Respon Pertumbuhan Benih Kakao
RESPON PERTUMBUHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM SUB-OPTIMUM DAN DOSIS PUPUK CAIR SUPERBIONIK (Growth response of cocoa seedlings to sub-optimum growth media and dosage of Superbionik liquid fertilizer)
T. Irmansyah Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT The research was carried out to study growth response of cocoa seedlings to sub-optimum growth media and dosage of Superbionik liquid fertilizer. A two-way factorial experiment was used in a randomized block design (RBD) with three replicates. The first factor was the compositions of suboptimum growth media as follow: lang-lang vegetation soil, lang-lang vegetation soil + manure (1: 1) and lang-lang vegetation soil + bokashi (1 : 1). The second factor was dosage of Superbionik liquid fertilizer : 0, 20, 30, and 40 mL/tree. The composition of sub-optimum growth media significantly influenced plant height, diameter of trunk, leaf number, root volume and primary root length. Dosage of Superbionik liquid fertilizer significantly affected height, leaf number but not diameter of trunk, root volume and primary root length. The effect of the interaction of both factors was only significant to leaf number. Key word : cocoa, growing media and liquid fertilizer
PENDAHULUAN
I
ndonesia merupakan produsen kakao peringkat ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Luas areal pertanaman kakao Indonesia saat ini (Maret 2005) sekitar 700 ribu hektar dengan produksi 450 ribu ton/tahun, 70 % berasal dari Sulawesi sedangkan produksi Sumut hanya mencapai 12.434 ton/tahun. Potensi produksi kakao mencapai 1-2 ton/ha di sentra produksi yang dihasilkan petani seperti di Mamuju (Sulawesi). Kakao menghendaki media yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang baik untuk pertumbuhan optimum (Siregar, dkk, 2002). Media tumbuh vegetasi alang-alang umumnya kurang dimanfaatkan. Ditinjau dari segi fisiologis, alang-alang mengandung senyawa kimia yang dihasilkan melalui senyawa metabolik sekunder. Senyawa kimia tersebut berpengaruh buruk terhadap tanaman utama, fenomena ini disebut allelopati (Sastroutomo, 1990). Pupuk Superbionik mengandung unsur hara makro primer dan makro sekunder serta unsur hara mikro (CNI, 1999) yang dapat menjaga keseimbangan
ISSN 1979-0228
kesuburan tanah. Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah faktor dalam tanah sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah (Sutejo, 1995). Bokashi adalah pupuk organik yang dalam proses pengomposannya menggunakan effective microorganisms 4 (EM-4) yang mengandung mikroorganisme fermentasi (Indriani, 2005). Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian untuk menguji respon pertumbuhan benih kakao terhadap komposisi media tanam suboptimum dan dosis pupuk cair Superbionik. Menguji respon pertumbuhan benih kakao terhadap komposisi media tanam sub-optimum dan dosis pupuk cair Superbionik.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai dengan Mei 2006.
1
Jerami Volume I No. 2, Mei - Agustus 2008
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao jenis lindak dari RISPA , pupuk cair Superbionik, tanah vegetasi alangalang, pupuk kandang domba, bokashi, fungisida Danvil 50 SC, insektisida Hostathion 200 EC. polibag ukuran 25 cm x 35 cm Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, meteran, hansprayer, timbangan analitik, kertas milimeter, oven dan gelas ukur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : I. Faktor Komposisi Media Tanam Suboptimum (M) yang terdiri dari tiga komposisi, yaitu : M0 = Tanah vegetasi alang-alang M1 = Tanah vegetasi alang-alang + Pupuk kandang domba (1 : 1) M2 = Tanah vegetasi alang-alang + Bokashi (1 : 1) II. Faktor Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) yang terdiri dari empat taraf, yaitu : S0 = 0 cc larutan/tanaman S1 = 20 cc larutan/ tanaman S2 = 30 cc larutan/ tanaman S3 = 40 cc larutan/ tanaman Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah, dan dibuat plot percobaan 75 cm x 75 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Tanah vegetasi alang-alang yang digunakan adalah lapisan tanah atas sampai
kedalaman 20 cm (Nasution, 1986). pupuk kandang domba dan bokashi dicampur sesuai dengan perlakuan masing-masing kemudian dimasukan dalam polibag. Sebelum benih didederkan, disemprot insektisida Hostathion 200 EC dan fungisida Danvil 50 SC dengan konsentrasi 0,1 - 0,2 %. Benih didederkan berjajar dengan jarak antar barisan 4-5 cm dan dalam barisan 2,5 - 3 cm. Bibit semaian yang telah berumur 10 hari setelah tanam dipindahkan ke media tanam yang telah disiapkan. Dosis pupuk cair Superbionik dibuat 0,2 % (2 cc pupuk Superbionik/liter air). Aplikasi pupuk cair Superbionik dilakukan dengan menggunakan handsprayer dengan interval 2 minggu sekali dan dengan dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam suboptimum dan dosis pupuk cair Superbionik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, namun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata (Tabel 1).
