Politikana Register▲Register supaya bisa kirim artikel, kirim foto, komentar, rating, dan ikut debat | Login Home Nasional Daerah Media Watch Pemilu '09 OOT Foto Headline Terbaru Debat Status Turut berdukacita atas meningga ... 13 Turut berdukacita atas meninggalnya sdr. Cibro, semoga amalnya diterima di sisiNya. 13 GaraMata: selamat kembali ke asal cibro ki baraja: selamat jalan cibro, do'a kami menyertaimu curiosity: rest in peace cibro prajnamu: Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu, dan memberimu tempat yang layak, dan keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan. Amin. le corbeau: selamat jalan cibro! aphiata: selamat jalan Cibro.. mudah2an suasana "di sana" lebih kondusif dan damai dibanding negri yang semrawut ini.. hiks... Don: Selamat Jalan Bung Cibro, semoga amal Bung Diterima di sisiNya dan KEluarga Tabah Dan Sabar Menghadapinya. Amin dizzman: Rest In Peace Bro, Ya Alloh, maafkan kekhilafan beliau hingga mengakhiri hidupnya seperti ini. warm: innalillahi.. met jalan bro.. L I Y N U: we miss u brother, rest in peace Smart: Selamat jalan Teman... bloeng: selamat jalan cibro.... Viator: selamat jalan, beristirahatlah dalam damai. Status page | Arsip x KPK SBY Pilpres kabinet ledakan RUU Rahasia Negara
Cari artikel...
Fakta di Balik Kriminalisasi KPK, dan Keterlibatan SBY 28 Penting +6
Kopas
17 jam yang lalu Apa yang terjadi selama ini sebetulnya bukanlah kasus yang sebenarnya, tetapi hanya sebuah ujung dari konspirasi besar yang memang bertujuan mengkriminalisasi institusi KPK. Dengan cara terlebih dahulu mengkriminalisasi pimpinan, kemudian menggantinya sesuai dengan orang-orang yang sudah dipilih oleh “sang sutradara”, akibatnya, meskipun nanti lembaga ini masih ada namun tetap akan dimandulkan. Agar Anda semua bisa melihat persoalan ini lebih jernih, mari kita telusuri mulai dari kasus Antasari Azhar. Sebagai pimpinan KPK yang baru, menggantikan Taufiqurahman Ruqi, gerakan Antasari memang luar biasa. Dia main tabrak kanan dan kiri, siapa pun dibabat, termasuk besan Presiden SBY. Antasari yang disebut-sebut sebagai orangnya Megawati (PDIP), ini tidak pandang bulu karena siapapun yang terkait korupsi langsung disikat. Bahkan, beberapa konglomerat hitam — yang kasusnya masih menggantung pada era sebelum era Antasari, sudah masuk dalam agenda pemeriksaaanya. Tindakan Antasari yang hajar kanan-kiri, dinilai Jaksa Agung Hendarman sebagai bentuk balasan dari sikap Kejaksaan Agung yang tebang pilih, dimana waktu Hendraman jadi Jampindsus, dialah yang paling rajin menangkapi Kepala Daerah dari Fraksi PDIP. Bahkan atas sukses menjebloskan Kepala Daerah dari PDIP, dan orang-orang yang dianggap orangnya Megawati, seperti ECW Neloe, maka Hendarman pun dihadiahi jabatan sebagai Jaksa Agung. Setelah menjadi Jaksa Agung, Hendarman makin resah, karena waktu itu banyak pihak termasuk DPR menghendaki agar kasus BLBI yang melibatkan banyak konglomerat hitam dan kasusnya masih terkatung –katung di Kejaksaan dan Kepolisian untuk dilimpahkan atau diambilalih KPK. Tentu saja hal ini sangat tidak diterima kalangan kejaksaan, dan Bareskrim, karena selama ini para pengusaha ini adalah tambang duit dari para aparat Kejaksaan dan Kepolisian, khususnya Bareskrim. Sekedar diketahui Bareskrim adalah supplier keungan untuk Kapolri dan jajaran perwira polisi lainnya. Sikap Antasari yang berani menahan besan SBY, sebetulnya membuat SBY sangat marah kala itu. Hanya, waktu itu ia harus menahan diri, karena dia harus menjaga citra, apalagi moment penahanan besannya mendekati Pemilu, dimana dia akan mencalonkan lagi. SBY juga dinasehati oleh orang-orang dekatnya agar moment itu nantinya dapat dipakai untuk bahan kampanye, bahwa seorang SBY tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. SBY terus mendendam apalagi, setiap ketemu menantunya Anisa Pohan , suka menangis sambil menanyakan nasib ayahnya.
