PRODUKSI FLAVONOID DAUN KEMUNING (Murraya paniculata L. Jack) PADA DOSIS PUPUK ORGANIK DAN INTERVAL PANEN YANG BERBEDA Flavonoid production of orange jessamine leaf (Murraya paniculata L. Jack) with various organic fertilizer and harvest intervals Rahmi Taufika, Sandra Arifin Aziz dan Maya Melati Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Jalan Raya Darmaga, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
[email protected] (diterima 10 Desember 2015, direvisi 24 Februari 2016, disetujui 24 April 2016)
ABSTRAK Kemuning (Murraya paniculata) telah digunakan secara tradisional sebagai tanaman obat karena mengandung metabolit sekunder yang memiliki berbagai fungsi. Pemupukan dengan pupuk organik dan interval panen dapat meningkatkan produksi metabolit sekunder, terutama flavonoid. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk organik dan interval panen yang berbeda terhadap produksi flavonoid daun kemuning. Penelitian dilaksanakan sejak Juni 2014 sampai Februari 2015 di Kebun Percobaan Organik IPB, Cikarawang, Bogor. Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan faktor (1) pupuk organik menggunakan 8 kombinasi dosis pupuk kandang ayam (PA) dan abu sekam (AS) yaitu kontrol; 0 kg PA + 3 kg AS; 7 kg PA + 0 kg AS; 7 kg PA + 3 kg AS; 14 kg PA + 0 kg AS; 14 kg PA + 3 kg AS; 21 kg PA + 0 kg AS; 21 kg PA + 3 kg AS pertanaman dan (2) 3 interval panen (2, 3, dan 4 bulan). Data dianalisis menggunakan uji F dan taraf DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi dosis pupuk organik dengan berbagai dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua parameter yang diamati. Perlakuan interval panen nyata meningkatkan produksi daun berupa berat basah dan kering daun total pada interval panen 4 bulan masing-masing -1 -1 sebesar 914,92 g tanaman , 258,53 g tanaman . Perlakuan interval panen memberikan pengaruh terhadap produksi senyawa flavonoid total, antosianin, protein, klorofil total, dan aktivitas antioksidan. Interval panen 2 bulan menghasilkan klorofil total tertinggi sebesar 1,72 mg g BB-1. Interval panen 4 bulan menunjukkan aktivitas enzim PAL (7,915 x 10-5 mg CA eq g BB-1), produksi protein (7,96 mg tanaman-1), flavonoid total (682,82 mg tanaman-1), antosianin (1,17 mg tanaman-1), dan aktivitas antioksidan (76,51%) tertinggi. Tidak ada interaksi antara pemberian pupuk organik dengan interval panen semua parameter pengamatan. Kata kunci: Abu sekam, antioksidan, aktivitas PAL, Murraya paniculata, pupuk kandang ayam
ABSTRACT Orange jessamine (Murraya paniculata) has been traditionally used as a medicinal plant because it contains secondary metabolites with several functions. Organic fertilizer treatment and set the harvest interval could increase the production of its secondary metabolites, especially flavonoid. This study used randomized block design with two factors, the first factor was 8 combination of chicken manure (PA) and rice-hull ash (AS) doses (i.e. control, 0 kg PA + 3 kg AS; 7 kg PA + 0 kg AS; 7 kg PA + 3 kg AS; 14 kg PA + 0 kg AS; 14 kg PA + 3 kg AS; 21 kg PA + 0 kg AS; 21 kg PA + 3 kg AS per plant), the second factor was harvest intervals (i.e. 2, 3 and 4 month). This study aimed to determine organic fertilizer dosage and different harvest intervals on orange jessamine leaf flavonoid production. The results showed that no variable of observation was affected by organic fertilizer treatments (P>0.05). Harvest interval was significantly increased all variable of observation. The highest chlorophyll total of leaf (1.72 mg g BB-1) was produced every 2 month. Harvest interval every 4 month produced the highest leaf fresh weight (914.92 g plant-1), leaf dry weight (258.53 g plant-1), PAL activity (7.915 x 10-5 mg CA g fresh weight-1), protein (7.95 mg plant-1),
27
Bul. Littro, Volume 27, Nomor 1, Mei 2016
flavonoid (682.82 mg plant-1), anthocyanin (1.178 mg plant-1) and antioxidant activity (76.51%). There was no interaction between organic fertilizer application dosage and harvest interval. Key words: Rice-hull ash, antioxidant activity, PAL activity, Murraya paniculata, chicken manure
