RESOURCES SHARING ANTARA PENDIDIKAN TINGGI DAN PENDIDIKAN MENENGAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN M. Fahris Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291) 681024
Abstraksi :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan Resource Sharing antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah dalam meningkatkan kualitas lulusan. Karakteristik Pendidikan Tinggi dan Pendidiukan Menengah, sumber daya pendidikan dan analisa model dalam kerjasama tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan interview mendalam dan dokumentasi serta studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya kerja sama yang di bangun selama ini sehingga belum menunjukkan hasil yang maksimal di kedua belah pihak. Serta perlu adanya pemecahan masalah terhadap kendala-kendala yang ada. Kunci: Resource Sharing, Kualitas lulusan, Karakteristik, Sumber Daya, dan Model Kerjasama
berada di
PENDAHULUAN Daya
saing
Indonesia
dalam
memasuki era perdagangan bebas masih
Suriname
atas
sedikit Gabon
(Republika, 24
dan
September
2003).
lemah. Hal ini ditengarai antara lain dari
Khususnya
dalam
bidang
kualitas sumber daya manusia, penguasaan
pendidikan, data menunjukkan bahwa
teknologi informasi dan tingkat investasi
kemampuan siswa-siswa di Indonesia
di Indonesia dalam konteks global yang
juga
tergolong rendah. Human Development
membaca siswa SD di Indonesia berada
Index
di urutan 38 dari 39 negara yang diteliti.
(HDI)
Indonesia
menduduki
masih
rendah.
peringkat ke 112 dari 175 negara yang
Sedangkan
dinilai, yaitu masih di bawah Vietnam.
siswa SMP di Indonesia berada pada
Sementara itu, diantara 31 negara Asia,
urutan 34, dan kemampuan IPA-nya
posisi di bidang pendidikan (education),
terletak pada urutan 32 dari 38 negara di
keuangan domestik (domestic finance),
dunia.
dan
bidang
teknologi
informasi
Masalah
kemampuan
Kemampuan
matematika
ketenagakerjaan masalah
(information technology) masing-masing
merupakan
berada pada peringkat 31 (terendah).
dipecahkan karena sifatnya kompleks.
Tingkat Foreign Direct Investment (FDI)
Tingkat pengangguran dari tahun ke
menduduki peringkat 138 dari 140 negara,
tahun pada umumnya memperlihatkan
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
yang
juga sulit
67
pening-katannya.
Angka pengangguran
ayat 1 dan 2). Sedangkan pendekatan
tahun 1990 berjumlah 28,5 juta, tahun
tinggi merupakan jenjang pendidikan
1998 naik menjadi 39,4 juta, tahun 2000
setelah
mencapai 37,6 juta, dan pada tahun 2003
mencakup program pendidikan diploma,
tercatat 38,5 juta (Republika, 17 Juli
sarjana, magister, spesialis dan doktor
2003).
yang diselenggarakan oleh pendidikan
pendidikan
menengah
yang
Pendidikan merupakan upaya yang
tinggi (Pasal 19 ayat 1). Perguruan tinggi
paling efektif dalam peningkatan kualitas
dapat berbentuk akademi, politeknik,
sumber daya manusia. Pendidikan adalah
sekolah tinggi, institut, atau universitas
usaha
(Pasal
sadar
dan
terencana
untuk
20
ayat
1);
berkewajiban
mewujudkan suasana belajar dan proses
menyelenggarakan pendidikan, penelitian
pembelajaran agar peserta didik secara
dan
aktif mengembangkan potensi dirinya
(Pasal
untuk
spiritual
menyelenggarakan program akademik,
diri,
profesi, dan/atau vokasi (Pasal 20 ayat 3).
memiliki
keagamaan,
kekuatan pengendalian
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
pengabdian 20
kepada
ayat
Kerjasama
2);
masyarakat dan
antara
dapat
perguruan
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
tinggi dan lembaga pendidikan menengah
masyarakat, bangsa dan negara (Undang-
merupakan
undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
mendatangkan manfaat bagi kedua belah
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
pihak. Perguruan tinggi membutuhkan
Ayat 1). Adapun jenjang pendidikan
wahana untuk meningkatkan kualitas
formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan, serta mengembangkan dan
pendidikan menengah, dan pendidikan
menerapkan
tinggi (Pasal 13 ayat 2 UU No. 20 Tahun
teknologi, melalui dharma penelitian dan
2003).
