POTRET PENGELOLAAN Taman Nasional BUKIT BAKA BUKIT RAYA
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
KATA PENGANTAR KEPALA BALAITAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang tinggi, diantaranya hutan yang masih alami, sumber tata air, keanekaragaman flora fauna, dan lain sebagainya yang berfungsi menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk mencapainya, TNBBBR telah melakukan kegiatan-kegiatan pengelolaan yang ditujukan pada upayaupaya
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
keanekaragaman
hayati,
perlindungan dan pengamanan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kapasitas SDM pengelola yang dilakukan secara sinergis dan berkesinambungan. Penyusunan Buku “Potret Pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya” dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas mengenai upaya dan hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh TNBBBR dalam melaksanakan pengelolaan kawasan. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun atas upaya, kerja keras dan ketekunan dalam menyusun buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Sintang, Maret 2012 Kepala Balai
Dr. Ir. Widada, MM
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 KATA PEN G AN TAR TIM
PEN Y U SU N
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku ini dapat diselesaikan. Penyusunan Buku Potret Pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi mengenai keberadaan, potensi dan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dalam mendukung kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, diantaranya melalui kegiatan Pengelolaan Keanekaragaman hayati, Perlindungan Hutan, Pembinaan Daerah Penyangga, Bina Cinta Alam, Pengelolaan jasa Lingkungan, dan Pemantapan kawasan. Tim Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (Dr. Ir. Widada, MM), atas dorongan dan bimbingannya sehingga buku ini dapat diselesaikan. Akhir kata, semoga buku ini memberikan manfaat sebesar-besarnya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
ii
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 DAF TAR ISI
K ata P engantar K epala Balai TNBBBR K ata P engantar a ar si a ar a el a ar am ar a ar rafik a ar ampiran . enda l an . atar elakang . j an . ang ingk p . engenal aman asi nal kit aka kit aya . ejara aman asi nal kit aka kit aya . isi isi dan j an . ksesi ilitas . tensi k sistem . tensi l ra dan a na . tensi isata . jek isata . idya isata . isata inat s s . isata daya . arakteristik a asan . sial k n mi asyarakat ekitar aman asi nal . epend d kan . daya . ata en a arian end d k . erniagaan l kal . ersepsi asyarakat ekitar a asan er adap . elem agaan . rganisasi dan . arana dan rasarana . engel laan eanekaragaman ayati
iii
i ii iii v i v ii v iii ix 1 1 2 2 3 3 4 6 7 9 1 6 1 6 20 21 23 28 3 2 3 2 3 3 3 5 3 5 3 6 3 7 3 7 4 3 4 7
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 . n entarisasi l ra . egiatan n entarisasi m an tn tani . egiatan eningkatan leksi m an ias . egiatan n entarisasi dan dentifikasi nggrek . n entarisasi a na . egiatan dentifikasi enis r ng . egiatan n entarisasi arakteristik a itat rang tan . egiatan n entarisasi p lasi rang tan . egiatan n entarisasi p lasi nggang . egiatan n entarisasi rimata . egiatan n entarisasi a a . n entarisasi tensi asa ingk ngan . erlind ngan tan . angg an a asan . enam angan mas anpa jin . eram a an a asan . ene angan iar . er r an . e akaran tan dan a an . paya erlind ngan tan . endekatan re emtif re entif dan epresif . engamanan a asan . engendalian e akaran tan . eningkatan arpras dan . em inaan aera enyangga . j an . ent k egiatan . elati an ira sa a ani . ant an i it anaman ngg lan . eny l an nser asi . sialisasi m an at a iar . ina inta lam . j an . ent k egiatan . em ent kan ader nser asi . endidikan ingk ngan id p
iv
4 7 4 8 5 0 5 1 5 2 5 2 5 4 5 5 5 6 5 8 5 9 6 0 6 3 6 3 6 4 6 5 6 7 6 7 6 8 6 9 6 9 6 9 7 1 7 7 7 9 7 9 80 80 81 82 85 87 88 89 89 89
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 . ema erja nser asi . isit l . engel laan jasa ingk ngan . emanfaatan ir . emanfaatan isata lam . emanfaatan nt k enelitian dan endidikan . emantapan a asan . emantapan ata atas a asan . enataan nasi . emantapan rdinasi dan erjasama . eng atan ata ase dan nf rmasi a ar staka
v
89 9 0 9 2 9 2 9 3 9 3 9 4 9 4 9 5 9 6 9 6 9 8
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
. . . . . .
a el ksesi ilitas en j a asan ilaya al ar ksesi ilitas en j a asan ilaya alteng e aran esa dan mla end d k di ekitar endidikan dan elati an yang iik ti ega ai arana dan rasarana nf rmasi dan m nikasi a ar peralatan emen t yang terdapat di
vi
alaman 7 7 3 3 4 1 4 4 4 5
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
. .
am ar tr kt r rganisasi ilaya erja
alaman 3 8 3 9
vii
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
. .
rafik mla ega ai erdasarkan ingkat a atan e aran ega ai erdasarkan l ngan
viii
ang
alaman 4 0 4 0
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
. .
ampiran ata ega ai arana dan rasarana
erkini ilisasi
ix
alaman 1 0 0 1 0 2
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
PENDAHULUAN
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) merupakan kawasan pelestarian alam yang menjadi perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dunia. Beraneka ragam sumberdaya alam hayati, ora, fauna dan ekosistem menciptakan keseimbangan yang secara alami menyusun tiap jengkal kawasannya. Kekayaan kehati beserta fungsi vital kawasan TNBBBR sebagai satu kesatuan sistem penyangga kehidupan merupakan potensi yang sangat luar biasa untuk dikembangkan pemanfaatannya pada masa yang akan datang.
1
1
Pendahuluan
A. L atar Bel ak ang
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Kehutanan yang diberi mandat pengelolaan kawasan TNBBBR, memiliki tanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengamanan, pemanfaatan dan pengawetan SDA serta Pemberdayaan Masyarakat di sekitar kawasan penyangga. Rangkaian upaya pengelolaan kawasan tersebut bermuara pada tujuan terwujudnya pengelolaan kawasan yang mantap secara ekologis dan berperan ekonomis bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan sebuah pengelolaan kawasan yang mantap BTNBBBR mengedepankan pengelolaan partisipatif dengan prinsip kolaborasi bersama berbagai pihak terkait pengelolaan kawasan dan pengembangan daerah penyangga di sekitarnya. Upaya pengelolaan kawasan TNBBBR menjadi sebuah amanah yang tidak bisa dikatakan mudah terlebih dihadapkan pada berbagai tantangan pengelolaan yang akan terus dihadapi. Melihat kenyataan bahwa untuk lebih dapat meningkatkan prestasi kinerja BTNBBBR sebagai lembaga pengelola kawasan dipandang perlu untuk mendokumentasikan alur pengelolaan yang merangkum jenis kegiatankegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan fakta tersebut buku Potret Pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya” disusun sebagai sebuah pustaka pengelolaan TNBBBR.
B. Tujuan Penyusunan Buku Potret Pengelolaan TNBBBR ini bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai keberadaan, potensi dan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dalam mendukung kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya kepada masyarakat luas.
C. R uang L ingk up
Pendahuluan
Ruang lingkup penulisan buku Potret Pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya” ini adalah kegiatan-kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya hingga tahun serta kegiatan yang direncanakan dalam tahun .
2
MENGENAL TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA
A.Sejarah Taman N asional Buk it Bak a Buk it R ay a Ikhwal terbentuknya Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terjadi karena penggabungan dari kedua Cagar Alam, yakni Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Cagar Alam Bukit Raya ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 409/Kpts/Um/6/1978 tanggal 6 Juni 1978 dengan luas kawasan 50.000 Ha, yang selanjutnya mengalami pertambahan luasan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 781/Kpts/Um/12/1979 tanggal 17 Desember 1979 menjadi 110 Ha. Sedangkan Cagar Alam Bukit Baka ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
2
3
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Nomor : 1050/Kpts/Um/12/1981 tanggal 24 Desember 1981 dengan luas 100.000 Ha. Tahun 1982 terdapat penambahan luasan menjadi 116.093 Ha berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 757/ Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982. Selanjutnya pada tanggal 9 Juni 1987 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 192/KptsII/1987, Cagar Alam Bukit Baka mengalami pengurangan hingga luas kawasan menjadi 70.500 Ha.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 281/KptsII/1992 tanggal 26 Pebruari 1992, Cagar Alam Bukit Baka dan Cagar Alam Bukit Raya di gabung dan beralih status menjadi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dengan luas kawasan 181.090 Ha. Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya secara geografis terletak di antara koordinat 3Bujur Timur dan Lintang Selatan. Secara administrasi pemerintahan, kawasan konservasi ini terletak di 2 (dua) propinsi yaitu Propinsi Kalimantan Barat di bagian Utara kawasan dan propinsi Kalimantan Tengah di bagian Selatan kawasan. Bagian utara kawasan termasuk dalam 3 wilayah kabupaten, yaitu wilayah Pemerintahan Kabupaten Sintang yang meliputi 2 (dua) wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Serawai dan Kecamatan Ambalau, dan wilayah Kabupaten Melawi meliputi Kecamatan Menukung. Sedangkan bagian Selatan kawasan meliputi wilayah Kecamatan Katingan Hulu, Kecamatan Marikit, Kecamatan Petak Malai dan Kecamatan Bukit Raya yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Katingan.
B.V isi, M isi dan Tujuan Visi merupakan cita – cita yang ingin dicapai di masa depan oleh organisasi untuk menjamin kelestarian dalam pengelolaan dan kesuksesan jangka panjang. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi organisasi untuk menentukan arah kebijakan dalam pengelolaan yang diinginkan. Visi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dalam rangka mendukung pengelolaan adalah : “ Terwujudnya Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Y ang Lestari, Mandiri Dan Bermanfaat Bagi Para Pihak” .
Kelestarian yang dicita-citakan mencakup kelestarian kawasan secara spatial, kelestarian keragaman hayati dan sosial budaya, serta kelestarian bentang alam dan landskap kawasan. Pengelolaan kawasan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya internal
4
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 maupun eksternal. Sepanjang perjalanan waktu, ketergantungan kepada sumber daya eksternal sedikit demi sedikit dikurangi sampai akhirnya tercapai kemandirian yang optimal. Kemandirian yang diinginkan tidak menjurus kepada egoisme maupun ego-sektoral.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh organisasi dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi. Selain itu, misi juga merupakan kumpulan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan konsepsi ideal didalam penjabaran visi. Rumusan misi pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya mencakup : 1. Memantapkan kelembagaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya 2. Memantapkan penataan kawasan Taman Nasional 3. Memantapkan partisipasi dan kolaborasi para pihak 4. Memantapkan perlindungan dan pengamanan kawasan 5. Memantapkan pemanfaatan sumberdaya ekosistemnya secara berkelanjutan.
alam
hayati
dan
Dalam pencapaian visi dan misi tersebut, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya mempunyai tujuan dalam pengelolaannya, yaitu : 1. Mewujudkan perlindungan dan pengamanan kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang efektif dan kondusif. 2. Mewujudkan penataan kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang definitif.
