PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
Rencana Pengembangan Pengelolaan Persampahan
5.1.
Karakteristik Sampah Kota
Tempat tempat penduduk melakukan aktivitasnya di daerah perkotaan merupakan sumber penghasil sampah yang karakteristiknya beragam. Aspek yang paling terlihat menonjol dari sampah perkotaan berasal dari kompleks permukiman dan pasar. Daerah perkotaan menghasilkan sampah dengan karakteristik tertentu. Sampah dari daerah perkotaan mempunyai ciri yang didominasi oleh tingginyabahan organik, namun demikian bukan berarti bahwa sampah tersebuttidak mengandung bahan anorganik yang tidak mudah atau bahkan tidak dapat terdegradasi. Dari sekian banyak bahan organik ini daun dan kertas mendominasi komposisi sampah dari daerah perkotaan. Dari daerah pasar tingginya komposisi bahan organik yang berupa daun dan sayuran busuk merupakan ciri yang khas dari sampah daerah perkotaan. Selain itu pada dewasa ini sampah plastik dari segala macam bentuk dan ukuran merupakan kenampakan yang mencirikan sampah kota. Bahan anorganik yang berupa sisi kaleng bekas dan gelas seringkali dijumpai pula. Seperti diketahui bahwa kaleng bekas, plastik dan gelas merupakan bahan anorganik yang sulit atau bahkan tidak mungkin untuk terdegradasi. Walaupun antara kota yang satu dengan kota yang lain memiliki komposisi sampah yang berbeda-beda, namun perbedaan itu dianggap tidak begitu signifikan mengingat pola hidup masyarakat kota hampir sama. Persamaan pola hidup masyarakat kota menyebabkan sampah yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hampir setiap kegiatan penduduk akan menghasilkan limbah dan sampah, yang harus dibuang. Tidak terkecuali di daerah kota dan daerah pedesaan. Selama ini masyarkaat mempunyai persepsi dan kesan bahwa sampah merupakan saessuatu yang tidak berguna, oleh sebab itu perlu dibuang, tidak terkecuali terhadap sampah yang dihasilkan oleh kegiatan kita sehari-hari. Sapmah harus dibuang ke suatu tempat yang memungkinkan, dan V-1|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
yang jauh dari permukiman, karena apabila sampah ini tidak dibuang akan menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan, apalagi bila sampah ini merupakan bahan yang mudah busuk, tentu tidak menguntungkan apabila, bahkan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Akan tetapi kenyataannya untuk menyingkirkan dan membuang sampah tersebut bukan merupakan hal yang mudah, mengingat daerah perkotaan biasanya hanya mempunyai tempat yang terbatas. Jangankan untuk membuang sampah, untuk tempat penduduk diampun kadang-kadang merupakan permasalahan yang besar. Oleh sebab itu, sampah dibuang di tempat yang tidak mudah untuk dilihat, biasanya ditimbun dalam tanah, dengan membuat lubang sampah bagi mereka yang mempunyai cukup lahan. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah penduduk bertambah Sarana prasarana berkurang SDM yang tidak mencukupi Kurangnya anggaran/ biaya Berkembangnya wilayah kota Tidak ada pendidikan linkgungan hidup yang q mengarah dan melibatkan peran serta masyarakat 7. Kurangnya lahan untuk pembuangan 8. Kurangnya pemahaman dari masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
EKOLOGIS
EKONOMIS PROBLEM SAMPAH
DAMPAK
KESEHATAN
SOSIAL
LAIN-LAIN
Gambar 5.1 Diagram Permasalahan Sampah dan Dampaknya
5.2.