Tabel 1.
Rataan Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Komposisi Media Tanam Sub-Optimum (M) dan Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) (cm) Perlakuan S0 S1 S2 S3 Rataan M0 33.97 36.00 33.83 37.45 35.31c M1 33.62 38.63 38.23 36.83 36.83b M2 39.80 41.77 43.50 40.73 41.45a Rataan 35.79c 38.80a 38.52ab 38.34b
Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi adalah pada perlakuan komposisi media tanam sub-optimum terdapat pada M2 yaitu 41.45 cm dan terendah pada M0 yaitu 35.31 cm. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1. Jumlah Daun (Helai) Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam suboptimum dan dosis pupuk cair Superbionik
2
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan jumlah daun tertinggi adalah pada perlakuan komposisi media tanam sub-optimum (M2) yaitu 19.71 helai dan terendah pada M0 yaitu 16.21 helai. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1.
ISSN 1979-0228
Respon Pertumbuhan Benih Kakao
Tabel 2.
Rataan Jumlah Daun Pada Perlakuan Komposisi Media Tanam Sub-Optimum (M) dan Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) (helai)
Perlakuan M0 M1 M2 Rataan
S0 17.33 17.17 18.50 17.67bc
S1 15.33 17.50 18.17 17.00c
S2 15.50 18.67 22.33 18.83a
S3 16.67 18.00 19.83 18.17ab
Rataan 16.21c 17.83b 19.71a
Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 %
Diameter Batang (mm) Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam suboptimum berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkan dosis pupuk cair Superbionik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan diameter batang tertinggi adalah pada perlakuan komposisi media tanam suboptimum terdapat pada M2 yaitu 7.25 mm dan terendah pada M0 yaitu 6.00 mm. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1.
Rataan Diameter Batang Pada Perlakuan Komposisi Media Tanam Sub-Optimum (M) dan Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) (mm)
Perlakuan M0 M1 M2
S0 6.12 6.33 7.15
S1 6.03 7.17 7.20
S2 5.78 6.87 7.47
S3 6.07 6.80 7.18
Rataan
6.53
6.80
6.71
6.68
Rataan 6.00c 6.79b 7.25a
Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 %.
Volume Akar (cm3) Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam suboptimum berpengaruh nyata terhadap volume Tabel 4.
akar. Sedangkan dosis pupuk cair Superbionik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata.
Rataan Volume Akar Pada Perlakuan Komposisi Media Tanam Sub-Optimum (M) dan Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) (cm3)
Perlakuan M0 M1 M2
S0 2.45 3.15 4.53
S1 2.55 3.63 4.32
S2 2.82 3.27 5.30
S3 2.68 3.78 5.23
Rataan
3.38
3.50
3.79
3.90
Rataan 2.63c 3.46b 4.85a
Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 %.
Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan volume akar tertinggi adalah pada perlakuan komposisi media tanam sub-optimum terdapat pada M2 yaitu 4.85 cm3 dan terendah pada M0 yaitu 2.63 cm3. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1. Panjang Akar Primer (cm) Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam sub-optimum berpengaruh nyata terhadap panjang akar priISSN 1979-0228
mer sedangkan dosis pupuk cair Superbionik dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer. Tabel 5 dapat diketahui bahwa rataan panjang akar primer tertinggi adalah pada perlakuan komposisi media tanam suboptimum terdapat pada M2 yaitu 34.19 cm dan terendah pada M1 yaitu 28.44 cm. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0 dan M1.
