1
PROFIL PEMBANGUNAN DI.YOGYAKARTA
A.
GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Secara astronomis, Propinsi Daerah Istimewa Gambar 1 Yogyakarta terletak antara 70° 33' LS - 8° 12' LS dan 110° 00' Peta Administrasi BT - 110° 50' BT. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah di bagian lainnya. Berdasarkan administrasi wilayah, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km², terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, 78 Kecamatan dan 438 Kelurahan/Desa Komponen fisiografi yang menyusun Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) satuan fisiografis yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran Tinggi Karst) dengan ketinggian tempat berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan Gunungapi Merapi dengan ketinggian tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter, Satuan Dataran Rendah yang membentang antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo pada ketinggian 0 - 80 meter, dan Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian hingga 572 meter.
B.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN
B1.
Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2011 sebanyak 3.487.325 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.095 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi D.I. Yogyakarta masih bertumpu di Kabupaten Sleman yakni sebesar 31,8 persen dan Kabupaten Bantul sebesar 26,4 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Yogyakarta yakni sebanyak 12.017 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 456 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi D.I Yogyakarta sebesar 1,02 persen lebih rendah dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kabupaten Sleman1,92 persen sedangkan yang terendah di Kota Yogyakarta.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
2 Tabel 1: Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2011 Kabupaten/Kota
Luas(Km2)
01. Kulonprogo 02. Bantul 03. Gunungkidul 04. Sleman 71. Yogyakarta Jumlah
Jumlah
586,27 506,85 1.485,36 574,82 32,50 3.185,80
Kepadatan Penduduk (Orang/Km2)
390.207 921.263 677.998 1.107.304 390.553 3.487.325
666 1.818 456 1.926 12.017 1.095
Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2012
B2.
Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi D.I. Yogyakarta dalam 5 tahun terakhir menurut jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran terbuka. Perkembangan penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara absolute menunjukkan peningkatan. Namun jumlah pengangguran terbuka cenderung meningkat. Penduduk Usia Kerja, Perkembangan jumlah penduduk usia kerja dalam lima tahun terakhir meningkat, jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 mencapai 2.745.072 jiwa lebih besar dari tahun 2008, dengan jumlah angkatan kerja mencapai 1.944.858 jiwa dan bukan angkatan kerja 800.214 jiwa. Penyebaran penduduk usia kerja paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 867.730 jiwa. Tabel 2: Perkembangan Penduduk Usia Kerja Kabupaten/Kota Provinsi DI. YogyakartaTahun 2008 dan 2012 Kabupaten/Kota
Penduduk Usia Kerja 2008 Angkatan Kerja
Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Bantul Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta D. I. YOGYAKARTA
218.280 517.981 432.845 577.409 253.219 1.999.734
Bukan Angkatan Kerja 84.333 218.873 145.503 265.802 121.933 836.444
2012 Jumlah
Angkatan Kerja
302.613 736.854 578.348 843.211 375.152 2.836.178
226.913 507.026 422.939 575.650 212.330 1.944.858
Bukan Angkatan Kerja 78.621 209.549 115.244 292.080 104.720 800.214
Jumlah
305.534 716.575 538.183 867.730 317.050 2.745.072
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012 Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar mencapai 33,55 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar 55,22 persen. Sementara untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) sekitar 11.22 persen dari total penduduk usia kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perkotaan, yaitu sekitar 66,44 persen.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
3 Gambar 2: Distribusi Penduduk Usia Kerja menurut Pendidikan dan Tipe Daerah di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2012 ≤ SD 3,30
SMTP 7,92
15,10
33,55
