan ke gigi secara berkelanjutan„ maka pergerakan gigi akan terjadi melalui proses resorpsi tulang di daerah yang mengalami tekanan dan aposisi tulang baru di daerah yang mengalami tarikan pada gigi tersebut. 1 . 2 Berdasarkan fakta di alas, maka relaps- peril' diantisipasi dan sedapat mungkin clihindarkan pasca suatu perawatan ortodonti. Untuk ini biasanya dibutuhkan suatu peranti yang dikenal sebagai plat retensi yang berfungsi untuk menahan gigi geligi pada posisi yang baik serta mengembalikan jaringan lunak
301116 Alciiviyah
ke kondisi fisiologis dan stalk tur tulang yang kompak. Da lam kesempatan ini. masalah retensi dalam perawatan orradonti akan dibahas lebih jault dengan tujuan untuk menyadarkan kith balk sebagai dokter gigi mattpun pasien bahwa akhir dart suatu perawatan ortodonti hukanlah pada saat alat atau plat aktildilepas melainkan masib ada perawatan lanjutan dengan agganak an retainer 1 plat retensi. KAJIAN PUSTAKA &laps dalam Perawatan OrtothInti. &laps adalah suatu keadaan yang dijumpai pasta perawatan ortodonti dan ditandai dengan kembalinya sebagian atau scluruh kondisi seperti prapet awatan ortodonti. Dengan kata lain. reialax dapat ineagakibatkan Itilangiiya basil yang telah dicapai da lam suatu perawatan ortodonti. Dengan demikian pada re/aps mungkin akan dijumpaii kondisi seperti maloklusi semu la s•belum perawatan (mod onti di mukti atau terbentuknya II iLoklttsi Baru yang berbeda dart maloklusi sebelumnya dengan relasi gigi geligi yang berbeda. Terdapat berbagai laktor yang berperan penting dalarn mcnyebabkan terjadinya rehips ini. namun dem k ian yang tenatarna perItt diwaspadai adalah dishannorti antaraoklusi gigi dan posisi mandibula selama proses penelanan yang merupakan aktivitas gerakan paling banyak di lakukau di dalam mulut serta adanya [cue growth yang tidak selaras dengan perawatan ortodonti." Seeara rind. beberapa faktor penyebab tcrjadinya retain dapat dijabarkan sebagai berikut: penga rub kebiasaan buruk. pengaruh jaringan lunak sena ]}engartili jarinnan keras. rengaruh kebiasaan b [Irak. Salab satu kebiasaan buruk yartg paling seri nu dijumpai adalah inenghisap ibu jari (gambar 1).
Gamhar I.A. Seorang anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari B. kondisi maloklusi yang dapat dijumpai pada pas ien dengan kebiasaan buruk menghisap ibu jari. Apabila maloklusi pra-perawatan berkaitan dengan kebiasaan buruk ini, maka tindakan mengabaikan hal ini dapat metigakibatkan ?Alps Nina perawatan ortodonti. Dalarn hal ini. dapat dijumpai kembali keadaan antara gigitan terhuka anterior. insisif atas labia versi dart insisif ba•ah linguo versi. Kasus relfrp lerkait pengaruh kebiasaan buruk ini
,hernal Anieth don nknologi Kedokleran Gigi FIX Z/PDM(8) November 20/2
balikan hisa terlihat lebih buruk daripada kondisi semula sebelum perawatan dimulai, Karena itu, bilamana berhadapan dengan kasus maloklusi yang disertai kehiasaan buruk menghisap ibu jari. maka hcndaknya penanganan terhadap kebiasaan ini menjadi bagian yang ticlak terpisahkan dari rencana perawatan untuk mengatasi maloklusinya sandhi. Apabila kebiasaan buruk ini tcrbukti masih belum dapat dikenda I ikan sampai perawatan ortodonti berakhir. maka hendaku. , a dokter gigi memperhatikan peranti retensi yang akan diberikan kepada pasien untuk meneagah kemhalinya kondisi praperawatan.'-' Menjulurkan lidah. Kebiasaan buruk menjulurkan lidah dapat dijumpai pada beberapa individu dengan ciri maloklusi yang karakteristik - gigitaaterbuka anterior sena protrusi gigi insisif rahang atas dan jarak gigit maupun tumpang gigit biasanya lebih besar daripada nortnalnya. Kebiasaan buruk ini urnumnya dilakukan individu dengan menempatkon Ujung lidah di anima gigi insisifrahang alas dan rahang bawah sewaktu menelan (Gambar 2).
Gambar 2. Tatnpak posisi hibir di antara gigi insisif rahang alas dan insisifrahang bawali dari pasien dengan kebiasaan menjulurkan lidah, Gerakan lidah selania kebiasaan ini berlangsung pada urnumnya hanya sino,kat saja. tidak lebih ciari I detik. Namun demikian, inclivitlti normal diperkirakan akan melakukan tidak kurang dari 800 kali gerakan tnenelan per hari da lam keadaan radar dan bi la digabungkan dengan saat tidur. maka total gerakan menelan seseorang bisa mencapai hampir 1000 kali. Tentu saja seribu ktlli tekanan per hari yang totalnya mungkin hanya beberapa menit„ walaupun ringan akan dapat mempenganthi posisi gigi, balk vertika] (tumpang gigit) mattptin horisontal (jarak gigit). Oleh karcna itu. menjadi kewajiban seorang dokter gigi untuk mampu mendeteksi kemungkinan adanya kebiasaan ini sebagai penyebab dari maloklusi yang terjadi sena merriperhitungkan penanggulangannya sebelum mennakhiri suatu perawatan ortodonti.'-' Masth terdapat banyak kehiasaan buruk lainnya yang perk diperbatikan saw melakukan perawatan ortodonti. Selain dari ke dua kebiasaan buruk di alas. kebiasaan bernalas mela I ui naultit. menggigit jad, Iii nghisap bibir hawah jugs patut diwaspadai.
Pengaruh Jaringatn Lunak Beberapa faktor yang perk diperhitungkan
Ttrli Alawiyair 31
Jurnal Ilmia elan Teknologi Kedokreron Gigi FKG UPD11•10?) November 2012
dalam relaps terkait hal ini antara lain: serat ligamen periodontal, serat supra alveolar dan tonus otot. Serat ligamen periodontal. Setiap gigi melekat ke dan dipisahkan Bari jaringan tulang alveolar di dckatnya oleh jaringan pendukung kolagenous yang kuat yang dikenal sebagai ligamen periodontal. Serabut kolagertous ini terentang antara sementum permukaan akar di saw sisi dan plat tulang yang relatil padat di sisi yang lain. Susunan ini sedemikian rupa sehingga dapat menjaga gigi relatir stabil pada posisinya selama fungsi normal (gambar 3).
Gambar 3. Pala susunan serat ligamen peridonta I yang menjaga stabilitas gigi dalam posisinya. Dalam perawatan ortodonti, gaga yang diaplikasikan untuk menggerakkan gigi ke dalam posisi yang diinginkan melibatkan proses resorpsi dan aposisi 'Wang, yang juga menimbulkan perubalian pada serat ligamen periodontal ini, karenanya perge rakan gigi juga disebut sebagai fenomena ligamen periodontal_ Peru bahan yang ditimbulkan akibat pergerakan gigi dalam perawatan ortodonti hendaknya diantisipasi dengan memberikan waktu yang cukup bagi jaringan butuhkan waktu terse but untuk reorganisasi. Biasanya di hut sekitar 3-4 bulan untuk reorganisasi serat periodontal utama dan 4-6 bulan untuk reorganisasi serat ningiva dan bahkan sebuah penelitian menyatakan bahwa dibutuhkan waktu satu ( I ) tahun bagi serat transeptal untuk reorganisasi, sehingga kelalaian &lam bal ini tentu raja dapat diikuti dengan terjadinya •etal's terutaina pada kasus gigi rotasi. 9 Serat transeptal merupakan serat supra-alveolar yang seeara morfolog is dapat disamakan dengan serat pri nsipa I dari jaringan ligamen periodontal (gambar 4 dan5).
P
C D E
Dentoirsva Demoper ste al Alveoli:HT n wal Copurferenl:al Sorlitira:r1r
f;
Transgingivzi
Ft_ _
Ttnnuccota
Gambar 5. Struktur serat-serat gingival, tampak sera( transeptal yang tnenjaga kontinuitas gigi yang saw dengan gigi lainnya (H) Serat transeptal juga terlihat lebili kuat dan dikatakan tidak ada mekanisme lisiologi yang dapat memotong jaringan ini. Beberapa ahli rnenganjurkan tindakan pembedahan untuk menekan kemungkinan terjadinya relays akibat serat transeptal ini. Tindakan pembedahan yang sering dilakukan dikenal dengan sehutan cirnumferen/ia/ sap/wo•s/a/ fiberounny atau pe•ieinion (Gambar 6). Umurnnya koreksi gigi rotasi dianjurkan untuk diikuti dengan prosedur fiberoromy ini, yang dikatakan dapat membantu mempercepat reorganisasi seka liens meningkatkan stabilitas gigi pasta perawatan ortodonti. Sejalan dengan hal ini, faktor kecepatan hendaknya bukan meniadi pertimbangan mama dal am melakukan perawatan ortodontisekaliptin bukan pub berarti baliwa perawatan boleh berjalan sangat lambat untuk mencegah reiaps.
Gam bar 6. Pericision wart Circumferential Suprakrestal Fibe•otomy ( CSF) yang dilakukan pasta koreksi gigi rotasi untuk mempercepat reorganisasi serat transeptal. Pertimbangan utama sebaiknyaditujukan pada upaya melakukan perawatan sebaik mungkin dan memberi waktu yang cukup bagi jaringan l serat untuk menyelesaikan proses reorganisasi." Tindakan pencabutan juga dapat dipandang sebagai suatu prosedur yang meinuwskan kontinuitas serat transeptal. namun demikian tindakan pencabutan gigi hendaknya dilakukan bukan sebagai upaya mencegah relaps serat transeptal semata melainkan sebagai bagian dari rencana perawatan sesuai hasil analisis terhadap kasusortodonti yang akan dirawat.
Mnus otot
Gambar 4. Polaserat-serat supra alveolar_
Otot nicrupakan fiktor pent ing dalam terjadinya reaps oleh karena di sekeliling gigi banyak dijumpai jaringan otot terutama jaringan otot lidah pada permukaan lingual gigi serta jaringan otot perioral
Junior llrrrrala dun Telorologi Kedoberati Gigi FKG UPDM(B)
November 2012
7, Hitchcock PL-1 Orthodontics for Undergraduates, Philadelphia: Lea & Febiger ; 1974. p.289-313,456-467, 8. Begg Orthodontics Theory and Technique 2 ed, Philadelphia : W,B.Saunders Company ; 1977. p.651-660. 9, Geiger A, Minor Tooth Movement in General Practice, Saint Louis: The C.V,Mosby Company : 1974. p_596 -597_ 10. Schwarz AM dart Gratz inger M. Removable Orthodontics Appliances.,Philadelphia: W.B.Saunders Company ; 1966. p. 317-326. 11- King WE_ Maps of Orthodontics Treatment., J_Angle Orthod. 1974; 44(4): 306. 12, Gianelly AA, Goldman 1-1M. Biologic Basis of Orthodontics. I" ed., Philadelphia: Les & Febiger ; 1971. p,346-366, 13. Singh G. Textbook of Orthodontics.,2' ed., New Delhi: Ajanta Offset & Packaging ; 2007, p.266-267, 14. Linden, V,D., 1990. Problems and Procedures in Dentoraciai Orthopedics— Chicago : Quintessence Publishing Co., Ltd.; 1990. P. 216-226,348. 15. Graber TM, Vanarsdall RL. Orthodontics Current Principles and Techniques.,1' ecl.,Saint Louis: Mosby; 2005, p.985-1009,
Ttai Alawiyah 35