3
Jerami Volume I No. 2, Mei - Agustus 2008
Tabel 5.
Rataan Panjang Akar Primer Pada Perlakuan Komposisi Media Tanam Sub-Optimum (M) dan Dosis Pupuk Cair Superbionik (S) (cm) Perlakuan S0 S1 S2 S3 Rataan M0
30.95
28.77
30.38
35.57
31.42b
M1
24.17
33.50
27.07
29.03
28.44c
M2
28.83
38.10
34.82
35.00
34.19a
Rataan
27.98
33.46
30.76
33.20
Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5 %.
PEMBAHASAN Pengaruh Komposisi Media Tanam Suboptimum terhadap Pertumbuhan Benih Kakao Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa komposisi media tanam sub-optimum berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, volume akar dan panjang akar primer. Komposisi media tanam sub-optimum terbaik adalah M2 (tanah vegetasi alang-alang + bokashi (1 :1) yang diikuti oleh M1 (tanah vegetasi alang-alang + pupuk kandang domba (1 : 1) dan M0 (tanah vegetasi alang-alang). Menurut Foth (1998), unsur hara makro diperlukan dalam jumlah besar, biasanya di atas 500 ppm dalam tanaman, unsur hara mikro hanya diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya kurang dari 50 ppm dalam tanaman. M2 (tanah vegetasi alang-alang + bokashi (1 :1) adalah media yang terbaik bila dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini diduga karena M2 memiliki mikroorganisme fermentasi dalam jumlah yang lebih besar sehingga proses dekomposisi berlangsung dengan cepat. M2 juga memiliki draenase dan aerase yang lebih baik sehingga kegiatan fisiologis tanaman dapat berjalan dengan baik. M1 (Tanah vegetasi alang-alang + Pupuk kandang domba tidak sebaik M2, tetapi M1 tetap lebih baik dari M0. Hal ini diduga karena M1 memiliki sifat kimia tanah yang lebih baik bila dibandingkan dengan M0. Sutejo (1995) menyatakan bahwa ternyata kadar N pupuk kandang domba cukup tinggi, kadar airnya rendah. Keadaan ini merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif sehingga perubahan berlangsung dengan cepat. Media M0 (tanah vegetasi alang-alang) kurang mendukung pertumbuhan kakao. Hal ini diduga karena M0 mengandung senyawa
4
allelopati yang menghambat pertumbuhan kakao. Pengaruh Dosis Pupuk Cair Superbionik terhadap Pertumbuhan Benih Kakao Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa dosis pupuk Superbionik berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter batang, volume akar dan panjang akar primer. Superbionik mengandung unsur hara makro dan mikro, asam-asam amino, hormon sitokinin, IAA dan giberelin serta asam organik (humat dan fulvat). Sutejo (1995) menyatakan bahwa tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya. Unsur hara banyak dibutuhkan untuk pembentukan jaringan-jaringan tanaman. Pengaruh Interaksi Pemberian Komposisi Media Tanam Sub-optimum dan Dosis Pupuk Cair Superbionik Terhadap Pertumbuhan Benih Kakao Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa interaksi komposisi media tanam sub-optimum dan dosis pupuk cair superbionik berpengaruh terhadap jumlah daun. Hal ini diduga karena perlakuan komposisi media tanam sub-optimum dan dosis pupuk cair superbionik saling mempengaruhi jumlah daun.
KESIMPULAN 1.
Komposisi media tanam sub-optimum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, volume akar dan panjang akar primer. Komposisi media tanam terbaik adalah M2 (Tanah vegetasi alang-alang + Bokashi.
ISSN 1979-0228
Respon Pertumbuhan Benih Kakao
2.
3.
Dosis pupuk cair Superbionik berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter batang, volume akar, dan panjang akar primer. Interaksi perlakuan komposisi media tanam sub-optimum dan dosis pupuk cair Superbionik berpengaruh terhadap jumlah daun. tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang, volume akar dan panjang akar primer.
