REDESIGN TAPAK ENTRANCE DAN AKSES MASUK MENUJU CLUB HOUSE DI PADANG GOLF MATOA NASIONAL COUNTRY CLUB, CIGANJUR, JAKARTA SELATAN
INTAN PERMATASARI A34204027
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
RINGKASAN INTAN PERMATASARI. A34204027. Redesign Tapak Entrance dan Akses Masuk Menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional Country Club, Ciganjur, Jakarta Selatan. (Dibimbing oleh Andi Gunawan) Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN) merupakan salah satu lapangan golf yang mempunyai ciri khas tersendiri dari lapangan-lapangan golf lainnya yang ada di Indonesia. Ciri khas tersebut yaitu adanya tanaman matoa dan beberapa tanaman buah-buahan yang ada pada area non permainan. Seiring dengan perkembangannya, telah timbul beberapa permasalahan pada tapak diantaranya telah terjadi perubahan desain terutama di bagian entrance/pintu masuk PGMN dan akses masuk menuju Club House. Perubahan desain tersebut terjadi karena adanya kebijakan manajemen yang selalu berubahubah. Sehingga diperlukan suatu desain ulang di area entrance dan akses masuk menuju Club House, penataan ulang vegetasi, serta perbaikan elemen-elemen lanskap lainnya. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendesain ulang tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN) dengan mempertimbangkan keinginan pengguna dan konsep dasar desain sebelumnya. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Nopember 2008 di Padang Golf Matoa Nasional Country Club. Studi ini difokuskan pada perancangan area entrance dan akses masuk menuju Club House. Dalam proses perancangan, penelitian ini dibatasi sampai pada planting plan, namun tidak sampai menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan mengikuti proses yang dikemukakan oleh Rachman (1984) yaitu proses perencanaan dan perancangan. Proses tersebut dimulai dengan tahapan inventarisasi atau pengumpulan data, proses dalam pencarian masalah atau kendala dan potensi yang ada pada tapak yang kemudian mencari solusi dalam mengatasi masalah atau meminimalkan masalah serta memanfaatkan potensi yang ada pada tapak (analisis-sintesis), dari hasil analisis dan sintesis maka akan ditentukan suatu konsep yang merupakan tahap dalam mewujudkan tapak dengan ide tertentu sesuai dengan fungsi dan tujuan yang akan dikembangkan. Setelah memperoleh konsep dilanjutkan dengan tahap perencanaan dan perancangan. Pada tahap ini pengembangan konsep dituangkan dalam bentuk site plan yang didalamnya terdapat ide-ide dalam mengatur tata ruang, sirkulasi, tata hijau, aktivitas manusia, tata letak fasilitas dan utilitas. Hasil penelitian ini berupa desain area entrance dan akses masuk menuju Club House. Konsep dasar desain tapak ini adalah menciptakan suasana sejuk, mencegah terjadinya erosi, sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta Selatan, dan menciptakan iklim mikro yang baik bagi daerah sekitarnya dengan mengembangkan potensi yang ada pada tapak dan mengendalikan atau meminimalkan kendala atau masalah yang ada pada tapak. Konsep dasar tersebut kemudian dikembangkan kedalam konsep tata ruang, konsep tata hijau, dan konsep fasilitas dan utilitas.
3
Desain tata ruang yang dikembangkan dalam tapak terdiri dari ruang penerimaan, ruang sirkulasi, dan ruang penyangga. Ruang penerimaan merupakan tempat dimana ketika para pengunjung memasuki kawasan perencanaan, maka pengunjung terlebih dahulu akan memasuki ruang penerimaan. Konsep dari ruang penerimaan ini harus dapat memberikan kesan menyambut dari luar tapak ke dalam tapak dan di dalam ruang penerimaan harus terdapat identitas atau ciri khas yang membedakan ruang ini dengan area luar di tapak, sehingga dapat menimbulkan kesan bagi para pengunjung. Pada ruang penerimaan terdapat dua pintu utama yang merupakan pintu masuk sekaligus pintu keluar serta terdapat identitas atau ciri khas yang ditimbulkan melalui penataan dan penggunaan tanaman serta fasilitas tertentu seperti signage. Tanaman yang digunakan dalam ruang penerimaan merupakan tanaman yang memiliki fungsi identitas dari lapangan golf ini. Tanaman tersebut adalah pohon matoa (Pometia pinnata) yang berasal dari daerah Papua. Jalur sirkulasi merupakan tempat untuk melakukan pergerakan atau perpindahan manusia, barang, jasa maupun informasi dari suatu titik menuju titik yang lainnya, baik dengan cara berjalan, berkendaraan, atau dengan alat penggerak/pemindah lainnya. Konsep sirkulasi akan mengikuti pola desain yang direncanakan dan mempertimbangkan bahan yang akan digunakan sesuai dengan fungsi dari jalur tersebut sehingga diharapkan pengguna merasa nyaman saat menggunakan jalur sirkulasi. Ruang sirkulasi pada tapak terdiri dari ruang sirkulasi kendaraan utama, path, dan pejalan kaki. Ruang penyangga berfungsi untuk menyangga areal yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Di dalam ruang penyangga, elemennya didominasi oleh vegetasi yang mempunyai fungsi fisik baik sebagai ekotis-naungan, pembatas atau barrier maupun untuk kontrol visual. Rencana tata hijau diwujudkan dalam rencana penataan vegetasi peletakan pohon disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta fungsi area tapak. Tata hijau dikembangkan lagi berdasarkan fungsi dan manfaat masing-masing vegetasi yang ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan pada tapak. Tata hijau yang dikembangkan dalam tapak meliputi: tata hiaju identitas, tata hijau penyangga, tata hijau estetis, dan tata hijau konservasi. Tanaman yang digunakan untuk mengisi ruang antara lain terdiri atas tanaman identitas, tanaman peneduh, tanaman hias/ornumental, tanaman kehutanan, dan tanaman buah-buahan. Pada tata hijau identitas, tanaman utama yang digunakan adalah pohon matoa (Pometia pinnata) yang menjadi simbol dari tempat ini, sehingga nama padang golf ini diambil dari nama pohon tersebut. Pada tata hijau penyangga, vegetasi digunakan sebagai pembatas ruang (barrier), dan sebagai pembatas atau penyangga yang berada di tengah-tengah jalur sirkulasi kendaraan bermotor yang menjadi penghubung antara ruang penerimaan dengan ruang parkir. Vegetasi yang digunakan pada tata hijau penyangga antara lain: Heliconia sp, Zephyranthes grandiflora, Coleus blumei, Torenia fournieri, Tagetes patula, Lavandula angustifolia, Cordyline terminalis, Chlorophytum sp, Codiaeum sp, Iresine herbstii, Cuphea sp, Ixora cocinea, Nemophila menziesii, Duranta sp, Canna indica, Cleome hasslerana, Hydrangea macrophylla, Dahlia variabilis, dan Euphorbia mili. Pada tata hijau estetis, vegetasi yang digunakan berfungsi untuk memberikan keindahan pada tapak dan dapat meningkatkan kualitas visual tapak serta mencegah kesan monoton bagi pengguna. Vegetasi yang memiliki kriteriakriteria tersebut adalah Tagetes patula, Gomphrena glabosa, Kalanchoe
4
grandiflora, Vinca rosea, Cleome hasslerana, Althernantera paronychioides, Arachis pintoi, Cinnamomun burmanii, Agave angustifolia, Coleus blumei, Lantana camara, Dietes bicolor, Petunia grandiflora, Duranta sp, dan Chlorophytum sp. Tata hijau konservasi berfungsi untuk menciptakan iklim mikro yang baik, penahan erosi, menciptakan suasana sejuk, sebagai ruang terbuka hijau, dan diharapkan dapat memberikan habitat burung maupun serangga. Vegetasi yang digunakan dalam tata hijau konservasi antara lain: Artocarpus communis, Maniltoa grandiflora, Bauhinia blakeana, Cassia surattensis, Jacaranda acutifolia, Clerodendrum quadriloculare, Lagerstromia indica, dan Polyathia longifolia. Fasilitas yang akan dikembangkan dalam tapak merupakan fasilitas penunjang bagi para pengunjung dan merupakan fungsi pada masing-masing ruang. Fasilitas yang akan dibangun harus dapat mengakomodasi semua aktivitas pengguna dan dapat memberikan kenyamanan pengguna dalam tapak. Dalam memilih bahan untuk fasilitas yang akan dibangun harus mempertimbangkan tata letak, bahan yang digunakan harus beradaptasi terhadap iklim dan tidak mudah rusak serta harus memperhatikan segi fungsional dan keindahannya. Fasilitas yang akan di tempatkan pada tapak meliputi fasilitas sirkulasi (jalur kendaraan dan path), dan fasilitas lainnya seperti pos keamanan yang terletak di area penerimaan, lampu penerangan yang akan ditempatkan di beberapa titik tertentu yang diperlukan, dan signage yang terletak di area entrance. Khusus untuk pos keamanan akan tetap mempertahankan kondisi awal. Signage pada tapak terdapat dua buah yang diletakkan pada taman gerbang yang berada di luar area pintu masuk PGMN dan pada taman gerbang yang berada di dalam kawasan PGMN. Desain signage yang berada di luar area pintu masuk PGMN terbuat dari susunan batu bata dan beton yang membentuk tulisan “MATOA GOLF” dan berwarna hijau, sedangkan signage yang berada di dalam kawasan PGMN dibuat dari susunan batu bata yang di semen dan di cat dasar warna putih. Lampu penerangan pada tapak terdapat di area penerimaan, taman gerbang, jalur hijau, dan area parkir. Lampu penerangan ini dibuat menggunakan besi pipa coklat dengan diameter 4 cm dan tinggi 3 m. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar dengan tingkat pencahayaan 15 – 1000 watt. Path yang dibuat pada tapak didesain dengan pola organik dan dibuat dengan lebar 2,25 m. Pola organik pada path bertujuan untuk menciptakan kesan santai, sehingga pengguna tapak akan memperlambat pergerakannya dan menikmati pemandangan yang disajikan di area sekitar path, yaitu adanya taman gerbang.
5
REDESIGN TAPAK ENTRANCE DAN AKSES MASUK MENUJU CLUB HOUSE DI PADANG GOLF MATOA NASIONAL COUNTRY CLUB, CIGANJUR, JAKARTA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
INTAN PERMATASARI A34204027
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 20 Oktober 1986, dari pasangan Eddy Sunaedhi dan Siti Maemunah. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Aisyah pada tahun 1991-1992. Kemudian pada tahun 1992-1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Karangsembung. Pada Periode 1998-2001 penulis melajutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Karangsembung. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lemahabang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi anggota Klub Seni dan Budaya, Garden and Decoration Club (GREDA-C) pada tahun 2004-2005. Pada tahun 2006-2007 penulis pernah dipercaya menjadi bendahara organisasi mahasiswa daerah Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC). Penulis juga pernah menjadi asisten mahasiswa untuk mata kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap (ARL 200) pada tahun 2008.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Pertanian, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini telah dilaksanakan di Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN). Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberi petunjuk, nasihat, bimbingan, dan saran kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Keluargaku tersayang, Almarhum Papah, Mamah, Ceu-ceu, Aa, Teteh, A Iman serta Fadhli yang selalu dengan tulus mendoakan dan memberikan semangat serta pengorbanan yang tidak terkira kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, wawasan, saran, dan arahan dalam rangka pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. Kaharudin Azis dan Bapak Sofyan Idup beserta Keluarga Besar PGMN atas bantuan data dan informasi mengenai lokasi penelitian. 4. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, M.Sc. dan Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST. MT. selaku dosen penguji skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan. 5. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan bagi pihak PGMN dalam memperbaiki, mengembangkan dan membangun kembali lanskap tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House serta dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum.
Bogor, September 2009 Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ...................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan .............................................................................................................2 Manfaat ...........................................................................................................2 Kerangka Pikir ................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 Golf ................................................................................................................4 Lapangan Golf .................................................................................................4 Desain Lanskap ............................................................................................... 8 Prinsip Desain ........................................................................................9 Elemen Desain .....................................................................................10 Elemen Lanskap ...................................................................................14 METODOLOGI .....................................................................................................18 Lokasi dan Waktu .........................................................................................18 Batasan Studi.................................................................................................19 Metode Penelitian..........................................................................................19 Inventarisasi .........................................................................................19 Analisis dan Sintesis ............................................................................21 Konsep .................................................................................................21 Perancangan .........................................................................................21 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................23 Kondisi Umum .............................................................................................. 23 Sejarah Perusahaan...............................................................................23 Struktur Organisasi Perusahaan ...........................................................23 Aspek Fisik dan Biofisik ......................................................................25
iii
Aspek Sosial dan Ekonomi ..................................................................31 Aspek Teknik .......................................................................................37 Inventarisasi Tapak .......................................................................................48 Analisis dan Sintesis .....................................................................................50 Konsep Desain .............................................................................................. 52 Konsep Dasar .......................................................................................52 Konsep Tata Ruang ..............................................................................52 Konsep Tata Hijau................................................................................54 Konsep Fasilitas dan Utilitas ................................................................ 56 Rencana Tapak .............................................................................................. 57 Rencana Tata Ruang ............................................................................57 Rencana Aktivitas ................................................................................60 Rencana Tata Hijau ..............................................................................60 Rencana Fasilitas ..................................................................................62 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................68 Kesimpulan ...................................................................................................68 Saran ..............................................................................................................68 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................69 LAMPIRAN ...........................................................................................................71
iv
DAFTAR TABEL 1.
Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Tapak ........................................20
2.
Jenis, Jumlah, dan Luas Fasilitas di PGMN ...................................................38
v
DAFTAR GAMBAR 1.
Kerangka Pikir Penelitian .................................................................................3
2.
Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf Strategik, Penal, dan Heroik ................7
3.
Tipe Lapangan Golf 18 Hole ............................................................................7
4.
Pencampuran Warna Murni dengan Warna Kutub .........................................14
5.
Peta Lokasi Penelitian .....................................................................................18
6.
Bagan Proses Desain .......................................................................................22
7.
Struktur Organisasi Departemen Golf Cours Maintenance ............................25
8.
Site Plan PGMN ............................................................................................. 26
9.
Arboretum di PGMN ......................................................................................27
10. Wetland di PGMN...........................................................................................28 11. Pohon Matoa (Pometia pinnata) .....................................................................30 12. Persentase Tujuan Lain Responden dalam Mengunjungi PGMN ..................33 13. Persentase Alasan Responden dalam Memilih PGMN ...................................33 14. Persentase Partner Responden dalam Bermain Golf......................................34 15. Persentase Penilaian Responden .....................................................................34 16. Persentase Daya Tarik PGMN Menurut Responden ......................................35 17. Persentase Kekurangan Lanskap Golf Non Permainan ..................................35 18. Persantase Jenis Tanaman yang Diinginkan Responden ................................ 36 19. Club House PGMN .........................................................................................39 20. Driving Range PGMN ....................................................................................39 21. Bangku Istirahat .............................................................................................. 40 22. Shelter .............................................................................................................41 23. Halfway ...........................................................................................................41 24. Practice Green ................................................................................................ 42 25. Path .................................................................................................................43 26. Nursery Lanskap ............................................................................................. 44 27. Nursery Grassing ............................................................................................45 28. Pompa Air PGMN...........................................................................................46 29. Pola Sistem Drainase di PGMN......................................................................47 30. Gardu Listrik PLN PGMN ..............................................................................47
vi
31. Bangunan Pos Satpam yang Berada di Area Entrance ...................................49 32. Jalur Masuk Menuju Club House ...................................................................49 33. Area Pemeliharaan di PGMN .........................................................................50 34. Konsep Tata Ruang .........................................................................................53 35. Konsep Tata Hijau ..........................................................................................54 36. Konsep Fasilitas dan Utilitas ..........................................................................56 37. Ilustrasi Welcome Area ...................................................................................57 38. Ilustrasi Jalur Sirkulasi ....................................................................................58 39. Ilustrasi Ruang Penyangga ..............................................................................59 40. Ilustrasi Entry Signage (1) pada Welcome Area .............................................63 41. Ilustrasi Entry Signage (2) pada Welcome Area .............................................64 42. Ilustrasi Path ...................................................................................................66 43. Ilustrasi Lampu Penerangan ............................................................................67
vii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar Koleksi Tanaman di PGMN ................................................................ 72
2.
Daftar Tanaman dalam Redesign Kawasan Entrance dan Akses Masuk menuju Club House ........................................................................................75
3.
Form Kuisioner Penelitian ..............................................................................78
4.
Hasil Kuisioner Pengunjung PGMN ............................................................... 81
5.
Kondisi Eksisting ............................................................................................84
6.
Inventarisasi Tapak .........................................................................................85
7.
Analisis dan Sintesis .......................................................................................86
8.
Site Plan ..........................................................................................................87
9.