PENDAHULUAN Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) merupakan tanaman semak atau pohon kecil yang termasuk kedalam keluarga jeruk (Rutaceae). Kemuning tumbuh liar di semak belukar, tepi hutan, dan ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar (Sulaksana et al., 2005; Mattjik, 2010). Berdasarkan farmakope China, daun kemuning digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai antibakteri, analgesik anti-inflamasi, penurun kadar kolesterol darah, dan anti-obesitas (Pane, 2010; Iswantini et al., 2011). Daun kemuning mengandung senyawa flavonoid, turunan flavonoid yaitu 3, 3’, 4’, 5, 5’, 7 – heksametoksiflavon dan 3’, 4’, 5, 5’, 7 – pentametoksiflavon, kumarin, alkaloid dan memiliki sifat antioksidan (Rohman dan Sugeng, 2005; Siregar, 2005; Nugroho et al., 2010; Zhang et al., 2012). Penelitian pengaruh pemupukan terhadap produksi fitokimia tanaman telah banyak dilakukan di antaranya pada tanaman kolesom (Susanti et al., 2008) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam, maka menurunkan kandungan total bahan bioaktif (kualitatif) daun dan umbi, kecuali alkaloid. Karimuna et al. (2015) melaporkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan peningkatan konsentrasi hara K pada daun muda dan tua tanaman kemuning yang dipanen setiap 4 bulan sekali berkorelasi positif dengan berat kering daun namun menunjukkan korelasi negatif dengan produksi flavonoid. Selain pupuk kandang ayam, menurut Hadi (2005) sumber K yang dapat digunakan dalam budidaya organik adalah abu sekam padi. Ditambahkan oleh Melati et al. (2008) bahwa penggunaan abu sekam sebaiknya tidak diberikan secara tunggal melainkan dikombinasikan dengan pupuk organik lain. Oleh karena itu
28
perlu adanya pengaturan dosis pupuk kandang ayam yang dikombinasikan dengan abu sekam padi yang tepat untuk produksi dan kualitas daun kemuning sebagai bahan obat. Daun kemuning kering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional dan ekstrak untuk ramuan jamu (Permenkes, 2013). Pengunaan daun kemuning sebagai bahan obat tidak terlepas dari kegiatan pemanenan daun. Penelitian yang telah dilakukan oleh Karimuna et al. (2015) menganalisis produksi daun dan senyawa fitokimia daun kemuning pada umur 34 dan 38 bulan setelah tanam (BST) dengan pemupukan kandang ayam. Dari penelitian tersebut, berat kering daun dan produksi flavonoid total tertinggi diperoleh pada umur 34 BST dengan dosis pupuk kandang ayam 2,5 kg tanaman-1. Penelitian tersebut menggunakan metode pemanenan 4 bulan sekali, sehingga perlu dipelajari pengaruh interval panen yang berbeda untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan kemuning untuk merejuvenasi daun sehingga layak dipanen sebagai bahan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk organik (pupuk kandang ayam dan abu sekam), dan interval panen yang berbeda serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap produksi flavonoid daun kemuning. Melalui hasil penelitian ini diharapkan masyarakat memperoleh informasi teknik budidaya yang menunjang pembuatan SOP budidaya tanaman kemuning yang mengandung senyawa bioaktif yang tinggi sebagai tanaman obat. BAHAN DAN METODE Percobaan ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik IPB, Cikarawang dengan letak geografi antara 6o30'-6o45' LS dan 106o30'-106o45' BT, pada 250 m dpl, Bogor, Indonesia, sejak Juni 2014 sampai Februari 2015. Analisis pupuk telah dilaksanakan di Laboratorium
Rahmi Taufika et al. : Produksi Flavonoid Daun Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) pada Dosis Pupuk Organik dan Interval Panen yang Berbeda
Pengujian Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Analisis Pasca Panen dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Analisis kandungan bahan bioaktif telah dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama adalah delapan kombinasi dosis pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dan abu sekam, dan faktor kedua adalah tiga interval panen (Tabel 1). Perlakuan panen dilakukan setelah semua tanaman unit percobaan dipangkas rata untuk memperoleh tinggi tanaman yang seragam. Setiap unit percobaan terdiri dari satu tanaman. Tanaman kemuning yang digunakan telah berumur 33-41 BST merupakan tanaman kemuning yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Tanaman yang digunakan dalam penelitian merupakan tanaman yang telah tumbuh di Kebun Percobaan Organik Cikarawang dengan tinggi tanaman rata-rata mencapai 108 cm. Umur tanaman 33 BST dengan penambahan 0,42 kg pupuk guano per tanaman sebagai pupuk dasar. Jarak tanam 1 m x 1 m. Frekuensi pemupukan dilakukan sesuai dengan interval panen, sehingga total masing-masing dosis aplikasi pupuk merupakan dosis per tahun. Panen dilakukan dengan mengambil daun pada ketinggian tanaman 75 cm dari permukaan tanah yang selanjutnya dianalisis kandungan senyawanya.
