Wawancara Istana Negara, Jakarta, Rabu, 8 Juni 2011 Wawancara Dengan RRI Pro 3 FM TRANSKRIP WAWANCARA PRESIDEN RI DENGAN RRI PRO 3 FM DI ISTANA NEGARA, JAKARTA TANGGAL 8 JUNI 2011
RRI: Baik, Pendengar, kita berjumpa kembali dalam dialog khusus “Presiden Menyapa” bersama Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono. Selama satu jam ke depan, Bapak Presiden akan menjelaskan sekaligus menjawab pertanyaan Anda tentu saja bagi Anda yang sudah mengirimkan pertanyaan melalui pesan singkat terhadap perkembangan terkini atau isu-isu aktual yang menyangkut negara kita. Dan saya sudah bersama Bapak Presiden yang lebih akrab saya kira Anda juga setuju kalau saya menyapa beliau Pak SBY. Pak SBY apa kabar?
Presiden RI: Baik, alhamdulilah. Bung Eko gimana?
RRI: Baik juga Pak. Kalau boleh saya melukiskan sebelum kita lebih jauh berdialog Pak, selama ini mungkin sebagian besar rakyat Indonesia menyaksikan Bapak melaui layar televisi, bahkan bertemu langsung. Tapi saya ingin mendiskripsikan sendiri dengan istilah saya. Bapak kelihatan lebih sporty, lebih sehat, lebih fresh, kabarnya diet-nya cukup berhasil Pak.
Presiden RI: Alhamdulilah, berhasil.
RRI: Kalau ini bisa menjadi program diet nasional mungkin lebih bagus juga.
Presiden RI: Ya, hidup sehat tentu lebih baik karena kita bisa bekerja penuh tanpa hambatan dari segi fisik.
RRI: Ya karena bagaimanapun seorang Presiden, tampil nonstop 24 jam harus sehat, harus fresh terus Pak ya.
Presiden RI: Betul sekali.
RRI: Baik Pak, pada sesi pertama kita akan bicara soal bagaimana wajah ekonomi kita. Kita tahu bahwa dalam kurun waktu 7 tahun terakhir ini, pemerintah sudah melakukan banyak hal dan mencapai kemajuan yang cukup significant. Indikatornya adalah ekspor kita meningkat, lapangan kerja juga sudah mulai terbuka, pengangguran berkurang. Tapi meskipun demikian Pak, masih ada juga anggapan-anggapan sumbing dari sebagian orang yang menyebutkan itu pada tatanan makro. Nah bagaimana pemerintah dalam hal ini Bapak bisa menjelaskan bahwa, ya memang ekonomi kita menggeliat mengalami kemajuan.
Presiden RI: Ya saya juga sering mendengar komentar seperti itu, tapi itu wajar dalam kehidupan negara demokrasi, pendapat pro dan kontra seperti itu. Saya menyikapinya sebagai berikut. Memang ada saudara-saudara kita yang masih miskin, sehingga barangkali yang dirasakannya perkembangan kehidupannya belum tumbuh secara signifikan. Ya memang masih ada saudara-saudara kita seperti itu, sebagaimana negara lain, bangsa lain yang juga masih menghadapi persoalan kemiskinan di negerinya.
Yang kedua ada juga yang berkomentar karena datanya atau pengetahuannya kurang lengkap, melihatnya dari sisi yang berbeda, sehingga ketika menyampaikan pandangannya di depan publik tentu saja dari kaca mata saya yang lebih lengkap tentu berbeda. Tapi memang ada yang apapun yang dilakukan pemerintah harus dianggap salah begitu, dan apapun yang dicapai pemerintah pusat, pemerintah daerah itu dianggap tidak ada.
Kalau saya sebenarnya, marilah kita melihat sesuatu itu secara obyektif, secara jujur. Kalau memang sudah baik katakan baik, kalau memang ada yang belum baik, kita harus akui dan harus katakan belum baik. Kalau dari observasi dan evaluasi yang objektif, baik lembaga dalam negeri maupun luar negeri mengatakan ekonomi Indonesia tahun-tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang positif, apakah itu pertumbuhannya, apakah pengangguran yang makin berkurang, ataupun juga kemiskinan yang makin berkurang, maka apakah dilihat dari segi kuantatif maupun kualitatif, baik makro ataupun mikro kesimpulannya di sana. Jadi ada perkembangan, jadi tidak perlu dikotomikan antara kuantitif dan kualitatif, antara makro dan mikro, antara sektor riil dengan sektor keuangan.
Kalau secara keseluruhan, secara utuh ekonomi kita tumbuh dan berkembang dengan indikator yang nyata, maka dari bahasa apapun tentu itu harus dikatakan demikian. Oleh karena itu saya mengajak rakyat Indonesia untuk di dalam memberikan penilaian atau observasi, gunakan tolok ukur yang ilmiah, yang faktual, yang juga berlaku dan dianut oleh negara manapun termasuk di negeri kita sendiri.
Nah selebihnya pemerintah akan terus bekerja, akan terus berikhtiar, tidak boleh terganggu dengan komentar-komentar itu karena pekerjaan rumah kita masih banyak. Masih harus kita lakukan segala sesuatunya lebih keras lagi agar, ya, makin ke depan kesejahteraan rakyat kita makin meningkat.
RRI:
Pak Presiden, baru-baru ini Bapak meluncurkan MP3EI, ini harus menjadi istilah yang populer, yaitu Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Dan ketika me-launching acara ini saya sempat mengingat-ingat satu kata yang terpenting dari Bapak adalah “Membangun negara sebesar ini tentu harus dengan perencanaan yang baik. Melibatkan tiga triliun anggaran, melibatkan sejumlah BUMN dan ada 17 mega proyek yang dibangun di enam koridor.” Apa sebenarnya tujuan dari MP3EI ini Pak?
Presiden RI: Ya, MP3EI ini sebuah master plan, sebuah rencana hidup untuk kita pedomani. Dengan tujuan agar lima belas tahun mendatang kita bisa mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi di seluruh Indonesia. Bukan hanya di pulau Jawa, tapi di seluruh provinsi, di seluruh tanah air kita.
