perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS (Studi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo)
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Oleh:
Ifa Rizty Fauzia D 0206118
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Jika kita sungguh – sungguh menginginkan kesuksesan, Maka kesuksesanlah yang pada akhirnya menunggu kita. (aku)
always do your best today, because today will not be repeated (aku)
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk cinta dan kasih sayang yang tak pernah padam... Bpk. Eko Indawan (alm.) & Ibu. Siti Fajaroh (almh.) Alhamdulillah... Pak..Bu.. Anakmu lulus J Biar kulanjutkan perjuanganmu...
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Prediksi Perkembangan Radio Komunitas (Studi Faktor
- faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo). Penyusunan skripsi ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penulis sebagai mahasiswa guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari semua pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, terima kasih atas bantuan dan ilmu yang diberikan.
2.
Bapak Drs. Hamid Arifin, M.Si, sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
3.
Bapak Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si, terimakasih atas segala kesabaran, masukan dan ilmu – ilmu yang sebelumnya tidak penulis pahami, serta untuk motivasi yang begitu besar selama proses penyusunan skripsi. Maturnuwun pak…
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Ibu Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMEd.Hons, atas pinjaman bukunya, masukan, nasehat dan semangatnya kepada penulis, terimakasih banyak bu…
5.
Mas Budi jurusan yang selalu bersedia direpotkan oleh segala keperluan administrasi yang diperlukan terkait penelitian ini.
6.
Pakdhe dan Budhe Syaukani, ucapan terima kasih tak akan pernah cukup untuk menggambarkan segala kasih sayang dan perhatiannya selama ini, serta doa yang selalu di panjatkan untuk penulis. Kalian sungguh luaaaarrrr biasa…
7.
Mbak Asti, Mbak Nunik, Mas Oji, Mbak Ririn dan adikku Adrian, terimakasih atas perhatian, kasih sayang,doa dan motivasinya agar penulis cepat lulus. Juga “trio ucilku” Aya, Yona dan icha, yang selalu menghibur aunty saat stress mikir skripsi J Sungguh sebuah anugrah mempunyai keluarga seperti kalian..
8.
Pak Mardi, Pak Kun, Pak Hendro, Pak Kis, Pak Haribawa, Mas Agung, Pak Heri, Mbak Lucy dan Mas Gianto. Terimakasih atas waktu, bantuan serta ceritanya.
9.
“Adhe” desi dan “Nana” Krisna.. Kalian sahabat terhebat dan tergila dihidupku. 15 tahun tidak akan pernah cukup untuk kita saling berbagi… I love uuu darl…
10. Sahabat terbaikku Senja dan Vian, makasih dorongannya untuk cepet lulus, mari kita taklukkan dunia! Dan Ari “cung” Uhhuy… makasih semangatnya juga McFlurry-nya saat sesi curhat J I’ll miss this moments... 11. Temen2 terbaikku: Laras, makasih untuk penampungan sementara di jogja dan icun makasih banyak sudah mau menemaniku keliling jogja mencari narasumber
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Juga temanku yang lucu – lucu Faka dan duo Supra-dika, kicauan – kicauan kalian selalu menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 12. Forever Love-ku, Dian dan mbak Pipit untuk segala kebersamaan dan keceriaan selama ini, sehari tak bersama, hidup terasa hampa. Salam Marissa!! Juga semua penghuni PA Kost : Ima, Intan, ida, destia, cintya,diah, septi, dian.. U rock gals!! 13. KelompokSatu Adv. dan Victory Adv. Untuk semua pengalaman, kegalauan dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama. Nuwun yaks! 14. Fiesta FM yang pernah menjadi rumah kedua saya di Solo.. banyak pengalaman kudapat darimu. Dan buat temen seperjuangan yang sangat saya cintai : Lopi, Nunung, Yudo, mba Citra, Agung, Wendy, Nikky, Nino, Mas Don, mba Ronar, mba Rea, Okky, Dimas.. dan generasi muda sekarang. Dari Fiesta Dengan Cinta Kita Bangun Keluarga J 15. Pasukan Komunikasi 2006. Aaahh,,,pokoknya aku cinta kalian. Titik. 16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan serta motivasi kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih banyak. Surakarta, 24 Maret 2011
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………....
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………..
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xii
ABSTRAK………………………………………………………………… xiii
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………
8
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….
8
D. Manfaat Penelitian………………………………………
8
E. Landasan Teoritis 1. Komunikasi ………………………………………….
9
2. Komunikasi Massa …………………………………..
12
3. Radio Sebagai Media Massa ………………………...
16
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Industri Radio Komunitas …………………………..
22
5. Studi Delphi …………………………………………
32
F. Definisi Konseptual 1. Prediksi ……………………………………………...
41
2. Perkembangan Radio Komunitas ……………………
42
G. Kerangka Pemikiran ……………………………………
44
H. Metode Penelitian
BAB II .
1. Jenis Penelitian ……………………………………...
45
2. Metode Penelitian …………………………………..
45
3. Lokasi Penelitian ........................................................
47
4. Populasi dan Sampel ………………………………...
47
5. Sumber Data …………………………………………
48
6. Cara Pengumpulan Data ……………………………..
48
7. Validitas Data ………………………………………..
50
8. Analisis Data …………………………………………
51
DESKRIPSI LOKASI A.
Radio Komunitas di Yogyakarta …………………………
54
B.
Radio Komunitas di Solo……… …………………………
59
BAB III . PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A.
Gambaran Umum Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo …………………………………………………..
commit to user x
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hasil dan Analisis Prediksi Perkembangan Radio Komunitas Putaran 1 dan 2 ……………………………….
68
C. Peringkat Prediksi Perkembangan Radio Komunitas Berdasarkan Nilai Rata – rata dalam Dua Putaran ………. BAB IV.
97
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………
105
B. Saran……………………………………………………… 109 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pergeseran Paradigma Penyiaran Pasca Reformasi 1998 …………..
20
Tabel 2. Perbedaan Radio Komunitas dan Radio Komersil …………………
23
Tabel 3. Data Responden ……………………………………………………
62
Tabel 4. Pernyataan Kuisioner ………………………………………………
67
Tabel 5. Nilai Rata – rata Prediksi Perkembanga RadioKomunitas pada Putaran 1 dan 2…………………………………………… …
69
Tabel 6. Peringkat Prediksi Perkembangan Radio Komunitas Berdasarkan Nilai Rata – rata dalam Dua Putaran………………….
commit to user xii
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK IFA RIZTY FAUZIA, D0206118, PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS (Studi Faktor - faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta, 2011. Perkembangan jaman dan perubahan masyarakat mempengaruhi peran radio, dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang heterogen dengan segala macam permasalahan. Kini radio memiliki tiga peran sosial, yaitu radio sebagai media sosialisasi, radio sebagai media aktualisasi, dan radio sebagai media advokasi. Dari perubahan itupun kemudian muncul berbagai jenis radio. Mulai dari radio nasional milik pemerintah hingga radio – radio swasta komersil yang biasanya memiliki segmen tertentu, seperti pendidikan, hiburan maupun berita. Di tengah maraknya radio komersil yang berusaha meraup keuntungan besar, justru muncul radio komunitas non komersil sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi dan apresiasi dari anggota komunitasnya. Keberadaan radio komunitas ini membawa angin segar bagi masyarakat untuk mengapresiasikan ide maupun pendapatnya. Namun radio komunitas ini masih memiliki banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain adalah masalah dana yang terbatas, kemudian masalah perizinan yang dianggap masih belum mendukung perkembangan radio komunitas sepenuhnya. Selain itu adanya masalah keterbatasan sumber daya manusia dan masalah teknologi yang selalu berkembang. Hal tersebutlah yang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana masa depan radio komunitas dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan. Dengan menggunakan metode studi Delphi yaitu metodologi untuk meramalkan dengan menggunakan panel para pakar, peneliti melakukan penelitian terhadap sembilan pakar radio untuk mengetahui prediksi mereka mengenai perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2010 hingga Februari 2011 dengan melakukan wawancara, yang dilanjutkan dengan tahap kuisioner. Kuisioner tersebut berisi 14 item pertanyaan kepada responden dalam dua kali putaran untuk mendapatkan jawaban yang dapat dipercaya. Hasil akhir dari penelitian dengan studi Delphi ini didapatkan beberapa kesimpulan tentang radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, yaitu: (1) Pertumbuhan radio komunitas yang masih belum stabil dan sulit terkendali; (2) Materi siar radio komunitas akan didominasi konten lokal; (3) Masih minimnya ketertarikan dari sponsor terhadap radio komunitas; (4) Akan terjadi migrasi ke teknologi era digital; (5) Sumber daya manusia akan semakin maju dan mampu menghadapi perubahan zaman.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
IFA RIZTY FAUZIA, D0206118, PREDICTION OF COMMUNITY RADIO DEVELOPMENT ( Study of Factors Affecting Growth Community Radio in Yogyakarta and Solo ) Thesis, Program of Communication Studies, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University (FISIP UNS) Surakarta, 2011. Transformation era and societal change affect the role of radio, from media propaganda into the social institutions which resides in a heterogeneous community with all sorts of problems. Now the radio has three social roles, namely the radio as a medium of socialization, the radio as a medium-actualization, and the radio as advocacy media. From the change then came the various types of radio. Start from the national radio of Indonesia into - commercial private radio station that usually has a particular segment, such as education, entertainment or news. Among the crowd of commercial radio which is trying to reap huge profits, it appears non-commercial community radio as a forum to convey the aspirations and appreciation from members of the community. The existence of this community radio to bring fresh air for people to appreciate ideas and opinions. However, this community radio still has many problems to be solved. These problems include the problem of limited funding, and licensing issues that were deemed to be not fully support the development of community radio. In addition, the lack of human resources and technology issues are always evolving. This is exactly what makes researcher want to know how the future of community radio in the period -5, -10 and 15 years ahead. By using the Delphi method study, the methodology to predict by using the panel of experts, researchers conducted a study of nine specialist radio to find out their predictions about the development of community radio in Yogyakarta and Solo. This research have been conducted during December 2010 to February 2011 with an interview, which was continued by phase questionnaire. Its containing 14 items of questions to respondents in two rounds to get reliable answers. The result of this research with the Delphi study obtained some conclusions about community radio in Yogyakarta and Solo, namely: (1) The growth of community radio is still not stable and difficult to control, (2) Content of community radio broadcasting will be dominated by local content, (3) Still the lack of interest from sponsors of community radio, (4) There will be a migration to the digital technology era, (5) Human resources will be more advanced and able to deal with the changing times.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berita dan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai media yaitu media cetak yang berupa koran, majalah dan tabloid, serta media elektronik seperti radio, televisi, hingga internet. Saat manusia mulai menyadari pentingnya informasi dalam kehidupannya, maka peran media massa baik cetak maupun elektronik menjadi semakin besar. Onong Uchjana dalam buku Siaran Radio: Teori dan Praktek mengatakan salah satu media massa yang masih terus bertahan sampai saat ini adalah radio. Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai sifat dan ciri yang berbeda dengan media massa lainnya Radio memberi keleluasaan pada pendengarnya untuk berimajinasi, karakteristik lain yang dimiliki oleh radio adalah kemampuan radio untuk membuat para pendengarnya merasa diperhatikan secara personal. Selain itu, radio merupakan media dengan biaya yang relatif lebih murah dan mudah di akses oleh masyarakat. Bahkan, munculnya berbagai media elektronik lain, termasuk maraknya internet pun, tidak menenggelamkan radio sebagai salah satu media pilihan konsumen (Effendi, 1990). Perkembangan jaman dan perubahan masyarakat mempengaruhi peran radio, dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
heterogen dengan segala macam kompleksitas permasalahan. Kini radio memiliki tiga peran sosial, yaitu radio sebagai media sosialisasi, radio sebagai media aktualisasi, dan radio sebagai media advokasi (Masduki, 2004). Dari perubahan itupun kemudian muncul berbagai jenis radio. Mulai dari radio nasional milik pemerintah hingga radio – radio swasta komersil yang biasanya memiliki segmen tertentu, seperti pendidikan, hiburan maupun berita. Namun di tengah maraknya radio komersil yang berusaha meraup keuntungan yang besar, justru muncul radio komunitas non komersil sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi dan apresiasi dari anggota komunitasnya. Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Intinya, radio komunitas adalah radio yang dibangun dari, oleh, untuk dan tentang komunitasnya (Masduki, 2004) Radio komunitas sebagai bentuk lembaga penyiaran telah diakui keberadaannya, sebagaimana telah diatur dalam UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Dalam UU penyiaran, radio komunitas adalah termasuk kedalam lembaga penyiaran komunitas, dimana dalam penjelasannya pada Pasal 21 ayat 1, lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia. Didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersil, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya (Andriana, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Deni Andriana dalam sebuah artikel berjudul Radio Komunitas menyatakan bahwa dalam menjalankan peran dan fungsinya radio komunitas sebagai lembaga penyiaran komunitas, memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis media lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama merujuk pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan pengelolaannya. Selain itu radio komunitas ini biasanya bercirikan tiga aspek yaitu, non-profit, adanya kepemilikan dan kontrol dari komunitas serta partisipasi komunitas (Andriana, 2010). Radio komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun programprogram yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya (Ricky Riadi Iskandar, dkk, 2008) Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000, yaitu undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam pasal 21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran komunitas. Sejak Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah tumbuh ribuan radio komunitas diseluruh Indonesia dengan karakteristik masing – masing. Segala macam bidang bisa diangkat melalui radio mulai dari ekonomi, bisnis, budaya, sosial, seni, agama, politik, bahkan olahraga pun tidak habis dikupas seiring pembangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disegala bidang tersebut. Hal tersebut juga dipicu dengan semakin terbukanya akses informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan masyarakat untuk menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan komunitasnya ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009) Sekarang ini perkembangan radio komunitas kian pesat, seiring semakin terbukanya akses informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan masyarakat untuk menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan komunitasnya, karena memang masih banyak permasalahan yang dialami oleh radio komunitas
yang
harus
segera
diselesaikan
sehingga
tidak
mengancam
keberadaannya. Saat ini jumlah stasiun radio komunitas di Indonesia diperkirakan telah mencapai 500 stasiun. Meskipun keberadaan radio komunitas di Indonesia telah diakui dalam UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tetapi masih banyak kendala yang ditemui dalam upaya untuk mengembangkannya. Salah satunya adalah alokasi frekuensi. Sementara ini aturan dalam hal penggunaan frekuensi, pemerintah berpedoman pada SK Menteri perhubungan Nomor 15 dan 15a, bahwasannya radio komunitas diberikan 3 kanal 202, 203, 204, atau menempati frekuensi 107.7, 107.8, 107.9 dengan jangkauan siaran 2,5 km dan ERP (power) maksimal 50 watt. Apabila aturan tersebut digunakan di daerah perkotaan yang padat maka yang terjadi rakom sulit memetakan siapa audiensinya dan secara teknispun sulit. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di Indonesia,misalnya radio komunitas kampus yang jaraknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat berdekatan berakibat terjadinya kesalah pahaman atau konflik-konflik baru karena dengan 3 frekuensi yang sama saling berdekatan, dan saling bertabrakan. Lalu jika aturan tersebut dilaksanakan di daerah yang luas seperti Kalimantan dengan jarak jangkauan siaran 2,5 km, yang akan mendengarkan radio tersebut hanya beberapa kepala keluarga saja, padahal dalam proses perijinan rakom harus memperoleh dukungan minimmal 51% atau 250 orang komunitasnya (Widarto, 2009). Selain masalah pertumbuhan dan frekuensi tersebut, sampai saat ini masalah dana juga masih dialami oleh radio komunitas. Cara kerja dan format siaran radio komunitas tidak bisa disamakan dengan radio komersial. Mereka hanya butuh biaya untuk sekadar bertahan sebagai media informasi sesama anggota komunitasnya. Dana radio komunitas merupakan dana dari swadaya masyarakat. Radio komunitas tidak diperbolehkan menyiarkan iklan komersil atau mengiklankan suatu produk, kecuali iklan layanan masyarakat. Karena, tidak diperbolehkannya iklan masuk tersebut maka dana radio komunitas terbatas. Terbatasnya dana juga sangat berkaitan dengan masalah teknis. Perbaikan untuk peralatan yang rusak dan perawatanya memerlukan dana, sedangkan dana yang dimiliki radio komunitas merupakan dana secara swadaya. Apabila ada salah satu alat siaran rusak untuk perbaikannya pasti harus menunggu iuran dari masyarakat untuk memberikan dana secara sukarela. (Widarto, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah 8 tahun disahkan dalam undang – undang, ternyata sampai saat ini radio komunitas juga masih mengalami masalah dalam perizinan. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi dianggap masih belum mendukung perkembangan radio komunitas sepenuhnya. Prosedur perijinan yang disusun oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meskipun telah melalui proses konsultasi kepada beberapa radio komunitas juga masih terlalu berbelit-belit dan panjang. Radio komunitas harus mengajukan surat permohonan kepada kepada KPI-D, lalu KPI-D akan verifikasi dan evaluasi. Apabila tidak memenuhi syarat maka surat permohonan akan dikembalikan, apabila disetujui permohonan akan di lanjutkan ke KPI Pusat. Di KPI Pusat prosesnya hampir sama, yaitu di kompilasikan melalui forum bersama antara Pemerintah inter-departemen (departemen yang berkaitan dengan penyiaran seperti Perhubungan, Depkominfo) dan KPI Pusat. Bayangkan jika masyarakat di Papua mau membuat radio komunitas, mereka harus urus perijinan sampai ke Jakarta. Oleh karena itu telah diusulkan agar perijinan bisa keluar di tingkat KIP-D (Widarto, 2009). Persoalan lain yang masih harus dihadapi radio komunitas
adalah masalah
keterbatasan sumber daya manusia beserta manajemen pengelolaannya dimana stuktur kelengkapan organisasi pada radio komunitas ini didasari oleh prinsip-prinsip radio komunitas itu sendiri yakni dari warga oleh warga dan untuk warga. Karena pada awalnya radio komunitas merupakan sarana untuk menyalurkan hobi saja, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sumber daya manusianya pun terbatas. Biasanya mereka yang melakukan siaran adalah masyarakat yang mempunyai waktu luang saja. Maka dari itu, warga (anggota komunitas) memiliki peranan tehadap maju dan mundurnya radio komunitasnya. Di saat persaingan radio makin ketat, setiap radio dituntut untuk kreatif merancang program semenarik mungkin untuk memenuhi kebutuhan pendengar, serta membuat variasi – variasi baru sajian hiburan yang disuguhkan agar pendengar juga tidak jenuh. Radio komunitas merupakan radio yang batas wilayah siarannya terbatas pada wilayah dimana komunitas itu berada. Informasi yang ditemukan tentu saja hanya informasi yang ada dalam wilayah itu juga. Pada suatu waktu ketika tidak ada fenomena atau isu yang beredar di wilayah tersebut maka tidak ada materi berita yang bisa diinformasikan kepada masyarakat, karena radio komunitas tidak bisa mengambil informasi diluar wilayah komunitasnya. Namun kenyataannya masih banyak radio komunitas yang konten siarannya menyerupai radio komersil (Ricky Riadi Iskandar, dkk, 2008) Masalah lain yang masih dialami radio komunitas adalah masalah teknologi. Di Indonesia masih banyak radio komunitas yang beroprasi dengan peralatan dan teknologi seadanya, bahkan jauh dari standar. Sementara kedepan, teknologi akan selalu mengalami perkembangan bahkan perubahan. Dengan dana dan sumber daya manusia yang minim, dapatkah radio komunitas bertahan atau justru menambah panjang daftar radio komunitas yang tutup? Karena tidak dapat dipungiri, melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi dan hiburan yang diberikan radio komunitas telah membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat dan dapat menjadi tempat apresiasi serta aktualisasi diri bagi komunitasnya. Berangkat dari fenomena menarik yang telah diuraikan diatas, jelas penting bagi kita untuk mengetahui keberlanjutan media yang sudah membantu masyarakat Indonesia, terutama yang berada di daerah pedalaman untuk menyalurkan ide serta apresiasi mereka. Melalui sebuah penelitian dengan menggunakan studi Delphi, yang merupakan sebuah metodologi untuk meramalkan atau memprediksi masa depan dengan menggunakan panel para pakar, peneliti ingin mencari tahu bagaimana prediksi masa depan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, terutama dalam hal pertumbuhan, dana, perizinan, sumber daya manusia serta teknologinya. B. Rumusan Masalah Dari uraian singkat yang disampaikan dalam latar belakang masalah, maka dapat diciptakan rumusan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana prediksi pakar radio tentang perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan ? “
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prediksi pakar radio tentang perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Sebagai alat untuk mempraktekkan teori-teori yang dipelajari selama bangku kuliah sehingga penulis dapat mendapatkan pengetahuan yang belum didapat sebelumnya yang berguna untuk pembelajaran terutama dalam bidang keradioan. 2. Bagi Radio Komunitas Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai evaluasi serta motivasi dalam proses mengembangkan radio komunitas. E.
