PENGARUH HIPNOPRESUR SEBAGAI TERAPI INSOMNIA PADA ANGGOTA POSYANDU LANSIA SEHAT SEJAHTERA PRAON RW VII KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA 1)
Bernadeta Kwatrini Widiasih, 2) Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,3) Happy Indri Hapsari,S.Kep.Ns.,M.Kep 1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada 2) Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada 3) Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Abstrak
Insomnia sangat rentan di derita lansia, penanganan insomnia dilakukan dengan cara farmakologis ataupun nonfarmakologis, penanganan insomnia secara non farmakologis dapat dilakukan dengan akupresur dan hipnoterapi. Penelitian ini mengkombinasikan antara hipnoterapi dan akupresur yang diberikan secara bersamaan pada lansia penderita insomnia di Posyandu Lansia Sehat Sejahtera. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas pemberian terapi hipnopresur terhadap insomnia pada anggota posyandu lansia sehat sejahtera. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dari Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale yang telah dimodifikasi. Metode yang digunakan quasi eksperimen dengan pendekatan Pretest-Posttest Design pada 30 orang yang mendapatkan intervensi sebagai kelompok perlakuan dan 30 orang tanpa intervensi sebagai kelompok kontrol. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Berdasarkan penggunaan uji Wilcoxon didapatkan p value (sig.) = 0.000 berarti p value < 0.05 sehingga disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi dengan kelompok kontrol, dan dari hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p value 0,000 berarti p value < 0.05 maka H0 ditolak maka terdapat pengaruh terapi hipnopresur terhadap insomnia pada lansia. Hipnopresur dapat dipertimbangkan sebagai intervensi pada lansia yang menderita insomnia. Kata Kunci Daftar Pustaka
: Lansia, Insomnia, Hipnopresur : 30 (2004-2014)
1
Effect of Hypnopressure as Insomnia Therapy on the Members of Sehat Sejahtera Elderly Integrated Heath Post of Praon RW VII Nusukan Ward Banjarsari Sub-district Surakarta City ABSTRACT The elderly are very susceptible to insomnia. It can be handled by pharmacological and non- pharmacological measures. The latter can be done with acupressure and hypnotherapy. This research combines between the acupressure and the hypnotherapy, which is simultaneously administered to the insomnia elderly at Sehat Sejahtera Elderly Integrated Health Post of Praon. The objective of this research is to investigate the effectiveness of the hypnopressure therapy administration to the insomnia of the members of Sehat Sejahtera Elderly Integrated Health Post. This research used the quasi experimental method with the Pretest-Posttest Design. The samples of research consisted of 60 persons, 30 in the experimental group with intervention and 30 in the control group without intervention. They were taken by using the purposive sampling technique. The data of research were collected through questionnaire of Study Group of Psychiatrics and Biology Jakarta-Insomnia Rating Scale with some modifications. The result of the Wilcoxon’s Test shows that the p-value (sig.) was 0.000, which was less than 0.05, meaning that that there was a significant difference between the experimental group with intervention and the control group without intervention. The result of the Chi-square test shows that the p-value was 0.000, which was less than 0.05. Thus, H0 was rejected, meaning that there was an effect of the hypnopressure therapy on the insomnia of the elderly. Therefore, hypnopressure can be considered as an intervention to the insomnia of the elderly. Keywords : Elderly, Insomnia, Hypnopressure References: 30 (2004-2014) PENDAHULUAN Pada lanjut usia kondisi dan
intelektual),
fungsi tubuh pun semakin menurun
impairment
sehingga semakin banyak keluhan yang
(gangguan
penglihatan
terjadi. Beberapa masalah yang sering
pendengaran),
isolation
(depresi),
muncul pada lanjut usia yaitu immobility
inanition
(malnutrisi),
insomnia
(imobilisasi), instability (instabilitas dan
(gangguan
tidur),
jatuh),
deficiency
(menurunnya
incontinence
intelectual
(inkontinensia),
impairment
(gangguan
infection of
vision
(infeksi), and hearing
hingga
dan
immune kekebalan
tubuh) (Ditjen Binkesmas, 2010).