Mengapa mesti kita lakukan terobosan ataupun percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi seperti itu? Agar upaya untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperkecil kesenjangan, itu bisa dapat diwujudkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Katakanlah dalam rentangan waktu sepuluh sampai lima belas tahun mendatang.
Inti dari percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi itu, tiada lain kita akan meningkatkan investasi di berbagai bidang, baik di bidang pertanian, di bidang industri ataupun jasa di semua provinsi di negeri kita ini. Dengan harapan kalau invetasi itu kita lakukan secara lebih nyata, lebih besar dan mencakup bidang yang lebih luas, maka sekali lagi, ekonomi akan tumbuh. Tanpa pertumbuhan tidak mungkin kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Tanpa lapangan kerja tercipta, tidak mungkin pendapatan masyarakat kita akan meningkat. Dan kalau itu bisa kita capai, insya Allah kemiskinan akan terus berkurang.
Itu sebetulnya yang menjadi tujuan utama dari percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Hal itu saya pandang perlu setelah lebih dari enam tahun saya memimpin negeri ini, nampaknya kalau kita tidak melakukan terobosan yang berani seperti itu,
meskipun kemajuan akan selalu ada, tetapi terlalu lama untuk betul-betul bisa mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan di negeri ini. Belum urusan keadilan, belum urusan infrastruktur yang kurang, yang dirasakan oleh masyarakat kita hampir di semua provinsi. Oleh karena itu kita memobilisasi sumber daya yang kita miliki.
Siapa yang akan melakukan investasi besar-besaran itu? Pertama-tama kita harapkan dunia usaha dalam negeri sendiri. Apakah BUMN-BUMN maupun swasta, merekalah yang harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Dengan catatan mereka juga sungguh melakukan investasi dan pengembangan ekonominya.
Karena dimensinya luas, investasinya besar, sudah kita hitung kalau dengan kemampuan yang kita miliki belum cukup. Oleh karena itulah yang sekarang juga menjadi bagian dari kerja sama sedunia, itu diniscayakan kerja sama ekonomi antara kita dengan negaranegara sahabat. Dalam konteks itu, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan dunia usaha, mitra-mitra kita, tentu dengan kebijakan, dengan kontrak, dengan perjanjian yang adil dan sungguh menguntungkan bangsa kita sendiri.
Ini sebuah pekerjaan besar yang harus dikelola dengan baik, disukseskan dengan baik. Oleh karena itu yang wajib menyukseskan MP3EI ini ya pemerintah sendiri, baik pusat maupun daerah termasuk gubernur, bupati, wali kota dengan segala jajarannya, juga dunia usaha kita harapkan sungguh serius dalam menjalankan investasinya dan tentunya dukungan masyarakat luas.
Kalau ini bisa kita wujudkan, saya punya keyakinan, saya punya optimisme bahwa negara kita, bangsa kita akan berubah secara lebih significant pada masa lima, sepuluh, lima belas tahun ke depan. Nah perubahan itulah yang tentunya akan mendatangkan kesejahteraan yang lebih baik lagi bagi rakyat kita.
RRI:
Ya, Pak Presiden kadang rakyat itu semua persoalan di daerah ingin ditumpukan kepada Presidennya. Lupa bahwa di daerah ada bupati, ada gubernur. Nah kaitan dengan terobosan yang dilakukan oleh pemerintah, apa kira-kira peran strategis yang bisa dimainkan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Pak?
Presiden RI: Pemerintah daerah sangat penting, untuk juga di samping bertanggung jawab, juga melakukan berbagai upaya termasuk kerja nyata mereka semua, agar pembangunan ekonomi di daerah juga makin tumbuh dengan baik. Kalau pemerintah daerah, gubernur, bupati, wali kota, kreatif dan inovatif, selalu terbuka peluang yang baik untuk perkembangan ekonomi.
Daerah bisa menerbitkan peraturan-peraturan daerah yang baik, iklim investasinya baik, kemudian dukungan masyarakatnya juga baik, dengan demikian investasi bergerak, dunia usaha bergerak. Kalau itu terjadi, yang diuntungkan juga daerah itu. Lapangan pekerjaan terbuka, yang tadinya menganggur masyarakatnya bisa bekerja dan akhirnya, ya mendapatkan penghasilan. Jadi peran pemerintah daerah sangat-sangat penting.
RRI: Baik, Pak SBY kita harus jeda dulu, dan Pendengar kami nanti akan kembali pada sesi berikutnya dan Bapak Presiden akan lebih banyak berbicara tentang bagaimana perpolitikan dan juga sisi keamanan di negara kita. Kami akan kembali setelah ini.
RRI: Baik kita lanjutkan kembali dialog bersama Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam edisi khusus “Presiden Menyapa”. Pak Presiden, kita tahu persoalan aktual yang juga menjadi masalah kita bersama adalah soal terorisme di Indonesia ini. Meskipun kita juga, melihat keberhasilan aparat keamanan dalam hal ini, bukan saja membongkar jaringannya tapi juga menangkap mereka yang terlibat.
Nah dalam persoalan ini faktanya bahwa regulasi kurang begitu memberi dorongan pada aparat kita Pak. Sementara kalau kita lihat undang-undang intelijen yang sekarang bergulir juga menuai pro dan kontra. Apa pandangan Bapak, situasi yang seperti ini?
Presiden RI: Di seluruh dunia sebenarnya undang-undang yang efektif itu diperlukan. Undang-undang di bidang keamanan, undang-undang untuk menanggulangi terorisme, termasuk undangundang intelijen. Jadi di negara demokrasi liberal pun undang-undang semacam itu juga diperlukan, sebab negara tidak boleh tidak punya otoritas, tidak punya kekuatan, tidak punya jalan untuk mengamankan negerinya, untuk menghadapi ancaman termasuk aksiaksi terorisme.
Dulu di negeri kita sebelum reformasi, terus terang kita punya banyak undang-undang, regulasi dan juga kebijakan yang cukup keras, yang akhirnya dinilai sangat otoritarian, di sana-sini dianggap melampaui kepatutannya. Kemudian kita melaksanakan reformasi dan kemudian sesuai dengan semangat demokrasi, banyak yang kita lakukan perubahan, termasuk tidak diberlakukannya undang-undang seperti itu.