Landasan Teori
Kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian sebagai petunjuk jalan pikiran dengan berdasarkan teori yang relevan. Kerangka pemikiran dapat diibaratkan sebagai penuntun dalam membantu memecahkan masalah dan mengarahkan langkah yang akan dilakukan oleh peneliti. 1. Komunikasi Manusia dalam usahanya menjalin interaksi dengan orang lain menciptakan berbagai lambang dan bahasa yang disepakati dan dipahami bersama sehingga terjadi komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio yang berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama disini adalah makna (Effendi, 1990). Komunikasi memegang peranan penting dalam peradaban manusia, baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi antar individu, komunikasi suatu group dengan individu, komunikasi antar group, maupun komunikasi dalam organisasi. Pada prinsipnya ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi satu arah (one way communication), dan komunikasi dua arah (two way communication) ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009). Dengan berkomunikasi, manusia dapat memperoleh sesuatu dari orang lain dan dapat menyalurkan ide, berbagi informasi, serta dapat menyampaikan usul dan kritikan kepada orang lain, dan tidak menutup kemungkinan dari satu orang ke lembaga lain. Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan komunikasi
adalah
bagian
dari
kelangsungan
hidup
sehari-hari
dan
kelangsungan hidup bermasyarakat untuk dapat memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan mereka (Mulyana, 2003). Merujuk dari pengertian tersebut maka komunikasi memiliki nilai estetika sosial sebagai salah satu fungsinya. Melalui komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Sementara dalam buku Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Carl I. Hovland menyebutkan, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap ( Effendi, 1990 ). Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa apa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, tetapi juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain dan bukan sekedar menyampaikan. “ The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussualy verbal symbol) to modify the behavioral of other individuals (communicates)” (Effendi, 1990).
Salah satu model awal untuk menggambarkan komunikasi adalah model yang digunakan oleh Harold Lasswell. Dalam artikel klasik tahun 1948, Lasswell menghadirkan model komunikasi yang sederhana dan sering digunakan, yaitu Who (siapa), Says what (mengatakan apa), In which channel (di saluran mana), To whom (untuk siapa), with what effect (dengan pengaruh apa) (Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009). Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, Lasswel menjawabnya dengan unsurunsur proses komunikasi, yaitu ; · Komunikator (communicator, source, sender) · Pesan (message) · Media (channel) · Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) · Efek (effect, impact, influence) (Effendi, 1990)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Salah satu cara yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan akan informasi adalah media massa. Organisasi media menyebarkan pesan yang mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat, dan media memberikan informasi kepada audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusi masyarakat (Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009). Dalam sebuah bidang teori, media berhubungan dengan tiga area tematik yang besar, yaitu isi dan susunan media, masyarakat dan budaya, serta audiens. Tema isi dan susunan media mencakup pengaruh media dan isinya. Tema ini memberi perhatian khusus pada tanda – tanda dan simbol – simbol yang digunakan dalam pesan – pesan media. Tema yang kedua yaitu masyarakat dan budaya, mencakup fungsi komunikasi massa dalam masyarakat, penyebaran informasi dan pengaruh, opini masyarakat dan kekuasaan. Terakhir yaitu tema audiens melihat pada pengaruh individu, komunitas audiens dan penggunaan audiens oleh media (Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009). 2. Komunikasi Massa Komunikasi dalam perkembangannya terbagi menjadi enam tingkatan (konteks) yaitu : Komunikasi interpribadi (interpersonal communication), Komunikasi antarpribadi
(intrapersonal
communication),
commit to user
Komunikasi
kelompok,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komunikasi publik, Komunikasi organisasi, Komunikasi massa (Mulyana, 2001). Dari sekian banyak bentuk komunikasi, komunikasi massa merupakan salah satu yang sering digunakan untuk objek penelitian. Mengutip dari Djuarsa Sendjaja dkk, Morissan M.A dalam buku Manajemen Media Penyiaran menyatakan bahwa studi komunikasi secara umum membatasi dua hal pokok, yaitu pertama studi komunikasi yang melihat peran media massa terhadap masyarakat luas beserta institusi – institusinya. Pendangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain seperti institusi politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sebagainya. Teori – teori yang berkenaan dengan hal ini berupaya menjelaskan posisi atau kedudukan media massa dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media. Kedua adalah studi komunikasi massa melihat hubungan antara media dengan audiensnya, baik secara kelompok maupun individual. Teori ini menekankan pada efek individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media. (M.A, Morissan, 2008) Dalam buku Teori Komunikasi, komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan – pesan pada masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh audiens (Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu bentuk konkret dari komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan melalui media massa seperti media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (televisi, radio, film). Buku Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek menyebutkan fungsi lain komunikasi massa yang terdapat dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World). Fungsi komunikasi tersebut adalah : -
Informasi: Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran
berita, data, gambar, fakta, pesan dan opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. -
Sosialisasi (pemasyarakatan) : Penyediaan sumber ilmu pengetahuan
yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di masyarakat. -
Motivasi: Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. -
Perdebatan dan diskusi: Menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendapat masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal. -
Pendidikan: Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan di semua bidang kehidupan. -
Memajukan kebudayaan: Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni
dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreatifitas serta kebutuhan estetikanya. -
Hiburan: Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra (image) dari
drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk kesenangan dan rekreasi kelompok atupun individu. -
Intergrasi: Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu
kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti, menghargai pandangan orang lain. (Effendi, 1992) Dari fungsi-fungsi tersebut di atas maka fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: - Menyampaikan informasi (to inform)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Mendidik (to educate) - Menghibur (to entertain) -
Mempengaruhi (to influence) (Effendi, 1992).
3. Radio sebagai Media Massa Unsur penting dalam komunikasi massa adalah media massa, yang terdiri dari media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan media elektronik (televisi, radio) dan media online (internet). Media mendistribusikan pesan – pesan yang mempengaruhi dan merefleksikan kebudayaan dan masyarakat. Selain itu, ia juga menyediakan informasi secara simultan kepada khalayak luas dan heterogen, sehingga membuatnya menjadi bagian dari kekuatan institusi masyarakat. Media massa ini mampu memberikan informasi, pengetahuan, sugesti dan hiburan (Satriawan, 2004). Produksi media merespon terhadap perkembangan sosial dan budaya dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan tersebut. Menurut McLuhan dan Innis, media merupakan perpanjangan dari pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan membiaskan masa historis apapun. Sedangkan Donald Ellis memberikan satu tatanan preposisi yang mewakili sebuah sudut pandang kontemporer pada gagasan dasar Innis dan McLuhan. Menurutnya, media yang terbesar pada suatu waktu akan membentuk perilaku dan pemikiran. Ketika media berubah, demikian juga dengan cara pikir kita, cara kita mengatur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi dan berhubungan dengan orang lain (Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009).
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan efek lain dari luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Efek media dapat pula mempengaruhi seseorang dalam waktu yang pendek sehingga dengan cepat mempengaruhi mereka, namun juga member efek dalam jangka waktu yang lama, sehingga member dampak pada perubahan – perubahan dalam waktu yang lama (Bungin, 2006). Dari sekian banyak bentuk media massa, salah satunya adalah radio. Dari dahulu hingga sekarang, media auditif (hanya bisa di dengar) ini tetap menjadi media yang merakyat, murah dan popular. Sejarah membuktikan bahwa radio telah memegang peranan penting pada masa lampau. Awal perang dunia II, radio mengemban satu fungsi khusus sebagai sarana propaganda. Bahkan tokoh dunia seperti Hittler menggunakan media ini untuk propagandanya (Masduki, 2004). Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, sedangkan televisi audiovisual. Sejalan dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat, hal tersebut juga mempengaruhi peran radio, dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang heterogen dengan segala macam kompleksitas permasalahan. Kini radio memiliki tiga peran sosial. Pertama, radio menjadi media sosialisasi. Dalam peran ini, radio menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat optimisme serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar. Selain itu, radio juga menjalin komunikasi untuk saling berkarya mengubah berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu. Kedua, sebagai media aktualisasi. Radio mampu menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa aktual dan momentum yang penting bagi kehidupan mereka. Melalui peran ini, radio juga mengagendakan masalah – masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama daripada masalah personal. Mendesak makin terbukanya kebijakan politik – ekonomi bagi partisipasi seluruh lapisan pendengar dan menjadi mediasi antar berbagai pihak yang
sedang
berkonflik
sehingga
muncul
solusi
damai
dan
saling
menguntungkan. Hal ini menjadi peran radio yang ketiga yaitu sebagai media advokasi (Masduki, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Radio memiliki beberapa kekuatan yang tidak dimiliki oleh media lain, sehingga membuat radio tidak ditinggalkan oleh pendengar, antara lain : 1.
Bersifat langsung, pendengar bisa langsung mendengarkan informasi
yang disiarkan. Detik itu kita bicara detik itu juga pendengar bisa mendengarkan apa yang kita bicarakan. 2.
Cepat, radio punya sifat cepat karena menggunakan ranah publik
yakni frekuensi sebagai alat antar informasinya tidak seperti media cetak yang menggunakan kertas. 3.
Tanpa batas, radio punya karakter kekuatan seperti ini karena yang
menjadi alat antar informasinya gelombang elektromagnetik yang bisa diakses atau didengarkan di mana saja dan kapan saja. 4. media
Murah, radio media komunikasi yang murah dibandingkan dengan komunikasi-informasi
lainnya.
Radio
cukup
dengan
sekali
membangun stasiun yang bermodal rendah bisa dipakai bertahun-tahun, media yang lain butuh ongkos produksi yang besar setiap menyampaikan informasi. 5.
Radio juga sangat pribadi yakni bisa membuat pendengar merasa
akrab dengan penyampai informasi. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan. Kalaupun ada lambang-lambang nirverbal yang dipergunakan jumlahnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu musik (Effendi, 1990). Rentang waktu 1998 – 2001 merupakan proses historis terpenting bagi kebangkitan media penyiaran. Selama rentang waktu tersebut terjadi lima perubahan mendasar yang mempengaruhi peta industri penyiaran. Pertama, pergeseran orientasi penyiaran, dari medium artikulasi kepentingan Negara menjadi medium aktualisasi dinamika pasar. Kedua, pergeseran substansi kepemilikan dari private-state-nonprofit ke community-public-profit. Ketiga, pergeseran materi siaran dari hiburan ke informasi jurnalistik. Berikutnya kemasan siaran dari monolog reaktif ke dialog interaktif. Dan kelima, pergeseran teknologi dari era analog (AM/FM) ke era digital (internet dan satelit). TABEL 1 Pergeseran Paradigma Penyiaran Pasca Reformasi 1998 Kepemilikan
Dari Swasta
Materi Siaran
Dari Hiburan ke Informas
Kemasan
Dari monol
Teknologi
Dari analog (AM/FM) ke
Sumber : Masduki, Radio Siaran dan Demokratisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masduki dalam buku Menjadi Broadcaster Profesional (2004) mengungkapkan beberapa kelemahan media radio diantaranya adalah output yang dihasilkan berupa suara, tidak ada visualisai yang tampak nyata. Kualitas suara yang diterima juga tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Informasi dan pesan yang diberikan tidak bisa mendetail, hanya selintas dengar, sulit diingat dan sulit didokumentasikan. Radio dapat menyarankan banyak hal pada pendengarnya, sebagai tujuan dalam proses komunikasi massa ini. Karena pada dasarnya media memang merupakan cermin dan refleksi dari kondisi sosial dari kondisi sosial budaya masyarakat. Media massa termasuk radio memberi penonjolan (blow up) terhadap realitas sosial melalui kemampuan exposure-nya, yang bisa mengilhami dan menyemangati perasaan, pemikiran maupun tindakan masyarakat (Panuju, 1997 ). Dibidang teknologi usaha untuk menyempurnakan radio siaran telah mencapai kemajuan. Prof. E.H. Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1944 telah
memperkenalkan
sistem
Frequency
Modulation
(FM)
sebagai
penyempurnaan Amplitude Modulation (AM). Keuntungan yang diperoleh diantanranya,
pertama
dapat
menghilangkan
interfence
(gangguan,
pencampuran) yang disebabkan cuaca bintik – bintik matahari atau alat listrik. Kedua menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang bekerja pada gelombnag yang sama. Ketiga, dapat menyiarkan suara sebaik – baiknya bagai telinga manusia yang sensitif (Effendi 1991). Bahkan sekarang sejumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
radio juga sudah bergeser ke teknologi digital (internet dan satelit). Radio merupakan media massa yang paling menyebar.
Kini Indonesia sedang menjalani masa menuju demokratisasi penyiaran. Undang – undang penyiaran no.32 tahun 2002 secara langsung maupun tidak langsung memberikan perubahan terhadap peran radio. Lembaga Penyiaran yang ada saat ini adalah swasta/komersial, publik, dan komunitas. Lembaga penyiaran publik merupakan pengganti istilah lembaga penyiaran milik pemerintah, seperti RRI dan TVRI. Sementara itu, selama 35 tahun lebih, wacana komunitas relatif masih asing di Indonesia (Masduki, 2003).
4. Industri Radio Komunitas Secara konseptual “Komunitas” berasal dari kosakata bahasa Inggris Community. Kosakata ini merujuk pada level ikatan hasil interaksi social yang terjadi di masyarakat. Oxford Learner’s Dictionary menyebutkan bahwa community berarti all the people with the same interest (sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama). Ruang lingkup masalah yang kecil dan kesamaan kepentingan merupakan indikator penyiaran komunitas sebagai very low powers transmitter di berbagai Negara di dunia (Masduki, 2003). Pengertian radio komunitas menurut Carlos A. Arnaldo diartikan sebagai sebuah proses atau peristiwa sosial dimana para anggota dari sebuah komunitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bergabung bersama – sama untuk merancang berbagai program, memproduksi dan menyiarkannya (Colin Fraser dan Sonia Restrepo Estrada, 2001). Sedangkan Louie N. Tobing, Vice President for Asia French Acronym for World Association of Community Radio Broadcaster (AMARC) memberikan batasan tentang radio komunitas. Menurut Louie radio Komunitas adalah suatu stasiun penyiaran yang di operasikan di suatu lingkungan atau wilayah tertentu yang diperuntukkan khusus bagi warga setempat yang berisikan acara dengan ciri utama informasi daerah atau local content (Sulaiman, 2003). Selain itu, radio komunitas atau radio swadaya masyarakat juga dimengerti sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam mengatur dan membuat program acara. Anggotanya terdiri dari komunitas individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang utama didalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat. Radio komunitas biasanya menggunakan transmiter bertenaga rendah antara 20-100 watts, yang digabung dengan beberapa alat yang sesuai dengan kebutuhan untuk itu.