2
insomnia
Menurut Zhaomin (2006), dalam
pada lansia di Indonesia sekitar 49%
penelitiannya yang pernah dilakukan di
atau 9,3 juta lansia menurut hasil survey
Cina terhadap lebih dari 70 % pasien
epidemiologi (2008). Di pulau Jawa dan
depresi
Bali prevalensi insomnia juga cukup
dilakukan manipulasi dengan penusukan
tinggi sekitar 44% dari jumlah total
akupunktur pada titik LU.7 (Lieque), KI.
lansia, sementara itu pada hasil studi
6 (Zhaohai), BL. 23 (Shenshu), BL. 15
pendahuluan
Posyandu
(Xinshu), BL. 19 (Danshu) dan EX-HN
Lansia Sehat Sejahtera Praon RW 7
16 (Anmian) dan hasilnya mendapatkan
Nusukan, Banjarsari, Surakarta terdapat
bukti
67
manfaat potensial dan dan sangat efektif
Prevalensi
orang
mengalami
kejadian
pada
dari
warga
208
akupunktur
insomnia
memiliki
sebagai pengobatan insomnia. Selain
menderita
akupunktur saat ini juga dikembangkan
mengkonsumsi obat-obatan
akupresur yaitu manipulasi titik-titik
untuk mengatasi gangguan tidurnya.
akupunktur menggunakan jari. Pada
Pengobatan insomnia yang dilakukan
penelitiannya Simoncini et al (2014) di
dalam dunia medis yaitu dengan cara
Turin Italia bahwa akupresur pada titik
pemberian obat-obat tidur dan penenang,
Shenmen (HT. 7) sangat efektif untuk
terapi perawatan lingkungan dan terapi
insomnia dan kelainan tidur pada lanjut
psikologi
usia.
insomnia
lansia
Selama
bahwa
mengalami
ini
beberapa
insomnia.
anggotanya
yang
yang
(Barlow,
2005).
Selain
pengobatan dan terapi dengan cara
Teknik hipnosis sudah diakui
medis, saat ini penanganan insomnia
kehebatannya
telah dilakukan secara multi disiplin
mempengaruhi
diantaranya
seseorang.
Traditionnal
Chinese
sebagai
upaya
untuk
dan
sikap
hipnosis
telah
perilaku
Prosedur
Medicine (TCM) yang menggunakan
digunakan dengan memberikan sugesti
akupunktur, akupressur, herbal, qi gong
secara langsung / Ericksonian Hypnosis.
(Jingsheng,
2006).
Sebagai teknik relaksasi, hipnosis sangat
penatalaksanaan
secara
Selain medis
dan
kedokteran timur, penggunaan hipnosis
efektif
untuk
mengatasi
insomnia
(Gunawan, 2012).
juga terbukti efektif untuk penanganan kasus insomnia (Gunawan, 2007).
3
Pada Lansia,
pengelolaan
salah
prinsip
test dan wawancara sesudah eksperimen
yang
(O2) disebut post test. Pre test dan post
memberdayakan
test dilakukan dengan menggunakan
sumber daya yang ada di masyarakat
kuesioner yang telah ditetapkan, yaitu
atau
Kelompok
diterapkan
satu
Posyandu
adalah
warga
akupresur
Posyandu,
yang
penggunaan
Studi
Psikiatri
Biologi
dipadukan
dengan
Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-
menjadi
sebuah
IRS) yang telah dimodifikasi.
murah,
Populasi dalam
hipnosis
dapat
pengelolaan
insomnia
yang
penelitian
ini
efektif dan aman bagi lansia. Kombinasi
adalah semua lansia warga Posyandu
akupresur
dan
Sehat
hipnopresur
diyakini
hipnoterapi
Sejahtera.Teknik
pengambilan
efektif
sampel ini adalah purposive sampling
untuk mengelola insomnia, selain murah
yaitu pengambilan sampel didasarkan
dan aman penatalaksanaan hipnopresur
pada suatu pertimbangan tertentu yang
dapat dilakukan sendiri oleh keluarga
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
atau masyarakat. Penelitian ini bertujuan
ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah
untuk mengetahui Efektivitas Intervensi
diketahui
Hipnopresur Sebagai Terapi Insomnia
2010) maka sampel dalam penelitian ini
Pada Anggota Posyandu Lansia Sehat
melalui kriteria inklusi dan eksklusi
Sejahtera
adalah sebanyak 30 orang. Adapun
Praon
sangat
atau
RW
7
Nusukan
sebelumnya
(Notoatmojo,
Banjarsari Surakarta ?
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :
METODE PENELITIAN
1.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan PretestPosttest Design. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Efektifitas Pemberian Terapi Hipnopresur Terhadap Insomnia
Pada
Anggota
Posyandu
Lansia Sehat Sejahtera Praon RW 7 Nusukan
Banjarsari
Surakarta”.
