Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
REINFORCEMENT POSISITIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KOTA PEKANBARU RIAU ZALYANA Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau
Abstract This research is motivated by the importance of giving positive reinforcement in the learning of the Arabic language to students in the learning process in the classroom. This is due to the low motivation of students in learning of the Arabic language, therefore teachers have need to provide motivation in the form of reinforcement whether verbal or nonverbal. This research was conducted to know the form of positive reinforcement of what has been conducted by teachers of Arabic language at State Islamic Junior High School in the learning process in the classroom. To answer the question above the authors conducted interviews with the six teachers of Arabic language in three State Islamic Junior High School Pekanbaru. After the data is collected and analyzed by qualitative descriptive method with the percentage was found the results that teachers of Arabic language using varied reinforcement meaning that sometimes they are using verbal forms such as word ahsanta, jayyid, jayyid jiddan,; and sometimes in the form of non-verbal, such as; giving the smile, applause, and thumbs up. It turns out that giving these reinforcement have an effect to activity of students in learning Arabic. Kata Kunci: positive reinforcement, verbal, non-verbal, response, reinforcement.
A. Pendahuluan
Penguatan atau reinforcement dalam pembelajaran adalah sebagai bentuk respon, apakah bersifat verbal atau non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan juga dapat berarti respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|149
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
tersebut dimaksudkan untuk mengajar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.1 Reinforcement merupakan salah satu keterampilan dasar dalam mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru. Keterampilan dasar artinya adalah keterampilan standar yang harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru. 2 Bila dikaitkan dengan pembelajaran, keterampilan dalam melaksanakan reinforcement ini mutlak dilakukan dalam pembelajaran apa saja termasuk ketika guru melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Arab di kelas di semua jenjang pendidikan seperti SMP. Tsanawiyah. Madrasah Aliah, bahkan di SMA. hanya saja penggunaannya harus disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi. Di Madrasah Tsanawiyah baik Negeri maupun Swasta pembelajaran Bahasa Arab dilaksanakan dengan system All In One Syistem atau Nazariyatul Wahdah yang berarti bahwa pengajaran bahasa Arab di sekolah dilaksanakan dengan menyatukan seluruh komponen yang ada pada bahasa Arab tersebut. Dengan pengertian bahwa pembelajaran baik qiraah, kitabah, qawaid, dan muhadatsah dilaksanakan tidak dengan secara terpisah. Penggunaan penguatan (reinforcement) di dalam pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab dapat mempunyai pengaruh perilaku positif terhadap proses pembelajaran siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku dan siswa yang produktif. Penguatan dapat dilakukan oleh guru dalam berbagai bentuk baik verbal maupun non verbal. Berdasarkan kajian teoritis yang menjadi latar belakang di atas , peneliti telah melakukan kajian tentang bentuk Reinforcement yang telah dilaksanakan oleh guru Bahasa Arab yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah yang berada di Kota Pekanbaru . Permasalahan dalam kajian ini memfokuskan pada Bentuk Reinforcement apa saja yang telah dilakukan oleh guru dalam mengajarkan Bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Pekanbaru Riau.
1 2
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003, h. 80. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Jakarta, Prenada Media, 2005, h.
163.