5
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan selalu memperhatikan manfaat langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan masyarakat dan kepentingan para pihak. Yang dimaksud dengan para pihak adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian, atau kepentingan terhadap eksistensi kawasan pelestarian alam taman nasional ini. Para pihak dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kelompok masyarakat, perorangan baik lokal, nasional, maupun internasional, LSM, B MN/B MD, B MS, perguruan dan pendidikan, lembaga ilmiah dan media massa. Eksistensi taman nasional harus mampu memberikan manfaat terutama kepada para pihak yang paling dekat keberadaannya terhadap kawasan dan pengelolaannya. Konsepsi ini yang mendasari upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan konservasi.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 3. Memperkuat upaya pemberdayaan masyarakat yang partisipatif. 4. Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi para pihak. 5. Mengoptimalkan pemanfaatan secara lestari sumber daya kawasan, jasa lingkungan dan pariwisata alam. 6. Memperkuat aspek kelembagaan mencakup sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta pembiayaan untuk optimalisasi pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
C. Ak sesib il itas
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Bagi masyarakat pedalaman, sungai sudah menjadi urat nadi untuk menjangkau ke tempat lain. Demikian pula dengan keadaan jalur transportasi untuk mencapai kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang umumnya menggunakan sarana transportasi sungai, seperti speed boat, long boat, klotok, sampan dan sebagainya. Tetapi ada sebagian kecil kawasan yang dapat di jangkau dengan memanfaatkan sarana transportasi darat, seperti kawasan yang berbatasan langsung dengan wilayah Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dengan menggunakan jalan angkutan (main road). Lebih jelasnya mengenai aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional Bukit BakaBukit Raya dapat dilihat seperti padaTable 1 berikut dibawah ini :
6
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Tabel 1. Aksesibilitas Menuju Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya Wilayah Kalimantan Barat No
Rute Pontianak - Ng.Pinoh
1 2
Ng. Pinoh - Logpond PT. SBK
3 4
Logpond PT. SBK - TN.
5
BB- BR ( resort belaban ella)
6
Ng. Pinoh - Mwg. Mentatai - TN. BB- BR
7
Ng. Pinoh - Serawai Serawai - Jelundung
Jarak ( KM)
Sarana Transportasi
Waktu Tempuh
400
bus
10
80
bus
2
45
darat/ speedboat
2
25
darat
1’5
-
speedboat/ longboat
5
speedboat
5
longboat
6
-
Keterangan jalan raya jalan raya jalan/ sungai jalan HPH sungai sungai sungai
Sumber : Laporan Tahunan,
No
Rute
Jarak ( KM)
Sarana Transport
Waktu Tempuh
Keterangan
1
Palangkaraya - Kasongan
85
bus
1,5
jalan raya
2
Sampit - Kasongan
100
bus
2
jalan raya
3
Kasongan - Tb. Samba
-
longboat
3,5
sungai
4
Tb. Samba - Tb. Hiran
-
longboat
4
sungai
5
Tb. Hiran- Tb. Senamang
-
longboat
2
sungai
6
Tb. Senamang - TNBBBR
-
longboat
3
sungai
Sumber : Laporan Tahunan,
D.Potensi E k osistem Bentuk lapangan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) terdiri atas dataran, perbukitan dan pegunungan. Ketiga bentuk lapangan ini kemudian membentuk keanekaragaman tipe ekosistem dengan beragam vegetasi yang mencirikannya. Keanekaragaman dari tipe ekosistem yang terdapat di dalam kawasan TNBBBR secara umum terbagi dalam empat tipe ekosistem, yaitu:
7
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Tabel 2. Aksesibilitas Menuju Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Wilayah Kalimantan Tengah
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
a. Ekosistem hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, terletak pada ketinggian 100-1.000 m dpl, diperkirakan luasnya mencapai 115.070 Ha atau sekitar 46% .
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
b. Ekosistem hutan perbukitan, terletak pada ketinggian 1.000-1.500 m dpl, diperkirakan seluas 58.489,26 Ha atau 23,6% . c. Ekosistem hutan pegunungan terletak pada ketinggian di atas 1.500 m dpl, tipe ekosistem tersebut seluas 6.930 Ha atau 30% . d. Ekosistem hutan lumut, vegetasi lumut terdapat pada puncakpuncak bukit, terletak pada ketinggian 2.000 m dpl ke atas atau 100-200 m ke bawah puncak gunung yang memiliki ketinggian 1500– 2000 m dpl. Berdasarkan penyebaran jenis dan suku pohonnya, hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya cenderung membentuk 5 tipe hutan, yaitu : a. H utan Dipteroc arpac eae Tumbuh pada kawasan dengan topografi datar hingga bergelombang dibagian Selatan dan Utara Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya dengan ketinggian 100 – 1.000 m dpl. Jenis yang mendominasi suku Dipterocarpaceae sebagian besar didominasi Shorea dan selebihnya Hopea, Dipterocarpus dan Vatica. b . H utan Campuran Dipteroc arpac eae dan Agath is Hutan Agathis yang diwakili Agathis borneensis pada ketinggian 250 – 700 m dpl, tipe hutan ini tumpang tindih dengan tipe hutan
8
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Dipterocarpaceae sehingga seolah-olah membentuk satu tipe hutan, dan kelompok Agathis ini menyebar dalam bentukkelompok-kelompok didalam hutan Dipterocarpaceae. c . H utan M y rtac eae ( Kerangas) Pohon dengan ketinggian kurang dari 25 m, didominasi jenis Myrtaceae yang menyebar dibagian atas punggung-punggung bukit. d. H utan Podoc arpus Didominasi marga Podocarpus yang relatif besar dan dapat mencapai diameter hingga 100 cm serta ketinggian 40 m. Terletak diketinggian 1500-1600 m dpl dan tergolong unik karena berada diantara dua tipe hutan Kerangas yang perawakannya relatif sama dan berukuran lebih kecil dibandingkan struktur pohon di zona Podocarpus. e. H utan E ric ac eae Terletak di puncak perbukitan, seperti Bukit Raya. Tipe ini dicirikan oleh adanya jenis dari suku Ericaceae seperti Rhododendron spp, Diplyclosia spp dan Vaccinium spp. Tipe ini juga dicirikan dengan pohon-pohon kerdil dengan tinggi kurang dari 10 m, dengan hampir seluruh permukaan batang ditutupi lumut dan memiliki lapisan gambut tebal.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
E . Potensi F l ora dan F auna 1 . F l ora Keanekaragaman jenis ora di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya sangat tinggi serta mempunyai ciri khas vegetasi reofit dan vegetasi perbukitan. Nooteboom (1987) menemukan 817 jenis dalam 139 famili. James K Jarvie et al. (1996) menemukan 154 species dari 357 marga dari 135 famili. Berdasarkan data dari Puslitbang Biologi (1994), vegetasi penyusun hutan dataran rendah terdiri dari jenis khas dan umum yang tersebar di sepanjang sungai Jelundung, sungai
9
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Serawai dan sungai-sungai kecil lainnya. Jenis-jenis khas tersebut diantaranya: Dipterocarpus oblongifolius, Salacca za lacaa, Nueclea rivularis, Osmoxy lon helleborium, Pinanga rivularis, Saurauria angustifolia, Dipteres lobiana, Asplenium sabaq uatile, Tectaria hosei dan Bolbitis sinuatar. Jenis umum antara lain: Pandanus sp., Elaeocarpus glaber, F icus ribes, F icus microcarpa, F icus macrostyla, Michelia sp., Arthocarpus altilis, Pometia pinata, Pterospernum sp., ododendron sp e era sp., Dillenia beccariana, Lithocarpus cooertus dan Knema sp. Vegetasi pohon yang mendominasi pada ketinggian 250-700 m dpl adalah famili Dipterocarpaceae yang dikenal banyak memiliki jenis bernilai ekonomi tinggi, terutama marga Shorea spp, Hopea spp serta Agathis borneensis. Pada ketinggian 700 – 1.000 m dpl, selain didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, juga ada famili Myrtaceae, Sapotaceae, Lauraceae dan Euphorbiaceae. Di ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl, terdapat hutan kerangas yang didominasi oleh jenisjenis dari famili Myrtaceae, terutama jenis Syzi gium rhamphiphyllum, Syzi gium rosttratum dan Syzi gium lineatum. Pada ketinggian 1.200 hingga 1.600 m dpl ditemukan campuran tipe hutan Podocarpus dan Kerangas dengan komposisi famili Podocarpaceae, Euphorbiaceae, Sapotaceae, Lauraceae dan F agaceae. Di ketinggian 1.600 m dpl ke atas, jenis-jenis pohon yang mendominasi pada daerah ini yakni dari famili Ericaceae, antara lain Rhododendron nervulosum, Rhododendron guadrasianum, Rhododendron verticillata, Vaccinium claoxyl on dan Vaccinium clementi. Selain famili Ericaceae, terdapat juga famili lain seperti Rubiaceae seperti Hedyotis sp., Randia sp dan Urophyllum sp. Selain jenis-jenis yang mendominasi tersebut, jenis pohon lain yang dapat ditemukan di tipe hutan ini diantaranya adalah: Leptospernum aves ens ant o rtus sp ri a avani a e asto a sp i us discoidea, Rubus alpestris, Polysoma sp., Burmannia longifolia, serta jenis palma dan liana seperti C alamus javensis dan Nephenthes
10
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 ephippita. Berbagai jenis tumbuhan juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari, selain digunakan sebagai bahan bangunan seperti Kelansau (Dryobalanops sp), Resak (Vatica rasak) dan Meranti (Shorea sp), juga untuk bahan kerajinan seperti Pelaik (Alstonia sp), Rotan (Daemonorops sp), dan Pandan (Pandanus sp). Untuk keperluan pelengkap upacara adat dan sosial, jenis tumbuhan yang biasa digunakan diantaranya Ulin (Eusideroxylon zwageri), Dahak (Cordyline fruticosa), Kelapa (Cocos nucifera), Pisang emas (Musa sp), Tebu Merah (Saccharum officinarum), dan Sambung maut ( odiaeum sp). Sebagai bahan obat-obatan masyarakat diantaranya menggunakan Eurycoma longifolia (Pasak Bumi) dan Evodia sp (Seloang Belum) sebagai obat kuat, daun Bungon Pemaceh (Psychotria sp) sebagai obat kontrasepsi serta buah Mucuna biplicata (Ramoy) yang digunakan sebagai obat diare.
Keanekaragaman jenis satwa yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dapat dikatakan sangat tinggi, hal ini tercermin dari survey yang dilakukan pada jalur jalan patroli menuju ke Bukit Raya, jenis satwa yang berhasil di data yaitu berjumlah 221 jenis yang terdiri dari 65 jenis mamalia, 140 jenis aves (burung), 9 jenis reptilia, dan jenis amfibia. Dari sepuluh hari e plorasi ragam burung pada sekitar jalur patroli Bukit Baka (prasurvey, 2008), ditemukan 108 jenis termasuk didalamnya 32 jenis yang dilindungi. Himakova (2008), di sekitar jalur patroli Bukit Baka menginventarisir 28 jenis mamalia, 84 jenis burung, terdiri dari 28 suku dan 64 marga, 61 jenis herpetofauna yang terdiri dari jenis amfibi dari famili dan 3 jenis reptil dari famili, dan tercatat pula 40 jenis kupu-kupu dalam 4 famili, yaitu papilionidae (4 jenis), nymphalidae (20 jenis), pieridae (10 jenis) dan lycaenidae (6 jenis). M amal ia Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya yang terletak di jajaran pegunungan schwaner dan secara geografis hampir tepat di tengah pulau Kalimantan, menjadikan kawasan pelestarian alam ini sebagai daerah jelajah (range) serta tempat mencari makan dan tempat tinggal jenis-jenis mamalia borneo. Jenis mamalia yang ada di TNBBBR antara lain adalah Orangutan (Pongo pygmaeus), Owa Kelawet ( ylobatesmuelleri), Owa ngko ( ylobates agilis), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Singapuar/Tarsius (Tarsius bancanus), Kukang/
11
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
2 . F auna
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
malu-malu (Nycticebus coucang), Macan dahan (Neofelis nebulosa),
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Landak raya (Hystrix brachyura), Landak butun (Hystrix crassispinis), Babi berjenggot (Sus barbatus), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Trenggiling peusing (Manis javanica), Pelanduk kancil (Tragulus javanicus), Pelanduk napu (Tragulus napu) Kijang muncak (Muntiacus muntjac), Rusa Sambar (C ervus unicolor), berbagai jenis bajing, tupai, jelarang dan musang.
Burung ( Av es) Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga kaya akan jenisjenis burung dan merupakan habitat penting bagi beranekaragam burung yang dilindungi di Kalimantan. Data terakhir (Himakova, 2008) menyatakan bahwa Bukit Baka memiliki enam jenis Enggang/ Rangkong dari tujuh jenis enggang famili Bucerotidae yang dilindungi di Kalimantan (Mardiastuti & Julia, 2008). Keenam jenis enggang dimaksud adalah Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus), Julang Jambul-hitam (Aceros corrugates), Julang Emas (Aceros undulatus), Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dan Rangkong Gading (Buceros vigil). Kelima jenis enggang lainnya merupakan Appendix II, jenis terakhir merupakan jenis burung yang dilindungi ndang-undang Satwa Liar Indonesia dan termasuk “ appendix” I CITES, yaitu Rangkong Gading. Jenis rangkong hanya dapat bersarang dan berkembangbiak pada pohon-pohon besar dan tinggi, kehadiran rangkong menandai masih utuhnya habitat di dalam kawasan ini. Terdapat suku lainnya yang memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu
12
Pycnonotidae sebanyak 6 jenis. Data terakhir juga menyebutkan terdapat 7 jenis burung yang merupakan endemik kawasan Kalimantan, 19 jenis burung yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999, 5 jenis burung dari suku bucerotidae termasuk kedalam Appendix II dan 1 jenis termasuk ke dalam Appendix I (Himakova 2008). Sebagian besar jenis burung yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya tersebar luas di seluruh kawasan dari ketinggian 100-1.500 m dpl dan untuk 1.500 m dpl ke atas hanya pada jenis-jenis tertentu saja. Pada beberapa tempat di sepanjang jalan patroli serta di punggung-punggung perbukitan kecil sering ditemukan tempat bermain Burung Ruai (Argusianus argus). Menurut informasi dari masyarakat, Burung Sengayan (Rollulus rouloul) yang tercatat di ” Red data Book IUCN” dan Burung Buah (Lophura ignita) banyak ditemukan saat musim buah tengkawang. Hal yang cukup menarik dari jenis-jenis burung yang terdata antara lain adalah ditemukannya 2 jenis burung yang tergolong new record untuk Indonesia yaitu Punai Imbuk (C halcohap indica) dan Uncal Merah (Macropygia Phasianella) di samping itu dalam suatu survey tersebut tercatat 8 jenis burung endemik Borneo dan 52 jenis burung yang dilindungi baik peraturan perundangan Satwa Liar Indonesia maupun CITES. H erpetofauna Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga memiliki potensi herpet yang cukup tinggi dan sebagian termasuk dalam jenis-jenis langka. Penelitian yang cukup penting berhasil menemukan Capapuya (Barbourula kalimantanensis) species katak yang sudah dalam katagori Kritis (C ritically Endangered). Katak tersebut merupakan katak terkecil di dunia yang tidak memiliki paru-
13
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
paru (Bickford et al, 2007). TNBBBR dan areal sekitar PT. Sari Bumi Kusuma (wilayah sekitar TNBBBR bagian Kalbar) merupakan habitat utama dari populasi katak tanpa paru-paru (Mistar, 2008). Species ini sangat sensitif terhadap perubahan ekosistem dan tidak mampu hidup di air yang keruh. Jenis katak ini merupakan bioindikator lingkungan yaitu air. Selain itu eksplorasi herpetofauna ditemukan langsung di TNBBBR adalah terdapat jenis amfibi yang termasuk ke dalam status near treathened (NT) menurut IUCN dan hanya ada 1 jenis yang berstatus Vulnerable ( ), sedangkan sisanya merupakan amfibi yang mempunyai status Least C oncern (L ). ntuk reptil, terdapat jenis dari famili yang termasuk dalam kategori Appendix II CITES, jenis-jenis tersebut adalah Amyda cartilaginea, Heosemys spinosa, Malayemys subtrijuga dan Ortilia borneensis. Eksplorasi jenis herpet menunjukkan bahwa Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya banyak memiliki jenis-jenis yang unik dan langka, misalnya saja untuk bangsa Anura (Kodok dan Katak) yaitu seperti Megophrys Nasuta (Katak Bako) yang memiliki kelopak mata dan kulit hidung yang mencuat ke atas sehingga seolah-olah katak tersebut mempunyai 3 buah tanduk di atas kepalanya. Lain lagi dengan Kalophrtirtus pleurostigma yang mempunyai warna sangat menarik yaitu separoh badan bagian bawahnya berwarna merah hati dan separoh bagian atas berwarna coklat krem yang cerah memiliki kelenjar perekat pada kulitnya.
Berbagai jenis reptilia yang terdapat di kawasan diantaranya Ular, Kadal dan kura-kura darat. Berbagai jenis ular (Phyton reticulatus/ Ular Sanca Bodo, Trimeresurus puniceus/Ular Bandotan Puspa dan Dryophis prasinus/Ular Pucuk) serta kadal (Varanus bornensia/Biawak Kalimantan, Varanus salvator/Biawak Abu-abu, Varanus prasinus/ Biawak Hijau, Galotes jubatus/Bunglon, Draco volans/Bunglon Terbang, dan Mabuya sp/Bengkarung) dapat ditemukan pada hutan
14
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 dataran rendah sampai daerah perbukitan. Kura-kura pernah ditemukan pada ketinggian 700 m dpl di daerah Bukit Baka.
Selain herpet TNBBBR juga memiliki potensi serangga yang cukup tinggi. Pada tajuk-tajuk pohon banyak terdapat serangga ranting dan daun (Phasmida) sepertiBactrododerma aculiferum (Belalang Ranting) dengan bentuk yang bervariasi, serta begitu juga halnya dengan Serangga Daun (Phyllium spp.) dapat berubah warna tergantung kelembaban dan bentuk daun pohon yang didiaminva. Di tengah-tengah rimbunnya pepohonan akan selalu terdengar berbagai macam bunyi serangga dan yang paling dominan adalah suara dari jenis jenis Tongeret (Orzc otzl mpana spp.) dan Jangkrik (Hornoegryllus spp.). Jenis-jenis serangga yang dapat ditemukan di sepanjang sungai yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Bukit Bakit Bukit Raya yaitu berbagai jenis dari bangsa Capung (Odonata) seperti Sibar-sibar Betina (Anax parthenope), Sibar-sibar Putih Susu (Orthetrccm sp.), Sibar-sibar Cincin Mas (C ordulegastor boltonir), Sibar-sibar Raja (Anax imperatorj, dan Sibar-sibar Merah Hitam yang bersal dari suku Libelluliadae. Jenis Sibar-sibar yang sangat menarik adalah Sibar-sibar Hijau (Lestes sponsa) vang mempunyai tubuh ramping dan berwarna zamrud dengan sayap mengkilap apabila tertimpa matahari. Sepanjang sungai yang berbatu-batu sering terlihat kupu-kupu jantan dari berbagai jenis menghisap air yang menetes dari sela-sela batu. Selain itu, jenis kupu-kupu yang dapat ditemukan dikawasan TNBBBR antara lain adalah Papilio nephelus, Trogonoptera brookiana, C hupa erymanthis, a esis orsfi e di pt i a n nias pt i a pando us Appias n ida Eurema hecabe, Eurema sari, Hebomia glaucippe dan Pareronia valeria. Famili Nymphalidae merupakan jenis yang paling dominan ditemukan. Selain tersedianya vegetasi pakan di kawasan TNBBBR juga didukung oleh kondisi udara yang bersih dan cahaya matahari yang cukup. Cahaya sangat diperlukan oleh kupu-kupu yang merupakan satwa berdarah dingin. Cahaya akan memberikan energi panas sehingga suhu tubuhnya meningkat dan metabolisme tubuh lebih cepat. Trogonoptera brookiana dari famili papilionidae merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan serta dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 576/Kpts/Um/8/1980 dan Peraturan Pemerintah No.
15
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Serangga, Kupu- k upu dan Ik an
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 7 Tahun 1999 (Noerjito, 2001) dan didaftarkan dalam Appendix II dari CITES (CITES, 2005). Sedangkan jenis ikan yang sering ditemui, yaitu dari family Cypriniciae, dengan jenis-jenis: seluang (Osteochilus spilurus), baung (Mystus micracanthus), adung (Hampala macrolepidota), Puntiopliotes waandersi, Lambocheilos bo, Lambocheilos lehat, Tor tambra, Hampala banaculata, Puntioplites waandersi, C helonodon patoca dan Famili Crustaceae, terdiri dari Potomidae dan Palacomonidae, dengan jenis-jenis Macrobracium sp. dan Pilimanus sp. Berdasarkan survey (2008), di wilayah TNBBBR bagian Kalbar diketahui bahwa spesies ikan didominasi oleh Familia Cyprinidae yaitu sebanyak 58,82.% . Species dominan yang ditemukan pada semua stasiun adalah ikan semah (Tortambra), Neogastromyz on nieuwenhuisii, Gastromyzo n fasciatus dan ikan seluang (Rasbora caudimaculata). Sebagian besar species yang ditemukan berpotensi sebagai ikan konsumsi.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
F . Potensi W isata Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati dan ekosistemnya harus dikelola secara lestari, sehingga dapat memberikan manfaat secara optimal. Adanya perubahan paradigma pembangunan kehutanan dari timber oriented ke arah resources based management, merupakan salah satu kebijaksanaan Kementerian Kehutanan dalam mengantisipasi terjadinya kerusakan hutan serta untuk mengoptimalkan pendapatan negara (devisa). Sejalan dengan upaya penyelamatan hutan dan peningkatan nilai manfaatnya, sekarang mulai diupayakan pemanfaatan jasa lingkungan yang diantaranya melalui kegiatan pariwisata alam. Pariwisata alam dinilai mempunyai prospek yang sangat menjanjikan bila dikaitkan dengan upaya pengembangan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat serta dalam rangka menekan laju kerusakan hutan. Seperti yang telah dicantumkan dalam indikator kinerja kegiatan bahwa pencapaian pengusahaan pariwisata alam diharapkan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan mengoptimalkan potensi wisata yang dimiliki.
1 . O b jek W isata Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki potensi obyek wisata yang berada di dalam maupun di luar/sekitar kawasan. Dia antara objek ini ada terdapat situs budaya dan menjadi cerita bersambung dari generasi ke generasi berikutnya. a. Batu Betanam Batu Betanam dapat dijangkau melalui KM 39 dan menyusuri tepi Sungai Ella ± selama 2 jam. Objek ini terdapat pada lereng bukit kecil di tepi sungai Ella. Pada lokasi tersebut juga dapat dijumpai miniatur rumah adat sebagai
16
tempat memberikan sesajen. Objek ini berjarak ± 500 m dari miniatur rumah adat, dan berbentuk batu tertanam di tanah dalam ukuran kecil hingga besar dengan umur batuan ada yang mencapai ratusan tahun. Menurut sejarahnya, daerah ini terletak di perbatasan dan merupakan lokasi kon ik dua suku dayak, yakni suku dayak yang berada di Kalimantan Barat dan di Kalimantan Tengah. Kon ik tersebut dilakukan dengan cara saling membunuh dengan cara memenggal kepala musuhnya yang terkenal dengan istilah ngayau. Setelah permusuhan sekian lama, akhirnya kedua suku dayak tersebut mencoba untuk berdamai. Usaha damai tersebut dilakukan dengan cara melakukan penanaman batu oleh kedua pihak di sekitar lokasi kon ik sebagai tanda tidak ada lagi permusuhan diantara mereka. Lokasi inilah yang sekarang dikenal dengan nama batu betanam.
b . Pongk al Sedarah Pongkal Sedarah terletak di KM 39 dengan akses yang sama seperti akses menuju Batu Betanam, hanya saja untuk menuju objek membutuhkan waktu perjalanan selama ± 1 jam melalui jalan setapak. Pongkal Sedarah mempunyai sejarah yang berkaitan dengan batu betanam, dahulu ketika terjadi kon ik antara suku dayak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang saling mengayau (memenggal kepala manusia), kepala hasil ngayau dicuci di sungai yang disebut Pongkal Sedarah. Pongkal Sedarah merupakan sungai yang menurut penduduk airnya berwarna
17
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 merah, tetapi jika diambil airnya akan menjadi bening. Kondisi kawasan ini sekarang sudah bukan berupa sungai lagi, tetapi hanya berupa kubangan. c . Air Terjun Demang E h ud Air terjun ini terletak di hulu Sungai Ella di desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi. Untuk menuju lokasi dapat di tempuh dari km 51 atau 54 jalan mainroad PT. SBK dengan berjalan kaki selama ± 8 jam melalui jalur patroli dengan kondisi jalan menanjak selama ± 6 jam, kemudian jalan menurun selama ± 2 jam. Air Terjun Demang Ehud memiliki ketinggian ± 36 meter dan bertingkat-tingkat dengan air yang jernih dan debit air yang cukup besar (18,097 m³ / detik) sehingga suara gemuruhnya dapat terdengar dari kejauhan. Kondisi alam yang masih alami, jalan berliku, suara aliran sungai, serta udara yang bersih dan segar memiliki irama tersendiri untuk dapat dinikmati dari awal hingga akhir.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
d. Air Terjun Semungga Air Terjun Semungga terletak di Lembah Bukit Semungga dan merupakan anak Sungai Ella. Mudah dijangkau, setelah menyeberang dari Camp PT SBK di km 35 kemudian menyusuri anak sungai Ella selama ± 30 menit, kita sudah sampai di lokasi air terjun ini. Air Terjun Semungga memiliki ketinggian ± 5 meter dengan air yang berwarna jernih. Pada bagian bawahnya membentuk kolam yang cukup dalam dan dapat digunakan untuk berenang.
18
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 e. Air Terjun N ok an Kel ab ot
f. Air Terjun Sungai Batas Dal am Air Terjun Sungai Batas Dalam terletak di hulu sungai Ella Tinggang anak sungai Ella dari desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi. Perjalanan dimulai dari KM 39, kemudian menyusuri jalan rintisan melewati sungai Ella Tingang selama ± 6 jam. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 4 meter dan memiliki air yang jernih tapi lumayan deras.
g. Sumb er Air Panas Sepan Apui Sumber air panas ini berada di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sepan Apui adalah kaki gunung dari Pegunungan Schwaner yang melalui jalur Tumbang Hiran dan Tumbang Samba dari Kalimantan Tengah. Biasanya hewan Rusa Sambar berkumpul di tempat ini untuk minum.
19
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Air Terjun Nokan Kelabot terletak di hulu sungai Serawai. Aksesnya dapat ditempuh ± 10 jam dengan berjalan kaki dari Desa Rantau Malam. Air terjun Nokan Sungai Kelabot memiliki tinggi ± 45 meter dan memiliki debit air yang cukup besar (0,7 m3/detik). Di sebelah kanan bawah dinding terdapat lobang besar yang dipercayai masyarakat setempat sebagai tempat bermeditasi. Asal mula dinamakan Nokan Sungai Kelabot yaitu Nokan berarti air terjun, dan Kelabot berarti Kelempiau (Hylobates agilis), karena dahulunya di sungai ini banyak ditemui Kelempiau. Hingga kini pengunjung harus memberi korban seekor ayam atau dua butir telur sebelum masuk lokasi ini sebagai wujud adat tepas (mengucurkan darah) untuk tolak bala.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Menurut kepercayaan masyarakat di sekitar sumber air panas ini, batu-batu yang berada disekitarnya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
h . Pemandangan Al am Pemandangan alam di kawasan taman nasional didominasi oleh deretan pegunungan dan hutan tropis basah, serta sungai yang berkelok-kelok. Pemandangan yang membentang berwarna hijau memperlihatkan bentangan hutan dan struktur tajuk pohon yang bergelombang, dan lebih menarik lagi apabila disaksikan dari puncak bukit. Panorama alam yang indah ini tentunya menjadi daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan. 2 . W idy awisata Widyawisata juga dapat dilakukan di sekitar dan di dalam kawasan taman nasional. Sambil menerima materi pendidikan tentang lingkungan dan konservasi alam, peserta juga dapat menikmati rekreasi di alam (hutan) yang masih alami. Contoh kegiatan widya-wisata
20
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 ini antara lain bina cinta alam, pendidikan lingkungan, kemah kerja konservasi dan visit to school. Tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para peserta hal yang paling mendasar mengenai apa itu konservasi? Bagaimana cara melaksanakan konservasi? Mengapa harus dilaksanakan konservasi? Dimana dilaksanakan konservasi? serta, Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan konservasi? Diharapkan dengan memahami makna dari konservasi akan menimbulkan kesadaran dan menggugah pemikiran para peserta untuk terlibat langsung dalam kegiatan konservasi dimulai dari lingkungan rumah, sekolah dan tempat tinggalnya.
3 . W isata M inat Kh usus Aktifitas pendakian menuju puncak Bukit Baka maupun Bukit Raya merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh kelompok pecinta alam di seputar Kalbar dan Kalteng. Terdapat beberapa trek pendakian menuju puncak kedua bukit tersebut. Sebelum melakukan pendakian menuju bukit-bukit di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya pengunjung diharapkan untuk mempersiapkan mental dan stamina karena trek pendakian yang akan dihadapi nantinya merupakan trek yang cukun terjal. Biasanya pendaki lebih tertarik untuk mendaki Bukit Baka dan Bukit Raya mengingat kedua Bukit ini merupakan titik tertinggi di masing-masing Propinsi. Di sepanjang trek pendakian terdapat beberapa shelter yang dapat digunakan untuk beristirahat sejenak dan melepaskan lelah. Atrak si Satwa Salah satu kebanggaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya adalah
21
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Pendak ian
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 keanekaragaman jenis satwa yang hidup di dalam kawasan. Atraksi berbagai jenis satwa dapat dinikmati dengan menyusuri trail wisata yang dimulai dari seberang jalan KM. 37 jalan PT. Sari Bumi Kusuma. Jenis satwa yang kemungkinan dijumpai antara lain : beruang madu (Helarctus malayanus), pelanduk (Tragulus napu), kancil (Tragulus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), rusa sambar (C ervus unicolor), tarsius (Tarsius bancanus), orangutan (Pongo pygmaeus), lutung merah (Presbytis rubicunda), ungko (Hylobates muelleri dan Hylobates agilis), enggang gading (Buceros vigil), enggang badak (Buceros rhinoceros), enggang hitam (Anthracoceros malayanus), kuau kerdil kalimantan (Polyplectron schleiermacheri), elang bondol (Haliaetus indus), dan lain sebagainya.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Penel itian Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan salah satu taman nasional yang sangat concern terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai perwujudan dari komitmen tersebut Taman Nasional Bukit baka Bukit Raya memberikan kesempatan seluasluasnya bagi para pihak yang hendak melakukan penelitian di dalam kawasan. Keanekaragaman hayati yang ada di kawasan taman nasional ini cukup menarik untuk diteliti, selain itu pendidikan lingkungan hidup dan wana widyawisata berbasis pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan sangat cocok dilaksanakan di wilayah ini. Sejauh ini beberapa peneliti dan ilmuwan baik pribadi maupun dari lembaga sudah melaksanakan penelitian di kawasan taman nasional. Objek yang diteliti masih seputar Keaneka-ragaman ayati, Jasa Lingkungan serta Sosial Budaya masyarakat. Pihak Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang bermaksud melakukan penelitian di kawasan melalui kemudahan pembuatan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi).
22
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya sebagian besar merupakan masyarakat suku Dayak yang mempunyai kehidupan sosial dan budaya yang cukup menarik. Antara lain upacara/ritual adat mulai dari kelahiran bayi, perkawinan, pesta panen padi, kematian, memberlakuan aturan adat dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan terhadap satwa-satwa tertentu, pemanfaatan bagian tumbuhan atau satwa sebagai obat, adat gotong royong dalam menggarap ladang, dan lain sebagainya. Ragam budaya masyarakat Dayak sekitar kawasan TNBBBR dapat di lihat dari dua sisi yaitu masyarakat Dayak yang berada di wilayah Kalimantan Barat yaitu terdiri dari Dayak Ransa, Dayak Limbai, Dayak Kenyilu, Dayak Kubing dan Dayak Ot Danum, tersebar di berbagai desa seperti Belaban Ella, Nanga Siyai dan Nanga Jelundung. Sedangkan di wilayah Kalimantan Tengah terdiri dari suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, dan Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei. Berbagai upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di sekitar TNBBBR wilayah Kalimantan Barat yaitu : a) pesta akhir tahun : biasa dilakukan setelah masa panen, yaitu antara
23
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
4 . W isata Buday a
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 bulan Mei-Juni. b) gawai masuk (selamatan daun padi) : dilakukan ketika akan menanam padi, c) upacara perkawinan : upacara perkawinan ini disebut tijak tikar rikuk atau nikah kacang yaitu pernikahan yang sah secara adat, d) Gawai Ngensudah (Upacara Kematian) : yaitu upacara untuk orang meninggal yang dilakukan untuk memutuskan hubungan dengan orang yang telah meninggal. e) Upacara Gawai : dilakukan untuk anak yang baru lahir, dilakukan Gawai atau suatu upacara memandikan anak yang pertama kali di sungai sebagai bentuk perkenalan anak dengan sungai, dilakukan agar anak tersebut terbiasa dengan air dan ketika merantau ke luar pulau tidak mendapat celaka ketika berada di laut ataupun tempat yang terdapat airnya. Bentuk kebudayaan lainnya antara lain : a) Pesta Daun Padi, dilakukan sebelum masa tanam padi dengan tujuan supaya mandapat restu dan tidak ada halangan. b) Pesta Bunga Padi : dilakukan pada saat padi mulai tumbuh bunga padi dengan tujuan supaya padi dapat dipanen dan tidak terkena hama. c) Pesta Ngelamat Batu : dilakukan setelah panen pada saat setelah panen dengan tujuan untuk mensyukuri hasil panen yang didapat. Biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, d) upacara adat kematian Pesta Selesai Kubur (setelah 40 hari kematian), Pesta Penyemenan ; pembuatan patung yang menyerupai almarhum terbuat dari kayu ulin yang disebut temaduk. Pembuatan patung hanya dapat dilakukan oleh orang yang berilmu saja karena pada saat penancapan patung harus
24
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 ada tengkorak manusia. Tetapi pada jaman sekarang cukup dengan tengkorak babi, sapi atau kerbau.
Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Nanga Siyai adalah antara lain : memanfaatkan rotan untuk membuat bubu yang digunakan untuk menangkap ikan, menggunakan beberapa jenis tumbuhan untuk mengobati penyakit, setiap bayi yang baru lahir tidak boleh dilihat oleh orang luar, namun apabila umurnya sudah satu minggu sudah boleh. Hal ini dilakukan agar sang bayi yang kondisinya masih rentan tidak terkena hal-hal jahat. Bayi yang sudah berumur dua bulan
25
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Belaban adalah antara lain : a). Mengkeramatkan burung Cucak rowo dan burung enggang, hal ini karena bulu burung enggang sering digunakan dalam berbagai upacara adat. b) Masih memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan. c) Adanya kepercayaan bahwa bila dalam perjalanan terdengar bunyi kijang maka menandakan celaka. Pantangan di hutan pada saat ada teman mandi di sungai, kita yang menunggu tidak boleh berkata “ lama banget mandinya” karena akan ada jin yang datang menyerupai teman yang mandi. Kemudian jika makan tidak boleh bakar siluang/kemenyan karena akan ada orang pintar yang mencari dan akhirnya menjadi celaka. d). Tidak boleh melangkahi tali Mandau, apabila dilangkahi dengan sengaja maka akan terjadi celaka berdarah pada orang yang melangkahinya. e). Kepala rusa yang mempunyai tanduk dengan 5 cabang dipercayai mempunyai kekuatan untuk melindungi.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
dipotong rambutnya dan dimandikan di sungai dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi dari gangguan hal-hal jahat. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Kalimantan Tengah sebagian besar terdiri dari suku Dayak dengan berbagai kelompok suku, seperti kelompok suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei. Karya budaya penduduk asli suku dayak tersebut berupa alat keseniaan tradisional seperti gong dan kecapi serta kerajinan tangan lainnya seperti amak (tikar/lampit dari rotan, purun atau pandan), etang (lanjung), topi lebar yang dibuat dari daun sejenis pandan, bakul, bubu dari bambu, hiasan pada sarung dan gagang mandau (parang) yang terbuat dari bahan rotan yang sudah dihaluskan, terdapat pula Barung (lumbung padi) yang terbuat dari kulit kayu sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Kegiatan ini hanya bersifat individu sehingga tidak memberikan hasil yang besar. Masyarakat adat di Desa Tumbang Tundu dan Tumbang Tae masih mengenal ritual adat seperti pembakaran mayat. Pelaksanaannya
26
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 tergantung dari permintaan orang tersebut sebelum meninggal atau adat keturunan dari nenek moyang mereka. Ritual pembakaran mayat dapat dilaksanakan sewaktu-waktu apabila keluarga yang meninggal sudah mampu.
Masyarakat desa sekitar kawasan yang berada di wilayah Kalteng yaitu masyarakat Desa Tumbang Kaburai terdiri dari 9 sub suku dayak, yaitu Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun dan Dayak Ot Danum. Setiap sub suku dayak tersebut mempunyai perbedaan bahasa, seperti bahasa konjoi, jawau, singkong dan ella. Walaupun memiliki perbedaan bahasa, namun komunikasi antar penduduk tetap dapat terjadi. Sama seperti di Desa Belaban Kalimantan Barat, di Desa Tumbang kaburai Kalimantan Tengah juga terdapat pernikahan kacang atau ampar ketika rikuk. Untuk penduduk yang meninggal, dilakukan dua upacara adat terhadap mayatnya, yaitu dibakar dan dikubur. Abu disimpan di sandung (tempat menaruh abu). Sebelum ditaruh di sandung, keluarga yang ditinggal harus membuat sepundu, sepundu merupakan patung berbentuk manusia. Apabila tidak mampu membuat sepundu, maka dapat dibarengkan dengan warga lain yang ditinggalkan. Pembuatan satu sepundu dapat digunakan untuk sepuluh kematian. Setelah abu ditaruh di sandung, dilakukan tiwah. Tiwah merupakan upacara untuk melepas arwah dengan tujuan untuk memutuskan hubungan dengan dunia. Apabila tiwah tidak dilaksanakan, maka arwah yang bersangkutan masih berada di dunia. Ketika tiwah dilaksanakan, hewan seperti sapi dan kerbau ditombak oleh ahli waris di temadu yang dibuat. Setelah hewan di tombak, para tamu menari di posisi hewan yang ditombak dibarengi lagu dacih (krungut-krungut).
27
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Masyarakat setempat khususnya penganut Agama Hindu Kaharingan selalu melakukan Tiwah yaitu penggalian kubur dan pengangkatan tulang belulang untuk disimpan ke dalam sandung yang dibuat seperti rumah-rumah kecil dan selalu dipasangi kain kuning atau merah yang dipasang di depan rumah sebagai tempat sesajen dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Acara Tiwah dilaksanakan hanya sekali setiap ada orang yang meninggal. Terdapat pula patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin/belian dan di pasak kayu lainnya yang ditancapkan pada tanah baik secara berpasangan maupun sendiri yang juga dianggap keramat oleh masyarakat Kaharingan. Selain itu, bangunan adat berupa rumah betang yang sering dipergunakan sebagai tempat acara adat masyarakat Kaharingan jga masih dapat ditemui.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Penduduk setempat masih mempercayai makhluk halus ada di sekitar mereka sehingga membangun rumah keramat. Rumah keramat berbentuk rumah mini dimana didalamnya terdapat piring, gelas dan tempurung kelapa. Piring digunakan untuk menaruh nasi yang diberi kunyit dan daging, gelas untuk arak dan tempurung kelapa untuk abu atau dupa. Di depannya ada patung yang menandakan sebagai tuan rumah atau keluarga dengan ada satu raja dimana terdapat bapak, ibu dan anak. Terdapat pula batu yang disebut patok berfungsi sebagai tanda. Membuktikan bahwa tidak bernyawa namun kekal, beda dengan manusia. Terdapat juga panduan untuk ramalan hari yang bernama cucuk hari. Panduan ini digunakan untuk mengetahui apa yang akan kita hadapai ketika keluar rumah. Kondisi yang dihadapi dapat berupa beruntung (mendapatkan uang yang banyak) sampai celaka di jalan.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Beberapa bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Tumbang Kaburai adalah sebagai berikut : a) Menjaga keberadaan pohonpohon besar yang sudah berumur panjang, dipercayai apabila pohon tersebut ditebang maka si penebang akan terkena bala atau musibah. b) Melarang masyarakat memakan kodok dan trenggiling. c) Mengeramatkan buaya putih, d) Menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional. e) Hampir semua satwa yang ada di sekitar penduduk tidak dikonsumsi, terutama burung Enggang. Karena burung ini dianggap keramat oleh penduduk. Namun untuk jenis Kelasi/lutung merah (Presbytis rubicunda) biasanya dikonsumsi penduduk.
G .Karak teristik Kawasan 1. o ografi Bentuk lapangan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya dibedakan menjadi 3 (tiga) sistem fisiografi, yakni Sistem Dataran, Sistem Perbukitan dan Sistem Pegunungan. Sistem Dataran, bentuk lahannya berupa dataran berbukit-bukit kecil yang terbentuk oleh aktivitas sungai yang membawa bahan-bahan dari perbukitan dan pegunungan yang dilaluinya. Kemiringan lereng kawasan ini berkisar antara 18% hingga 25% . Berdasarkan telaahan peta, terdapat lahan seluas ± 2.901 ha yang berada di sistem dataran ini.
Sistem Perbukitan, bentuk lahannya berupa kelompok perbukitan memanjang, kelompok perbukitan yang tidak teratur, kuesta dan lereng struktural yang memanjang. Proses orogenetik dan erosi biasanya akan membentuk lahan berupa bukit-bukit kecil dan bukit-bukit memanjang serta kuesta yang terletak pada bagian utara kawasan. Proses struktural membentuk lahan lereng yang memanjang seperti
28
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 yang dijumpai di bagian utara Taman Nasional. Kemiringan lereng sistem fisiografi ini berkisar antara 3 hingga dan mencakup luasan ± 42.921 ha dari total luas kawasan Taman Nasional. Sistem Pegunungan, berbentuk kelompok pegunungan yang tidak teratur dan punggung pegunungan berbukit-bukit kecil. Kemiringan lereng berkisar antara 50% hingga 80% dengan luasan ± 135.268 ha.
Letak ketinggian dari permukaan air laut pada kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya bervariasi, yaitu antara 100 m dpl di bagian Selatan kawasan hingga 2.278 m dpl pada puncak Bukit Raya. Selain Bukit Raya, ada beberapa puncak bukit yang mencapai ketinggian di atas 1.400 m dpl, diantaranya adalah Bukit Melebanbun (1.850 m dpl), Bukit Asing (1.750 m dpl), Bukit Baka ( . m dpl), Bukit Panjang ( . m dpl), Bukit Lesung (1.600 m dpl) dan Bukit Panjake (1.450 m dpl).
2 . G eol ogi Berdasarkan peta geologi skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Departemen Pertambangan dan Energi, yang dikutip dari hasil laporan akhir pengadaan citra landsat Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya dan sekitarnya terbagi dalam 6 formasi geologi sebagai berikut : Formasi Granit Sukadana (Kus), tersusun dari granit biotit merah muda, granit feldspar alkali dan monzogranit yang terbentuk pada masa kapur akhir. Sebaran formasi bahan induk batuan granit sukadana ini meliputi daerah kelompok perbukitan yang tidak teratur yang terletak di bagian Timur kawasan taman nasional. Formasi Tonalit Tepauk (Kls), tersusun dari tonalit dan granodiorit hornblenda-biotit kelabu muda, beberapa dioririt-granit, monzodiorit dan diorite kwarsa yang terbentuk pada masa kapur awal. Bahan induk batuan ini terdapat pada kelompok perbukitan memanjang yang terletak di bagian Selatan dan tara, Timur dan Barat Laut, disamping
29
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Berdasarkan ketiga sistem fisiografi diatas, terlihat kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya terdiri atas rangkaian daerah pegunungan patahan dengan permukaan yang umumnya terjal/curam, terutama pada rangkaian pegunungan schwaner dan arah lereng yang menuju puncak pegunungannya. Topografi di bagian ini bergelombang sampai berbukit-bukit dengan kemiringan kurang lebih . Topografi yang terjal/curam tersebut umumnya berada di bagian Utara kawasan pelestarian alam ini yang termasuk dalam wilayah Propinsi Kalimantan Barat, sedangkan di bagian Selatan Kawasan yang termasuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah topografinya relative landai.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 itu juga terdapat pada kelompok punggung pegunungan berbukit-bukit kecil yang terletak di bagian Utara, Timur dan Selatan kawasan taman nasional. Bahan hasil pengendapan batuan tonalit sepauk terdapat pada dataran berbukit-bukit kecil yang terletak di sebelah Barat Daya taman nasional. Formasi Terobosan Sintang (Toms), terdiri dari andesit, desit, rhyolit, diorite kwarsa, granodiorit dan granit berbutir halus, sill, retas dan sumbat yang terbentuk pada masa Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Bahan induk terdapat pada kelompok punggung pegunungan yang terletak di bagian Utara kawasan taman nasional, sedangkan bahan hasil pengendapan terdapat pada dataran berbukit-bukit kecil yang terletak di bagian Timur laut taman nasional.
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Formasi Tebidah (Tot), perselingan batu pasir halus dengan lumpur hijau dan merah di bagian atas dengan batu lumpur kelabu dan batu lanau di bagian bawah, terbentuk pada masa Oligosen. Sebarannya terletak di bagian tara dan Timur Laut taman nasional yang terdapat pada kelompok perbukitan dan punggung pegunungan. Formasi Payak (Teop), tersusun dari batu pasir tufaan berlapis tebal hingga pejal dengan beberapa batu Lumpur merah, hijau dan kelabu, dengan konglomerat pada bagian atas, terbentuk pada masa Eosen Akhir sampai Oligosen. Formasi ini dapat ditemukan pada daerah aliran sungai di pegunungan atas. ormasi Malihan Pinoh (PzRp), tersusun dari skist, muskovit, kuarsit, fillit serisit-kuarsa, batu sabak dan tufa malihan terbentuk pada masa Paleozoikum sampai Trias. Terdapat pada kelompok perbukitan yang tidak teratur yang terletak di bagian Selatan, Barat Laut, dan tara kawasan taman nasional.
3 . H idrol ogi Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya sangat berperan dalam menyangga kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Terletak pada jajaran pegunungan Schwaner menjadikan kawasan konservasi ini berfungsi utama sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan sekaligus sebagai pengatur sumber air bagi Sub DAS Melawi di Propinsi Kalimantan Barat dan Sub DAS Katingan di Propinsi Kalimantan Tengah. Sungai-sungai yang sumber airnya berasal dari Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya adalah : Sungai Ella Hulu, Sungai Juoi, Sungai Umbak, Sungai Sangkei, Sungai Mentatai, Sungai Serawai, Sungai Labang, Sungai Jelundung, Sungai Lekawai dan Sungai Ambalau yang termasuk Sub DAS Melawi. Sedangkan sungai-sungai yang bermuara di Sub DAS Katingan adalah : Sungai Bemban, Sungai Tae, Sungai Hiran, Sungai Samba dan
30
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Sungai Senamang. Pada umumnya kondisi sungai di kedua Sub DAS tersebut berbatu hingga membentuk riam yang terjal, terlebih lagi di daerah hulu sungai sehingga berpotensi untuk di kembangkan olah raga arung jeram dan di beberapa lokasi dapat ditemukan air terjun. Debit air sungai sangat tergantung pada curah hujan, dengan demikian debit air akan cepat naik pada waktu turun hujan dan akan segera surut kembali setelah hujan reda.
4 . Tanah Jenis tanah yang mendominasi kawasan dan daerah di sekitar Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya adalah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol, dengan bahan induk batuan beku endapan dan metamorf (Lembaga Penelitian Tanah Bogor, ).
Berdasarkan itra Landsat tahun , jenis tanah dikelompokkan menurut grup besar USDA. Pada sataran berbukit-bukit kecil yang terletak dibagian Barat Daya, Tenggara, Timur Laut, serta pada bagian tengah kawasan taman nasional didominasi oleh jenis tanah Tropudults. Tekstur tanah umumnya kasar hingga sedang, kandungan bahan organiknya sedang dan kadar kapurnya rendah sampai sedang, pH berkisar antara 5 – 5,5. Jenis tanah Dystropepts mendominasi pada kelompok perbukitan yang memanjang di sebelah Selatan dan kelompok perbukitan yang tidak teratur di bagian Timur dan Barat Laut. Tekstur tanah sedang hingga halus
dan mengandung bahan organik yang tinggi, serta kandungan kapur rendah, dengan pH berkisar antara 4 – 5. Bagian Utara jenis tanahnya terdiri atas asosiasi antara tropudults, dystropeps dan troporthods. Tekstur tanah halus dan mengandung bahan organik tinggi, kandungan kapur rendah dengan pH 5. Pada lereng struktural memanjang yang bterletak di bagian Utara, tanah didominasi oleh tropudults dengan tekstur sedang hingga halus, memiliki kadar organik tinggi, kadar kapur rendah, dan pH 5. Jenis tanah pada kelompok punggung pegunungan di bagian Timur kawasan taman nasional terdiri atas asosiasi tropudults dan
31
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Fraksi tanah pada umumnya kasar, permiabel dan sangat mudah tererosi. Tanah lapisan atas umumnya granular warna yang cenderung gelap, hal ini menunjukkan bahwa pada permukaan tanah tersebut kaya akan bahan organik. Lapisan tanah bagian bawah permukaan berwarna merah hingga kuning yang menunjukkan kurangnya bahan organik dan hanya mengandung oksida-oksida hematit (besi) atau geothite.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 dystropepts. Tekstur tanah halus, kandungan bahan organik tinggi dan kadar kapur rendah dengan pH antara 5 – 5,5. Jenis tanah kelompok punggung pegunungan berbukit-bukit kecil yang terletak di bagian Selatan, tara, Timur laut, Barat Laut dan bagian tengah kawasan taman nasional didominasi oleh dystropepts. Tekstur tanah sedang hingga halus, mengandung bahan organik tinggi, kadar kapur rendah dengan pH 4 – 5 (pada tempat tertentu ada yang mencapai 5,5). 5 . Ik l im
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Menurut klasifikasi Schmidt dan ergusson, iklim di kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya termasuk dalam klasifikasi A dengan nilai Q berkisar antara 0-14,3 % . Curah hujan rata-rata 3.423mm/tahun. Curah hujan yang tertinggi terjadi antara bulan Oktober-bulan Mei yang mencapai rata-rata 23 hari hujan/bulan. Suhu rata-rata berkisar antara hingga 3 dengan kelembaban rata-rata 3 . Jika penurunan temperatur sebanyak , untuk setiap kenaikan ketinggian m dpl, maka kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya yang ketinggiannya berada di ketinggian 100 m dpl hingga 2.278 m dpl mempunyai kisaran temperatur antara , hingga 3 , . Angin umumnya bertiup dengan kecepatan rendah, berkisar antara 0-10 knot. Angin bertiup dari arah tara dan Barat Laut pada bulan OktoberMei yang banyak mengandung uap air dan hujan, pada musim ini hujan yang turun biasannya sangat lebat, curah hujan dapat mencapai 100 mm dalam waktu yang relatif singkat. Pada bulan Juni-September angin kering bertiup dari arah Selatan dan Tenggara, namun tidak berpengaruh besar terhadap kekeringan karena walaupun frekuensi hujan kecil tetapi masih ada hujan yang turun tiap bulannya.
H .Sosial E k onomi M asy arak at Sek itar Taman N asional 1 . Kependuduk an Penduduk di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya tinggal di dalam 25 desa. Desa-desa tersebut terletak pada 7 Kecamatan yang masing-masing 2 Kecamatan terletak di Kabupaten Sintang dan 1 Kecamatan di Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat dan 4 Kecamatan lainnya terletak di Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
32
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Tabel 3. Sebaran Desa dan Jumlah Penduduk Di Sekitar Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kabupaten 2
Kecamatan 3
Desa 4 Baras Nabun
1
Sintang
Serawai
Nanga Jelundung Nanga Riyoi Nanga Kesange
Ambalau
Buntut Sabon Nanga Siyai
2
Melawi
Menukung
Mawang Mentatai Belaban Ella Kiham Batang
Katingan Hulu
Rangan Kawit Tumbang Kabayan Dehes Asam Tumbang Kaburai
Bukit Raya
Tanjung Batik Tumbang Kajame Tumbang Tabulus
3
Katingan
Batu Panahan
Marikit
Sebaung Tumbang Hiran Tumbang Tae Tumbang Habangoi Nusa Kutau
Petak Malai
Batu Badak Tumbang Jala Tumbang Tangoi
Sumber : RPJM TNBBBR, 2010.
Jml Pddk 5 1214 1122 1236 2062 2295 2282 763 641
273 345 108 170 401 143 667 361 194 123 1020 125 1020 530 180 790 424
2 . Buday a Masyarakat yang hidup di sekitar Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya sebagian besar adalah keturunan suku Dayak. Pada bagian wilayah yang termasuk ke dalam Propinsi Kalbar, suku Dayak dapat dikelompokkan menjadi : Dayak Limbai Kelait, Dayak Koruh Kenyilu, dan Dayak Ot Danum. Sedangkan di bagian wilayah Kalimantan Tengah terdiri dari Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, Dayak Melahui dan Dayak Dohoi. Bahasa Indonesia sudah dimengerti oleh penduduk dan digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan dan pertemuan umum.
33
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
No 1
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Menurut Ngo (1993) dalam Anonim (2003:30) setidaknya sejak dua ratusan tahun lalu kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan suatu daerah interaksi yang penting dan dinamis antara dua kebudayaan masyarakat yang bercorak Melayu atau Islam dan berbagai kelompok suku Dayak yang non Islam. Laju perpindahan penduduk antar daerah di kawasan ini pun tinggi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah satu indikator adalah tiap-tiap kelompok suku Dayak di sekitar Taman Nasional ini baru sekitar empat sampai lima generasi yang lalu bermukim di desa atau dusun yang kini mereka tempati. Pada umumnya masyarakat hidup berkelompok dalam jumlah terbatas, tersebar di sepanjang sungai-sungai kecil. Pemukiman seperti ini mempunyai hubungan langsung dengan ibukota Kecamatan yang terletak di sungai yang lebih besar. Secara tradisi masyarakat suku Dayak hidup bersama dalam keluarga besar di dalam sebuah rumah panjang yang sering disebut “ Betang” . Agama Kristen (Katolik/ Protestan) paling banyak dianut oleh masyarakat Dayak yang tinggal di Wilayah Kalimantan Barat. Agama Hindu Kaharingan sebagian besar dianut oleh masyarakat Dayak di wilayah Kalimantan Tengah. Hukum adat masih berlaku pada masing-masing desa terutama mengatur hubungan sosial antara warga. Di wilayah Kalimantan Barat hukum adat diakui sampai pada tingkat Kecamatan. Kepala adat di wilayah Kecamatan membuat kesepakatan yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Kecamatan tersebut. Sedangkan di wilayah Kalimantan Tengah hukum adat diakui sampai tingkat Propinsi dan
34
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 diimplementasikan sampai Kepala Adat pada tingkat Kecamatan, kemudian diteruskan pada Kepala Adat tingkat desa. 3 . M ata Penc ah arian Penduduk
Pertanian (berladang) merupakan sistem pertanian yang digunakan masyarakat setempat secara turun-temurun dan merupakan penopang utama pendapatan keluarga. Pola orientasi pertanian antara masyarakat di wilayah Kalimantan Tengah dengan di wilayah Kalimantan Barat agak berbeda. Masyarakat di Kalimantan Tengah lebih berorientasi pada tanaman yang dijual/dipasarkan, sistem pengelolaan perkebunan dan pemasaran hasil cukup maju serta telah membudaya. Sebaliknya masyarakat di Kalimantan Barat, pemanfaatan lahan pertanian masih berorientasi pada tanaman yang dikonsumsi dengan sistem pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Terdapat berbagai macam kegiatan sampingan untuk menambah pendapatan, di wilayah Kalimantan Barat masyarakat lebih banyak mendapatkan tambahan pendapatan dari pemanfaatan kayu terutama ulin. Sedangkan di wilayah Kalimantan Tengah banyak mengandalkan hasil hutan ikutan seperti rotan. 4 . Perniagaan L ok al Sistem perniagaan lokal pada desa sekitar kawasan taman nasional masih sangat sederhana sekali, pasar tidak dapat ditemui. Kebanyakan di desa-desa ini hanya terdapat warung-warung sederhana yang menjual kebutuhan pokok (beras, gula, kopi, minyak makan, makanan kaleng, dan lain sebagainya), BBM, serta bahan keperluan rumah tangga lainnya dalam skala kecil. Untuk memenuhi keperluan rumah tangga lainnya, masyarakat biasanya berbelanja ke Kecamatan atau
35
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Mata pencaharian penduduk di daerah sekitar Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya terutama adalah pertanian (berladang), sedangkan pendapatan tambahan antara lain dari pemanfaatan kayu di hutan, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pertambangan emas, jasa transportasi dan perdagangan, dimana nilai dari pendapatan tambahan tersebut sangat rendah karena hanya bersifat insidental.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Kabupaten, begitu pula dengan masyarakat yang berjualan di desa dalam memenuhi kebutuhan warungnya, masyarakat berbelanja di Kecamatan atau Kabupaten, karena pasar hanya terdapat di Kecamatan atau Kabupaten saja. 5 . Persepsi M asy arak at Sek itar Kawasan Terh adap Taman N asional Buk it Bak a Buk it R ay a
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Persepsi masyarakat sekitar kawasan terhadap keberadaan taman nasional sangat dipengaruhi oleh pola hubungannya dengan sumber mata pencaharian mereka. Persepsi didasarkan oleh kemampuan pemahaman masyarakat secara mandiri, sehingga gambaran mengenai keberadaan taman nasional memiliki berbagai macam pengertian. Perbedaan pemahaman ini terutama berkaitan dengan ketersediaan sumber daya alam disekitarnya yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat. Masyarakat di daerah penyangga tidak mementingkan apa pun mengenai status, nama maupun peraturan serta kebijakan yang diterapkan terhadap suatu kawasan hutan. Perihal yang paling penting bagi mereka adalah senantiasa dapat melakukan aktifitas untuk memenuhi kehidupan sehari-hari bagi diri dan keluarganya. Secara spesifik masyarakat kurang begitu peduli, bahkan untuk mengerti apa yang dimaksud dengan taman nasional, masyarakat kurang memahami dan mengetahui tentang istilah, arti, fungsi dan manfaat adanya taman nasional. Kebanyakan masyarakat mengidentikkan taman nasional dengan hutan lindung , dimana secara hukum dan peraturan
36
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 perundang-undangan yang berlaku maupun dari segi manajerialnya sangat jauh berbeda.