Rancangan penelitian ini menggunakan
Kriteria inklusi : a. Lansia berusia 60 tahun atau lebih. b. Dapat mendengar dan melihat dengan baik. c. Mengalami
tingkat
insomnia
ringan/berat/sangat berat. d. Anggota Posyandu Lansia Sehat Sejahtera Praon RW 7 Nusukan Surakarta.
kelompok perlakuan yang diwawancarai
e. Bersedia menjadi responden dan
sebanyak dua kali, yaitu wawancara
mengikuti prosedur penelitian
sebelum eksperimen (O1) disebut pre
sampai
dengan
tahap
akhir.
4
2.
Kriteria eksklusi :
Penderita insomnia usia 60–65 tahun
a. Lansia yang tidak kooperatif, tidak
tersebar pada kelompok perlakuan dan
mengikuti kegiatan Posyandu lansia
kontrol. Yakni sebanyak 21 atau 35%
secara penuh.
penderita berada pada kelompok perlakuan,
b. Mengkonsumsi obat tidur dan herbal
dan sebanyak 17 atau 28% penderita berada pada kelompok kontrol. Kemudian dari 22
dalam 1 minggu terakhir.
penderita berusia 66–70 tahun, sebanyak 9
c. Dimensia Dampak intervensi hipnopresur terhadap
atau 15% penderita berada pada kelompok
lansia penderita insomnia dievaluasi dengan
perlakuan, dan sebanyak 13 atau 22%
cara mengkomparasikan kelompok perlakuan
berada pada kelompok kontrol.
dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat
3. Insomnia Sebelum Perlakuan
intervensi hipnopresur. Pelaksanaan komparasi
Tabel 4.3. Kategorisasi Skor Insomnia Pre test
menggunakan alat bantu statistik uji wilcoxon, Chi Square agar kebermaknaannya dapat dijelaskan.
Perlakuan F %
Kontrol F %
0
0
0
0
Insomnia ringan
7
24%
10
34%
Insomnia berat
19
63%
17
56%
4
13%
3
10%
30
100%
30
100%
Kategori Tidak ada keluhan insomnia
HASIL 1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.1. Pasien Insomnia Berdasarkan
Insomnia sangat berat
Distribusi Jenis Kelamin
Total No 1 2
Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Frekuensi
% Frekuensi
5 55 60
8 92 100
2. Karakteristik Responden Menurut Usia
No 1
Skor
insomnia
sebelum
perlakuan
secara individu pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol mayoritas pada
kategori insomnia berat. Skor insomnia
Tabel 4.2. Pasien Insomnia Berdasarkan
pada kelompok perlakuan sebanyak 63%
Distribusi Usia
sedangkan kontrol sebanyak 56%.
Usia (Tahun) 60 – 65 66 – 70 Total
Frekuensi 38 22 60
% Frekuensi 63 37 100
5
4. Insomnia Setelah Perlakuan
Berdasarkan penggunaan uji Wilcoxon p
Tabel 4.4. Kategorisasi Skor Insomnia Post- test
value (Sig.) < 0.05 maka H0 ditolak dan H1
Perlakuan Kontrol Kategori F % F % Tidak ada keluhan 11 37% 0 0% insomnia Insomnia ringan 18 60% 10 34% Insomnia berat 1 3% 18 60% Insomnia sangat berat 0 0% 2 6% Total 30 100% 30 100% Skor insomnia sesudah perlakuan secara
diterima dan apabila p value (Sig.)> 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan setelah mendapat Hipnopresur menunjukkan nilai p value = 0.000 berarti p value < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,
kelompok
kontrol
mayoritas
berada
pada
kategori insomnia berat (60%) dan insomnia ringan (34%). 5. Beda
Insomnia
sebelum
dan
sesudah
perlakuan pada kelompok perlakuan Tabel 4.5 Insomnia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan Post Pre Tidak Insomnia Insomnia Ringan Insomnia Berat Insomnia sangat Berat
Tidak Insomnia
Insom nia Ringan
Insom nia Berat
Insomnia Sangat Berat
0
0
0
0
p value
pengaruh
terapi
6. Beda insomnia pada kelompok kontrol Tabel 4.6 Insomnia pada kelompok kontrol Post
insomnia ringan (60%)
dan tidak ada keluhan (37%), sedangkan pada
terdapat
hipnopresur terhadap insomnia pada lansia.