Dendam SBY yang membara inilah yang dimanfaatkan oleh Kapolri dan Jaksa Agung untuk mendekati SBY, dan menyusun rencana untuk “melenyapkan” Antasari. Tak hanya itu, Jaksa Agung dan Kapolri juga membawa konglomerat hitam pengemplang BLBI [seperti Syamsul Nursalim, Agus Anwar, Liem Sioe Liong, dan lain-lainnya), dan konglomerat yang tersandung kasus lainnya seperti James Riyadi (kasus penyuapan yang melibatkan salah satu putra mahkota Lippo, Billy Sindoro terhadap oknun KPPU dalam masalah Lipo-enet/Astro, dimana waktu itu Billy langsung ditangkap KPK dan ditahan), Harry Tanoe (kasus NCD Bodong dan Sisminbakum yang selama masih mengantung di KPK), Tommy Winata (kasus perusahaan ikan di Kendari, Tommy baru sekali diperiksa KPK), Sukanto Tanoto (penggelapan pajak Asian Agri), dan beberapa konglomerat lainnya]. Para konglomerat hitam itu berjanji akan membiayai pemilu SBY, namun mereka minta agar kasus BLBI , dan kasus-kasus lainnya tidak ditangani KPK. Jalur pintas yang mereka tempuh untuk “menghabisi Antasari “ adalah lewat media. Waktu itu sekitar bulan Februari- Maret 2008 semua wartawan Kepolisian dan juga Kejaksaan (sebagian besar adalah wartawan brodex – wartawan yang juga doyan suap) diajak rapat di Hotel Bellagio Kuningan. Ada dana yang sangat besar untuk membayar media, di mana tugas media mencari sekecil apapun kesalahan Antasari. Intinya media harus mengkriminalisasi Antasari, sehingga ada alasan menggusur Antasari. Nyatanya, tidak semua wartawan itu “hitam”, namun ada juga wartawan yang masih putih, sehingga gerakan mengkriminalisaai Antasari lewat media tidak berhasil. Antasari sendiri bukan tidak tahu gerakan-gerakan yang dilakukan Kapolri dan Jaksa Agung yang di back up SBY untuk menjatuhkannya. Antasari bukannya malah nurut atau takut, justeru malah menjadi-hadi dan terkesan melawan SBY. Misalnya Antasari yang mengetahui Bank Century telah dijadikan “alat” untuk mengeluarkan duit negara untuk membiayai kampanye SBY, justru berkoar akan membongkar skandal bank itu. Antasari sangat tahu siapa saja operator –operator Century, dimana Sri Mulyani dan Budiono bertugas mengucurkan duit dari kas negara, kemudian Hartati Mudaya, dan Budi Sampurna, (adik Putra Sanpurna) bertindak sebagai nasabah besar yang seolah-olah menyimpan dana di Century, sehingga dapat ganti rugi, dan uang inilah yang digunakan untuk biaya kampanye SBY. Tentu saja, dana tersebut dijalankan oleh Hartati Murdaya, dalam kapasitasnya sebagai Bendahara Paratai Demokrat, dan diawasi oleh Eddy Baskoro plus Djoko Sujanto (Menkolhukam) yang waktu itu jadi Bendahara Tim Sukses SBY. Modus penggerogotan duit Negara ini biar rapi maka harus melibatkan orang bank (agar terkesan Bank Century diselamatkan pemerintah), maka ditugaskan lah Agus Martowardoyo (Dirut Bank Mandiri), yang kabarnya akan dijadikan Gubernur BI ini. Agus Marto lalu menyuruh Sumaryono (pejabat Bank Mandiri yang terkenal lici dan korup) untuk memimpin Bank Century saat pemerintah mulai mengalirkan duit 6,7 T ke Bank Century. Antasari bukan hanya akan membongkar Century, tetapi dia juga mengancam akan membongkar proyek IT di KPU, dimana dalam tendernya dimenangkan oleh perusahaannya Hartati Murdaya (Bendahara Demokrat). Antasari sudah menjadi bola liar, ia membahayakan bukan hanya SBY tetapi juga Kepolisian, Kejaksaan, dan para konglomerat , serta para innercycle SBY. Akhirnya Kapolri dan Kejaksaan Agung membungkam Antasari. Melalui para intel akhirnya diketahui orang-orang dekat Antasari untuk menggunakan menjerat Antasari. Orang pertama yang digunakan adalah Nasrudin Zulkarnaen. Nasrudin memang cukup dekat Antasari sejak Antasari menjadi Kajari, dan Nasrudin masih menjadi pegawai. Maklum Nasrudin ini memang dikenal sebagai Markus (Makelar Kasus). Dan ketika Antasari menjadi Ketua KPK, Nasrudin melaporkan kalau ada korupsi di tubuh PT Rajawali Nusantara Indonesia (induk Rajawali Putra Banjaran). Antasari minta data-data tersebut, Nasrudin menyanggupi, tetapi dengan catatan Antasari harus menjerat seluruh jajaran direksi PT Rajawali, dan merekomendasarkan ke Menteri BUMN agar ia yang dipilih menjadi dirut PT RNI, begitu jajaran direksi PT RNI ditangkap KPK.