Jaman berubah, tiba-tiba dunia termasuk negeri kita menghadapi ancaman terorisme, korban berjatuhan. Riil sekali ancaman terorisme itu. Nah negara kita terlanjur tidak memiliki perangkat undang-undang yang cukup efektif sebagaimana sekarang yang dimiliki oleh negara-negara lain, termasuk negara tetangga kita pun, Malaysia, Singapura punya yang namanya ISE, itu juga kuat seperti jaman dulu kita punya undang-undang antisubversi.
Apa yang mesti kita lakukan? Rakyat harus tahu bahwa negara kita harus aman. Rakyat Indonesia harus dapat diselamatkan dari berbagai ancaman keamanan, termasuk terorisme. Nah kalau undang-undang intelijen yang kita miliki dirasakan tidak cukup kuat untuk bisa menyelamatkan negaranya, menyelamatkan masyarakatnya, melaksanakan tugas-tugas intelijen, tentu tidak keliru kalau undang-undang itu kita perbaiki. Jadi tolong
dimengerti, tidak mengada-ada, tidak ingin membikin undang-undang yang tidak kita perlukan.
Tujuannya sangat jelas, meskipun saya juga setuju, bagaimanapun hak-hak asasi manusia harus kita hormati, nilai-nilai demokrasi harus tetap kita junjung tinggi. Tidak boleh kegiatan intelijen melampaui kepatutannya. Saya setuju. Oleh karena itu terhadap rencana perbaikan undang-undang intelijen itu, mari kita pastikan. Yang memang diperlukan untuk membikin amannya negara ini supaya intelijen kita bisa bekerja dengan baik mesti kita tuangkan di situ. Tetapi yang dikhawatirkan oleh kita semua yang bisa mengganggu kehidupan yang baik, tentu tidak perlu kita masukkan. Mari kita lihat secara jernih, secara utuh seperti itu.
RRI: Bapak Presiden tanggal 1 Juni yang lalu, kita memperingati pidato Presiden Soekarno tentang Pancasila dan kita juga sadar betul bahwa faktanya di tengah-tengah hiruk-pikuk masyarakat kita, rasa toleransi sudah dinilai luntur, nilai-nilai Pancasila sudah tidak lagi menjadi pandangan dan dasar perikehidupan sebagian orang. Misalnya saja bagaimana berpolitik santun, itu agak susah juga rakyat mendapatkan guru terbaik dari banyak politisi kita. Atau perkelahian di tingkat masyarakat antarkampung, antardaerah, kekerasan masih terjadi.
Dulu kita punya P4 tapi kemudian tiba-tiba apakah memang kita kehilangan nilai Pancasila. Terjadi demoralisasi, degradasi nilai Pancasila.
Apa kira-kira konsep pemerintah dalam hal ini kemudian agar pemahaman terhadap Pancasila itu utuh kembali?
Presiden RI: Yang kita hadapi sekarang ini sebenarnya sebuah persoalan yang kompleks, yang beragam, yang kait-mengait satu sama lain. Terus terang reformasi yang kita jalankan hampir selama 13 tahun ini banyak kebaikan yang kita dapat. Dan itu menjadi tujuan dari
reformasi yang kita lakukan. Tetapi kita harus jujur, ada sejumlah ekses, ada sebuah penggunaan kebebasan yang berlebih-lebihan, sehingga yang namanya pranata sosial, etika berpolitik, kemudian kesantunan dan tata krama di dalam hidup bermasyarakat itu menjadi terpinggirkan. Padahal yang ingin kita bangun adalah kehidupan masyarakat yang baik, good society, peradaban yang baik, demokrasi hidup, hak-hak asasi manusia itu dijunjung tinggi, tetapi hukum juga harus dipatuhi, tata krama harus dijalankan, dengan demikian hidup kita ini menjadi indah.
Apa yang terjadi sekarang ini menurut pendapat saya adalah penggunaan kebebasan yang berlebih-lebihan sehingga sepertinya setiap orang bebas berbuat apa saja. Ingat, saya ingin menyampaikan kepada saudara-saudara saya di seluruh tanah air bahwa dalam demokrasi itu ada namanya freedom of speech, kebebasan berbicara, ada freedom of the press, kebebasan pers, ada freedom of assembly, kebebasan berkumpul, boleh sekarang. Tidak dikekang, tidak dihalang-halangi.
Tetapi tidak ada di negeri kita ini dan di seluruh dunia yang disebut kebebasan untuk berbuat apa saja, freedom of action, itu tidak ada. Rusak kalau seolah-olah setiap orang bisa berbuat apa saja di negeri ini. Melawan hukum, melawan tata krama, melawan harmoni ataupun kerukunan hidup di antara kita dan sebagainya. Oleh karena itulah kita ingin kembali untuk meluruskan kehidupan yang tengah kita bangun ini.
Yang menjadi roh reformasi, demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia, patut kita junjung tinggi. Tetapi ingat, jangan sampai negara kita berubah menjadi negara tanpa etika, tanpa tata krama, tanpa aturan, tanpa kerukunan sehingga menjadi justru tidak tenang hidup di negeri yang kita cintai ini. Oleh karena itu Pancasila tentu harus kita hayati lebih dalam lagi dan kita amalkan ke depan. Kemudian semangat hidup dalam kemajemukan atau bhinneka tunggal ika juga kita hidupkan, saling hormat-menghormati, saling sayangmenyayangi, menghidupkan budi pekerti, tata krama bagaimana kita berbicara dan sebagainya.
Itu yang harus kita bangun bersama-sama dan ini bukan hanya tugas pemerintah, tugas kita semua. Apakah nanti melalui pendidikan, pendidikan formal, pendidikan informal, pendidikan keluarga, melalui tayangan media massa, kemudian pagelaran seni budaya, apapun bisa kita lakukan karena ini keperluan kita semua, bukan hanya keperluan pemerintah.
Itu yang saya lihat yang ada dalam kehidupan di negeri kita ini. Dan jangan sampai terlambat, marilah kita sadar bahwa kebebasan selalu ada batasnya. Tetapi yang lebih utama bagaimana hidup kita ini menjadi tenteram, menjadi lebih adil, menjadi lebih sejahtera. Diperlukan suasana kehidupan yang tenang, yang stabil, yang damai agar semua pembangunan, ekonomi, peningkatan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan dapat kita lakukan dengan baik.