33,56
SMTA Umum
66,44
SMTA Kejuruan
18,11 22,01
Diploma I/II/III/Akademi Universitas
Perkotaan
Pedesaan
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012 Angkatan kerja. Perkembangan angkatan kerja Provinsi D.I. Yogyakarta dalam 5 tahun terkahir menurun, jumlah angkatan kerja tahun 2013 (Feb.) sebanyak 1.909,17 ribu jiwa atau sekitar 1,62 persen dari jumlah angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 183,7 ribu jiwa penduduk yang benerja, dan 72,5 ribu jiwa untuk pengangguran terbuka. Penyebaran angkatan kerja terbesar di Kabupaten Sleman mencapai 575,r650 orang, dan paling sedikit di Kota Yogyakarta sebanyak 212.330 jiwa. Tabel 3: Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi DI. YogyakartaTahun 2008 dan 2012 Kabupaten/Kota
Angkatan Kerja 2008
Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Bantul Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta D I YOGYAKARTA Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Penduduk Bekerja 210.505 491.765 418.601 537.999 233.335 1.892.205
Pengangguran Terbuka 7.775 26.216 14.244 39.410 19.884 107.529
2012 Penduduk Bekerja 218.042 488.773 414.815 544.438 201.640 1.867.708
Pengangguran Terbuka 8.871 18.253 8.124 31.212 10.690 77.150
Penduduk Bekerja. Perkembangan jumlah penduduk yang dalam Provinsi DI Yogyakarta dalam 5 tahun terakhir kecenderungan menurun. Jumlah penduduk yang bekerja tahun 2013 (Feb.) mencapai 1.837 ribu jiwa menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Penyebaran penduduk yang bekerja tahun 2012 terbesar di Kabupaten Sleman, yaitu mencapai 544.438 jiwa. Kesempatan kerja di sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi D.I. Yogyakarta lebih banyak tersedia di perkotaan dibandingkan di perdesaan, dan sebagian besar penduduk bekerja masih pada sektor pertanian (26,91%) dan sektor perdagangan (24,87%). Sementara dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
4 Gambar 3: Distribusi Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2012 Pendidikan
Lapangan Usaha
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta
≤ SD
Pertambangan
SMTP
3,48 9,59
35,40
16,15 17,12
Pertanian
SMTA Umum SMTA Kejuruan
3,06 3,28
18,76 24,87
Listik-gas-Air Bangunan
15,13
7,11
18,27
Industri
26,91
0,73
Diploma I/II/III/Akademi Universitas
Perdaggngan Angkutan
0,15
Keuangan Jasa
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012 Pengangguran Terbuka. Jumlah pengangguran terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2013 (Feb.) mencapai 72.500 ribu jiwa atau menurun sebesar 35.029 ribu jiwa dari tahun 2008. Sementara untuk perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), TPT Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2013 (Feb.) sebesar 3,80 persen sama lebih rendah dibandingkan TPT nasional. Penyebaran TPT tahun 2012 terbesar di Kabupaten Sleman yaitu sebesar 5,42 persen dan TPT terrendah di Kabupaten Gunung Kidul (1,92 %). Gambar 4: Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi DI. Yogyakarta terhadap Nasional Tahun 2004-2012. 9,00
8,39 7,87
8,00
7,14 6,56
Persen
7,00 6,00
6,00 5,38
5,69
6,14
5,92
2012
2013 (Feb)
Indonesia
2,00 2008
2009
2010
TPT_Kab/Kota
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
KOTA YOGYAKARTA
2011
D.I.Yogyakarta
3,00
SLEMAN
3,80
6,14 5,03 3,97
GUNUNG KIDUL
3,97
5,42
BANTUL
3,97 4,00
7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 KULON PROGO
5,00
Gambar 5: Perbandingan Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota terhadap Provinsi dan Nasional Tahun 2012.
TPT_D.I. Yogyakarta
5
B3.
Kondisi Pendidikan
Perkembangan kondisi pendidikan menurut indikator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi DI. Yogyakarta menunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Pada tahun 2011 Rata-rata Lama Sekolah mencapai 9,20 tahun berada di atas rata-rata nasional dan Angka Melek Huruf mencapai 91,49% berada di bawah rata-rata nasional. Sementara untuk perbandingan RLS antar kabupaten/kota, RLS tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta (11,52 tahun) dan terendah Kabupaten Gunung Kidul (7,70 tahun). Sementara untuk AMH mencapai 96,95 persen lebih tinggi dari AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kota Yogyakarta (98,06%) dan terendah di Kabupaten Gunung Kidul (84,94%).