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya ditetapkan pada tahun 1992, namun baru dapat menjalankan tugas dan fungsinya di Kabupaten Sintang mulai tahun 1998, sehingga menjadi salah satu penyebab masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. Di samping itu, kurangnya sarana pendidikan pada desadesa di sekitar kawasan ini menjadikan tingkat pemikiran masyarakat memiliki kemampuan yang terbatas, dan menjadikan kendala bagi masyarakat untuk memahami secara substansi tentang taman nasional, sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.
I. Kel emb agaan 1 . O rganisasi dan Sumb er Day a M anusia Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan. Sejak kawasan ini ditetapkan, UPT yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya telah beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi, yakni : Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Barat (1992-1997), Unit Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (1997-2002) dan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (Agustus 2002 hingga saat ini).
37
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Sebagian masyarakat ada juga yang telah mengenal istilah kawasan yang dilindungi pemerintah seperti taman nasional. Pada dasarnya masyarakat menerima adanya kawasan taman nasional di dekat perkampungannya, hanya mereka belum memiliki pemahaman yang jelas mengenai maksud dan tujuan terbentuknya kawasan taman nasional. Pengetahuan mereka hanya sebatas tidak boleh melakukan dan mengambil apapun didalam kawasan, persepsi seperti ini sangat kurang relevan dengan pemahaman yang sebenarnya tentang taman nasional. Nanum demikian, upaya konservasi yang melandasi konsep perlindungan kawasan sudah terdapat dalam nilainilai budaya masyarakat. Masyarakat sebenarnya sudah mengenal hutan yang dilindungi, bahkan dalam budaya masyarakat juga telah ada norma-norma yang mengatur untuk tidak semena-mena terhadap alam sebagai wujud pelestarian hutan, misalnya membuat hutan adat, tembawang serta gupong (lahan yang berisikan tanaman buahbuahan). Ada juga kelokak, yaitu daerah bekas pemukiman lama yang ditinggalkan namun sudah berhutan kembali serta disepakati hanya dapat dimanfaatkan hasil hutan non kayunya.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional adalah Balai Taman Nasional Tipe B. Struktur organisasi Balai TNBBBR disajikan pada Gambar 1 berikut ini. Kepala Balai TN Bukit Baka Bukit Raya
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala SPTN Wil. II
Kepala SPTN Wil. I
1.
PU Umum
2.
Pemroses Kepegawaian
3.
PU Keuangan
4.
PU Perlengkapan
5.
Pramu Acara
6.
Pengemudi/Juru Mudi Kapal
7.
Pengaman Kantor
8.
Perawat Satwa/Tumbuhan
2. PU Bhn Perlindungan TN
9.
Operator radio Komunikasi
3. PU Bhn Pengawetan TN
3. PU Bhn Pengawetan TN
10. Caraka
4. PU Bhn Pemanfaatan & Pelayanan TN
4. PU Bhn Pemanfaatan & Pelayanan TN
Kebutuhan Tersedia Kekurangan
Kebutuhan Tersedia Kekurangan
1. PU Umum
1. PU Umum
2. PU Bhn Perlindungan TN
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
11. Pramu Kantor
: 4 orang : 4 orang : - orang
: 4 orang : 1 orang : 3 orang
Kebutuhan Tersedia Kekurangan
: 20 orang : 13 orang : 7 orang
Kelompok Jabatan Fungsional Polhut
PEH
Penyuluh Kehutanan
Kebutuhan : 36 orang Tersedia : 23 orang Kekurangan : 13 orang
Kebutuhan : 34 orang Tersedia : 16 orang Kekurangan : 18 orang
Kebutuhan : 12 orang Tersedia : 2 orang Kekurangan : 10 orang
Ket : Garis Komando Garis Kemitraan Garis Koordinasi
Pemda, LSM
Gambar 1. Struktur Organisasi BTNBBBR Keterangan gambar 1. Jumlah polhut 23 org namun yang efektif bertugas dikawasan TNBBBR 13 org dan 10 org BKO SPORC sehingga untuk memenuhi kebutuhan masih diperlukan 23 org polhut. Jumlah PEH 16 orang sudah termasuk 2 orang karyasiswa S2.
38
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Untuk kemudahan dalam pelaksanaan administrasi, koordinasi, pendataan, pengawasan, dan evaluasi, pengelolaan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di bagi kedalam wilayah kerja, yakni : Kantor Balai bertempat di Kabupaten Sintang, dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I di Kabupaten Nanga Pinoh (Kalimantan Barat), serta seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II di Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah). Masing-Masing Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah dibantu beberapa resort dalam pengelolaan wilayahnya. Pembagian wilayah kerja pada BTNBBBR dapat dilihat pada gambar 2. Kepala Balai TN Bukit Baka Bukit Raya
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala SPTN Wil. I
Resort
Resort
Resort
Resort
Belaban
Mengkilau
Rantau Malam
Lekawai
Resort
Resort
Resort
Kuluk Sepangi
Tumbang Hiran
Batu Panahan
Resort Tumbang Habangoi
Resort Kaburai
Gambar 2. Wilayah Kerja BTNBBBR
Kepegawaian Dalam melaksanakan tugas pengelolaan yang diamanatkan, BTNBBBR memiliki sumber daya manusia yang handal dalam menjalankan masing-masing tugas yang diamanahkan. Berdasarkan jabatan yang diemban masing-masing pegawai, terdapat 4
39
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Kepala SPTN Wil. II
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 pejabat struktural yang terdiri dari Kepala Balai, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, dan 2 Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN). Formasi Jabatan Fungsional diisi oleh 41 Pegawai yang terdiri dari 23 Polisi Kehutanan (10 orang BKO SPORC Brigade Bekantan dan Brigade Kelawit), 16 Pengendali Ekosistem Hutan (2 Orang karya siswa) dan 2 Penyuluh Kehutanan. Staf/ pejabat fungsional umum 18 Orang, sehingga total PNS/CPNS berjumlah 63 Orang. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kebersihan, penjaga malam dan tenaga petugas lapangan, BTNBBBR merekrut 14 orang tenaga kontrak (grafik tersaji dibawah ini). Struktural
25
Polhut
20 15
PEH
10 5
Penyuluh Kehutanan
0
Staf Orang
Tenaga kontrak
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Grafik . Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Jabatan
Sebanyak 63 pegawai BTNBBBR dengan status PNS/CPNS tersebar dalam Golongan II sampai Golongan IV, yang terdiri atas 1 orang golongan IVB, 1 orang golongan IIID, 4 orang golongan IIIC, 11 orang golongan IIIB, 14 orang golongan IIIA, 10 orang golongan IID, 11 orang golongan IIC, 5 orang golongan IIB dan 6 orang golongan IIA. Berdasarkan Golongan/Ruang, sebaran pegawai BTNBBBR terlihat pada grafik berikut ini. 16 14
IVB
12 10 8 6
IIIC
IIID IIIB IIIA IID
4 2 0
IIC IIB Orang
IIA
Gambar 2. Grafik Sebaran Pegawai BTNBBBR Berdasarkan Golongan/ Ruang.
40
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Pegawai BTNBBBR memiliki kualifikasi pendidikan yang cukup baik, dari total 63 PNS/CPNS terdapat 1 Orang bergelar Doktor, 4 Orang Magister, 21 Orang Sarjana dan 32 lainnya merupakan lulusan SMA/ sederajat. Selain itu saat ini terdapat 5 Orang pegawai yang sedang menjalankan studi, 1 Orang karyasiswa di Pasca Sarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB, 3 Orang pada program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka dan 1 Orang pada program sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (daftar pegawai BTNBBBR dapat dilihat pada lampiran 1).
Pendidik an dan Pel atih an Dalam rangka meningkatkan kualitas terkait kapabilitas pegawai dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya BTNBBBR senantiasa melakukan upaya-upaya dalam membentuk SDM yang capable dengan mengikutsertakan pegawai dalam setiap kesempatan pendidikan dan pelatihan (diklat) baik itu yang dilaksanakan oleh internal Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah, NGO maupun penyelenggara Lembaga Penyelenggara Pelatihan lainnya.
Tabel 4. Pendidikan dan Pelatihan yang Diikuti Pegawai BTNBBBR No.