150|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Pekanbaru yang meliputi Madrasah Tsanawiyah Negeri Andalan yang bertempat di jalan Patimura, Madrasah Tsanawiyah Negeri Simpang Tiga, dan Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Fajar. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Bahasa arab yang mengajar di tiga Madrasah tersebut yang berjumlah enam orang, karena populasinya terjangkau maka peneliti tidak menggunakan sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumen. Wawancara ditujukan kepada seluruh guru Bahasa Arab dengan tujuan ingin memperoleh data tentang Bentuk Reinforcement yang digunakan dalam mengajar Bahasa Arab. Observasi dilaksanakan dengan melihat langung proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Sedangkan dokumentasi ditujukan kepada Kepala Sekolah, Waka Kurikulum guna memperoleh
data tentang profil sekolah. Wawancara juga
ditujukan kepada siswa-siswi yang dilakukan secara acak perwakilan dari setiap kelas. Setelah data terkumpul dikelompokkan dan dipilah-pilah. Data yang langsung terkait dengan permasalahan disajikan dalam bentuk deskripsi sehingga memperoleh data yang benar-benar riil sesuai dengan kondisi di lapangan. Setelah data disajikan lalu dianalisis dan diambil kesimpulan. 1. Kajian Tentang Teori Belajar B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise). Dalam
merumuskan
teorinya,
Skinner
melakukan
percobaan
dengan
menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang dikenal dengan ”Skinner Box“. Peti yang digunakan sebagai sangkar tikus terdiri atas dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement, antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|151
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit. Dalam eksperimen Skinner, mula-mula tikus mengeksplorasi sangkar dengan cara berlari ke sana dan kemari, mencium benda-benda di sekitarnya, mencakar dinding. Aksi tersebut dinamakan “Emmited Behavior“ atau tingkah laku terpencar. Tanpa sengaja tikus menekan pengungkit, tekanan itu mengakibatkan munculnya butiranbutiran makanan ke dalam wadah. Butiran itu merupakan penguat (reinforcer), penekanan inilah yang dinamakan operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran makanan yang jatuh ke dalam wadah.
Reinfarcement ini bertitik tolak dari teori belajar Operant Conditioning dalam kelompok Behaviorisme. Operant adalah, sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa dilalui oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, akan tetapi tidak disengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya.3 Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung ,Rosdakarya, 1996, h.107-109
152|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll). 2. BF Skinner dan pembelajaran Bahasa. Percobaan Skinner seperti yang telah diuraikan di atas,
menetapkan dan
mengakui adanya penguatan/reinforcement. Skinner berkesimpulan bahwa apabila suatu perbuatan lebih sering terjadi, maka itulah penguatan positif, dan apabila penguatan itu tidak terulang lagi, maka itulah penguatan negatif. Menurut Skinner yang paling penting adalah mengulang-ulang stimuli dalam membentuk respon. Menurut Ellis seperti yang dijelaskan Acep Hermawan ,bahwa penganut Behavioris menjelaskan tingkah laku dengan mengamati peranan respon. Perbedaan stimuli ternyata menghasilkan perbedaan respon dari pembelajar bahasa atau belajar apa saja. Skinner menjelaskan bahwa belajar bahasa adalah stimulus, respon, ulangan dan ganjaran.Setiap penampilan anak selalu merupakan stimulus dan respon.Proses belajar dapat berjalan dengan baik apabila respon diulang secara tepat. Jadi belajar bahasa adalah stimulus-respon, penguatan/reinforcenet, ulangan dan tiruan.Cara ini menurut Skinner berlaku juga untuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing (termasuk bahasa Arab). 3. Penguatan (Reinforcement) Dalam Pembelajaran Menurut Soemanto yang dimaksud dengan pemberian penguatan(reinforcement) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Pemberian penguatan (reinforcement) ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar dan mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik itu. Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|153
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
terhadap siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu.4 4. Tujuan Pemberian Penguatan Menurut Mulyasa ada tiga tujuan pemberian penguatan yaitu: a) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. c) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku laku yang produktif Bentuk-bentuk Reinforcement Reinforcement yang dicetuskan oleh BF. Skinner terbagi kepada dua macam yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif. Reinforcement positif artinya sesuatu rangsangan yang memperkuat atau mendorong suatu respon atau tingkah laku tertentu. Penguatan ini dapat berupa reward (hadiah, ganjaran, pujian, dll) baik verbal maupun non verbal. Sebagai contoh pujian atau hadiah yang diberikan guru kepada siswa yang telah berhasil menyebutkan beberapa mufradat dalam Bahasa Arab dengan benar. Perlakuan tersebut memperkuat, mengarahkan, atau mendorong anak untuk belajar giat lagi. Sedangkan reinforcement negatif yaitu, stimulus yang mendorong untuk menghindari respon tertentu yang konsekwensinya atau dampaknya tidak memuaskan. Atau menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. sebagai contoh guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kelas jika muridnya menyelesaikan tugas rumah . Jika membersihkan kelas adalah tugas yang tidak menyenangkan, maka membebaskan murid dari tugas tersebut adalah sebuah reinforcer tingkah laku.5 Dilihat dari jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua katagori yaitu, reinforcement primer dan reinforcement sekunder. Reinforcement primer berupa kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya.