pengabdian kepada masyarakat.
jenjang
Pendidikan pendidikan
dasar
merupakan
yang
melandasi
pendidikan
ayat 1), pendidikan menengah merupakan
mitra
lanjutan pendidikan dasar dan terdiri atas
lulusan,
pendidikan
penggunaan
umum
dan
pendidikan menengah kejuruan (Pasal 18
JURNAL
ilmu
Sementara
jenjang pendidikan menengah (pasal 17
menengah
upaya
yang
pengetahuan
itu,
menengah
untuk
banyak
lembaga membuuthkan
meningkatkan kompetensi teknologi
dan
kualitas pengajar,
baru
dalam
pembelajaran, serta penataan manajemen
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
68
dan
infrastrukturnya.
Masing-masing
(2004:12) “Sinergi Perguruan Tinggi Dan
pihak juga memiliki potensi yang beasar.
Menengah Dalam Menyiapkan Tenaga
Apabila
Kerja di Era Otonomi Daerah”.
keduanya
dapat
menjalin
kerjasama yang mantap, diharapkan dapat
Subjek ini adalah SMK bidang
memberikan kontribusi yang lebih berarti
rekayasa yang melakukan kerjasama
dalam meningkatkan kualitas sumber daya
antara SMK dengan SMK maupun SMK
manusia di negeri ini.
dengan
Salah satu bentuk kerjasama antara perguruan tinggi dan lembaga pendidikan menengah penggunaan
adalah
kerjasama
sumber
diketahui
tinggi
kebutuhan
sehingga
masing-masing
pihak. Tahap
pertama
penelitian
ini
pendidikan
dilakukan di Kabupaten Kudus dengan
(educational resources sharing), dalam arti
mengabil subjek di tiga SMK yaitu:
kerjasama
SMKN I Kudus, SMK Wisudha Karya,
yang
daya
dalam
perguruan
saling
menunjang
program-program pendidikan, terutama dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
lulusan.
dan SMK NU Alma’arif. Pada tahap ini mengunakan alur pelaksanaan sebagai berikut: 1. Pentingnya
ini
kualitas
lulusan.
METODE PENELITIAN Penelitian
meningkatkan
menggunakan
2. Karakteristik pendidikan tinggi dan
pendekatan Research and Development.
pendidikan menengah.
Hal ini berkaitan dengan tujuan penelitian
3. Sumber daya pendidikan.
yaitu: mecari suatu model kerjasama
4. Model-model resouce sharing.
(Resources Sharing ) antara Pendidikan
5. Kendala-kendala
Tinggi dan Pendudukan Menengah Dalam Meningkatkan kualitas lulusan. Dengan
dalam
resource
sharing dan cara mengatasinya. Data
penelitian
ini
diperoleh
demikian, penelitian akan menghsilkan
melalui observasi langsung, wawancara
suatu komponen dalam sistem pendidikan,
yang mendalam (indept interview) dan
melalui pengembangan kerjasama yamg
dokumentasi. Derajat keabsahan data
saling menguntungkan melaui reformasi
dilakukan melalui pemeriksaan
pendidikan. Seperti yang dijelaskan oleh
kepercayaan, kepastian, dan kecukupan
Dr. Ir. Gatot Hari Priowiedjanto, M.Sc.
referensial. Hal ini juga didukung dengan
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
derajat
69
meminta masukan dari pihak yang terkait,
pembelajaran, (2) Sumber daya
yaitu: Guru, Program Produktif (Prodi),
manusia, (3) Sarana dan Prasarana,
maupun dari PT yang ada.
(4) Manajemen, (5) Partisipasi Orang tua dan masyarakat. Dari
HASIL PENELITIAN
3
Berdasarkan penelitian didapatkan data
sebanyak 2 (66,7%) SMK yang
sebagai berikut:
melakukan kelima poin di atas dan
1.