Antasari tadinya menyanggupi transaksi ini, namun data yang diberikan Nasrudin ternyata tidak cukup bukti untuk menyeret direksi RNI, sehingga Antasari belum bisa memenuhi permintaan Nasrudin. Seorang intel polsi yang mencium kekecewaan Nasrudin, akhirnya mengajak Nasrudin untuk bergabung untuk melindas Antasari. Dengan iming-iming, jasanya akan dilaporkan ke Presiden SBY dan akan diberi uang yang banyak, maka skenario pun disusun, dimana Nasrudin disuruh mengumpan Rani Yulianti untuk menjebak Antasari. Rupanya dalam rapat antara Kapolri dan Kejaksaan, yang diikuti Kabareskrim. melihat kalau skenario menurunkan Antasari hanya dengan umpan perempuan, maka alasan untuk mengganti Antasari sangat lemah. Oleh karena itu tercetuslah ide untuk melenyapkan Nasrudin, dimana dibuat skenario seolah yang melakukan Antasari. Agar lebih sempurna, maka dilibatkanlah pengusaha Sigit Hario Wibisono. Mengapa polisi dan kejaksaan memilih Sigit, karena seperti Nasrudin, Sigit adalah kawan Antasari, yang kebetulan juga akan dibidik oleh Antasari dalam kasus penggelapan dana di Departemen Sosial sebasar Rp 400 miliar. Sigit yang pernah menjadi staf ahli di Depsos ini ternyata menggelapakan dana bantuan tsunami sebesar Rp 400 miliar. Sebagai teman, Antasari, mengingatkan agar Sigit lebih baik mengaku, sehingga tidak harus “dipaksa KPK”. Nah Sigit yang juga punya hubungan dekat dengan Polisi dan Kejaksaan, mengaku merasa ditekan Antasari. Di situlah kemudian Polisi dan Kejaksaan melibatkan Sigit dengan meminta untuk memancing Antasari ke rumahnya, dan diajak ngobrol seputar tekana-tekanan yang dilakukan oleh Nasrudin. Terutama, yang berkait dengan “terjebaknya: Antasari di sebuah hotel dengan istri ketiga Nasrudin. Nasrudin yang sudah berbunga-bunga, tidak pernah menyangka, bahwa akhirnya dirinyalah yang dijadikan korban, untuk melengserkan Antasari selama-laamnya dari KPK. Dan akhirnya disusun skenario yang sekarang seperti diajukan polisi dalam BAP-nya. Kalau mau jujur, eksekutor Nasrudin buknalah tiga orang yangs sekarang ditahan polisi, tetapi seorang polisi (Brimob ) yang terlatih. Bibit dan Chandra. Lalu bagaimana dengan Bibit dan Chandra? Kepolisian dan Kejaksaan berpikir dengan dibuinya Antasari, maka KPK akan melemah. Dalam kenyataannya, tidak demikian. Bibit dan Chandra , termasuk yang rajin meneruskan pekerjaan Antasari. Seminggu sebelum Antasari ditangkap, Antasari pesan wanti-wanti agar apabila terjadi apa-apa pada dirinya, maka penelusuran Bank Century dan IT KPU harus diteruskan. Itulah sebabnya KPK terus akan menyelidiki Bank Century, dengan terus melakukan penyadapanpenyadapan. Nah saat melakukan berbagai penyadapan, nyangkutlah Susno yang lagi terima duit dari Budi Sammpoerna sebesar Rp 10 miliar, saat Budi mencairkan tahap pertama sebasar US $ 18 juta atau 180 miliar dari Bank Century. Sebetulnya ini bukan berkait dengan peran Susno yang telah