Peta Kunci Site Plan........................................................................................88
10. Detail Site Plan 1 ............................................................................................89 11. Detail Site Plan 2 ............................................................................................90 12. Detail Site Plan 3 ............................................................................................91 13. Detail Site Plan 4 ............................................................................................92 14. Detail Site Plan 5 ............................................................................................93 15. Detail Site Plan 6 ............................................................................................94 16. Detail Site Plan 7 ............................................................................................95 17. Planting Plan ...................................................................................................96 18. Potongan A – A‟ ............................................................................................. 97 19. Potongan B – B‟ .............................................................................................. 98 20. Potongan C – C‟ .............................................................................................. 99 21. Detail Konstruksi Penanaman Pohon............................................................ 100 22. Detail Konstruksi Penanaman Pohon Matoa dan Penutup Tanah ................101 23. Detail Konstruksi Penanaman Rumput .........................................................102 24. Detail Konstruksi Paving ..............................................................................103 25. Detail Konstruksi Lampu Taman ..................................................................104 26. Detail Konstruksi Signage 1 .........................................................................105 27. Detail Konstruksi Signage 2 .........................................................................106
PENDAHULUAN Latar Belakang Olah raga merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan hiburan sekaligus menghilangkan rasa jenuh akibat padatnya aktivitas sehari-hari. Olah raga golf khususnya cenderung dinikmati oleh masyarakat perkotaan kelas atas. Golf merupakan olah raga multi fungsi, dimana terdapat pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Olah raga golf juga memiliki kombinasi antara rekreasi, aspek kebugaran, ketelitian dan ketekunan, serta bisnis/perekonomian. Kenyamanan bermain golf ditentukan oleh kondisi fisik lapangan golf tersebut. Desain suatu lapangan golf sangat menentukan kondisi fisik tapak dan kenyamanan bermain golf tersebut. Lanskap lapangan golf didominasi oleh lapangan rumput, dengan sedikit pohon, semak, dan groundcover diantaranya. Adanya vegetasi lain selain rumput memperkuat nilai estetik lapangan golf sekaligus menunjang fungsi asli lapangan golf sebagai sarana olah raga. Pada lapangan golf terdapat area permainan dan area non permainan. Menurut Muirhead dan Rando (1994), area permainan dari suatu lapangan golf terdiri dari green, tee box, fairway, rough, dan hazard, sedangkan contoh dari area non permainan antara lain entrance, path, gedung pemeliharaan, dan jalur masuk menuju Club House. Padang Golf Matoa Nasional Country Club merupakan salah satu lapangan golf yang mempunyai ciri khas tersendiri dari lapangan-lapangan golf lainnya yang ada di Indonesia. Ciri khas tersebut yaitu adanya tanaman matoa yang dominan dan beberapa tanaman buah-buahan yang ada pada area non permainan. Salah satu area yang menjadi pusat perhatian para pengunjung Padang Golf Matoa Nasional Country Club adalah tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House. Namun desain pada tapak entrance dan akses masuk menuju club house di Padang Golf Matoa Nasional Country Club saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan desain awalnya, sehingga diperlukan suatu perancangan ulang (redesign) agar tercipta suatu lanskap yang bernilai estetis dan fungsional, karena
2
tapak entrance secara langsung maupun tidak langsung dapat menunjang kegiatan berekreasi pada area lanskap golf permainan. Perancangan yang baik terhadap suatu lanskap, terutama lanskap lapangan golf, memiliki peran yang penting dalam menciptakan kualitas lanskap yang baik dilihat dari segi estetika maupun fungsinya. Berubahnya konsep desain dapat terjadi akibat perubahan secara alami, pemeliharaan yang salah, dan keinginan manajemen (Gunawan, 2007). Kondisi Padang Golf Matoa Nasional Country Club saat ini, khususnya area entrance dan jalur masuk kawasan Club House mengalami perubahan seperti tersebut di atas. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu redesain untuk lanskap golf non permainan, terutama area entrance dan jalur masuk menuju Club House.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain ulang tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional Country Club dengan mempertimbangkan keinginan pengguna sehingga dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan nilai estetika tapak serta menganalisis permasalahan yang ada pada tapak kemudian mencari solusi permasalahnnya dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada tapak.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Padang Golf Matoa Nasional Country Club dalam memperbaiki, mengembangkan dan membangun kembali lanskap tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House sehingga memberikan penampilan yang estetis dan disukai pengguna. Manfaat lain dari penelitian ini yaitu diharapkan desain yang baru ini dapat menjadi bahan evaluasi terhadap kondisi tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House sebelumnya.
Kerangka Pikir Penelitian Konsep perancangan tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House yaitu dengan menciptakan suasana sejuk, mencegah terjadinya erosi, sebagai
3
Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Selatan, dan menciptakan iklim mikro yang baik bagi daerah sekitarnya merupakan upaya dalam mengendalikan permasalan yang ada pada tapak yang diakibatkan oleh adanya keinginan manajemen yang selalu berubah-ubah. Optimalisasi tapak sebagai kawasan yang dianggap sebagai pusat perhatian para pengunjung dilakukan dengan mengintegrasikan faktor utama yaitu berupa area entrance dan jalur masuk menuju Club House dengan faktor pendukung aktivitas berupa fasilitas-fasilitas pada tapak. Analisis terhadap faktor-faktor tersebut kemudian diterjemahkan dalam zona, sirkulasi, fasilitas, dan vegetasi berdasarkan ragam fungsi yang akan dikembangkan (Gambar 1).
Masalah PGMN
Tapak Entrance dan Akses Masuk Menuju
Club House
Permasalahan Desain
Keinginan Manajemen yang Selalu Berubah-Ubah
Solusi
Inventarisasi
Proses Desain
Analisis & Sintesis
Konsep
Desain yang Baru
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Perancangan
TINJAUAN PUSTAKA Golf Golf merupakan permaianan yang unik dibandingkan dengan permainanpermainan
yang
lain
dari
sisi
keterampilan
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan, menyiapkan, dan memelihara lapangan permainan maupun dari segi-segi yang lain (Campbell dalam Beard, 1982). Helphand (1995) menyatakan bahwa golf merupakan permainan lanskap yang terjadi pada suatu hamparan rumput dan pemain dituntut untuk dapat memasukkan bola kedalam lubang bola (hole) dan pemain harus dapat menanggulangi segala kesulitan yang dihadapi dalam bermain. Salah satu konsep bermain golf adalah pergi keluar, bersatu dengan alam, udara segar, berolahraga, menghilangkan kelelahan, mental dan menikmati rekreasi sebenarnya. Bermain golf juga berarti melihat keindahan lingkungan yang berupa pohon-pohon, hamparan rumput, dan ornamen-ornamen alam lainnya.
Lapangan Golf Lapangan golf merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai sarana olahraga rekreatif, dimana tanaman yang mendominasi adalah rumput. Menurut Hurdzan (1996), lapangan golf mengatur ruang dari lubang-lubang pada suatu luasan lahan dengan arahan yang jelas antara titik awal yang disebut tees dan titik akhir berupa potongan lubang sebesar satu dan satu seperempat inci pada tanah. Menurut Muirhead dan Rando (1994), area permainan dari suatu lapangan golf terdiri dari green, tee box, fairway, rough, dan hazard. Green merupakan daerah sasaran utama pukulan yang didalamnya terdapat hole atau lubang tempat masuknya bola. Bentuk green biasanya bulat atau berpola organik dengan kemiringan yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan. Green yang baik ditumbuhi rumput yang merata, rapat, berwarna hijau segar, permukaan rumput tegak halus sehingga bola dapat menggelinding dengan baik. Jenis rumput yang digunakan adalah rumput bermuda yang bertekstur halus, berdaun kecil, cepat
5
merapat dan tahan kekeringan, tahan terhadap kadar garam tinggi, hama dan penyakit. Ketinggian rumput di green adalah 4 - 6 mm. Area green hanya 2% dari luasan lapangan golf, tetapi kualitasnya memegang peranan penting ± 75%. Tee adalah tempat memulai permainan golf atau suatu area dari hole permainan golf yang khusus disiapkan untuk pemukulan pertama pada setiap hole. Bentuk tee bisa bulat, persegi maupun lonjong dan dibuat mengarah ke fairway, mempunyai posisi yang tinggi dan mempunyai kemiringan sebesar 1 – 2%. Di daerah hangat (tropis) jenis rumput yang digunakan biasanya adalah rumput bermuda dengan ketinggian 7 – 10 mm. Fairway adalah daerah rumput antara tee box dan puting green yang merupakan area yang benar untuk jatuhnya bola sebelum masuk ke green dan atau sesudah memukul dari tee. Fairway berbentuk bulat, lonjong memanjang, berpola organik atau membelok sesuai kondisi tapak dan luasan yang tersedia dengan ketinggian rumput 13 - 20 mm. Rough adalah lapangan yang memisahkan antara area permainan hole yang satu dengan hole yang bersebelahan atau merupakan area yang berada di luar area permainan. Pada daerah in dibangun sirkulasi pelayanan (service road) dan ditanami pohon yang berfungsi sebagai pembatas. Rumput pada daerah ini biasanya menggunakan rumput manila (Zoysia matrella) yang mempunyai daun lebih lebar, padat dan agak tegak jika dibandingkan dengan rumput bermuda. Ketinggian rumput sekitar 30 - 135 mm sehingga dari jauh penempatan rough berbeda dengan area fairway. Hazard merupakan suatu rintangan di lapangan, dapat berupa bak pasir (bunker), collar, vegetasi yang tumbuh disepanjang rough, dan rintangan yang berupa danau. Rintangan berupa danau dapat diletakkan di fairway, rough, atau sekitar green, yang juga dapat berfungsi sebagai tempat akhir pembuangan air, drainase, dan bermanfaat sebagai air irigasi. Menurut Hurdzan (1996), desain lapangan golf, atau lebih spesifik bentuk antara tee dan green dapat dikelompokan menjadi tiga kategori (Gambar 2), yaitu: 1. Desain strategik, yaitu disain yang pada prinsipnya menuntut pemikiran dan kemampuan teknis pemain tinggi. Desain ini menyediakan kesenangan, dan tantangan untuk selalu memecahkan rekor permainan. Dengan desain ini
6
pemain tidak merasa dihukum mati kalaupun salah memukul. Aspek menantang dari desain strategik ini adalah bahwa pemain ini harus merencanakan dan memukul bola dengan tepat. 2. Desain penal, yaitu disain yang dianggap dapat membuat frustasi dan jengkel pemain. Desain ini biasanya dicirikan dengan bunker-bunker yang dalam dan menjebak dengan
rough yang tinggi, pohon serta halangan-halangan air
membuat pemain sulit menentukan arah pukulan dan sulit mengatur strategi. 3. Desain heroik, yaitu konsep desain yang menantang pegolf mengurus kemampuannya dengan tembakan–tembakan yang monumental untuk memcapai lubang (hole). Desain ini umumnya dijumpai pada hole dengan 5 par. Pukulan-pukulan keras pada pukulan pertama dan pukulan kedua mungkin diperlukan untuk dapat menciptakan sesuatu yang monumental tadi. 4. Desain terpadu, yaitu kombinasi lebih dari satu prinsip dari 3 prinsip desain di atas, yang dijumpai di hole-hole tertentu dari suatu padang golf. Kombinasi yang biasa ditemui yaitu strategik-heroik. Menurut Chiara dan Koppelman (1990) dalam lapangan golf dengan 18 hole, terdapat tipe rancangan dasar yang dapat menampung kebutuhan-kebutuhan khusus melalui penentuan lokasi dengan cara penelaahan topografi dan sifat khas alamiah tapak (Gambar 3), yaitu : 1. Lapangan 18 lubang berjalur tunggal dengan 9 balikan. 2. Lapangan 18 lubang dengan jalur tunggal menerus. 3. Lapangan 18 lubang berjalur ganda dengan 9 balikan. 4. Lapangan 18 lubang dengan jalur ganda menerus. 5. Lapangan 18 lubang yang merupakan lapangan golf inti. Menurut Muirhead dan Rando (1994), selain area permainan, golf juga memiliki area non permainan. Area non permainan dapat memberikan kemudahan dalam permainan golf seperti club house, driving range, path, practice green, area entrance, dan lain sebagainya.
7
Gambar 2. Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf Strategik, Penal, dan Heroik
Gambar 3. Tipe Lapangan Golf 18 Hole
8
Desain Lanskap Simonds (1998), menyatakan perancangan dari suatu lanskap berarti merupakan suatu perubahan fungsi dari pemikiran 2 dimensi menjadi pemikiran 3 dimensi. Dikatakan lebih lanjut bahwa dengan kata lain, perancangan merupakan suatu perubahan dari use area menjadi use volume. Dalam proses perancangan dihasilkan sebuah proses kreatif yang menyatukan berbagai aspek seperti aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang dihasilkan dari bentuk, warna, bentuk, dan ruang. Suatu tapak atau lanskap dapat dirancang apabila belum ada pengaturan fungsi elemen lanskap didalamnya, atau dapat juga dirancang ulang jika didalamnya sudah terdapat elemen lanskap tetapi kondisi lingkungan sekitar sudah tidak sesuai lagi dengan pengaturan elemen lanskapnya. Menurut VanDkye (1990) desain atau perancangan adalah suatu solusi untuk memecahkan suatu masalah dengan beberapa tahapan dan mengacu pada ide-ide desain yang telah direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik dan hasilnya merupakan proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang mengacu pada kepentingan di waktu yang akan datang, serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel. Menurut Hakim dan Utomo (2002) perancangan detail lanskap adalah usaha seleksi dan ketepatan penggunaan komponen/elemen, material/bahan lanskap, tanaman, serta kombinasi pemecahan detail berbagai elemen taman seperti : pedestrian, plaza, air mancur, kolom, bollard, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan pemecahan yang spefisik dan berkualitas dari diagram atau program ruang dan area dari sebuah rencana rinci tapak. Menurut Gold (1980), proses desain dapat dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan sumberdaya Sumberdaya fisik dan alami akan menentukan tipe dan jumlah aktivitas rekreasi dimana kebutuhan pemakai tidak terlalu dipertimbangkan. 2. Pendekatan perilaku
9
Pendekatan
perilaku
ini
memfokuskan
faktor
permintaan
sebagai
pertimbangan dasar seperti rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampak aktivitas tersebut terhadap seseorang. 3. Pendekatan ekonomi Dalam pendekatan ekonomi ini, faktor ekonomi lebih diutamakan daripada faktor sosial maupun faktor alam. Tingkat ekonomi dan jumlah pendapatan masyarakat merupakan faktor penentu untuk jumlah, tipe, dan lokasi yang potensial bagi rekreasi. 4. Pendekatan aktivitas Aktivitas rekreasi yang ada pada masa lampau dan saat ini dijadikan dasar pertimbangan perencanaan sarana rekreasi untuk masa yang akan datang. Perhatian difokuskan pada permainan, dimana faktor sosial lebih diutamakan daripada faktor alam.
Prinsip Desain Menurut Reid (1993), desain memiliki prinsip pengaturan yang harus memiliki beberapa sifat yaitu kesatuan (unity), harmoni (harmony), perhatian (interest), kesederhanaan (simplicity), dan penekanan (emphasis). Kesatuan. Kesatuan (unity) merupakan suatu paduan dari banyak elemen desain yang menjadikan seluruh unsur desain sebagai suatu komposisi yang baik. Harmoni. Suatu lanskap yang memiliki harmoni (harmony) akan terasa menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harmoni merupakan suatu keadaan yang serasi antara suatu lanskap dengan lingkungan sekitarnya. Perhatian. Perhatian (interest) merupakan suatu perasaan ketertarikan, keingintahuan, atau kesatuan. Perhatian didapatkan melalui keragaman unsur ukuran, bentuk, tekstur, warna, serta perubahan arah, gerakan, suara, atau intensitas cahaya. Kesederhanaan. Kesederhanaan (simplicity) merupakan suatu keadaan yang mengurangi atau menghilangkan unsur-unsur yang bukan merupakan unsur yang penting.
10
Penekanan. Penekanan (emphasis) atau dominasi merupakan nilai pentingnya suatu elemen dalam lanskap. Unsur penekanan dalam suatu lanskap harus dibatasi sehingga memberikan nilai tambah berupa ketertarikan akan suatu elemen lanskap. Dengan demikian, penekanan yang ada dapat memberikan orientasi bagi pengguna lanskap. Menurut Reid (1993) prinsip-prinsip desain perlu diterapkan dalam proses perancangan/desain agar diperoleh suatu hasil desain yang optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Hakim dan Utomo (2002) prinsip desain adalah dasar dari terwujudnya suatu rancangan atau ciptaan bentuk. Prinsip dasar utama dalam desain adalah faktor “Keteraturan dan Kesatuan” atau Unity and Consistency.