Pengambilan
data
lulusan
1
di
2.
(33,3%)
dibuat
SMK
sampel
yang
baru
4.
Ditinjau
dari
kerjasama
(81,3%) dan 19,7% belum lulus
kelembagaan
namun masih dapat kesempatan
tinggi dengan Sekolah Menengah
ujian ulang pada bulan berikutnya.
maka
Untuk
kebutuhan
berikut: (1) Program kerjasama
kerjasama antara penndidikan tinggi
dengan pemerintah “University in
dan menengah perlu didefinisikan
the school Program”, (2) Program
karakteristik
masing
kerjasama
dengan
dengan
propinsi
“School
mengetahui
institusi.
masing Hal
pengambilan
3.
yang
sebagian melaksanakan.
masing-masing sekolah dari jumlah 1000 siswa lulus adalah 813 siswa
SMK
data
-
ini
berdasarkan
antara
didapatkan
perguruan
data
sebagai
pemerintah Collage
Coordination Panel”, (3) Program
tingkat pemahaman misi dan visi
kerjasama
dari masing-masing institusi. Data
kabupaten atau lokal “One To One
menunjukkan 25 (18,8%) guru SMK
Connection”. Dari ketiga program
memahami benar tentang misi dan
tersebut di atas hanya 1 (33.3%)
visi sekolah, 96(72,1%) guru pernah
SMK
membacanya dan 12 (9,1%) guru
program nasional, 2 (66,7%) SMK
belum pernah membacanya.
yang membangun kerjasama lokal
Sumber daya pendidikan merupakan
maupun regional.
kunci pokok dalam pelaksaan proses
Fakta
yang
lain
dengan
pemerintah
menyelenggarakan
dari
survai
ini
belajar mengajar yang didalamnya
menunjukkan bahwa 97% menyatakan
terdapa komponen – komponen
bahwa kerjasama antara perguruan tinggi,
(1)
sekolah menengah kejuruan dan dunia
JURNAL
Kurikulum
dan
proses
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
70
industri sangat penting dilakukan karena
Fenomena yang sama juga terjadi
sekolah yang berbasis usaha dan industri
pada dunia bisnis dalam menghadapi
tanpa ada kerjasama tidak mungkin bisa
perkembangan pasar. Dunia usaha/
berjalan dengan baik. Namun demikian,
industri
diakui bahwa baru beberapa program
menghadapi persaingan pada pasar
setudi yang baru melakanakan dengan baik
lokal, regional dan nasional, kini
hal ini terjadi karena beberapa kendala: (1)
harus
Kendala struktural, (2) Kendala teknikal,
seluruh dunia. Hanya dunia usaha/
(3) Kendala psikologis.
industri yang dapat memiliki produksi
yang
selama
menghadapi
ini hanya
persaingan
di
dengan kualitas kelas-dunia yang mampu
PEMBAHASAN Dari uraian hasil penelitian di atas maka
dapat
diuraiakan
pembahasan
sebagai berikut: 1. Pentingnya
Meningkatkan Kualitas
secara
(1995), kualitas yang dimaksud harus standar
internasional,
misalnya ISO 9000 beserta seri-seri yang menyertainya (ISO 9001, ISO
antara
kualitas
dan
kemampuan bersaing ini diilustrasikan oleh Goetsch dan Davis (2000) dalam
9002, ISO 9003, ISO 9004, ISO 1001, dan ISO 10012) 2. Karakteristik
Pendidikan Tinggi
dunia atletik. Juan Arbalio sejak di
Dan Pendidikan Menengah
SMU
Untuk
berlatih
memperhatikan
keras kualitas
dan dalam
mengetahui
dan
dan
diidentifikasi
meter.
Juan
Arbalio
kebutuhan
kerjasama antara pendidikan tinggi
olahraga cabang lari cepat 100, 200 400
global.