membuat surat ke Bank Century (itu dibuat seperti itu biar seolah–olah duit komisi), duit itu merupakan pembagian dari hasil jarahan Bank Century untuk para perwira Polri. Hal ini bisa dipahami, soalnya polisi kan tahu modus operansi pembobolan duit negara melalui Century oleh inner cycle SBY. Bibit dan Chandra adalah dua pimpinan KPK yang intens akan membuka skandal bank Bank Century. Nah, karena dua orang ini membahayakan, Susno pun ditugasi untuk mencari-cari kesalahan Bibit dan Chandra. Melalui seorang Markus (Eddy Sumarsono) diketahui, bahwa Bibit dan Chandra mengeluarkan surat cekal untuk Anggoro. Maka dari situlah kemudian dibuat Bibit dan Chandra melakukan penyalahgunaan wewenang. Nah, saat masih dituduh menyalahgunakan wewenang, rupanya Bibit dan Chandra bersama para pengacara terus melawan, karena alibi itu sangat lemah, maka disusunlah skenario terjadinya pemerasan. Di sinilah Antasari dibujuk dengan iming-iming, ia akan dibebaskan dengan bertahap (dihukum tapi tidak berat), namun dia harus membuat testimony, bahwa Bibit dan Chandra melakukan pemerasan. Berbagai cara dilakukan, Anggoro yang memang dibidik KPK, dijanjikan akan diselsaikan masalahnya Kepolisian dan Jaksa, maka disusunlah berbagai skenario yang melibatkanAnggodo, karena Angodo juga
selama ini sudah biasa menjadi Markus. Persoalan menjadi runyam, ketika media mulai mengeluarkan sedikir rekaman yang ada kalimat R1-nya. Saat dimuat media, SBY konon sangat gusar, juga orang-orang dekatnya, apalagi Bibit dan Chandra sangat tahu kasus Bank Century. Kapolri dan Jaksa Agung konon ditegur habis Presiden SBY agar persoalan tidak meluas, maka ditahanlah Bibit dan Chandra ditahan. Tanpa diduga, rupanya penahaan Bibit dan Chandra mendapat reaksi yang luar biasa dari publik maka Presiden pun sempat keder dan menugaskan Denny Indrayana untuk menghubungi para pakar hokum untuk membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). Demikian, sebetulnya bahwa ujung persoalan adalah SBY, Jaksa Agung, Kapolri, Joko Suyanto, dan para kongloemrat hitam, serta innercycle SBY (pengumpul duit untk pemilu legislative dan presiden). RASANYA ENDING PERSOALAN INI AKAN PANJANG, KARENA SBY PASTI TIDAK AKAN BERANI BERSIKAP. Satu catatan, Anggoro dan Anggodo, termasuk penyumbang Pemilu yang paling besar. Jadi mana mungkin Polisi atau Jaksa, bahkan Presiden SBY sekalipun berani menagkap Anggodo! Sumber: Fakta Kriminalisasi KPK Tag: KPK, Kriminalisasi KPK Sebarkan Facebook Twitter Digg Delicious MySpace
Terkait: Presiden ancam Anggodo ? 2 jam yang lalu Beda Demo Bayaran Dan Demo Beneran 5 jam yang lalu Disfungsi Wewenang Presiden ? 19 jam yang lalu « Sebuah Surat RAMALAN SENIN, 23 NOVEMBER 2009 »
Siapa saja yang merating artikel ini: ErwienSamantha: Basi adrikna: Keren prajnamu: Penting Bocah nDeso: Keren dadangus: Penting yusro: Bagus waliatin: Penting GaraMata: Lucu