Kalau itu bisa kita lakukan dengan baik, saya yakin rakyat kita di seluruh Indonesia akan senang karena hidupnya akan tenteram, akan damai dan dia dan mereka semua menyakini pastilah pembangunan ini akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka.
RRI: Baik Pendengar, pada segmen berikut nanti Bapak Presiden akan lebih banyak bicara tentang masalah sosial dan hukum. Kami akan kembali setelah ini.
RRI: Baik Bapak Presiden, Bapak pernah mengatakan bahwa Bapak akan berada di barisan paling depan dalam komitmen berperang melawan korupsi atau memberantas korupsi. Meskipun kemudian ternyata masih ada juga Pak yang di belakang Bapak berani mainmain begitu. Jadi tentu keinginan atau komitmen Bapak sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan untuk menciptakan pemerintah yang bersih. Mungkin bisa diceritakan Pak progressnya sejauh ini soal pemberantasan korupsi.
Presiden RI:
Memberantas korupsi itu tidak semudah membalik telapak tangan. Ada yang berkomentar, “Sudah lima tahun lebih kok masih ada praktek-praktek korupsi?” Saya katakan, ya, di negara lain pun diperlukan waktu yang panjang. Lima belas tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun, sampai sistemnya betul-betul relatif lebih bersih. Hong Kong contohnya, negaranya tidak sebesar kita. Tetapi diperlukan waktu lima belas tahun untuk melakukan pemberantasan korupsi sehingga Hong Kong sekarang memiliki sistem yang relatif bersih.
Kalau kita jujur sebenarnya, dengan kampanye anti korupsi yang sangat agresif yang kita lakukan tujuh tahun terakhir ini, KPK sangat aktif. Kemudian tentu jajaran kepolisian, kejaksaan, pengadilan juga terus melakukan reformasi, meningkatkan kinerjanya. Belum kesadaran masyarakat luas, LSM, pers, banyak pihak untuk betul-betul kampanye anti korupsi ini berjalan dengan baik, tentu ada hasilnya.
Tidak jujur kalau dikatakan tidak ada yang dicapai di dalam pemberantasan korupsi ini. “Dulu tidak terlalu banyak Pak, yang ditangkap, diperiksa dan ditahan.” Jangan membandingkan dengan yang dulu, karena tidak seperti sekarang ini perangkat undangundangnya, kelembagaan dalam pemberantasan korupsi, perhatian masyarakat luas, termasuk saya sebagai presiden di dalam memimpin pemberantasan korupsi ini.
Kalau kita mau lihat angkanya, seratus lima puluh lebih pejabat negara yang secara tidak pandang bulu kita lakukan pemeriksaan dan kemudian ketika ternyata bersalah, dihukum. Saya kira tidak kita jumpai situasi itu seperti di waktu yang lalu. Banyak yang bisa diselamatkan aset-aset negara dari praktek-praktek korupsi.
Lembaga internasional itu mencatat, dalam tujuh tahun terakhir ini kenaikan indeks Indonesia di dalam pemberantasan korupsi itu berjumlah 0,8 dari total nilai yang ada. Ini angka tertinggi, nomor dua Laos 0,4 yang lain-lain relatif datar bahkan ada negara ASEAN yang turun. Ukurlah tujuh tahun sebelum ini dengan sekarang, berapa progressnya.
Pertanyaannya, apakah dengan demikian sudah rampung? Jelas belum. Saya juga kecewa, saya juga marah, saya juga sedih dalam suasana seperti ini masih saja ada praktek-praktek korupsi yang terjadi di negeri kita. Tetapi sekali lagi, kita yakin hasilnya nyata, pekerjaan kita jauh dari rampung, harus lebih keras lagi ke depan, tetapi tetap konsisten.
Inilah yang perlu saya sampaikan dan saya mengajak masyarakat luas, mari kita sukseskan upaya besar kita untuk memberantas korupsi demi keadilan, demi masa depan kita dan demi bergeraknya ekonomi di seluruh negeri. Itu yang ingin saya sampaikan ke hadapan rakyat Indonesia.
RRI: Baik Pak SBY, salah satu buah dari reformasi seperti Bapak sampaikan tadi adalah kebebasan mengakses informasi, kebebasan berbicara termasuk di antaranya. Tetapi mendengar minggu lalu Bapak menyampaikan keprihatinan mendalam tentang penggunaan teknologi informasi yang bisa disebut negatif, karena digunakan untuk mencemooh orang, memfitnah. Nah bagaimana menurut Bapak menyikapi situasi seperti itu sehingga perkembangan teknologi informasi itu benar-benar justru memajukan pembangunan kehidupan masyarakat kita Pak?
Presiden RI: Ya, amanah dari para pendiri republik, Bung Eko, adalah negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang kita tuju adalah kehidupan bangsa yang makin cerdas. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus kita tujukan untuk lebih mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kita akan menjadi bangsa yang merugi dan tidak dapat apa-apa ketika teknologi berkembang di dunia ini, termasuk di negeri kita, termasuk teknologi informasi, itu kita sia-siakan, tidak kita gunakan untuk pendidikan, untuk membangun kehidupan yang baik, untuk komunikasi yang efektif dan bermanfaat dan sebagainya.
Dan lebih merugi lagi, lebih memprihatinkan lagi kalau teknologi informasi itu, apakah handphone kita yang kita gunakan untuk mengirim SMS, atau twitter, atau facebook, ataupun internet dan apapun yang disebut dengan media online atau social media itu yang kita rasakan sekarang ini banyak sekali penyalahgunaannya. Bukannya untuk meningkatkan pengetahuan kita, pendidikan kita, kehidupan yang makin baik, tetapi menjadi menjadi ajang fitnah, caci-maki, mengirimkan gambar-gambar porno, berita yang menyesatkan, pembunuhan karakter di antara kita, di antara satu sama lain. Ini sangat berbahaya. Dan kita harus selamatkan kehidupan masyarakat kita dari seperti ini.