Menurut Voehl, Jackson dan Ashton
memenuhi
Lulusan Hubungan
bersaing
pendidikan
menengah
karakteristik
perlu (ideal)
menyadari bahwa para pesaing untuk
masing-masing institusi tersebut.
peringkat lebih tinggi tentu kualitasnya
Menurut Baldridge, Curtis, Ecker dan
juga lebih tinggi. Dengan mengontrol
Riley (1986), karakteristik perguruan
kualitasnya secara etrus menerus ia
tinggi ditandai dengan empat hal :
dapat merebut kejuaraan di tingkat
memiliki tujuan yang luas (goal
SMU, tingkat distrik sampai dengan
ambiguity),
Olimpiade.
layanan
mementingkan
klien
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
(client
pada
service),
71
menggunakan
teknologi
yang
tinggi sering menggunakan teknologi
problematik (problematic technology),
yang
menekankan
teknologi yang kompleks yang harus
pada
profesionalisme
problematik,
dalam
(professionalisme), dan menghadapi
mempertimbangkan
lingkungan
berubah
dalam melayaninya. Keempat, karena
(environment vulnarebility). Pertama,
perguruan tinggi memiliki tujuan
perguruan tinggi memiliki tujuan yang
yang luas, layanan ditujukan pada
sangat luas dan sulit dijelaskan secara
klien
spesifik. Ketika dilontarkan pertanyaan
menggunakan
: “Apa tujuan perguruan tinggi?”. Ini
problematik,
adalah pertanyaan yang sulit dan
menggunakan
memerlukan
jawaban
profesional,
pengajaran,
penelitian,
yang
selalu
panjang
:
secara
institusi
yaitu
instalasi
ilmiah,
mendukung
profesionalnya,
seni
tujuan
ini
harus yang
tenaga
yang
memiliki otonomi kuat, loyalitas terhadap
sederetan
dan
pengabdian pengelolaan
masalah
orang
yang
tenaga
masyarakat,
pemecahan
langsung, teknologi
kepada
pengembangan
semua
arti
budaya,
sosial,
lainnya.
serta Kedua,
evaluasi
profesi
teman
serta
dan
nilai
memerlukan
sejawat.
Kelima,
derajat ekonomi dari perguruan tinggi dalam
menghadapi
lingkungan
perguruan tinggi merupakan institusi
merupakan
“people-processing”,
sangat
bagaimana mengelola lembaga ini.
mementingkan pada layanan klien
Pada akhir-akhir ini, perguruan tinggi
(mahasiswa). Klien dengan kebutuhan
bergerak dalam lingkungan yang
tertentu (spesific needs) masuk ke
sangat dinamis (lingkungan politik,
institusi ini; dalam perguruan tinggi
ekonomi,
terjadi
transformasi
teknologi).
pada
Adapun
proses
pendidikan;
yaitu
atau
kemudian
akhir
determinan
penting
sosial-budaya,
karakteristik
dan
pendidikan
pendidikannya klien dikembalikan lagi
menengah yang diharapkan menjadi
ke masyarakat luas. Ketiga, karena
agenda tindakan oleh Boyer (1983)
pergruuan
klien
diidentifikais ada dua belas butir :
dengan kebutuhan yang bermacam-
tujuan yang jelas, penguasaan bahasa
macam dan rumit, maka perguruan
menjadi
JURNAL
tinggi
melayani
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
prioritas,
memiliki
72
kurikulum inti, merupakan program
pendidikannya. Idealnya, siswa pada
transisi,
sekolah menengah harus diberi tugas
layanan
masyarakat,
profesionalisme guru, pembelajaran
melakukan
yang menarik, penggunaan teknologi
masyarakat, untuk membantu siswa
baru,
kepemimpinan
agar memiliki kepekaan dan tanggung
kepala sekolah yang kuat, hubungan
jawab sosial sebagai warga negara.