akusuka: Keren Ibnu Muslim: Menarik Jauhari: Penting oscar: Biasa dandist: Penting anianjani: Biasa immortal combat: Biasa boiga: Menarik Ibnu Salam: Menarik ramaparasu: Copy Paste tejo: Menarik
Komentar: dizzman 1 suka | 0 17 jam yang lalu emang bener2 kopas, sudah pernah dibahas di http://politikana…m-kisruh-kpk adrikna 1 suka | 0 17 jam yang lalu Perlu pembuktian lebih jauh, tapi hati-hati akan lebih runyam lagi masalahnya, menyangkut citra Presiden bung! Harus jaim bener-bener, kita-kita apa DIE yang kudu jaim ye? ki baraja 0 1 tidak suka | 17 jam yang lalu dizzman: iya bang, mampir aja di lapak ane bang hehehe... dizzman 0 1 tidak suka | 17 jam yang lalu ki baraja: dah mampir bos, ditunggu jumat ya, kita bahas disitu Harbinger Of Death 2 suka, 1 tidak suka | 16 jam yang lalu Faktanya seharusnya ditarik lebih awal lagi. Bahwa Antasari sebenarnya bukanlah yang paling dijagokan/layak/bersih untuk masuk komisi, apalagi sampai jadi ketuanya. Calon kuat yang tersingkir oleh Antasari, adalah Saut Situmorang, seorang agen BIN. Dari titik ini, Saya menduga, dimulailah psy-war antara BIN dan KPK. Karena pada dasarnya, KPK adalah lembaga intelejen yang memiliki hak penuntutan, dan tidak harus
bertanggung jawab ke presiden. Kopas 0 0 14 jam yang lalu maaf jika memang basi, namun isu ini menurut saya benar-benar sangat penting dan berbahaya! sebab jika hal ini merupakan sebuah kebenaran, maka tidak ada lagi yang bisa kita harapkan dari negara ini kecuali sebuah REVOLUSI! Harbinger Of Death Apa yang Anda katakan makin memperjelas semuanya ... dadangus 2 suka | 0 12 jam yang lalu Kopas Jangan terlalu menghiraukan orang yang menganggap basi, Mas.. Bagi saya, dan banyak orang lain (saya percaya itu) isu ini sangat penting dan harus segera DISELESAIKAN.. Kalau ada informasi tambahan, harap segera diposting ya? Saya tunggu. Salam. waliatin 1 suka | 0 8 jam yang lalu SBY ... mau ke kanan salah, ke kiri salah, lurus salah, mundur selangkah ada jurang!! Revormasi jilid II, semoga segera terwujud!!AMINNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN prajnamu 1 suka | 0 8 jam yang lalu Harbinger Of Death: bagaimana dgn peran syamsir yg mantan BIN bung? GaraMata 1 suka | 0 8 jam yang lalu siapa yang ngarang nih? L I Y N U 1 suka | 0 7 jam yang lalu Harbinger Of Death: tambahan bung. Psy war ini diperburuk dengan di"legal"kanya KPK untuk melakukan penyadapan yang notabene di negara manapun yang diperbolehkan secara legal hanya kepolisian dan intelejen prajnamu 1 suka | 0 7 jam yang lalu L I Y N U: uu pemberantasan korupsi dan aturan2 kpk yg melegalkan itu. Konsideran uu menyebut ketidakmampuan polri-jaksa. Kalau polri-jaksa tdk suka, bisa ajukan uji materil ke mk, tho? L I Y N U 0 0 7 jam yang lalu prajnamu: jinak, jinak, jinak jinak, jinak, galak jinak, jinak, ngamuk galak, galak, ngamuk ngamuk, ngamuk, ngamuk check up, hipertensi, plan B prajnamu 0 0 7 jam yang lalu Kesimpulannya?