Sebenarnya pemain-pemainnya tidak banyak, pelaku-pelakunya itu-itu saja, yang gemar menggunakan sarana teknologi informasi untuk merusak kebersamaan kita sebagai bangsa,menimbulkan prasangka, saling bercuriga, adu domba. Saya kira dosanya luar biasa itu. Bukannya ikut mengatasi masalah di negeri ini, ikut membangun negeri ini, tetapi menyebarkan racun yang tentu tidak baik bagi kehidupan masyarakat kita.
Saya mengajak marilah Saudara-saudaraku, rakyat Indonesia, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini justru kita gunakan untuk kepentingan yang baik, kepentingan yang bisa mensejahterakan rakyat kita.
RRI: Baik Pendengar, Anda masih mengikuti dialog khusus dalam edisi “Presiden Menyapa”. Saya baru tahu juga kalau Presiden kita ini ternyata gemar kopi tubruk. Sekarang kita minum kopi dulu.
Presiden RI: Menambah energi, menambah semangat.
RRI: Kita minum dulu, kita akan kembali nanti setelah ini.
Presiden RI:
Baik.
RRI: Baik kita kembali lagi dalam dialog khusus edisi “Presiden Menyapa”. Dan kali ini Bapak Presiden akan lebih banyak berbicara tentang bagaimana posisi strategis Indonesia di mata ASEAN, ini karena Presiden menjadi Ketua ASEAN tentu saja.
Pak SBY, Indonesia saat ini dipercaya sebagai Ketua ASEAN, tentu hal ini mempunyai nilai penting karena Indonesia dapat memainkan perannya secara regional maupun internasional. Bagaimana kemudian langkah strategis Bapak sebagai Ketua ASEAN agar negara-negara yang dalam naungan organisasi regional ini mendapatkan keuntungan, baik secara ekonomi maupun secara politik Bapak?
Presiden RI: ASEAN sangat penting bagi Indonesia dan bagi negara-negara di Asia Tenggara.
Saya kira Bung Eko dan rakyat Indonesia mengetahui bahwa ASEAN ini didirikan pada tahun 1967 ketika Asia Tenggara dulu merupakan kawasan yang labil, terjadi konflik di antara kita, bangsa-bangsa Asia Tenggara, yang tentu tidak membawa kebaikan. Jadi Indonesia salah satu pendiri ASEAN.
Dalam perkembangannya, ASEAN tumbuh dengan baik, Indonesia memainkan peran yang juga penting. Tiba-tiba datanglah krisis pada tahun 1997-1998, yang kita masih ingat Indonesia menghadapi persoalan yang luar biasa di dalam negeri kita sendiri, sehingga terus terang, ya saya harus jujur, oleh saudara-saudara kita negara ASEAN atau oleh dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang tengah menghadapi persoalan domestiknya dan kurang berperan di dunia internasional.
Kita sadar dan tidak boleh kita terus-menerus dalam keadaan seperti itu. Alhamdulilah dengan ridho Allah SWT, dengan kebersamaan kita, maka tahun-tahun terakhir ini kita sudah pulih dari krisis. Dan bahkan kita tumbuh menjadi negara yang makin dihormati
oleh teman-teman kita. Kini Indonesia menjadi anggota G20, satu-satunya dari ASEAN. Dan di ASEAN Indonesia adalah ekonomi terbesar, wilayah terbesar, penduduk terbesar dan tentunya dengan peran yang lebih besar.
Kita ingin dengan keketuaan Indonesia yang saya pimpin tahun ini untuk lebih membikin ASEAN ini sebagai komunitas yang tumbuh baik, baik secara ekonomi, baik secara politik dan keamanan maupun secara sosial budaya. Kalau ASEAN makin kompak, makin utuh, makin dapat bekerja sama, maka ASEAN menjadi motor penggerak di Asia. Dengan demikian kalau bicara Asia sebagai kawasan pertumbuhan dunia, bukan hanya Tiongkok, bukan hanya India, bukan hanya Jepang, Korea, tetapi juga ASEAN.
Dalam konteks inilah Indonesia akan terus menjadi pelopor, berjuang sekuat tenaga dengan anggota ASEAN yang lain untuk memajukan ASEAN ini sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh semua, termasuk oleh Indonesia sendiri.
RRI: Ya, bagaimana posisi keketuaan ini Pak Presiden bisa lebih dimanfaatkan bagi kepentingan nasional kita?
Presiden RI: Banyak peluang yang bisa kita dapatkan. Kita akan menyelenggarakan pertemuan puncak dua kali, kemarin sudah pada bulan April di Jakarta. Insya Allah pada bulan November nanti di Bali. Kemudian selama setahun banyak sekali kegiatan dalam rangkaian ASEAN, karena kita sebagai chairman, sebagai ketua. Nah di situ terjadi interaksi antara kalangan dalam negeri, apakah dunia usaha, apakah dunia cendekiawan, apakah pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun masyarakat luas dengan negaranegara lain, sembilan negara ASEAN yang lain.
Dengan interaksi itulah akan didapatkan pengetahuan yang lebih besar. Kita mendapatkan peluang bekerja sama di negara-negara ASEAN, mereka juga bisa bekerja sama lebih dalam lagi di negara kita. Kalau itu bisa kita lakukan, maka opportunity akan
ada di mana-mana, peluang ada di mana-mana dan masyarakat kita, rakyat kita akan mendapatkan manfaat daripadanya.
Ini salah satu yang secara nyata akan kita dapatkan karena kita sebagai ketua ASEAN pada tahun ini. Tetapi lebih dari itu kita menyusun banyak kebijakan, banyak kerja sama, banyak upaya untuk memajukan ASEAN di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, hukum, hubungan internasional, perubahan iklim dan sebagainya.
Saya berharap dengan keketuaan kita, dengan inisiatif yang kita miliki sekarang ini, harapan kita, sekali lagi Indonesia mendapatkan keuntungan yang riil dari kebersamaan kita dalam ASEAN.
RRI: Ya, Pak SBY, selain seperti yang Bapak sampaikan tadi, faktanya di ASEAN sendiri masih menyisakan beberapa persoalan. Sebut saja misalnya hubungan Thailand-Kamboja yang memanas, kemudian kita sendiri masih ada menyisakan persoalan dengan Malaysia dalam hal perbatasan. Apa sikap Indonesia tentu saja, sikap Bapak sebagai ketua ASEAN?