kerjasama yang erat, dan keunggulan
Sementara
itu,
sebagai komitemen publik. Menurut
menengah
harus
Boyer,
profesionalisme,
fleksibilitas,
sekolah
menengah
harus
pelayanan
kepada
guru
sekolah
ditingkatkan
misalnya
dengan
memiliki visi dan misi yang jelas. Pada
mengatur beban kerja guru yang
sekolah
harus
wajar, keterlibatan dalam seminar-
memprioritaskan penguasaan bahasa
seminar, persiapan mengajar yang
bagi
tanpa
matang, pemberian tugas proyek
penguasaan bahasa yang benar sesuai
profesional khusus, dan pemberian
dengan
tidak
pengakuan dan penghargaan yang
mungkin dapat mencapai keberhasilan
cukup bagi guru. Berkaitan dengan
baik dalam sekolah maupun di luar
proses pembelajaran, guru dalam
sekolah.
menggunakan metode pembelajaran
menengah
siswanya,
budaya
juga
karena
yang
ada
Selanjutnya
sekolah
menengah harus memiliki kurikulum
yang
inti
mengajar
yang
pengalaman
memuat dan
pengetahuan, tradisi
yang
bervariasi, yang
penggunaan
proses
belajar
efektif,
sumber-sumber
serta yang
berkembang dalam suatu masyarakat.
luas dan tepat. Sekolah menengah
Sekolah
diharapkan
menengah
harus
dapat
memiliki
program-
membantu semua peserta didiknya
program yang bermacam - macam
secara meyakinkan dari sekolah ke
dan
tempat kerja (untuk sekolah kejuruan),
fleksibel. Untuk memenuhi harapan
dan ke jenjang pendidikan berikutnya
terhadap
(untuk
sekolah
sekolah
umum).
Dengan
dilaksanakan
secara
lebih
hal-hal di
atas, dalam
menengah
diperlukan
perkataan lain, sekolah menengah
kepemimpinan kepala sekolah yang
harus berhasil sebagai transisi peserta
kuat, yaitu kepala sekolah yang
didik untuk bekerja atau melanjutkan
dipersiapkan secara baik, sertifikasi
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
73
yang dipersyaratkan, dan memiliki
komponen yang digunakan dalam
kewenangan
proses
besar
dalam
isolasi,
atau
transformasi
untuk
dalam arti sekolah menengah harus
mengubah masukan menjadi luaran
bekerjasama
dengan
SMP,
ini yang biasanya disebut masukan
perguruan
tinggi,
Pemerintah,
instrumental (instrument input) atau
masyarakat, dan dunia usaha/ industri.
sumber daya pendidikan (educational
Akhirnya,
resources).
SD,
peningkatan
sekolah
Berikut
ini
disajikan
menengah tergantung pada komitemen
beberapa contoh komponen sumber
publik. Komitemen publik (orang tua
daya pendidikan beserta rinciannya.
siswa,
A. Kurikulum
pemerintah,
masyarakat)
dan
menghendaki sekolah menengah dapat
Pembelajaran
mencapai keunggulan (excellence).
1. Kurikulum nasional
3. Sumber Daya Pendidikan (Educational
2. Kurikulum
Resources)
lokal
Proses
(muatan
lokal)
Pada dasarnya, lembaga dipandang
3. Kriteria keberhasilan masing-
sebagai sebuah sistem sosial yang
masing bidang studi
terdiri dari masukan (input), proses atau
transformasi,
dan
4. Paket - paket pembelajaran
keluaran
berbasis kompetensi
(output). Sebagai masukan (input) adalah
peserta
didik,
dan
5. Rancangan
dalam
pembelajaran yang menunjang
lembaga pendidikan tersebut terjadi
CTL dan QTL.
proses pendidikan/pembelajaran yang
6. Program-program
mengubah amsukan menjadi keluaran
secara
efisien
kurikulum,
tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, manajemen serta partisipasi orang tua/masyarakat, yang
lifeskills
dan pendidikan multikultural.
yaitu para lulusan. Dalam melakukan proses atau transformasi ini, digunakan
teknologi
B.
Sumber Daya Manusia 1. Tenaga pendidik (pengajar) 2. Tenaga pengelola 3. Tenaga
laporan,
teknisi,
pustakawan
diarahkan pada pencapaian tujuan lembaga pendidikan tersebut. Semua JURNAL
4. Tenaga administrasi
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
74
C.