Sedangkan
reinforcement
sekunder
adalah
reinforcement
yang
diasosiasikan dengan reinforcement primer. Misalnyauang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya. Bagi siswa naik kelas mungkin mempunyai yang kecil bagi dirinya, 4
Raka Joni T dan Wardani, Keterampilan Memberi Penguatan, Jakarta; Depdikbud, 1984 h 22.
5
Baharuddin dan Esa Nurwahyuni. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruz,
Media, h, 73
154|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
sampai mereka melihat kebahagiaan dan kebanggaan orang tuanya yang diwujudkan dalam bentuk pemberian hadiah atau ucapan selamat, pelukan dan ciuman akan keberhasilannya naik kelas. Pelukan, ciuman selamat dan kebanggan orang tua dapat merupakan reinforcement primer, karena itu merupakan kebutuhan manusia. 5. Pandangan para ahli tentang reinforcement dalam pembelajaran Penganut teori behavioristik menjelaskan bahwa reward merupakan pendorong utama dalam belajar. Dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Arab, Reward dapat berdampak positif bagi anak yaitu menimbulkan respon positif, menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh dalam dirinya, menimbulkan perasaan senang dalam melakukan pekerjaan, menimbulkan antusias, percaya diri dan motifasi yang kuat. Sehubungan dengan pemberian reinforcement, al-Qabbasi berpesan agar guru menyayangi pelajar, bersikap lemah lembut, memberi nasehat, dan berperan sebagai pengganti orang tua anak. Ganjaran menurut al-Qabbasi bentuknya bersifat psikologis yang tercermin dalam sikap dan perlakuan guru terhadap siswa. Qabbasi didasari oleh hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:” Ya Allah barang siapa saja yang diserahi kekuasaan menyangkut urusan umatku. Lalu dia menyayangi mereka dalam urusan itu, maka sayangilah dia” 6 Terkait juga dengan di atas, bahwa iman al-Ghazali menjelaskan bahwa apabila anak menunjukkan suatu kemajuan, berakhlak terpuji, seharuskan guru mendukungnya dan memujinya guna menaikkan semangat dan harga dirinya.. 6. Bentuk-bentuk reinforcement dalam pembelajaran bahasa Arab Penerapan reinforcement positif dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilaksanakan dengan melakukan berbagai macam teknik. Teknik di sini bermakna caracara melakukan reinforcement positif. Raka Joni T. dan Wardani menjelaskan bahwa pemberian penguatan positif terhadap siswa dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu teknik verbal dan teknik non verbal.7 Bentuk verbal, adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata pujian atau penghargaan, atau kata-kata koreksi. Melalui kata-kata ini siswa akan tersanjung serta puas sehingga terdorong untuk giat dan aktif dalam belajar. 6 7
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisy,2004, h 82-83 Raka Joni dan Wardani, Keterampilan Memberikan Penguatan, Jakarta:Drpdikbud, 1994
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|155
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
Misalnya; ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dan siswa dapat menjawab benar, maka guru dapat memuji dengan mengatakan jawabanmu jayyid, ahsanta, mumtaz dan sebagainya. Bentuk non verbal. Teknik non verbal berarti penguatan yang diungkapkan dengan isyarat. Cara ini seperti melalui: Gestur tubuh, yaitu ungkapan mimik dan gerakan tubuh seperti senyum, acungan jempol atau tepuk tangan. Misalnya apabila mahasiswa selesai melakukan kegiatan muhadatsah di depan kelas, unjuk kegiatan tersebut diberi penguatan oleh dosen dengan mengjak mahasiswa lain bertepuk tangan sebagai penghargaan kepada mereka. Proximiti, yaitu dengan cara mendekati