Elemen Desain Dalam proses perancangan/desain, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah menciptakan suatu desain yang baik dengan menggunakan elemen-elemen desain. Menurut Sintia dan Murhananto (2004), elemen pembentuk suatu taman terdiri dari elemen keras (hardscape) dan elemen lunak (softscape). Elemen keras (hardscape) adalah elemen taman yang mempunyai sifat keras, tidak hidup, dan hasil buatan manusia, sedangkan elemen lunak (softscape) adalah elemen yang terdiri dari makhluk hidup dengan semua karakternya, yang meliputi jenis tanaman dan hewan, serta manusia yang ada di dalam taman. Menurut Hakim dan Utomo (2002) elemen desain disebut juga dengan unsur-unsur desain terdiri atas garis, bidang, ruang, ruang terbuka, ruang dan waktu, ruang mati, bentuk dan fungsi, tekstur, serta warna. Garis adalah susunan dari beribu-ribu titik yang berhimpitan sehingga membentuk suatu coretan. Ada beberapa tipe garis yang perlu diketahui, yaitu : garis vertikal, garis horizontal, garis diagonal, dan garis lengkung. Bidang adalah bentuk susunan dari beribu-ribu garis yang disatukan dan dipadatkan. Bidang merupakan bentuk dua dimensi dalam arti tidak mempunyai isi atau ruang di dalamnya. Permukaan bidang dapat berstektur halus ataupun kasar. Macam-macam bidang antara lain : segi empat, segitiga, bulat, trapesium, ataupun berbentuk bebas. Ditinjau dari fisiknya, bidang dapat berbentuk padat
11
atau transparan. Fungsi bidang dalam arsitektur adalah pelindung dan pembentuk ruang. Ruang merupakan suatu wadah yang tidak nyata, akan tetapi dapat dirasakan keberadaannya oleh manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia karena manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia. Oleh karena itu, titik tolak dari perancangan ruang harus selalu didasarkan pada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu Hubungan Dimensional
(Antromethcs)
serta
Hubungan
Psikologi
dan
Emosional
(Proxemics). Ruang Terbuka atau ruang umum adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan akan perlunya tempat untuk bertemu atau berkomunikasi satu sama lainnya. Dengan demikian ruang umum pada dasarnya dapat pula dikatakan sebagai suatu wadah yang dapat menampung kegiatan/aktivitas tertentu dari manusia, baik secara individu atau secara berkelompok. Berdasarkan sifatnya, ruang terbuka dibagi menjadi ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka antarbangunan. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum. Sedangkan ruang terbuka antarbangunan adalah ruang terbuka yang terbentuk oleh massa bangunan, ruang ini dapat bersifat umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya. Fungsi dari ruang terbuka dapat berupa fungsi sosial dan fungsi ekologis. Fungsi sosial dari ruang terbuka antara lain : 1. Tempat komunikasi sosial; 2. Tempat bermain dan sarana olahraga; 3. Tempat bermain dan olahraga; 4. Tempat peralihan dan menunggu; 5. Tempat untuk mendapatkan udara segar; 6. Sebagai sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya; 7. Sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan;
12
8. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan; dan 9. Sebagai pembatas di antara massa bangunan. Fungsi ekologis dari ruang terbuka antara lain : 1. Menyerap air hujan; 2. Pelembut arsitektur bangunan; 3. Pengendali banjir dan pengatur tata air; 4. Memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nutfah; dan 5. Penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih, dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan. 2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Ruang dan Waktu. Menurut Hakim dan Utomo (2002) ruang tidak dapat dipisahkan dengan faktor waktu. Terjadinya ruang sebagai pusat aktivitas manusia sangat tergantung pada waktu. Bila kegiatan hanya berlangsung pada saat tertentu dan pada saat lainnya tidak ada kegiatan, maka ruang seolah-olah menjadi tidak berfungsi dengan kata lain, mati. Secara khusus, konsep perancangan terhadap suatu tapak terlihat dari proses waktu, yaitu faktor historis waktu lalu, dinamika keadaan sekarang, dan pandangan akan suatu masa depan. Ruang Mati di dalam desain harus dihindari. Karena bila hal ini terjadi perancangan ruang yang diolah menandakan belum adanya pemikiran secara utuh terhadap pemanfaatan tapak secara keseluruhan. Ruang mati terbentuk dengan tidak terencanakan, tidak terlingkup, dan tidak dimanfaatkan dengan baik sesuai kebutuhan (ruang yang terbentuk dengan tidak sengaja, ruang yang tersisa). Ruang mati juga merupakan ruang yang terbuang dengan percuma. Bentuk dan Fungsi. Bentuk adalah benda tiga dimensi yang dibatasi oleh bidang datar, bidang dinding, dan bidang pengatap. Bentuk sebuah benda dapat
13
berupa benda masif/padat ataupun benda yang berongga atau biasa disebut mempunyai ruang. Tekstur adalah kumpulan titik-titik kasar atau halus yang tidak beraturan pada suatu permukaan benda atau objek. Titik-titik ini dapat berbeda dalam ukuran warna, bentuk atau sifat dan karakternya seperti ukuran besar kecilnya, gelap terangnya, bentuk bulat persegi, atau tidak beraturan sama sekali. Suatu tekstur yang susunannya agar teratur atau teratur disebut dengan corak atau patten. Fungsi tekstur dalam suatu perancangan (desain) adalah untuk memberikan suatu kesan komposisi yang paling serasi/ideal dalam suatu desain yang diinginkan. Seperti halnya dengan bentuk, skala, warna maka tekstur merupakan bagian terpenting yang saling mendukung dalam penentuan pemilihan elemen-elemen desain. Tekstur mempunyai berbagai macam bentuk menurut permukaannya, yaitu tekstur kasar dan tekstur halus. Tekstur kasar adalah karakter permukaan benda bila diraba akan terasa kasar atau objek terdiri dari elemen dengan corak yang berbeda, baik bentuk maupun warnanya. Sedangkan tekstur halus adalah karakter permukaan benda yang bila diraba akan terasa halus atau dapat pula diartikan memberikan kesan halus. Kesan tersebut dapat diperoleh dengan pemakaian warna yang lembut. Warna
dalam
arsitektur
dipergunakan
untuk
menekankan
atau
memperjelas karakter suatu objek atau memberikan aksen pada bentuk dan bahannya. Dalam warna terdapat dua teori yaitu Prang color system dan Musell color system. Menurut teori Prang, secara psikologi warna dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu : 1. Hue
: semacam temperamen mengenai panas/dinginnya suatu warna.
2. Value
: mengenai gelap terangnya warna.
3. Intensity
: mengenai cerah dan redupnya warna.
Menurut Teori Musell suatu warna ditentukan dengan tiga komponen, yaitu : 1. Hue
: yaitu kualitas warna atau intensitas panjang gelombang.
14
2. Value
: yaitu kesan kemudahan warna.
3. Chroma
: yaitu penyimpangan terhadap warna putih atau kejenuhan warna.
Dalam warna juga terdapat pencampuran antara warna murni dengan warna kutub yang disebut dengan tint, shade, dan tone (Gambar 4). Tint adalah warna murni dicampur dengan warna putih sehingga terjadi warna muda, shade adalah warna murni dicampur dengan warna hitam sehingga terjadi warna tua, sedangkan tone adalah warna murni dicampur dengan warna abu-abu (percampuran putih dan hitam) sehingga terjadi warna tanggung.
Gambar 4. Pencampuran Warna Murni dengan Warna Kutub
Elemen Lanskap Simonds (1998) menyatakan bahwa terdapat dua jenis elemen dalam lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari bentukan alam seperti topografi, pegunungan, lembah, sungai,
15
dan kekuatan alam seperti angin, suhu, curah hujan yang relatif sulit untuk diubah oleh manusia. Sedangkan elemen lanskap minor adalah elemen yang dapat dibentuk oleh manusia seperti bukit, anak sungai, dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang dilakukan secara umum dapat menimbulkan beberapa efek. Efek yang ditimbulkan tersebut dapat berakibat baik maupun buruk. Efek yang dapat menimbulkan akibat baik seperti melestarikan, sedangkan efek yang dapat menimbulkan akibat buruk seperti merusak, mengubah, dan memberi penekanan. Umumnya elemen lanskap dapat dibagi menjadi soft material (elemen lunak) dan hard material (elemen keras). Salah satu elemen lunak yang terpenting dalam suatu taman adalah vegetasi. Menurut Arifin et al. (2008), selain sebagai elemen pelunak dan penghijauan, tanaman juga dapat memberikan aksen warna, penyegar lingkungan, dan dapat menjadi habitat satwa liar. Tanaman juga dapat digunakan untuk memperkuat fungsi lanskap, misalnya sebagai pengarah sirkulasi, peneduh, pembatas atau border, serta dapat mengkonservasi tanah dan air. Secara umum tanaman mulai dari rerumputan, herba, semak, perdu, liana hingga pepohonan yang tinggi, yang memiliki fungsi fisik (pembatas, pengarah, penyaring sinar matahari, dan peneduh), fungsi ekologis (konservasi tanah dan air, penyerap polutan, pengendali iklim mikro, dan habitat satwa liar), maupun fungsi produksi (buah, bunga, akar, batang, dan kulit. Adapun fungsi lain tanaman pada taman-taman dan lanskap perkotaan antara lain : 1. Tanaman dan pepohonan merupakan media yang memberikan kontak utama pada alam di area perkotaan yang didominasi oleh manusia. 2. Pada lingkungan perkotaan di mana permukaannya telah dipenuhi oleh bahan perkerasan yang terdiri dari concrete block dan aspal, maka tanaman dapat memberikan penyegaran dengan beragam efek dari tekstur, bentuk, warna daun serta tajuk pohon yang dapat menyejukan lingkungan dari efek naungannya. 3. Penanaman pohon dapat mengurangi stress manusia penghuni kota karena ia dapat mengurangi kebisingan, menurunkan suhu serta polusi udara.
16
Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975) mengemukakan lebih lanjut bahwa tanaman yang merupakan salah satu unsur terpenting dalam lanskap mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1. Kontrol visual. Tanaman dapat bermanfaat dalam mengurangi sinar dan pantulan dari cahaya matahari, lampu jalan, dan lampu kendaraan. Selain itu tanaman juga dapat membentuk privacy, menutup pemandangan yang tidak diinginkan sekaligus mengarahkan dan menegaskan pemandangan yang diinginkan. 2. Pengarah angin. Tanaman dapat digunakan sebagai penahan angin melalui kepadatan, ketinggian, lebar, dan bentuk tanaman. Penanaman yang rapat dapat mengurangi 75% - 80% kecepatan angin. Selain itu tanaman juga dapat mengarahkan aliran angin menuju tempat yang diinginkan. 3. Penyaring polutan. Tanaman merupakan penyaring udara yang dapat menyerap gas polutan seperti SO2 dan HF serta polutan lainnya yang ada di udara dalam jumlah tertentu tanpa menimbulkan efek kerusakan. Pohon yang mempunyai diameter 37,5 cm dapat menghilangkan 43,5 pon SO2 per tahun jika konsentrasi SO2 di atmosfer 0,25 ppm. 4. Modifikasi radiasi matahari dan suhu. Tanaman juga dapat meningkatkan pemantulan radiasi matahari dan menurunkan penyerapan di permukaan sehingga akan menurunkan suhu udara. Selain itu tanaman juga dapat memberikan keteduhan dengan menciptakan efek bayangan, mempercepat hilangnya radiasi yang diserap, memberikan naungan, dan menyaring radiasi matahari 60% - 90%. 5. Mengurangi kebisingan. Tanaman dapat mengurangi kebisingan yang dipengaruhi oleh intensitas, frekuensi, arah kebisingan serta lokasi, tinggi, ketebalan dan kepadatan tanaman. Tanaman yang ditanam dengan lebar 25 – 50 kaki (7,62 – 15,2 m) mampu mengurangi suara frekuensi tinggi (4000 Hz) sebesar 10 – 20 dBA, sedangkan penanaman pinus dan cemara 50 – 100 kaki (15,2 – 30,4 m) dapat mengurangi suara frekuensi rendah sebesar 10 dBA. 6. Kontrol erosi. Tanaman dapat mengurangi laju air hujan di tanah dengan memegang partikel tanah sehingga dapat terhindar dari erosi.
17
7. Estetika. Tanaman dapat berfungsi sebagai pelunak bangunan, sehingga akan tercipta
nilai
estetika.
Nilai
estetika
ini
dapat
timbul
dengan
mengkombinasikan elemen-elemen lanskap secara tepat dan baik sehingga dapat memberikan perasaan senang dan tentram. 8. Kontrol kelembaban dan hujan. Tanaman dapat memberikan perlindungan sementara dari hujan dengan naungannya. Melalui proses evaporasi tanaman akan melepaskan air menuju udara yang panas kemudian mendinginkannya sehingga akan menurunkan suhu udara disekitarnya. 9. Habitat alami. Tanaman menyediakan makanan dan sebagai tempat berlindung bagi burung dan satwa lainnya, sehingga akan menarik mereka untuk hidup di tanaman tersebut.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN) yang terletak di Jalan Raya RM. Kahfi I km 7, Ciganjur, Jakarta Selatan 12630 (Gambar 5). Padang Golf Matoa Nasional Country Club merupakan sarana olahraga permainan golf yang dimiliki oleh PT. Saranagraha Adisentosa. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Nopember 2008.
Jakarta Selatan
U
Peta Wilayah Jakarta Selatan
U Peta PGMN
Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian
19
Batasan Studi Kegiatan penelitian di PGMN ini difokuskan pada perancangan tapak enterance dan jalur masuk menuju Club House. Dalam proses perancangan, penelitian ini sampai pada planting plan, namun tidak sampai menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengikuti proses merencana dan melaksana menurut Rachman (1984). Pendekatan ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan serta pelaksanaan dan pemeliharaan akan dijadikan bahan pertimbangan.
Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan seluruh data awal pembentuk tapak dan data lain yang diperkirakan akan mempengaruhi perancangan yang akan dibuat. Pengumpulan data diperoleh dengan cara survei awal dan survei lapang. Survei awal dilakukan dengan cara melihat kondisi awal tapak dan wawancara singkat dengan instansi terkait dan para pemain golf di PGMN. Wawancara kepada pemain golf dilakukan secara acak sebanyak 30 orang (random smpling), hal ini bertujuan agar semua memiliki peluang yang sama. Dari hasil wawancara diketahui bahwa diperlukan adanya desain ulang untuk area yang menjadi pusat perhatian para pengunjung yaitu area entrance/pintu masuk PGMN dan jalur masuk menuju Club House, penataan ulang vegetasi, dan perbaikan elemen-elemen lanskap lainnya. Survei awal ini bertujuan untuk menentukan batas-batas tapak yang akan di desain ulang dan menentukan metode penelitian. Survei lapang bertujuan untuk pengambilan data di lokasi. Cara pengambilan data yang digunakan adalah pengamatan langsung kondisi tapak, studi pustaka, wawancara dengan instansi yang terkait dan pengguna PGMN. Jenis data yang dikumpulkan adalah data kondisi umum, biofisik tapak, sosial ekonomi, dan perancangan. Jenis data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 seperti di bawah ini.
20
Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Tapak No. A.
B.
Jenis Data
Sumber
Cara Pengambilan
Kondisi Umum 1
Sejarah Perusahaan
PGMN
2
Struktur Organisasi Perusahaan
PGMN
Aspek Fisik dan Biofisik Tapak 1 Luas dan Batas Wilayah 2 Topografi dan Hidrologi 3 Geologi dan Tanah 4 Iklim 5
Vegetasi dan Satwa
6
Tata Guna Lahan
7
Sirkulasi, Utilitas, dan Fasilitas
PGMN PGMN PGMN PGMN, BMG PGMN, lapangan Lapangan PGMN, Lapangan
Studi Pustaka, Wawancara Studi Pustaka, Wawancara Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka, Survei Studi Pustaka, Survei Studi Pustaka, Wawancara
C.
Sosial Ekonomi 1 Pemilik PGMN Wawancara 2 Pengguna Pengguna PGMN Wawancara 3 Masyarakat Sekitar PGMN Wawancara D. Perancangan 1 Perancangan yang sudah ada PGMN Studi Pustaka 2 RAB dan Spesifikasi PGMN Studi Pustaka 3 Prosedur Kerja PGMN Studi Pustaka 4 Form Laporan Pekerjaan PGMN Studi Pustaka Keterangan : PGMN (Padang Golf Matoa Nasional); BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) Data kondisi umum meliputi struktur organisasi perusahaan. Data aspek fisik dan biofisik tapak meliputi luas dan batas wilayah, topografi, hidrologi, geologi, tanah, iklim, vegetasi dan satwa, tata guna lahan, serta data utilitas. Data sosial meliputi data pemilik dan pengguna PGMN. Data perancangan meliputi data perancangan yang sudah ada, RAB dan spesifikasi, prosedur kerja, dan form laporan pekerjaan. Semua data yang diperoleh kemudian ditransfer kedalam peta dasar sehingga menghasilkan peta eksisting.
21
Analisis dan Sintesis Analisis tapak merupakan proses penghayatan atas kualitas awal suatu tapak. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis terutama berdasarkan lima komponen utama dalam arsitektur yaitu: faktor alami, faktor sosial, teknologi, metodologi, dan nilai-nilai. Disamping itu juga mempertimbangkan faktor pembentuk tapak, faktor eknomi, lokasi dan karakter tapak guna menunjang tujuan pembentukan yang diinginkan. Arahan analisis adalah antroposentris dan ekosentris. Menurut Rachman (1984), tujuan dari sintesis adalah pemecahan masalahmasalah dan pemanfaatan potensi yang ada di dalam tapak. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mencari pemecahan masalah dan memanfaatkan potensi dalam beberapa alternatif. Dalam tahap sintesis, potensi yang ada dimanfaatkan untuk dikembangkan sesuai dengan tujuan dan fungsi tapak, sedangkan masalah/kendala dicarikan pemecahannya dan digunakan untuk menentukan zonasi ruang. Hasil alalisis dan sintesis dijadikan ide konsep desain dalam rencana awal pengembangan tapak, yang kemudian dituangkan dalam bentuk gambar analisis dan sintesis serta dijelaskan secara deskriptif.
