i
EFEKTIVITAS PEMBERIAN ROM AKTIF TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PASCA OPERASI SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL DI BANGSAL AN-NISAA’ RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2011
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh: WIWIT CIPTANINGSIH HARYANTO 070201152
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011 i
ii
EFEKTIVITAS PEMBERIAN ROM AKTIF TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PASCA OPERASI SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL DI BANGSAL AN-NISAA’ RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
WIWIT CIPTANINGSIH HARYANTO 070201152
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 'AISYIYAH YOGYAKARTA 2011 ii
iii
iii
iv EFEKTIVITAS PEMBERIAN ROM AKTIF TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PASCA OPERASI SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL DI BANGSAL AN-NISAA’ RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL1 Wiwit Ciptaningsih Haryanto2, Diyah Candra3 Intisari
Lamanya jeda antara operasi dengan asupan nutrisi secara oral adalah keluhan utama yang dirasakan oleh pasien selama pemulihan pasca operasi. Pasien yang belum pulih peristaltik ususnya setelah anestesi akan menderita obstruksi ileus bila diberikan asupan nutrisi secara oral, untuk mencegah hal itu terjadi maka dilakukan ROM aktif yang dapat merangsang peristaltik usus untuk kembali bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian ROM Aktif pada pasien pasca operasi Sectio caesaria dengan anestesi spinal di Bangsal An-Nisaa’ RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011. Metode Quasi Eksperimen digunakan dalam penelitian ini dengan post-test design mengunakan teknik sampling aksidental dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Maret sampai 19 Maret 2011 dengan jumlah Responden 20 orang. Hasil analisa data dengan uji statistik Mann-Whitney didapatkan nilai p= 0,000 (p< 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak artinya pemberian ROM aktif efektif pada pemulihan peristaltik usus pasca operasi Sectio caesaria dengan anestesi spinal. Sebagai sarannya adalah mengaplikasikan ROM aktif sebagai komponen asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi Sectio saesaria dengan anestesi spinal sehingga lamanya asupan nutrisi oral pasca operasi dapat dihindari. Kata kunci : ROM aktif, Peristaltik usus, Sectio caesaria, Anestesi Spinal Kepustakaan : 17 Buku (2000 - 2011), 11 Internet Jumlah Halaman : XIII + 68 halaman + 12 Lampiran
1. Judul Skripsi 2. Mahasiswa PPN-PSIK STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta 3. Dosen PPN-PSIK STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta
iv
v THE EFFECTIVENESS OF ACTIVE ROM WITH SPINAL ANESTHESIA TO THE INTESTINAL PERISTALSIS RECOVERY DURING CAESARIAN SECTION POST-OPERATION IN AN-NISAA’ WARD OF PKU MUHAMMADIYAH PUBLIC HOSPITAL BANTUL1 Wiwit Ciptaningsih Haryanto2, Diyah Candra3 Abstract The length of pause between surgery and oral nutrients intake is the main complaint felt by the patients during post-operation recovery. Patients who have not recovered from intestinal peristalsis after the anesthesia will suffer from ileus obstruction when the nutrients intake is given orally. This study aims at determine the effectiveness of active ROM with spinal anesthesia when it is given to Caesarian Section post-operation patients in An-Nisaa’ ward of PKU Muhammadiyah Public Hospital Bantul in 2011. This research applied quasi-experiment method with experimental and control groups post-test design. This research was conducted from March 4th to March 19th with 20 respondents. The data analysis using Mann-Whitney statistical test results that P= 0.000 (P <0.05) which means that Ha was accepted and Ho was rejected. It shows that active ROM with spinal anesthesia is effective to intestinal peristalsis recovery during caesarian section post-operation. It is suggested to apply active ROM with spinal anesthesia as a component of nursing care to patients during caesarian section post-operation so that the long duration of giving postoperative oral nutrients intake can be avoided. Keywords Reference Number of Pages
: Active ROM, Intestinal Peristalsis, Caesarian Section, Spinal Anesthesia : 17 books (2000-2001), 11 internet sites : XIII + 68 pages + 12 attachments
______________________________________________ 1. Title of the Final Paper 2. Student, Nurse Education Program, Nursing Academy, ‘Aisyiyah School of Health Sciences,
Yogyakarta 3. Lecturer, Nurse Education Program, Nursing Academy, ‘Aisyiyah School of Health Sciences,
Yogyakarta
v
1 10% dari seluruh angka kematian ibu,
PENDAHULUAN Sectio caesaria (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim. Di Benua
Asia
contohnya
hal ini menjadi perhatian besar pada masyarakat dan instansi pemerintah. Sebagian besar operasi SC
wilayah
mengunakan anestesi spinal. Anestesi
Kartanaka Utara India pada tahun 1999
spinal yaitu teknik anestesi regional
angka persalinan SC meningkat sebesar
dengan cara penyuntikan obat anestesi
30% dari seluruh persalinan. Secara
lokal ke dalam ruang subarachnoid,
umum di Indonesia jumlah SC di rumah
dengan tujuan untuk
sakit pemerintah adalah sekitar 20-25%
analgesia setinggi dermatom tertentu
dari total persalinan, sedangkan di
(Hilda, 2000 : 451). Anastesi spinal
rumah sakit swasta jumlahnya sangat
memiliki banyak keuntungan seperti
tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total
kesederhanaan
persalinan (Depkes RI, 2006 : 9).