L I Y N U 0 0 7 jam yang lalu prajnamu: ya itu kesimpulannya Plan B Andre P. Siregar 1 suka | 0 7 jam yang lalu Tulisannya bagus, tapi ini yang tulis Bung Kopas bukan? Memang di akhir artikel disebutkan sumbernya, tapi ini kurang tepat menurut saya, karena tulisan di Politikana ini jiplak habis dari sumber awal di faktakriminalisas…ordpress.com karya "Rina Dewreight". Maaf kalau Kopas juga adalah Rina Dewreight. Kalau bukan, sebaiknya disebutkan di awal bahwa tulisan di Politikana ini adalah jiplakan dari asalnya. akusuka 0 0 7 jam yang lalu Kopas: Sikap Antasari yang berani menahan besan SBY, sebetulnya membuat SBY sangat marah kala itu. Hanya, waktu itu ia harus menahan diri, karena dia harus menjaga citra, apalagi moment penahanan besannya mendekati Pemilu, dimana dia akan mencalonkan lagi. Dendam SBY yang membara inilah yang dimanfaatkan oleh Kapolri dan Jaksa Agung untuk mendekati SBY, dan menyusun rencana untuk “melenyapkan” Antasari. @irwan: wah ... wah ... menarik kalau SBY beneran dendam ... akusuka 0 0 7 jam yang lalu wah salah nickname ... seharusnya akusuka: prajnamu 0 0 7 jam yang lalu akusuka: lila 1 suka | 0 5 jam yang lalu Tulisan ini bisa menjelaskan kenapa SBY memilih jendral polisi (purn) Sutanto menjadi KaBIN. Di rapat kerja DPR yl Sutanto mau lebih fokus ke urusan ekonomi, dibahas di http://politikana…torekonomi. Di situasi seperti inil pengawasan Intelijen Kalibata dalam urusan kasus Bank Century, dan Mafia peradilan, bisa jadi hanya untuk operasi menghapus jejak pak Lurah. prajnamu 0 0 5 jam yang lalu lila: Great. Thanks atas pencerahannya. Kopas 0 0 4 jam yang lalu akusuka sekali lagi saya mohon maaf, tulisan ini asli kopas dari situs tersebut dan saya bukan penulis aslinya. saya sangat concern dengan tulisan ini, itu sebabnya saya buat kopasnya di politikana.com agar lebih diperhatikan mengingat situs ini adalah situs satu2nya saat ini yang bisa mengangkat isu bukan tidak mungkin isu ini akan meluas menjadi isu berbahaya bagi negara, dan penulis serta siapa saja yang menyebarkannya bisa masuk bui karenanya. itu sebabnya, saya membuat user samaran KOPAS, suatu hal yang saya semasekali tidak pernah lakukan. saya sebenarnya tidak terbiasa menulis dengan nama samaran apalagi hanya sekedar mengkopas. hal ini saya lakukan karena terus terang, saya bisa membaca apa akibatnya bagi penyebar
tulisan ini. kepada politikana.com, saya juga meganjurkan untuk menghapus tulisan ni tanpa segan, JIKA memang tulisan ini mengancam keberadaan politikana.com. dandist 1 suka | 0 4 jam yang lalu Hhhmmm... diliat dari segi cerita sih sangat menarik. Tapi ada beberapa hal yang masih belum saya mengerti. 1. Pemimpin KPK yang ngangkat kan presiden atau bukan? Kalau iya, seharusnya presiden udah tau seluk beluk orang yang diangkatnya. Kalau dia bisa bikin gara-gara interconnection-nya ngapain juga diangkat. 2. Skenario yang sangat panjang, tapi kyaknya masih banyak yang miss. tetep berkaitan dengan pak pres. Kok kyaknya pak pres gak ikut dalam rencana ya? soalnya secara gak langsung presiden kena imbas dari rencana untuk kriminalisasi KPK. 3. Indonesia bahkan di dunia sudah menjadi panggung sandiwara besar. Siapa sih kira" dalang atau sutradara dari semua pertunjukan ini? Kopas 0 0 4 jam yang lalu dandist 1. seingat saya atas usulan dari DPR, cmiiw. 2. dari tulisan diatas sebenarnya sudah jelas, SBY dimanfaatkan dan sikap lambatnya dalam melakukan tindakanan membuat isu ini menjadi bola liar. 3. hampir semua negara memiliki 'negara' didalamnya, itu teorinya jadi dalangnya tetu merekamereka itu. akusuka 0 0 3 jam yang lalu Kopas: sekali lagi saya mohon maaf akusuka: kamsudnya apa ya? wong saya rating "keren" kok. hari gini masih maen culik? anda nonton film "enemy of the state" deh ... * entar habis nonton anda jadi ketakutan ... Kopas 0 0 3 jam yang lalu akusuka Maksudnya, maaf karena saya bukan Rina Dewreight
Dan saya pun tidak mengenal penulis tersebut.