Konsep Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari analisis dan sintesis yang kemudian dikembangkan kedalam suatu konsep dasar atau utama dan konsep pengembangan. Konsep dasar yang dibuat tidak berbeda jauh dengan konsep dasar awal ketika tapak dibangun. Sedangkan konsep pengembangan yang dibangun meliputi konsep tata ruang, konsep tata hijau, dan konsep fasilitas. Konsep pengembangan tersebut akan dituangkan kedalam gambar konsep dan dijelaskan secara deskriptif.
Perancangan Berdasarkan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak selanjutnya dilakukan perancangan tapak. Hasil perancangan harus memungkinkan untuk dilaksanakan, mudah dipelihara dan harus menarik untuk dilihat dan digunakan. Pada tahap ini dihasilkan gambar rencana tapak (site plan) yang dilengkapi
22
dengan beberapa desain detail berupa planting plan, gambar potongan, detail potongan penanaman, gambar konstruksi fasilitas, dan gambar perspektif sehingga produk akhir desain lanskap tersebut sesuai dengan tujuan awal desain. Penggambaran site plan dan detail-detail desain lainnya akan menggunakan fasilitas komputer dengan program Auto Cad, Bryce, dan Adobe Photoshop. Secara umum dapat disimpulkan bahwa untuk pelaksanaan proses desain dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut (Gambar 6).
Inventarisasi
Analisis & Sintesis
Konsep
Perancangan
Survei awal
Metode penelitian
Survei lapang: Pengamatan langsung Wawancara Studi pustaka
Peta kondisi eksisting, kondisi umum, kondisi fisik, dan kondisi sosial
Analisis & sintesis Pencarian masalah & pencarian potensi Pengendalian masalah dengan memanfaatkan potensi
Gambar analisis & sintesis
Gambar konsep Pemilihan alternatif terbaik
Konsep plan, konsep tata ruang, konsep tata hijau, dan konsep fasilitas.
Desain akhir
Site plan, planting plan, gambar potongan, gambar detai, dan gambar perspektif
Keterangan : Tahap pelaksanaan proses desain Kegiatan pada setiap tahap Jenis data dan hasil kegiatan Gambar 6. Bagan Proses Desain
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Sejarah Perusahaan Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN) adalah sarana olahraga permainan golf yang dimiliki oleh PT. Saranagraha Adisentosa. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa yang menyediakan sarana dan prasarana permainan golf yang didirikan pada awal tahun 1990 an. Pada awalnya lahan yang ditempati oleh PGMN yang bertempat di Jl. RM. Kahfi I km 7, Ciganjur, Jakarta Selatan adalah milik Yayasan Adi Upaya TNI AU. Pada bulan Maret 1993, PT. Saranagraha Adisentosa membuat proposal kerjasama dengan Yayasan Adi Upaya TNI AU dengan sistem Build of Transfer (BOT), dimana setelah 30 tahun lahan yang terbangun sebagai lapangan golf dengan berbagai fasilitas yang ada berpindah kepemilikannya menjadi milik Yayasan Adi Upaya TNI AU. Perancang PGMN adalah Peter Thomson, Thomas Wolveridge, dan Ross Perret. Pada saat didirikan, pembangunan konstruksi PGMN dilakukan oleh PT. Saranagraha Adisentosa dibantu oleh konsultan manajemen konstruksi dari PT. Parama Matra Widya Engineering (Perusahaan dalam Grup Kiani Metra‟72). Pembangunan konstruksi, pekerjaan lanskap, dan penanaman pohon-pohon di PGMN dilakukan pada bulan Juni 1993, sedangkan penanaman rumput untuk area permainan lapangan golf dilakukan pada tahun 1994. Pekerjaan konstrusi ini selesai pada bulan Maret 1995.
Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi dan uraian tugas masing-masing jabatan menjadi dasar untuk menentukan posisi, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, serta hubungan antar bagian dalam organisasi PT. Saranagraha Adisentosa yang mengelola Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN). Pemilik saham terbesar PT. Saranagraha Adisentosa dimiliki oleh Bob Hasan.
24
Perusahaan ini mempunyai seorang Komisaris dan Direktur Utama yang membawahi lima departemen, antara lain yaitu : 1. Mauntenance and Facilities 2. Finance and Accounting 3. Purchasing 4. Operasional 5. Personel and GA Departemen Golf Cours Maintenance and Facilities dipimpin oleh seorang Manajer Maintenance and Facilities. Manajer tersebut membawahi dua divisi yaitu Course Maintenance yang dipimpin oleh Superintendent dan Build Maintenance Supervisor. Superintendent bertanggung jawab terhadap enam subdivisi yang berada dibawahnya, yaitu : Turfgrass, Landscape, Workshop Mechanic, Administrasi Umum dan Gudang, Irigasi serta Kebersihan Lapangan. Subdivisi Turfgrass mempunyai tugas dalam memelihara area permainan yang ditanami oleh rumput golf. Subdivisi Landscape mempunyai tugas dalam memelihara seluruh ruang terbuka non rumput golf seperti welcome area, club house landscape, nursery landscape, area pesawahan, kolam air, pepohonan, semak, dan perdu. Subsidi Workshop Mechanic mempunyai tanggung jawab dalam pemeliharaan dan penyediaan mesin dan peralatan kerja pemeliharaan. Subdivisi Irigasi bertanggung jawab dalam pengadaan pengairan dan memelihara seluruh instalasi irigasi di PGMN. Seluruh karyawan yang berada di Departemen Golf Cours Maintenance and Facilities termasuk dalam karyawan tetap kecuali ladies course maintenance (weeder) yang merupakan karyawan harian. Build Maintenance and Supervisor bertanggung jawab terhadap dua subsidi yang ada dibawahnya, yaitu : Mechanic and Engineering dan Civil /Architecture. Subsidi Mechanic and Engineering mempunyai tanggung jawab jika terjadi kerusakan dalam peralatan yang menggunakan mesin. Dalam melaksanakan tugasnya Subsidi Mechanic and Engineering bekerjasama dengan Subsidi Workshop Mechanic. Subsidi Civil /Architecture mempunyai tugas dalam mengatur dan mengukur tapak pada saat dilakukan suatu pembuatan bangunan, seperti pengukuran jalan, transmisi pipa air baku, dan sebagainya. Secara garis
25
besar susunan organisasi Departemen Golf Cours Maintenance and Facilities dapat dilihat pada Gambar 7.
Superintendent
Maintenance and Facilities Manager
Build Maintenance Supervisor
p
Tufgrass Spv.
Tufgrass Crews
Landscape Spv.
Landscape Crews
Head Mechanic
Mechanic Crews
Administrsi /Umum Irigasi Spv.
Irigasi Crews
Kebersihan Lapangan
Ladies Course Maintenance Crews
Mechanic and Engineering Civil / Architecture
Gambar 7. Struktur Organisasi Departemen Golf Cours Maintenance (Sumber : Data Inventarisasi PGMN) Aspek Fisik dan Biofisik Konsep Dasar. Tujuan pembangunan PGMN di lahan seluas kurang lebih 60 hektar adalah menyediakan sarana olahraga golf dengan penghijauan berbentuk arboretum (Gambar 8). Dalam penataan arboretum ini dibuat suatu lanskap hutan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang berfungsi sebagai penyangga bagi hole-hole golf dan sebagai latar belakang green yang ada di area permainan golf di PGMN. Arboretum ini dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana sejuk, mencegah terjadinya erosi, sebagai Ruang Terbuka Hiaju (RTH) di Jakarta Selatan, dan menciptakan iklim mikro yang baik bagi daerah sekitarnya (Gambar 9).
26
Gambar 8. Site Plan PGMN
Tanaman-tanaman yang ada pada arboretum tersebut terdiri dari tanaman penghijauan, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Tanaman-tanaman tersebut ditanam secara alami tanpa memperhitungkan pola tertentu. Tanaman
27
yang paling banyak ditanam di PGMN adalah pohon matoa yang berasal dari Pulau Papua. Pohon matoa inilah yang menjadi simbol dari tempat ini, sehingga nama padang golf ini diambil dari nama pohon tersebut. Setiap lapangan golf pasti memiliki karakter, keunikan dan tantangan yang berbeda. Salah satu karakter yang ada di PGMN selain adanya arboretum, juga terdapat wetland, yaitu area di lapangan golf yang selalu basah karena selalu digenangi air (Gambar 10). Penataan wetland ini juga mempunyai konsep alami dengan menggunakan 3 – 5 jenis tanaman air dan beberapa jenis ikan. Fungsi wetland ini adalah sebagai tempat penampungan air permukaan dan penyaring zat-zat kimia. Wetland yang ada di PGMN terdapat 11 buah yang terdiri dari berbagai ukuran baik besar maupun kecil. Penataan tanaman air pada wetland yang berada di daerah fairway atau di depan tee box, tidak boleh menghalangi lintasan permainan golf.
Gambar 9. Arboretum di PGMN
28
Gambar 10. Wetland di PGMN
Letak, Luas, dan Batas Lokasi. Lokasi PGMN terletak di pinggiran Jakarta Selatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat tepatnya di Jalan Raya RM. Kahfi I km 7, Ciganjur, Jakarta Selatan 12630. Luas lahan secara keseluruhan adalah 60 hektar dan berada pada ketinggian 200 meter dpl, sedangkan luas tapak yang akan di redesign adalah 1,02 Ha. Secara administratif sebelah timur tapak berbatasan dengan Kelurahan Cipedak, sebelah barat tapak berbatasan dengan Sungai Krukut, sebelah utara tapak berbatasan dengan Kelurahan Ciganjur, dan sebelah selatan tapak berbatasn dengan Kampung Alang-alang dan Kampung Curug. Iklim. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Ciledug, tahun 1998 – 2007, suhu rata-rata bulanan di kawasan PGMN berkisar antara 24,70 C – 28,50 C. Suhu terendah terjadi pada tanggal 8 Januari 1998 yaitu 24,70 C dan tertinggi tanggal 28 April 2006 yaitu 28,50 C. Kecepatan angin yang terjadi yaitu 1 – 10 knot. Menurut BMG Stasiun Ciledug tahun 1998 – 2007 kelembaban udara yang terjadi di sekitar kawasan PGMN berkisar antara 55% - 99% dengan lama
29
penyinaran matahari 28,43% - 81,41%. Rata-rata curah hujan tahunan dari tahun 1998 – 2007 di daerah ini berkisar antara 1.490,09 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari 2001. Sedangkan tekanan udara yang terjadi di daerah ini dari tahun 1998 – 2007 adalah 8.576 mb – 10.134 mb. Hidrologi. Sumber air untuk irigasi lapangan golf matoa berasal dari Danau Bunder yang dialirkan ke seluruh area PGMN dengan sistem komputer Maxi Sistem V buatan Amerika Serikat. Air tersebut dialirkan untuk keperluan irigasi lapangan golf dan pengairan sawah yang berada di hole 3. Jenis Tanah. Menurut Kamila (1998) jenis tanah di areal PGMN umumnya adalah tanah Latosol. Sifat penting tanah latosol adalah terbentuknya granular. Di Indonesia tanah latosol merupakan tanah yang memiliki unsur hara yang rendah tetapi memiliki sifat fisik yang bagus, sehingga tanah latosol tergolong subur dan cocok digunakan untuk lahan pertanian. Pada lapisan atas tanah merah yang ditambahkan campuran kerikil, pasir, kapur pertanian sehingga pH berkisar antara 5 – 7. Tanah dengan pH 5 – 7 bersifat netral, biasanya memiliki kadar hara yang bagus. Tujuan penambahan ini adalah agar tanah menjadi media yang baik bagi pertumbuhan rumput golf. Komposisi bahan yang ditambahkan berbeda-beda tergantung jenis rumput dan tingkat aktivitas pemain di area tersebut. Geologi dan Tanah. Keadaan topografi daerah asal rata-rata datar, karena dahulu merupakan daerah perumahan. Untuk memenuhi kebutuhan permainan golf, sistem drainase, dan sistem irigasi dilakukan pembentukan kontur dan kemiringan yang disesuaikan dengan desain yang telah ada. Menurut Kamila (1998) keadaan topografi daerah PGMN setelah dilakukan pembentukan kontur, mempunyai kemiringan lereng tanah yang beranekaragam, yaitu 0 – 30 %. Vegetasi. Jenis tanaman yang terdapat di PGMN digolongkan menjadi dua kategori. Penggolongan ini didasarkan atas asal tanaman, kategori pertama yaitu tanaman existing dan kategori yang kedua yaitu tanaman introduksi. Jenis tanaman yang ada dalam lanskap arboretum PGMN di dominasi oleh tanaman buah-buahan dan sisanya adalah tanaman non buah. Lebih dari 15.000 pohon yang ditanam di PGMN, berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti tanaman buah-buahan khas Indonesia dan tanaman kehutanan yang unik dan langka.
30
Salah satu tanaman yang paling banyak terdapat di lanskap arboretum PGMN adalah pohon matoa (Pometia pinnata) yang berasal dari Papua. Dengan banyaknya pohon matoa yang terdapat di PGMN, menjadikan kekhasan dan karakteristik PGMN dibandingkan dengan lapangan golf lainnya. Pohon matoa inilah yang menjadi simbol dari tempat ini, sehingga nama padang golf ini diambil dari nama pohon tersebut (Gambar 11). Daftar nama tanaman di PGMN dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 11. Pohon Matoa (Pometia pinnata)
Pada lapangan golf, vegetasi yang mendominasi adalah rumput. Rumput yang terdapat di lapangan golf di PGMN bermacam-macam. Pada daerah tee box dan fairway di PGMN, jenis rumput yang digunakan adalah rumput Bermuda hibrida Windsor green (Cynodon transvaalensis). Pada daerah rough di PGMN, jenis rumput yang digunakan adalah rumput Windsor green (Cynodon
31
transvaalensis) dan rumput Axonopus sp. Sedangkan untuk daerah green dan apron di PGMN, jenis rumput yang digunakan adalah rumput Bermuda kultivar Tifdwarf (Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifdwarf). Satwa. Satwa yang ditemukan di PGMN sangat bervariasi, mulai dari satwa yang habitatnya di daratan seperti ular, semut, katak sawah, katak buduk, tupai, kucing hutan, kadal, musang, bajing, anjing, serangga, dan ulat, satwa yang habitatnya di air yaitu ikan, serta satwa yang habitatnya di udara seperti capung, tawon (lebah), kumbang, belalang, kupu-kupu, dan burung gereja. Pada area permainan banyak terdapat sekumpulan burung gereja yang suaranya indah sehingga menarik perhatian pengunjung yang sedang bermain. Tata Guna Lahan. Luas keseluruhan padang golf ini adalah sekitar 60 hektar, terbangun sebagai tempat permainan golf 18 hole, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti club house, gedung maintenance, driving range, practice green, shelter atau bangunan peneduh, path, kolam renang, dan nursery.
Aspek Sosial dan Ekonomi Pengguna. Golf merupakan olahraga pilihan bagi kelompok masyarakat elit maupun para eksekutif, sehingga pada umunya pengguna yaitu pemain dari lapangan golf adalah para kalangan dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Para pemain golf yang datang ke PGMN berasal dari kalangan bisnisman, WNA yang kebanyakan berasal dari negara Korea, Jepang dan Amerika, pensiunan TNI dan POLRI serta pekerja seni/artis. PGMN termasuk dalam lingkup lapangan golf yang tergolong ramai dikunjungi. Tiap hari selalu ramai dikunjungi oleh banyak pemain, tidak hanya pada akhir pekan, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya turnamen yang berlangsung pada hari kerja. Keadaan lapangan yang cukup baik, tingkat kesulitan (handicap stroke) tidak terlalu tinggi, letaknya yang strategis di pinggiran Jakarta Selatan serta aksesnya yang cukup mudah dijangkau merupakan faktor untuk menarik pengunjung untuk bermain golf di PGMN. Jumlah pemain yang biasanya terdapat di PGMN setiap bulannya adalah berjumlah 3000 orang.