Sungai Sebagai Salah Satu Media Permasalahan Persampahan
5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Sungai Sungai merupakan salah satu badan air, dimana di dalamnya mengalir air yair yang merupakan keluaran yang dihasilkan oleh pengubahan masukan melalui proses-proses hidrologi di dalam suatu daerah aliran sungai (DAS). Air sungai tersebut banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, yang terkait dengan kegiatan dan aktivitas manusia, baik yang tinggal di daerah sekitar sungai maupun yang berada jauh dari sungai tersebut. Apabila dicermati, diperoleh suatu persepsi bahwa permukiman penduduk berkorelasi erat dengan keberadaan sumber air. Permukiman penduduk kebanyakan berada berdekatan dengan sumber air, misalnya dengan sungai maupun dengan mata air. Situssitus purbakala yang ditemukan oleh para ahli kebanyakan berada di sekitar sumber air. Hal itu wajar, karena seperti telah diketahui bahwa kehidupan tidak dapat dipisahkan oleh air, sehingga manusia dalam melakukan kegiatannyadan bertempat tinggal tidak akan jauh dari V-2|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
sumber air. Di dalam sungai sebagai badan air, dimana melalui sungai air melakukan perjalanannya menuju ke laut. Dalam perjalanannya tersebut, dapat dicermati bagaimana kondisi air berubah dari sumbernya, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kualitasnya air berubah dari air yang kualitasnya baik menjadi semakin menurun, dan pada saatnya mungkin tidak layak lagi digunakan. Ketika air sungai pertama kali muncul di daerah hulu di lereng dan di kaki gunung sebagai mata air, mempunyai kualitas yang baik. Sepanjang perjalanannya ke arah hilir ternyata berbagai macam limbah padat dan cair yang berasal dari berbagai sumber, secara berkesinambungan masuk ke dalamnya, yang merubah air yang jernih menjadi air keruh, berwarna kelam berbau tidak sedap. Bukan hanya itu saja, hak-hak yang dimiliki air untuk mengalir secara jelas dirampas dengan digunakannya daerah-daerah bantaran sugnai dan daerah dataran banjir untuk berbagai macam peruntukan. Daerah-daerah semacam itu sekarang banyak dimanfaatkan untuk berbagai peruntukan, dari daerah pertanian sampai pada permukiman, dari yang kumuh maupun permukiman yang teratur lagipula permanen. Itulah gambaran kondisi sungai-sungai terutama yang mengalir di Kabupaten Kendal saat ini, dimana sebagian dari bagian-bagiannya digunakan untuk berbagai peruntukan, baik lahan pertanian maupun permukiman. Masyarakat masih saja beranggapan bahwa sungai merupakan tempat pembuangan limbah. Ke sanalah orang membuang segala macam limbah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan air sungai menurun kualitasnya, bahkan sampai tidak layak lagi air itu digunakan. Tidak mudah untuk memperbaiki kualitas air sungai tersebut. Bila sungai mengalami pencemaran, suatu saat dengan sifat dan kemampuannya kualitas air sungai tersebut akan dapat pulih lagi secara alamiah. Walaupun demikian apabila beban pencemaran yang diterimanya dari limbah yang dibuang ke dalamnya melampaui kemampuannya untuk memulihkan dirinya, maka air sungai tersebut tidak akan baik kembali kualitasnya. Limbah yang mengandung bahan pencemar organik, masih dapat dirombak dan mengalami proses degradasi sehingga kualitas air sungai dapat pulih lagi. Tapi limbah anorganik, tidak dapat dirombak dan tidak dapat busuk. Apabila pencemar itu merupakan logam berat yang berbahaya, maka dapat terakumulasi pada sedimen atau padatan organisme yang terdapat pada sungai itu. Banyak usaha dari pemerintah daerah untuk menjadikan air sungai bersih, dengan berabagai macam program yang dikerjakan. Kesuksesan program-program tersebut tidak akan lepas dari peran serta masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Dukungan masyarakat berarti pula dukungan individu-individu dari masyarakat. konsekuensi dari penawaran program ini juga tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang tersedia, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat secara swadaya dan mandiri. Hal ini pula akan terkait dengan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, walaupun dari hal yang paling sederhana, misalnya jangan membuang sampah ke sungai. Sampah dikumpulkan untuk dibuang ke tempat yang disediakan, tentu saja bak pengumpul sampah dan pengangkut ke tempat buangan sampah juga harus disediakan.