mahasiswa untuk menunjukkan perhatian dan rasa senang guru terhadap mereka. Contac, yaitu menepuk bahu, berjabat tangan karena keberhasilan siswa. Apabila juru atau dosen akan melakukan teknik ini, harus diperhatikan usia anak, norma agama, seperti guru pria dilarang menepuk bahu siswa putri terutama siswa pada jenjang SLTP ke atas. Teknik simbol atan benda seperti memberi komentar tertulis pada hasil PR, pemberian penghargaan, seperti mahasiswa yang juara lomba, pidato bahasa Arab diberi piagam atau hadiah lainnya. Penguatan dapat juga dilakukan pada peserta didik untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti siswa yang juara lomba pidato diminta berpidato bahasa Arab tersebut di depan teman-temannya. Prestasi ini diberi penguatan lanjutan misalnya menyuruh seluruh kelas bertepuk tangan atau berjabat tangan. Al-Ghazali berpendapat bahwa apabila seorang anak berprestasi maka orang tua atau pendidik termasuk guru mendukungnya di depan teman-temannya guna menaikkan harga diri dan menjadikan dia sebagai model bagi temantemannya.8 Keefektifan reinforcement dalam prilaku termasuk prilaku belajar bahasa Arab, tergantung pada berbagai faktor salah satunya adalah frekuensi pemberian
8
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Belajar Agama, Banding: Perpustakaan Bani Quralsy, 2003,
h;K2-k1
156|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
reinforcement. Ada empat jadwal pemberian reinforcement dalam belajar termasuk belajar bahasa Arab: Fixed Ratio (FR) artinya satu skidul pemberian yang diberikan setelah sejumlah prilaku misalnya, seorang guru mengatakan kalau siswanya dapat menyebutkan sepuluh mufradat bahasa Arab, siswa tersebut diperbolehkan istirahat lebih awal dari temannya. Variabel Ratio (VR). Sejumlah perilaku yang dibutuhkan. Bisa bermacammacam dan siswa tidak tahu perilaku mana yang dikuatkan. Fixed Interval (FI), diberikan ketika seseorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu. Misalnya seorang guru bahasa Arab akan memberikan penguatan setelah sepuluh menit atau lima menit sekali. Variabel Interval (VI), penguatan yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respon.9 Agar penguatan positif dapat meningkatkan aktifitas belajar, maka ada prinsipprinsip yang harus diperhatikan oleh pendidik bahasa Arab. Pertama: ketika guru atau dosen memberikan penguatan, tunjukkan sikap hangat dan antusias, bahwa penguatan itu benar-benar diberikan sebagai balasan atau respon yang diberikan siswa. Kedua: kebermaknaan, artinya penguatan hendaknya sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga siswa mengerti dan yakin bahwa mereka patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan tersebut bermakna baginya. Ketiga: bervariasi, penguatan yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan kebosanan sehingga tidak objektiflagi membangkitkan motivasi siswa. Keempat; lakukan penguatan dengan segera setelah munculnya respon tertentu
9
Baharuddin, Op.Cit, hl. 74
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|157
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
C. Pembahasan
Bentuk Reinfocement Positif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MTsN Kota Pekanbaru 1. Guru A10 Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada guru A bahwa sebelum memulai pelajaran bahasa Arab guru A selalu menjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tujuan dari pokok bahasan saat itu karena menurutnya cara tersebut dapat juga meningkatkan perhatian dan motivasi siswa belajar bahasa Arab. Selain itu Guru A juga sering menggunakan reinformant untuk meningkatkan
motivasi
bahasa
arab.