Presiden RI: Untuk disadari bahwa hidup bertetangga itu memang sekali-kali ada gesekan. Sebutlah kalau kita hidup bertetangga di kampung, di RT, RW, sekali-kali ada salah paham. Tidak mungkin kita ada masalah hidup bertetangga dengan Islandia, dengan Maroko, dengan Guatemala, tidak mungkin karena jauh sekali. Tetapi dengan Malaysia, dengan Singapura, sekali-kali ada. Dengan Thailand, dengan Kamboja, sekali-kali ada. Malaysia dengan Thailand sekali-kali ada. Yang penting semangat ASEAN jelas.
Kalau toh ada konfilk, ada pertentangan, ada perbedaan, kita punya wadah untuk menyelesaikan secara damai. Itulah gunanya komunitas ASEAN, ASEAN community, untuk menyelesaikan masalah secara damai. Sebutlah yang terakhir kemarin konflik
bersenjata yang juga menimbulkan korban jiwa diantara Thailand dan Kamboja. Semangat ASEAN inginlah konflik itu diselesaikan secara damai.
Saya sendiri atas permintaan ASEAN sebelum menjadi ketua ini, sudah tiga kali bertemu dengan kedua Perdana Menteri Thailand dan Kamboja. Dan setiap saat kami bertemu, meredalah ketegangan di antara kedua negara itu.
Nah kemarin agak serius, kami kembali bertemu dengan Perdana Menteri Thailand, dan Perdana Menteri Kamboja di Jakarta. Alhamdulilah terbangun kesepakatan untuk mengurangi konflik itu, untuk berusaha sekuat tenaga menempuhnya secara damai.
Itulah yang kita lakukan, itulah semangat ASEAN. Dan ini penting, jangan kita sedikitdikit perang, sedikit-dikit menggunakan kekuatan bersenjata. Nah itu kembali seperti era sebelum ada ASEAN, sebelum 1967.
Kalau namanya perang, tidak ada pihak yang berperang itu akan beruntung. Akan ada korban, ekonomi kita akan morat-marit dan banyak sekali. Belum dunia ketawa, “Katanya ASEAN. Mengapa berperang satu sama yang lain?”
Inilah semangat kita, inilah yang harus secara jernih kita pahami. Dengan demikian Oke, sekali-kali ada benturan, permasalahan, tapi mari kita carikan solusinya secara damai.
RRI: Pak Presiden setelah ini Bapak akan menjawab pertanyaan dari pendengar kita, dari sebagian pendengar kita yang sudah mengirimkan pertanyaan melalui pesan singkat dari 081399399888. Dan pendengar Presiden nanti akan langsung menjawab, kami akan kembali setelah ini.
RRI: Pendengar, pada bagian ini Bapak Presiden akan menjawab beberapa pertanyaan Anda, tapi mohon maaf sebelumnya tentu tidak bisa semuanya dijawab. Terlalu banyak pesan
singkat yang sudah masuk ke 081399399888. Kami akan pilihkan beberapa, mudahmudahan ini mewakili Anda semuanya.
Yang pertama Pak, pertanyaan dikirim oleh Sdr. Imam di Bekasi: Pak Presiden yang terhormat, Pak tolong kami sebagai penduduk tidak nyaman sama sekali melintas di jalan Setu–Bekasi yang amat hancur. Pemda kami tidak mendengar suara kami Pak. Terima kasih.
Presiden RI: Ini saya harap suara seperti ini sungguh didengar oleh pimpinan yang ada di Bekasi, oleh pimpinan yang ada di Jawa Barat sebab negara kita ini sudah terbagi habis. Ada provinsi, ada kabupaten atau kota, ada kecamatan, ada desa atau kelurahan. Dengan demikian, kalau ada masalah dan bisa diselesaikan pada tingkat yang terendah, selesaikanlah.
Jangan harus semuanya harus mengalir ke Jakarta. Ada urusan di kecamatan, unjuk rasanya di depan Istana. Ada urusan di tingkat kabupaten, teriak-teriaknya kepada SBY. Ini tentu tidak tepat karena sudah dibagi habis sesuai dengan struktur kepemerintahan di negeri kita ini. Dengan demikian kalau ada seperti ini segera di cek, seperti apa. Kalau bisa diselesaikan di tingkat kabupaten, selesaikan atau kota.
Kalau memang tidak cukup sumber dayanya, anggarannya, ya disampaikan ke provinsi. Kalau memang skalanya besar sekali, pemerintah pusat atau pemerintah nasional yang akan memberikan bantuan. Tapi kalau melihat seperti itu, rasa-rasanya masih bisa ditangani pada tingkat kabupaten itu atau setinggi-tinggi pada tingkat propinsi itu.
Itu jawaban saya, dan mudah-mudahan yang seperti ini pimpinan daerah lebih responsif sehingga rakyat kita tidak kehilangan kepercayaan.
RRI: Baik, penanya kedua Pak, ini tidak menyebutkan dari siapa, tapi dari 081321252 sekiansekian. Yang terhormat Bapak Presiden, tolong kembalikan pengelolaan dana BOS ke
pusat Pak karena proses penyelenggaraan pendidikan banyak terhambat dengan tersendatnya dana BOS di Dinas Pendidikan daerah.
Presiden RI: Ini satu persoalan yang mesti kita pecahkan secara bersama. Negara kita menganut desentralisasi dan otonomi daerah. Saya sebenarnya tidak ingin semua harus ditangani oleh pemerintah pusat, dikelola oleh pemerintah pusat. Apalagi saya sering mendengar usulan ataupun bahkan kritikan dari daerah, “Kenapa kok semua diatasi atau ditangani oleh pusat? Serahkan kepada kami, akan lebih cepat, lebih lancar dan semuanya beres.” Begitu yang saya terima dari para gubernur, bahkan bupati dan walikota.