Menurut Hinca I. Panjaitan, beberapa berbedaan antara radio komunitas dengan radio komersil adalah sebagai berikut :
TABEL 2 Perbedaan radio Komunitas dengan Radio Komersial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Radio Komunitas Daerah
Radio Komersial
Kawasan khusus, terpencil,
Kota utama, jumlah
populasi kecil
populasi besar
Pengembangan Pendidikan
Keuntungan (terbaik bagi
(terbaik bagi komunitas)
pemilik)
Pemilikan
Komunitas
Pengusaha
Manajemen
Badan Komunitas Media
Direktur Utama
Duari Siaran
Pendenk / terbatas
Ekstensif / penuh
Staf Penyiar
Sukarelawan
Profesional (dibayar)
Transmitter
Kekuatan rendah (20-100
Kekuatan besar (1KW-
watt)
5KW)
Fasilitas
Sederhana
Canggih, lengkap
Sumber dana
Bantuan komunitas, subsidi
Iklan Komersial
Pertisipasi
Tinggi
Rendah
Bentuk
Demokratis, terbuka
Ikut aturan ekonomi politik
Tujuan
Sumber : Hinca I. Panjaitan, Radio Pagar Hidup Otonomi Daerah Radio komunitas menjadi penting karena bisa memberikan akses informasi bagi masyarakat sebagaimana juga memberikan mereka akses bagi pengetahuan tentang bagaimana cara berkomunikasi. Informasi terkini dan terperecaya dan memang relevan untuk disebarluaskan, dipertukarkan dan dilakukan secara kontinyu. Masyarakat pendengar diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, baik dari sisi sosial, politik, budaya dan sebagainya. Dalam tataran yang demikian, maka sesungguhnya radio komunitas membantu menempatkan masyarakat untuk secara proaktif dan cerdas bertanggung jawab dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi secara mandiri (Colin Fraser
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Sonia Restrepo Estrada, 2001). Karakteristik radio komunitas dicirikan oleh kepemilikan dan penyusunan programnya serta komunitas yang menjadi kewenangannya. Radio komunitas bisa dimiliki dan dikontrol oleh sebuah organisasi nirlaba yang strukturnya memungkinkan keanggotaan, manajemen, dan penyusunan program dilakukan oleh seluruh anggota komunitas. (Susanto, 1982). Dalam menjalankan peran dan fungsinya, radio komunitas sebagai lembaga penyiaran komunitas memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis media lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama merujuk pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan pengelolaannya (Andriana, 2010). Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000. Radio komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai dengan dibubarkannya Departemen Penerangan RI. Departemen Penerangan sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Akhirnya pada tahun 2002, atas bantuan banyak pihak, inisiatif masyarakat, terutama dalam suatu komunitas yang dibatasi geografis, radio komunitas disahkan dalam undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam pasal 21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran komunitas. Sejak Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah tumbuh ratusan radio komunitas diseluruh Indonesia, dengan konsentrasi tebesar di Jawa Barat dan Jawa Timur ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Niko Borang, 2009). Menengok peristiwa demi peristiwa yang melibatkan radio sebagai alat komunikasi, maka tidak dapat dipungkiri kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh kemajuan metode komunikasi dan alat komunikasi yang digunakannya. Radio Siaran atau Radio broadcasting, terutama penyiaran komunitas telah mengalami fase perubahan yang cukup signifikan secara legalitas, terlebih sejak ditetapkannya UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Radio komunitas di Indonesia, sifatnya mirip dengan Radio komunitas di negara lain, khususnya di Amerika Serikat. Di Amerika sendiri, radio komunitas dikenal sebagai Low Power FM (LPFM). Sesuai dengan namanya, sifat LPFM adalah siaran untuk komuntitas di area tertentu, menggunakan pemancar jenis modulasi FM dengan daya pancar maksimal 100 watt ERP (effective radiated power), dan daya jangkau sekitar 6 km dari titik pancar ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009). Radio komunitas di Indonesia rata – rata memiliki spesifikasi mirip LPFM. Kemiripan dapat terjadi disebabkan faktor goegrafis – kultural dan faktor teknis. Secara geografis – kultural, penduduk Pulau Jawa, terutama di pedesaan adalah petani, dengan tingkat kepadatan dan kekerabatan yang cukup tinggi. Maka terciptalah pemancar radio dengan power rendah yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Salah satu alasan memilih power rendah adalah rendahnya biaya untuk membuat pemancar power rendah (dibawah 100 Watt), sehingga pemancar dapat dibuat sendiri atau secara kolektif ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yerry Niko Borang, 2009). Radio Komunitas tidak banyak dikenal oleh orang ketimbang radio komersil pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh pendiriannya yang memang diperuntukkan hanya bagi komunitas tertentu. Dalam Pasal 21 UU Penyiaran, lembaga penyiaran komunitas diatur sebagai berikut : 1.
Berbentuk badan hukum Indonesia
2.
Didirikan oleh komunitas tertentu
3.
Bersifat Independen
4.
Tidak bertujuan komersil atau bagian dari suatu perusahaan
5.
Memiliki daya pancar rendah, jangkauan wilayah terbatas
6.
Untuk melayani kepentingan komunitas, yakni mendidik dan
memajukan komunitasnya Secara umum layanan siaran radio komunitas dibagi dalam tiga hal : 1. Budaya, meliputi siaran hiburan seperti musik, sandiwara, komedi dan sebagainya. 2. Pendidikan, seperti konseling, konsultasi, kewirausahaan, penyuluhan, dan sebagainya. 3. Informasi, meliputi berita, feature, dokumenter, diskusi interaktif, dan sebagainya. Saat ini jumlah stasiun radio komunitas di Indonesia diperkirakan telah mencapai 500 stasiun. Meskipun keberadaan radio komunitas di Indonesia telah diakui dalam UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tetapi masih banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kendala yang ditemui dalam upaya untuk mengembangkannya. Salah satunya adalah alokasi frekuensi. Sementara ini aturan dalam hal penggunaan frekuensi, pemerintah berpedoman pada SK Menteri perhubungan Nomor 15 dan 15a, bahwasannya radio komunitas diberikan 3 kanal 202, 203, 204, atau menempati frekuensi 107.7, 107.8, 107.9 dengan jangkauan siaran 2,5 km dan ERP (power) maksimal 50 watt. Apabila aturan tersebut digunakan di daerah perkotaan yang padat maka yang terjadi rakom sulit memetakan siapa audiensinya dan secara teknispun sulit. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di Indonesia,misalnya radio komunitas kampus yang jaraknya sangat berdekatan berakibat terjadinya kesalah pahaman atau konflik-konflik baru karena dengan 3 frekuensi yang sama saling berdekatan, dan saling bertabrakan. Lalu jika aturan tersebut dilaksanakan di daerah yang luas seperti Kalimantan dengan jarak jangkauan siaran 2,5 km, yang akan mendengarkan radio tersebut hanya beberapa kepala keluarga saja, padahal dalam proses perijinan rakom harus memperoleh dukungan minimmal 51% atau 250 orang komunitasnya (Widarto, 2009) Dalam hal pendanaan, layanan radio komunitas dibuat dan dioperasikan sebagai lembaga nirlaba. Dana yang didapat oleh layanan radio komunitas berasal dari berbagai sumber. Gabungan dari sumber – sumber tersebut diharapkan dapat membuat layanan radio komunitas bisa mandiri (Colin Fraser dan Sonia Restrepo Estrada, 2001). Mengenai sumber pembiayaan radio komunitas diatur melalui Pasal 22 UU Penyiaran, yakni :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kontribusi komunitas b. Sumbangan c. Hibah d. Sponsor e. Sumber lain yang tidak mengikat Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dipahami radio komunitas memiliki keleluasaan memperoleh sumber dana non komersial dari mana saja, selama tidak mengikat. Namun, sumber dana utama radio komunitas tetaplah harus dari sumbangan komunitas. Sementara sumber dana yang tidak diperbolehkan untuk radio komunitas adalah : a. Dana bantuan awal dari pihak asing b. Dana bantuan operasional dari pihak asing c. Iklan komersial (selain iklan layanan masyarakat) Mengelola sebuah radio komunitas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Masalah pembiayaan ini seringkali menjadi halangan bagi keberadaan sebuah radio komunitas. Saat ini banyak radio komunitas yang menggantungkan sumber pendapatannya dari hibah dan sponsor. Kadang pada akhirnya berakibat pada masalah keuangan yang rawan isu dan dugaan yang tidak bertanggungjawab. Pengelolaan keuangan yang baik sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan radio komunitas. Dalam masalah perizinan, radio komunitas di Indonesia masih mengalami kendala. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi dianggap masih belum mendukung perkembangan radio komunitas sepenuhnya. Prosedur perijinan yang disusun oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meskipun telah melalui proses konsultasi kepada beberapa radio komunitas juga masih terlalu berbelit-belit dan panjang. Radio komunitas harus mengajukan surat permohonan kepada kepada KPI-D, lalu KPI-D akan verifikasi dan evaluasi. Apabila tidak memenuhi syarat maka surat permohonan akan dikembalikan, apabila disetujui permohonan akan di lanjutkan ke KPI Pusat. Di KPI Pusat prosesnya hampir sama, yaitu di kompilasikan melalui forum bersama antara Pemerintah inter-departemen (departemen
yang
berkaitan
dengan
penyiaran
seperti
Perhubungan,
Depkominfo) dan KPI Pusat. Bayangkan jika masyarakat di Papua mau membuat radio komunitas, mereka harus urus perijinan sampai ke Jakarta. Oleh karena itu telah diusulkan agar perijinan bisa keluar di tingkat KIP-D (Widarto, 2009). Kegiatan radio komunitas adalah soal pelibatan (engagement). Dalam praktik keseharian siaran selalu ada upaya melibatkan partisipasi khalayak. Bahkan saat ini keterlibatan pendengar adalah salah satu syarat operasi radio komunitas. Kegiatan radio secara luas adalah siaran lewat udara dan pertemuan langsung. Sedangkan mengenai program siaran yang dibuat, sebaiknya dilandaskan pada apa yang menjadi kebutuhan komunitas (Masduki, 2004). Warga (anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunitas) memiliki peranan tehadap maju dan mundurnya radio komunitasnya. Di saat persaingan radio makin ketat, setiap radio dituntut untuk kreatif merancang program semenarik mungkin untuk memenuhi kebutuhan pendengar, serta membuat variasi – variasi baru sajian hiburan yang disuguhkan agar pendengar juga tidak jenuh. Menurut Robert McLeish ada beberapa prinsip yang harus dipegang pengelola radio dalam menyusun program siaran. Pertama mampu memaparkan semua ide, baik yang radikal, tradisional maupun pro kemapanan. Prinsip berikutnya, membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk bisa saling berbicara mengembangkan sikap peduli sebagai anggota masyarakat majemuk. Ketiga mampu memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat maupun normal sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan dan keamanan secara merata. Keempat membantu pendengar mengembangkan persetujuan objektif dan menentukan piihan politik, membantu terjadinya debat sosial politik, mengekspos isu – isu dan pilihan – pilihan rasional bagi publik dalam melakukan aksi. Dan prinsip yang terakhir, mampu menjadi alat kontrol kekuasaan dan menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi yang demokratis (Masduki, 2004). Dengan demikian, radio tidak sekedar menghibur dan menjauhkan pendengar dari realitas sosial yang harus mereka pecahkan secepatnya. Oleh karena itu, media auditif ini di anjurkan tidak mengakses wacana antisosial, tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membentuk sikap hedonis, tidak membentuk arena baru bagi konflik sosial yang tidak perlu, tidak membentuk masyarakat yang permisif, acuh tak acuh terhadap problem social, dan tidak membentuk figur penghayal, tetapi membentuk figur yang kreatif dan optimis (Masduki, 2004).
5. Studi Delphi Metode
Delphi
adalah
sistematis
metode
peramalan
interaktif
yang
menggunakan panel para expert atau pakar dibidang tertentu. Dalam buku The Delphi Method Techniques and Application, Delphi dapat dikarakteristikkan sebagai metode untuk menstrukturisasi sekelompok proses komunikasi sehingga proses tersebut menjadi efektif bagi sekelompok individu, sebagai kesatuan, untuk mengatasi problema yang kompleks (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002). Menurut Dennis Viehland dan Aaron Wong, metode Delphi adalah proses survei terstruktur untuk mengkonsolidasikan pendapat dari kelompok ahli ke dalam penilaian pada suatu masalah, yang biasanya berhubungan dengan masa depan. Pertanyaan diminta dari para ahli dan informasi tersebut kemudian dianalisis dan dikembalikan ke masing-masing ahli. Setiap putaran memberikan peserta kesempatan untuk merevisi pandangan mereka. Hal ini dilakukan berulang kali sampai konsensus dicapai pada pertanyaan tertentu. Untuk memastikan keabsahan hasil, panelis tidak secara langsung berinteraksi satu sama lain,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga menghindari proses sosial dan kontaminasi yang dapat terjadi dalam situasi kelompok. (Dennis Viehland dan Aaron Wong, 2007) Sedangkan Aprisa Chrysantina dalam sebuah artikel yang berjudul 9 Langkah metode Delphi mengungkapkan bahwa metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli di bidangnya, caranya dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat kesimpulan, dikelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada praktisi yang sama untuk direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang. Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi para ahli dapat memberikan pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel mungkin. Ia meringkas langkah-langkah metode Delphi dalam 9 langkah mudah, yaitu :
1.
Menentukan periode waktu
2.
Menetukan jumlah putaran pengambilan pendapat
3.
Menentukan apa saja yang akan ditentukan / dicari
4.
Menentukan ahlinya
5.
Menentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.
Me-review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
7.
Melaksanakan sesi diskusi dan feedback interaktif bersama ekspertis
8.
Merumuskan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan,
pengkategorian, ataupun pemeringkatan 9.
Menyepakati hasil diskusi dan feedback (Chrysantina, 2009)
Proses teknik Delphi di masa sekarang ini terbagi menjadi dua jenis. Yang paling sering ditemukan adalah “Delphi Exercise”. Situasi yang diciptakan dalam versi ini adalah satu tim monitor yang beranggotakan sedikit orang merancang sebuah kuesioner yang dikirim ke sekelompok responden yang jumlahnya lebih banyak daripada tim monitor tersebut. Setelah kuesioner tersebut dikembalikan, tim monitor meringkas hasilnya, dan berdasarkan hasil yang diperoleh, mengembangkan sebuah kuesioner baru bagi kelompok responden. Kelompok responden biasanya diberi, setidaknya satu peluang untuk mengevaluasi ulang jawaban-jawaban awalnya berdasarkan pada pemeriksaan respon dari kelompok tersebut. Pada satu titik, jenis teknik Delphi ini merupakan kombinasi dari prosedur polling (atau pemungutan suara) dan prosedur konferensi (musyawarah) yang berupaya untuk mengganti porsi signifikan dari upaya yang diperlukan bagi individu untuk menjalin komunikasi dari kelompok responden yang lebih banyak kepada tim monitor yang jumlahnya lebih sedikit. Teknik ini disebut dengan bentuk Conventional Delphi atau teknik Delphi konvensional (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut, jenis teknik Delphi lainnya disebut dengan “Delphi Conference”, menggantikan tim monitor dengan hal yang lebih luas tingkatnya melalui komputer yang telah diprogram untuk melaksanakan kompilasi hasil kelompok. Pendekatan ini memiliki keuntungan untuk mengeliminasi penundaan yang disebabkan oleh kegiatan meringkas tiap-tiap babak dalam teknik Delphi, sehingga dapat mengubah prosesnya menjadi sistem komunikasi yang nyata. Namun, pendekatan Delphi ini membutuhkan karakteristik komunikasi yang ditetapkan sebelum teknik Delphi dikerjakan, sementara dalam praktik Delphi Exercise, tim monitor dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik tersebut sebagai fungsi dari respon kelompok (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002). R. Wilfred Tremblay dalam penelitiannya yang berjudul The Delphi Study on The Future of College Radio menggunakan teknik Delphi dalam melakukan penelitian kepada para penasihat/pembimbing radio kampus di Amerika Serikat. Para panelis memberikan respon pada 24 objek kuesioner mengenai industri radio kampus selama periode 5, 10, dan 15 tahun. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi perubahan yang diproyeksikan akan menentukan masa depan radio kampus selama jangka waktu pendek (5-10 tahun) dan jangka waktu menengah (10-15 tahun). (Tremblay, 2003) Mengacu pada Linstone & Turrof, penelitian ini mempergunakan metode Delphi, dengan teknik normatif yaitu untuk menstrukturisasi sekelompok proses komunikasi sehingga proses tersebut bisa menjadi efektif bagi sekelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu, secara keseluruhan, untuk mengatasi permasalahan yang rumit. Penelitian menggunakan metode Delphi secara tradisional menggunakan empat fase atau babak/putaran, yaitu : (1) eksplorasi subjek di mana masing-masing individu memberikan kontribusi informasi tambahan yang berkaitan dengan isu yang diangkat; (2) konsensus mengenai bagaimana kelompok memandang isu tersebut; (3) eksplorasi pertidaksetujuan; dan (4) evaluasi akhir (Tremblay, 2003). Untuk menghemat waktu dan fokus permasalahan, beberapa proyek Delphi, termasuk penelitian yang dilakukan Wilfred Tremblay ini diperingkas menjadi tiga babak dengan membuat para partisipan memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan di babak pertama yang close-ended (tertutup). Dengan pendekatan menggunakan pertanyaan babak pertama yang open-ended (terbuka) untuk menghasilkan pertanyaan close-ended yang berikutnya untuk pengukuran, panelis/narasumber mungkin terbentur pada permasalahan yang terjadi pada saat ini daripada mengidentifikasi kesulitan dan peluang secara luas dan menyeluruh di lingkup masa depan. Oleh karena itu, metodologi tiga babak Delphi mungkin lebih cocok dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini, daripada mengkaji topik secara acak. (Tremblay, 2003) Banyak orang yang menganggap teknik Delphi sebagai prosedur dengan prediksi untuk bidang komunikasi karena teknik Delphi memang dapat digunakan secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
signifikan untuk hal tersebut. Namun terdapat pula jenis bidang lain yang dapat menggunakan teknik Delphi, di antaranya adalah: 1.
Mengumpulkan data sekarang dan data lama yang sudah tidak
diketahui atau tidak tersedia lagi 2.