Sehubungan
dengan
bentuk
Reinforcement yang digunakan oleh guru A dapat dilihat berikut ini: - Bentuk Verbal, bentuk verbal adalah pemberian penguatan dengan kata atau kalimat. Dalam hal ini guru A memuji siswa dengan menggunakan kata jayyid, na’am, jawabanmu bagus.Kata-kata ini yang selalu digunakan karena menurutnya hasil kerja siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga belum layak untuk diberikan penghargaan dengan kata jayyid jiddan apalagi mumtaz,menurut guru A juga pemberian pujian harus disesuaikan dengan unjuk kerja siswa dan tidak berlebihan. - Bentuk Non Verbal, berarti penguatan yang diberikan dalam bentuk perbuatan. Guru A
selalu senyum ketika memasuki kelas, karena
menurutnya kesan pertama akan mempengaruhi motivasi siswa. Guru A selalu menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa jawaban siswa benar, sekali-sekali mengacungkan jempol, dan mengajak anggota kelas bertepuk tangan sebagai penghargaan atas prestasi temannya dan semua siswa kelihatan gembira dan bersemangat walaupun mereka tidak diberi hadiah berbentuk benda. Apabila siswa mengerjakan tugas guru A selalu menuliskan komentar di buku latihan siswa. Penguatan tersebut baik verbal maupun non verbal dilakukan segera setelah siswa merespon apa yang diinginkan oleh guru.
10
Wawancara dengan bapak H.Jamhurdin,S.Ag Selasa 22 Mei 2012 di MTsN Andalan
Pekanbaru.
158|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
Berdasarka keterangan di atas, guru A menggunakan reinforcement yang bervariasi, artinya dalam satu kesempatan dia menggunakan bentuk verbal dan kesempatan lain menggunakan bentuk non verbal. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari siswanya bahwa mereka senang belajar bahasa Arab karena gurunya tidak suka marah,bahkan selalu tersenyum kepada siswanya .Kadangkadang mereka
bernyanyi sambil bertepuk tangan,guru juga
bernyanyi
bersama. 2.
Guru B 11 Berdasarkan keterangan dari guru B bahwa semangat siswa untuk belajar
bahasa Arab tinggi walau kemampuan mereka terbatas. Siswa sering mengeluh bahwa bahasa Arab itu sulit, tapi saya, kata guru B tetap memberi motivasi kepada mereka,menjelaskan tujuan belajar bahasa Arab .Apapun hasil kerja mereka selalu saya hargai. Saya ajak mereka berbahasa Arab ketika meminta izin, mau bertanya, ataupun ketika bertemu dengan ustazahnya di luar kelas. Bentuk Verbal: Walaupun siswa selalu mengatakan bahwa bahasa Arab sulit, tetapi guru B tetap memberi semangat bahwa „ kamu bisa, kamu anak yang pintar. Tatkala siswanya dapat nilai bagus mereka dipuji dengan kata ahsanta, jayyid, bahkan sangat sering menggunakan kata naam untuk membenarkan jawaban siswa,sehingga siswa lainpun gembira dan tertarik untuk aktif dalam proses belajar. Bentuk Non verbal: guru B selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswanya. Walaupun siswanya tidak lancar berbahasa Arab tetapi bila siswanya mau berbicara bahasa Arab maka guru B menghargainya dengan dengan senyum sambil menganggukkan kepala, dan sekali-sekali mengajak siswa lain bertepuk tangan.Hasil latihan atau PR siswa selalu diberi nilai bahkan ditulis komentar dibawahnya yang memberi semangat kepada siswa. Guru B dan guru A
adalah team teaching bahasa Arab di MTsN
Andalan. Keduanya mengajar di kelas VII. Proses pembelajaran di kelas dilakukan secara bergantian dalam waktu yang bersamaan. Apapun kegiatan
11
. Wawancara dengan ibu Mesrianty,M.Ag Sabtu 19 Mei 2012 di MTsN Andalan Pekanbaru.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|159
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