%
Gambar 6: Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2005-2011, (%).
90,90
91,87 92,19
91,45
89,46
92,99 92,58 92,91
100
91,49
95
90,18
90,84
98,06 92,99 91,49
90 85
87,78
80
86,69 86,69
75 Kota Yogyakarta
AMH_Kab/Kota AMH_Nasional
Sleman
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gunung Kidul
Kulon Progo
AMH_DI YOGYAKARTA
Bantul
94 93 92 91 90 89 88 87 86 85 84 83
Gambar 7: Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2011, (%)
AMH_DI Yogyakarta
Sumber: BPS 2010 Gambar 8: Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi DI. YogyakartaTahun 2005-2011, (Tahun)
Gambar 9: Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi DI. YogyakartaTahun 2011, (Tahun)
Tahun 9 8,5 8 7,5
8,38
7,30
8,50
7,40
8,59
7,47
8,71
7,52
8,78 7,72
9,07
7,92
9,20
7,94
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RLS_Kab/Kota
RLS_DI Yogyakarta
Sumber: BPS, Tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
Kota Yogyakarta
2005
Sleman
5
Gunung Kidul
RLS_Nasional
5,5
9,20 7,94
Bantul
RLS_DI YOGYAKARTA
6
14 12 10 8 6 4 2 0 Kulon Progo
7 6,5
Tahun
9,5
RLS_Nasional
6
B4.
Kesehatan
Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah DI. Yogyakarta selama periode terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), dan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik. Angka Kematian DI. Yogyakarta (AKB), Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), kondisi AKB menunjukan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2010), AKB tahun 2010 sebesar 8,1 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi AKB Provinsi DI. Yogyakarta tergolong rendah dan berada di bawah rata-rata AKB nasional. Status Gizi DI. Yogyakarta, Kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan indikator status gizi DI. Yogyakarta, merupakan gangguan pertumbuhan bayi yang terjadi sejak usia dini (4 bulan) yang ditandai dengan rendahnya berat badan dan tinggi badan, dan terus berlanjut sampai usia DI. Yogyakarta. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya status gizi ibu hamil. Perkembangan status gizi DI. Yogyakartauntuk persentase DI. Yogyakarta gizi buruk/kurang meningkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2007, namun masih lebih rendah dibandingkan nasional
Gambar 10: Perkembangan Angka Kematian Bayi Provinsi DI. Yogyakarta terhadap Nasional 2005-2010 DI Yogyakarta 28,9
28,2
27,5
26,8
26,2
25,5
25 20 15 10
9,2
DI YOGYAKARTA
AKB_INDONESIA
35 30
Gambar 11: Perkembangan Status Gizi DI. Yogyakartata Provinsi DI. Yogyakarta terhadap Nasional 2007 dan 2010
8,9
8,7
8,5
8,3
8,1
2006
2007
2008
2009
2010
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
17,9 13 8,5
10,9 11,3
4,9 2,4
1,4
Gizi Buruk (%)
Gizi Kurang (%)
5 2005
9,9
2007
2010
Gizi Buruk/ Kurang Nasional 2010
Sumber: BPS, Tahun 2011 Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan AHH Provinsi DI. Yogyakarta dan kabupeten/kota dalam lima tahun terakhir meningkat, sejalan dengan perkembangan AHH secara nasional. AHH Provinsi DI. Yogyakarta tahun 2011 mencapai 73,27 tahun lebih tinggi dibandingkan terhadap AHH nasional. Sementara untuk perbandingan AHH antar kabupaten/kota taun 2011 di Provinsi DI. Yogyakarta, AHH tertinggi berada di Kabupaten Sleman sebesar 75,18 tahun lebih tinggi dari AHH provinsi dan nasional, dan terendah di Kabupaten Gunung Kidul (71,01 tahun).
