BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sebelum akhir tahun 1960-an perawatan ortodonti pada pasien
dewasa
tidaklah umum dan bahkan ditolak. Beberapa dekade terakhir banyak orang dewasa berminat mencari perawatan ortodonti karena masyarakat lebih sadar akan kesehatan daripada sebelumnya dan sebagian besar ingin memperbaiki penampilan wajahnya. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pada perawatan terutama pasien dewasa adalah bahwa pasien dewasa lebih banyak penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan kehilangan tulang akibat penyakit periodontal1,2,3,4,5 Gaya yang dilepas piranti ortodonti, menekan mahkota gigi dan diteruskan melalui akar gigi ke ligamen periodontal dan tulang alveolar, sehingga permukaan tulang alveolar yang mendapatkan tekanan mengalami proses resorpsi dan pada sisi yang berlawanan mengalami tarikan atau proses aposisi. Kedua proses ini dinamakan remodeling berdasarkan prinsip atau hukum Wolff.
Remodeling tulang alveolar
merupakan hal yang sangat menentukan dalam perawatan ortodonti dan merupakan proses untuk menjaga keseimbangan jaringan pendukung gigi. Dalam perawatan ortodonti, perlu dipertimbangkan : Oklusi, Stabilisasi, dan Estetis. Untuk itu klinisi perlu meningkatkan pengetahuan, khususnya mekanisme biologis pada pergerakan gigi secara ortodonti yang memegang peranan penting terhadap keberhasilan suatu perawatan. 4,6,7,8 Mekanisme biologis yang menstimulasi resorpsi tulang secara fisiologis berhubungan dengan sitokin yang merupakan suatu kumpulan mediator protein. Proses remodeling dimulai dari proses resorpsi tulang sehingga perlu dipahami lebih
Universitas Sumatera Utara
lanjut peranan sitokin pada proses resorpsi tulang yang dapat digunakan sebagai biomarker perawatan ortodontik. Satu cara untuk mengevaluasi perubahan-perubahan ini adalah dengan menganalisa komposisi Gingival Crevicular Fluid (GCF).9 Penelitian-penelitian telah dilakukan mengenai suatu variasi dari substansi yang terlibat dalam remodeling tulang. Perubahan-perubahan di dalam komposisi GCF sebagai konsekuensi dari bakteri yang menyebabkan inflamasi juga telah dievaluasi. Mekanisme remodeling tulang selama perawatan ortodonti berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi pada satu sisi, seperti PGE2 dan Interleukin-1β ( IL-1β) , dan produksi neuropeptida dari sisi lainnya, seperti Substance P. 10,11,12,13 Terjadi peningkatan osteocalcin dan piridinium dari kolagen tulang dalam GCF dari gigi yang telah dirawat ortodonti (Griffiths dkk.,1988). Selama perawatan ortodonti, level dari mediator yang berbeda dalam GCF, yakni IL-1β, IL-6, TNF-α, EGF, dan β2 microglobulin, menunjukkan peningkatan yang signifikan (Uematsu dkk.,1996). Grieve (1994) menemukan hasil yang sama pada PGE dan IL-1. Lowney dkk. (1995) menemukan peningkatan TNF- α dalam GCF dari gigi yang menerima tekanan mekanis ortodonti. Sitokin meliputi chemokines, interleukins, interferons dan TNF. Sitokin dapat menstimulasi chemokines dan sitokin pro-inflamatory atau anti inflamasi yakni interferon (Julkunen 2003). 11-14 IL-1 adalah sitokin dengan efek pro-inflamatory. IL-1 diekspresikan dalam dua isoform : IL-1α dan IL-1β. IL-1β mempertinggi resorpsi tulang dan menghambat pembentukan tulang (Nguyen dkk. 1991). Hasil penelitian mengenai level IL-1β diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana jaringan periodontal bereaksi terhadap tekanan mekanis. Saito dkk. 1991 menyatakan IL-1β meningkat signifikan pada sisi tarikan setelah aplikasi tekanan mekanis. 15,16,17,18
Universitas Sumatera Utara
Alat-alat yang dipakai pada perawatan
ortodonti dapat menyebabkan
penumpukan plak bakteri dan penumpukan debris makanan, yang menghasilkan gingivitis. Oleh karena itu , klinisi wajib memperhatikan kesehatan periodontal sebelum, selama, dan sesudah pemakaian piranti ortodonti. Sebagai contoh yang paling sederhana pada aplikasi elastik separator, biasanya elastik separator disisipkan diantara gigi sehingga didapatkan ruang untuk pemasangan band pada gigi molar yang digunakan sebagai
penjangkar. Di Klinik Spesialis Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara memakai elastik separator dari Orto Organizer tipe Blue Regular 400-355 bentuk ring.