32
Setiap hari Rabu, PGMN menyelenggarakan diskon khusus ladies. Bukan hanya pada hari Rabu, setiap hari Selasa dan Kamis juga PGMN menawarkan diskon umur kepada pemain golf di PGMN. Hal ini dilakukan agar menarik minat pengunjung. Setiap hari Senin PGMN ditutup untuk pemain karena pada hari Senin aktivitas dilapangan difokuskan untuk kegiatan pemeliharaan “maintenance day”. Pada hari libur ataupun week-end, PGMN ramai dikunjungi oleh para member. Biaya untuk bermain golf di PGMN pada hari week-end lebih besar daripada biaya bermain golf pada hari biasa. Hal ini dimaksudkan agar mengesklusifkan sebuah lapangan golf pada hari libur. Setiap member diPGMN membeli saham kepada PT. Saranagraha Adisentosa sebesar Rp 82.000.000,00 dan akan mendapatkan Kartu Anggota Club Matoa. Persepsi dan Preferensi Pengguna. Persepsi dan preferensi pengguna diketahui berdasarkan hasil kuisioner yang telah diberikan kepada 30 orang pengunjung secara acak. Pengunjung dalam hal ini adalah para pemain golf di PGMN. Pemain yang datang ke PGMN berasal dari kalangan ekonomi tingkat menengah ke atas, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pemain yang berasal dari WNA, kebanyakan berasal dari negara Jepang, Korea, dan Amerika. Jumlah pemain yang datang ke PGMN tiap bulannya adalah berjumlah 3000 orang. Intensitas pemain tinggi terutama pada hari libur maupun weekend dan rendah pada hari kerja (Senin-Jumat). Pemain golf yang datang ke PGMN sebagian besar merupakan anggota/member dari PGMN yang membeli saham pada PGMN (76,67%), sisanya hanya bermain golf tanpa menjadi anggota (23,33%). Selain bermain golf, para pemain juga datang ke PGMN untuk melakukan rapat/meeting (6,67%), makan (56,67%), menghadiri turnamen (36,67%), menyalurkan hobi (53,33%), diskusi/berkumpul/mengobrol (33,33%), dan studi/penelitian (6,67%). Perbedaan hasil persentase ini dapat dilihat dalam grafik berikut (Gambar 12).
Jumlah Responden
33
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Meeting/rapat Menghadiri turnamen Makan Menyalurkan hobi Mencari inspirasi 1 Tujuan Lain Responden dalam Mengunjungi PGMN
Diskusi/berkumpul/mengobrol Studi/penelitian/praktikum
Gambar 12. Persentase Tujuan Lain Responden dalam Mengunjungi PGMN
Alasan pemain memilih PGMN sebagai sarana untuk bermain golf (Gambar 13) karena tempat ini memiliki sesuatu keunikan tersendiri yang indah, nyaman, dan mempunyai suasana yang masih asri/natural (76,67%), terdapat tanaman buah-buahan yang buahnya dapat diambil tanpa harus membayar (23,33%), serta letaknya yang strategis dan dekat dengan tempat tinggal (16,67%).
Memiliki sarana olahraga yang berbeda dari tempat golf yang lain. 25 Memiliki suatu keunikan tersendiri yang indah, nyaman, dan mempunyai suasana yang masih asri (natural).
20 15 Jumlah Responden 10
Memiliki tanaman buah-buahan yang dapat diambil buahnya tanpa harus membayar.
5 0 1 Alasan Responden
Memiliki tanaman buah-buahan yang dapat diambil buahnya tanpa harus membayar. Letaknya strategis dan dekat dengan tempat tinggal.
Gambar 13. Persentase Alasan Responden dalam Memilih PGMN
Dalam bermain golf, sebagian besar pemain bermain dengan rekan bisnis (86,67%) dan sisanya bermain dengan keluarga/teman dekat (13,33%). Perbedaan hasil persentase ini dapat dilihat dalam grafik berikut (Gambar 14).
34
13%
Keluarga/teman dekat Rekan bisnis
87%
Gambar 14. Persentase Partner Responden dalam Bermain Golf Keadaan PGMN dinilai oleh responsden (Gambar 15) biasa-biasa saja (83,33%), sudah baik (6,67%), dan kurang baik (10,00%). Para pengunjung menilai pihak pengelola masih belum baik dalam mendesain lanskap golf non permainan di PGMN (86,67%). Hampir semua pengunjung memperhatikan keindahan area lanskap golf non permainan di PGMN (100%).
25 20 Jumlah Responden
15 10 5 0 Sudah baik
Kurang baik
Biasa-biasa saja
Penilaian Responden
Gambar 15. Persentase Penilaian Responden Dalam area lanskap golf non permainan di PGMN, yang menjadi daya tariknya antara lain tegakan tanamannya yang alami, rindang, dan hijau (56,67%), pemandangan yang indah dan menarik (40%), banyak terdapat tanaman buah-
35
buahan (20,00%), serta terdapat tanaman hias/ornumental (33,33%). Sementara kekurangan-kekurangan yang ada di area lanskap golf non permainan di PGMN antara lain suhu udara yang panas (96,67%), penanaman pohon yang terlalu berdekatan sehingga tajuk pohon sangat rapat (40,00%), tanaman yang kurang terawat (30,00%), dan banyak sampah yang berceceran (6,67%). Perbedaan persantase daya tarik PGMN (Gambar 16) dan kekurangan-kekurangan yang ada di lanskap golf non permainan (Gambar 17) dapat dilihat pada gambar berikut.
18 16 14 12 Jumlah 10 Responden 8 6 4 2 0
Pemandangannya indah dan menarik Tegakan tanamannya yang alami, rindang, dan hijau Banyak terdapat tanaman buah-buahan 1 Daya Tarik PGMN Menurut Responden
Banyak terdapat tanaman hias/ornumental
Gambar 16. Persentase Daya Tarik PGMN Menurut Responden Suhu/udara yang panas
Jumlah Responden
35 30
Pemandangan yang tidak bagus
25 20
Terdapat bau-bau yang tidak menyanangkan
15
Kotor/banyak sampah yang berceceran
10 5
Tanamannya kurang terawat
0 1 Kekurangan Lanskap Golf Non Permainan di PGMN Menurut Responden
Adanya rumput liar
Penanaman pohon yang terlalu berdekatan sehingga tajuk pohon sangat rapat
Gambar 17. Persentase Kekurangan Lanskap Golf Non Permainan di PGMN Menurut Responden
36
Berdasarkan daya tarik dan kekurangan-kekurangan yang ada di PGMN, semua pemain setuju apabila dilakukan redesign/perancangan ulang pada area lanskap
golf
non
permainan
di
PGMN
(100%).
Jika
dilakukan
redesign/perancangan ulang, pemain menginginkan tanaman yang digunakan pada area lanskap golf non permainan adalah tanaman peneduh (96,67%), tanaman yang berfungsi produksi (36,67%), tanaman yang berbunga menarik (23,33%), dan tanaman hias/ornumental (16,67%). Persentase keinginan pengunjung mengenai jenis tanaman yang akan digunakan dalam redesign area lanskap golf non permainan di PGMN dapat dilihat dalam Gambar 18.
Tanaman peneduh 30 Tanaman yang dapat mengeluarkan suara gemerisik Tanaman yang memiliki aroma yang menyenangkan
25 20 Jumlah 15 Responden 10
Tanaman hiasan /ornumental
5 0 1 Jenis Tanaman yang Diinginkan Responden
Tanaman yang berbunga menarik Tanaman yang berfungsi produksi
Gambar 18. Persantase Jenis Tanaman yang Diinginkan Responden
Upaya responden untuk memperbaiki lanskap golf non permainan di PGMN adalah dengan memberikan saran-saran dalam redesign lanskap golf non permainan. Sebagian besar responden setuju dengan adanya redesign pada area yang menjadi pusat perhatian pengunjung, yaitu di bagian entrance dan jalur masuk menuju Club House. Masyarakat Sekitar. Lokasi PGMN berdekatan dengan beberapa kampung, diantaranya yaitu Kampung Curug, Kampung Krukut, Kampung AlangAlang, Kampung Utan, dan Kampung Ciganjur. Bagi masyarakat sekitar,
37
kehadiran PGMN ini memberikan keuntungan dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya PGMN, tingkat ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya PGMN. Sebagian besar karyawan harian atau tetap dan cady berasal dari masyarakat sekitar PGMN. Selain memberikan dampak ekonomi, PGMN juga telah memberikan dampak sosial yang menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana dan fasilitas, seperti petugas keamanan yang bekerjasama dengan koramil yang menjaga keamanan sekitar kawasan PGMN, bantuan yang diberikan oleh perusahaan kepada masjid-masjid sekitar kawasan PGMN ketika menyambut datangnya Idul Fitri dan Idul Adha, dibukanya kolam renang untuk umum, serta lebih dikenalnya kawasan Ciganjur di kalangan masyarakat luas. Karyawan Perusahaan. PT. Saranagraha Adisentosa memiliki dua tipe karyawan untuk pemeliharaan PGMN yaitu karyawan tetap dan karyawan harian. Fasilitas yang diberikan kepada karyawan tetap tersebut antara lain tunjangan JAMSOSTEK, THR, uang lembur, pesangon, pendidikan, seragam, uang makan, dan cuti 12 hari untuk satu tahun. Uang penghasilan yang diperoleh karyawan tetap telah memenuhi standar Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan. Uang gaji diberikan melalui rekening bank yang dibayarkan setiap tanggal 25 setiap bulannya. Untuk karyawan harian, perusahaan memberikan fasilitas yang sama dengan karyawan tetap kecuali uang makan. Uang gaji yang diperoleh karyawan harian disesuaikan dengan banyaknya jumlah hari bekerja. Karyawan harian yang terdapat di PGMN antara lain yaitu ibu-ibu lapangan, cady, dan petugas cleaning service.
Aspek Teknik Sejak berdirinya, PGMN telah mempunyai berbagai fasilitas dan utilitas yang mendukung, sehingga memberikan kemudahan bagi para pemain dan kelancaran berlangsungnya permainan. Fasilitas utama meliputi club house, driving range, practice green, shelter/halfway (bangunan peneduh), path, dan
38
nursery. Fasilitas lainnya yaitu adanya kolam renang. Jenis, jumlah, dan luas fasilitas lapangan golf di PGMN dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis, Jumlah, dan Luas Fasilitas di PGMN No.
Jenis Fasilitas Lapangan Golf
Jumlah
Luas Total ± (m2)
1.
Club House
1
19.968
2.
Driving Range
1
19.051
3.
Shelter / Halfway
3
16
4.
Practice Garden
5
1.642
5.
Nursery
Nursery Lanskap
2
894
Nursery Grassing
2
2.615
Sedangkan jenis utilitas yang terdapat di PGMN antara lain sistem irigasi, sistem drainase, dan sistem jaringan listrik. Pemeliharaan utilitas harus selalu diperhatikan karena kerusakan atau gangguan pada salah satu sistem dapat berpengaruh pada sistem lainnya. Club house. Club house merupakan fasilitas dari sebuah lapangan golf. Club house disediakan bagi para pemain untuk melakukan persiapan sebelum turun ke lapang dan untuk beristirahat setelah selesai bermain. Fungsi club house di lapangan golf adalah untuk membantu kelancaran pelaksanaan suatu permainan dan memberikan pelayanan bagi para pemain. Bangunan club house di PGMN dirancang oleh seorang arsitek yang bernama Ir. Budi Santoso. Club house di PGMN dibangun dengan memadukan gaya tradisional dan gaya modern (Gambar 19). Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Di dalam club house juga dilengkapi dengan lobby, locker room (ruang ganti pakaian), restaurant, meeting room, pro shop, ruang VIP, ruang cendana, kantor pemasaran, mushola (tempat sholat), kamar mandi dan ruang ganti dengan fasilitas mandi sauna.
39
Gambar 19. Club House PGMN Driving range. Driving range berfungsi sebagai tempat latihan bagi para pemain pemula atau juga sebagai tempat pemanasan sebelum turun bermain ke lapangan. Draving range tidak mempunyai area green, tetapi mempunyai fairway yang berkontur dan juga hazards berupa bunker dan pepohonan (Gambar 20). Driving range di PGMN menggunakan rumput Bermuda hibrida Windsor green (Cynodon transvaalensis).
Gambar 20. Driving Range PGMN
40
Bangunan peneduh. Bangunan peneduh di PGMN berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para pemain, tempat berteduh jika sewaktu-waktu hujan, tempat singgah sementara pemainketika pemain sedang melakukan perjalanan dengan menggunakan golf car, tempat membeli makanan dan minuman ringan, dan tempat untuk ke toilet. Bangunan peneduh ini berada dibeberapa bagian area lanskap golf permainan . Bangunan peneduh di PGMN dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu bangku istirahat (Gambar 21), shelter (Gambar 22), dan halfway (Gambar 23). Perbedaan bangku istirahat, shelter, dan halfway yaitu pada bangku istirahat hanya tersedia bangku tanpa atap, pada bangunan shelter terdapat fasilitas tempat duduk yang dilengkapi dengan atap, sedangkan halfway di PGMN selain menyediakan tempat duduk dengan atap juga menyediakan fasilitas toilet, makanan dan minuman. Bahkan di hole 14 terdapat halfway yang menyediakan makanan pelet ikan yang ikannya berasal dai kolam ikan yang ada di PGMN. Shelter yang ada di area permainan PGMN terletak di hole 4, 6, 8, 12, dan 14. Tiga halfway di PGMN terletak di hole 5, 13, dan 16.
Gambar 21. Bangku Istirahat
41
Gambar 22. Shelter
Gambar 23. Halfway
42
Practice green. Practice green merupakan fasilitas yang disediakan oleh PGMN bagi para pemain sebagai tempat berlatih memasukkan bola seperti halnya memasukkan bola ke dalam lubang pada area green setelah melakukan tee off (Gambar 24). Di PGMN terdapat lima practice green, tiga terdapat di sekitar club house, sedangkan dua terdapat di samping driving range. Practice green merupakan salah satu fasilitas penting bagi suatu lapangan golf sehingga konstruksi, desain, pemotongan dan tinggi potong disamakan dengan green yang terdapat pada area permainan. Path. Path atau jalan kecil yang menghubungkan antar area permainan merupakan suatu fasilitas yang terdapat di PGMN berupa jalur sirkulasi untuk golf car dan kendaraan pemeliharaan. Desain path di PGMN berpola organik mengikuti bentuk desain area permainan (Gambar 25). Dengan adanya path ini kerusakan pada rumput dapat ditekan. Bahan material pembentuk path di PGMN terbuat dari semen dengan lebar jalan 2,5 m – 3 m. Kondisi path di PGMN kurang terawat dengan baik hal ini dapat dilihat dari banyaknya path yang rusak akibat cuaca maupun retak akibat tekanan beban berat, bagian path yang rusak berbentuk cekungan dan menimbulkan genangan air. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan terganggunya transportasi dan keindahan estetika lapangan secara keseluruhan.
Gambar 24. Practice Green
43
Gambar 25. Path Nursery. Nursery merupakan salah satu fasilitas yang ada di PGMN yang berfungsi sebagai tempat persediaan bibit tanaman berupa rumput, semak, dan pohon baik yang dikembangbiakan secara vegetatif maupun generatif. Di PGMN terdapat dua buah nursery yaitu nursery lanskap dan nursery grassing (pembibitan rumput). Nursery lanskap PGMN yang pertama terdapat di dekat gedung maintenance (Gambar 26). Di nursery
lanskap terdapat beberapa tanaman
lanskap seperti tanaman hias, tanaman penutup tanah „groundcover‟, dan tempat pembibitan pohon. Tanaman-tanaman yang ada di nursery lanskap ini dikembangbiakan secara vegetatif, yaitu dengan stek. Nursery yang kedua terdapat di dekat area drving range. Nursery ini memiliki beberapa koleksi tanaman hias. Tanaman yang dibutuhkan di lapangan, tidak dapat terpenuhi semua oleh perusahaan. Oleh sebab itu dengan adanya nursery lanskap pihak perusahaan dapat
menekan
biaya
pengeluaran
untuk
membeli
tanaman.
Aktivitas
pemeliharaan juga dilakukan pada nursery lanskap. Aktivitas pemeliharaan ini dilakukan agar tanaman hasil perbanyakan tidak banyak yang mati.
44
Gambar 26. Nursery Lanskap
Nursery grassing (pembibitan rumput) yang ada di PGMN terletak di dua tempat, yang pertama terletak dekat area driving range, yang kedua terletak di samping gedung maintenance. Di dalam nursery pembibitan rumput yang pertama, ditanami rumput Bermuda varietas Tidwarf dan rumput Bermuda varietas Evergreen (Gambar 27). Keberadaan nursery rumput yang kedua dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumput di area permainan yang bermasalah. Dibandingkan rumput yang ada di area green di area pemaianan golf, rumput di nursery grassing konstruksinya lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pasir yang mempunyai ketebalan sekitar 5 cm pada lapisan atasnya dan di bawahnya langsung bersentuhan dengan lapisan tanah. Pemeliharaan nursery grassing kurang terawat dan terpelihara sehingga memungkinkan terjadinya penipisan rumput.
45
Gambar 27. Nursery Grassing
Sistem irigasi. Sistem irigasi pada lapangan golf merupakan suatu faktor yang penting dalam kegiatan pemeliharaan. Karena sistem irigasi memberikan semua kebutuhan air bagi tanaman baik pada area permainan maupun area non permainan. Pemberian air irigasi bertujuan untuk menciptakan kelengasan tanah yang cukup bagi pertumbuhan rumput. Sumber air irigasi di PGMN berasal dari Danau Gunung Bunder yang berdekatan dengan Kali Krukut. PGMN menggunakan sistem irigasi pompa dan pump-up sprinkler (Gambar 28) yang dioperasikan secara automatic melalui controller dan komputer lengkap beserta weather station (Stasiun Pemancar Cuaca). Controller dan komputer berada di Ruangan kantor superintendent.