Menelaah peristiwa-peristiwa sejarah yang signifikan
3.
Mengevaluasi alokasi anggaran yang memungkinkan
4.
Mengeksplorasi opsi-opsi perencanaan urban dan regional
5.
Merencanakan kampus universitas dan pengembangan kurikulum
6.
Menyatukan struktur suatu model
7.
Menguraikan pro dan kontra yang berhubungan dengan opsi-opsi
kebijakan yang potensial 8.
Mengembangkan hubungan kausatif dalam fenomena perekonomian
atau sosial yang kompleks 9.
Membedakan dan memperjelas motivasi manusia yang alamiah
dengan motivasi yang dibuat sendiri olehnya 10.
Mengekspos prioritas dari nilai-nilai pribadi dan tujuan-tujuan sosial
(Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002). Dalam sebuah jurnal berjudul The Delphi Method for Gaduate Research terdapat beberapa contoh penelitian yang menggunakan studi Delphi. Salah satunya adalah penelitian yang berjudul Identify and Rank The Critical Elements of IS Infrastructure Flexibility yang dilakukan oleh Duncan pada tahun 1995.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan metrik dari suatu infrastruktur teknologi informasi Dalam penelitiannya, Duncan menggunakan dua putaran Delphi yaitu survey dan diskusi untuk menjawab pertanyaan. Penelitian ini diikuti oleh 21 orang peserta. Dalam babak pertama, peserta dinilai karakteristik fleksibilitasnya (misalnya peraturan kompatibilitas untuk jaringan komunikasi, data dan aplikasi, kepemimpinan manajemen dalam perencanaan jangka panjang untuk aplikasi, dan standarisasi antarmuka) yang diidentifikasi dalam sebuah tinjauan pustaka. Peserta juga diberikan kesempatan untuk menambahkan karakteristik lain yang tidak ada dalam daftar. Di babak kedua, mereka mendiskusikan hasil dari putaran pertama. Dalam penelitian ini, studi Delphi dilanjutkan dengan wawancara kepada sampel yang berbeda untuk proses verifikasi dan generalisasi (Skulmoski, Hartman dan Jennifer Kahn, 2007). Studi Delphi juga dapat digunakan untuk penelitian dalam bidang kesehatan, seperti yang telah dilakukan oleh Natasha Browne, Lorraine Robinson dan Alison Richardson dalam penelitian yang berjudul A Delphi Study on The Research Priorities of European Oncology Nurses. Penelitian ini dilakukan untuk
meneliti
perawatan
kanker
pada
orang
Eropa,
serta
untuk
mendokumentasikan isu yang dianggap penting untuk anggota European Oncology Nursing Society (EONS). Survei ini terdiri dari tiga tahap, dimulai dari EONS Spring Convention yang kedua pada tahun 2000, para perawat kanker di Eropa diminta untuk menyelesaikan kuesioner pada fase 1 . Pada tahap 2,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kategori prioritas penelitian yang dihasilkan dari kuesioner fase 1 selanjutnya ditinjau oleh sekelompok perawat kanker di Eropa. Tahap terakhir meliputi pembagian kuesioner kedua. Sebanyak 223
perawat
merespon
kuesioner
pertama dan sebanyak 117 perawat merespon kuesioner kedua. Dari penelitian ini menunjukkan prioritas tinggi di seluruh Eropa yaitu kebutuhan pasien yang berhubungan dengan komunikasi, informasi dan pendidikan, ilmu tentang penyakit dan pengobatannya dan pendidikan keperawatan untuk kanker ( Browne, Robinson dan Richardson, 2002) Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Van der Beek AJ, dkk dalam sebuah penelitian dibidang kesehatan dan keselamatan yang berjudul Priorities in Occupational Health Research: A Delphi Study in The Netherlands. Tahap pertama, penelitian ini diikuti oleh 33 orang yang di anggap sebagai informan kunci melalui fase wawancara. Tahap selanjutnya adalah dengan kuisioner yang diikuti oleh 150 expert, termasuk informan kunci yang sudah terlibat pada tahap pertama. Ada empat kelompok yang direkrut menjadi narasumber yang berasal dari pelayanan kesehatan dan keselamatan, lembaga penelitian ilmiah, badan administrasi pemerintahan dan perusahaan. Dengan menggunakan teknik Delphi, para ahli diminta untuk memprioritaskan beberapa topik dengan judul yang berbeda. Respon yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 86% untuk kuisioner tahap pertama dan 81% untuk kuisioner pada tahap kedua. Pada tahap kedua telah tercapai konsensus yang memuaskan sehingga proses Delphi dihentikan. Hasil dari penelitian ini diperoleh beberapa hal penting, antara lain desain /
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan / evaluasi tindakan, dimana topik tentang tentang analisis biaya memiliki nilai tertinggi. Hasil yang kedua adalah adanya penilaian hubungan antara eksposur dan efek, dalam hal ini masalah stres yang menimpa pekerja lebih penting daripada hanya keselamatan fisik saja (Van der Beek AJ, dkk, 1997). Dalam pelaksanaanya, penelitian dengan menggunakan studi Delphi harus distrukturisasi untuk menghindari permasalahan yang terjadi dalam komunikasi tatap muka secara langsung, seperti misalnya pengaruh berlebihan dari individu yang dominan, bunyi semantik, dan tekanan terhadap kesesuaian/konformitas. (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002) Dalam penelitian ini studi Delphi akan digunakan untuk mengetahui prediksi para pakar radio mengenai perkembangan yang akan terjadi pada radio komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam hal pertumbuhan, pendanaan, perizinan, SDM dan teknologi dalam kurun waktu 5, 10 dan 15 tahun kedepan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Definisi Konsepsional Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik kejadian. Keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995). Untuk menjelaskan menjelaskan penelitian ini dibutuhkan batasan mengenai konsep-konsep yang ada. Fungsi dari definisi konsepsional ini adalah untuk menghindari perbedaan pengertian tentang variabel-variabel penelitian yang akan diuji antara konsep peneliti dan pembaca. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Prediksi
Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi dimasa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antar sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Prediksi tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat mungkin dengan yang akan terjadi. Terdapat banyak teknik atau metode ilmiah untuk proses prediksi. Metode – metode prediksi tersebut dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kualitatif dan kuantitatif. a. Metode Kualitatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode kualitatif digunakan jika data historis atau data empiris dari variable yang akan diprediksi tidak ada, tidak cukup atau kurang dapat dipercaya. Metode ini juga disarankan jika lingkungan atau teknologi sedang atau diperkirakan akan mengalami perubahan drastis. Sebagai gantinya, input utama metode ini adalah judgement, opini dan pengalaman. Karena alasan tersebut, metode ini juga dinamakan judgemental, subjective, intuitive, or technological forecasting method. b. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif memerlukan data historis atau empiris dan menuntut variable yang digunakan mempunyai satuan ukuran atau dapat diukur. Metode ini umumnya beranggapan bahwa pola masa lalu akan berulang. (http://digilib.petra.ac.id/viewer )
2.
Perkembangan Radio Komunitas
Radio Komunitas adalah radio yang berasal dari warga, dikelola oleh warga dan untuk warga dimana radio itu berada. Radio komunitas adalah suatu media yang dibentuk oleh sekelompok komunitas sebagai suatu ruang partisipasi yang bersifat independen, terbuka dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat komunitasnya. Sebagai suatu media informasi yang independen, radio komunitas salah satu ruang partisipasi serta ruang demokrasi bagi masyarakat komunitasnya Selain itu, radio komunitas atau radio swadaya masyarakat juga dimengerti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam mengatur dan membuat program acara. Anggotanya terdiri dari komunitas individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang utama didalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat. Karakteristik radio komunitas dicirikan oleh kepemilikan dan penyusunan programnya serta komunitas yang menjadi kewenangannya. Radio komunitas bisa dimiliki dan dikontrol oleh sebuah organisasi nirlaba yang strukturnya memungkinkan keanggotaan, manajemen, dan penyusunan program dilakukan oleh seluruh anggota komunitas. (Susanto, 1982). Dalam menjalankan peran dan fungsinya, radio komunitas sebagai lembaga penyiaran komunitas memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis media lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama merujuk pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan pengelolaannya (Andriana, 2010). Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000, dan akhirnya pada tahun 2002, atas bantuan banyak pihak, inisiatif masyarakat, terutama dalam suatu komunitas yang dibatasi geografis, radio komunitas disahkan dalam undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam pasal 21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran komunitas. Sejak Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah tumbuh ratusan radio komunitas diseluruh Indonesia, dengan konsentrasi tebesar di Jawa Barat dan Jawa Timur ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Niko Borang, 2009).
G. Kerangka Pemikiran
Masalah pertumbuhan, dana, perizinan, SDM serta teknologi yang dialami radio komunitas
Prediksi perkembangan radio komunitas dengan menggunakan Studi Delphi
Wawancara pakar mengenai gambaran umum Radio Komunitas
Review hasil wawancara diubah menjadi beberapa item pernyataan disertai dengan jenjang skala likert
Temuan prediksi mengenai pertumbuhan, dana, perizinan, SDM dan teknologi yang mungkin terjadi dan yang tidak mungkin terjadi pada Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo
commit to user
Kuisioner putaran 1 dan kuisioner putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui prediksi para pakar atau pengamat tentang masa depan radio kampus dengan melihat fenomena – fenomena yang sedang terjadi saat ini, dan berbagai permasalahan meliputi pertumbuahan dan pendanaan radio komunitas, perizinan, SDM dan teknologi pada radio komunitas. Prediksi yang diberikan oleh pakar didasarkan pada kenyataan yang terjadi pada saat ini. Penelitian dapat dikategorisasikan dalam jenis studi evaluasi. 2. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Studi Delphi. Studi Delphi ini didasari pada prinsip meramalkan atau peramalan dari sebuah pembentukan kelompok para ahli. Studi Delphi dilakukan dengan metode interaktif yang melibatkan beberapa ahli. Informasi – informasi di dapatkan dari para ahli. Para ahli akan dituntun untuk menjawab serangkaian pertanyaan dari peneliti atau fasilitator. Penelitian dapat dilakukan dengan secara langsung (face to face) maupun tidak langsung, baik saat kuisioner maupun
saat
interview
(http://en.wikipedia.org/wiki/Delphi_method).
commit to user
atau
wawancara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan
indikator,
parameter
dan
lain-lain
yang
reliabel
dengan
mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator
atau
peneliti
untuk
dibuat
kesimpulan,
dikelompokkan,
diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada praktisi yang sama untuk direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang. Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi para ahli dapat memberikan pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel mungkin (Chrysantina, 2009). Hal ini juga sependapat dengan Dennis Viehland
dan Aaron Wong yang
mengatakan bahwa metode Delphi adalah proses survei terstruktur untuk mengkonsolidasikan pendapat dari kelompok ahli ke dalam penilaian pada suatu masalah, biasanya berhubungan dengan masa depan. Pertanyaan diminta dari para ahli dan informasi tersebut kemudian dianalisis dan dikembalikan ke masing-masig ahli. Setiap putaran memberikan peserta kesempatan untuk merevisi pandangan mereka. Hal ini dilakukan berulang kali sampai konsensus dicapai pada pertanyaan tertentu. Untuk memastikan keabsahan hasil, panelis tidak secara langsung berinteraksi satu sama lain, sehingga menghindari proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial dan kontaminasi yang dapat terjadi dalam situasi kelompok. (Dennis Viehland dan Aaron Wong, 2007)
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah wilayah kota Yogyakarta dan Solo karena di wilayah ini perkembangan radio komunitas cukup tinggi. Terdapat sekitar 65 radio komunitas di Yogyakarta dan kurang lebih 30 radio komunitas di Solo. Selain itu, Yogyakarta di Solo memiliki beberapa pakar radio yang mampu memenuhi kriteria sebagai responden dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4. Populasi dan Sampel Populasi yang ditetapkan adalah seluruh pakar radio yang berada di wilayah kota Yogyakarta dan Solo, dan pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dengan memilih individu – individu yang berkompeten untuk mendukung penelitian ini. Purposive sampling diambil karena dianggap lebih mampu menangkap kelengkapan data dan memperoleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu. Jumlah sampling bukan mewakili populasi tetapi mewakili informasi. Sehingga jumlahnya tidak ditentukan, sebab yang lebih penting adalah informasi yang dapat digali dari key person tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk memahami permasalahan. Melalui purposive sampling tersebut, peneliti mendapatkan sembilan orang responden yang yang terdiri dari lima orang merupakan pakar radio komunitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di Yogyakarta dan empat orang merupakan pakar radio komunitas di Solo. Para responden tersebut telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian ini, antara lain karena pengalaman yang banyak di dunia radio komunitas, baik sebagai teknisi yaitu orang – orang yang terjun secara langsung dalam radio komunitas terutama dalam masalah teknis radio, kemudian pemerhati radio yaitu mereka yang mengerti dan mengikuti bagaimana perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, serta akademisi yang menguasai tentang radio komunitas. 5. Sumber Data 1. Data Primer Adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumbernya. Sumber data utama pada penelitian ini didapatkan melalui kuisioner dan interview atau wawancara kepada pengamat / ahli radio. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh dengan membaca buku-buku, jurnal, dan makalah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 6. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara (interview) Merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. (Moleong, 1995) Dalam penelitian ini, pertanyaan yang diajukan bersifat open-ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang informal dan wajar guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat untuk menggali informasi lebih jauh dan mendalam. Dalam penelitian ini, pada tahap pertama peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gambaran umum radio komunitas di Yogyakarta dan Solo kepada responden. Wawancara ini dimaksudkan untuk memancing para responden agar memberikan banyak informasi untuk nantinya dijadikan sebagai pedoman dalam tahap kuisioner. b. Kuisioner Kuisioner dalam penelitian ini berisi tentang pernyataan – pernyataan mengenai prediksi perkembangan yang mungkin akan terjadi pada radio komunitas di Yogyakarta dan Solo yang dibuat berdasarkan hasil rangkuman wawancara pada tahap pertama. Kuisioner ini kemudian dikembalikan kepada para responden untuk diklarifikasi. Dalam kuisioner ini setiap pernyataan disertai dengan jenjang skala untuk mengukur seberapa responden setuju maupun tidak setuju pada tiap pernyataan yang tertulis. Skala yang digunakan adalah skala Likert. Dalam buku Panduan Riset Perilaku Konsumen, skala Likert atau yang juga disebut summated-rating scale merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah hingga intensitas paling tinggi. Pilihan jawaban bisa tiga, lima, tujuh, sembilan dan yang pasti adalah angkan ganjil (Simamora, 2004). Dalam kuisioner ini, peneliti menggunakan tujuh poin skala likert pada tiap pernyataan, yaitu skala 1) Pasti tidak terjadi, 2) Sangat tidak mungkin terjadi, 3) Tidak mungkin terjadi, 4) Mungkin terjadi – mungkin tidak, 5) Mungkin terjadi, 6) Sangat mungkin terjadi, dan 7) Pasti terjadi. Tahap kuisioner dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali putaran, tujuannya untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan reliabel. Responden juga dipersilahkan untuk memberikan alasan maupun pendapatnya yang dianggap penting pada setiap jawaban. 7. Validiatas Data Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari sumber dengan melakukan pengecekan terhadap sumber yang lain. Hal ini dilakukan sebagai perbandingan terhadap data. Teknik Triangulasi ada empat macam, yaitu triangulasi sumber, penyidik /peneliti, metode dan teori (Moleong, 1995). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi sumber dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
8. Analisis Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Penyajian data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap pertanyaan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk narasi ,juga dapat meliputi jenis matriks, gambar / skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasinya. Dalam penelitian ini, pertama kali peneliti akan menyajikan hasil wawancara dengan narasumber mengenai gambaran umum radio komunitas di Yogyakarta dan Solo yang telah dirangkum menjadi sebuah narasi. Rangkuman tersebut kemudian diubah menjadi beberapa pernyataan dalam kuisioner untuk diklarifikasi kembali kepada responden yang dilakukan dalam dua kali putaran. Dari kuisioner yang menggunakan 7 indeks likert ini, peneliti juga akan menyajikan mean score atau nilai rata – rata pada tiap pernyataan dalam bentuk tabel dan kurva yang dilengkapi dengan sebuah penjabaran sesuai
dengan
klasifikasi yang sudah dirumuskan dalam latar belakang masalah. Penjabaran ini akan disertai pendapat maupun alasan dari responden dalam bentuk kutipan wawancara dari responden yang memiliki nilai terdekat dengan mean score. Pada akhir penyajian data, peneliti akan menyajikan peringkat prediksi dalam bentuk tabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan – peraturan, pola – pola, pernyataan – pernyataan, hubungan sebab – akibat dan berbagai proposisi. Konklusi – konklusi yang ada tetap dibiarkan, yang pada waktu awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar – benar bisa dipertanggungjawabkan (Sutopo, 2002).