cepat, resiko keracunan sistemik yang
teknik,
mendapatkan
onset
yang
Menurut Bensons dan Pernolls
lebih kecil, blok anestesi yang baik,
cit. Adjie (2005 : 435) angka kematian
perubahan fisiologi, pencegahan dan
secara SC adalah 40-80 tiap 100.000
penyulitnya telah diketahui dengan
kelahiran
baik. (Thoyib, M, 2008,
hidup.
Angka
ini
Anestesi
menunjukkan resiko 25 kali lebih besar
Spinal pada Seksio Caesaria, ¶ 5,
dibanding
http://sherikay-
persalinan
pervaginam.
Bahkan untuk kasus karena infeksi
1.blogspot.com/2008/11/anestesi-
mempunyai angka 80 kali lebih tinggi
spinal-pada-seksio-cesaria.html,
dibandingkan persalinan pervaginam.
diperoleh tanggal 2 November 2010).
Komplikasi tindakan anestesi sekitar
2 Persiapan fisik sebelum tindakan operasi SC antara lain pasien harus
lumpuh, sehingga cairan tertimbun dilambung. (Oswari, 2000 : 31).
dipuasakan selama 6-8 jam, hal ini
Masalah
yang
sering
difungsikan untuk mengosongkan isi
dikeluhkan oleh pasien pasca operasi
perut
SC dengan anestesi spinal adalah
dan
gangguan
mencegah pada
terjadinya
pencernaan
pasca
menunggu lama untuk dapat makan
operasi dan diganti dengan nutrisi
atau minum setelah operasi. Dampak
parenteral yang dikarenakan efek dari
negatif yang lain dari semakin lamanya
anestesi spinal yaitu melumpuhkan
pasien mendapatkan asupan makanan
peristaltik usus. Efek anastesi spinal
dan nutrisi adalah pemulihan kesegaran
pada kelumpuhan peristaltik usus akan
dan kebugaran pasien semakin lama.
berlangsung pada pasca operasi SC
Apabila pasien belum pulih peristaltik
hingga 12-24 jam sehingga pasien
ususnya tetapi sudah diberikan makan
belum diperbolehkan mengkonsumsi
dan minum, maka akan terjadi illeus.
makanan sebelum peristaltik usus pulih
Karena
yang ditandai dengan terdengarnya
mengolah makanan, sehingga makanan
bising usus (Oswari, 2000 : 30).
berhenti di usus. Komplikasi tersebut
Peristaltik usus lumpuh dalam waktu
dapat merugikan pasien karena biaya
yang lama akan menjadi penyulit pasca
perawatan menjadi lebih besar dan
operasi SC, mual muntah pasca operasi
waktu perawatan menjadi lebih lama.
atau biasa disebut Post Operative
Untuk itu pemulihan peristaltik usus
Nausea and Vomiting (PONV) dapat
lebih awal, penting untuk dilakukan
terjadi karena pengaruh obat bius, usus
karena akan membuat pasien dapat segera
usus
belum
mengakhiri
siap
puasanya
untuk
dan
3 memulai pemenuhan kebutuhan nutrisi
tidak
sebagai pengganti sel-sel yang hilang
karena takut jahitan operasi sobek atau
saat pembedahan. Sehingga proses
takut luka operasinya lama sembuh.