46
Gambar 28. Pompa Air PGMN
Sistem drainase. Sistem drainase yang baik diperlukan agar permukaan tanah pada area permainan menjadi kokoh. Sistem drainase yang digunakan di PGMN adalah sistem bawah tanah (underground) berbentuk pola tulang ikan (Gambar 29). Di PGMN, sistem drainase terdapat di seluruh area permainan, yaitu green, tee box, fairway, dan bunker. Material yang digunakan untuk sistem drainase di PGMN adalah gravel (kerikil) dan drain koil menuju tempat penampungan sementara. Di dalam tanah, terdapat saluran internal yang digunakan untuk mengalirkan air menuju tempat pembuangan akhir. Secara umum kondisi sistem drainase di PGMN dalam kondisi baik. Sistem jaringan listrik. Kebutuhan listrik di PGMN berasal dari PLN cabang Kramat Jati dengan menggunakan kabel bawah tanah (underground system). Tujuan dari sistem ini adalah keberadaannya tidak menggangu permainan golf di lapangan. Pemanfaatan listrik di PGMN digunakan untuk berbagai macam kegiatan di PGMN, seperti di club house, gedung maintenance, bangunan pompa, penerangan di malam hari, dan untuk kegiatan lainnya yang menggunakan listrik. Jika listrik padam, maka PGMN menggunakan sumber listrik cadangan berupa genset. Gardu listrik di PGMN dapat dilihat pada Gambar 30.
47
Gambar 29. Pola Sistem Drainase di PGMN (Sumber : Beard, 1982)
Gambar 30. Gardu Listrik PLN PGMN
48
Inventarisasi Tapak Berdasarkan hasil persepsi dan preferensi pengunjung dalam hal ini para pemain golf di Padang Golf Matoa Nasional (PGMN), maka area yang akan di redesign adalah area yang menjadi pusat perhatian pengunjung yaitu tapak entrance dan akses masuk menuju Club House. Area entrance berfungsi sebagai pintu masuk utama menuju suatu tempat. Area entrance di PGMN selain berfungsi sebagai pintu masuk, juga berfungsi sebagai pintu keluar. Pintu masuk dan pintu keluar ini di batasi oleh bangunan pos satpam (Gambar 31). Di dalam area entrance terdapat lahan kosong yang berada dekat dengan gedung pemeliharaan. Jalur masuk menuju Club House adalah jalur yang menghubungkan area entrance dengan bangunan Club House. Jalur ini juga merupakan jalur sirkulasi utama yang ada di PGMN. Fungsi jalur utama ini adalah sebagai tempat pergerakan baik kendaraan umum maupun kendaraan khusus seperti golf car dan mobil pemeliharaan serta sebagai penghubung antar ruang dan fasilitas dalam suatu tapak (Gambar 32). Jalan utama dari area entrance menuju Club House membentuk pola linear. Sebelah utara jalan utama berbatasan dengan area lanskap golf permainan, lapangan parkir untuk pengunjung dan bangunan Club House, sebelah timur berbatasan dengan area entrance atau welcome area, sebelah selatan berbatasan dengan lahan kosong, dan sebelah barat dengan area pemeliharaan, nursery grassing, dan driving range. Pada area pemeliharaan terdapat gedung pemeliharaan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan golf car dan peralatan untuk memelihara lanskap lapangan golf Matoa. Gedung pemeliharaan juga berfungsi sebagai bengkel bila terjadi kerusakan pada alat pemeliharaan. Area pemeliharaan digunakan oleh para karyawan selain untuk bekerja juga sebagai tempat beristirahat (Gambar 33). Pada tepi jalan yang berbatasan dengan area lanskap golf permainan, tidak terdapat pohon yang dapat membatasi kedua ruang ini, sehingga mengurangi privasi para pemain yang sedang bermain golf.
49
Gambar 31. Bangunan Pos Satpam yang Berada di Area Entrance
Gambar 32. Jalur Masuk Menuju Club House
50
Gambar 33. Area Pemeliharaan di PGMN
Analisis dan Sintesis Hasil inventarisasi tapak yang akan di desain ulang selanjutnya di analisis dan sintesis untuk mengetahui potensi atau sumberdaya dan kendala sehingga dapat dilakukan berbagai tindakan untuk memanfaatan dan mengembangkan potensi atau sumberdaya dan mengendalikan atau meminimalkan kendali yang ada pada tapak. Area entrance dalam suatu tempat rekreasi harus dapat memberikan identitas dari tempat rekreasi tersebut untuk menarik perhatian pengunjung. Di dalam tapak entrance atau welcome area yang ada di PGMN tidak terdapat sesuatu identitas yang dapat mencirikan Padang Golf Matoa Nasional sehingga perlu dibuat focal point melalui penataan dan penggunaan tanaman serta fasilitas taman tertentu. Jalan utama dari area entrance menuju Club House membentuk pola linear. Pemandangan saat memasuki Club House dengan saat meninggalkan Club House tidak berbeda, hal ini menimbulkan kesan monoton bagi pengunjung yang
51
melewati jalur ini. Untuk mencegah kesan monoton tersebut perlu dibuat perbedaan desain antara jalur masuk dengan jalur keluar. Redesign ini dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi pada tepi jalan dan jalur hijau. Kondisi nursery grassing dan driving range yang berada di sebelah barat jalan utama masih dalam keadaan baik sehingga kedua area ini akan tetap dipertahankan. Sedangkan area pemeliharaan di PGMN yang digunakan para karyawan untuk berkumpul saat istirahat, kondisinya tidak cukup baik karena kurangnya vegetasi yang terdapat di sekitar area ini. Untuk itu perlu dibuat suatu area yang di dalamnya didominasi oleh vegetasi penyangga yang dapat membuat nyaman para karyawan saat beristirahat. Vegetasi penyangga ini juga berfungsi sebagai barrier untuk menutupi gedung pemeliharaan yang terlihat dari jalan utama. Kondisi lahan kosong yang berada di sebelah selatan jalan utama ini tidak termanfaatkan dengan baik yang mengakibatkan lahan ini menjadi ruang mati. Untuk memanfaatkan lahan kosong tersebut, akan dibuat suatu taman gerbang yang di dalamnya terdapat display tanaman dan elemen-elemen lanskap lainnya serta jalur path, sehingga area ini dapat memberikan kualitas visual yang baik. Jalur path ini dibuat agar para pengunjung dapat lebih leluasa menikmati taman ini. Dengan dibuatnya taman gerbang ini juga dapat menghindari kesan monoton bagi pengguna jalan dalam memasuki kawasan PGMN. Sebelah utara jalan utama berbatasan dengan area lanskap permainan golf, lapangan parkir untuk pengunjung dan bangunan Club House. Area lanskap golf permainan dan Club House masih dalam kondisi baik, sehingga kedua area ini akan tetap dipertahankan. Sedangkan pada area parkir, vegetasi tumbuh dengan tajuk yang sangat rapat sehingga perlu dilakukan penataan ulang vegetasi dan vegetasi yang akan ditanam diutamakan vegetasi yang mempunyai fungsi sebagai penyerap polutan. Pada malam hari kondisi area entrance dan jalur masuk menuju Club House terasa gelap karena kurangnya lampu penerangan pada tapak. Untuk itu perlu pemberian lampu taman pada titik-titik tertentu agar pada malam hari tapak menjadi terang dan dapat menciptakan rasa aman bagi pengguna.
52
Konsep Desain Konsep Dasar Konsep dasar perancangan yang akan dibuat pada tapak tidak jauh berbeda dengan konsep dasar awal ketika Padang Golf Matoa ini dibangun. Konsep dasar perancangan area entrance dan jalur masuk menuju Club House yang akan dibangun adalah menciptakan suasana sejuk, mencegah terjadinya erosi, sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta Selatan, dan menciptakan iklim mikro yang baik bagi daerah sekitarnya, dengan mengembangkan potensi yang ada pada tapak dan mengendalikan atau meminimalkan kendala yang ada pada tapak.
Konsep Tata Ruang Konsep tata ruang ini menggambarkan fungsi yang terdapat pada setiap ruang. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, ruang yang akan dikembangkan dalam tapak meliputi ruang penerimaan, ruang sirkulasi, dan ruang penyangga (Gambar 34). Pembagian ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi aktivitas pengunjung. Ruang penerimaan merupakan tempat dimana ketika para pengunjung memasuki kawasan perencanaan, maka pengunjung terlebih dahulu akan memasuki ruang penerimaan. Konsep dari ruang penerimaan ini harus dapat memberikan kesan menyambut dari luar tapak ke dalam tapak. Di dalam ruang ini terdapat identitas atau ciri khas yang membedakan dengan area luar di tapak, sehingga dapat menimbulkan kesan bagi para pengunjung. Ciri khas atau identitas ini ditimbulkan dengan penataan dan penggunaan tanamannya serta penggunaan fasilitas tertentu. Jalur sirkulasi merupakan hal yang penting dalam suatu ruang, karena sirkulasi merupakan tempat untuk melakukan pergerakan atau perpindahan (transmit) manusia, barang, jasa maupun informasi dari suatu titik menuju titik yang lainnya, baik dengan cara berjalan, berkuda, berkendaraan, atau dengan alat penggerak/pemindah lainnya. Jalur sirkulasi merupakan jalur penghubung antar ruang dan fasilitas dalam suatu tapak, dengan bebagai macam bentuk seperti lurus, memutar, dan berbelok sehingga dapat memberikan kesan dinamis, nyaman, dan menyenangkan.
53
Gambar 34. Konsep Tata Ruang
Konsep sirkulasi akan mengikuti pola desain yang direncanakan dan mempertimbangkan bahan yang akan digunakan sesuai dengan fungsi dari jalur tersebut sehingga diharapkan pengguna merasa nyaman saat menggunakan jalur sirkulasi. Sarana sirkulasi dalam tapak terdiri dari sirkulasi manusia atau pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan khusus (golf car). Pada ruang sirkulasi kendaraan utama yang menghubungkan area penerimaan dengan area Club House, terdapat dua jalur yang terdiri dari jalur masuk dan jalur keluar. Jalur ini di batasi oleh screen atau pembatas. Pembatas ini terdiri dari berbagai tanaman hias. Kesan yang ditimbulkan dari kedua jalur ini (jalur masuk dan jalur keluar) akan berbeda. Hal ini diciptakan untuk agar para pengunjung tidak merasa monoton saat masuk kawasan dan ketika akan keluar dari area olahraga golf ini. Ruang penyangga berfungsi untuk menyangga areal yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Ruang penyangga juga berfungsi sebagai pembatas pandangan (screening/visual control) dan sebagai pembatas ruang (barrier). Di dalam ruang penyangga, elemennya didominasi oleh vegetasi yang mempunyai
54
fungsi fisik baik sebagai ekotis-naungan, pembatas atau barrier maupun untuk kontrol visual.
Konsep Tata Hijau Konsep tata hijau diwujudkan dalam rencana penataan vegetasi peletakan pohon disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta fungsi area tapak. Konsep tata hijau dikembangkan lagi berdasarkan fungsi dan manfaat masing-masing vegetasi yang ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan pada tapak. Konsep tata hijau yang akan dikembangkan dalam tapak meliputi : tata hiaju identitas, tata hijau penyangga, tata hijau estetis, dan tata hijau konservasi (Gambar 35). Tanaman yang digunakan untuk mengisi ruang antara lain terdiri atas tanaman identitas, tanaman peneduh, tanaman hias/ornumental, tanaman kehutanan, dan tanaman buah-buahan.
Gambar 35. Konsep Tata Hijau
Tata hijau identitas yaitu vegetasi yang dapat memberikan ciri khas bagi Padang Golf Matoa Nasional (PGMN) sehingga dapat memberikan kesan tersendiri bagi pengunjungnya. Tanaman yang akan digunakan pada ruang ini adalah pohon matoa (Pometia pinnata) yang berasal dari Papua. Tanaman inilah
55
yang menjadi simbol dari tempat ini, sehingga nama padang golf ini diambil dari nama pohon tersebut. Tata hijau penyangga yaitu vegetasi yang berfungsi untuk membatasi pandangan (screening/visual control), sebagai pembatas ruang (barrier), dan sebagai pembatas atau penyangga yang berada di tengah-tengah jalur sirkulasi kendaraan bermotor yang menjadi penghubung antara ruang penerimaan dengan ruang parkir, serta sebagai peredam kebisingan dan menyerap polutan. Tanaman yang akan digunakan antara lain berbagai jenis tanaman semak seperti Heliconia sp, Zephyranthes grandiflora, Coleus blumei, Torenia fournieri, Tagetes patula, Lavandula angustifolia, Cordyline terminalis, Chlorophytum sp, Codiaeum sp, Iresine herbstii, Cuphea sp, Ixora cocinea, Nemophila menziesii, Duranta sp, Canna indica, Cleome hasslerana, Hydrangea macrophylla, Dahlia variabilis, dan Euphorbia mili. Tata hijau estetis merupakan jenis vegetasi yang dapat menunjang dan menciptakan unsur keindahan dan pelembut suasana. Pada tapak, tata hijau estetis akan dikembangkan terutama di daerah penerimaan, di sekitar bangunan, disekitar ruang pelayanan, dan di dalam ruang koleksi tanaman. Vegetasi yang akan digunakan merupakan vegetasi yang mempunyai warna, bunga, daun, dan bentuk yang menarik, hal ini bertujuan untuk mencegah kesan monoton dan meningkatkan kualitas visual tapak. Contoh vegetasi ini antara lain Tagetes patula, Gomphrena glabosa, Kalanchoe grandiflora, Vinca rosea, Cleome hasslerana, Chlorophytum sp, Althernantera paronychioides, Arachis pintoi, Cinnamomun burmanii, Agave angustifolia, Coleus blumei, Lantana camara, Dietes bicolor, Petunia grandiflora, dan Duranta sp. Tata hijau konservasi berfungsi menciptakan iklim mikro yang baik, penahan erosi, menciptakan suasana sejuk, sebagai ruang terbuka hijau untuk daerah Jakarta Selatan, dan diharapkan dapat memberikan habitat burung maupun serangga.
Contoh
tanamannya
adalah
Artocarpus
communis,
Maniltoa
grandiflora, Bauhinia blakeana, Cassia surattensis, Jacaranda acutifolia, Clerodendrum quadriloculare, Lagerstromia indica, dan Polyathia longifolia.
56
Konsep Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang akan dikembangkan dalam tapak merupakan fasilitas penunjang bagi para pengunjung dan merupakan fungsi pada masing-masing ruang. Fasilitas yang akan dibangun harus dapat mengakomodasi semua aktivitas pengguna dan dapat memberikan kenyamanan pengguna dalam tapak. Dalam memilih bahan untuk fasilitas yang akan dibangun harus mempertimbangkan tata letak, bahan yang digunakan harus beradaptasi terhadap iklim dan tidak mudah rusak serta harus memperhatikan segi fungsional dan keindahannya. Fasilitas yang akan di tempatkan pada tapak meliputi fasilitas sirkulasi (jalur kendaraan dan path), dan fasilitas lainnya seperti pos keamanan, lampu penerangan, dan signage (Gambar 36). Khusus untuk pos keamanan akan tetap mempertahankan kondisi awal.
Gambar 36. Konsep Fasilitas dan Utilitas Sementara untuk sistem utilitas, pembagiannya terdiri atas jaringan listrik, sistem penerangan, air dan saluran drainase. Saluran drainase akan tetap mempertahankan kondisi awal yaitu dengan menggunakan sistem bawah tanah (underground). Sistem utilitas diarahkan dengan memanfaatkan jaringan yang ada
57
di sekitar tapak, mudah dipelihara, dan tidak mengganggu jaringan utilitas lainnya, dan tidak mengurangi potensi estetika yang ada dalam tapak dan aman untuk pengunjung serta kepentingan kegunaan lainnya.
Rencana Tapak Rencana Tata Ruang Rencana ruang dibuat berdasarkan konsep tata ruang yang telah ditetapkan dan hasil analisis yang telah didapat. Penataan ruang pada tapak dikembangkan menjadi tiga bagian yaitu: ruang penerimaan, ruang sirkulasi, dan ruang penyangga. Ruang penerimaan berfungsi sebagai welcome area pada tapak. Pada ruang penerimaan terdapat dua pintu utama yang merupakan pintu masuk sekaligus pintu keluar. Pada ruang penerimaan juga terdapat pos keamanan yang kondisinya tetap dipertahankan dari desain awal dan taman gerbang yang dilengkapi dengan entry signage di dalamnya (Gambar 37).