Nah dengan seperti ini, saya berharap, kalau sudah kita serahkan urusan itu ke daerah, apalagi sesuai dengan permintaan daerah itu sendiri, tolonglah ditangani dengan baik. Jangan sampai malah tidak lebih bagus, karena tujuan otonomi daerah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Yang lebih tahu permasalahan di daerah ya Pak Bupati, Pak Walikota atau Ibu Bupati atau Ibu Walikota dan kemudian gubernur. Oleh karena itu, ini bagi saya penting, saya juga akan meminta Mendiknas untuk mengecek, apakah ada permasalah dalam penyaluran BOS ini di daerah-daerah. Bukan untuk menarik kembali ke pusat, tetapi untuk memastikan agar gubernur, bupati, walikota sungguh menjamin bahwa itu betulbetul lancar, lebih lancar apabila itu ditekel oleh pemerintah pusat.
RRI: Baik Pak SBY, ini pertanyaan datang dari warga kita di luar negeri, dari Singapura, ada Ibu Etik, ini seorang TKW Pak Presiden. Pertanyaannya begini: Pemerintah memberi dana untuk berwiraswasta atau mandiri. Tetapi setelah mereka mandiri, contoh dengan berjualan, setelah berjualan mereka berurusan dengan kamtib, dengan aturan tata kota pemerintah daerah.
Saya menyarankan Pak Presiden, bagaimana mereka diberi tempat untuk menjalankan usahanya. Berurusan dengan kamtib sama saja menambah pengangguran. Terima kasih Pak Presiden.
Presiden RI: Saya sudah pernah penyampaikan hal ini, ingat saya tahun 2006 dulu. Saya itu tidak suka gusur-menggusur, saya kalau ada trantib di kota-kota, main gusur kepada saudara-saudara kita yang berdagang, itu saya tidak suka. Tetapi saya juga meminta saudara-saudara kita yang berdagang di daerah perkotaan, itu juga menjaga jangan sampai mengganggu lalu lintas, jangan sampai mengganggu keamanan, jangan sampai tidak memelihara kebersihan dan sebagainya. Oleh karena itu, usulan dari saudari siapa tadi, Saudari Etik ya, itu bagus itu.
Saya juga pernah sampaikan, seperti Jakarta, tidak dilarang kok sepertinya ada jualan yang khas asalkan diatur tempatnya, bersih, indah, justru para wisatawan asing atau wisatawan dalam negeri sekali-kali ingin melihat seperti itu. Asalkan tertib, teratur, indah, di tempat yang sudah ditentukan. Itu menurut saya solusi yang paling baik.
Saya sering naik mobil dari Jakarta ke Bogor, ke arah Cipanas, itu di pinggir jalan juga ada yang jualan, jualan buah, jualan jagung rebus, jagung bakar, itu juga jangan digusur. Tetapi dididik supaya tempatnya bersih, kemudian baik, syukur-syukur indah, dengan demikian yang berwisata juga bisa berhenti di situ menikmati keindahan alam, tempatnya bagus, semuanya happy.
Rakyat kita rakyat kecil yang berjualan juga mendapatkan keuntungan, lalu lintas tidak terganggu, kebersihan bisa dijaga, dan akhirnya ya membawa kebaikan bagi semua.
Saya pikir apa yang disampaikan Bu Etik itu sama dengan yang dulu saya pernah komunikasikan kepada jajaran pemerintah. Carilah solusinya, karena semua rakyat kita ada yang besar, pengusaha menengah, pengusaha kecil termasuk yang mikro, kalau diatur dengan baik tentu akan baik bagi semua.
RRI: Baik penanya berikutnya dari Sdr. Rubi dari Jakarta. Untuk Pak Presiden SBY yang terhormat. “Pak saya bingung melihat Metro TV”, ini harus saya sebut karena SMS-nya bunyinya seperti ini Pak, “Masalah hukuman di pengadilan, kok buntutnya Bapak yang disalahin? Kok rasanya Bapak nggak ada benernya? Saran saya Pak, Bapak kayak Pak Harto saja, tangkapin saja orang-orang yang sukanya ngomong doang tapi mengganggu keamanan rakyat.”
Presiden RI: Ya begini, tentu masing-masing presiden itu menghadapi tantangan dan persoalan yang berbeda-beda. Situasinya juga berbeda-beda. Tidak sama persoalan yang dihadapi oleh Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan kemudian meskipun samasama memimpin di era reformasi, barangkali juga yang dihadapi oleh Gus Dur, Bu Mega dengan yang saya hadapi juga tidak selalu sama. Oleh karena itu, tentu saya tidak bisa mengikuti cara Pak Harto atau cara Bung Karno atau seperti itu. Biarlah saya menggunakan apa yang paling tepat untuk memimpin Indonesia saat ini.
Nah berkaitan dengan pemberitaan yang seperti itu, saya juga mengikuti, ada yang satudua media kita yang apapun pemerintah salah, SBY salah, SBY jelek dan sebagainya.
Saya percaya bahwa rakyat itu punya hati nurani. Rakyat itu cerdas, jangan menganggap remeh rakyat. Mereka bisa menimbang-nimbang, mana yang logis dan yang tidak logis, mana yang obyektif dan yang tidak obyektif. Saya kira kalau ada sebuah media, apapun yang dikatakan dan yang dilakukan SBY salah, apapun yang dilakukan pemerintah tidak ada benarnya, dan katanya tidak ada satupun yang dihasilkan oleh pemerintah, rakyat kita akan cerdas bahwa media itu tidak jujur dan tidak obyektif.
Saya lebih baik menyerahkan segalanya kepada rakyat, rakyatlah yang memiliki kedaulatan di negeri ini, rakyatlah yang akan memilih pemimpinnya setiap Pemilu, dan pilihan rakyat biasanya tidak keliru.
Saya pikir seperti itu sambil bersama-samalah kita hidupkan kehidupan pers, kehidupan demokrasi, kehidupan yang baik, yang amanah, memegang etika dan kejujuran. Di atas segalanya adalah kejujuran. Saya pikir begitu respon saya terhadap persoalan yang menyangkut satu-dua media masa kita.
RRI: Boleh satu lagi Pak ya?
Presiden RI: Silakan-silakan.
RRI: Ini dari Pak Sukarman di Entikong, singkat saja. “Pak Presiden mohon acara “Presiden Menyapa” karena ini sudah diiklankan sebelumnya, bisa setiap bulan sekali Pak.”