yang dilakukan direncanakan bersama termasuk pemberian bentuk penguatan, waktu pemberian, dan kepada siapa penguatan diberikan. 3. Guru C12 Guru C menjelaskan bahwa siswanya sangat senang belajar bahasa Arab, terlebih lagi apabila dijelaskankan manfaat bahasa Arab baik dunia maupun akhirat. Walaupun siswa merasa bahwa bahasa Arab sulit apalagi ketika guru berbahasa arab di kelas, tetapi ketika disampaikan bagaimana cara belajar agar lebih mudah mereka terus bersemangat.Banyak hal yang dilakukan oleh guru C di kelas selain menggunakan strategi yang bervariasi ,guru C juga menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa belajar.Penguatan tersebut bermacam-macam baik verbaldan non verbal. Penguatan verbal: Ketika siswa merespon apa yang dikatakan guru, dan guru menganggap bahwa itu sesuai dengan yang diinginkan, guru selalu menggunakan kata ahsanta, Na‟am. Kata-kata yang selalu digunakan oleh guru C adalah jayyid. Non verbal: guru C jarang memberi komentar tetrtulis pada lembar kerja siswa atau PR ,hal ini dikarenakan jumlah siswa yang banyak, tetapi guru C selalu mengoreksi hasil kerja siswa dan memberi nilai sesuai dengan jawaban siswa. Sesekali guru memberikan hadiah dalam bentuk senyuman bukan dalam bentuk benda..Guru C selalu senyum ketika masuk ke dalam kelas, sesekali mengajak siswa bertepuk tangan sesaat setelah salah seorang siswa melakukan percakapan berbahasa Arab di depan kelas. Menurut keterangan guru C bahwa semangat siswa dalam belajar berubah-ubah oleh karena itu penguatan yang dilakukan oleh guru C tergantung pada situasi kelas, bisa di awal, di tengah jam pelajaran, dan di akhir pada saat evaluasi dan sebelum pelajaran berakhir. Guru C sering melakukannya diakhir jam pelajaran. Dan siswa sangat senang dan bersemangat setelah diberikan penguatan.
12
. Wawancara dengan ibu Dari Yusnita S.Pdi guru Bahasa Arab MTsN Bukit Raya Jumat 18
Mei 2012
160|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
4. Guru D 13 Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari guru D bahwa sebelum memulai pelajaran guru d selalu mengawalinya dengan menjelaskan tujuan karena dengan mengetahui tujuan siswa jadi termotivasi untuk belajar. Disamping itu guru D menggunakan bahasa Indonesia dalam mengajar dan sesekali menggunakan bahasa Indonesia, dan memberi penguatan dalam belajar . Ketika peneliti menanyakan penguatan bentuk apa yang digunakan maka guru D menjawab sebagai berikut: “Ketika siswa siswa saya mendapat nilai bagus, berhasil menjawab pertanyaan, saya terkadang memujinya dengan kata jayyid, naam, kadang-kadang lebih dari itu seperti jayyid jiddan, kerjaanmu bagus, kamu pintar dan sebagainya, semua itu saya lakukan untuk menghargai kerja siswa dan memotifasi siswa lain. Saya selalu memeriksa hasil kerja siswa apakah PR atau latihan mereka dan memberi nilai serta memberi komentar sesuai hasil kerja siswa. Bagi siswa yang hasil latihannya bagus terkadang hasil kerjanya diperlihatkan di depan teman-temannya sekelas. Bagi siswa yang dapat mengucapkan kata-kata bahasa Arab dengan benar sesekali saya mengacungkan jempol,di saat yang lain mengangguk kepala sebagai tanda bahwa jawaban siswa benar. Semua itu saya lakukan dengan ikhlas, dan segera setelah siswa menunjukkan perilaku yang diinginkan. Siswa-siswa sangat bersemangat dalam belajar setelah diberi penguatan walau saya tidak pernah memberi imbalan dalam bentuk hadiah.Demikian ungkap guru D:. Dan ketika peneliti menanyakan tentang waktu pemberian penguatan, guru D menjawab kadang setelah siswa menunjukkan perilaku yang diinginkan, kadang diakhir pelajaran. Dan ketika ditanyakan kepada siswa apakah guru bahasa Arab mereka pernah memberi hadiah , siswa menjawab belum pernah dalam bentuk benda tetapi hadiah dalam bentuk senyum sering.