penyembuhan dapat
berjalan lebih
Pandangan seperti ini jelas keliru
cepat dan pasien merasa lebih nyaman
karena justru jika pasien pasca operasi
karena tidak tersiksa dengan waktu
dan segera bergerak maka akan lebih
puasa yang lama. (Wiyono & Arifah,
cepat
2008,
terhadap
usus) sehingga pasien akan lebih cepat
5,
kentut/flatus. Intervensi ditujukan pada
Ambulasi
Peristaltik
Dini
Usus,
¶
berani
Range
diperoleh tanggal 2 November 2010).
(Patriani,
permasalahan
pasca
SC
dengan
tubuh
merangsang usus (peristaltik
http://eprints.ums.ac.id/1031/,
Mengingat begitu banyaknya
menggerakkan
of
Motion 2008,
Keperawatan
(ROM) Konsep
Perioperatif,
aktif. Dasar ¶
7,
http://asuhan-keperawatan-
anestesi spinal maka perlu adanya
patriani.blogspot.com/2008/11/konsep-
pencarian jalan keluar untuk mengatasi
dasar-keperawatan-perioperatif-1.html,
lamanya pemulihan peristaltik usus
diperoleh tanggal 12 Februari 2011).
pada pasien pasca SC dengan anestesi
Range of motion (ROM) aktif
spinal. Untuk itu latihan gerak sendi
adalah
merupakan
baik
sebanyak mungkin tanpa menimbulkan
dilakukan oleh pasien pasca operasi,
nyeri. Pada tipe ini klien mampu
karena pasien dapat segera melakukan
melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan
perawat. ROM aktif bermanfaat dalam
untuk
membantu
hal
yang
mempercepat
sangat
proses
penyembuhan. Banyak pasien yang
latihan
mengerakan
sendiri
pasien
tanpa
memulai
sendi
bantuan
gerak
seperti halnya pemanasan, sehingga
4 tidak menguras tenaga pasien pasca
perawat yang diwawancarai, bahwa
operasi SC. ROM aktif sangat mudah
tidak pernah dilakukan pemeriksaan
dilakukan dengan biaya yang murah
bising usus pada pasien pasca SC
selain itu ROM aktif memiliki sedikit
sebelum flatus. Hal ini akan menambah
resiko seperti jatuh dan pembukaan
lamanya pasien tidak mendapat asupan
jahitan serta gerakan yang dihasilkan
nutrisi secara oral pasca SC.
dapat
menstimulasi
sistem
saraf
Rumusan Masalah
autonom yang mengatur peristaltik
Berdasarkan uraian dalam latar
usus, sehingga bermanfaat terhadap
belakang
diatas
pemulihan peristaltik usus (Ambarwati
masalah
dalam
& Sunarsih, 2005 : 224).
“Efektivitas
Berdasarkan pendahuluan Bangsal
yang
An-Nisaa’
hasil dilakukan RSU
maka
dirumuskan
penelitian
Pemberian
ini,
ROM
aktif
studi
terhadap Pemulihan Peristaltik Usus
di
Pasca Operasi Sectio caesaria dengan
PKU
anestesi spinal di Bangsal An-Nisaa’
Muhammadiyah Bantul pada bulan
RSU
November 2010, didapatkan data yaitu
2011”.
angka kejadian SC selama setahun sebanyak 389 pasien. Jumlah pasien SC dari bulan Agustus sampai pertengahan bulan November 2010 sebanyak 123 pasien. Seluruh pasien SC di operasi dengan anestesi spinal, dan pemulihan peristaltik usus pasca SC rata-rata 6 hingga 12 jam. Menurut salah satu
PKU
Muhammadiyah
Bantul
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya pemberian
ROM
efektifitas aktif
pemulihan peristaltik operasi
sectio
terhadap
usus pasca
caesaria
dengan
anestesi spinal di Bangsal An-Nisaa’
5 RSU PKU Muhammadiyah Bantul
ROM
aktif
2011.
dipengaruhi
dan
variabel
adalah
yang
pemulihan
peristaltik usus pasca operasi sectio
2. Tujuan Khusus pemulihan
caesaria dengan anestesi spinal pada
peristaltik usus pasca operasi
pasien di Bangsal An-Nisaa’ RSU PKU
sectio caesaria dengan anestesi
Muhammadiyah Bantul.
a. Diketahuinya
data
spinal yang dilakukan ROM aktif. b. Diketahuinya
data
Populasi dan sampel penelitian
pemulihan
ini yaitu semua pasien pasca SC dengan
peristaltik usus pasca operasi
anastesi spinal di Bangsal An-Nissa
sectio caesaria dengan anestesi
RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
spinal yang tidak dilakukan ROM
Jumlah pasien pasca SC dengan anestesi
aktif.
spinal di Bangsal An-Nisaa’ selama setahun sebanyak 389 pasien, sedangkan jumlah
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
sampel
responden.
yang
diambil
Pengambilan
20
sampel
penelitian Quasy Eksperiment dengan
menggunakan
rancangan post test dengan pemilihan
insidental
yaitu kelompok eksperimental diberi
sampel berdasakan kebetulan, yaitu
perlakuan sedangkan kelompok kontrol
siapa
tidak. Pada kedua kelompok tidak
kebetulan/insidental
diawali dengan pre test, pengukuran
peneliti
hanya
penelitian
sampel, bila dipandang orang yang
selesai. (Nursalam, 2003 : 90). Variabel
kebetulan ditemui itu cocok sebagai
yang mempengaruhi adalah pemberian
sumber data (Sugiyono,2007).
dilakukan
setelah
teknik
adalah
teknik
saja
dapat
sampling penentuan
yang bertemu
digunakan
secara dengan sebagai
6 Pada penelitian alat dan metode pengumpulan auskultasi
peristaltik
menggunakan pemberian
data
dengan usus
stethoscope
ROM
aktif.
cara
Kabupaten Bantul. Adapun batasbatas
wilayah
dengan
Muhammadiyah
setelah
berikut :
Untuk
uji
RSU Bantul
PKU sebagai
a. Sebelah utara berbatasan dengan
normalitas data pada penelitian ini
Dusun Nyangkringan.
menggunakan rumus uji kolmogorov
b. Sebelah selatan berbatasan dengan
sminrov. Rumus ini digunakan untuk
Dusun Badengan.
menentukan data normal atau tidak
c. Sebelah barat berbatasan dengan
maka Asymp.Sig dibandingkan dengan
Jalan Jendral Sudirman Bantul.
0,05, jika Asymp. Sig lebih kecil dari
d. Sebelah timur berbatasan dengan
0,05 maka dapat disimpulkan data tidak
Dusun Badriyan.
normal. Data yang tidak normal, maka
Adapun fasilitas yang terdapat di
dilakukan pengujian hipotesis dengan
RSU PKU Muhammadiyah Bantul
menggunakan
meliputi layanan 24 jam, poliklinik,
uji
statistik
non
parametric Mann-Whitney.
rawat inap, dan pelayanan penunjang. RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki dokter spesialis obstetri
HASIL PENELITIAN 1.
Gambaran
UmumTempat
anestesi 3 orang, dan bidan sebanyak
Penelitian RSU Bantul
PKU
terletak
Muhammadiyah
20 orang sedangkan
di Jl.
fisioterapi belum ada.
Jenderal
Sudirman No. 124 Bantul, Kelurahan Bantul,
gynecology sebanyak 6 orang, dokter
Kecamatan
Bantul,
untuk
tenaga
7 2. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian
dilakukan
pada
tanggal 4 Maret sampai tanggal 19 Maret 2011 di Bangsal An-Nisaa’ RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Karakteristik responden yang diamati
3. 3x Kelas Ruang Perawatan 1. VIP 2. I 3. II 4. III Riwayat persalinan 1. Primipara 2. Multipara Jumlah
0
0
1
10
1 2 5 2
10 20 50 20
0 1 5 4
0 10 50 40
9 1
90 10
7 3
70 30
10
100
10 10 0
dalam penelitian ini berdasarkan umur, pekerjaaan, riwayat SC, kelas
Berdasarkan tabel diatas dapat ruang
perawatan
dan
riwayat diketahui
umur
responden
yang
persalinan. Distribusi
melakukan
SC
eksperimen,
7
pada
kelompok
frekuensi responden
(70%)
karakteristik tersebut dapat dilihat memiliki umur 20-30 tahun dan 1 pada tabel berikut : responden (10%) memiliki umur > 40 Karakteristik
Usia 1. 20-30 Tahun 2. 31-40 tahun 3. > 40 tahun Pekerjaan 1. PNS 2. Swasta 3. IRT 4. Mahasisw a/Pelajar Riwayat SC 1. 1x 2. 2x
Kelomp ok eksperi men F %
Kelom pok kontrol
tahun.