V-3|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
5.2.2 Pemikiran Untuk Meminimalisasi Pembuangan Sampah Bila kita tidak membuang sampah dan limbah ke sungai, dapat diduga bahwa kualitas air akan menjadi baik kembali. Tetapi kegiatan penduduk di sepanjang aliran sungai begitu beragam, dari mulai kegiatan rumah tangga, kegiatan kantor, pasar hotel, industri penghasil limbah yang sebagian atau bahkan semuanya dibuang ke sungai, dengan diolah terlebih dahulu atau bahkan tidak diolah sama sekali. Di sisi lain pada kegiatan rumah tangga memang sudah dilakukan penanganan masalah sampah, sampah dikumpukan dan dibuang ke dalam tempat pembuangan sampah sementara, kemudian diangkut dan dibuang ke tmepat pembuangan sampah akhir, tetapi bukan berarti sampah dari daerah perkotaan sepenuhnya sudah teratasi. Di daerah perdesaan bahkan kegiatan semacam ini mungkin saja belum tersentuh, di daerah perkotaan karena keterbatasan lahan untuk melakukan penimbunan sampah secara individual, maka sampah banyak dibuang langsung ke dalam sungai, bahkan bila dibandingkan dengan daerah perdesaan volumenya dapat lebih besar. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meminimalisasi pembuangan sampah ke sungai antara lain : a. Memberikan penyulihan tentang arti penting kesehatan lingkungan dan kaitannya dengan keberadaan sampah. Di dalam program tersebut dibicarakan arti penting kebersihan dan kesehatan lingkungan, termasuk di dalamnya dikaitkan dengan kualitas air sungai, sampah dan penyakit-penyakit tertentu yang ditularkan melalui sampah, air sungai sebagai vektor penyakit dan sebagainya. b. Menerapkan aturan perundang-undangan tentang pembuangan sampah langsung ke dalam sungai. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan aturan, dimana di dalam aturan tersebut dituangkan tentang aturan larangan dan sanksi, bila melakukan pembuangan sampah ke dalam sungai secara langsung, sebaliknya juga disediakan semacam reward apabila dapat melakukan pemeliharaan kebersihan, termasuk di dalamnya bila tidak membuang sampah ke dalam sungai. c. Mengenalkan pendaur ulangan sampah dalam skala mikro maupun makro, dimana di dalam pendaur ulangan sampah dapat antara lain memanfaatkan kembali sampah plastik, kaleng dan gelas yang tidak dapat membusuk, menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Dengan cara ini volume sampah yang dibuang ke dalam sungai dapat menjadi lebih kecil. d. Mengubah sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis, misalnya dengan membuatnya menjadi kompos, yang dapat dijual atau dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Kompos dapat digunakan pula untuk memperbaiki kondisi tanah di lahan kritis. Kegiatan semacam ini dapat dilakukan dalam skala yang kecil, menengah dan besar. Skala kecil dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga dan kelompok keluarga. Sampah dapat dikumpulkan di tempat tertentu, misalnya di tempat pembuangan sampah sementara, dan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah. Terlebih dahulu jenis V-4|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
smapah harus dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik agar lebih mudah diolah, sisanya menempatkannya dalam kantong plastik secara terpisah. e. Meningkatkan atau mengubah persepsi masyarakat tentang sungai, yaitu mengubah anggapan bahwa sugnai menjadi tempat buangan sampah atau limbah, tetapi menganggap dan menjadikan sungai sebagai sumber air yang sangat berharga dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, dan sekaligus membuat sungai menjadi tempat yang menyenangkan dan asri untuk dipandang, dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata yang menarik. Hal ini dapat ditempuh dengan cara menata permukiman di sekitar sungai untuk menghadapkan rumahnya ke arah sungai, sehingga dengan demikian penghuni rumah dapat berusaha untuk menjadikan sungai di depannya menjadi enak dipandang.
5.3.
Kajian Penempatan TPS Perumahan
5.3.1. Jenis dan Sumber Sampah Kompleks Perumahan Sampah kompleks perumahan tergolong sebagai sampah domestik atau sampah rumah tangga. Jenis sampahnya terdiri dari sampah basah atau sampah bahan-bahan organik yang mudah membusuk dari sisa-sisa bahan makanan, sampah kering atau sampah yang tidak membusuk seperti logam, kertas, kayu dan lain sebagainya, sampah lembut atau sampah debu dan sampah ebesar atau sampah buangan rumah tangga yang besar seperti peralatan rumah tangga meja kursi, alat-alat elektronik dan sebagainya. Selain sampah domestik, sumber sampah kompleks perumahan yang perlu ditangani adalah sampah jalanan, sampah komersial meskipun hanya sedikit dan juga smpah bangkai binatang walaupun jarang. Sampah-sampah ini melengkapi sampah rumah tangga karena pada kompleks perumahan tidak hanya terdapat rumah-rumah tetapi dilengkapi dengan sarana fasilitas umum dan prasarana jalan raya dan jalan lingkungan.