13
Wawancara dengan ibu Mayfa Yeni guru Bahasa Arab MTsN Bukit Raya Senin 21 Mei
2012 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|161
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
5. Guru E 14 Ketika peneliti menanyakan kepada guru E tentang proses belajar bahasa Arab di kelas guru E menjelaskan bahwa diawal pelajaran guru sangat perlu menjelaskan tujuan belajar sesuai dengan topik.menjelaskan cara belajar yang
baik
,
dan
memotivasi
siswa
agar
mau
belajar
bahasa
arab.Menggunakan bahasa Arab sambil diterjemah ke bahasa Indonesia. Cara lain dapat dilakukan dengan memberi penguatan. Penguatan yang dilakukan oleh guru D adalah sebagai berikut: Bentuk verbal: guru E menggunakan kata ahsanta, jayyid, terkadang naam, terkadang jayyid jiddan , hasil kerjamu bagus. Bentuk non verbal: seperti senyum, anggukan kepala ketika membenarkan jawaban siswa, bertepuk tangan untuk memberi semangat, memberi komentar tertulis pada hasil kerja siswa. Yang belum dilakukan oleh guru E adalah memberi hadiah, karena takut menjadi kebiasaan. Walaupun siswa tidak diberi hadiah dalam bentuk benda, tetapi mereka cukup puas dengan kata pujian dan kesempatan yang diberikan guru kepada mereka. 6. Guru F15 Berdasarkan keterangan dari guru B bahwa semangat siswa untuk belajar bahasa Arab tinggi walau kemampuan mereka terbatas. Siswa sering mengeluh bahwa bahasa Arab itu sulit, tapi saya, kata guru B tetap memberi motivasi kepada mereka,menjelaskan tujuan belajar bahasa Arab . Apapun hasil kerja mereka selalu saya hargai. Secara bergantian menggunakan bahasa Arab dan Indonesia di kelas. Bentuk Verbal: Walaupun siswa guru B selalu mengatakan bahwa bahasa Arab sulit, tetapi guru B tetap memberi semangat bahwa „ kamu bisa, kamu anak yang pintar. Tatkala siswanya dapat nilai bagus mereka dipuji dengan kata ahsanta, jayyid, bahkan sangat sering menggunakan
14
. Wawancara dengan bapak Paula Rasyidin .S.Ag, guru bahasa Arab MTsN Bukit Raya Senin 21 Mei 2012 15 . Wawancara dengan bapak Masrun, S.Ag guru MTsN Muara Fajar Sabtu, 9 Juni 2012
162|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
kata naam untuk membenarkan jawaban siswa,sehingga siswa lainpun gembira dan tertarik untuk aktif dalam proses belajar. Bentuk Non verbal: guru B selalu tersenyum ketika bertemu dengan siswanya. Walaupun siswanya tidak lancar berbahasa Arab tetapi bila siswanya
mau berbicara bahasa Arab maka guru B menghargainya
dengan dengan senyum sambil menganggukkan kepala, dan sekali-sekali mengajak siswa lain bertepuk tangan.Hasil latihan atau PR siswa selalu diberi nilai bahkan ditulis komentar dibawahnya yang memberi semangat kepada siswa. Kepala sekolah MTsN Muara Fajar juga menjelaskan bahwa ke depan MTsN Muara Fajar merencanakan untuk menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari baik di kelas, interaksi dengan sesama teman di luar kelas, di kantin, di kantor bersama tenaga Tata Usaha, dan Tenaga Satpam.16 Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada keenam guru Bahasa Arab diperoleh keterangan sebagai berikut: -
Sebelum mengajar seluruh guru bahasa Arab menjelaskan tujuan belajar.