Berat basah dan kering daun total (g). Berat basah daun diperoleh dengan cara menimbang berat basah semua daun yang telah dipisahkan dari ranting hasil panen pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, setiap kali panen. Untuk interval panen 2 bulan semua daun hasil panen 4 kali pemanenan, interval panen 3 bulan semua daun hasil panen 2 kali pemanenan, dan interval panen 4 bulan semua daun hasil panen 2 kali pemanenan. Berat kering daun diperoleh dengan cara menimbang daun yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven 600 C selama 3 hari setiap kali panen. Kadar hara jaringan daun dan senyawa fitokimia. Analisis kadar hara jaringan dan senyawa fitokimia daun kemuning menggunakan daun pada panen awal dan akhir setiap interval panen. Analisis kadar hara N, P, dan K jaringan daun. Penentuan N total dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Penentuan kadar P dan K dengan menggunakan metode pengabuan kering. Konsentrasi P diukur dengan Spectrophotometer UV-VIS dan K diukur dengan Flamephotometer, pada daun setiap kali panen. Klorofil dan Antosianin. Analisis klorofil total dan antosianin menggunakan metode Sims dan Gamon (2002). Aktivitas Phenylalanine Ammonia-lyase (PAL). Aktivitas PAL dianalisis dengan menggunakan metode Camm dan Towers (1973) dalam Dangcham et al. (2008) dengan sedikit modifikasi.
Tabel 1. Kombinasi dosis pupuk kandang ayam dan abu sekam (Faktor 1) interval panen (Faktor 2), dan data curah hujan. Table 1. Combination of chicken manure and rice-hull ash dosage (first factor) harvest intervals (second factor), and rainfall data. -1
Faktor 1 Faktor 2 Interval panen 2 bulan 3 bulan 4 bulan Curah Hujan
-1
Perlakuan kombinasi dosis pupuk (kg tanaman tahun ) P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Jenis pupuk Pukan ayam (PA) Abu sekam (AS) Juni
Juli
Agus √
84,7
349
538,4
0 0 7 0 3 0 Waktu panen Sept Okt Nov √ √ √ 21,8 180,3 673,2
7 3
14 0
Des √ √
Jan
200
250,6
14 3 Feb √ √ 345,6
21 21 0 3 Total panen selama penelitian (8 bulan) 4 kali panen 2 kali panen 2 kali panen (mm per bulan)
29
Bul. Littro, Volume 27, Nomor 1, Mei 2016
Protein. Analisis kandungan protein menggunakan metode Lowry (Waterborg, 2002), pada setiap kali panen. Persiapan sampel untuk analisis protein sama dengan persiapan sampel untuk analisis aktivitas PAL. Kadar flavonoid total. Analisis flavonoid menggunakan metode Aluminium chloride colorimetric, Chang et al. (2002) dengan sedikit modifikasi. Aktivitas antioksidan. Analisis aktivitas antioksidan menggunakan metode radikal bebas stabil, 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH) assay, modifikasi dari Leu et al. (2006) dan Salazar et al. (2009). Persentase penangkapan diperoleh dengan menggunakan rumus:
Analisis data. Data hasil pengamatan berat basah dan kering daun total, kadar NPK jaringan daun, kadar klorofil, produksi antosianin, aktivitas enzim PAL, kadar protein, produksi flavonoid total, dan aktivitas antioksidan dianalisis dengan uji F, jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Duncan multiple range test pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Berat daun Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pemberian kombinasi dosis pupuk organik (pupuk kandang ayam dan abu sekam) dan interval panen terhadap berat basah dan kering daun total, begitu juga dengan pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah dan berat kering daun total (P>0,05). Berat basah dan kering daun tertinggi yaitu pada dosis pupuk organik 14 kg PA + 3 kg AS (Tabel 2). Hasil penelitian ini terjadi penurunan berat basah dan kering daun total pada dosis pupuk organik 21 kg PA + 0 kg AS dan 21 kg PA + 3 kg AS. Hal ini diduga karena unsur hara yang diberikan dengan dosis pupuk 14 kg PA + 3 kg AS telah memenuhi ke-