5.3.2. Masalah yang Ditimbulkan Sampah Beberapa permasalahan yang ditimbulkan sampah serta berpengaruh besar terhadap penempatan dan lingkungannya adalah pencemaran udara, air dan tanah pada radius tertentu, sumber penyebaran penyakit dan gangguan secara visual karena kekotorannya. Pencemaran udara, air dan tanah menempati urutan pertama yang menyangkut permasalahan penempatan sampah kompleks perumahan. Hal ini berkaitan dengan kesehatan lingkungan di sekitar areal dimana sampah akan ditampung. Lebih lanjut, hal ini akan mempengaruhi nilai jal dari lokasi rumah di sektitar areal penampungan sampah. Dalam hal ini kemampuan pengelola/ pengembang kompleks perumahan ditantang
V-5|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
untuk dapat menyelesaikan, mengantisipasi dan menetralisir pencemaran tersebut agar tidak terlalu berpengaruh terhadap lingkungan sekitar arel penempatan sampah. Gangguan visual yang ditimbulkan penempatan sampah karena kekotoran dan kekumuhannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Keberhasilan perencanaan kompleks perumahan tersebut tergantung pada keindahan dan ketepatan penempatan sarana dan prasaran kompleks. Sebab hal itulah yang dijual dan akan menarik pembeli. Sedangkan sampah itu sendiri sebenarnya identik dengan kotor dan kumuh.
5.3.3. Pengelolaan Sampah yang Dapat Dilakukan oleh Tempat Penampungan Sementara di Kompleks Perumahan Ada beberapa cara pengelolaan sampah yang dapat digunakan untuk sekedar mengurangi beban tempat penampungan sampah sementara di kompleks perumahan. Hal ini perlu dipertimbangkan agar kemungkinan untuk mendiri dalam pengelolaannya dapat terwujud. Langkah awal yang paling penting dalam pengelolaan sampah adalah mengadakan pemilahan sejak awal, sejak ada pada sumber sampahnya, yaitu rumah tangga, mempunyai tingkat keberhasilan yang cukup baik dikarenakan kontrol perilaku penghuni kompleks perumahan cukup dilakukan dengan kontrol sosial oleh ketua RW hingga ketua RT. Pemilahan minimal dilakukan untuk memilah antara sampah basah dengan sampah kering, selain sampah buangan rumah tangga yang besar seperti perabot dan lain sebagainya. Dengan memisahkan nenis sampah ke dalam tempat sampah yang berbeda akan mempermudah petugas kebersihan untuk mengangkutnya dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah sementara milik kompleks perumahan yang juga sudah harus dibedakan. Sampah yang sduah terpilah-pilah akan dengan mudah mengelolanya. Dari sampah kering beberapa bahan mungkind apat dimanfaatkan kemblai sedang sisanya dapat dilakukan pemusnahan seperti sampah basah. Pemusnahan yang dimaksud disini adalah pengurangan berat dan volume sampah, seperti dibakar atau dipadatkan. Sedangkan sampah basah dapat dimanfaatkan untuk pupuk dengan cara pengomposan yang sesuai.
5.4.