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
7 Gambar 12: Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi DI. YogyakartaTahun 2005-2011 74
Gambar 13: Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupeten/Kota di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2011
73 72
tahun
71 70 69
68,08
69,43 69,65 69,00 69,21
68,47 68,70
75,18
76 75 74 73 72 71 70 69 68 67 66
73,22 73,27 72,90 73,00 73,10 73,11 73,16
73,27
69,65
2005
2006
2007
2008
2009
2010
AHH_Kab/Kota AHH_Nasional
2011
Kota Yogyakarta
65
Sleman
AHH_DI YOGYAKARTA
66
Gunung Kidul
67
Bantul
Kulon Progo
68
AHH_DI Yogyakarta
Sumber: BPS, Tahun 2011 Indikator kesehatan lainnya yang menggambarkan kinerja dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah kondisi kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan proses melahirkan. Kondisi ini dapat ditunjukkan melalui data persentase kelahiran DI. Yogyakartata menurut penolong kelahiran terakhir. Perkembangan dari persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dalam lima tahun terakhir di Provinsi DI. Yogyakarta terus meningkat dan lebih tinggi dari angka nasional. Gambar 14: Perkembangan Persentase Balita yang Proses Kelahirannya Ditolong Tenaga Menis di D.I. Yogyakarta terhadap Nasional Tahun 2004-2011 110 100 89,59
91,33
94,78
95,49
96,99
96,94
98,04
99,32
79,82
81,25
90
%
80 70
71,53
70,47
72,41
72,53
74,87
60
77,34
DI. Yogyakarta Indonesia
50 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, Tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
2011
8
B5.
Kondisi Kemiskinan
Perkembangan kemiskinan di Provinsi DI. Yogyakarta dalam kurun waktu 2004-2012, secara absolut terjadi penurunan, jumlah penduduk miskin tahun 2012 (sept) 562,1 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2004-2012 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2012 mencapai 15,88%. Kondisi kemiskinan Provinsi DI. Yogyakarta masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,86%). Gambar 15: Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2008-2013 40,00 35,00 30,00
15,42
640,00 14,15
616,30 586
25,00
13,33
12,49
18,32
%
10,00
17,23
11,37
600,00
577
20,00 15,00
620,00
11,67
16,83
561
565
16,08
15,88
580,00 550
560,00
15,43
540,00 520,00
5,00 -
500,00 2008
2009
2010
2011
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)
2012
2013
NASIONAL
DI Yogyakarta
Sumber: BPS, Tahun 2012
Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2011 terdapat di Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 159,40 ribu jiwa dan Gunung Kidul sebanyak 157,10 ribu jiwa, dan terendah di Kota Yogyakarta sebesar 37,70 ribu jiwa. Sementara untuk penyebaran tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Kulon Progo sebesar 23,62% dan tingkat kemiskinan terendah di Kota Yogyakarta sebesar 9,62%. Tabel 5: Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2006-2011 Kabupaten/kota
Pendududk Miskin (000) 2006
2011
Presentase Kemiskinan (%)
Δ 2006-2011
2006
2011
Δ 2006-2011
Kulon Progo
106,1
92,80
13,30
28,39
23,62
4,77
Bantul
178,2
159,40
18,80
20,25
17,28
2,97
Gunung Kidul
194,4
157,10
37,30
28,45
23,03
5,42
Sleman
128,1
117,30
10,80
12,70
10,61
2,09
45,2
37,70
7,50
10,22
9,62
0,60
648,7
564,30
84,40
19,15
16,14
3,01
Kota Yogyakarta D. I. YOGYAKARTA
Keterangan: *) data kemiskinan Kabupaten/Kota 2011 belum tersedia Sumber : BPS, Tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
9
B6.