30
butuhan tanaman untuk pertumbuhan daun kemuning. Pemberian pupuk yang berlebihan mengurangi efisiensi penggunaan unsur hara dalam pupuk yang diberikan. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan N pada tanaman adalah dengan cara menghindari pemberian pupuk N yang berlebihan (Kanamplu et al., 1997). Terlihat kecenderungan pemberian pupuk organik dengan kombinasi pupuk ayam yang ditambahkan abu sekam (AS) menyebabkan berat daun meningkat. Selain mengandung K, abu sekam diketahui mengandung Si yang tinggi. Abu sekam mengandung 94,4% (SiO2), 0,61% (Al2O3), 1,06% (K2O), 1,21% (MgO), 0,77% (NaO), 0,59% (MnO), 0,83% (CaO), 0,03% (Fe2O) (Foletto et al., 2006). Silikat dapat mengurangi efek negatif ter-hadap kelebihan pemupukan N, namun mening-katkan ketersediaan unsur P dengan mencegah fiksasi P dalam komplek serapan dan mengurangi kelebihan serapan Fe dan Mn (Marschner, 2012). Fungsi tersebut menguntungkan tanaman dengan memberikan kondisi yang baik bagi pembentukan dan pertumbuhan daun baru sehingga produksi daun meningkat. Semakin lebar interval panen meningkatkan berat basah dan kering daun (P<0,05) (Tabel 2). Tanaman kemuning pada interval panen 4 bulan menghasilkan berat basah dan kering daun tertinggi. Berat kering daun pada interval panen 4 bulan tidak berbeda nyata dengan interval panen 3 bulan. Interval panen yang lebar memberikan waktu yang cukup panjang untuk merejuvenasi pembentukan pucuk-pucuk lateral baru dan memberikan kesempatan daun muda menjadi daun dewasa. Pada interval panen 4 bulan sebagian besar daun yang dipanen merupakan daun dewasa dengan kadar air daun relatif lebih rendah, namun demikian jumlah daun yang dipanen lebih banyak, sehingga berat basah dan kering daun total yang dihasilkan tetap lebih tinggi dibandingkan pada panen 3 bulan. Sebaliknya, meskipun berat basah dan kering daun total
Rahmi Taufika et al. : Produksi Flavonoid Daun Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) pada Dosis Pupuk Organik dan Interval Panen yang Berbeda
Tabel 2. Berat basah dan kering daun total berdasarkan dosis pupuk organik dan interval panen. Table 2. Leaf fresh weight and leaf dry weight of orange jessamine with organic fertilizer dosage and harvest interval. Pupuk organik (kombinasi dosis pupuk kandang ayam dan abu sekam)
Berat basah daun total (g tanaman-1)
0:0 0:3 7:0 7:3 1:0 1:3 21:0 21:3
517,25 647,29 516,28 579,28 538,75 663,13 609,50 623,22
Berat kering daun total (g tanaman-1) 151,69 198,59 159,13 152,81 149,06 200,56 185,13 180,31
Interval panen (bulan)
Berat basah daun total (g tanaman-1)
Berat kering daun total (g tanaman-1)
2 3 4
365,70 701,19 914,92
95,30 239,52 258,53
Keterangan: Kombinasi perlakuan pupuk menunjukkan dosis pupuk ayam, dosis abu sekam -1 -1 (kg tanaman tahun ). Data dianalisis dengan uji F 5%. Note: Treatment combination showed chicken manure and -1 -1 rice-hull ash rates (kg plant year ). The data was analyzed with F test 5%.