Rencana Pengembangan Melalui Komposting
5.4.1. Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap meningkatnya jumlah sampah yang diproduksi terutama di TPA Darupono yang telah mengalami overload. Sampah yang melimpah telah menimbulkan persoalan serius yang tidak mduah cara V-6|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
pengelolaannya. Meskipun pemerintah bersama masyarakat telah berupaya keras mengelola sampah-sampah yang diproduksi, hingga saat ini sampah tetap menjadi persoalan yang tak bisa diremehkan. Meskipun demikian, betapapun sulitnya menangani sampah, sampah harus ditangani sungguh-sungguh karena kalau tidak, sampah dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seperti penyebaran bibit penyakit, pemandangan yang tidak nyaman, maupun mencemari lingkungan. Apalagi kalau kita cermati sebagian besar sampah yang diproduksi berupa sampah organik, penyebaran penyakit khususnya sangat mudah terjadi. Jika diamati mata rantai penanganan sampah saat ini paling tidak dapat dikategorikan dalam kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pewadahan dan pembuangan sampah ke TPA. Namun cara ini kelihatannya bukan lagi merupakan pilihan yang tepat, sebab masih mengandung kelemahan, yaitu : (1) biaya angkut dari sumber sampah ke TPA yang begitu besar dan akan terus meningkat; (2) TPA akan penuh dan sulit mencari lahan pengganti karena biaya mahal dan kadangkala lahan tidak tersedia, di samping itu sering merusak lahan-lahan budidaya pertanian; (3) TPA menyebabkan pencemaran lingkungan yang berbahaya (pencemaran terhadap air, tanah dan udara, serta kebakaran di musim kemarau) dan tempat berkembangnya hama penyakit; dan (4) keindahan di sekitar TPA akan menghilang. Untuk mengatasi kendala tersebut, teknologi pengomposan nampaknya menjadi salah satu pilihan yang tepat. Ada beberapa alasan strategis terkait teknologi pengomposan : a. Bahan organik dalam jumlah besar bila dijadikan kompos dapat digunakan untuk memperbaiki produktivitas tanah terutama di daerah tropis dan sub tropis; b. Sampah organik sering membawa bibit penyakit tanaman, binatang dan manusia. Dengan adanya pemanasan sampai temperatur 55-60⁰ C dalam tumpukan kompos, sebagian organisme patogen, gulma dan biji-bijian akan terbunuh, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman. c. Sampah organik yang masih utuh sangat disukai binatang-binatang sejenis serangga yang dapat mgnganggu lingkungan. Bila dikomposkan bahan-bahan tersebut tidak menarik lagi bagi binatang-binatang tersebut karena temperatur tinggi, sehingga keadaan lingkungan sehat, teratur dan terkendali. d. Pengomposan sampah organik akan menghasilkan bahan mduah hancur, mduah dikelola, mengurangi resiko penyakit bila dibenamkan dalam tanah. e. Pengomposan yang dilakukan di atas permukaan tanah dengan cara menumpuk bahan kompos tidak akan menimbulkan pengaruh yang merugikan bagi tanaman, sebaliknya perombakan limbah organik dalam tanah dapat mengganggu perkecambahan biji maupun tanaman yang masih muda. f. Pengomposan dianggap lebih menguntungkan dibanding landfilling dan inceneration dan telah tumbuh sebagai alternatif nyata yang potensial (bagi pemerintah) karena biaya investasi dan operasinya yang rendah, tidak begitu berpolusi dan produk akhirnya yang menguntungkan yaitu kompos. V-7|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
Sedangkan jika melihat trend pengelolaan sampah yang berlaku secara global, maka tidak ada satu negarapun yang menggunakan sistem tunggal, tetapi bersifat kombinasi dari yang sifatnya sederhana reuse, recycling kemudian metode biologis (pengomposan) dan yang lebih modern menggunakan incenerator. Namun demikian teknologi pengomposan menjadi salah satu alternatif yang makin banyak diminati. 5.4.2. Pengomposan Menurut Golouke, pengomposan adalah suatu cara pengelolaan smapah padat yang secara bertahap komponen bahan padat diuraikan secara biologis di bawah keadaan terkendali sehingga menjadi bentuk yang dapat ditangani, disimpan dan digunakan pada lahan tanpa pengaruh yang merugikan. Haug mendifinisikan pengomposan sebagai proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan. Terhadap status pengomposan di Indonesia itu sendiri masih belum banyak diketahui. Namun kehadirannya diperkirakan bersamaan dengan lahirnya budidaya pertanian di tanah air. Oleh karena itu sejauh mana perkembangan teknologi pengomposan juga belum banyak diketahui masyarakat. Namun demikian dapat diperkirakan bahwa perkembangan pengeomposan dimanapun termasuk Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut : a. Tahapan pengomposan tradisional, pengomposan merupakan teknologi sederhana yang didasarkan pada pengomposan tradisional, dilakukan secara terbuka ditutup dengan tanah untuk memperoleh panas sementara ventilasinya bersifat alami. b. Tahap pengembangan dan penelitian. Tahap ini berkembang seiring dengan munculnya persoalan sampah khususnya di perkotaan akibat perkembangan kota dan populasi penduduk di perkotaan. Tahap ini dicirikan oleh munculnya berbagai cara pengomposan yang dapat dipilih oleh masyarakat sesuai dengan kondisi di lingkungan masing-masing, baik dalam penyebaran teknologi beserta uji cobanya. c. Menyebarluaskan penerapan teknologi pengomposan. Tahap ini adalah tahap penting dimana hasil uji coba di masyarakat digunakan sebagai teknologi untuk mengolah sampah. 5.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan Selama pengomposan berlangsung, terjadi perubahan-perubahan temperatur, pH, ketersediaan makanan bagi mikroorganisme beserta jumlah dan spesiesnya. Menuju ke tahap akhir atau pematangan kompos, prosesnya sangat bergantung pada bahan yang dikomposkan, ukuran bahan, suplai unsur hara, kelembaban, aerasi, agitasi, temperatur, penambahan bahan additive maupun pH (derajat keasaman).