BAB II DESKRIPSI LOKASI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Radio komunitas merupakan media dari, oleh dan untuk komunitas yang sangat di butuhkan dan didukung keberadaanya oleh komunitasnya. Keberadaan, fungsi dan potensi radio komunitas yang sangat strategis bagi komunitas lokal dan bagi pelaku lain di berbagai bidang ternyata tidak sejalan dengan kebijakan negara dan peraturan yang ada. Selama ini radio komunitas telah menjadi bagian penting dalam sejarah penyiaran di indonesia. Bahkan, semangat radio komunitas menjadi cikal bakal berdirinya radio pertama di Indonesia melalui pembentukan bataviasche radio vereniging tahun 1925. Meski demikian, sepanjang sejarah, radio komunitas belum mendapat posisi yang semestinya. Adanya fakta bahwa media yang dikembangkan oleh pihak swasta tidak sepenuhnya menjangkau kawasan desa / perbatasan menjadi salah satu pemicu hadirnya suatu radio komunitas. Disamping karena hak – hak yang memang dimiliki masyarakat, yaitu hak untuk berkomunikasi, hak untuk memperoleh informasi yang benar, serta adanya hak masyarakat menyampaikan informasi dan pendapat. Pentingnya mendirikan sebuah radio komunitas adalah untuk memberi informasi, mendidik dan menghibur serta membantu masyarakat mengontrol kehidupan sendiri. Selain itu adanya radio komunitas juga membantu masyarakat untuk memahami segala permasalahan dan keseharian serta mencari jalan keluar atas permasalah tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meski kehadiran radio komunitas sangat dibutuhkan, namun pengakuan, apresiasi atas kontribusinya sebagai media pemberdayaan masyarakat sipil masih sangat rendah dalam realitasnya. Jika dirunut dalam sejarah penyiaran, radio komunitas selalu terpinggirkan dibanding dengan radio publik dan radio komersial. Tantangan masa depan radio komunitas menuntut untuk segera di bentuknya organisasi yang baik dan sehat. Oleh karena itu, radio komunitas mengharapkan diadakannya sebuah perhelatan yang salah satunya outputnya adalah pembentukan wadah organisasi untuk radio komunitas guna merangkul anggotanya dalam menghadapi permasalahan permasalahan yang timbul dan belum terpecahkan. Atas pertimbangan itulah akhirnya tercetus suatu wadah radio komunitas di Yogyakarta dan Solo sebagai berikut : A. Radio Komunitas di Yogyakarta Wadah radio komunitas di Yogyakarta, diberi nama JRKY (Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta). Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) di deklarasikan pada hari Senin, 6 Mei 2002 di Gedung DPRD DIY. Berdirinya JRKY berangkat dari solidaritas, keprihatinan dan itikad menaungi bersama persoalan yang dialami oleh radio komunitas serta untuk menyikapi pertumbuhan radio komunitas di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam membangun kekuatan untuk memperjuangkan berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi keberadaan radio komunitas. Dari jumlah radio komunitas yang termonitor yaitu sebanyak 65 radio, sampai saat ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah ada 30 radio komunitas yang resmi menjadi anggota JRKY. Radio komunitas tersebut adalah: 1.
Swarakota FM
2.
Lima Cemara FM
3.
Swaragodean FM
4.
Sadewo FM
5.
Mukarabi FM
6.
BBM FM
7.
Rasida FM
8.
Suaka FM
9.
Atmajaya Radio
10.
Kompak FM
11.
RAG FM
12.
Swaradesa FM
13.
Mentari FM Bantul
14.
Rakidal FM
15.
Patas FM
16.
Diorama FM
17.
Kharisma FM
18.
Intan FM
19.
Agricia FM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20.
Suara Malioboro FM
21.
Magenta Radio UNY
22.
MMTC Radio
23.
Raddeka FM
24.
Trisna Alami FM
25.
Adhika Swara FM
26.
Love Jogja FM
27.
Romika FM
28.
Sheila Corner Radio
29.
Herbal Radio
30.
Widjaya FM
digilib.uns.ac.id
Untuk menyatuka ke-30 radio komunitas tersebut, JRKY mengadakan berbagai agenda rutin, salah satunya adalah Musyawarah Anggota. Musyawarah Anggota merupakan kegiatan berkumpulnya radio komunitas untuk berkomunikasi, bermusyawarah dalam mufakat guna mempererat tali persaudaraan antar radio komunitas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu juga merupakan wujud kinerja serta kontinuitas keberadaan JRKY sebagai wadah untuk menampung aspirasi, keluhan, melindungi dan membantu radio komunitas yang ada di DIY dalam mengatasi permasalahannya. Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta ini dalam menjalankan tugasnya tentu saja mempunyai visi dan misi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Visi dari JRKY adalah tercapainya tatanan masyarakat yang cerdas, demokratis, egaliter dan berkeadilan sosial. Sedangkan misi dari JRKY adalah : a. Terwujudnya jalinan kerjasama yang kokoh dan progresif antar anggota radio komunitas maupun pihak lain dalam rangka mencapai visi. b. Tercapainya peningkatan kemampuan anggota radio komunitas sebagai bagian dari masyarakat dalam proses transformasi sosial. Untuk mencapai visi dan menjalankan misi programnya, Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta terbagi dalam 3 divisi, antara lain : 1. Divisi Advokasi dan Perizinan Divisi Advokasi dan Perizinan menjalankan fungsi Pendampingan dan Pendidikan untuk radio komunitas yang meliputi : a. Memfasilitasi dan mendampingi radio komunitas dalam menghadapi permasalahan dengan sesama radio komunitas maupun pihak lain. b. Membuat dan mengembangkan model perizinan c. Memfasilitasi pendampingan perizinan radio komunitas d. Menjalin kerjasama dengan stakeholder dalam rangka pengembangan pendampingan perizinan untuk radio komunitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model pendampingan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut standarisasi perizinan dan pemanfaatan kanal radio komunitas.
2. Divisi Jaringan dan Pendataan Divisi Jaringan dan Pendataan menjalankan fungsi Pengorganisasian untuk pendampingan radio komunitas yang meliputi : a. Memfasilitasi pengorganisasian dan pengembangan jaringan radio komunitas b. Bersama membuat dan mengembangkan modul pendataan yang berkaitan dengan perizinan radio komunitas c. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model perlindungan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut pendataan radio komunitas d. Memfaslitasi jaringan kerjasama dengan lembaga lain dalam pengembangan radio komunitas ke depan. e. Membangun jaringan perlindungan radio komunitas (lokal maupun nasional). 3. Divisi Pelatihan dan Pengembangan a. Melakukan kajian-kajian dan pengembangan metode pelatihan tehnik termasuk didalamnya melakukan evaluasi efektivitas peralatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model pendampingan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut standarisasi peralatan dan pengembangan alat radio komunitas. c. Pengadaan pelatihan dan pelayanan informasi termasuk pengecekan standarisasi alat radio komunitas. d. Menyusun modul pelatihan dan pengembangan Dalam melakukan program kegiatannya JRKY mengembangkan kerjasama ditingkat lokal, nasional ataupun internasional baik secara langsung ataupun jaringan. Kerjasama tersebut dengan organisasi nonpemerintah lain, lembaga akademisi, individu dan lembaga donor, institusi pemerintah, serta organisasi/institusi lain yang memiliki kepedulian terhadap JRKY. Selain 30 radio komunitas yang sudah menjadi anggota resmi dalam JRKY, di Yogyakarta masih banyak terdapat radio komunitas yang cukup besar dan aktif, antara lain radio Swadesi dan Wiladeg di daerah Bantul. B.
Radio Komunitas di Solo
Wadah bagi radio komunitas di Solo adalah ORTASTA (Organisasi Radio Komunitas Surakarta). Organisasi ini masih terbilang baru sehingga belum banyak radio komunitas yang bergabung didalamnya. Hampir semua radio komunitas yang sudah bergabung adalah radio kampus, sehingga untuk kepengurusan masih didominasi oleh para mahasiswa. Radio komunitas yang telah bergabung antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Fiesta FM 2. Dista FM 3. Rapma FM 4. Indonusa FM 5. Pratama FM 6. Radikma FM Radio komunitas
yang telah bergabung
dengan ORTASTA,
akan
mendapatkan manfaat yang sangat berguna bagi radio komunitasnya, antara lain : 1. Penguatan jaringan baik internal maupun eksternal 2. Wahana perjuangan bersama 3. Advokasi 4. Membangun solidaritas dan komunikasi sesama anggota jaringan dan pihak lain yang sejalan dengan tujuan ORTASTA, yaitu : 1. Memperkuat kredibilitas Anggota ORTASTA 2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas anggota 3. Mendorong radio komunitas sebagai kekuatan perubahan. Selain beberapa radio komunitas yang tergabung dalam ORTASTA, ada beberapa radio komunitas lain yang didominasi oleh radio dakwah, antara lain Radio RDS FM, Al-Hidayah FM, MTA FM, Bani Adam FM dan radio pendidikan AlAbror FM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prediksi perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo yang diperoleh dari para pakar radio melalui kuisioner dengan menggunakan pendekatan Studi Delphi. Pendekatan ini menggunakan panel para pakar yang tidak bertemu satu sama lain. Umumnya teknik ini memang digunakan untuk memperkirakan perubahan teknologi atau prakiraan pasar atas produk baru dimasa depan. Studi Delphi ini harus melalui beberapa tahap. Dalam tahap pertama, seluruh pakar diberi sejumlah pertanyaan mengenai gambaran umum radio komunitas di Yogyakarta dan Solo yang difokuskan pada beberapa pokok permasalahan, yaitu pertumbuhan, pendanaan radio komunitas, perizinan, sumber daya manusia dan teknologi yang digunakan radio komunitas. Kemudian jawaban – jawaban atas pertanyaan tersebut dikumpulkan dan dirangkum oleh peneliti. Hasil keseluruhan ini kemudian dikembalikan lagi pada setiap responden untuk tahap kedua yang dilakukan dalam dua kali putaran. Caranya dengan mengubah hasil rangkuman tersebut menjadi beberapa pernyataan untuk diklarifikasi kembali kepada responden. Dalam tahap ini peneliti memberikan ringkasan anonim dari perkiraan para ahli dari putaran sebelumnya dan responden diperbolehkan untuk mengubah jawabannya jika mereka berubah pikiran dan diperkenankan untuk memberi penjelasan pada setiap pernyataan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini ada sembilan orang responden dari kota Yogyakarta dan Solo yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan memilih individu – individu yang berkompeten untuk mendukung penelitian ini. Purposive sampling diambil karena dianggap lebih mampu menangkap kelengkapan data dan memperoleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu. Jumlah sampling bukan mewakili populasi tetapi mewakili informasi. Berikut adalah data responden dalam penelitian ini : TABEL 3 Data Responden No.
Nama
1.
Mardiyono
2.
Kuncoro
3.
Hendro Plered
4.
Martan Kiswoto
Deskripsi Merupakan mantan ketua Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) yang masih aktif pada kegiatan – kegiatan keradioan, seperti seminar dan pelatihan untuk radio komunitas. Saat ini juga masih menjadi pengurus pada radio komunitas Swarakota di daerah Bantul, Yogyakarta. Seorang aktivis seni yang sudah lama berkecimpung di dunia radio komunitas. Saat ini masih tercatat sebagai anggota radio komunitas BBM di daerah Minoratani Yogyakarta dan sering menjadi narasumber dalam berbagai pelatihan radio komunitas. Pendiri radio komunitas Swadesi di daerah Banguntapan, Bantul Yogyakarta ini terjun di dunia radio sejak masih kuliah di ISI Yogyakarta. Selain itu, beliau merupakan pekerja seni dan aktivis sosial di Yogyakarta Pria berusia 60 tahun ini merupakan pemilik radio Swara Kenanga AM di daerah Umbulharjo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Haribawa
6.
Agung Setyawan
7.
Hari Wiryawan
8.
Lucia Caritas
9.
Giyanto
digilib.uns.ac.id
Yogyakarta. Sangat aktif dalam dunia keradioan dan sering dianggap sebagai guru oleh pegiat radio komunitas di Yogyakarta. Berawal dari hobi dan aktivitas di ORARI, akhirnya mendirikan radio komunitas warga Diorama FM di Demangan Yogyakarta yang sudah tergabung dalam JRKY. Pria berusia 35 tahun ini merupakan pendiri sekaligus pemilik radio Raxarone FM Solo (sudah off) dan Mitra FM Wonogiri. Pernah menjadi teknisi dari sedikitnya 7 radio dan menjadi tim produksi di beberapa radio di Solo. Seorang anggota KPID Jawa Tengah yang berusia 47 tahun ini juga berprofesi sebagai dosen. Pria kelahiran Magelang ini mengawali karier di dunia radio sebagai penyiar dan produser. Aktif sebagai penyiar dan menangani masalah manajeman di Radio Gapura FM, Pasar Klewer Solo. Beberapa kali dipercaya menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan radio komunitas. Merupakan seorang trainer radio yang menangani sejumlah radio komunitas di Solo dan sekitarnya. Mengawali karier keradioan sebagai penyiar di Radio Pancaran Surya dan RAPMA FM, kemudian semakin merambah ke divisi produksi, teknis, marketing dan programer di beberapa Radio di Solo.
Tahap pertama dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 di Yogyakarta dan Solo dengan mengajukan pertanyaan tentang kondisi secara umum radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Kemudian jawaban dari pertanyaan tersebut dikumpulkan dan dirangkum oleh peneliti. Hasil rangkuman tersebut kemudian diubah menjadi 14 item pertanyaan yang kemudian dikembalikan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
responden untuk diklarifikasi. Tahap kedua ini dilakukan sebanyak dua kali putaran. Berikut ini peneliti akan menyajikan rangkuman dari hasil wawancara pada tahap pertama. A. Gambaran Umum Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo Pertumbuhan radio komunitas dapat dikatakan cukup dinamis dan tumbuh seiring dengan kebutuhan masyarakat komunitas. Pertumbuhan ini juga dipicu dengan hadirnya berbagai macam hobi baru yang mendorong komunitas tersebut membuat sebuah wadah untuk mengapresiasikan ide – ide mereka, salah satunya dalam bentuk radio komunitas Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo banyak di dominasi oleh radio komunitas petani / pertanian, radio komunitas dakwah, radio komunitas kampus, dan radio komunitas kesenian. Banyak dari radio tersebut yang juga berangkat dari sekedar perkumpulan sehingga sumber daya manusia didalamnya adalah orang – orang yang masih awam tentang radio, baik secara teknis maupun manajemen. Melihat dari hal tersebut, saat ini sudah mulai diadakan banyak pelatihan untuk mengembangkan sumber daya manusia di dalam radio komunitas. Pelatihan – pelatihan tersebut antara lain pelatihan manajemen siaran, pelatihan programming, pelatihan jurnalisme radio, pelatihan pembuatan spot / feature / iklan layanan, pelatihan manajemen dan tata kelola radio komunitas, pelatihan
teknik /
commit to user
teknisi, pelatihan pembuatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antena/skema pemancar, pelatihan pemasangan tower antena, pelatihan fund raising dan pemberdayaan potensi komunitas. Dengan berbekal pelatihan – pelatihan tersebut, pengelola radio komunitas yang dulunya belum mengerti tentang radio, sekarang sudah mampu mengelola radionya dengan baik termasuk dalam hal keuangan yang merupakan faktor penting untuk dapat bertahan. Untuk saat ini radio komunitas di Yogyakarta dan Solo banyak yang masih bertahan dengan dana dari iuran anggota, disamping mereka juga mengusahakan dana dari hibah maupun sponsor yang memang tidak mudah karena persaingan yang semakin ketat. Pertumbuhan radio komunitas memang cukup bagus, namun tidak sedikit dari mereka yang harus gulung tikar hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Selain karena masalah pendanaan, masalah regulasi dan perizinan juga menjadi salah satu pemicunya. Radio komunitas masih menganggap peraturan yang dibuat oleh KPI masaih sangat memberatkan dan tidak berpihak pada radio komunitas. Salah satu hal yang masih menjadi perhatian adalah masalah perizinan, baik itu di tingkat daerah yaitu EDP (Evaluasi Dengar Pendapat), maupun IPP (Izin Prinsip Penyiaran) yang berada di tingkat pusat. Sampai saat ini hanya sedikit radio komunitas yang sudah mendapat izin sampai EDP, padahal EDP merupakan langkah yang dianggap paling mudah karena hanya sampai pada tingkat daerah / KPID saja. Sedangkan untuk tahap IPP belum satupun radio komunitas yang sudah mendapatkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada beberapa hal yang membuat radio komunitas belum juga berhasil mendapatkan izin, misalnya adanya salah satu persyaratan yang mengharuskan radio komunitas mengumpulkan fotocopy KTP sebanyak 250 buah, tentu hal ini sangat menyulitkan bagi radio komunitas yang berada di wilayah dengan jumlah penduduk yang minim. Selain itu, dana yang dibutuhkan untuk mengurus izin juga tidak sedikit, sedangkan banyak radio komunitas yang masih mengalami kesulitan dalam masalah keuangan. Sebenarnya KPID dan KPI sendiri sudah cukup memberikan motivasi dan dorongan kepada radio komunitas untuk mengurus izin, namun pada pelaksanaannya masih banyak yang menganggap birokrasi di KPI dan KPID berbelit – belit dan terkadang justru memberatkan radio komunitas. Hal inilah yang menyebabkan banyak berdiri radio komunitas yang akhirnya berhenti dalam mengurus perijianan dan dianggap sebagai radio komunitas ilegal. Dari waktu ke waktu, peralatan yang digunakan radio komunitas diharapkan mampu mengikuti perkambangan zaman. Beberapa waktu ini sudah mulai ada wacana untuk menggunakan alat berlisensi Standar Nasional Indonesia (SNI). Wacana tersebut diperkirakan akan direalisasikan dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang. Menanggapi wacana tersebut, banyak radio yang menganggap hal ini sebagai permasalah baru, karena untuk mendapatkan pengakuan SNI mereka juga harus mengeluarkan dana yang cukup besar. Wacana ini diperkirakan sebagai langkah awal untuk menuju era digital. Digitalisasi merupakan perkembangan yang tidak terelakkan, dan radio – radio termasuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didalamnya adalah radio komunitas nantinya harus mengikuti. Era digital nantinya akan menyediakan kanal yang lebih luas dan lebih jernih yang tentunya akan memicu pertumbuhan rakom menjadi lebih pesat. Pada era digital nanti akan tumbuh teknologi dan peralatan baru yang lebih canggih dan tentu saja membutuhkan biaya yang besar untuk mendapatkannya. Era digital ini diprediksi akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap radio komunitas. Pada era digital diprediksi akan hadir pihak penyedia provider dan pihak penyedia program bagi radio komunitas. Hal ini dikhawatirkan lambat laun akan mematikan kreativitas orang – orang radio komunitas, sehingga ada yang menganggap era digital sebagai era penghapusan radio komunitas. Tahap selajutnya dalam penelitian ini adalah merubah rangkuman diatas menjadi beberapa item pernyataan yang mungkin terjadi pada -5, -10 dan -15 tahun mendatang untuk diklarifikasi. Berikut adalah 14 pernyataan yang diperoleh dari hasil rangkuman pada tahap pertama. TABEL 4 Pernyataan pada Tahap Kuisioner No
Pernyataan
1.
Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini.
2
Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini, justru akan tutup.
3
Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
5
Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
6
Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
7
Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
8
SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
9
Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
10
Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
11
Radio komunitas akan beralih ke teknologi era digital.
12
Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal
13
Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.
14
Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
Peneliti menggunakan 7 poin dari indeks Likert yang memberikan peringkat pada tiap pernyataan. Skala 1) Pasti tidak terjadi, 2) Sangat tidak mungkin terjadi, 3) Tidak mungkin terjadi, 4) Mungkin terjadi – mungkin tidak, 5) Mungkin terjadi, 6) Sangat mungkin terjadi, dan 7) Pasti terjadi. Proses klarifikasi ini dilakukan sebanyak dua kali putaran dan responden diperkenankan untuk memberikan pendapat, alasan maupun uraian yang dianggap penting pada setiap jawaban yang diberikan. Pada penyajian data selanjutnya, peneliti bermaksud untuk menyajikan data dari hasil kuisioner pada putaran pertama dan putaran kedua. Data disajikan dalam bentuk kurva disertai penjabaran dan kutipan wawancara. Selain itu, peneliti akan menyertakan hasil nilai rata – rata dari kuisioner putaran pertama dan kedua dalam bentuk tabel sebagai berikut :
commit to user
TABEL 5 Nilai rata – rata kemungkinan yang akan terjadi pada Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam 2 putaran No
Pernyataan
1 = Pasti tidak terjadi
7 = Pasti Terjadi
5 Tahun
1. 2 3
4 5 6 7 8
Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini. Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup. Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama. Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP. Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP. Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis. Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong. SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
10 Tahun
15 Tahun
Round
Round
Round
Round
Round
Round
1
2
1
2
1
2
4.67
4.44
5
5
6.1
6.33
4.33
4.11
4.89
4.89
5.22
5.22
4.44
4.44
4.33
4.33
5.67
6
3.89
3.89
4.89
4.67
5.33
5.44
5.33
5.11
5.56
5.56
6.1
6.22
4.22
4.22
3.89
3.78
3.78
3.78
3.33
3.11
3.44
3.67
3.67
3.67
5.56
5.56
5.89
5.89
6.67
6.44
9 10 11 12 13 14
Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran. Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI Radio Komunitas akan beralih ke teknologi era digital Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota. Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
4.89
4.89
5.78
5.67
6.33
6.22
4.11
4.22
4.89
4.67
5.89
5.89
4.56
4.67
5.89
5.78
6.78
6.56
5.89
5.89
6.56
6.44
6.89
6.89
4.67
4.56
5.89
5.89
6.22
6.22
3.33
3.22
3.44
3.44
3.56
3.56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel tersebut, peneliti akan melakukan penjabaran dan analisis terhadap kemungkinan peristiwa yang akan terjadi pada radio komunitas berdasarkan pokok permasalahannya. 1.
Pertumbuhan
Pertanyaan nomer 1: Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini. Nilai rata – rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan secara beturut - turut, nilai rata – rata pada putaran pertama adalah 4.67, 5, 6.1 dan pada putaran kedua adalah 4.44, 5.22, 6.33. Putaran 1
Putaran 2
Dari kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa akan ada kemungkinan terjadi penambahan jumlah radio komunitas hingga dua kali lipat. Menurut para pakar hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketertarikan orang - orang terhadap radio komunitas yang memang dianggap sebagai media yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi dan media untuk menyuarakan aspirasi suatu komunitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kurangnya ketegasan dari pemerintah dalam menata radio komunitas menyebabkan banyak bermunculan radio – radio yang tidak berizin atau ilegal. Para pakar memprediksi pertambahan jumlah radio komunitas akan terus meningkat seiring adanya rencana migrasi ke era digital dimana akan ada penambahan jumlah kanal untuk siaran radio yang tentu sangat berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah radio komunitas. Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden. Putaran 1 Responden 7 : “ Mulai banyak orang yang mempunyai ketertarikan terhadap rakom, dan prediksi saya untuk 5 tahun kedepan mereka mungkin sudah membentuk suatu rakom, dan itu akan menambah jumlah rakom “. Responden 9 : “ Karena sebenarnya penyampaian info komunitas melalui rakom akan jauh lebih efektif. Rakom sangat menyuarakan komunitas, rakom melekat dihati pendengarnya. Dengan banyaknya yang tertarik pada rakom, 5 tahun kedepan akan semakin banyak lagi yang mendirikan rakom “. Responden 2 : “ pemerintah masih belum begitu tegas dalam menertibkan kemunculan rakom – rakom yang liar. Jadi selama peraturan pemerintah tidak berubah, ada kemungkinan bisa terjadi, akan banyak bermunculan rakom – rakom baru “. Putaran 2 Responden 9 : “ Sebenarnya ketertarikan orang terhadap rakom saya cukup besar. Bisa saja jumlah rakom akan bertambah dua kali lipat, tapi hal ini juga tergantung bagaimana tindakan pemerintah, kalau mereka tegas, mungkin jumlah rakom ilegal akan berkurang dan pertumbuhan rakom bisa terkendali “. Responden 2 : “ saya lihat sudah banyak yang mulai tertarik pada rakom, mereka mulai menyadari fungsi rakom, karena rakom memang lebih efektif untuk menyampaikan sebuah informasi lokal,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi komunitas terutama di wilayah pedesaan. Jadi mungkin saja jumlah rakom akan bisa bertambah hingga dua kali lipat “. Responden 1 : “ pada era digitalisasi KPI akan menambah kanal untuk siaran, jadi semakin terbuka lebar peluang untuk mendirikan radio komunitas. Selama ini salah satu penghambat pertumbuhan rakom adalah tidak tersedianya kanal. Jadi setelah ada penambahan kanal saya kira pertumbuhan rakom akan semakin pesat “.
Pertanyaan nomer 2: Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup. Nilai rata – rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan secara berturut – turut pada putaran pertama adalah 4.33, 4.89, 5.22 dan pada putaran kedua 4.11, 4.89, 5.22 . Putaran 1
Putaran2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertumbuhan radio komunitas dinilai masih belum stabil. Seiring berjalannya waktu, penambahan jumlah radio komunitas memang terjadi dan menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Namun hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan beberapa radio komunitas akan kalah saing dan akhirnya tutup. Menurut para pakar ada kemungkinan setengah dari jumlah radio komunitas yang ada sekarang akan tutup. Mereka menilai ada beberapa permasalahan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, antara lain masalah perizinan yang dianggap rumit dan kadang berbelit – belit, masalah regenerasi yang seringkali tidak berjalan lancar, dan yang paling vital adalah masalah dana karena radio komunitas memang hidup dari dana swadaya masyarakat dan hibah yang terkadang tidak dapat memenuhi semua kebutuhan radio komunitas. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan narasumber : Putaran 1 Responden 6 : “ Kemungkinan terjadi, karena rakom hidup dari dana swadaya dan hibah yang tidak selalu ada saat dibutuhkan, kalau dana sudah tidak ada, maka banyak radio yang akan tutup “. Responden 2 : “ untuk 10 tahun mungkin terjadi. Mungkin nanti permasalahannya ada pada masalah regenerasi. Berbeda dengan radio komersil, intensitas regenerasi komunitas itu lebih sering dan sangat rawan, jadi kalau tidak berhati – hati saat regenerasi, pengurusnya bubar dan akhirnya radionya akan tutup “. Responden 7 : “ Semakin banyak jumlah rakom, kemungkinan juga banyak yang tutup. Selama ini belum banyak radio yang bertahan lama, biasanya karena masalah perizinan, regenerasi dan masalah dana “. Putaran 2 Responden 6 : “ Rakom merupakan radio swadaya dari masyarakat, memakai tenaga sukarela dari masyarakat. Mencari tenaga sukarela
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
itu tidak mudah. Jika sudah tidak ada lagi tenaga relawan, maka regenerasi di dalam rakom akan terhambat. Ini salah satu hal yang banyak dialami rakom sehingga akhirnya tutup “. Responden 7 : “Sweeping rakom itu masih akan terus dilakukan, karena seiring pertumbuhan rakom pasti juga semakin banyak rakom yang ilegal, saya rasa masih banyak yang tidak mengurus perizinan. Namun, KPI dan KPID juga akan semakin tegas dalam menangani hal tersebut, jadi saya kira rakom-rakom yang tidak berijin akan tutup“. Responden 8 : “ Sebenarnya banyak masalah intern yang akhirnya menyebabkan suatu rakom tutup. Ada masalah perizinan, masalah regenerasi dan yang sangat vital adalah masalah keterbatasan dana. Prediksi saya hal tersebut masih mungkin terjadi “.
Pertanyaan nomer 3: Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama. Nilai rata- rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut pada putaran pertama adalah 4.44, 4.33, 5.67 dan pada putaran kedua adalah 4.44, 4.33, 6. Putaran 1
Putaran 2
Pertumbuhan yang cukup besar menyebabkan banyak sekali bermunculan radio komunitas dengan segmentasi yang sama yang terjadi dalam satu wilayah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Walaupun mempunyai segmentasi yang sama, namun terkadang radio kemersil tersebut mempunyai ideologi yang berbeda. Hal ini sebenarnya menyalahi aturan karena seharusnya dalam satu wilayah radius 2,5 km hanya boleh ada satu radio. Namun para pakar memperkirakan hal tersebut masih mungkin terjadi hingga -5, -10 dan 15 tahun kedepan selama belum ada tindakan yang tegas dari pihak yang berwenang, yaitu KPI / KPID dan Balai Monitoring (Balmon) maka akan banyak rakom liar yang bermunculan. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan narasumber :
Putaran 1 Responden 5 : “ pada umumnya 1 wilayah dengan radius 2,5 km hanya ada satu radio. Tapi kalau memang wilayah tersebut cukup luas, maka bisa saja terjadi. Selama radius satu wilayah itu lebih dari 2,5 km maka masih bisa terjadi “. Responden 6 : “ Kemungkinan bisa terjadi. Banyak radio dengan segmentasi yang sama, tapi biasanya beda aliran. Kalau pendengar merasa radio tersebut tidak sesuai dengannya, maka mereka akan membuat komunitas baru “. Responden 8 : “ 15 tahun sudah menuju era digital, kanal siaran kabarnya akan ditambah. Jadi kemungkinan juga akan tumbuh radio baru dengan segmentasi yang sama, karena nanti yang dijual adalah benar – benar kualitas konten siaran, bukan kualitas suara lagi “. Putaran 2 Responden 5 : “ Secara peraturan tidak bisa, tapi kenyataan banyak terjadi seperti itu. Apalagi di wilayah yang radiusnya lebih dari 2,5 km dan masyarakatnya heterogen, itu mungkin terjadi “. Responden 4 : “ Kalau semakin kedepan kita lihat bagaimana tindakan KPID dan Balmon dalam menata keberadaaan rakom.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kalau ditata dengan baik harusnya tidak terjadi, karena dalam peraturan hanya boleh ada satu radio setiap radius 2,5 km. Tapi kalau masih kurang perhatian ya saya kira masih akan terjadi “. Responden 6 : “ 15 tahun sudah menuju era digital, kanal siaran akan ditambah. Jadi kemungkinan juga akan tumbuh radio baru dengan segmentasi yang sama, karena nanti yang dijual adalah benar – benar kualitas konten siaran, bukan kualitas suara lagi “.
2.
Pendanaan
Pertanyaan nomer 13: Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota. Nilai rata-rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan secara berturut – turut pada putaran pertama adalah 4.67, 5.89, 6.22 dan pada putaran kedua adalah 4.56, 5.89, 6.22. Putaran 1
Putaran 2
Radio komunitas sebenarnya memiliki keleluasaan memperoleh sumber dana non komersial dari mana saja, selama tidak mengikat termasuk didalamnya adalah sponsor. Namun, sumber dana utama radio komunitas tetaplah harus dari sumbangan komunitas. Melihat realitas sekarang, sebagian besar radio komunitas bertahan justru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan dana dari sponsor. Menurut responden, mengharapkan sumbangan komunitas merupakan hal yang sulit. Apalagi jika sampai waktu bertahun – tahun. Dengan alasan tersebutlah maka para responden memprediksi kedepan radio komunitas akan mendapatkan dana dari sponsor dengan jumlah yang lebih besar dari iuran anggota. Putaran 1 Responden 7 : “ Mengumpulkan dana dari iuran warga itu tidak mudah. Mungkin bulan – bulan pertama iuran lancar, tapi kalau sampai 5 tahun itu jarang terjadi. Kemungkinan besar, rakom itu bertahan dari dana sponsor “. Responden 9 : “ Semakin lama suatu rakom hidup, mereka akan semakin pandai mencari inisiatif untuk mendapatkan sponsor. Selain itu, zaman menuntut agar mereka mempunyai dana yang cukup besar untuk menghidupi rakom “. Responden 1 : “ Mengumpulkan sponsor itu jauh lebih mudah daripada mengumpulkan iuran anggota. Apalagi selama fungsi organisasi belum terpenuhi, iuran anggota akan sulit berjalan. Tidak banyak iuran anggota yang bisa berjalan dalam waktu yang lama “. Putaran 2 Responden 7 : “ Sebenarnya mencari sponsor lebih mudah daripada mengumpulkan dana dari anggota. Namun untuk rakom juga tidak semudah itu, karena kita tahu sponsor rakom itu juga dibatasi, tidak bisa asal sponsor. Sedikit sulit, tapi kemungkinan masih bisa terjadi “. Responden 8 : “ Ada beberapa rakom yang bisa bertahan lama karena ada sokongan dana dari pihak sponsor, dan pastinya adalah rakom yang mempunyai pendengar yang cukup banyak. Untuk kedepan saya kira rakom lain akan segera mengikuti jejak seperti itu, sehingga nantinya dana dari sponsor memang lebih besar dari iuran warga “. Responden 6 : “ Semakin lama sebuah rakom, saya kira manajemennya akan semakin membaik. Begitu pula dengan SDM-nya, dengan pengalaman yang didapata mereka akan lebih kreatif. Kreativitas inilah yang nantinya akan menarik sponsor untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyalurkan dananya ke rakom. Dan kalau saya lihat kedepan mereka akan bisa melakukan hal tersebut. Pertanyaan nomer 14: Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil. Nilai rata-rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan pada putana pertama adalah 3.33, 3.44, 3.56 dan pada putaran kedua adalah 3.22, 3.44, 3.56.
Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melihat realitas sekarang, sponsor masih lebih tertarik pada radio komersil walaupun untuk acara off air. Menurut para pakar, penyebab utamanya adalah terbatasnya jumlah audiens radio komunitas. Walaupun bila melihat sasaran, maka radio komunitas akan lebih tepat sasaran. Prediksi para pakar untuk -5, -10 maupun 15 tahun kedepan sponsor masih lebih tertarik pada radio komunitas yang memiliki jumlah audiens yang banyak. Berikut adalah kutipan hasil wawancara : Putaran 1 Responden 1 : “ tidak mungkin tejadi. Alasannya, sponsor saat ini masih lebih memperhitungkan kuantitas bukan kualitas, walaupun sebenarnya pendengar rakom itu lebih segmented “. Responden 1 : “ Pangsa pasar rakom dan radio komersil berbeda. Prediksi saya sponsor masih akan lebih tertarik pada radio komersil. Audiens radio komersil lebih besar, dan akan lebih menguntungkan pihak sponsor “. Responden 7 : “ saya masih ragu kalau sponsor akan lebih tertarik pada rakom, soalnya kendala kita ada pada keterbatasan audiens yang membuat sponsor kurang berminat “.
Putaran 2 Responden 1 : “ Sebenarnya pangsa pasar rakom dengan radio komersil sudah jauh berbeda. Tapi kenyataannya sekarang terlihat kalau sponsor memang lebih tertarik pada radio komersil. Hal ini karena keterbatasan audiens yang dimiliki rakom “. Responden 3 : “ hal ini masih terkait dengan keterbatasan audiens rakom. padahal yang dicari sponsor itu biasanya banyaknya jumlah audiens. Tapi kelebihan rakom itu mempunyai audiens yang tersegmen, yang sebenarnya lebih tepat sasaran, jadi tergantung pada motivasi dari sponsor ya “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responden 7 : “ event off-air sebenarnya lebih tersegmen, apalagi bila diadakan oleh rakom yang sudah jelas mempunyai komunitas, ini bisa menarik sponsor. Selanjutnya tinggal bagaimana rakom mencari cara agar bisa mendapatkan audiens yang lebih luas, apalagi kedepan sudah ada streaming, mungkin itu akan semakin memudahkan “. 3.
Perizinan Radio Komunitas
Pertanyaan nomer 4: Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat ijin sampai IPP. Nilai rata – rata dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun secara berturut – turut pada putaran pertama adalah 3.89, 4.89, 5.33 dan pada putaran kedua adalah 3.89, 4.67, 5.44.
Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu masalah yang banyak dihadapi radio komunitas adalah masalah perizinan. Untuk
saat
ini
masih
sangat
sulit
mendapatkan IPP (Izin Prinsip Penyiaran) bagi radio komunitas. Para pakar berpendapat salah satu penyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang dirasakan sangat memberatkan bagi radio komunitas. Beberapa dari mereka memandang masalah perizinan ini justru datang dari pihak yang berwenang yaitu KPI dan KPID yang terkadang mempersulit dalam birokrasi sehingga perizinan tertahan disana. Satu hal lagi yang tentu saja sangat berpengaruh adalah masalah dana yang harus dikeluarkan untuk mengurus izin sampai IPP sangatlah besar dan itu dirasakan berat bagi radio komunitas. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber : Putaran 1 Responden 6 : “ saya lihat kekacauan perijianan itu sebenarnya ada pada pemerintah sendiri. Syarat perizinan yang seringkali berubah – ubah. Masih diragukan mendapat IPP hanya dalam waktu 5 tahun saja “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responden 1 : “ Kalau masalah perizinan, tergantung bagaimana KPID dan KPI pusat mengurusnya, karena kenyataan sekarang, IPP masih sulit untuk turun. Banyak rakom yang sebenarnya ingin mengurus, tapi kadang dipersulit dengan birokrasi yang ada “. Responden 3 : “ Mungkin saja bisa terjadi, tapi belum begitu yakin, karena ada beberapa yang kadang justru tertahan di KPI, saya rasa juga harus ada pembenahan dari KPI “. Putaran 2 Responden 4 : “ Kalau masalah perizinan pasti hubungannya dengan pemerintah, yaitu KPI dan KPID yang masih ada kekacauan didalamnya. Peraturan terkadang masih berubah – ubah dan ada beberapa yang masih tertahan disana. Jadi masih sangat sulit untuk dapat izin sampai IPP “. Responden 1 : “pasti akan ada perubahan dari institusinya maupun rakomnya ke arah yang lebih baik. Rakom mungkin akan lebih serius dalam mengurus, dan KPID maupun KPI diharapkan lebih banyak membantu rakom dalam mengurus izin. Semakin kesana akan semakin banyak rakom yang mendapat izin sampai IPP “. Responden 7 : “ Kedepan perizinan akan menjadi sebuah tuntutan, menjadi sebuah syarat untuk mendapat kanal siaran. Jadi siapa yang tidak mengurus izin, mereka tidak bisa siaran dan akhirnya akan tutup “.
Pertanyaan nomer 5: Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat ijin sampai EDP. Nilai rata – rata untuk -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.33, 5.56, 6.1 dan pada putaran kedua adalah 5.11, 5.56, 6.22.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Putaran 1
Putaran 2
EDP atau Evaluasi Dengar Pendapat merupakan langkah paling awal untuk mendapatkan izin, dan dianggap masih sederhana dan mudah untuk mengurusnya. Prediksi para pakar, ada kemungkinan kedepan radio komunitas akan sudah mendapat izin sampai EDP. Apalagi jika pemerintah tidak merubah lagi peraturan yang sudah ada, karena mereka menganggap salah satu penghalang untuk mendapatkan izin adalah peraturan yang seringkali berubah. Mulai adanaya motivasi dari KPID juga sudah mulai terlihat dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap radio komunitas. Namun hambatan lain juga datang dari dalam radio komunitas itu sendiri, antara lain adanya kepengurusan yang kurang beres dan manajemen yang belum profesional. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber : Putaran 1 Responden 3 : “ Kemungkinan masih terjadi, tapi mungkin beberapa hal yang menghalangi adalah seperti rakom yang memang malas mengurus izin, selain itu kepengurusan banyak yang kurang beres, manajemen yang tidak profesional. Jadi bisa dilihat, untuk mengurus masalah internal saja banyak yang belum beres, apalagi masalah izin.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responden 4 : “ Sangat mungkin terjadi, hal ini bisa didorong juga oleh konsistensi dari pihak yang berwenang, disini ada KPID dan Balmon. Kalau mereka terus mengejar dan mengawasi rakom, hal ini bisa sangat mungkin terjadi “. Responden 5 : “ Saat ini perhatian KPID ke rakom sudah mulai terlihat, dan saya pikir hal tersebut bisa menjadi motivasi bagi rakom untuk mau mengikuti peraturan dan mengurus izin. Dan kalau hanya sampai EDP, saya kira sangat mungkin terjadi”. Putaran 2 Responden 4 : “ untuk lima tahun mungkin terjadi, selama pemerintah tidak berubah terus aturannya, karena hal tersebut mengganggu proses perizinan. EDP merupakan perizinan yang paling mendasar, paling awal dan harusnya paling mudah “. Responden 3 : “ Saya kira kalau sampai EDP mungkin terjadi, karena paling sederhana, sampai tingkat daerah saja. KPID juga selalu mengingatkan untuk segera mengurus izin, kalau kedepan lebih tegas mungkin semua akan bisa dapat izin sampai EDP “. Responden 7 : “ Rakom mulai termotivasi untuk megurus izin karena KPID sudah mulai memberi perhatian yang lebih ke rakom. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak lagi rakom yang termotivasi “.
4.
Sumber Daya Manusia
Pertanyaan nomer 6: Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 4.22, 3.89, 3.78 dan pada putaran kedua adalah 4.22, 3.78, 3.78.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Putaran 1
Putaran 2
Radio komunitas merupakan radio yang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya. Sumber daya manusia yang ada didalamnya adalah dari komunitasnya sendiri yang bersifat relawan. Menurut para pakar untuk mengatasi masalah teknis, radio komunitas masih akan menggunakan tenaga teknis yang mereka miliki tanpa harus menggunakan tenaga dari luar. Mungkin akan menggunakan tenaga luar tetapi hanya untuk melatih, bukan untuk mengatasi masalah secara langsung. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan narasumber : Putaran 1 Responden 2 : “ rakom itu berbeda dengan radio komersil. Pengurusnya dan semua orang yang berada didalamnya bersifat relawan. Jadi masih ada kemungkinan mereka memakai tenaga teknis dari luar untuk membantu keberlangsungan hidup rakom “. Responden 5 : “ 10 tahun masih bisa terjadi, tapi kemungkinan lebih kecil. Dengan waktu 10 tahun rakom yang masih bertahan akan lebih mandiri, dan belajar untuk mengatasi semuanya sendiri. Jadi intinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk 10 tahun kedepan, kita melihat pada perkembangan SDM yang ada didalamnya “. Responden 8 : “ Rakom tidak ingin terus bergantung dengan orang dari luar. Untuk menghadapi era digital 15 tahun mendatang, orang – orang rakom akan terus belajar dan kemungkinan mereka tidak akan lagi menggunakan tenaga teknis dari luar “. Putaran 2 Responden 4 : “ rakom memang radio swadaya, tenaga yang ada didalamnya relawan semua. Harusnya yang mengurusi masalah teknispun adalah tenaga yang ada didalam rakom. Mungkin di awal mereka masih memerlukan tenaga luar, bukan untuk menangani namun untuk melatih orang – orang rakom “. Responden 5 : “Orang – orang rakom yang dulunya belum bisa, akan belajar dari pengalaman, mereka akan bisa mengatasi masalah teknis tanpa harus memakai tenaga dari luar “. Responden 7 : “ 15 tahun mendatang kita sudah beralih ke era digitai, saya kira nantinya akan ada pelatihan karena mungkin peralatan dan teknologinya banyak mengalami perubahan yang membutuhkan tenaga profesional untuk melatih “. Pertanyaan nomor 7: Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 3.33, 3.44, 3.67 dan pada putaran kedua 3.11, 3.67, 3.67. Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Radio komunitas seringkali mengalami kekosongan pada saat jam siar. Namun hal ini tidak lantas membuat radio komunitas menggunakan penyiar luar untuk mengisi jam kosong, karena yang tahu jati diri sebuah radio, bagaimana dan apa yang diinginkan komunitasnya adalah orang – orang yang berada di dalamanya. Radio komunitas akan bertahan dengan tenaga penyiar yang dimilikinya dan tidak akan menggunakan penyiar dari luar. Selain itu, kedepan teknologi akan semakin canggih sehingga mereka dapat mensiasatinya dengan melakukan taping. Putaran 1 Responden 5 : “ Itu sudah sebuah resiko rakom. Rakom harus konsisten sebagai radio yang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya, jadi mereka tidak mungkin menggunakan penyiar dari luar karena yang tahu tentang rakom adalah komunitas yang ada didalamnya “. Responden 6 : “ 5 tahun kedepan, semangat rakom masih tinggi dan regenerasi juga masih lancar. Saya kira mereka masih mampu mensiasati jam siar yang kosong tanpa harus memakai penyiar dari luar “. Responden 9 : “ Teknologi semakin berkembang, contohnya bisa dilakukan taping. Kedepan orang – orang rakom akan lebih pandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam manajemen penyiaran, sehingga tidak perlu menggunakan penyiar dari luar “. Putaran 2 Responden 7 : “ yang membedakan rakom dengan radio komersil salah satunya terlihat dari penyiarnya. Penyiar rakom tahu betul bagaimana radionya, bagaimana komunitasnya, sehingga tidak mungkin akan menggunakan penyiar dari luar karena akan kehilangan ciri khasnya “. Responden 5 : “ tidak mungkin terjadi, karena penyiar luar tidak tahu bagaimana komunitas radio tersebut, yang ditakutkan malah akan ditinggalkan pendengar. Selain itu kedepan teknologi semakin canggih, bisa dilakukan taping, mereka tidak akan kehabisan akal untuk mengganti jam kosong tersebut “. Responden 9 : “ rakom tidak akan memakai penyiar dari luar, karena akan menghilangkan ciri khasnya. Tapi yang namanya rakom tenaganya sukarela, bisa saja akan mengalami masalah dalam regenerasi jadi bagaimana rakom tersebut kedepan“.
Pertanyaan nomor 8: SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi. Nilai rata – rata untuk -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.56, 5.89, 6.67 dan pada putaran kedua sebesar 5.56, 5.89, 6.44. Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknologi selalu mengalami perubahan dan terkadang mangalami percepatan dari prediksi sebelumnya dan 15 tahun mendatang diprediksi akan beralih ke teknologi era digital. Radio komunitas banyak yang terbentuk dari sekelompok orang yang benar – benar awam mengenai radio, jadi memang banyak sumber daya manusia didalamnya, banyk yang tidak paham mengenai masalah teknis dan teknologi keradioan. Dengan berjalannya waktu para pakar memperkirakan akan banyak diadakan pelatihan untuk radio komunitas dan sumber daya manusia didalamnya akan tertantang untuk belajar menguasai perubahan teknologi. Berikut kutipan wawancara dengan responden : Putaran 1 Responden 2 : “Mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berkembang dan berbagai peralatan yang semakin canggih itu memang tidak mudah. Tapi, kalau mau belajar terus mereka akan dapat menguasai teknologi yang makin berkembang “. Responden 7 : “ Mereka akan semakin banyak pengalaman, selalu tertantang dengan perkembangan dan perubahan yang ada. Jelas sangat mungkin mereka akan menguasai teknologi “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responden 8 : “SDM di dalamnya akan semakin memahami tentang radio dan teknologinya. Selain itu zaman juga menuntut profesionalisme. Saya yakin mereka akan bisa mengikuti perubahan tersebut “. Putaran 2 Responden 1 : “ Kemungkinan untuk menguasai selalu ada, kalau 5 tahun kedepan mungkin mereka masih tahap belajar, banyak pelatihan –pelatihan yang masih mereka ikuti “. Responden 2 : “ Semakin lama berjalan, orang – orang rakom semakin banyak mendapatkan pelatihan dan pengalaman, kalau mereka mau belajar dari situ, tidak menutup kemungkinan mereka akan selalu mengikuti perkambangan “. Responden 7 : “ 15 tahun kedepan teknologi benar – benar mengalami perubahan, migrasi ke era digital. Dengan pelatihan yang sudah dijalani saya yakin mereka akan selalu belajar, karena zaman juga sudah menuntut lebih profesional, kalau tidak balajar mereka akan tertinggal dari yang lain “.
Pertanyaan nomor 12: Materi siar dengan konten lokal akan lebih mendominasi dan sesuai keinginan pendengar. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.89, 6.56, 6.89 dan pada putaran kedua adalah 5.89, 6.44, 6.89. Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Materi siar yang diberikan oleh radio komunitas tentu saja berbeda dengan materi siar dari radio komersil. Materi siar radio komunitas menurut para pakar kedepan akan lebih didominasi oleh konten lokal yang berisi berita lokal di masyarakat sekitar yang sesuai kebutuhan komunitasnya. Pengurus rakom akan selalu mencari tahu apa yang benar – benar diinginkan komunitasnya. Dengan semakin canggihnya teknologi yang ada, akan sangat membantu pengurus rakom mendapatkan informasi untuk disampaikan kepada komunitasnya. Kedepan mereka akan semakin bisa memenuhi kebutuhan komunitasnya. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan narasumber. Putaran 1 Responden 2 : “ Dalam waktu 5 tahun ini sebuah rakom akan selalu mencari tahu apa yang diinginkan pendengarnya. Informasi juga sudah sangat mudah untuk didapatkan, terutama melalui internet. Jadi sangat mungkin rakom bisa memenuhi kebutuhan rakom dengan info – info sekitar mereka “. Responden 4 : “ Bisa dikatakan hidup mati rakom ada pada komunitasnya. Jadi kalau rakom tidak bisa memenuhi kebutuhan komunitasnya, pasti akan ditinggalkan. Jadi rakom mau tidak mau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan komunitas dalam materi siarnya “. Responden 5 : “ Sekarang masih banyak rakom yang didominasi dengan berita global atau hampir sama dengan radio komersil, dan bisa kita lihat nanti kalau mereka tidak berubah, pasti akan kehilangan pendengar. Rakom akan mencari apa yang diinginkan komunitasnya dengan memperbanyak konten lokal dalam materi siarnya “. Putaran 2 Responden 9 : “ saya rasa rakom akan dituntut untuk memberikan materi siar yang sesuai dengan komunitasnya, berisi konten – konten yang lebih banyak menyinggung tentang komunitasnya. Kalau mereka tidak bisa memenuhi keinginan komunitasnya, maka dukungan dari komunitasnya akan berkurang, bisa saja mereka kehilangan pendengar“. Responden 1 : “ 10 tahun itu waktu yang cukup untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhakan komunitas, dan sangat mungkin SDM rakom akan bisa memenuhi hal tersebut. Saya kira, nantinya berita – berita lokal akan lebih banyak lagi ya “. Responden 4 : “ Sangat mungkin. Rakom yang dapat bertahan dalam waktu yang lama pasti sudah mendapatkan dukungan yang cukup besar dari komunitasnya, dari pendengarnya, dan mungkin hal itu disebabkan mereka merasa rakom sudah dapat memenuhi apa yang mereka butuhkan “
5.
Teknologi
Pertanyaan nomor 9: Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turur, pada putaran pertama adalah 4.89, 5.78, 6.33 dan pada putaran kedua sebesar 4.89, 5.67, 6.22. Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk saat ini belum banyak radio komunitas yang beralih ke streaming internet. Namun sudah terlihat mulai banyak pelatihan yang diadakan oleh beberapa pihak, antara lain dari radio komunitas itu sendiri, dari LSM maupun dari sekelompok orang yang ahli dibidang tersebut. Lima tahun kedepan diprediksi akan semakin banyak radio komunitas yang menggunakan streaming internet dengan tujuan untuk memperluas komunitasnya dan mendapatkan jumlah audiens yang lebih banyak. Semakin kedepan diprediksi semakin banyak radio komunitas yang beralih ke streaming internet, apalagi saat nanti sudah memasuki era digital. Brikut adalah kutipan wawancara dengan narasumber :
Putaran 1 Responden 1 : “ Saat ini banyak diadakan pelatihan untuk streaming. Walaupun masih banyak yang bingung dan mengalami masalah teknik, tapi untuk 5 tahun kedepan mungkin bisa “. Responden 7 : “10 tahun mendatang internet sudah menjadi kebutuhan primer, sekarangpun sudah banyak yang menganggapnya begitu. Tidak menutup kemungkinan 10 tahun kedepan orang akan lebih memilih internet untuk mendengarkan radio “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Responden 2 : “ Semakin kedepan, informasi lebih mudah di akses dengan internet, dan orang akan lebih terbuka dengan hal – hal baru. Internet juga akan menjadi sebuah kebutuhan primer nantinya, jadi rakom akan menggunakan streaming internet untuk memperluas komunitasnya“. Putaran 2 Responden 1 : “ Sekarangpun sudah mulai banyak terlihat rakom yang menggunakan streaming internet. Internet dianggap efektif untuk menambah pendengar diluar radius 2,5 km. Kedepan akan lebih banyak lagi rakom yang menggunakan streaming internet untuk siaran“. Responden 8 : “ Di beberapa rakom sudah diadakan pelatihan – pelatihan untuk streaming internet, dan ketertarikan mereka juga tinggi. Tapi masih ada yang terhalang masalah teknis. Namun tidak menuntup kemungkinan akan semakin banyak yang menggunakan streaming internet “. Responden 5 : “ Untuk saat ini, internet dianggap sebagai media yang paling mudah untuk mendapatkan informasi. Akan semakin banyak orang yang menggunakan internet. Jadi sangat mungkin mereka menggunakan streaming untuk memperluas dan mengenalkan radionya ke dunia luar “.
Pertanyaan nomor 10: Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI. Nilai rata - rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 4.11, 4.89, 5.89 dan pada putaran kedua adalah 4.22, 4.67, 5.89.
Putaran 1
Putaran 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pada tahun ini pemerintah belum menuntut radio komunitas untuk menggunakan alat yang berstandar SNI. Prediksi kedepan SNI akan dijadikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan izin siaran. Walaupun biaya untuk sertifikasi alat sangat mahal, para pakar meyakini mereka dapat memenuhi peraturan tersebut dan diprediksi akan ada sebuah konsorsium, yaitu tempat peminjaman alat untuk radio yang diharapkan akan meringankan beban radio komunitas. Jadi radio komunitas akan lebih mudah dalam memenuhi tuntutan tersebut. Para pakar menilai masih ada kemungkinan radio komunitas akan menggunakan alat berstandar SNI pada -5, -10 dan 15 tahun kedepan. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Putaran 1 Responden 6 : “ Kemungkinan bisa, tapi belum begitu yakin. Dana rakom sangat minim, jadi mereka akan menekan dana untuk peralatan. Masih banyak anggapan yang penting bisa siaran, alat tidak perlu berstandar SNI “. Responden 9 : “ Mengacu pada peraturan nantinya, mungkin kalau pemerintah menegaskan harus menggunakan SNI, mungkin rakom juga akan memakai peralatan dengan standar SNI. Responden 4 : “ Ini kaitannya dengan teknologi era digital. Nanti 15 tahun mendatang akan ada sebuah konsorsium atau tempat peminjaman alat. Sudah seharusnya sebuah konsorsium itu berstandar SNI. Nantinya semua rakom akan menyewa alat dari situ. Jadi sangat mungkin terjadi karena rakom akan dituntut menggunakan teknologi yang lebih baik“. Putaran 2 Responden 3 : “ Bisa tejadi, bisa saja tidak. Standarisasi merupakan kewenangan dari lembaga di atas, apakah mereka mewajibkan atau tidak, mereka tegas atau tidak. Saya pikir kalau itu sudah peraturan, rakom akan berusaha untuk melakukannya “. Responden 8 : “ Untuk menstandarisasi alat itu tidak mudah, biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit, lebih dari 10 juta. Itu angka yang sangat besar bagi sebuah rakom. Namun bagi rakom yang benar – benar serius, maka mereka akan mengusahakan untuk standarisasi alat “. Responden 7 : “ Semakin kedepan SNI sudah menjadi suatu keharusan bagi rakom. Mereka akan bersaing dengan rakom lain. Kalau kalah di alat, akan berpengaruh pada audiens. Belum lagi kalau nantinya SNI memang sudah menjadi sebuah peraturan, mereka akan mengusahakan “.