pada interval panen 2 bulan merupakan total 4 kali panen, namun tidak menunjukkan berat tertinggi. Hal ini karena daun yang dipanen setiap kali panen berjumlah lebih sedikit dan sebagian besar merupakan pucuk dan daun muda yang dicirikan dengan warna daun hijau terang. Kadar hara N, P, K daun Tidak ada pengaruh interaksi pemberian pupuk organik dan interval panen terhadap kadar N, P, K daun kemuning. Pemberian pupuk organik tidak nyata meningkatkan kadar hara jaringan daun kemuning (P>0,05). Namun berdasarkan hasil penelitian kadar N, P, dan K jaringan daun termasuk kategori tinggi hingga sangat tinggi berdasarkan IFA (1992) untuk tanaman jeruk. Pemberian pupuk kandang ayam dan abu sekam
meningkatkan kadar N, P, dan K tanah kemudian meningkatkan kadar hara daun kemuning. Hara yang terdapat di tanah sebelum pemupukan menunjukkan P (50 ppm) sangat tinggi, N dan K (0,15% dan 9 ppm) rendah dan sangat rendah, namun setelah penambahan pupuk organik terjadi perubahan status hara N, P, dan K dalam tanah menjadi sedang hingga sangat tinggi berdasarkan kriteria Hardjowigeno (2007). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kondisi tanah akibat dari pemberian pupuk kandang ayam dan abu sekam. Kandungan hara pupuk kandang ayam dan abu sekam berturut-turut yaitu 1,13; 1,72% N, 8,60; 0,50% P2O5, dan 3,37; 1,75% K2O. Menurut Hardjowigeno (2007) pupuk kandang ayam memiliki unsur hara yang paling tinggi dibandingkan pupuk kandang hewan lainnya. Pemberian pupuk organik dengan dosis 14 kg PA + 3 kg AS menunjukkan kadar N dan K tertinggi dalam jaringan daun (Tabel 3). Kadar hara P jaringan daun menunjukkan kategori sangat tinggi (IFA 1992), diduga diperoleh dari tanah yang telah mengandung P sangat tinggi. Kadar K jaringan daun menunjukkan kategori tinggi. Peningkatan dosis pupuk dengan penambahan abu sekam yang diberikan selaras dengan peningkatan kadar hara dalam jaringan daun hingga dosis 14 kg PA + 3 kg AS. Namun kadar hara N, P, dan K tanaman yang diberi pupuk tidak menunjukkan perbedaan dengan tanaman kontrol. Perlakuan interval panen berpengaruh terhadap kadar hara N, P, dan K. Semakin lebar interval panen semakin tinggi kadar N dan P. Berbeda dengan K, semakin lebar interval panen menurunkan kadar K. Interval panen 3 bulan nyata meningkatkan kadar hara N, P, dan K jaringan daun. Penambahan pupuk organik mampu memberbaiki kondisi tanah sehingga memungkinkan akar untuk menyerap hara. Berbeda dengan hara K, terjadi penurunan pada interval panen 4 bulan (Tabel 3), tetapi masih dalam kategori kadar tinggi menurut IFA (1992). Kadar hara N, P, dan K di dalam jaringan daun bersifat mobile dari jaringan
31
Bul. Littro, Volume 27, Nomor 1, Mei 2016
Tabel 3. Kadar N, P, K jaringan daun kemuning berdasarkan dosis pupuk organik dan interval panen. Table 3. Level of N, P, and K in leaf tissue of orange jessamine with organic fertilizer dosage and harvest interval Pupuk organik (kombinasi dosis pupuk kandang ayam dan abu sekam)
Kadar N (%)
Kadar P (%)
Kadar K (%)
0:0 0:3 7:0 7:3 14:0 14:3 21:0 21:3
3,20 3,30 3,20 3,40 3,30 3,60 3,40 3,60
0,40 0,30 0,40 0,40 0,30 0,30 0,40 0,30
1,90 2,10 2,10 2,10 2,30 2,30 2,10 2,20
Interval panen (bulan)
Kadar N (%)
Kadar P (%)
Kadar K (%)
2 3 4
2,40 b 3,90 a 3,70 a
0,20 b 0,40 a 0,40 a
2,20 b 2,50 a 1,70 c
Keterangan: Kombinasi perlakuan menunjukkan dosis pupuk -1 -1 ayam, dosis abu sekam (kg tanaman tahun ). Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh tidak nyata DMRT 5%. Note: Treatment combination showed chicken manure and -1 -1 rice-hull ash rates (kg plant year ). Numbers followed by the same letters are not significantly different on 5% DMRT.
dewasa ke yang lebih muda. Jaringan daun yang lebih muda bertindak sebagai sink yang memperoleh hara dari daun dewasa untuk melanjutkan pertumbuhan (Marschner, 2012). Sifat mobilitas ini yang menyebabkan perbedaan kadar hara di jaringan daun. Produksi fitokimia daun kemuning Tidak ada pengaruh interaksi antara pemberian pupuk organik (kombinasi dosis pupuk kandang ayam dan abu sekam) dan interval panen terhadap produksi fitokimia daun kemuning. Pemberian pupuk organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aktivitas enzim PAL, aktivitas antioksidan dan produksi fitokimia tanaman kemuning (Tabel 4). Senyawa metabolit
32
sekunder yang melalui lintasan fenilpropanoid yaitu flavonoid dan antosianin tidak menunjukkan perbedaan karena penambahan dosis pupuk. Hal ini diduga karena ketersediaan hara pada tanah telah mencukupi untuk pertumbuhan dan pembentukan metabolit sekunder kemuning. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap flavonoid, antosianin dan aktivitas enzim PAL daun kepel. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) enzim PAL merupakan enzim penting dalam lintasan fenilpropanoid untuk pembentukan senyawa metabolit sekunder dalam lintasan biosintesis. Melalui lintasan fenilpropanoid akan membentuk senyawa flavonoid dan antosianin. Ahmed et al. (2013) menyatakan bahwa flavonoid yang memiliki struktur dasar diphenylpyrans merupakan sumber antioksidan alami dalam tumbuhan mampu menangkap radikal bebas. Aktivitas enzim PAL cenderung menurun ketika diberi pupuk organik kecuali pada dosis tertinggi (P>0,05) namun produksi protein, flavonoid, antosianin (P>0,05) meningkat dengan pemberian pupuk organik (Tabel 4). Perbedaan respon aktivitas enzim PAL dan senyawa fitokimia terhadap pemberian pupuk organik diduga berkaitan dengan alokasi hara yang diperoleh tanaman digunakan untuk proses metabolisme primer, selain itu juga berkaitan dengan lintasan biosintesis pembentukan flavonoid dan antosianin yang diduga sebagian besar berasal dari lintasan asam malonat. Senyawa metabolit sekunder yang melalui lintasan fenilpropanoid yaitu flavonoid dan antosianin tidak menunjukkan perbedaan karena penambahan dosis pupuk, seperti flavonoid dan antosianin yang termasuk kelompok flavonoid (P>0,05). Walaupun pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh terhadap produksi flavonoid namun aktivitas antioksidan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pemberian pupuk organik (P<0,05), dengan aktivitas penangkapan radikal bebas sebesar 73% pada
Rahmi Taufika et al. : Produksi Flavonoid Daun Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) pada Dosis Pupuk Organik dan Interval Panen yang Berbeda
pemberian pupuk organik dengan dosis 7 kg PA + 0 kg AS. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa flavonoid dan antosianin kemungkinan tidak berperan dalam kemampuan antioksidan tanaman kemuning. Hal ini memungkinkan ada senyawa lain dari kelompok fenolik yang memiliki sifat antioksidan kuat selain flavonoid. Menurut Sayar et al. (2014) senyawa golongan flavonoid yang dominan pada daun kemuning tergolong senyawa flavon. Semakin lebar interval panen semakin meningkatkan produksi protein, flavonoid, antosianin, aktivitas antioksidan (P<0,05) dan aktivitas enzim PAL (P>0,05). Perlakuan pada interval panen 4 bulan menunjukkan produksi protein, flavonoid, antosianin, aktivitas enzim PAL dan antioksidan tertinggi (Tabel 4). Pola peningkatan ini berkaitan dengan hubungan saling mempengaruhi dari masing-masing komponen yang diamati dalam lintasan biosintesis. Biosintesis
metabolisme sekunder terjadi dengan prekursor berasal dari metabolisme primer. Tanaman kemuning pada interval panen 4 bulan menghasilkan berat basah dan kering daun tertinggi dengan sebagian besar daun dewasa, yang menyebabkan peningkatan metabolit sekunder dan dibuktikan dengan peningkatan aktivitas enzim PAL, produksi flavonoid, produksi antosianin dan aktivitas antioksidan. Aktivitas enzim PAL berperan dalam pembentukan senyawa fenolik dan total flavonoid. Selain PAL, kadar antosianin cenderung dikendalikan pada suatu titik di lintasan pembentukan flavonoid (Lister and Jane, 1996; Benkeblia, 2000). KESIMPULAN Pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap produksi daun dan fitokimia daun kemuning. Pupuk organik dengan dosis 0 kg PA + 3 kg AS dapat diaplikasikan pada tanaman