Sarana dan Prasarana
1. Paket-paket kegiatan untuk meningkatkan
1. Gedung sekolah / kampus, beserta
kelengkapan
orang tua/masyarakat/industri.
infra-
strukturnya. 2. Ruang
2. Program HOTMA / IOM /
kelas,
perpustakaan,
Komite Sekolah
laboratorium, ruang
kantor,
3. Jaringan sekolah / perguruan
musholla, kantin, ruang serba
tinggi–masyarakat / industri–
guna, lahan olahraga, kebun
pemerintah.
dan sebagainya.
4.
3. Furniture
Model-Model Resource Sharing Ditinjau dari kerjasama kelemba-
4. Buku-buku/bahan
ajar,
gaannya, terdapat bermacam-macam
komputer, dan peralatan lab
bentuk
dan media pembelajaran.
pendidikan tinggi dan pendidikan
5. Perlengkapan
olahraga
dan
menengah.
sharing
antara
Boyer
(1983)
tingkat nasional, tingkat regional /
Manajemen 1. Penyusunan Renstra, Renop, Rencana Tahunan dan RAPB. 2. Penataan
resource
mengelompokkan menjadi 3 model :
ekstra-kurikuler. D.
partisipasi
ruang
pimpinan,
kantor, ruang guru/dosen dan
lokal, dan tingkat institusional. Pada
Model
1,
semua
sekolah
menengah dalam suatu negara harus melakukan
kerjasama
dengan
pergruuan tinggi dalam berbagai-
ruang kelas.
bagai program, misalnya alih kredit, 3. Penataan administrasi umum dan keuangan
dan akseserasi program - program
4. Peningkatan
pengelolaan
laboratorium dan perpustakaan 5. Penataan pengelolaan sarana umum E.
Partisipasi
penerimaan awal, penempatan dini
akademik. Model ini oleh Boyer disebut “universisity in the school program”.
Kerjasama
dikoordinasi Orang
Masyarakat/Industri
Tua/
ini
harus
lembaga-lembaga
pemerintah yang terkait, mislanya di Indonesia dapat dilakukan koordinasi
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
75
oleh Ditjen Dikti, Ditjen dikdasmen, Departemen
Dalam
Negeri,
dan
Departemen Agama. Pada
Model
2
5. Kendala - Kendala Dalam Resource Sharing Dan Cara Mengatasinya Resource sharing antara pendidikan
semua
bagian/provinsi/daerah
negara
membentuk
tinggi dan pendidikan menengah pada umumnya
menghadapi
kendala
“School College Coordination Panel”,
struktural (pola yang belum jelas dan
misalnya
merekomendasikan
kurang terstruktur), kendala teknikal
persyaratan akademik minimal untuk
(tenaga, jarak dan waktu), kendala
mempermudah transfer dari sekolah ke
psikologis (“sungkan” satu sama
perguruan
lain), dan kendala kultural (kerjasama
untuk
tinggi,
dan
Bupati/
Walikota/Dinas Pendidikan Kabupaten
atau
atau Kota.
kebiasaan).
Pada Model 3, setiap perguruan tinggi
Untuk
membentuk kerjasama komprehensif
disarankan untuk menyusun pola
dengan
kerjasama
satu
atau
lebih
sekolah
networking
belum
mengatasi
menjadi
kendala
secara
ini
spesifik,
menengah. Boyer menamakan model
emenntukan cluster kerjasama yang
ini
ditunjang oleh data kondisi geografis,
sebagai
Connections”. Boyer
sebuah
“One-to-One Dicontohkan
oleh
pergruuan
tinggi
serta
menumbuhkan
“proaktif” baik pada pergruuan tinggi
berkolaborasi dengan sebuah sekolah
maupun sekolah menengah.
menengah. Apabila diibaratkan sebuah
Di
sekolah mempunyai “orang tua”, maka
budaya
samping
itu,
Boyer
(1983)
memberikan beberapa rekomendasi
Queens College di new York City
agar
adalah “bapak dan ibu” dari Louis
tinggi dan sekolah menengah dapat
Amstrong Middle School. Perguruan
kerjasama antara perguruan
berjalan secara efektif. Pertama, para
tinggi tersebut terlibat dalam sistem
pendidik pada kedua lembaga ini
sekolah
harus sepakat bahwa mereka bekerja
sejak
sekolah
tersebut
didirikan. Dosen dan mahasiswa dari
bersama-sama,
karena
memiliki
Queens College berintegrasi dalam
kepentingan bersama. Kedua, tradisi
kehidupan
“pecking order”, yaitu melaksanakan
sehari-hari
Amstrong Middle School.
JURNAL
di
Lous
sesuatu secara apsif, harus dapat
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
76
diatasi. Ketiga, kegiatan kerjasama
pendidikan menengah, yaitu tingkat
harus terfokus secara tajam. Kelima,
nasional, tingkat regional/daerah, dan
kerjasama antara perguruan tinggi dan
tingkat institusional.
sekolah menengah harus berorientasi
4. Dalam melakukan resource sharing
pada aksi, bukan berorientasi pada
antara
anggaran dan birokrasi.
pendidikan menengah menghadapi
pendidikan
tinggi
dan
kendala-kendala struktural, teknikal, SIMPULAN DAN SARAN
psikologis dan kultural. Kendala-
Pada bagian penutup ini penyaji
kendala tersebut dapat diatasi dengan
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
menyusun pola yang jelas, pemetaan
1. Peningkatan
kelembagaan
kualitas
pendidikan
dapat
lulusan
meningkatkan
dan
geografis,
mengembangkan budaya “proaktif”,
kualitas sumber daya manusia, yang
komitmen dari para pendidik pada
pada gilirannya dapat meningkatkan
kedua belah pihak, menentukan fokus
daya saing global Indoensia.
yang tajam serta berorientasi pada
Meskipun
masing-masing
memiliki
tersendiri,
perguruan
karakteristik tinggi
dapat
bekerjasama
dalam
tindakan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
pemanfaatan sumber daya pendidikan
Baldridge, J.V., Curtis, D.V., Ecker,
(educational resource sharing), yang
G.P., dan Riley, G.L.. 1986.
mencakup antara lain
Alternative
Models
of
2. komponen-komponen : kurikulum dan
Governance in Higher Education.
proses pembelajaran, pengembangan
Dalam Peterson, M.W. (Ed.).
sumber daya manusia, sarana dan
ASHE Reader on Organization
prasarana, manajemen dan partisipasi
and
orang tua / masyarakat / industri, yang
Education.
diarahkan
Massachussets : Ginn Press.
untuk
menghadilkan
keluaran yang berkualitas.
pendidikan
tinggi
in
Higher
Lexington,
Boyer, E. 1983. High School : A Report
3. Terdapat tiga model resource sharing antara
Governance
on
secondary
Education
in
dan
Resources Sharing Antara Perguruan Tinggi dan Pendidikan Menengah Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan-M. Fahris
77
America. New York : Harper
Guide for Small to Mid-Sized
Colophon Books.
Business.
Chambers, J.H. 1982. The Achievement of
Singapore
:
S.S.
Mubaruk & Brotehrs Pte Ltd.
Education. New York : Harper & Row, Publishers. Goetsch, D.L., & Davis, S.B. 2000. Quality
Management
Introduction
to
Management
Total
for
: Quality
Production,
Processing, and Serrvices (3rd ed). UpperSaddleRiver, New Jersey : Prentice Hall International, Inc. Nadler, L. 1982. Designing Training Programs : The Critical Event Model. London : Addison-Wesley Publishing Company. Torrington, E.M., Burdge, R.J., Korshing, P.F., & Donnermeyer, J.F. 1988. Social Change in Rural Societies (3rd ed.). Englewood Cliffs, New jersey : Prentice-Hall, Inc. Torrington D., dan Huat, T.C. 1994. Human Resource Management for Southeast Asia. Singapore : Simon & Schuster (Asia) Pte Ltd. Undnag-undang
Republik
Indoensia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Voehl., Jackson, P., dan Ashton, D. 1995. ISO 9000 : An Implementation
JURNAL
TEKNIK - UNISFAT, Nomor 1 September 2005 Hal 67 - 78
78