-
Guru Bahasa Arab menjelaskan cara belajar bahasa Arab yang baik
-
Guru bahasa Arab kadang menggunakan bahasa Arab kadang bahasa Indonesia, hanya 35% saja guru menggunakan bahasa Arab tanpa diselingi dengan bahasa Indonesia selama proses pembelajaran.
-
Guru bahasa Arab melakukan Reinforcement dalam bentuk verbal yaitu kata-kata pujian berupa ahsanta, naam, jayyid jiddan, hasil kerjamu bagus Memberikan penguatan dalam bentuk non verbal, seperti bertepuk tangan, menganggukkan kepala, memberi komentar tertulis pada hasil latihan siswa, dan selalu senyum. Di antara tiga Madrasah yang penulis teliti ternyata budaya senyum merupakan tingkah laku yang
16
.Wawancara dengan Kepala sekolah MTsN Muara Fajar Juliaris.S.Ag Sabtu 9 Juni 2012.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|163
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
harus selalu dibiasakan di MTsN Bukit Raya . hal ini tergambar pada pengembangan diri poin keteladanan.17 Berdasarkan keterangan juga bahwa keenam guru Bahasa arab tidak
pernah memberikan hadiah dalam bentuk benda karena
dikhawatirkan menjadi kebiasaan sehingga mengganggu motivasi belajar. Reinforcement yang dilakukan guru bahasa Arab baik verbal maupun non verbal ternyata membuat siswa bersemangat dalam belajar bahasa Arab, dan siswa menjadi bertambah aktif. Cara verbal dan non verbal dilakukan segera seperti setelah siswa Menunjukkan perilaku yang diinginkan,hanya guru C yang sering melakukan di akhir Pembelajaran. D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil wawancara dari enam orang guru Bahasa Arab diperoleh kesimpulan bahwa sebelum pelajaran dimulai keenam guru Bahasa Arab menjelaskan tujuan belajar bahasa Arab. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan dua bahasa yaitu Arab dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Frekwensi penggunaan bahasa Arab sebanyak 35% dan selebihnya menggunakan kedua-duanya secara bergantian. Reinforcement yang dilakukan berbentuk Verbal yaitu dengan kata-kata dan kalimat, serta berbentuk non verbal seperti menganggukkan kepala, senyum, tepuk tangan, dan unjuk kerja siswa. Artinya bahwa bentuk Reinforcementnya bervariasi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Reinforcement tersebut selalu dilakukan setelah siswa menunjukkan perilaku yang diinginkan. Dampak dari pemberian Reinforcement baik verbal maupun non verbal menjadikan siswa bersemangat dan senang belajar bahasa arab. Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan agar pemberian Reinforcement tersebut terus dilakukan dalam proses pembelajaran, dan guru senantiasa berusaha meningkatkan pemberian reinforcement positif agar motivasi belajar bahasa Arab terus meningkat.
17
164|
Kurikulum MTsN Bukit Raya Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
E. Daftar Bacaan
Abdul Chaer, Psikolinguistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Asri Budi Ningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2005. Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Aliah. B. Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta; PT Raja Grafindo, 2006. Baharuddin.H, dan Esa Nurwahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta; Arruz Media, 2007. Irawati Istiadi, Agar Hadiah dan Hukuman Efekt, Jakarta; Pustaka Inti. 2005. M. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung; Bani Quraisv. 2004. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung; Roscia Kirya, 2006. Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung; Remaja Rosda Karya, 1996. Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, Jogjakarta; Gajahmada University, 1996. Raka Joni T dan Wardani, Keterampilan Memberi Penguatan, Jakarta; Depdikbud, 1984. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2007 Thohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|165
Zalyana : Reinforcement Posisitif Dalam Pembelajaran Bahasa Arab……..
166|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014