Tabel 4. Aktivitas PAL, aktivitas antioksidan dan produksi fitokimia daun kemuning berdasarkan dosis pupuk organik dan interval panen. Table 4. PAL activity, antioxidant activity and leaf phytochemical production of orange jessamine with organic fertilizer dosage and harvest interval. Pupuk organik (kombinasi PAL Protein dosis pupuk kandang (mg CA eq.g BB-1) (mg tanaman-1) ayam dan abu sekam) 0:0 0:3 7:0 7:3 14:0 14:3 21:0 21:3 Interval panen (bulan) 2 3 4
6,07 x 10-5 5,78 x 10-5 5,57 x 10-5 -5 5,68 x 10 5,99 x 10-5 5,18 x 10-5 5,98 x 10-5 6,43 x 10-5
5,42 7,09 5,56 6,13 5,70 6,92 6,78 6,87
PAL Protein (mg CA eq.g BB-1) (mg tanaman-1) 4,323 x 10-5 5,268 x 10-5 7,915 x 10-5
4,34 c 6,63 b 7,95 a
Flavonoid (mg tanaman-1)
Aktivitas Antosianin antioksidan -1 (mg tanaman ) (%)
443,70 548,90 465,80 463,90 502,40 555,80 598,00 538,70
0,401 0,567 0,458 1,067 0,256 0,872 1,246 0,607
68,90 72,40 73,05 69,88 62,93 68,43 71,11 69,74
Flavonoid (mg tanaman-1)
Antosianin (mg tanaman-1)
Aktivitas antioksidan (%)
380,7 b 480,5 b 682,8 a
0,276 b 0,937 a 1,178 a
64,153 b 68,016 b 76,510 a -1
-1
Keterangan: Kombinasi perlakuan dosis pupuk menunjukkan dosis pupuk ayam, dosis abu sekam (kg tanaman tahun ). BB: berat basah daun total; CA: Cinnamic acid. Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata DMRT 5%. -1 -1 Note: Treatment combination showed chicken manure and rice-hull ash rates (kg plant year ). BB: leaf fesh weight; CA: Cinnamic acid. Numbers followed by the same letters are not significantly different on 5% DMRT.
33
Bul. Littro, Volume 27, Nomor 1, Mei 2016
kemuning. Pada dosis tersebut telah menunjukkan produksi daun dan fitokimia daun kemuning yang lebih baik dibanding tanpa pemupukan. Semakin lebar interval panen meningkatkan berat basah dan kering daun total, produksi klorofil, protein, flavonoid, antosianin, dan aktivitas antioksidan. Interval panen 4 bulan mengahasilkan berat basah daun (914,92 g tanaman-1), berat kering daun (258,53 g tanaman-1), aktivitas enzim PAL (7,915 x 10-5 mg CA eq mg BB-1), protein (7,95 mg tanaman-1), klorofil (1.245,7 mg tanaman-1), flavonoid (682,8 mg tanaman-1), antosianin (1,178 mg tanaman-1), dan aktivitas antioksidan (76,51%) tertinggi. Interaksi pemberian pupuk organik dengan berbagai dosis dan interval panen yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap produksi flavonoid dan senyawa fitokimia tanaman kemuning.
Foletto EL, Ederson G, Leonardo HO and Sergio LJ. 2006. Conversion of Rice Hull Ash Into Soluble Sodium Silicate. Material Research 9(3): 335-338.
UCAPAN TERIMAKASIH
Karimuna SR, Sandra AA and Maya M. 2015. Correlations between Leaf Nutrient Content and Production of Metabolites in Orange Jessamine (Murraya paniculata L. Jack) Fertilized with Chicken Manure. J. Trop Crop Sci 2(1): 16-25.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmed T, Mohammad NU, Kamal H, Nahid H and Soleh R. 2013. Evaluation of Antioxidant and Cytotoxic Potential of Artocarpus chama Buch. Seeds Using In Vitro Models. Int J. Pharm Pharm Sci 5(1): 283289. Benkeblia N. 2000. Phenylalanine Ammonia-lyase, Peroxidase, Piruvic Acid and Total Phenolics Variations in Onion Bulbs during Long-term Storage. Lebensm-Wiss Technol 33: 112-116. doi:10.1006/fstl.1999.0624. Chang CC, Ming-Hua Y, Hwe-Mei W and Jiing-Chuan C. 2002. Estimation of Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. J. Food Drug Anal 10(3): 178-182. Dangcham S, Judith B, Ian BF and Saichol K. 2008. Effect of Temperature and Low Oxygen on Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit Stored at Low Temperature. Postharvest Biology and Technology 50(1): 37-44.
34
Hadi P. 2005. Abu Sekam Padi Pupuk Organik Sumber Kalium Alternatif pada Padi Sawah. GEMA. 18(1): 38-45. Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): CV Akademika Pressindo. 274 hlm. IFA.