Perkembangan IPM
Perkembangan IPM Provinsi DI. Yogyakarta dalam kurun waktu 2004-2011 semakin membaik, IPM Provinsi DI. Yogyakarta tahun 2011 sebesar 76,32 tergolong lebih tinggi dibandingkan terhadap IPM nasional (72,77), dengan ranking IPM Provinsi DI. Yogyakarta tahun 2011 menduduki peringkat ke 4 secara nasional setelah Riau dan peringkat ke 2 di Pulau Jawa+Bali setelah DKI Jakarta. Perbandingan IPM antar kabupaten/kota tahun 2011, IPM tertinggi adalah Kota Yogyakarta (79,89) dan menduduki peringkat ke-1 secara nasional, dan IPM terrendah adalah Kabupaten Gunung Kidul yaitu 70,84 dan berada diperingkat ke-304 secara nasional.
Gambar 17: Perkembangan IPM Provinsi dan Nasional Tahun 20042011
76,00 74,00
72,91
73,50 73,70
72,00 70,00
69,57
70,08
74,15
70,59
74,88 75,23
71,17
71,76
75,77
72,27
76,32
72,77
68,69
Tahun
78,00
Gambar 18: Perbandingan IPM Kabupaten/Kota terhadap dan Nasional, Tahun 2011 82 80 78 76 74 72 70 68 66
Kota Yogyakarta
Sleman
Gunung Kidul
Indonesia
72,77
Bantul
D I YOGYAKARTA 66,00
79,89 76,32
Kulon Progo
68,00
78,79
64,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 IPM_Kab/Kota
IPM_DI Yogyakarta
IPM_Nasional
Sumber: BPS Tahun 2011
C.
PEREKONOMIAN DAERAH
C1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi DI Yoyakarta menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai 57.034 miliar lebiuh tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB dengan migas Provinsi DI Yogyakarta 0,85 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi). Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000, nilai PDRB dengan migas sebesar 23.309 miliar rupiah.. PDRB Provinsi DI. Yogyakarta menurut harga lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai miliar rupiah. Sektor dengan kontribusi besar terhadap perekonomian DI. Yogyakarta adalah sektor jasa dengan kontribusi sebesar 20,05%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,79 %), dan sektor industri pengolahan (14,36%).
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
10 Tahun
PDRB ADHB Demgan Migas Tanpa Migas 38.102 38.102 41.407 41.407 45.626 45.626 51.785 51.785 57.034 57.034
2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHK Demgan Migas Tanpa Migas 19.212 19.212 20.064 20.064 21.044 21.044 22.132 22.132 23.309 23.309
Struktur perekonomian Provinsi DI Yogyakarat pada tahun 2011, didominasi bersarnya kontribusi sektor jasa dengan kontribusi sebesar 20,05%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,79 %), dan sektor industri pengolahan (14,36%). Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor bangunan (10,38%), dan sektor pertanian (14,23%) Gambar 20: Struktur Perekonomian PDRB ADHB Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2011 1. PERTANIAN
14,23 0,70
20,05
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
14,36
9,96
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 8,83
10,78
1,31
19,79
5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Sumber: BPS tahun 2011
Jika dilihat perbandingan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas 2011 kabupaten/kota di Provinsi DI. Yogyakarta, menunjukan adanya kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi, dimana PDRB tertinggi mencapai 15.098 miliar rupiah (Kabupaten Sleman) dan PDRB terendah sebesar 3.867 miliar rupiah (Kabupaten Kulon Progo). Tabel 6: Perbandingan Nilai PDRB ADHB Kabupaten/Kota di DI. YogyakartaTahun 2011. (Rp. miliar) KABUPATEN/KOTA
2007
2008
2009
2010*
2011**
01
Kab. Kulon Progo
2.673
3.038
3.286
3.547
3.867
02
Kab. Bantul
6.410
7.418
8.148
9.076
10.097
03
Kab. Gunung Kidul
4.872
5.502
5.988
6.625
7.251
04