18,19
Ngan dkk.1994 menemukan
bahwa rasa sakit mencapai puncak pada 2 hari setelah pemakaian separator. Begitu juga dengan penelitian Marris 2004, Bondemark dkk. 2004 yaitu terjadi peningkatan rasa sakit pada pengunyahan pada hari kedua dibandingkan dengan hari pertama. 21,22,23
Dari pengamatan peneliti, terlihat kurangnya perhatian oleh
para klinisi
mengenai pemakaian elastik separator dan berdasarkan penelitian Mc.Devitt dkk.2003 bahwa trauma
oklusal merupakan faktor penyebab utama periodontal bone loss
bahkan pada daerah yang rendah plak dan inflamasinya.20 Peneliti menyadari banyak penelitian mengenai elastik separator, tetapi semuanya dihubungkan dengan rasa nyeri akibat pemakaiannya. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai durasi pemakaian elastik separator sehingga klinisi mendapatkan informasi yang tepat mengenai kapan waktu pelepasan separator sehingga periodontal bone loss akibat trauma oklusal dari karet separator dapat dicegah karena pada pengunyahan pasien yang memakai elastik separator juga terjadi trauma oklusal dari elastik tersebut.26 Pada penelitian dapat diketahui durasi yang diperlukan elastik separator tersebut untuk mendapatkan ruang penempatan molar band sehingga dapat menjadi
Universitas Sumatera Utara
masukan bagi mahasiswa PPDGS kapan waktu yang tepat untuk pemasangan molar band setelah aplikasi elastik separator tersebut supaya tidak terjadi bone loss yang irreversible akibat pemakaian terlalu lama karena adanya tekanan oklusal dari pengunyahan dan penumpukan plak. Menurut Peter Loh, 2003, hanya diperlukan waktu 2 sampai 3 hari untuk memisahkan kontak area dari gigi yang bersebelahan sehingga band dapat dipasangkan. Sedangkan menurut Proffit, 2000, elastik separator tidak boleh dipakai lebih dari 2 minggu. 6,19,20 Hasil penelitian mengenai level IL-1β dapat memberikan gambaran bagaimana jaringan periodontal bereaksi terhadap kekuatan mekanis. Meskipun laporan-laporan ini penting, penulis menyadari hanya sedikit penelitian yang mengevaluasi level IL-1β di dalam GCF, dan juga masih kurang penelitian mengenai perbandingan perubahan yang terjadi pada sisi tekanan dan tarikan yang diberikan pada periodonsium selama tahap awal pergerakan gigi secara ortodonti yang direfleksikan dengan perubahan komposisi GCF pada level IL-1β.
1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.2.1. Apakah tekanan mekanis yang ringan mempengaruhi level IL-1β di dalam GCF? 1.2.2. Apakah ada perbedaan level IL-1β di dalam GCF sebelum aplikasi tekanan mekanis , 30 menit dan 3 hari sesudah aplikasi tekanan mekanis? 1.2.3. Bagaimana perbandingan level IL-1β di dalam GCF pada sisi tekanan dan sisi tarikan sebelum aplikasi tekanan mekanis , 30 menit dan 3 hari sesudah aplikasi tekanan mekanis?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh aplikasi tekanan mekanis terhadap level IL1β di
dalam GCF.
1.3.2. Untuk mengetahui level IL-1β dalam GCF sebelum aplikasi tekanan mekanis, 30 menit dan 3 hari sesudah aplikasi tekanan mekanis. 1.3.3. Untuk melihat perbedaan pengaruh aplikasi tekanan mekanis
pada sisi
tekanan dan tarikan pada level IL-1β dalam GCF sehari sebelum aplikasi tekanan mekanis, 30 menit dan 3 hari sesudah aplikasi tekanan mekanis.
1.4. Hipotesis Ada peningkatan level IL-1β di dalam GCF pada sisi tekanan dan tarikan pada pergerakan gigi secara ortodonti.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah : 1.5.1.
Memberi tambahan
informasi bagi klinisi terutama di Klinik Spesialis
Ortodonti FKG USU dalam menggunakan tekanan mekanis yang sesuai dan memahami dasar biologis pada perawatan ortodonti. 1.5.2. Dapat digunakan sebagai panduan durasi aplikasi elastik separator sebelum pemasangan molar band. 1.5.3. Diharapkan dengan memahami respon jaringan terhadap tekanan mekanis piranti ortodonti, penyakit periodontal dapat dihindari.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut
bagaimana pengaruh IL-1β dan
mediator kimiawi lainnya di dalam GCF dalam proses remodeling dengan penggunaan piranti yang berbeda dengan level dan duration of force yang berbeda pula. 1.5.5. Sebagai masukan untuk klinisi dalam mempertimbangkan pemakaian jenis piranti yang dapat menggerakkan gigi dengan cepat dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan periodontal.
Universitas Sumatera Utara