1992. IFA World Fertilizer use Manual. International Fertilizer Industry Association, Paris. Jerman (DE). 632 p.
Iswantini D, Rhoito FS, Elizabeth M and Latifah KD. 2011. Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata Extracts as Antiobesity: In Vitro Inhibitory Effect on Pancreaic Lipase Activity. J. Hayati Biosci 18(1): 6-10.DOI:104308/hjb.18.1.6. Kanamplu FK, William RR and Gordon VJ. 1997. Effect of Nitrogen Rate on Plant Nitrogen Loss in Winter Wheat Varieties. J. Plant Nutri 20(2&3): 389-404.
Leu SJ, Lin YP, Lin RD, Wen CL, Cheng KT, Hsu FL and Lee MH. 2006. Phenolic Constituents of Malus doumeri var. Formosana in the Field of Skin Care. Biol. Pharm. Bul 29(4): 740-745. Lister CE and Jane EL. 1996. Phenylalanine Ammonialyase (PAL) Activity and Its Relationship to Anthocyanin and Flavonoid Levels in New Zealand-Grown Apple Cultivars. J. Amer Soc Hort Sci 121(2): 281-285. Marschner P. 2012. Mineral Nutrition of Higher Plants. 3th Ed.Australia (AU): Academic Press. 651 p. Mattjik NA. 2010. Tanaman Hias dan Bunga Potong. Bogor (ID). IPB Press. 453 hlm. Melati M, Asiah A dan Risnawati D. 2008. Aplikasi Pupuk Organik dan Residunya untuk Produksi Kedelai Panen Muda. Bul Agron 37: 204-213. Nugroho AE, Sugeng R, Mohamad AS and Kazutaka M. 2010. Efek Senyawa Flavonoid dari Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack.) terhadap Pelepasan Histamine pada Kultur Sel Mast. Majalah Obat Tradisional 15(1): 34-40.
Rahmi Taufika et al. : Produksi Flavonoid Daun Kemuning (Murraya paniculata L. Jack) pada Dosis Pupuk Organik dan Interval Panen yang Berbeda
Pane M. 2010. Uji Efek Ekstrak Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) sebagai Penurun Kadar Kolesterol Darah Marmut Jantan (Cavia cobaya). [Skripsi]. Medan (ID). Universitas Sumatera Utara.
Sims AD and John AG. 2002. Relationships Between Leaf Pigment Content and Spectral Reflectance Across a Wide Range of Species, Leaf Structures, and Development Stage. Remote Sensing Eviront 81(1): 337-354.
Permenkes [Peraturan Menteri Kesehatan]. 2013. Nomor 88 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional.
Siregar PH. 2005. Isolasi Flavonoida dari Daun Tumbuhan Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack). J. Sains Kimia (Suplemen) 9(3): 12-14.
Ramadhan BC, Sandra AA dan Munif G. 2015. Potensi Kadar Bioaktif yang Terdapat pada Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. F. & Th). Bul. Rempah Obat 26(2): 99-108.
Sulaksana J, Jaka J dan Dadang I. 2005. Kemuning dan Jati Belanda: Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. 83 hlm.
Rohman A dan Sugeng R. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara In Vitro. Majalah Farmasi Indonesia 16(3): 136-140. Salazar-Aranda R, Luis APL, Joel LA, Blanca AAG and Noemi WT. 2009. Antimicrobial and Antioxidant Activities of Plants from Northeast of Mexico. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Hindawi Publishing Corporation. DOI:10.1093/ecam/nep127. Sayar K, Mohammadjavad P and Belinda PM. 2014. Pharmacological Properties and Chemical Constituents of Murraya paniculata (L.) Jack. Medicinal and Aromatic Plants 3(4): 1-6. DOI: 10.4172/2167-0412.1000173.
Susanti H, Sandra AA dan Maya M. 2008. Produksi Biomasa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk Kandang Ayam. Bul. Agron 36(1): 48-55. Taiz L and Eduardo Z. 2002. Plant Physiology. 3th Ed. Massachusetts (US): Sinauer Associates, Inc, Publisher Sunderland. 690 p. Waterborg JH. 2002. The Lowry Method for Protein Quantitation. In JM Walker (Eds). The Protein Protocols Handbook 2nd Ed. New Jersey (US): Humana Press Inc. pp. 7-9. Zhang Y, Jun L, Shepo S, Ke Z and Pengfei T. 2012. Glycosides of Flavone Methyl Ethers from Murraya paniculata. Bioc. Syst. Eco 43(8): 10-13. DOI:10.1016/j.bse.2011.10.003.
35
Bul. Littro, Volume 27, Nomor 1, Mei 2016
36