V-8|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
5.4.4. Prospek Teknologi Pengomposan Metode pengomposan telah banyak diterapkan sebagai salah satu alternatif untuk mengelola sampah (organik). Di Indonesia pada tahun 1990-an teknologi ini juga sudah pernah diujicobakan untuk mengelola sampah kota. Namun demikian kontinuitasnya tidak mudah dipertahankan. Berbgai faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pengomposan ini adalah diantaranya kesulitan dalam memperoleh bahan (sampah organik) yang sudah terpisah dari bahan lain (tidak bercampur). Oleh karena itu faktor pemisahan sampah organik dari sumber penghasil sampah amatlah penting. Seperti diketahui bahwa sumber sampah di Kabupaten Kendal ini berasal dari berbagai sektor, misalnya permukiman penduduk, pasar, industri, perkantoran, sekolah, dan juga peternakan. Dari setiap sektor tersebut, kondisi sampah yang dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS) sebelum ke TPA masih bercampur antara sampah organik dan anorganik, sehingga menyulitkan dalam mengambil sampah organik untuk keperluan pengomposan. Memperhatikan belum terpisahnya sampah organik dan anorganik dari sumber sampah maka untuk mendukung pembudayaan pengomposan salah satunya harus membiasakan membuang sampah yang sduah terpisah antara sampah organik dan anorganik. Setiap sumber penghasil sampah baik di kantor, pasar, sekolah harus menyediakan tempat untuk sampah organik dan anorganik. Masalah lain yang perlu memperoleh perhatian adalah bahwa penerapan teknologi pengomposan sebaiknya dimulai dari pemerintah, khususnya pengomposan yang diterapkan dalam rangka untuk penanganan sampah di perkotaan. Meskipun keterlibatan masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Idealnya setiap wilayah (tingkat kecamatan maupun kabupaten/kota) mempunyai instalasi pengomposan sendiri. Karena selama ini proses komposting hanya berpusat di Pasar Kendal dan bekas TPA yang sudah ditutup. Dengan kata lain, setiap daerah hendaknya mmepunyai fasilitas pemrosesan sampah, khususnya instalasi pengomposan. Dalam hal pengelolaan sampah, sebetulnya kabupaten Kendal masih diuntungkan dengan keberadaan pemulung yang telah mereduksi sampah dengan memanfaatkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang. Dengan kata lain, sampah-sampah padat yang tidak bisa dikomposkan (gelas, karton, kertas, kaleng, dll) mempunyai nilai ekonomis. Fasilitas pengomposan atau fasilitas pemrosesan sampah pada umumnya yang harus dipunyai setiap wilayah sebenarnya bukan hal yang berlebihan. Fasilitas ini bisa dipadankand engan sistem pencernaan yang ada dalam setiap tubuh manusia, dimana ada makanan yang masuk (dikonsumsi) tatapi ada pula yang dibuang melalui sistem ekskresi. Pengomposan juga memerlukan data-data pendukung yang memadai, misalnya data menganai sampah organik yang diproduksi dari tahun ke tahun, data komposisi sampah, data fisik dan kimia sampah. Data volume sampah yang diproduksi tiap tahun diantaranya dapat digunakan untuk memperdiksi kemampuan wilayah (TPA) untuk menampung sampah atau laju produksi sampah. Data komposisi sampah, organik maupun anorganik bisa digunakan untuk mengetahui perbandingan antara sampah organik dan anorganik, yang dapat bermanfaat untuk mengetahui sampah yang bisa didaur ulang. Mengenai sifat-sifat fisik dan kimia sampah bisa digunakan untuk mengetahui mudah tidaknya sampah V-9|
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
dikomposkan, mudah tidaknya sampah diolah dengan metode tertentu dan nilai nutrisi dari sampah seandainya diolah dengan pengomposan. Pengomposan adalah suatu proses biologis, dimana peranan mikroorganisme amat penting, oleh sebab itu pengomposan hendaknya dilaksanakan bersama dengan bahanbahan lain khususnya dalam memenuhi kebutuhan akan karbon dan itrogen bagi mikroorganisme. Penggunaan bahan-bahan organik yang didominasi oleh karbon (sampah berserat) harus dikombinasikan dengan bahan organik yang banyak mengandung nitrogen (sayuran, kotoran hewan). Hal yang penting lainnya adalah bagaimana menekan biaya dan menaikkan efisiensi pengomposan yang disesuaikan dengan keadaan.