Kab Sleman
9.972
11.446
12.504
13.612
15.098
71
Kota Yogyakarta
8.599
9.807
10.607
11.778
12.962
Sumber: BPS tahun 2011
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
11 Perkembangan ekonomi DI. Yogyakarta dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 5,32% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi DI. Yogyakarta adalah: pertambangan (11,96%), sektor pengangkutan dan komunikasi (8,00%), dan keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (7,95%). Gambar 21: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DI. Yogyakarta terhadap Nasional Tahun 2004-2012, (%) 7 7
Persen/tahun
6 6 5 5 4 4 3
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
DI. Yogyakarta
5,1
4,73
3,70
4,31
5,03
4,43
4,88
5,16
5,32
Jawa & Bali
5,4
5,75
5,77
6,18
6,02
4,82
6,32
6,64
6,34
Nasional
5,03
5,38
5,19
5,67
5,74
4,77
6,13
6,32
6,23
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota, seluruh kabupaten/kota rata-rata tumbuh positif, dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kota Yogyakarta dengan laju pertumbuhan sebesar 5,64%, dan pertumbuhan terendah di Kabupaten Gunung Kidul dengan laju pertumbuhan sebesar 4,33% dan Kabupaten Kulon Progo dengan laju pertumbuhan ekonomi 4,95%. Tabel 7: Laju Pertumbuhan PDRB dengan Migas ADHK 2000 Menurut Kabupaten di Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2007-2011 (persen) KABUPATEN/KOTA Kab. Kulon Progo Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab Sleman Kota Yogyakarta DI. YOGYAKARTA
2007 4,12 4,52 3,91 4,61 4,46 4,31
2008 4,71 4,90 4,39 5,13 5,12 5,03
Tahun 2009 3,97 4,47 4,14 4,48 4,46 4,43
2010* 3,06 4,97 4,15 4,49 4,98 4,88
2011** 4,95 5,27 4,33 5,19 5,64 5,16
Sumber: BPS, 2011 PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi DI. Yogyakarta dan kabupaten/kota dari tahun 20052012 meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 DI. Yogyakarta mencapai sebesar 16.227 ribu/jiwa lebih rendah dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita kabupaten/kota di DI. Yogyakarta kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita tertinggi mencapai 33.069 ribu/jiwa terdapat di Kota Yogyakarta dan terendah sebesar 9.859 ribu/jiwa di Kabupaten Kulon Progo
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
12 Gambar 22: PDRB Perkapita ADHB Provinsi DI. Yogyakarta Tahun 2005-2012, (Ribu Rupiah) PDRB Perkapita_DI Yogyakarta Indonesia (PDB)
40000
30.795
25000
21.365
20000 15000
15000
11.193
12.064
13.148
14.850
16.227
0 Kota Yogyakarta
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kab Sleman
5000
D2.
5000 Gunung Kidul
9.798
14849
10000
Bantul
7.696
20000
23.881
17.361
8.845
PDRB Perkapita_DI Yogyakarta
Kulon Progo
10000
12.558
14.892
PDRB Perkapita_Kab/Kota
30000 25000
27.029
30000
33069
35000
33.748
35000
Gambar 23: PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di DI. Yogyakarta, Tahun 2011
Investasi PMA dan PMDN
Perkembangan realisasi investasi PMA Provinsi D.I. Yogyakarta dalam tiga tahun terakhir meningkat dibandingkat tahun-tahun sebelumnya, realisasi investasi PMA tahun 2012 tercatat sebesar 84,94 juta US$ meningkat dibandingkan tahun sebelumnya atau sekitar 0,01 persen dari total PMA nasional dengan jumlah proyek sebanyak 28 proyek. Untuk perkembangan realisasi investasi PMDN juga meningkat pada tahun 2012, realisasi investasi PMDN tahun 2012 Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 333,98 miliar rupiah meningkat dari nilai PMDN 2011 (1,59 miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 6 proyek. Tabel 8: Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2010-2012 Tahun 2010 2011 2012
D3.