Pertanyaan nomor 11: Radio komunitas akan menggunakan teknologi era digital. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun secara beruturt – turut, pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
putaran pertama adalah 4.56, 5.89, 6.78 dan pada putaran kedua sebesar 4.67, 5.78, 6.22.
Putaran 1
Putaran 2
Migrasi ke era digitalisasi diprediksi akan terjadi pada 10 hingga 15 tahun kedepan. Selain itu, semakin kedepan tuntutan untuk lebih baik dan profesional akan menjadi motivasi bagi radio komunitas untuk terus belajar. Berbekal berbagai pelatihan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mulai bayak diadakan, para pakar meyakini mereka akan dapat beralih dan menguasai teknologi era digital. Putaran 1 Responden 1: “Akan terjadi. Karena biasanya kemajuan teknologi mengalami percepatan, jadi kalau mereka terus belajar, maka dengan berjalannya waktu mereka akan bisa beralih ke teknologi era digital “. Responden 2 : “ Era digital dapat dikatakan masih cukup lama, namun sekarang sudah mulai ada pelatihan – pelatihan, walaupun tidak secara khusus, tapi hal tersebut sangatlah membantu. Jadi baik secara alat maupun orang – orangnya, mereka akan beralih ke era digital “. Responden 2 : “ Hal tersebut sudah mulai dipersiapkan mulai sekarang. Teknologi itu selalu berkembang lebih cepat dari perkiraan. Tuntutan bagi rakom untuk beralih ke era teknologi era digital. Saya yakin mereka akan memenuhi tuntutan tersebut “.
Putaran 2 Responden 7 : “ Persiapan menuju era digital sudah mulai dilakukan, sudah ada pelatihan – pelatihan dan seminar mengenai era digitalisasi. Dari situ mereka akan mendapat sebuah gambaran kedepan. Kalau menguasai itu masih belum, karena mereka masih belajar “. Responden 1 : “ sekarang sudah mulai banyak pelatihan untuk rakom, juga akan ada pelatihan untuk persiapan ke era digital. Walaupun belum sepenuhnya beralih, tapi orang – orang rakom akan sudah menguasainya terlebih dahulu “. Responden 2 : “ akan sangat mungkin terjadi, karena zaman sudah berubah. Kalau mereka masih berkutat pada teknologi yang lama, sudah pasti akan tertinggal dari yang lain. Saya yakin mereka bisa menguasai karena sudah ada pelatihan menuju kesana “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya peneliti akan membuat peringkat prediksi dengan tingkat kemungkinan terjadi dengan nilai rata - rata paling tinggi sampai prediksi dengan tingkat kemungkinan terjadi dengan nilai rata – rata paling rendah. Peringkat tersebut akan disajikan dalam tabel berikut ini. .
commit to user
TABEL 6 Peringkat Prediksi Perkambangan Radio Komunitas Berdasarkan Nilai Rata – rata dalam Dua Putaran Peringkat
5 Tahun
10 Tahun
15 Tahun
1.
Materi siar sudah sesuai keinginan Materi siar sudah sesuai keinginan Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten pendengar dan didominasi konten pendengar dan didominasi konten lokal lokal lokal pendengar.
2.
SDM yang ada sekarang akan SDM yang ada sekarang akan Radio komunitas akan beralih ke menguasai perkembangan dan menguasai perkembangan dan teknologi era digital. perubahan teknologi. perubahan teknologi.
3.
Semua radio Komunitas yang ada Dana dari sponsor akan lebih besar SDM yang ada sekarang akan sekarang sudah mendapat izin dari iuran anggota. menguasai perkembangan dan sampai EDP. perubahan teknologi.
4.
Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran. Radio Komunitas akan beralih ke teknologi era digital
Radio Komunitas akan beralih ke Semua Radio Komunitas akan teknologi era digital menggunakan streaming internet untuk siaran. 5. Semua Radio Komunitas akan Dana dari sponsor akan lebih besar menggunakan streaming internet dari iuran anggota. untuk siaran. Dana dari 6. sponsor akan lebih besar dari iuran anggota. Semua radio Komunitas yang ada Jumlah Radio Komunitas akan sekarang sudah mendapat izin bertambah dua kali lipat dari sampai EDP. jumlah tahun ini
7.
Jumlah Radio Komunitas akan Jumlah Radio Komunitas akan Semua radio Komunitas yang ada bertambah dua kali lipat dari bertambah dua kali lipat dari sekarang sudah mendapat izin jumlah tahun ini jumlah tahun ini sampai EDP.
8.
Akan terdapat lebih dari dua radio Setengah dari jumlah Radio Teknologi yang digunakan radio komunitas dalam satu wilayah Komunitas yang ada saat ini akan komunitas akan berstandar SNI dengan segmentasi yang sama tutup.
9.
Setengah dari jumlah Radio Semua Radio Komunitas yang ada Akan terdapat lebih dari dua radio Komunitas yang ada saat ini akan sekarang sudah mendapat izin komunitas dalam satu wilayah tutup. sampai IPP. dengan segmentasi yang sama
10
Tenaga profesional dari luar akan Teknologi yang digunakan radio Semua Radio Komunitas yang ada digunakan untuk menangani komunitas akan berstandar SNI sekarang sudah mendapat izin masalah teknis. sampai IPP.
11.
Teknologi yang digunakan radio Akan terdapat lebih dari dua radio Setengah dari jumlah Radio komunitas akan berstandar SNI komunitas dalam satu wilayah Komunitas yang ada saat ini akan dengan segmentasi yang sama tutup.
12.
Semua Radio Komunitas yang ada Tenaga profesional dari luar akan Tenaga profesional dari luar akan sekarang sudah mendapat izin digunakan untuk menangani digunakan untuk menangani sampai IPP. masalah teknis. masalah teknis.
13.
Sponsor akan lebih tertarik pada Penyiar dari luar akan digunakan Penyiar dari luar akan digunakan radio komunitas daripada radio untuk mengisi jam siar yang untuk mengisi jam siar yang komersil. kosong. kosong.
14.
Penyiar dari luar akan digunakan Sponsor akan lebih tertarik pada Sponsor akan lebih tertarik pada untuk mengisi jam siar yang radio komunitas daripada radio radio komunitas daripada radio kosong. komersil. komersil.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel urutan peringkat diatas, untuk lebih menyempitkan temuan, maka akan dibuat peringkat tiga besar prediksi yang paling mungkin terjadi dan tiga besar peringkat yang paling todak mungkin terjadi, sebagai berikut : a.
Tiga Besar Prediksi yang Paling Mungkin
Terjadi Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam waktu lima tahun kedepan materi siar yang di berikan oleh radio komunitas akan semakin didominasi dengan konten lokal yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Bila melihat realitas sekarang dimana masih banyak radio komunitas yang konten acaranya hampir menyamai radio komersil dan lebih banyak mengangkat isu – isu global, tentu untuk lima tahun kedepan dengan nilai rata – rata yang cukup tinggi ini dapat dilihat bahwa radio komunitas diprediksi akan dapat melakukan tugasnya sebagai radio yang dibangun dari, untuk dan oleh komunitasnya. Di peringkat yang kedua para pakar meyakini bahwa untuk waktu lima tahun kedepan sumber daya manusia yang ada dalam radio komunitas akan dapat mengikuti perkembangan dan perubahan teknologi yang terjadi. Mereka optimis dengan pelatihan – pelatihan yang banyak dilakukan dan pengalaman yang didapatkan akan mampu membawa mereka menguasai perubahan teknologi yang terus terjadi. Selanjutnya para pakar memprediksi bahwa untuk lima tahun kedepan, besar kemungkinan bagi radio komunitas untuk mendapatkan izin sampai EDP. Mereka memandang bahwa sudah banyak radio komunitas yang mulai mengurus izin dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
didorong pula oleh tindakan dari KPID yang sudah mulai memberi motivasi pada radio komunitas. Untuk kurun waktu 10 tahun kedepan para pakar masih memprediksi bahwa radio komunitas akan dapat memenuhi konten materi siarnya dengan isu – isu lokal sesuai dengan komunitasnya. Pada peringkat kedua, dalam 10 tahun kedepan para pakar memprediksi bahwa sumber daya manusia di dalam radio komunitas akan semakin mengerti teknologi dan selalu dapat mengikuti perkembangannya, walaupun nantinya teknologi akan selalu mengalami perubahan dan percepatan dari prediksi yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya para pakar juga memprediksi bahwa dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota mungkin terjadi pada 10 tahun mendatang. Hal ini tentu saja dapat menjadi motivasi bagi radio komunitas yang kita tahu selalu mendapat kendala dalam hal pendanaan. Tidak berubah dari 5 dan 10 tahun sebelumnya, untuk waktu 15 tahun kedepan, para pakar masih tetap yakin bahwa radio komunitas akan mampu memenuhi kebutuhan komunitasnya dengan lebih banyak memberikan konten lokal dalam materi siarnya. Selanjutnya prediksi yang paling mungkin terjadi pada 15 tahun mendatang adalah bahwa radio komunitas akan beralih menggunakan teknologi era digital. Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, saat ini memang sudah ada wacana mengenai migrasi ke era digital, dan meskipun dengan minimnya dana yang dimiliki para pakar tetap meyakini bahwa radio komunitas nantinya akan mampu beralih menggunakan teknologi era digital.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masih sama dengan prediksi di tahun – tahun sebelumnya, para pakar semakin yakin bahwa 15 tahun kedepan sumber daya manusia di dalam radio komunitas akan mampu mengikuti perkembangan dan perubahan teknologi yang selalu terjadi. Dengan pelatihan yang sudah mulai banyak dilakukana kemampuan yang dimiliki sumber daya manusia didalam radio komunitas akan semakin membaik.
a. Tiga Besar Prediksi yang Paling Tidak Mungkin Terjadi Para pakar memprediksi bahwa radio komunitas tidak akan menggunakan penyiar luar untuk mengisi jam siar yang kosong. Radio komunitas akan tetap konsisten sebagai radio yang memang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya. Selanjutnya adalah permasalahan sponsor. Para pakar memprediksi bahwa untuk 5 tahun kedepan, sponsor tidak lebih tertarik pada radio komunitas. Mereka masih condong pada radio komersil yang mempunyai jumlah audiens lebih besar Prediksi lain yang dimungkinkan tidak akan terjadi pada waktu 5 tahun mendatang adalah masalah perijianan sampai pada tahap IPP. Untuk 10 tahun mendatang, prediksi para pakar mengenai sponsor masih sama. Sponsor tidak akan lebih tertarik pada radio komunitas bila dibandingkan dengan radio komersil. Tidak jauh berbeda dari 5 tahun sebelumnya, para pakar masih memprediksi bahwa radio komunitas tidak akan menggunakan penyiar luar untuk mengisi jam siar yang kosong.. Para pakar
juga memprediksi bahwa tenaga profesional dari luar tidak akan
digunakan oleh radio komunitas. Mereka yakin dengan pengalaman yang sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperoleh, radio komunitas akan mampu menangani masalahnya sendiri. Selanjtnya, hingga waktu 15 tahun mendatang, untuk masalah sponsor belum nampak adanya perubahan, mereka masih akan lebih tertarik pada radio komersil yang jumlah audiensnya lebih besar. Nilai rata – rata untuk ketidakmungkinan ini adalah 3.56 pada kedua putaran. Prediksi selanjutnya adalah, bahwa radio komunitas tetap tidak akan menggunakan penyiar dari luar untuk mengisi jam siar yang kosong, dengan semakin majunya teknologi para pakar yakin mereka akan dapat mensiasati kekosongan ini tanpa harus memakaipenyiar dari luar. Selain itu, tenaga profesional dari luar juga tidak akan digunakan sampai waktu 15 tahun kedepan. Para pakar berpendapat semakin lama belajar maka mereka akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus memakai tenaga teknis dari luar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian dengan studi delphi ini dimaksudkan untuk mengetahui prediksi para pakar radio mengenai perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Hasil penelitian ini diperoleh melalui dua tahap. Tahap pertama adalah wawancara dengan narasumber, sedangkan tahap kedua adalah kuisioner yang dilakukan sebanyak dua kali putaran. Dari penelitian yang dilakukan selama bulan Desember 2010 hingga Februari 2011, didapatkan beberapa prediksi pakar radio mengenai masa depan radio komunitas, yaitu sebagai berikut : 1. Pertumbuhan dan Pendanaan Radio Komunitas Perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo dapat dikatakan belum stabil. Banyak radio komunitas yang muncul namun banyak pula yang tutup. Beberapa penyebabnya adalah minimnya dana yang dimiliki dan masalah regulasi. Masalah dana yang minim ini memang seringkali menjadi isu penyebab tutupnya sebuah radio komunitas. Iuran anggota memang sebaiknya menjadi penyumbang dana terbesar bagi sebuah radio komunitas. Namun, untuk mendapatkan iuran anggota bukanlah hal yang mudah, biasanya iuran tersebut dapat berjalan pada tahun – tahun pertama saja. Untuk menutup kekurangan dana operasional radio, sebenarnya bisa saja diperoleh dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sponsor. Namun yang menjadi masalahnya, pihak sponsor masih cenderung lebih tertarik pada radio komersil, salah satu penyebabnya adalah jumlah audiens atau pendengar radio komunitas yang terbatas. Ini menjadi sebuah tantangan dan pembelajaran bagi radio komunitas untuk lebih berusaha menambah jumlah pendengarnya. 2.
Perizinan Radio Komunitas
Perizinan pada radio komunitas masih akan menjadi suatu masalah bagi radio komunitas. Masalah ini juga dianggap menjadi salah satu penyebab tutupnya sebuah radio komunitas. Saat ini, radio komunitas di Yogyakarta dan Solo masih terkendala dengan masalah tersebut. Masih banyak yang menganggap bahwa persyaratan yang diajukan oleh KPI maupun KPID terasa memberatkan bagi mereka, belum lagi birokrasi di dalamnya yang berbelit – belit. Selain itu peraturan yang seringkali berubah – ubah yang menyebabkan banyak radio komunitas akhirnya berhenti dalam mengurus perizinan. Masih berkaitan dengan masalah perizinan, para pakar memperkirakan bahwa untuk waktu lima tahun kedepan akan semakin banyak radio komunitas yang bisa melalui tahap EDP atau Evaluasi Dengar Pendapat dalam pengurusan izinnya. Tentu saja hal ini dapat menjadi motivasi bagi radio komunitas yang hingga saat ini belum mengurus perizinan. Namun untuk sampai tahap IPP atau Izin Prinsip Penyiaran, para pakar pesimis belum bisa terjadi karena kebanyakan rakom masih terkendala masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dana dan masalah birokrasi yang seringkali menyulitkan. Mungkin hal ini dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi KPI dan KPID untuk lebih memperbaiki tatanan didalamnya serta mendekatkan diri pada radio komunitas, sehingga bisa tercapai suatu kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. 3. Sumber Daya Manusia dalam Radio Komunitas Para pakar beranggapan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki radio komunitas saat ini jauh lebih baik. Mereka mempunyai semangat belajar yang cukup tinggi. Selain itu, saat ini banyak diadakan pelatihan untuk radio komunitas. Sudah barang tentu dengan berbagai pelatihan yang dilakukan, manajemen sebuah radio akan semakin membaik. Sumber daya di dalamnya akan semakin profesional. Sebagai contoh, dalam masalah teknis maupun manajemen penyiaran, para pakar melihat mereka tidak akan menggunakan bantuan tenaga luar dan mencari cara sendiri untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Radio komunitas kedepan harus semakin mengerti bagaimana komunitasnya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh komunitasnya, salah satunya dalam hal materi siar yang diberikan. Materi siar hendaknya didominasi dengan berita lokal dan informasi – informasi yang berkaitan erat dengan komunitas tersebut, sehingga pendengar merasa menjadi bagian dari radio komunitas tersebut. Hal tersebut bisa menjadi salah satu cara untuk mendapat pendengar setia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Teknologi Pada beberapa tahun kedepan, diprediksi zaman akan beralih ke teknologi era digital. Banyak sekali perubahan yang akan terjadi, dan tentu hal tersebut membawa pengaruh yang cukup besar pada radio komunitas. Untuk menghadapi perubahan tersebut, radio komunitas harus mulai melakukan persiapan dan pelatihan, sehingga kedepan sumber daya manusia dalam radio komunitas akan mampu menggunakan bahkan menguasai perubahan teknologi era digital. Selain itu, saat ini radio komunitas sudah mulai menggunakan streaming internet untuk siaran, yang tentu saja sangat membantu dalam memperluas jangkauan dan menambah pendengar. Dari penjabaran diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan tentang radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, yaitu: (1) Pertumbuhan radio komunitas yang masih belum stabil dan sulit terkendali; (2) Materi siar radio komunitas akan didominasi konten lokal; (3) Masih minimnya ketertarikan dari sponsor terhadap radio komunitas; (4) Akan terjadi migrasi ke teknologi era digital; (5) SDM akan semakin maju dan mampu menghadapi perubahan zaman.
commit to user