5.5.
Pengembangan Manajemen Pengelolaan Persampahan
5.5.1. Faktor Pendukung Manajemen Sampah a. Fasilitas Kota Fasilitas kota merupakan fasilitas umum yang dinikmati oleh masyarakat kota pada umumnya. Fasilitas tersebut antara lain keamanan, lampu jalan, pengontrolan terhadpa banjir dan lingkungan. Pengelolaan sampah juga merupakan fasilitas umum yang harus mendapatkan perhatian yang serius untuk menciptakan suasana yang bersuh dan sehat. Berdasarkan karakteristiknya tersebut maka manajemen sampah merupakan barang atau fasilitas umum di mana pemerintah kabupaten/kota harus bertanggung jawab dalam penyediannya. b. Pengembangan Pengelolaan Sampah Sumber sampah yang ada di Kabupaten Kendal berasal dari perumahan, perkantoran, konstruksi, pasar dan pusat kegiatan masyarakat lainnya. Secara umum sampah masyarakat terkait dengan penggunaan lahan, dengan demikian pengetahuan tentang sumber dan jenis sampah serta komposisinya merupakan elemen penting dalam pengelolaan sampah. c. Proses dan Elemen dalam Manajemen Sampah Manajemen sempah merupakan gabungan dari kegiatan pengontrolan jumlah sampah yang dihasilkan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengelolaan dan penimbunan sampah di TPA yang memenuhi prinsip kesehatan ekonomi, teknik, konservasi dan pertimbangan linkgungan yang juga responsif terhadap kondisi yang ada. Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sampah adalah : (1) pemilahan sampah yaitu pemisahan sampah atas sampah organik dan anorganik yang dimulai dari sumbernya; (2) pewadahan sampah yaitu penampungan sampah sementara di tempat sumbernya, baik pewadahan sampah individual maupun komunal; (3) pengumpulan dari tiap-tiap sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau diangkut langsung ke tempat V - 10 |
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan; (4) pemindahan sampah yaitu upaya memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir; (5) pengolahan sampah yaitu upaya untuk mengurani volume sampah atau mengubah sampah menjadi bermanfaat antara lain pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan; (6) pengangkutan sampah yaitu tahap membawa sampah menuju ke tempat pembuangan akhir; (7) tempat pembuangan akhir sampah yaitu tempat untuk mengkarantinakan sampah kota hingga aman dari masyarakat. d. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah yang terpadu dapat didefinsikan sebagai teknik yang tepat dalam seleksi dan aplikasi, teknologi, program manajemen untuk mencapai tujuan khusus dan hasil yang diinginkan. Dalam implementasi program pengelolaan smapah dilibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan operasional pengelolaan sampah adalah : (a) turut menjaga kebersihan rumah dan lingkungan; (b) memilah sampah di sumber sampah; (c) menyediakan keranjang sampah di lingkungannya; (d) ikut serta dalam pengolahan sampah, misalnya dengan menurgani menggnakan kembali atau mendaur ulang sampah. e. Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan Dalam pengelolaan sampah seharusnya berwawasan lingkungan untuk mencegah dampak yang ditimbulkan. Hal ini secara tidak langsung memerlukan sebuah konsep manajemen siklus hidup yang terpadu, yang menunjukkan sebuah kesempatan untuk menggabungkan pembangunan dengna perlindungan terhadap lingkungan. Ada empat program yang terkait dengan pengelolaan sampah, yaitu : (a) mengurangi jumlah sampah; (b) meningkatkan penggunaan kembali sampah dan daur ulang yang berwawasan lingkungan; (c) mempromosikan TPA dan tempat pengolahan yang berwawasan lingkungan, dan (d) memperluas jangkauan pelayanan sampah. f. Landfill dan pembakaran Landfill atau penimbunan adalah cara dalam pembuangan akhir sampah. Berdasarkan penelitian, landfill adalah cara yang lebih mudah, sederhana dan efektif untuk sampah yang berjumlah besar. Pada proses pembakaran sederhana memerlukan 3 elemen dasar, yaitu (1) lamanya sampah berhubungan dengan udara; (2) tingkat campuran antara udara dan materi sampah; (3) temperatur pembakaran. Berdasarkan analisa cara pembakaran lebih menjanjikan dan meningkatkan ekonomi dalam operasi karena dapat mengurangi masalah kebutuhan akan lahan landfill.