PMA Juta US$ 4,95 2,41 84,94
PMDN Proyek 20 22 28
Rp. Miliar 10,04 1,59 333,98
Proyek 3 7 6
Perdagangan Ekspor dan Impor
Perkembangan neraca perdagangan luar negeri Provinsi DI Yogyakartadari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami surplus perdagganga. Surplus perdagangan terbesar yaitu pada tahun 2010 yaitu mencapai 11,5 juta US$ atau meningkat sebesar 325,93 persen dari suplus tahun 2009. Sementara untuk perkembangan nilai ekspor dan impor, nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 12,9 juta US$ dan nilai impor pada tahun 2010 sebesar 1,4 juta US$.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
13
Gambar 24: Perkembangan Neraca Perdagangan Provinsi di Provinsi DI YogyakartaTahun 2006-2010. (dalam juta US$) Pertumbuhan
Neraca Ekspor-Impor
14 Neraca Ekspor-Impor
12
11,5
Rata-rata Pertumbuhan (%)
300,00 250,00
10
200,00
8
150,00
6 4
350,00
100,00 3
2,4
2,7
2,2
50,00
2
0,00
0
-50,00 2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan. Tahun 2010
E.
PRASARANA WILAYAH
E1.
Jaringan Irigasi
Pembangunan jaringan irigasi merupakan langkah strategis dalam mendukung peningkatan produksi pangan, serta dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional.Luas Potensial jaringan irigasi diDI Yogyakarta meliputi 76.054 hektar atau 1,03 persen dari jaringan irigasi potensial di Indonesia., Sementara untuk jaringan irigasi terbangun tersier sekitar 76.054 hektar dan luas jaringan irigasi utama sekitar 76.054 hektar.Sementara menurut kewenangan, sekitar 12.460 hektar kewenangan pusat, 17.113 hektar kewenangan provinsi, dan 46.481 hektar kewenangan kabupaten/kota.
E2.
Infrastruktur Jalan
Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 23.372,36 km, yang terdiri dari jalan Nasional sepanjang 223,16 km, jalan Provinsi sepanjang 690,25 km, dan Jalan Kabupaten/kota sepanjang 22.458,95 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index), Departemen PU), kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 0,60 km yang terdiri dari 0,27 persen kondisi jalan rusak ringan dan 0 persen dengan kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap sepanjang 222,56 km atau sekitar 99,73 persen kondisi jalan mantap di D.I. Yogyakarta. Sementara berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road Density), kerapatan jalan di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,55. Km/Km² lebih tinggi dari kerapatan jalan tingkat nasional (0,23 Km/Km²). Sementara panjang jalan menurut kondisi permukaan jalan, jalan beraspal di Provinsi DI Yogyakarta meliputi 70 persen dari total panjang jalan, dan sisanya 16 persen jalan kerikil, 14 persen jalan tanah dan lainnya. PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
14
Tabel 9: Panjang Jalan Menurut Provinsi dan Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km) Provinsi
Negara
Provinsi
223,16
DI Yogyakarta
Kab / Kota
690,25
Jumlah
22458,95
23372,36
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab/Kota
Tabel 10. Kondisi Kemantapan Jalan Nasional Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2011 Berdasarkan Kerataan Permukaan Jalan (IRI) Status : Awal Agustus 2011 Provinsi
Panjang Kepmen PU (km)
Kondisi Permukaan Jalan (km)
Baik
DI Yogyakarta
223,16
198,56
Sedang
Rusak Ringan
24,00
0,60
Kondisi Kemantapan (km)
Rusak Berat
0,00
Mantap
222,56
Tidak Mantap
0,60
Kondisi Permukaan Jalan (%)
Kondisi Kemantapan (%)
Baik
Sedang
Rusak Ringan
Rusak Berat
Mantap
88,97
10,76
0,27
0,00
99,73
Sumber: Subdit Informasi dan Komunikasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kementrian PU
F.
POTENSI SUMBERDAYA ALAM
F1.
Sumber Daya Lahan
Luas kawasan hutan dan perairan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan tahun 2009 di Wilayah DI Yogyakarta tercatat sekitar 16819,52 hektar atau 0,01 persen dari total nasional. Proporsi penggunaan kawasan hutan dan perairan terluas adalah hutan produksi seluas 13.851,28 hektar atau sekitar 82,35 persen, hutan lindung sebesar 2.057,9 hektar (12,25 persen), dan kawasan hutan dan pelestarian alam910,34 hektar atau sekitar 5,41 persen dari total kawasan hutan di DI Yogyakarta. Gambar 26: Proporsi Luas Kawasan Hutan di Provinsi DI Yogyakarta Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan 2009 0,00 0 5,41
12,24 Kws. Hutan 0 Hutan Lindung (ha)
Hutan Produksi (ha) 82,35
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
Tidak Mantap
0,27
15
Sumber daya lahan di Provinsi D.I. Yogyakarta didominasi oleh lahan pertanian dengan penggunaan lahan bukan sawah (perkebunan, tegalan dan lainnya) sebesar 169.602 Ha dengan luas terbesar di Kabupaten Gunung Kidul (104.117 Ha). Sedangkan luas lahan bukan pertanian sebesar 92.440 Ha dengan luas terbesar di Kabupaten Gunung Kidul (36.554 Ha) dan luas lahan pertaniaan dengan penggunaan lahan untuk sawah sebesar 56.538 Ha dengan luas terbesar di Kabupaten Sleman (22.819 Ha).
F2.
Potensi Pertanian
Pada tahun 2010 produksi padi tercatat sebesar 823.887 ton (menurun sebesar 1,68 persen dari tahun 2009) dengan rincian 78,51 persen merupakan padi sawah dan 21,49 persen padi lading. Dengan luas penen masing-masing sebesar 106.907 ha dan 40.151 ha di peroleh angka produktivitas sebesar 60,5 kuintal per hektar untuk padi sawah 44,1 kuintal per ha. Produksi palawija didominasi oleh komoditas ubi kyu sebesar 1.114.665 ton, jagung sebesar 345.576 ton, kacang tanah dan kedelai masing 58.918 ton dan 38.244 ton. Ubi jalar, kacang hijau serta cantel relatif kecil masing-masing 6.484 ton, 610 ton, dan 228 ton.komoditas mangalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009 kacang hijau, jagung dan ubi kayu masing-masing sebesar 28,96 persen, 9,73 persen, 6.39 persen. Sedangkan cantel, kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar mengalami penurunan masing-masing sebesar 23,49 persen, 10,59 persen, 5,05 persen dan 3,04 persen.
F3.
Potensi Perikanan dan Kelautan
Data perikanan tahun 2010 di Provinsi D.I Yogyakarta mencatat bahwa produksi perikanan mencapai 41.558,4 ton atau naik sebesar 70,72 persen dibanding dengan tahun 2009 yang tercatat sebesar 93,92 persen dari total produksi perikanan budidaya perikanan darat dan selebihnya 6,08 adalah hasil perikanan laut. Tahun 2010 nilai produksi perikanan sebesar Rp 647,02 milyar, atau naik sebesar 230,71 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 195,64 milyar. Andil perikanan darat sebesar 96,13 persen dan sisanya 3,87 persen.
F4.
Potensi Sumberdaya Mineral
Kebutuhan listrik diperlukan untuk penerangan dan penggerak berbagai peralatan elektronik guna empermudah kehidupan manusia. Unit pelayanan tersebut melayani pelanggan sebanyak 819.785 unit (naik 3,44 persen dari tahun 2009), yang terdiri dari rumahtangga sekitar 92,77 persen, disusul unit usaha sebesar 3,87 persen, sosial sebesar 2,46 persen, selebihnya adalah pemerintah dan industri masing-masing sebesar 0,70 persen dan 0,06 persen. Jumlah produksi listri yang dijual selama tahun 2010 mecapai 1.809,02 juta KWh, meningkat sekitar 6,04 persen. Energi listrik yang dikonsumsi rumahtangga sekitar 55,31 persen, 20,37 persen oleh unit usaha, industri 10,93 persen dan selebihnya 13,39 persen diserap oleh pelanggan sosial.
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DI YOGYAKARTA