Gambar 37. Ilustrasi Welcome Area
58
Vegetasi yang ditanam di ruang penerimaan adalah vegetasi yang mempunyai fungsi identitas, yaitu pohon matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa ini ditanam dengan pola barisan yang menjadi batas rumput pada area lanskap golr permainan dengan sirkulasi kendaraan utama. Fungsi vegetasi ini selain sebagai tanaman identitas dari tempat ini juga sebagai pengarah jalan dan pembatas ruang (barrier). Ruang sirkulasi terdiri dari ruang pergerakan kendaraan dan pejalan kaki. Pedestrian line yang telah ada di tapak tetap dipertahankan. Pedestrian ini berada sepanjang jalan yang menghubungkan area gedung pemeliharaan menuju area Club House. Sirkulasi kendaraan utama memiliki lebar 6,25 m. Jalan yang ada terdapat dua jalur dengan pembatas jalur hijau (Gambar 38). Jalur hijau dalam hal ini selain berfungsi sebagai pembatas, juga berfungsi sebagai pemberi keteduhan dan memberikan nilai estetika. Sedangkan sirkulasi khusus untuk golf car (path), mempunyai lebar 2,25 m.
Gambar 38. Ilustrasi Jalur Sirkulasi
59
Pada tepi jalan untuk jalur kendaraan bermotor ditanam beberapa vegetasi. Penanaman vegetasi pada tepi jalan, menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975) berfungsi sebagai peneduh jalan, penyerap kebisingan, penyerap polusi udara, dan pembatas pandangan. Vegetasi yang digunakan pada tepi jalan antara lain adalah Ixora cocinea, Nemophila menziesii, Chlorophytum sp, dan Pometia Pinnata yang ditanam secara berkelompok dan membentuk barrrier. Tanaman Pometia pinnata selain berfungsi sebagai vegetasi identitas, juga berfungsi sebagai pengarah jalan dan pembatas pandangan. Menurut Chiara dan Koppelman (1982), tanaman tinggi sperti Pometia pinnata yang memiliki massa daun padat dan ditanam berbaris serta jarak tanam rapat dapat berfungsi sebagai pembatas pandangan dari visual yang tidak diinginkan. Ruang penyangga merupakan pembatas antar ruang seperti tanaman display maupun ruang yang berada disekeliling tapak. Ruang penyangga menurut Simonds (1998) berfungsi sebagai pembatas pandangan (screening/visual control), pembatas ruang (barrier), dan untuk meningkatkan nilai estetika tapak, sehingga ruang ini lebih didominasi oleh vegetasi (Gambar 39).
Gambar 39. Ilustrasi Ruang Penyangga
60
Ruang penyangga ini diharapkan dapat menciptakan iklim mikro tapak sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi pengguna dan meningkatkan nilai estetika tapak. Vegetasi yang digunakan pada ruang penyangga merupakan kombinasi dari pohon dan semak yang tingggi.
Rencana Aktivitas Aktivitas yang direncanakan pada tapak merupakan akktivitas yang diperoleh berdasarkan keinginan pengunjung dan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada tapak. Aktivitas yang terdapat pada tapak hanya berupa melewati jalur sirkulasi dan viewing.
Rencana Tata Hijau Tata hijau yang direncana dan dirancang terdiri dari tata hijau identitas, tata hijau penyangga, tata hijau estetis, dan tata hijau konservasi. Pada tata hijau identitas, vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang dapat memberikan kesan yang mendalam bagi penggunanya sekaligus berfungsi sebagai pengarah. Vegetasi utama yang digunakan dalam tata hijau identitas adalah pohon matoa (Pometia pinnata) yang berasal dari Papua. Tata hijau ini diterapkan pada area penerimaan, jalur hijau (screening) pada jalur masuk dan jalur keluar pada jalur kendaraan utama), dan area parkir. Pola penanaman membentuk barisan dengan jarak tertentu yang berfungsi selain sebagai identitas juga sebagai pengarah pengguna jalur sirkulasi. Agar tidak menimbulkan kesan monoton bagi pengguna, pada jalur keluar untuk kendaraan, ditanam berbagai groundcover/tanaman penutup tanah yang mempunyai warna dan bentuk menarik dengan pola melingkari pohon matoa (Pometia pinnata) yang ada di pinggir jalan. Tanaman-tanaman penutup tanah tersebut adalah Dietes bicolor, Lantana camara, Coleus blumei, dan Petunia grandiflora. Hakim dan Utomo (2002) menjelaskan bahwa pengulangan unsurunsur lanskap pada elemen lanskap lainnya yang berbeda dapat membentuk suatu ikatan atau hubungan visual dari bagian-bagian yang berbeda dan menciptakan ritme atau irama tertentu. Ritme dalam desain tapak dapat diciptakan dengan penempatan pola-pola yang jelas, terbentuk melalui unsur lanskap dalam suatu
61
area. Sehingga untuk menciptakan ritme yang menarik pada tapak, tidak semua groundcover ditanam disekeliling pohon matoa, tetapi penanaman groundcover ini hanya dilakukan di beberapa pohon matoa. Untuk memudahkan sistem pemeliharaan, tanaman penutup tanah yang berada di beberapa sekeliling pohon matoa tersebut tidak ditanam secara langsung tetapi ditanam didalam polybag. Hal ini bertujuan agar jika ada kerusakan pada tanaman dapat diganti dengan mudah. Pada tata hijau penyangga, vegetasi digunakan sebagai pembatas ruang (barrier), dan sebagai pembatas atau penyangga yang berada di tengah-tengah jalur sirkulasi kendaraan bermotor yang menjadi penghubung antara ruang penerimaan dengan ruang parkir. Tata hijau penyangga ini berfungsi sebagai peredam kebisingan, dan peneduh bagi pejalan kaki. Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975) vegetasi yang ditanam di sekitar jalur sirkulasi harus memperhatikan kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan, irama, proporsi, skala, dan kontras yang dapat memberikan nilai keindahan dan meningkatkan kualitas lingkungan. Lebih lanjut Chiara dan Koppelman (1990) menyatakan bahwa tanaman yang digunakan pada jalur sirkulasi harus memenuhi kriteria antara lain: perakaran tidak merusak konstruksi jalur sirkulasi, low maintenance, batang atau percabangan tidak mudah patah, dan daun tidak mudah rontok atau gugur. Selain vegetasi yang ditanam pada tepi jalan, pada median jalan terdapat jalur hijau yang ditanami berbagai jenis vegetasi. Penanaman jalur hijau mempunyai tujuan yang sama dengan penanaman vegetasi di tepi jalan. Simonds (1998) menjelaskan bahwa tanaman jalur hijau berfungsi sebagai pembeda area yaitu melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh, sebagai daya tarik, screen, dan dapat menghilangkan kesilauan serta mengurangi polusi udara. Berdasarkan karakteristik dan kriteria tanaman di atas maka jenis tanaman yang dipilih dalam jalur hijau adalah kombinasi pohon dan semak. Tanaman yang digunakan antara lain Heliconia sp, Zephyranthes grandiflora, Coleus blumei, Torenia fournieri, Tagetes patula, Lavandula angustifolia, Cordyline terminalis, Chlorophytum sp, Codiaeum sp, Iresine herbstii, Cuphea sp, Ixora cocinea,
62
Nemophila menziesii, Duranta sp, Canna indica, Cleome hasslerana, Hydrangea macrophylla, Dahlia variabilis, dan Euphorbia mili. Pada tata hijau estetis, tanaman yang digunakan dapat memberikan keindahan pada tapak yang dapat meningkatkan kualitas visual tapak dan mencegah kesan monoton bagi pengguna. Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975) karakteristik vegetasi yang digunakan pada tata hijau estetis adalah tanaman yang mempunyai warna, daun, bunga, dan bentuk yang menarik, toleran terhadap polutan, dan memiliki pemeliharaan yang mudah. Tanaman tersebut dapat berupa tanaman penutup tanah, semak, perdu, maupun pohon. Tanaman-tanaman ini diletakkan di area penerimaan dan taman gerbang. Pola penanaman tanaman ini sebagian besar berupa organik untuk memberikan kesan dinamis. Tanaman yang digunakan pada tata hijau estetis adalah Tagetes patula, Gomphrena glabosa, Kalanchoe grandiflora, Vinca rosea, Cleome hasslerana, Althernantera paronychioides, Arachis pintoi, Cinnamomun burmanii, Agave angustifolia, Coleus blumei, Lantana camara, Dietes bicolor, Petunia grandiflora, Duranta sp, dan Chlorophytum sp. Pada tata hijau konservasi, tanaman yang digunakan berfungsi untuk menciptakan iklim mikro yang baik, penahan erosi, menciptakan suasana sejuk, sebagai ruang terbuka hijau, dan diharapkan dapat memberikan habitat burung maupun serangga (Simonds, 1998). Tanaman yang digunakan juga harus mendukung konsep estetika lanskap. Pola penanaman pada tata hijau konservasi ini adalah berdasarkan jenis tanaman dan ketinggian tajuk. Adapun tanaman yang digunakan dalam tata hijau konservasi yaitu Artocarpus communis, Maniltoa grandiflora, Bauhinia blakeana, Cassia surattensis, Jacaranda acutifolia, Clerodendrum quadriloculare, Lagerstromia indica, dan Polyathia longifolia.
Rencana Fasilitas Rancangan fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak bertujuan untuk memaksimalkan fungsi keamanan, kenyamanan, dan keindahan. Material yang
63
digunakan adalah dari bahan lokal dan mudah dipelihara. Fasilitas ini berupa signage, path, dan lampu penerangan. Signage dalam desain lanskap selain berfungsi sebagai ornamen lanskap juga dapat digunakan sebagai bentuk yang mencirikan identitas dari tapak (Hakim dan Utomo, 2002). Oleh karena itu bentuk dan warna signage dalam tapak harus menarik sesuai dengan kesan yang ingin ditimbulkan. Signage pada taman gerbang yang terdapat di luar area pintu masuk PGMN, terbuat dari susunan batu bata dan beton yang membentuk tulisan “MATOA GOLF”. Tulisan “MATOA GOLF” terbuat dari besi plat hijau (Gambar 40). Warna signage ini dipilih warna hijau karena menurut Hakim dan Utomo (2002) warna dalam suatu objek harus mengekspresikan kesan yang ingin ditimbulkan dari objek itu sendiri. Warna hijau menurut Hakim dan Utomo (2002) sesuai dengan warna tumbuhan sehingga dapat menimbulkan rasa sejuk dan segar, dapat memberi rasa ketenangan, tidak gembira dan tidak menindas. Di belakang signage ini terdapat backround yang terbuat dari susunan tanaman Arundinaria pumila (bambu jepang).
Gambar 40. Ilustrasi Entry Signage (1) pada Welcome Area
64
Penempatan signage di tikungan jalan bertujuan agar setiap orang yang melintasi jalur kendaraan ini baik yang ada di dalam kendaraan maupun yang sedang berjalan kaki dapat melihat signage ini sebagai identitas dari PGMN. Pada taman gerbang yang berada di dalam kawasan PGMN juga terdapat signage yang digunakan sebagai focal point pada Welcome Area. Signage ini dibuat dengan warna dasar putih, pada permukaan atas signage terdapat gambar logo PGMN dan tulisan yang berwarna hijau (Gambar 41). Menurut Hakim dan Utomo (2002), tujuan dari penggunaan cat warna putih pada dasar signage adalah untuk menciptakan kesan netral dan memberi ketegasan pada gambar atau pola yang ditimbulkan di atasnya. Warna putih pada suatu objek juga dapat menciptakan kesan luas dari objek tersebut.
Gambar 41. Ilustrasi Entry Signage (2) pada Welcome Area
Desain signage ini terbuat dari susunan batu bata dan beton yang kemudian di cat dasar warna putih. Gambar logo Matoa dan tulisannya terbuat dari granit yang ditempel di permukaan atas signage dengan semen. Signage ini berbentuk kotak dengan tinggi signage di bagian belakang adalah 3,5 m, tinggi
65
signage di bagian depan adalah 1,3 m, dan lebar dari signage adalah 3,5 m. Bagian belakang signage dibuat lebih tinggi agar dapat dilihat oleh pengguna tapak yang berada di dalam kendaraan mobil saat melewati jalan menuju Club House. Menurut Hakim dan Utomo (2002), untuk menarik perhatian pengunjung dapat diciptakan dengan penekanan yang ditimbulkan oleh dominannya salah satu konponen unsur sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya. Penekanan dapat diciptakan melalui ukuran, bentuknya sendiri, tata letaknya, juga unsur-unsur lain seperti garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang. Tujuan pembuatan signage dengan bentuk kotak dan warna putih adalah sebagai penekan atau aksentuasi (emphasis) dari elemen-elemen lanskap yang ada di sekeliling signage. Bentuk dan warna elemen-elemen lanskap yang ada di sekeliling signage didominasi oleh pola organik dan berwarna hijau. Sehingga dengan adanya signage dengan bentuk kotak dan warna dominan putih ini dapat menjadi titik pusat perhatian pengunjung yang akan mengarahkan mata pengunjung untuk selalu melihat wujud dari signage ini. Path atau jalan kecil yang menghubungkan antar area permainan merupakan suatu fasilitas yang digunakan untuk jalur sirkulasi golf car dan kendaraan pemeliharaan. Desain path pada tapak berpola organik (Gambar 42). Menurut Hakim dan Utomo (2002), pola organik dalam suatu sirkulasi adalah bertujuan untuk menciptakan kesan santai, sehingga pengguna tapak akan memperlambat pergerakannya. Dengan memperlambat pergerakannya, pengguna tapak dapat lebih menikmati pemandangan yang disajikan di area sekitar path, yaitu adanya taman gerbang. Fungsi path selain sebagai jalur sirkulasi golf car, juga dapat digunakan sebagai penekan kerusakan yang ditimbulkan pada rumput. Permukaan path didesain dengan tekstur tidak licin, dibuat dengan bahan material yang tahan lama dan mudah dalam pemeliharaan. Bahan material yang memenuhi kriteria tersebut adalah semen. Path terbuat dari semen dengan lebar jalan 2,5 m – 3 m.
66
Gambar 42. Ilustrasi Path
Lampu penerangan selain berfungsi untuk memberikan keamanan bagi pengguna tapak pada malam hari juga dapat mempengaruhi warna, dinamika, dan merubah suasana tapak menjadi lebih hidup (Hakim dan Utomo, 2002). Lampu penerangan pada tapak terdapat di area penerimaan, taman gerbang, jalur hijau, dan area parkir. Lampu penerangan ini menggunakan besi pipa coklat dengan diameter 4 cm (Gambar 43). Tinggi lampu penerangan ini adalah 3 m dari permukaan tanah dengan tinggi pondasi 1 m. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar dengan tingkat pencahayaan 15 – 1000 watt. Jaringan listrik menggunakan jaringan bawah tanah yang telah tersedia di tapak.
67
Gambar 43. Ilustrasi Lampu Penerangan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Desain lanskap tapak entrance dan jalur masuk menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional Country Club (PGMN) memberikan kesan nyaman, aman, harmonis, dan memberikan pengalaman visual yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Desain yang baru ini memiliki ciri khas yang berbeda, yaitu adanya vegetasi yang beragam yang dapat menciptakan suasana nyaman dan estetik serta mudah dipelihara. Vegetasi ini ditanam dengan membentuk pola-pola yang menarik sehingga memberikan suatu pemandangan yang indah. Pada Taman gerbang terdapat signage yang bertuliskan “MATOA GOLF”. Adanya signage ini dapat membuat para pengguna menyadari keberadaannya di padang golf tersebut. Lanskap jalan sebagai akses masuk menuju Club House didesain untuk memberikan suasana meriah serta membangkitkan dinamika dan semangat dengan menghadirkan berbagai jenis tanaman berbunga yang berbasis pohon identitas, yaitu matoa (Pometia pinnata). Kemonotonan lanskap jalan dipecahkan dengan warna, jenis, dan bentuk tanaman, serta tata letak tanaman dan komposisi elemen.
Saran 1. Desain lanskap area entrance dan jalur masuk menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional Country Club dapat menjadi acuan dalam pembangunan area entrance dan jalur masuk menuju Club House untuk meningkatkan kualitas estetika dan lingkungan. 2. Teknik penanaman untuk tanaman berbunga pada taman gerbang dapat dilakukan secara langsung di tanah (tanpa polibag) dengan catatan perawatan tanaman harus lebih intensif. 3. Pengawasan yang ketat dari pengelola Padang Golf Matoa Nasional Country Club terhadap aktivitas yang berlangsung pada tapak diperlukan sehingga tidak terjadi perubahan penggunaan tapak menjadi fungsi lain.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Arboretum. Buletin Tanaman dan Lanskap Indonesia. 4(2):24. Arifin, H. S., dkk. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Jakarta : Sampoerna. Beard, J. B. 1982. Turf Management for Golf Course. Burgess Pub. Co. San Fransisco. 468 p. Carpenter, P. L. T. D. Walker dan F. O. Lanphear. 1975. Plant In The Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. 418 p. Chiara, J. D. dan L. E. Koppelmen. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Jakarta : Airlangga. 380 p. Douglass, W. R. 1982. Forest Recreation. New York : Pergamon Press. Gold, S. M. 1980. Recreation Planing and Design. New York : Mc. Graw Hill Book. 332 p. Gunawan, A. 2007. Beberapa Pertimbangan Penting dalam Desain Lanskap Golf Cours. Bogor : Makalah dalam SeminarTurf Management VIII. 16 hal. Hakim, R. dan Utomo, H. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Jakarta : Bumi Aksara. Harris, C. W. dan Dines, N. T. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. New York : Mc. Graw-Hill, Inc. 854 p. Helphand, K. L. 1995. Learning from Linkslan. Landscape J. 14(1) : 74-85 p. Hurdzan, M. J. 1996. Golf Course Architecture. Michigan : Sleeping Bear Press. 393 p. Karmila, M. 1998. Pemeliharaan Arboretum di Padang Golf Matoa Nasional, Ciganjur, Jakarta Selatan [Skripsi]. Jakarta. Fakultas Pertanian. Universitas Mercu Buana. Kluckert, E., R. Tamon (editor). 1998. European Garden Design, From The Classical Antiquity to The Present Day. Kheman Verlagsgesselschaft mbH, Bonner Strasse, Cologne. 628 p. Kusreal, S. 2005. Pengelolaan Lanskap Lapangan Golf Damai Indah Golf Country Club, Bumi Serpong Damai, Tanggerang [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
70
Muirhead, D. dan G. L. Rando. 1994. Golf Course Development and Real Estate. Washington D.C. : The Urban Land Institute. 180 p. Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Bogor : Makalah dalam Festifal Tanaman VIHimagron. 20 hal. Reid, G. W. 1993. From Concept To Form In Landscape Design. New York : Van Nostrand Reinhold. 162 p. Simonds, J. O. 1998. Landscape Architecture. New York : Mc. Graw-Hill Book Co. 265 p. Sintia, M. dan Murhananto. 2004. Mendesain, Membuat, dan Merawat Taman Rumah. Depok : PT. Agromedia Pustaka. 111 hal. VanDkye, S. 1990. From Line to Design. New York : Van Nonstrad Reinhold. 198 p. Wardana, P. S. 2004. Perancangan Ulang Sektor Taman Golf Timur, Perumahan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Daftar Koleksi Tanaman di Padang Golf Matoa Nasional (PGMN)
No.
Nama Latin
Nama Lokal
Family
1
Acalypha macrophylla
Teh-Tehan
Euphorbiaceae
2
Aegle marmelos
Mojopahit
Rutaceae
3
Agave agustifiolia
Agave
Agavaceae
4
Antidesma bunius
Buni
Euphorbiaceae
5
Antocarous insica
Kluwih
Moraceae
6
Areca catechu
Pining Sirih
Araceae
7
Baccaurea racemosa
Menteng
Euphorbiaceae
8
Bougainvillea spectabilis
Bogenvil/Paper Flower
Nyctaginaceae
9
Callophyllum soulatri
Sulatri
Clusiaceae
10
Canarium commune
Kenari
Burceraceae
11
Chlorophytum comosum
Lili Paris
Liliaceae
12
Chrysophylium caimita
Sawo Duren
Sapotaceaea
13
Cinnamomum burmani
Kayu Manis
Lauraceae
14
Cinnamomum zaylanicum
Kayu Manis
Lauraceae
15
Citrus sinencis
Jeruk Manis
Rutaceae
16
Cocos nucifera
Kelapa
Araceae
17
Cryptanthus sp.
Nenas Hias
Bromeliaceae
18
Cuphea sp.
Taiwan Beauty
Lythraceae
19
Cycas revoluta
Sikas
Cycadaceae
20
Dalbergia latifolia
Sonokeling
Fabaceae
21
Dillenia indika
Sempur
Dilleniaceae
22
Dryobalanops aromatika
Kamper
Dipterocarpaceae
23
Durio zibthinus
Durian
Bombaceae
24
Dyospyros kaki
Kesemek
Ebenaceae
25
Dyospyros philippinensis
Bisbol
Ebenaceae
26
Dyospyros utilis
Eboni
Ebenaceae
27
Eugenia aquea
Jambu Air
Myrtaceae
28
Eugenia cumini
Duet
Myrtaceae
29
Eugenia polyantha
Salam
Myrtaceae
30
Eugenia polycepala
Gowok
Myrtaceae
31
Euphorbia lactea
Euphorbia
Euphorbiaceae
32
Excoecaria bicolor
Sambang Darah
Euphorbiaceae
73
Lampiran 1. Lanjutan
No.
Nama Latin
Nama Lokal
Family
33
Fibiscus tiliaceus
Waru
Meliaceae
34
Ficus benjamina
Beringin
Moraceae
35
Ficus lyrata
Boiola Cantik
Moraceae
36
Flacourtia inermis
Lobi-lobi
Flacourtiaceae
37
Flacourtia rukam
Rukem
Flacourtiaceae
38
Garcinia mangostana
Manggis
Clusiaceae
39
Gnetum gnemon
Melinjo
Gnetaceae
40
Gomprena globosa
Kembang Kancing
Acanthaceae
41
Heliconia spp.
Pisang Hias
Sterilitciaceae
42
Hibiscus rosa-sinensis
Kembang Sepatu
Malvaceae
43
Hydrangea macrophylla
Bunga Bokor
Hydrangeaceae
44
Inocarpus fagiferus
Gyam
Fabaceae
45
Instia bijuga
Merbau
Fabaceae
46
Iresine herbstii
Bayam Merah
Amarantaceae
47
Ixora sinensis
Soka
Rubiaceae
48
Lansium domesticum
Duku
Meliaceae
49
Malaleuca leucadendron
Kayu Putih
Myriaceae
50
Mangifera caesia
Kemang
Anacardiaceae
51
Mangofera indica
Mangga
Anacardiaceae
52
Maniltoa kauki
Sawo Kecik
Sapotaceaea
53
Myristica fragrans
Pala
Myristiaceae
54
Nephelium longanum
Kelengkeng
Sapindaceae
55
Peronema canescens
Sungkai
Verbenaceae
56
Persea americana
Alpukat
Lauraceae
57
Petunia hybrida
Petunia
Solanaceae
58
Phaleria Papuana
Sari Buah Merah
Verbenaceae
59
Phyllantus acidus
Ceremei
Euphorbiaceae
60
Pithecelobium lobatum
Jengkol
Fabaceae
61
Podocarpus nerifolius
Ki Putri
Podocarpaceae
62
Pouteria sp.
Alkesah
Sapotaceaea
63
Ravenala madagascariensis
Pisang Kipas
Sterilitciaceae
74
Lampiran 1. Lanjutan
No. 64 65 66 67 68 69 70
Nama Latin Rhapis exelsa Rhoeo discolor Sandoricum koetjapi Santalum album Tamarindus indica Tectona grandis Yucca aloifolia
Nama Lokal Palm Wregu Adam dan Hawa Kecapi Cendana Asam Jawa Jati Yucca
Family Arecaceae Commelinaceae Meliaceae Santalaceae Fabaceae Verbenaceae Agavaceae
75
Lampiran 2. Daftar Tanaman dalam Redesign Tapak Entrance dan Akses Masuk menuju Club House di Padang Golf Matoa Nasional
Penutup Tanah
Althernantera paronychioides
Coleus blumei
Dietes bicolor
Lavandula angustifolia
Torenia fournieri
Arachis pintoi
Cuphea sp.
Iresine herbstii
Nemophila menziesii
Vinca rosea
Chlorophytum sp.
Cynodon dactylon
Lantana camara
Petunia grandiflora
Zephyranthes grandiflora
76
Lampiran 2. Lanjutan
Semak
Agave angustifolia
Arundinaria pumila
Dahlia variabilis
Hydrangea macrophylla
Canna indica
Duranta sp.
Ixora cocinea
Kalanchoe grandiflora
Cleome hassleriana
Gomphrena globosa
Tagetes patula
Perdu
Codiaeum sp.
Cordyline terminalis
Euphorbia mili
77
Lampiran 2. Lanjutan
Heliconia sp.
Lagerstroemia indica
Mussaenda sp.
Pohon
Artocarpus communis
Bauhinia blakeana
Cinnamomum burmanii
Maniltoa grandiflora
Clerodendrum quadriloculare
Pometia pinnata
Cassia surattensis
Jacaranda acutifolia
Polyalthia longifolia
78
Lampiran 3. Form Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
REDESIGN TAPAK ENTRANCE DAN AKSES MASUK MENUJU CLUB HOUSE DI PADANG GOLF MATOA NASIONAL COUNTRY CLUB, CIGANJUR, JAKARTA SELATAN OLEH : INTAN PERMATASARI NRP A34204027 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Studi ini bertujuan untuk membuat redesign lanskap golf non permainan agar menciptakan kualitas lanskap yang baik dilihat dari segi estetika maupun fungsinya sehingga menjadi salah satu tempat rekreasi yang menarik, indah, aman, nyaman, dan mendukung kegiatan aktivitas rekreasi bagi pengunjung. Redesign berasal dari kata re dan design. Re berarti kembali dan design berarti perancangan. Sehingga redesign adalah perancangan ulang. Secara umum desain lanskap dapat diartikan sebagai suatu seni menyusun atau memodifikasi suatu lanskap untuk tujuan fungsional dan estetika (Beaulieu, 2005). Redesign lanskap golf non permainan adalah merancang ulang kawasan yang tidak digunakan untuk permainan golf, termasuk di dalamnya rough. Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN DATA RESPONDEN Jenis Kelamin Usia
Pekerjaan Pendidikan terakhir
Alamat
: a. Pria b. Wanita : a. 7-12 tahun d. 24-55 tahun b. 13-19 tahun e. >55 tahun c. 20-24 tahun : a. Pelajar/Mahasiswa c. Wirasasta b. Pegawai negeri/swasta d. Lainnya… : a. SD d. D1 g. S1 b. SMP e. D2 h. S2 c. SMA f. D3 i. S3 : Kota...................................................................................... Provinsi................................................................................
79
Lampiran 3. Lanjutan
DAFTAR PERTANYAAN 1. Apakah Anda termasuk anggota PGMN ? a. Ya b. Bukan 2. Selain bermain golf, apakah ada tujuan lain dalam mengunjungi PGMN ? (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Meeting/rapat b. Menghadiri turnamen c. Makan d. Menyalurkan hobi e. Mencari inspirasi f. Diskusi/berkumpul/mengobrol g. Studi/penelitian/praktikum h. Lainnya... 3. Jika Anda datang ke tempat ini untuk bermain golf, mengapa Anda memilih tempat ini sebagai sarana untuk bermain golf? Karena tempat golf ini... (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Memiliki sarana olahraga golf yang beda dari tempat golf yang lain b. Memiliki suatu keunikan tersendiri yang indah, nyaman, dan mempunyai suasana yang masih asri (natural) c. Memiliki tanaman buah-buahan yang dapat diambil buahnya tanpa harus membayar d. Lainnya... 4. Siapakah partner Anda dalam bermain? (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Keluarga/teman dekat b. Teman bisnis c. Lainnya... 5. Bagaimana menurut Anda keadaan Padang Golf Matoa Nasional ini ? a. Sudah baik b. Biasa-biasa saja c. Kurang baik d. Lainnya... 6. Apakah Anda senang dengan tempat ini ? a. Ya b. Biasa-biasa saja c. Tidak d. Lainnya... 7. Apakah menurut Anda pihak pengelola sudah baik dalam mendesain lanskap golf non permainan di PGMN ini ? a. Sudah baik b. Biasa-biasa saja c. Masih belum baik d. Lainnya...
80
Lampiran 3. Lanjutan
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Apakah Anda dalam bermain golf, memperhatikan keindahan area lanskap golf non permainan di PGMN? a. Ya b. Tidak Apa yang menjadi daya tarik dalam area lanskap golf non permainan di PGMN? (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Pemandangannya indah dan menarik b. Tegakan tanamannya yang alami, rindang, dan hijau c. Banyak terdapat tanaman buah-buahan d. Banyak terdapat tanaman hias/ornumental e. Lainnya... Apa sajakah kekurangan yang ada pada area lanskap golf non permainan yang ada di PGMN? (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Suhu/udara yang panas b. Pemandangan yang tidak bagus c. Terdapat bau-bau yang tidak menyenangkan d. Kotor/banyak sampah yang berceceran e. Tanamannya kurang terawat f. Adanya rumput liar g. Penanaman pohon yang terlalu berdekatan sehingga tajuk pohon sangat rapat h. Lainnya... Setujukah Anda jika dilakukan redesign/perancangan ulang pada area lanskap golf non permainan di PGMN? a. Ya b. Tidak Jika ya, jenis tanaman apakah yang diharapkan akan digunakan pada lanskap golf non permainan di PGMN? (boleh memilih lebih dari 1 jawaban) a. Tanaman peneduh b. Tanaman yang dapat mengeluarkan suara gemerisik c. Tanaman yang memiliki aroma menyenangkan d. Tanaman hiasan/ornumental e. Tanaman yang berbunga menarik f. Tanaman yang berfungsi produksi (contohnya buah-buahan) g. Lainnya... Bagaiman saran Anda mengenai redesign/perancangan ulang lanskap golf non permainan di PGMN agar tempat ini menjadi lebih baik? Mohon tuliskan saran-saran Anda secara jelas, singkat, dan padat! ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Atas partsipasi Anda, saya ucapkan terimakasih.
81
Lampiran 4. Hasil Kuisioner Pengunjung Padang Golf Matoa Nasional (PGMN)
No. 1
2
Bahan Wawancara Apakah Anda termasuk anggota PGMN? Selain bermain golf, apakah ada tujuan lain dalam mengunjungi PGMN?
Jawaban a. Ya b. Bukan
7
23.33
c. Meeting/rapat d. Menghadiri turnamen
2 11
6.67 36.67
e. Makan
17
56.67
f.
16
53.33
0
0.00
h. Diskusi/berkumpul/ mengobrol i. Studi/penelitian/ praktikum Jika anda datang ke a. Memiliki sarana tempat ini untuk olahraga yang berbeda bermain golf, mengapa dari tempat golf yang Anda memilih tempat lain. ini sebagai sarana b. Memiliki suatu untuk bermain golf ? keunikan tersendiri yang indah, nyaman, dan mempunyai suasana yang masih asri (natural). c. Memiliki tanaman buah-buahan yang dapat diambil tanpa harus membayar. d. Letaknya strategis dan dekat dengan tempat tinggal. Siapakah partner a. Keluarga/teman dekat Anda dalam bermain? b. Rekan bisnis
10
33.33
2
6.67
0
0
23
76.67
7
23.33
5
16.67
4
13.33
26
86.67
Bagaimana menurut Anda keadaan PGMN ini?
a. Sudah baik
2
6.67
b. Kurang baik
3
10.00
c. Biasa-biasa saja
25
83.33
Apakah Anda senang dengan tempat ini?
a. Ya
2
6.67
b. Biasa-biasa saja
28
93.33
c. Tidak
0
0
Menyalurkan hobi
g. Mencari inspirasi
3
4 5
6
Frekuensi % 23 76.67
82
Lampiran 4. Lanjutan
No. Bahan Wawancara 7 Apakah menurut Anda pihak pengelola sudah baik dalam mendesain lanskap golf non permainan di PGMN? 8 Apakah Anda dalam bermain golf, memperhatikan keindahan area lanskap golf non permainan di PGMN? 9 Apa yang menjadi daya tarik dalam area lanskap golf non permainan di PGMN?
10
Apa sajakah kekurangan yang ada pada area lanskap golf non permainan yang ada di PGMN?
Jawaban a. Masih belum baik
Frekuensi 26
% 86.67
b. Sudah baik
2
6.67
c. Biasa-biasa saja
2
6.67
a. Ya
30
100.00
b. Tidak
0
0.00
a. Pemandangannya indah dan menarik b. Tegakan tanamannya yang alami, rindang, dan hijau c. Banyak terdapat tanaman buah-buahan
12
40.00
17
56.67
6
20.00
d. Banyak terdapat tanaman hias/ornumental a. Suhu/udara yang panas b. Pemandangan yang tidak bagus c. Terdapat bau-bau yang tidak menyanangkan
1
3.33
29 0
96.67 0.00
0
0.00
d. Kotor/banyak sampah yang berceceran
2
6.67
e. Tanamannya kurang terawat f. Adanya rumput liar g. Penanaman pohon yang terlalu berdekatan sehingga tajuk pohon sangat rapat
9
30.00
0 12
0.00 40.00
83
Lampiran 4. Lanjutan
No. 11
12
Bahan Wawancara Setujukah Anda jika dilakukan redesign/perancangan ulang pada area lanskap golf non permainan di PGMN? Jika ya, jenis tanaman apakah yang diharapkan akan digunakan pada lanskap golf non permainan di PGMN?
a.
Jawaban Ya
b.
Tidak
0
0.00
a.
Tanaman peneduh
29
96.67
b.
Tanaman yang dapat mengeluarkan suara gemerisik Tanaman yang memiliki aroma yang menyenangkan Tanaman hiasan /ornumental
0
0.00
0
0.00
5
16.67
7
23.33
11
36.67
c.
d. e.
Tanaman yang berbunga menarik f. Tanaman yang berfungsi produksi (contohnya buahbuahan) Keterangan : Jumlah responden 30 orang.
Frekuensi 30
% 100.00
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93