V - 11 |
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
5.5.2. Peningkatan Manajemen Sampah yang Berkelanjutan a. Peningkatan Penanganan Sampah Dalam meningkatkan penanganan sampah perlu dilibatkan peran serta pemerintah, masyarakta dan sektor swasta sehingga pelayanan sampah bagi penduduk dapat tercapai. b. Ketergantungan pada Lahan Landfill Kapasitas lahan landfill yang terbatas yaitu sekitar 45% memberi pertimbangan akan pengurangan ketergantungan pada lahan landfill. 5.5.3. Reuse dan Recycling Reuse atau pemakaian kembali yaitu pemakaian kembali sisa produksi atau konsumsi untuk menjadi bahan dasar dari proses lainnya. Contohnya adalah produk dan materi yang dapat dipakai kembali. Recycling atau daur ulang adalah proses mengubah suatu produk menjadi materi dasar kembali untuk diproses menjadi produk baru. Kunci utama dalam mewujudkan program daur ulang adalah ketersediaan pasar yang sesuai dan memadai. 5.5.4. Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan a. Sistem kompos, karena sampah organik di perkotaan mencapai komposisi terbesar maka perlu dilakukan pula pengomposan pada sampah organik. b. Pengurangan Sampah Usaha dalam meminimalisasi jumlah sampah dimulai dengan pengurangan produksi sampah, yaitu mengurangi pemakaian materi yang berlebihan dalam proses produksi. Menghindari dan mengurangi sampah mempunyai dampak positif terhadap ekonomi, yaitu : (1) mengurangi biaya proses dan modifikasi peralatan; (2) menghemat materi yang dibutuhkan; (3) menghemat biaya transportasi; dan (4) menghemat biaya landfill. c. Energy recovery Isu yang terpenting dalam pengelolaan sampah adalah energi yang diperoleh kembali. Hal ini berkaitan dengan pembakaran sampah sebagai sumber bahan bakar.
V - 12 |
PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN – KABUPATEN KENDAL
5.6.
Manajemen Pengelolaan Sampah Kota yang Berorientasi Jangka Panjang yang Bersifat Berkesinambungan
Penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat ataupun industri tidak dilakukan, dengan manajemen yang baik sehingga pada suatu saat kaan timbul permasalahan sampah yang cukup besar baik dalam penanganannya ataupun dampak yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. Terutama untuk penanganan sampah kota yang dihasilkan oleh masyarakat, oleh pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Kendal sehingga pada waktu atau jangka waktu tertentu penanganan sampah sangat sulit karena menumpuknya berbagai macam persoalan mulai dari tempat untuk pembuangan akhir sampah, peralatan penanganan sampah, organiasasi penanganan sampah, saluran distribusi sampah ke tempat penampungan akhir, sampai dengan proses pengelolaan sampah di tempat penampungan akhir. Sampah di Kabupaten Kendal sangat kompleks sehingga harus disesuaikan dengan perencanaan manajemen sampah yang handal, berawal dari sumber perencanaan pada sumber sampah yaitu individu, industri, masyarakat sampai teknik pengelolaan sampah di tempat penampungan akhir yang dapat dimanfaatkan dengan baik melibatkan para pemulung, pemerintah, industri pengelola sampah, institusi pendidikan dan masyarakat maka masalah sampah dapat diselesaikan dengan baik. Manajemen sampah total adalah metode penanganan sampah yang secara integral dan berkesinambungan dengan berwawasan lingkungan. Manajemen sampah dengan beberapa penerapan prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dalam semua kegiatan ini dan permasalahan yang ada pada penanganan sampah kota yang dihasilkan oleh masyarakat. prinsip-prinsip manajemen sampah total berpedoman pada prinsip manajemen yang telah dikeluarkan oleh para ahli yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pengaturan dan pengontrolan.
V - 13 |