DAFTAR PUSTAKA Adam, N. 1986. Beberapa kerekayasaan untuk menunjang penyimpanan benih karet : suatu penelaahan kasus masa istirahat benih. Makalah Pertemuan Teknis Perkebunan Karet dan Kelapa. Semarang, 6-7 Pebruari 1986. Research Centre Getas. Salatiga. Copeland. L.O., 1976. Principles of seeds science and technology. Burgess Publishing Co. Minneapolis. Minnesota. 367p. Enoch, I.C. 1980. Morphology of germination. In Chin H.F. and E.H. Roberts (Editors). 1980. Recalcitrant Crop Seed. Tropical Press SDN BHD. Kuala Lumpur Malaysia. Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Terjemahan Herawati Susilo Pendamping Subiyanto. Fisiologi tanaman budidaya. Cetakan I. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta. 428h. Herdina, Titik H.U., dan Sardjono S., 1990. Fisiologi tumbuhan. Dalam Heddy S. (editor). 1990. Biologi pertanian. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. Husin, S.Bin H.M., Chin, H.F., and Hor Y.L. 1981. Viability test on Hevea seeds by tetrazolium method. Journal of the Rubber Research Institute of Malaysia. (29): 44 – 51. Indraty, I.S. 1986. Penyediaan benih karet untuk batang bawah. Makalah Pertemuan Teknis Perkebunan Karet dan Kelapa. Semarang, 6 – 7 Pebruari 1986. Research Centre Getas. Salatiga. Justice, O.L. and L.N. Bass. 2002. Terjemahan R. Roesli. Prinsip dan praktek ISSN 1979-0228
penyimpanan benih. Edisi I Cetakan II. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 225 h. Kamil, J. 1979. Teknologi benih I. Penetrbit Angkasa Raya Padang. 227h. Karniati, M. Zaubin, dan P.S. Mulyadi. 1986. Pengaruh konsentrasi cytozyme seed plus setelah penyimpanan biji terhadap perkecambahan dan pertumbuhan awal bibit karet. Makalah Pertemuan Teknis Perkebunan Karet dan Kelapa. Semarang, 6 – 7 Pebruari 1986. Research Centre Getas. Salatiga. King,
M.W and E.H. Roberts, 1980. Maintenance of recalcitrant seed in storage. In Chin H.F. and E.H. Roberts. (Editors). 1980. Recalcitrant Crop Seed. Tropical Press SDN BHD. Kuala Lumpur Malaysia.
Ochigbo S.S. and J.A. Ibemesi. 1994. Oxygen absorption characteristics of blends of fatty from seed oils of rubber, watermelon, soybean and linseed. Indian Journal of Natural Rubber Research. 7(2): 107 – 113. Robert, E.H. and R.H. Ellis. 1982. Physiological, ultrastructural and metabolic aspects of seed viability. In Khan, A.A. (Editors). The physiology and biochemistry of seed development, dormancy and germination. Elsevier Biomedical Press Amsterdam. New York. Oxford. p 465 – 485. Sadjad, S. 1980. Panduan pembinaan mutu benih tanaman kehutanan di Indonesia. Kerjasama Proyek Pusat Perbenihan Kehutanan dan Lembaga Afiliasi IPB. Bogor. 301h. Sadjad, S. 1993. Dari benih kepada benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 144h. Santoso, U.E. dan S. Danimihardja. 1981. Cara membangun kebun biji karet. Balai Penelitian Perkebunan. Bogor. Soemomarto, S., Kusmin, dan Kaptiyono. 1981. Pengaruh perlakuan beberapa bahan kimia pada biji karet terhadap daya kecambah dan pertumbuhannya. Makalah Pertemuan Teknis Perkebunan II. Surakarta, September 1981. Research Centre Getas. Salatiga.
5
Jerami Volume I No. 2, Mei - Agustus 2008
Sutopo, L. 1993. Teknologi benih. Penerbit Rajawali Press Jakarta.
Penelitian Perkebunan Oktober 1988. 2(3): 13 – 17.
Sembawa.
Suwardin, D. 1988. Pemanfaatan biji karet (Hevea brasiliensis). Majalah Lateks. Balai
6
ISSN 1979-0228