individu pada kelompok perlakuan mayoritas berada pada kategori
maka
Pre
Tidak Insomnia Insomnia Ringan Insomnia Berat Insomnia Sangat Berat
Tidak Insom nia
Insom nia Ringan
Insom nia Berat
Insom nia Sangat Berat
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
17
0
0
0
1
2
p value
0.883
Berdasarkan penggunaan uji Wilcoxon p value (Sig.)> 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok
7
0
0
0
4
15
0
0
kontrol yang tidak mendapat Hipnopresur 0.000
menunjukkan nilai p value = 0.883 berarti p value >0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,
0
3
1
0
sehingga tidak terdapat pengaruh pada kelompok kontrol.
6
7. Beda insomnia setelah diberikan perlakuan
kelompok
perlakuan
terdapat
perbedaan
pada kelompok perlakuan dan kelompok
kategori yang menginterpretasikan manfaat
kontrol.
hipnopresur terhadap insomnia lansia. Skor
Tabel 4.7 Insomnia setelah diberikan perlakuan
insomnia pada post test secara individu pada
pada kelompok perlakuan
kelompok perlakuan mayoritas berada pada
Tidak Insomnia
dan kelompok kontrol
Hipnopresur
Kontrol
11
0
5,5
5,5
18
10
Count
Insomnia Berat + Sangat Berat
Count E.Count
keluhan (37%), sedangkan pada kelompok
insomnia berat (60%) dan insomnia ringan
14,0
14,0
1
20
10,5
10,5
Count E.Count
kategori insomnia ringan (60%) dan tidak ada
kontrol mayoritas berada pada kategori
E.Count Insomnia Ringan
p value
0.000
(34%). Wong pemberian
(2011) hipnosis
menyatakan dan
bahwa
akupresur
dapat
dilaksanakan secara bersamaan atau bisa disebut dengan
hipnopresur.
Airosa
et
al
(2011),
menyatakan bahwa pijat dan hipnosis bisa Berdasarkan penggunaan uji Chi Square, jika Chi-square hitung
> Chi-square tabel
atau nilai signifikansi chi-square < 0.05 maka H0 ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal. Karena ada nilai expektasi yang < 5, maka dilakukan penggabungan data antara kategori
insomnia
insomnia
berat.
sangat
berat
Kemudian
menjadi dilakukan
transformasi data dan setelah dilakukan uji Chi square didapatkan nilai expektasi yang > 5 sehingga layak untuk dilakukan Uji Chi Square. Dari hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p value 0.000 berarti p value < 0.05 maka H0 ditolak sehingga terdapat pengaruh terapi hipnopresur terhadap insomnia pada lansia. PEMBAHASAN
meningkatkan kondisi kesehatan pada perawatan emergency dalam mengendalikan emosi, sehingga dapat
menurunkan
menurunkan
rasa
tingkat sakit
stres,
dan
relaksasi,
meningkatkan
kemampuan kerja. Erliana (2008) menyatakan terdapat perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif, menunjukkan adanya penurunan yang siginifikan terhadap insomnia
lansia
sesudah
dilakukan
latihan
relaksasi otot progesif selama 20-30 menit. Intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan akupresur pada titik Nei Guan (PC 6) dan
Shen Men (HT 7) sambil
disugestikan “nyaman” dan “ngantuk”, kemudian pada saat melakukan akupresur pada titik Yin Tang (Extra HN 3) pasien disugesti “tidur”.
Hasil pengukuran insomnia sesudah mendapat
intervensi
hipnopresur
pada
7
Setelah
pasien
tertidur
maka
sugesti
Promotion for Nurses in Emergency Care-a
dilanjutkan dengan mengatakan pada pasien
Qualitative Study. Diakses 2011, dari
bahwa pasien lebih mudah tidur kapanpun
http://www.biomedcentral.com/1472-
dimanapun pasien menginginkannya. Agar pasien
6882/11/83
mudah melakukan terapi sendiri maka pasien dibuatkan anchor dengan menarik nafas panjang dan berkata dalam hati “tidur” sambil memijat pergelangan tangan searah kelingking. Perlakuan diberikan kepada lansia yang mengalami insomnia sebanyak 3 kali selang 1 minggu. Penggabungan hipnosis dan akupresur mampu menurunkan skala insomnia lebih efektif dan lebih cepat. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden berjenis kelamin
Amir, Nurmiati. (2007). Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No. 157. Barlow, D.H & Durannd,V.M.(2005). Abnormal Psychology An Integrative Approach. United States of America: THOMSON WADSWORT. Candra. (2013). Diagnosis dan Penanganan Insomnia Kronik. Denpasar: Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSU Pusat Sanglah
perempuan sebanyak 92%; sebagian besar responden berusia 60-65 tahun sebanyak 63%. 2. Sebagian besar responden mengalami insomnia berat sebelum perlakuan, pada kelompok
Carotenuto,M., Gallai,B.,Parisi,L.,Roccella,M., dan Esposito,M. (2013). Acupressure therapy for insomnia in adolescents: a polysomnographic study. Neuropsychiatric Dis Treat, 9,157-162
perlakuan sebanyak 63%, pada kelompok kontrol
sebanyak
56%;
sebagian
besar
responden mengalami insomnia ringan setelah diberikan perlakuan sebanyak 60% dan tidak ada keluhan insomnia sebanyak 37%. 3. Ada beda insomnia sebelum dan sesudah
Depkes R.I. (2006). Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga. Depkes. (2009). Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 20072011. Departemen Kesehatan RI.
perlakuan pada kelompok perlakuan dengan p value = 0.000 dan tidak ada beda insomnia pada kelompok kontrol dengan p value = 0.883. 4. Ada beda insomnia setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai p value 0.000. DAFTAR PUSTAKA Airosa, F., Anderson, S., Falkenberg,T., Forsberg, C.,
Hornell,E.,
et
al.(2011).
Tactile
Depkes RI. (2010). Pedoman Puskesmas Santun lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Dirjen Binkesmas. Ditjen Binkesmas. (2010). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta. Erliana, E., Haroen, H., Susanti, R., (2008). Perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif (progresif muscle relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Universitas Padjajaran Bandung
Massage and Hypnosis as a Health
8
Gooneratne, N. (2009). Complimentary and Alternative Medicine for Sleep Disturbances in Older Adults. Clinical Geriatri Journal. 24(1):121-viii Green, W. (2009). 50 Hal Yang Bisa Anda Lakukan Hari ini untuk Mengatasi Insomnia. Jakarta: PT Elex Media Koputindo. Gunawan, A.W. (2007). Hypnosis: The Art of Subconscious Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gunawan, A.W. (2012). The Miracle of MindBody Medicine; How to use your mind for better health. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jaya, Novian Tri Widia. (2010). Hypnoteaching: bukan Sekedar Mengajar. Bekasi: D’ Brain. Jingsheng, Zhao.(2006). Chinese Acupuncture and Moxibustion. House of Shanghai University of Traditional Chinese Medicine. Marchira,C., Wirasto,R., Sumarni. (2007). Pengaruh Faktor-faktor Psikososial dan Insomnia terhadap Depresi pada Lansia di kota Yogyakarta. Yogyakarta: Bagian/SMF Kedokteran Jiwa FK UGM/ RS Dr. Sardjito Montgomery,G., Hallquist,M., Schnur,J., David, D., Silverstein,J., dan Bovbjerg,D. (2011). Mediators of a brief hypnosis intervention to control side effects in breast surgery patients: Response expectancies and emotional distress. J Consult Clin Psychol, 78(1):80-88
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT Elex media Komputindo Saputra. (2005). Akupunktur Indonesia : Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga University Press. Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2008). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Simocini, M., Gatti, A., Quirico, PE., Balla, S., Capellero, B., et al.(2014). Acupressure in insomnia and other sleep disorders in ederly institusionalized patients suffering from Alzheimer’s disese. Aging Clinical Journal Sulaiman.(2014). The Effectiveness of Self Hypnosis to Overcome Insomnia: A Case study. Online published: January 24, 2014 URL: http://dx.doi.org/10.5539/ijps.v6n1p45 Ullet, George. (2006). Principles and Practice of Physiologic Acupuncture. U.S.A. St. Louis, Missouri. Wong, M. Ferry. (2011). Hipnopunktur. Jakarta : Penebar Plus World Health Organization. (2007). International Statistical Classification of Disease 10th revision (ICD-10) [online]. Available: http://apps.who.int/classifications/apps/icd/i cd10online/.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Yankestrad. (2011). Modul Pelatihan Akupresur Nasional. Jakarta: Kemenkes R.I.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:
Zhaomin. (2006). Chinese acupuncture and Moxibustion. Shanghai University.
9
10