Mungkin kita semua harus berusaha untuk mencari tahu siapa Rina Dewreight ini. Atau jangan-jangan nama Rina Dewreight juga adalah sebuah nama samaran. Tapi samaran atau bukan, yang perlu di teliti dari tulisan ini adalah kebenarannya. Apakah memang benar begitu? lila 0 0 3 jam yang lalu Kopas: "Tapi samaran atau bukan, yang perlu di teliti dari tulisan ini adalah kebenarannya. Apakah
memang benar begitu? " setuju banget ramaparasu 0 0 2 jam yang lalu aduh, sayang copas.. Silahkan login untuk memberikan pendapat. Tentang Politikana... ↓ × Tempat buat kita ikut bicara dan berbuat tentang “politik” dalam arti yang luas. Di sini Anda bisa: Memposting berita & opini Mempublikasikan foto teraktual Menyatakan pendapat Memvoting artikel & foto Mari register untuk beraktivitas di sini!
Debat: Meski telah mendengarkan rekaman percakapan Anggodo dengan Polisi dan Jaksa, Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri, bilang Polisi belum cukup bukti untuk menahan Anggodo (82% Tidak) 28 Ya: Kalau Jaksa Agung, Kapolri langsung menahan kan salah juga. Untuk melakukan suatu penahanan, diperlukan bukti yang cukup sehingga nantinya tidak akan ada kesalahan-kesalahan prosedur penahanan. “Kami belum cukup bukti. Pemeriksaan jalan terus ,” kata Menkum HAM Patrialis Akbar.
Patrialis Akbar, Menteri Hukum dan HAM Tidak: Saya kira semestinya rekaman itu sudah bisa jadi alat bukti yang cukup kuat ya untuk menahan Anggodo. Isi rekaman mengindikasikan upaya penyuapan oleh Anggodo melalui Ary Muladi.
Irjen Pol (Purn). Prof. Dr. Farouk Muhammad, Mantan Gubernur PTIK Silahkan login untuk memberikan pendapat.
Penulis Tamu:
PETISI Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi (KOMPAK) fadjroel rachman - Kamis, 12 Nov '09 Gerakan Sosial Digital Roby Muhamad - Kamis, 5 Nov '09 Fadjroel: Tangkap Ritonga dan Susno fadjroel rachman - Kamis, 5 Nov '09 Deklarasi Perdana:FADJROEL RACHMAN CALON PRESIDEN INDEPENDEN 2014 fadjroel rachman - Kamis, 29 Okt '09 Menteri ekonomi milik ekonom-cum-politikus! Sonny Mumbunan - Senin, 26 Okt '09 Artikel tamu yang lain »
Pilihan Moderator: Kenapa Saya Menghapus Artikel: Cibro, Nasibmu Nak!! Reposting: Cibro, Nasibmu Nak Sebuah Kebimbangan
ilmu76 - Selasa, 17 Nov '09
jeung Medya - Selasa, 17 Nov '09
L I Y N U - Senin, 16 Nov '09
Ujian Nasional dan Menteri Baru; Mengecewakan
umbaran - Sabtu, 14 Nov '09
No Electricity is More Expensive than Expensive Electricity Para Pahlawan yang 'Diciptakan' Pahlawan, Maafkan Kami....
l. wiji widodo - Rabu, 11 Nov '09
kalangwan - Senin, 9 Nov '09 l. wiji widodo - Senin, 9 Nov '09
Indonesia, Pelopor Lahirnya Revolusi Sistem Pengadilan di abad TI Wawancara Eksklusif dengan Anggodo Widjojo Tim Independen, untuk Siapa? Artikel pilihan yang lain »
untinisa - Sabtu, 7 Nov '09
leviathan - Sabtu, 7 Nov '09
Rusdi Mathari - Selasa, 3 Nov '09
Politikana adalah sahabat dagdigdug Tentang Kami FAQ Help Blog Ketentuan Layanan Kontak Kami Rumahweb Laporkan ke Moderator ×
Login Dengan login Anda dapat memanfaatkan berbagai fitur Politikana.
E-mail Password Ingat saya | Lupa Password? Login
Apakah ada masalah dengan login? Mohon kontak kami.
Jika belum punya login, silahkan mendaftar melalui halaman registrasi. Inspiratif +1 Keren +1 Terkini +1 Penting +1 Lucu +1 Menarik +1 Bagus +1 Biasa +0 Jelek -1 Basi -1 Bosenin -1 Gak Penting -1 Promosi Diri -1 Copy Paste -1 Cari Masalah -1