Presiden RI: Insya Allah, insya Allah. Ini kesempatan saya bisa berbicara langsung dengan saudarasaudara kita, rakyat kita di seluruh Indonesia karena saya tahu, rakyat juga menginginkan negaranya aman, tenteram, makin maju begitu, demikian juga saya. Tentu tidak mungkin sebagai yang sedang mengemban amanah rakyat, yang dipilih oleh rakyat, saya tidak berbuat yang terbaik untuk mereka.
Nah komunikasi seperti ini penting, saling menyapa, saling berbagi dan saling menjelaskan, saya kira patut dan saya senang kalau RRI Pro 3 FM bisa mengacarakan acara ini secara berkala.
RRI: Baik, sekali lagi Pendengar, mudah-mudahan ini menjawab dan mewakili Anda semua yang sudah mengirimkan pertanyaan melalui pesan singkat. Kami akan kembali setelah ini.
RRI: Baik Pendengar, tanpa terasa kita sudah masuk di sesi terakhir. Dan tentu saja sebenarnya Pak Presiden masih ingin lebih panjang lagi untuk menyampaikan banyak hal kepada Anda semua. Dan Pak Presiden, kami semua tahu bahwa Bapak sebagai, selain sebagai Presiden, juga sebagai pemerhati budaya bahkan pelaku seni, juga bisa membuat puisi, membuat lagu, orang tidak tahu dulu punya grup band waktu muda ya.
Presiden RI: Betul.
RRI: Bagaimana Pak, bahwa nilai-nilai seni ini bisa kemudian diadaptasi dalam kehidupan berbangsa kita, agar pembicaraan orang tidak hanya masalah politik saja? Bagaimana pendapat Bapak soal ini Pak?
Presiden RI: Itu penting Bung Eko. Saya itu mendambakan, saya memimpikan dan oleh karena itu saya berjuang sekarang ini, terus-menerus tanpa putus asa, agar kehidupan di negeri ini betul-betul selaras, serasi, seimbang. Jangan, istilah saya dan berkali-kali saya ucapkan, hanya diwarnai dengan yang serba politik sehingga panas, politik itu hasilnya kalah dan menang. Atau yang serba dagang begitu, itu juga kompetisinya bisa keras sekali, akhirnya ada yang untung ada yang rugi. Tapi saya ingin kehidupan masyarakat ini ya lengkaplah gitu, ada seni, budaya, ada olah raga, ada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, wisata dan sebagainya sehingga bangsa ini betul-betul lebih rukun, lebih sayang menyayangi, lebih hormat-menghormati satu sama yang lain.
Kalau kita bisa menampilkan kehidupan seperti itu, ya, maka lebih lengkap. Hidup ini ada kalanya ada urusan salah dan benar yaitu logika, urusan baik dan buruk yaitu etika, tetapi juga urusan keindahan, estetika. Kalau itu hidup, tumbuh, hidup, bersemi di negeri kita, insya Allah akan baik kehidupan kita ini.
Saya mengajak semua komponen masyarakat, rakyat kita, untuk marilah kita isi kehidupan bermasyarakat di negeri kita ini seperti itu. Anak-anak kita ajari untuk juga menyenangi seni budaya, olah raga dan lain-lain yang membikin bangsa ini makin bersatu, makin rukun, makin mencintai persaudaraan, toleransi dan kerukuran dan insya Allah nanti akan menjadi bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi, peradaban yang unggul dan mulia.
Itulah mengapa saya terjun betul dalam seni budaya, bukan hanya memberi dorongan, tetapi juga ikut agar sekali lagi kehidupan di negeri kita ini lebih lengkap, lebih berimbang dan lebih teduh.
RRI: Baik Pak SBY, sebagai penutup, kami RRI Pro 3 FM tentu saja yang selama ini punya komitmen memberikan kontribusi positif bagi pembangunan negara, ikut mendorong, mencerdaskan, kemudian menghibur, menginformasikan banyak hal kepada masyarakat kita, bukan hanya saja di perkotaan tetapi juga di daerah perbatasan, masyarakat kita yang berada di luar negeri. Nah bagaimana Bapak bisa menguatkan komitmen RRI ini, sekaligus menyapa Pak, semua pendengar kami yang tentu saja dari segi jumlah, menurut survey terakhir kita mampu meng-cover lebih dari 80 persen wilayah di Indonesia.
Presiden RI: Apa yang dilakukan oleh RRI sekarang ini, saya dengar dari pimpinan RRI sekarang ini, Ibu Niken dan lain-lain, saya pandang sudah pada arah yang benar. Dan teruslah berkreasi, berinovasi, mengembangkan komunikasi yang lebih utuh, lebih jujur, lebih luas kepada rakyat kita. Apa yang dilakukan sekarang ini menurut saya baik dan teruslah dikembangkan. Dengan demikian RRI yang mempunyai peran sejarah yang luar biasa itu terus memainkan peran yang penting sebagai penyambung antara rakyat dengan negaranya.
Kalau rakyat punya aspirasi, punya kritik, punya kegelisahan, bisa disampaikan. Sebaliknya kalau pemerintah, para pemimpin ingin menyapa rakyatnya, berkomunikasi dengan rakyatnya, menjelaskan kebijakan, keputusan dan program agar rakyat juga mengetahui itu juga difasilitasi. Dengan demikian sebagai media masa RRI benar-benar memainkan peran yang benar di negara demokrasi ini.
Itulah yang saya pesankan dan saya terus terang nyaman dan senang terhadap apa yang dilakukan RRI, teruslah berjuang, teruslah berikhtiar dan teruslah berinovasi.
RRI: Baik Pak Presiden, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbicara melalui RRI program Presiden Menyapa rakyat kita, mudah-mudahan diberi kesehatan terus Pak, karena tugas semakin banyak, semakin berat.
RRI: Terima kasih, terima kasih. Semoga RRI juga semakin berjaya.
RRI: Baik, sampai jumpa, mudah-mudahan bulan depan Pak.
Presiden RI: Insya Allah. Terima kasih.
RRI: Pendengar demikian tadi dialog khusus kami dalam edisi Presiden Menyapa. Kami mewakili seluruh kerabat kerja, mengucapkan terima kasih kepada Anda. Sampai jumpa.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden