Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Audiovisual Tentang Shaken Baby Syndrome Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Di Posyandu Dahlia Sukoharjo
Pramita Windy Astuti1), Happy Indri Hapsari2), Alfyana Nadya Rachmawati3) 1)
Mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)
Abstrak : Shaken baby syndrome (SBS) adalah cedera otak pada bayi akibat diguncang terlalu keras dan merupakan bentuk kekerasanterhadap anak, sehingga peran orang tua dalam mengasuh bayi diperlukan pengetahuan, agar tercipta sikap positif dalam mengasuh bayi. Pendidikan kesehatan melalui media audiovisual lebih efektif, karena melibatkan semua alat indera pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat, semakin besar kemungkinan isi informasi dapat dimengerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual tentang SBS terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu. Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment pretest and posttest with control group design. Sampel penelitian ini berjumlah 40 responden ibu yang mempunyai anak berumur kurang dari 1 tahun. Penelitian ini menggunakan uji paired sample t test dan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan p value 0,00 pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pendidikan kesehatan melalui media audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang SBS karena menggunakan alat indera mata dan telinga yang menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga informasi yang tersalur lebih banyak yaitu 75%-87%. Kata kunci : pendidikan kesehatan, audiovisual, pengetahuan, sikap, shaken baby syndrome Daftar pustaka:42 (2003-2014) PENDAHULUAN
masyarakat
yang
Latar Belakang
(Carbaugh, 2004).
dapat
dicegah
Sindrom Bayi Terguncang/SBS
American Academy of Pediatric
(Shaken Baby Syndrome) merupakan
(AAP) dan Center For Health Control
bentuk child abuse terhadap anak akibat
And
mengguncang bayi terlalu keras dengan
melaporkan
bahu, lengan, atau kaki. Shaken Baby
mengguncang
Syndrome merupakan masalah kesehatan
tingkat cedera tinggi dan 25 persen
Prevention
menyebabkan
(CDC)
(2010)
bahwa
penganiayaan/
bayi
menyebabkan
kematian
pada
bayi.
1
Penelitian
menunjukkan
bahwa
informasi pada orang tua dapat melalui
mengguncang bayi paling sering terjadi
berbagai
sebagai respons terhadap bayi menangis
kesehatan.
atau faktor-faktor
cara
termasuk
pendidikan
lain yang dapat
Salah satu media yang dapat
memicu orang tua ketika merawat
digunakan adalah media audiovisual.
bayinya menjadi frustasi atau marah
Penggunaan
(Carbaugh, 2004. Faktor ini yang dapat
semua alat indra pembelajaran, sehingga
menyebabkan
semakin banyak alat indra yang terlibat,
individu
melakukan
audiovisual
melibatkan
Shaken Baby Syndrome (Hoffman, 2005;
semakin
Black, 2001; Keenan et al., 2003).
informasi tersebut dapat dimengerti
Sebagian besar orang tua atau
besar
kemungkinan
isi
(Widia dkk, 2012).
pengasuh tidak mengerti bahaya dari
Hasil studi pendahuluan pada
melakukan Shaking terhadap bayi yang
tanggal 18 Desember 2014 di Desa
kemudian menyebabkan SBS (Shaken
Pucangan,
Baby
Kecamatan
Syndrome)
(Hoffman,
2005;
Kelurahan Kartasura,
Kartasura, terdapat
45
Black, 2001; Keenan et al., 2003). Peran
jumlah ibu yang mempunyai bayi
orang
bayi
dibawah 1 tahun. Hasil wawancara
karena
didapatkan 5 orang tua yang memiliki
salah
satu
anak usia kurang dari 1 tahun pernah
predisposisi
yang
melakukan gerakan mengguncang bayi
penting dalam pencegahan Shaken Baby
mereka, tetapi orang tua tidak mengerti
Syndrome.
bahaya dari mengguncang.
tua
dalam
mengasuh
diperlukan
pengetahuan,
pengetahuan
merupakan
komponen
faktor
Peningkatan
menyebabkan
terjadinya
pengetahuan perubahan
Tujuan umum dari penelitian ini
sikap dan perilaku maka pengetahuan
adalah
orangtua sangat penting. Sikap dan
pendidikan kesehatan dengan media
perilaku orang tua yang baik tentang
audiovisualterhadap pengetahuan dan
perkembangan
sikap orang tua tentang shaken baby
anak,
akan
dapat
mencegah kelainan perkembangan dan
untuk
mengetahui
pengaruh
syndrome.
pertumbuhan anak (Levine, 2007). Peningkatan pengetahuan orang
METODOLOGI
tua mengenai Shaken Baby Syndrome
Jenis penelitian
akan menghindari sikap orang tua
Jenis
mengguncang ketika bayi menangis.
penelitian
penelitian kuantitatif,
ini
yaitu
eksperimen
Pemberian informasi dan kebutuhan
2
semudengan
menggunakan rancangan
penelitian quasy experiment dengan Pre
test pada kedua kelompok dengan mengisi lembar kuesioner yang diisi responden.
and post test with control group design. Tempat dan Waktu penelitian
Analisa Data
Penelitianinidilaksanakan di Posyandu
Dahlia
Analisa Univariat
Kartasura
Analisis univariat dari penelitian
Sukoharjo.Waktupenelitiandilaksanakan
ini
pada tanggal 25 Februari – 1 Maret
numeric.Data
2015.
kategorikmenggunakanfrekuensidanpros
AlatPenelitiandan Cara Pengumpulan
entase. Data numeric menggunakan
Data
mean, standardeviasidannilaimaksimum Instrumen
digunakanuntukpengumpulan
lembar
data
yang
minimum.
data
Analisa Bivariat
adalahkuesioner.Kuesioneryang digunakanadalah
yaitu
kategorik
dan
Analisa ini digunakan untuk
kuesioner
menguji pengaruh pendidikan kesehatan
pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh
terhadap tingkat pengetahuan dan sikap.
peneliti dengan uji validitas. Pertanyaan
Cara menganalisis data secara bivariat
untuk kuesioner pengetahuan terdiri dari
dilakukan
25 pertanyaan dengan pilihan jawaban
menggunakan
benar atau salah. Kuesioner sikap terdiri
bertujuan mengetahui distribusi data
dari 25
dalam variabel yang akan digunakan
pernyataan. Pernyataan sikap
menggunakan
skala
likert
dengan
uji
normalitas
Shapiro-Wilk
dalam
yang
penelitian.
pilihan jawaban sangat setuju, setuju,
Menganalisishasileksperimen
tidak setuju, sangat tidak setuju.
menggunakanpre-testdanpost-test
Penelitian
dilakukan
dengan
data
designwith
control
yang
group
cara pre dan post test. Pada semua
penelitimenggunakanujiPaired
kelompok dilakukan pre test dengan cara
untuk
mengisi kuesioner yang diisi responden.
pengetahuan dan sikap pada kedua
Kemudian pada kelompok perlakuan
kelompok.Peneliti juga menggunakan
diberikan pendidikan kesehatan melalui
uji Independen T test untuk mengetahui
media audiovisual tentang shaken baby
beda tingkat pengetahuan dan sikap
syndrome. Pada kelompok kontrol hanya
antara kedua kelompok setelah diberi
diberi leaflet. Kemudian dilakukan post
perlakuan.
mengetahui
beda
t-test tingkat
3
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan Variabel Perlakuan Kontrol Total (n=20) (n=20) (n=40) Tingkat F % F % F % pendidikan Pendi. Dasar 2 10% 2 10% 4 10% (SD&SMP) Pendi. Menengah 15 75% 15 75% 30 75% (SMA) Pendi. Tinggi 3 15% 3 15% 6 15%
Dengan tingkat kepercayaan 95% / α= 5% dengan ketentuan sebagai berikut: Jika P value > α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti pendidikan
kesehatan
tidak
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap serta jika P value ≤ α (0,05) maka
Total
20
100
20
100 40
100
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti pendidikan
kesehatan
mempengaruhi
Dari hasil analisa yang didapatkan
tingkat pengetahuan dan sikap.
dari 40 responden, sebagian besar responden berpendidikan menengah
HASIL DAN PEMBAHASAN
(SMA).Dilihat
Karakteristik Responden
pendidikan,
1. Usia Responden
bukan pendidikan
Total
dan
100
20
100
40
Dari hasil analisa yang didapatkan dari 40 responden, sebagian besar responden
berusia
26-35
tahun.Kategori usia sebagian besar responden
yaitu
berada
pada
kategori masa dewasa awal, yang artinya
cukup
matang
berfikir
(Depkes,
dalam
2009).Secara
biologis merupakan masa puncak pertumbuhan fisik yang prima,
100
level
pendidikan termasuk
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut usia Variabel Perlakuan Kontrol Total (n=20) (n=20) (n=40) Usia F % F % F % 17-25 6 30% 8 40% 14 35% 26-35 11 55% 9 45% 20 50% 36-45 3 15% 3 15% 6 15% 20
dari
yang
SMA kategori
rendah
tetapi
menengah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh ibu pada level pendidikan ini lebih cepat tanggap memilih
untuk
mencari
pertolongan kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap dibangdingkan dengan
ibu
dengan
tingkat
pendidikan rendah. 3. Pekerjaan responden Tabel 4.3 Distribusi responden menurut pekerjaan Variabel Perlakuan Kontrol Total (n=20) (n=20) (n=40) Pekerjaan F % F % F % IRT Swasta Wiraswasta Total
9 8 3 20
45% 40% 15% 100
10 6 4 20
50% 30% 20% 100
19 14 7 40
47,5% 35% 17,5% 100
karena didukung oleh kebiasaankebiasaan yang positif (Desmita,
Dari hasil analisa yang didapatkan
2009).
dari 40 responden, sebagian besar
2. Tingkat pendidikan
responden mempunyai pekerjaan ibu
4
rumah tangga, sehingga ibu memiliki
antara
waktu yang cukup untuk merawat
kontrol sebelum dan sesudah pendidikan
anaknya. Secara naluri keinginan
kesehatan,namun tidak terjadi perbedaan
untuk merawat anak sangat tinggi,
yang signifikan karena rerata sebelum
dimana ibu sebagai tokoh utama bagi
dan sesudah dilakukan pendidikan hanya
anak. Keingintahuan cara merawat
selisih angka yang sedikit yaitu 12,00
anak merupakan proses orangtua
menjadi 15,15.Leaflet dapat membantu
untuk mencari tahu melalui media
dengan melihat saja. Media leaflet
seperti majalah, radio, televisi, dan
disertai dengan gambar-gambar yang
koran (Gupta et al, 2005).
membantu kejelasan isi pesan dan
nilai
pengetahuan
kelompok
menambah unsur menarik sebuah pesan kesehatan, tapi media ini belum mampu
Analisa Data Tabel 4.4 Tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol Kontrol Pengetahuan/ P Nilai Kelompok Mean Median St.dev value Min Max Pre 12,00 11,00 3,026 7 18 0,00 Post 15,15 15,00 2,033 10 19
Tabel
4.4
uji
menunjukkan
paired nilai
pengetahuan
pada
t-test tingkat
kelompok
memberikan pengalaman yang nyata karena sifatnya yang statis (Zulkarnain, Yusi & Farida 2011). Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan Perlakuan P Pengetahuan value Nilai / Kelompok Mean Median St.dev Min Max Pre 12,15 12,50 2,519 8 16 0,00 Post 22,05 23,00 3,034 17 25
kontrol pre dan post intervensi. Tabel Hasil analisa pre test menunjukkan
4.5
uji
menunjukkan
paired nilai
tingkat
responden pada kelompok kontrol masih
pengetahuan
rendah,
perlakuan pre dan post intervensi.
karena
mengetahui
responden
tentang
shaken
belum
pada
t-test
kelompok
baby
syndrome. Pengetahuan akan terbentuk
Hasil analisa pre test menunjukkan
setelah orang melakukan penginderaan
responden pada kelompok perlakuan
terhadap suatu objek atau informasi
masih rendah, karena responden belum
yang di dapat dari sumber informasi
mengetahui
(Notoatmodjo, 2007).
syndrome.Pengetahuan
Hasil analisa post test menunjukkan
tentang
shaken
baby
merupakan
domain yang sangat penting untuk
p value 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak dan
terbentuknya
tindakan
seseorang.
Ha diterima yang artinya ada perbedaan
Pengetahuan akan terbentuk setelah
5
orang melakukan penginderaan terhadap
Hasil analisa pre test menunjukkan
suatu objek atau informasi yang di dapat
responden pada kelompok kontrol masih
dari sumber informasi (Notoatmodjo,
rendah,
2007).
dilakukan
karena
responden
pendidikan
belum
kesehatan,
Hasil analisa post test menunjukkan
responden belum mengetahui dampak
p value 0,00 < 0,05 maka Ho ditolak dan
dari mengguncang bayi.Terbentuknya
Ha diterima yang artinya ada perbedaan
sikap
antara
pengetahuan
nilai
perlakuan
pengetahuan sebelum
pendidikan
kelompok
dan
kesehatan,
sesudah hasil
ini
seseorang
didasarkan
seseorang
pada
menerima
informasi, semakin tinggi pengetahuan yang
dimiliki
akan
memberikan
menunjukkan perbedaan yang signifikan
kontribusi terhadap terbentuknya sikap
karena rerata sebelum dan sesudah
yang baik (Djannah, Suryani & Purwati,
dilakukan pendidikan kesehatan selisih
2009).
angka yang tinggi yaitu 12,15 menjadi
Hasil analisa menunjukkan p value
22,05.Pengetahuan adalah hasil “tahu”
0,00 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
dan terjadi setelah seseorang melakukan
diterima yang artinya ada perbedaan
penginderaan
antara nilai sikap kelompok kontrol
terhadap
suatu
objek
tertentu (Notoatmodjo, 2007).Perpaduan
sebelum
saluran
mata
kesehatan.Peningkatan sikap responden
mencapai 75% dan telinga 13% akan
yang tidak signifikan pada penelitian ini
memberikan rangsangan yang cukup
sejalan dengan penelitian Azwar (2003)
baik, sehingga dapat memberikan hasil
yang menyatakan bahwa pesan yang
yang optimal (Rinik, 2010).
ditunjukkan
informasi
melalui
dan
sesudah
untuk
pendidikan
mengubah
sikap
secara halus biasanya lebih berhasil Tabel 4.6 Nilai sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol Kontrol P Sikap/ Nilai value Kelompok Mean Median St.dev Min Max Pre 78,15 77,50 4,660 68 88 0,00 Post 84,70 85,00 4,669 73 93
Tabel
4.6
menunjukkan
uji nilai
paired sikap
t-test pada
daripada pesan yang tampak berusaha memanipulasi
responden,
sehingga
apabila responden menyadari usaha yang sengaja ingin mengubah sikap seseorang, maka orang tersebut akan berupaya menolaknya.
kelompok kontrol pre dan post intervensi.
6
Tabel 4.7 Nilai sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada karena terjadi peningkatan aspek afektif kelompok perlakuan Perlakuan (sikap) ibu yang diberi pendidikan Sikap/ P Nilai value Kelompok Mean Median St.dev Min Max kesehatan menggunakan media audio Pre 78,05 76,50 7,037 66 95 0,00 Post 95,85 97,00 3,924 85 100 visual.Informasi yang mempengaruhi
sikap tergantung dengan isi, sumber dan Tabel
4.7
uji
menunjukkan
paired
nilai
sikap
t-test
media informasi yang bersangkutan.
pada
Dalam
pengertian,
pesan
yang
kelompok perlakuan pre dan post
disampaikan dalam proses informasi
intervensi.
haruslah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keyakinan sasaran didik
Hasil analisa pre test menunjukkan
(Simamora, 2009).
sikap responden kelompok perlakuan pada penelitian ini masih rendah, karena responden belum dilakukan pendidikan kesehatan, responden belum mengetahui dampak dari mengguncang bayi.Sikap adalah
suatu
reaksi
atau
Tabel 4.8 Beda tingkat pengetahuan setelah pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan Pengetahuan/ Mean N St. Deviasi P value Kelompok Kelompok kontrol 15,15 20 2,033 0,00 Kelompok perlakuan 22,05 20 3,034
respon
seseorang yang masih tertutup terhadap
Tabel 4.8 uji independent sample t
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
test menunjukkan nilai pengetahuan
2007). Terbentuknya sikap seseorang
pada
didasarkan pada pengetahuan seseorang
perlakuan
menerima informasi, semakin tinggi
pedidikan kesehatan dengan p value
pengetahuan
0,00 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya
yang
memberikan
dimiliki
kontribusi
akan
terhadap
terbentuknya sikap yang baik (Djannah, Suryani & Purwati, 2009). Hasil
analisa
test
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya perbedaan
kelompok
anatara
perlakuan
kontrol
setelah
perbedaan
dan
dilakukan
antara
kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan alat
post
menunjukkan p value 0,00 <0,05 maka
ada
ada
kelompok
nilai
sebelum
sikap
bantu pendidikan kesehatan yaitu alat bantu lihat dan dengar (audio visual aids) pada kelompok perlakuan dan alat bantu leaflet pada kelompok kontrol.
dan
sesudah pendidikan kesehatan.Alasan
Penggunaan
audio
visual
aids
terjadinya peningkatan skor sikap pada
melibatkan semua alat indra, sehingga
kelompok
semakin banyak alat indra yang terlibat
perlakuan
disini
adalah
7
untuk
menerima
dan
mengolah
Perubahan
sikap
dapat
informasi, semakin besar kemungkinan
dipengaruhi
isi
dan
sumber pesan, isi pesan dan penerima
dimengerti (Widia, 2012).Kurang lebih
pesan. Sumber pesan dapat berasal dari
75%-87%
manusia
seseorang, kelompok, institusi yang
diperoleh melalui mata sedangkan 13%-
dapat dipercaya oleh penerima pesan.
25% lainnya tersalur melalui alat indra
Sebagai contoh video adalah gabungan
yang lain. Media seharusnya mampu
dari kata-kata, tulisan dan gambar yang
merangsang atau memasukkan informasi
disajikan dalam bentuk gerak sehingga
melalui indera, semakin banyak yang
pesan dapat mudah diterima karena lebih
dirangsang maka masuknya informasi
menarik
akan semakin mudah.
(Notoatmodjo, 2012).
informasi
yang
didapat
pengetahuan
beberapa
dan
tidak
Peningkatan Leaflet
adalah
media
yang
berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan pada kedua belah sisi serta dapat dilipat sehingga praktis dan mudah dibawa, tetapi media ini hanya dapat diulang-ulang pemahamannya dan tidak memilki efek gerak dan suara (Simamora, 2009).
faktor
yaitu:
monoton
sikap
pada
kelompok kontrol lebih sedikit, hal ini dipengaruhi dengan penggunaan media. Penggunaan media leaflet dirasa kurang menarik karena tidak mempunyai efek visual
dan
cenderung
membosankan.Seseorang belajar sangat sedikit ketika mereka mendengarkan atau melihat saja, tetapi mereka belajar
Tabel 4.9 Beda sikap setelah pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan Sikap/ Mean N St. Deviasi P value Kelompok Kelompok kontrol 84,70 20 4,669 0,00 Kelompok perlakuan 95,85 20 3,924
sedikit
lebih
ketika
melihat
dan
mendengar apa yang mereka harus pelajari (Efendi & Makhfudli, 2009).
KESIMPULAN Tabel 4.9 uji independent sample t
Karakteristik ibu berusia 26-30
testmenunjukkan nilai sikap pada
tahun, sebagian besar pekerjaan ibu
kelompok kontrol dan perlakuan
adalah ibu rumah tangga dan rata-rata
setelah
tingkat
dilakukan
pedidikan
pendidikan
ibu
adalah
kesehatan dengan p value 0,00 < 0,05
pendidikan menengah (SMA). Sebagian
maka
besar responden mempunyai tingkat
Ho
ditolak,
artinya
ada
perbedaan antara kelompok kontrol
pengetahuan dan sikap
dan kelompok perlakuan.
rendah sebelum dilakukan pendidikan
yang masih
8
kesehatan. Terdapat perbedaan terhadap
media yang sesuai dengan sasaran
tingkat pengetahuan dan sikap ibu
penyuluhan.
setelah dilakukan pendidikan kesehatan
4. Peneliti Lain
pada kelompok perlakuan dan kelompok
Peneliti lain sebaiknya melakukan
kontrol. Terdapat perbedaan tingkat
penelitian saat responden mempunyai
pengetahuan
waktu luang diluar waktu posyandu,
dan
sikap
kelompok perlakuan
ibu
dan
antara
kelompok
agar
mempermudah
kontrol setelah dilakukan pendidikan
mengambil
kesehatan.
pendidikan kesehatan.
SARAN
data
peneliti
dan
melakukan
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Masyarakat
Terima kasih kepada dosen
Masyarakat gambaran
dapat dan
memberikan
pembimbing dan penguji yang telah
mengaplikasikan
membantu dalam penyusunan skripsi ini
pencegahan gerakan mengguncang
serta
pada bayi agar tidak terjadi shaken
memberikan tempat dan waktu kepada
baby
peneliti untuk melakukan penelitian.
syndrome,
memberikan
dan
informasi
dapat
Posyandu
Dahlia
yang
telah
kepada
saudara atau tetagga yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tenaga Kesehatan
Agus, R. 2013. Statistik Deskriptif
Perawat, tim medis atau tenaga
Untuk Kesehatan. Yogyakarta:
kesehatan
Nuha Medika
yang
menggunakan dalam
lain
media
memberikan
dapat
audiovisual
American
Academy
of
Pediatric
penyuluhan
Committe on Child Abuse and
dalam upaya meningkatkan derajat
Neglec. 2010 Shaken Baby
kesehatan anak dan ibu.
Syndrome: Rotational cranial
3. Institusi Pendidikan
injuries-technical report.
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan
becoming a mother. AWHONN.
ke dalam materi tentang media
JOGNN.
pendidikan meningkatkan pendidikan
kesehatan praktikum kesehatan
sehingga
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
tentang
Suatu
dengan
Jakarta: Rineka Cipta
berbagai jenis media dan pembuatan
Pendekatan
Praktik.
Aziz, AH. 2014. Metode Penelitian Keperawatan
dan
Teknik
9
Analisis
Data.
Jakarta
pengetahuan dan sikap dalam
:
mencegah
Salemba Medika
Ners, Vol. 2, No. 1, Hal 15-22,
Pengukurannya.
diakses 16 Desember 2014,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
http://ejournal.undip.ac.id/inde
Black DA, Heyman RE, Smith Slep AM.
x.php/medianers/articels.
2001. Risk factors for child physical
abuse.
Aggress
Dharma,
Kusuma
Kelana
(2011).Metodologi Penelitian
Violent Behav.
Keperawatan : Panduan
Carbaugh SF. 2004. Understanding
Center
pada
pekerja seks komersial’, Media
Azwar, S. (2003). Sikap Manusia, Teori dan
HIV/AIDS
shaken baby syndrome. Adv
Melaksanakan
Neonatal Care
Menerapkan Hasil Penelitian.
for
Disease
Prevention.
Control 2010.
Jakarta : Trans InfoMedia.
and
National
Djannah S, Suryani D, Purwati D.A,
Center for Injury Prevention
2009.
and
Pengetahuan
Control,
Division
dan
of
Hubungan
Tingkat
dan
Sikap
Violence Prevention. Shaken
dengan Perilaku Pencegahan
Baby Syndrome.
Penularan
TBC
Mahasiswa
di
Christian, CW & Block, R ; Committen on
Child
Abuse
pada Asrama
and
Manokwari
Sleman
Neglect.”American Academy
Yogyakarta,
Fakultas
of Pediatric (May 2009).”
Kesehatan
Abusive head trauma in infants
Universitas
and children.”Pediatrics 123
Yogyakarta. Efendi,
(5) : 1409-11 Depkes, RI 2009, Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta
Departemen
:
Kesehatan
Republik Indonesia. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT
F
&
Masyarakat Ahmad
Dahlan
Makhfudli
(2009).
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Gipney, M.J dkk (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : ECG Gupta, R.S., et.al (2005). Opportunities
Remaja Rosdakarya.
for health promotion education
Dewi, NS 2008, ‘Pengaruh pendidikan
in child care. Official Journal
kesehatan terhadap perubahan
10
of the American Academy of
Sakit
Kota
Malang,
tesis.
Pediatric, 4 (116), 449-505.
Universitas Indonesia. Depok
Hodikoh, A (2003). Efektivitas Edukasi
Keenan HT, Runyan DK, Marshall SW,
Post Natal dengan Metode
Nocera MA, Merten DF, Sinal
Ceramah dan Media Booklet
SH. A population-based study
terhadap
of inflicted brain injury in
Peningkatan
Pengetahuan, dan Perilaku Ibu
young children. JAMA 2003.
tentang ASI dan Menyusui
Levine DA. Growth and development.
dalam Konteks Keperawatan
In : Kliegman RM, Marcdante
Maternitas di Bogor Jawa
KJ, Jenson HB, Behrman RE.
Barat.
Nelson-essentials of pediatrics
Tesis
tidak
dipublikasikan
5th
Hoffman, JM. A case of shaken baby syndrome after discharge from
edition.
Philadelphia:
Elsevier. 2007 Maulana,
the newborn intensive care
H.D.J.
(2009).
Promosi
Kesehatan. Jakarta : ECG
unit. Adv Neonatal Care. 2005.
Mayo clinic. (2014). Shaken Baby
John Mercsh, MD. (2014). Shaken Baby
Syndrome. Diakses 3 Januari
Syndrome
(Abusive
Head
2015,
Trauma), dibuat 20 Maret.
http://www.mayoclinic.org/dis
complications and long-term
eases-conditions/shaken-
effects
baby/syndrome/basics/risk-
of
shaken
baby
syndrome. Diakses 4 Januari 2015,
dari
factors/con-20034461 Mercer, T.R. and Walker, L.O. (2006). A
http://www.medicinenet.com/s
review of nursing intervention
haken_baby_syndrome_abusiv
to foster
e_head_trauma/page5.htm Kapti,
dari
E.R
(2010).
Audiovisual Penyuluhan terhadap
Efektivitas
sebagai
NJ.
(2005).
Shaken
Baby
Syndrome. J Forensic Nurs
Media
Moules, T & Ramsay, T. (2008). The
Kesehatan
textbook of children’s and
Peningkatan
young people’s nursing. (2nd
Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
Miehl
Tatalaksana
ed). Victoria : Blackwell
Balita
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
dengan Diare di dua Rumah
Masyarakat : Ilmu dan Kiat. Jakarta : Rineka Cipta
11
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Barat terhadap kesehatan mata,
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
tahun 2005. Ophthalmologica
Rineka Cipta
Indonesiana 2006
Notoatmodjo.
S.
(2012).
Promosi
Valencia, H. (2012). Shaken Baby
kesehatan & ilmu perilaku.
Syndrome, 05 Juli. Diagnosing
Jakarta: RinekaCipta.
Shaken
Oktarina, Hanafi & Budiasuari, M.A. 2009.
Hubungan
karakteristik keadaan
antara
responden,
wilayah
dengan
pengetahuan, sikap terhadap
Baby
Syndrome.
Diakses 4 Januari 2015, dari http://www.healthline.com/hea lth/shaken-babysyndrome#Symptoms2 Wawan, A & Dewi (2010). Teori dan
HIV/AIDS pada masyarakat
Pengetahuan,
indonesia. Buletin Penelitian
Perilaku Manusia. Yogyakarta
Sistem Kesehatan, Volume 12
: Nuha Medika
no.4, Oktober 2009. Rahmawati,
Ira,
Sikap
dan
Widia lestari, NekaRitaAmelia, Siti
Sudargo, Toto
&
Rahmalia, (2012). Efektifitas
Pramastri. (2007). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang
Penyuluhan
Asi
dengan
Media
Audiovisual
tehadap
Peningkatan
Pengetahuan,
Terhadap
Pengetahuan, Dan
Tingkat Kemampuan
Motivasi
Menyusui
Sikap dan Perilaku Ibu Balita
Primipara. PSIK Universitas
Gizi
Riau
Kurang.
Jurnal
Gizi
Klinik Indonesia (Vol 4, No 2). Yogyakarta
:
Universitas
Gadjah Mada.
unit
Efektivitas
antara
Metode
Penyuluhan dengan Flipchart
Rotegarad, A. (2007).Children in an isolation
Zulkarnain, E dkk, (2010). Perbedaan
parent’s
dan
Menggunakan
Video
Compact Disc (DVD) dalam
informational need. Nursing
Meningkatkan
science
dan Sikap Ibu Hamil terhadap
Simamora, H.R (2009). Buku Ajar
Inisiasi
Pengetahuan
Menyusui
Dini.
Pendidikan dalam Kperawatan.
Diseminar nasional jampersal,
Jakarta : ECG
Jember 26 November 2011.
Sirlan F. Survey pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat di Jawa
12