Sedangkan pada kelompok
kontrol, 6 responden (60%) memiliki F
% umur 20-30 tahun dan 1 responden
7 2 1
70 20 10
6 3 1
60 30 10
(10%) memiliki umur > 40 tahun. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar
1 6 2 1
10 60 20 10
0 5 3 2
0 50 30 20
9 1
90 10
7 2
70 20
responden
eksperimen
dan
pada
kelompok
kelompok
kontrol
pekerjaannya adalah swasta yaitu pada kelompok
eksperimen
sebanyak
6
responden (60%) dan pada kelompok
8 kontrol sebanyak 5 responden (50%).
responden (50%) dan untuk kelompok
Sedangkan yang paling sedikit, pada
kontrol sebanyak 5 responden (50%).
kelompok eksperimen bekerja sebagai
Responden
yang
PNS
menempati
ruang
dan
mahasiswa/pelajar
masing-masing sedangkan
1
pada
yaitu
orang
(10%)
kelompok
kontrol
sebagian
besar
riwayat responden
sedikit
perawatan
pada
kelompok eksperimen adalah VIP yaitu 1
orang
(10%)
sedangkan
pada
kelompok kontrol menempati ruang
adalah mahasiswa yaitu 2 orang (20%). Berdasarkan
paling
SC
perawatan kelas I yaitu 1 orang (10%). Berdasarkan riwayat persalinan,
dalam
penelitian ini mempunyai riwayat SC 1
sebagian
kali,
eksperimen
primipara yaitu 9 orang (90%) untuk
sebanyak 9 responden (90%) maupun
kelompok eksperimen dan 7 orang
kelompok kontrol sebanyak 7 responden
(70%)
(70%). Responden yang paling sedikit
Responden yang paling sedikit adalah
pada
pernah
multipara yaitu 1 orang (10%) untuk
melakukan SC sebanyak 2x yaitu 1
kelompok eksperimen dan 3 orang
orang (10%) sedangkan pada kelompok
(30%) untuk kelompok kontrol.
baik
kelompok
kelompok
kontrol
eksperimen
responden
yang
pernah
melakukan SC sebanyak 3x yaitu 1 orang (10%). Berdasarkan ruang perawatan sebagian besar responden menempati kelas ruang perawatan II yaitu untuk kelompok
eksperimen
sebanyak
5
besar
untuk
responden
kelompok
adalah
kontrol.
9 HASIL PENELITIAN
180 menit, 300 menit dan 360 menit
1. Efektivitas Pemberian ROM Aktif
yaitu masing-masing 1 orang (10%).
terhadap Pemulihan Peristaltik Usus
Pasca
Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorovsmirnov
Operasi Sectio
Caesaria dengan Anestesi Spinal Kelompok Eksperimen Pemulihan Peristaltik Usus
f
60 menit
9
90 menit
1
Total
%
10
Kelompok Kontrol Pemulihan Peristaltik Usus
f
90
180 menit
1
10
10
240 menit
7
70
300 menit
1
10
360 menit
1
10
Total
10
100
100
Berdasarkan
tabel
Variabel
Mean
SD
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
Pemulihan peristaltik usus pada kelompok kontrol
252,000
47,328
1,265
0,081
Pemulihan peristaltik usus pada kelompok eksperimen
63,000
9,486
1,657
0,008
%
diatas Berdasarkan
tabel
diatas
memperlihatkan bahwa pada kelompok memperlihatkan bahwa hasil uji statistik eksperimen, waktu yang diperlukan kolmogorov-smirnov untuk
memulihkan
peristaltik
untuk
variable
usus pemulihan
peristaltik
usus
pada
sebagian besar 60 menit yaitu 9 orang kelompok kontrol didapatkan nilai Z (90%) dan paling sedikit 90 menit yaitu sebesar 1
orang
(10%),
sedangkan
1,265 dengan
kontrol
waktu
Sig.
pada sebesar
kelompok
Asyimp
0,081.
Untuk
variable
yang pemulihan
peristaltik
usus
pada
diperlukan untuk memulihkan peristaltik kelompok eksperimen didapatkan nilai usus paling banyak 240 menit yaitu 7 orang (70%) dan yang paling sedikit
10 didapatkan nilai Z sebesar 1,657 dengan Asyimp Sig. sebesar 0,008. Hasil
uji
normalitas
Hasil Uji Mann-Whitney Test Variabel
Mann-
Z
Whitney
data
Asymp. Sig. (2tailed)
U
didapatkan bahwa variabel pemulihan peristaltik usus pada kelompok kontrol mempunyai nilai Asyimp Sig. lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan
Pemulihan peristaltik usus pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,000
-4.058
0,000
telah terdistribusi normal. Sedangkan variabel pemulihan peristaltik usus pada
Berdasarkan tabel diatas untuk n
kelompok eksperimen mempunyai nilai
= 20 taraf kesalahan 5 % (uji 2 pihak)
Asyimp
0,05
maka Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,000.
data
Dari
Sig.
lebih kecil dari
sehingga dikatakan tidak terdistribusi normal.
uji Mann-Whitney didapatkan
nilai U sebesar 0,000 dan 0,000 lebih
Karena terdapat salah 1 data
kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
yang tidak terdistribusi normal maka uji
Ho ditolak artinya pemberian ROM
statitik yang digunakan adalah uji
aktif
statistik non parametric yaitu Mann-
peristaltik
Whitney Test. Hasil uji statistik Mann-
operasi SC dengan anestesi spinal.
Whitney Test dapat diperlihatkan pada
PEMBAHASAN
tabel berikut:
efektif
SC
terhadap
pemulihan
usus
adalah
suatu
pasca
persalinan
buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim, dengan syarat rahim
11 dalam keadaan utuh, BB janin di atas
peluang untuk mengalami komplikasi
500 gram atau kelahiran alternatif dari
pada wanita yang hamil pada usia yang
kelahiran normal (Wiknyosastro, 2000 :
semakin tua, semakin memperbesar
145).
peluang untuk melakukan persalinan Usia 30-35 tahun sebenarnya
SC. (Anonim, 2009, Hamil di usia 20
merupakan masa transisi. Kehamilan
tahun
pada usia 30-35 tahun masih bisa
http://mediasehat.com/konten4no97,
diterima
peroleh tanggal 9 April 2011).
asal
kondisi
tubuh
dan
kesehatan wanita yang bersangkutan,
ke
Pekerjaan
atas,
¶
merupakan
6, di
faktor
termasuk gizinya, dalam keadaan baik.
tidak
Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita
wanita hamil melakukan persalinan SC.
digolongkan pada kehamilan berisiko
Pada wanita pekerja lebih
tinggi. Kehamilan pada usia diatas 35
kehilangan zat besi yang keluar melalui
tahun, angka kematian ibu melahirkan
keringat. Wanita hamil yang banyak
dan bayi meningkat karena itu tidak
mengeluarkan keringat secara tidak
dianjurkan menjalani kehamilan di atas
langsung telah banyak kehilangan zat
usia 40 tahun. (Anonim, 2009, Hamil di
besi. Kehilangan zat besi pada wanita
usia
20
tahun
ke
atas,
langsung
yang
menyebabkan
banyak
¶
3,
hamil dapat menyebabkan terjadinya
http://mediasehat.com/konten4no97,
di
anemia
peroleh tanggal 9 April 2011). Dengan demikian semakin tua
dalam
kehamilan.
Menurut
Wiknjosastro (2002 : 42) anemia dalam kehamilan akan
memberi pengaruh
usia seorang wanita untuk hamil, maka
kurang baik bagi ibu, baik dalam masa
kemungkinan
mengalami
kehamilan, persalinan maupun dalam
komplikasi semakin besar. Banyaknya
masa nifas. Pengaruh kurang baik atau
untuk
12 berbagai penyakit dapat timbul akibat
Bantul menyebutkan bahwa 50% ruang
anemia
yang
rawat inap dihuni oleh warga dengan
mengharuskan ibu hamil melakukan
status ekonomi menegah kebawah (RSU
persalinan melalui SC.
PKU Muhammadiyah Bantul, 2011).
seperti
partus
lama
Responden yang baru pertama
Pada primipara, kemungkinan
kali melakukan persalinan SC, tentunya
untuk mengalami komplikasi kehamilan
belum mempunyai pengalaman dalam
lebih besar dibandingkan multipara.
melakukan
Komplikasi
ROM
aktif
Namun hal tersebut
pasca
SC.
bukan berarti
kehamilan
yang
sering
dialami oleh ibu primipara adalah
responden tidak tahu dan tidak mau
anemia
melakukan
SC.
disebabkan karena ketidaktahuan ibu
Pengetahuan dan kemauan merupakan
primipara terhadap kebutuhan zat besi
faktor
selama
ROM
utama
aktif
yang
pasca
mendorong
dalam
kehamilan.
responden untuk melakukan ROM aktif
kehamilan
pasca SC.
komplikasi
Ruang
perawatan
pasca
SC
kehamilan.
Anemia
dapat
dalam
menyebabkan
persalinan
mengharuskan
Anemia
ibu
yang melakukan
mencerminkan fasilitas yang diberikan
persalinan SC (Wiknyosastro, 2000 :
rumah sakit kepada pasien. Ruang
67).
perawatan kelas II merupakan ruang
Hasil penelitian ini menunjukkan
rawat inap yang banyak digunakan oleh
bahwa pemberian
pasien
merupakan terapi yang efektif untuk
ekonomi
disebabkan pasien
karena yang
status
tergolong
ROM
usus
aktif
memulihkan
peristaltik
pasca
menengah kebawah. Data dari bagian
operasi SC
dengan anestesi
informasi RSU PKU Muhammadiyah
Responden yang diberi terapi ROM
spinal.
13 aktif lebih cepat memulihkan peristaltik
pemulihan peristaltik ususnya
ususnya
selama 252 menit.
dibandingkan
dengan
responden yang tidak diberikan terapi
3. Hasil
uji Mann-
ROM aktif.
Whitney didapatkan
KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 0,000 dan 0,000 lebih
A. Kesimpulan
kecil dari 0,05 maka Ha diterima
1. Responden yang diberi ROM
dan
Ho
nilai
ditolak
U
artinya
aktif, waktu yang diperlukan
pemberian ROM aktif efektif
untuk
terhadap pemulihan peristaltik
memulihkan
peristaltik
usus sebagian besar 60 menit
usus
yaitu 9 orang (90%) dan paling
dengan anestesi spinal
sedikit 90 menit yaitu 1 orang (10%) dengan rata-rata waktu pemulihan peristaltik ususnya
2. Responden yang tidak diberi aktif,
waktu
yang
operasi SC
B. Saran 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dijadikan
selama 63 menit.
ROM
pasca
penelitian sebagai
ini
informasi
ilmiah yang dapat menambah wawasan
dan
pengetahuan
diperlukan untuk memulihkan
tenaga
peristaltik usus paling banyak
sebagai pedoman dalam asuhan
240 menit yaitu 7 orang (70%)
keperawatan
pasien
dan yang paling sedikit 180
operasi
dengan anestesi
menit, 300 menit dan 360 menit
spinal.
yaitu masing-masing 1 orang (10%) dengan rata-rata waktu
kesehatan
SC
sekaligus
pasca
14 dengan
2. Bagi Pasien
pemberian
informasi
menerapkan
pentingnya ROM aktif pada
ROM aktif setelah 2 jam pasca
pasien post SC dengan anastesi
operasi SC
spinal.
Agar
dapat
dengan anastesi spinal, sehingga pasien
dapat
peristaltik
segera
Melakukan
penelitian
sehingga
dengan
sampel
dapat mengkonsumsi makanan
banyak
supaya
yang dibutuhkan oleh tubuh
generalisasikan
untuk memulihkan kondisinya.
sebaiknya faktor penganggunya
Salah satu usaha yang dapat
dikendalikan.
dilakukan dengan
ususnya
pulih
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
responden meminta
adalah bantuan
perawat atau keluarganya untuk melakukan ROM aktif. 3. Bagi Perawat Agar
dapat
memotivasi
pasien pasca SC dengan anastesi spinal untuk melakukan ROM aktif secara terstruktur setelah 2 jam pasca operasi SC sehingga lamanya
pemberian
nutrisi
secara oral dapat dihindari. Salah satu yang dapat dilakukan adalah
yang
lebih
dapat
di
hasilnya
dan
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Hamil di Usia 20 Tahun ke Atas dalam http://mediasehat.com/konten4 no97, di akses tangal 9 April 2011. Ambarwati, E & Sunarsih., 2005. KDPK : Kebidanan, Teori dan Aplikasi, Nuha Medika, Yogyakarta. Astina. (2001). Persalinan Caesar Di Indonesia dalam http://lkpk.org/2008/05/25persa linan-caesar-di-indonesia/, diakses tanggal 9 April 2011. Bakar, A. (2002). Persalinan Caesar Di Indonesia dalam http:/lkpk.org/2008/05/25persal inan-caesar-di-indonesia/, diakses tanggal 9 April 2011.
15 Depkes
RI., 2006. Buku Catatan Tentang Perkembangan dalam Praktek Kebidanan, Depkes RI, Jakarta.
Ellyzar. (2009). Sistem Saraf Simpatis & Parasimpatis dalam http://respository.ui.ac.id/conte nts/koleksi/11/143, di akses tangal 9 April 2011. Grace, Pierce A., 2007. Ilmu bedah, Erlangga, Jakarta. Hidayat, A., 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Salemba Medika, Jakarta.
Lunn, John N., 2004. Catatan Kuliah Anestesi, EGC, Jakarta. Toyib, M. (2008). Anestesi Spinal pada Seksio Caesaria dalam http://sherikay1.blogspot.com/2008/11/anestesi -spinal-pada-seksio-cesaria.html, diakses tanggal 2 November 2010. Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Keperawatan, Salemba medika, Jakarta. Oswari, Jonathan., 2000. Anestesiologi, EGC, Jakarta.
Hilda, D., 2003. Operasi Caesar : masalah dan solusinya, Puspa Swara, Jakarta.
Oswari, E., 2000. Perawatannya, Jakarta.
Hilda, P., 2000. Subarachnoid Block Technique Anasthesiology, MD, New York.
Patriani. (2008). Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif dalam http://asuhan-keperawatanpatriani.blogspot.com/2008/11/ konsep-dasar-keperawatanperioperatif-1.html, diakses tanggal 12 Februari 2011.
Hanifa, R. (2011). Fisiologi Pencernaan (lengkap) dalam http://dokterrizy.blogspot.com/2 diakses 010/02/fisiologi.html, tanggal 14 Februari 2011. . (2011). Mekanisme Sistem Pencernaan Part II dalam http://dokterrizy.blogspot.com/2 011/01/mekanisme-sistempencernaan-part-ii.html, diakses tanggal 14 Februari 2011. Husodo, 2002. Kesehatan Ibu-anak, Patama, Bandung. Latief, Said., 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Bedah Dan Gramedia,
Pernoll, M. L, 2005. Benson and Pernoll’s Handbook Of Obstetrics and Gynecology ( 10 th ed., p. 31). McGraw-Hill, New York Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik, EGC, Jakarta. R.
Bowen, 2005, Physiology of Peristalsis dalam http://www.vivo.colostate.edu/h books/pathphys/digestion/basics/ peristalsis.html, diakses tanggal 6 Desember 2010.
16 Rusdi,
S. (2008). Faktor yang Mempengaruhi Peristaltik Usus dalam http://www.netdoctor.co.uk/inter active/factors-that-affectperistaltic-recovery.html, diakses tanggal 8 Desember 2010.
Syamsuhidayat & , Wi de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta. Sugiyono, 2007. Penelitian, Bandung.
Statistika Untuk CV Alfabeta,
Wiknyosastro, 2000. Ilmu Bedah kebidanan, yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta. Wiyono & Arifah. (2008). Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Peristaltik Usus dalam http://eprints.ums.ac.id/1031/, diakses tanggal 2 November 2010.