Nama Diklat
1
2
1 2
Prajabatan Gol. III Prajabatan Gol. II Jumlah I
2007 3 Diklat Prajabatan
2008 4
Tahun 2009 5
2010 6
2011 7
2
2
1
2
1
Diklat Kepemimpinan 1 2
Diklatpim Tk. III Dilkatpim IV Jumlah II
1 Diklat Fungsional
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12
Analisis Data Spasial GIS Dasar- Dasar KSDA GIS training advance GIS bagi operator Inventarisasi Hutan Intelijen & Kepolhutan Interpreter Konservasi Flora dan Fauna Metode Penyuluhan Kehutanan Bagi Polhut Monitoring dan Evaluasi RHL Pembentukan Penyuluh Tk. Ahli
41
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Selama kurun waktu tahun 5 (lima) tahun terdapat beberapa kegiatan Pendidikan Pelatihan yang diikuti pegawai BTNBBBR tersaji pada tabel berikut.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
1 2 3 4 5 6 7
Pembentukan PEH Tk. Ahli Penyegaran PEH Penjenjangan Polhut Pelaksana Lanjutan Penyegaran Polhut Pembentukan SPO RC Pembentukan PPNS Penyegaran PPNS Pengamanan Hutan Partisipatif Penegakan Hukum Kejahatan Perburuan TSL Pelatihan GPS dan Dasar- Dasar Perpetaan Pengukuran dan Pemetaan Tk. Dasar Penyegaran KSDAHE Bina Cinta Alam Pengelolaan Kawasan Konservasi Penggunaan Case Tracking Database dalam Pelacakan Kasus- Kasus Illegal Logging& Tindak Kejahatan Lainnya Pelatihan Pengembangan Sistem Peringatan i i u tuk o ik S H da e a a a ya Pemetaan Wilayah Kelola Masyarakat Perencanaan Konservasi Partisipatif Pendokumentasian Pelatihan Peningkatan SDM Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Pendampingan Masyarakat Perbenihan dan Pembibitan Pengembangan Lingkungan Hidup Pengenalan Jenis Pohon Pelatihan PKP Pelatihan Pengkampanye Hutan Pengamanan Hutan Partisipatif bagi Polhut Pelatihan survey sarang orang utan e e ala ora au a Pembinaan masyarakat di daerah penyangga Pelatihan investigasi peredaran illegal, ide tifika i, e i at a liar da iti a i ko ik ora uta di al ar Si te or a i eo rafi k. a ar Si te or a i eo rafi k. a uta Survey Sosek Kehutanan Indonesia SIG bagi operator Tata Usaha Kayu V aluasi Ekonomi Sumberdaya Alam V aluasi Kawasan Hutan Jumlah III Diklat Teknis Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan Asistensi SABMN Administrasi Kepegawaian Bendahara Pengeluaran Bendahara Penerimaan Bimbingan program sistem monitoring angka kredit pejabat fungsional Bimtek peningkatan kapasitas SDM perencana lingkup Ditjen PHKA
42
17
7
13
11
8
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
In House Training Pengelolaan Keuangan dan Barang Inventaris Negara Lokalatih Penyusunan Renstra Lokakarya Evaluasi Kinerja Pembangunan Kehutanan bidang PHKA Lokalatih evaluasi kinerja pembangunan PHKA Manajemen KSDA Tk. Dasar Manajemen KSDA Tk. Lanjutan Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa a a e e o ik Penyegaran Pengelolaan Keuangan Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Penyegaran SIMAK- BMN Dephut Pelatihan SIMPEG Penyegaran Pengembangan Kearsipan Lingkup Dephut Penyegaran O perator Radio Komunikasi Penguatan Kapasitas untuk Staf Sektor Pemerintahan Bidang Kehutanan Pembuatan Database dengan Software MSAccess Pelatihan Pembayaran Jasa Lingkungan ( Pay for environmental services) Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah Pengendalian Kebakaran Hutan Pembuatan dan Pengelolaan Website Penyegaran peningkatan kemampuan SDM perencana program/ anggaran Pelatihan penulisan jurnalistik Peningkatan kapasitas SDM pengadaan barang dan jasa Pembinaan bendahara PNBP non kayu Penatausahaan BMN lingkup BMN SECEM Jumlah IV Jumlah Total ( I+ II+ III+ IV )
2 20
4 15
5 18
14 28
12 21
2 . Sarana dan Prasarana Dalam pengelolaan kawasan TNBBBR menggunakan berbagai sarana dan prasarana yang terdiri dari sarana dan prasarana sebagai berikut: a. Sarana dan Prasarana Kesek retariatan Dalam penyelenggaraan kesekretariatan BTNBBBR menggunakan Kantor Balai yang berada di Sintang dengan jarak 185 Km dari titik terdekat kawasan. Kantor SPTN Wilayah I dengan status sewa saat ini terletak di Nanga Pinoh (Ibukota Kabupaten Melawi) berjarak 110 Km dari kawasan, dan Kantor SPTN Wilayah II di kota Kasongan (Ibukota Kabupaten Katingan) berjarak 210 Km dari titik terdekat dalam kawasan. b . Sarana dan Prasarana Perl indungan dan Pengamanan Kawasan Dalam rangka menjamin keamanan kawasan dan melindunginya dari kemungkinan gangguan terhadap kawasan TNBBBR, BTNBBBR
43
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
8
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 menggunakan beberapa sarana dan prasarana terkait kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan meliputi sarpras perlindungan dan pengamanan hutan, Bangunan untuk tujuan perlindungan dan pengamanan hutan serta sarana pengendalian kebakaran hutan. Jenis peralatan tersebut antara lain : Senjata api genggam 1 unit, Senjata api pinggang 14 unit, Mobil patroli 3 unit, Motor 16 unit, HT 19 unit, Pos jaga 4 unit, Pondok jaga 4 unit, Pondok kerja 3 unit, dan Barak polhut 1 unit. Untuk sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan TNBBBR didukung antara lain :
Sekop, Garu tajam, Kapak, Gepyok dan Cangkul yang masingmasing berjumlah 24 buah Baju anti panas, helm dan golok masing-masing sejumlah 12 buah. Sepatu 30 pasang Selang kirim 8 unit Nozzle 1 unit
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Pompa jinjing 1 unit Tabung pemadam api 16 unit Jet shooter 10 unit, dan Menara Api 1 unit c . Sarana dan Prasarana Informasi dan Komunik asi Untuk menjamin kelancaran informasi dan komunikasi khususnya terkait dengan pengelolaan kawasan TNBBBR saat ini BTNBBBR dilengkapi dengan sarana telekomunikasai berupa Telepon, Faksimile, Internet Broadband, Handy Talky, RIG dan SSB Radio. Tabel 5. Sarana dan Prasarana Informasi dan Komunikasi BTNBBBR No.
Nama Sarana/ prasarana
Posisi
Jml
1.
HT
Kantor Balai
19
2.
SSB ( Yaesu & ICN70Pro)
Kantor Balai
2
3.
SSB ( Yaesu)
SPTN II
1
4.
RIG
Kantor Balai
8
5.
RIG
SPTN I
1
44
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 6.
RIG
SPTN II
1
7.
Antena HF
Kantor Balai
1
8.
Antena HF
SPTN II
1
9.
Antena Yagi
SPTN I
3
10.
Antena Yagi
SPTN II
1
Jumlah
38
Di samping sarana komunikasi yang dimiliki langsung, BTNBBBR juga didukung oleh peralatan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Kementerian Kehutanan, yang pencatatan asetnya berada pada Biro Umum Setjen Kemenhut (saat ini dalam status sebagai barang sitaan KPK). Selain itu terdapat juga peralatan SKRT hasil pengadaan Ditjen PHKA. Tabel 6. Daftar peralatan SKRT Kemenhut yang terdapat di TNBBBR
Handy talky
2
Repeater station
6
3
Base station/ rig
5
4
Link station
1
5
Radio mobile
1
6
HF SSB
6
7
Channel control
4
8
Solar system
15
9
Single charger
36
10
Tower pole
12
11
Tower triangle
2
Nama Peralatan/ Perlengkapan
Jumlah
Jumlah
124
-
-
-
-
-
-
1 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6 -
-
-
-
Pengadaan PHKA Rusak Hilang Berat -
Jumlah
-
-
-
-
-
-
-
-
1
6
-
-
d. Sarana dan Prasarana M ob il isasi Keberadaan Kawasan TNBBBR yang mempunyai luasan cukup besar dengan letak akses yang terpencar menuntut adanya sarana mobilisasi yang efektif. Meskipun sangat jauh dari mencukupi secara optimal BTNBBBR mendayagunakan sarana mobilisasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan operasional pengelolaan Kawasan. Adapun sarpras mobilisasi yang dimiliki BTNBBBR antara lain kendaraan Roda empat 5 unit, kendaraan Roda dua 22 unit dan kendaraan Air 6 unit (lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar lampiran 2).
45
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
1
Pengadaan Setjen/ Biro Rusak Hilang Berat 36 -
No
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 e. Sarana dan Prasarana Pemanfaatan Kawasan Pemanfaatan kawasan dalam hal ini adalah optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam melalui identifikasi dan inventarisasi potensi yang bermuara pada pengembangan pemanfaatan kawasan menjadi salah satu fokus BTNBBBR dalam pengelolaannya. Untuk mendukung segala kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan kawasan, BTNBBBR mengandalkan sarana dan prasarana terkait seperti rumah anggrek, peta citra landsat, GPS, kompas, altimeter, dan jalur tracking.
f. Sarana dan Prasarana W isata Al am
Mengenal Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung di kawasan, terdapat beberapa sarana dan prasarana yang meskipun masih sangat minim namun sedikit banyak telah memberikan manfaat bagi petugas maupun pengunjung selama ini. Beberapa sarana prasarana wisata alam tersebut antara lain : Pintu gerbang 1 unit, Field centre 1 unit, Pendopo 2 unit, Shelter 12 unit, Pusat informasi 1 unit, Kamera 6 unit, Handycam 3 unit dan Video shooting 1 unit.
46
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Pengelolaan keanekaragaman hayati ditujukan pada upaya pemanfaatan keanekaragaman hayati secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan lingkungan seperti pengatur tata air, pengendali iklim mikro, habitat hidupan liar, jasa ekowisata, pendidikan, penelitian, dan lain sebagainya. Hingga saat ini, upaya yang telah dilakukan TNBBBR adalah dalam bentuk survey untuk melakukan inventarisasi, assessment dan eksplorasi terhadap potensi keanekaragaman hayati. Kegiatan-kegiatan keanekaragaman hayati tersebut adalah sebagai berikut :
A. Inv entarisasi F l ora Kawasan TNBBBR sebagai suatu kawasan pelestarian alam tentu tidak terlepas dari beberapa alasan yang salah satunya adalah memiliki keanekaragaman hayati ora dan fauna
47
3
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
PENGELOLAAN KEANEKA RAGAMAN HAYATI
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 yang unik di mana keberadaanya perlu untuk dilindungi agar tetap lestari keberadaannya. TNBBBR berperan besar dalam hal perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang terdapat di dalamnya, karena kawasan ini merupakan habitat dari beberapa jenis ora dan fauna dengan keanekaragam yang cukup unik baik jenis yang dilindungi maupun jenis yang tidak dilindungi.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Kegiatan-kegiatan Inventarisasi ora yang pernah dilaksanakan di TNBBBR adalah sebagai berikut :
1 . Kegiatan Inv entarisasi Tumb uh an E tnob otani Etnobotani adalah sebuah kegiatan pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas (Rusman, 2009). Etnobotani, sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr. J.W Harshberger pada 1595. Ada lima kategori pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: a. Pemanfaatan tumbuhan untuk tanaman pangan b. Pemanfaatan tumbuhan untuk bahan bangunan
48
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
c. Pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan d. Pemanfaatan tumbuhan untuk upacara adat
Adapun maksud dan tujuan dilakukan kegiatan Inventarisasi Tumbuhan Etnobotani adalah untuk : (1) Melakukan pendataan tumbuhan etnobotani yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya; (2) Menyediakan data base mengenai potensi, penyebaran, dan kondisi habitat tumbuhan etnobotani di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya; serta (3) Mengetahui jenis dan pemanfaatan tumbuhan etnobotani oleh masyarakat sekitar kawasan taman nasional. Kegiatan Inventarisasi Tumbuhan Etnobotani ini dilakukan di wilayah kerja Resort Belaban Ella pada Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I, dengan hasil kegiatan yakni : 1. Berdasarkan jenis keperluan atau penggunaan tumbuhan etnobotani di Belaban Ella diketahui 40 jenis tumbuhan untuk keperluan bahan pangan, 45 jenis tumbuhan untuk keperluan tanaman obat, 26 jenis tumbuhan untuk keperluan kerajinan, 13 jenis tumbuhan untuk keperluan ritual dan 24 jenis tumbuhan untuk keperluan bahan bangunan.
49
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
e. Pemanfaatan tumbuhan untuk perkakas rumah tangga.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 2. Keseluruhan jenis tersebut merupakan tumbuhan etnobotani yang tumbuh liar dihutan dan hanya sedikit yang dibudidayakan pada kebun, ladang-ladang atau pemukiman masyarakat. 2 . Kegiatan Peningk atan Kol ek si Tumb uh an H ias Maksud dari kegiatan peningkatan koleksi tumbuhan hias adalah untuk mengambil dan memindahkan jenis tumbuhan yang berpotensi/ termasuk dalam katagori tumbuhan hias dari dalam kawasan ke rumah koleksi tumbuhan hias Balai TNBBBR. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah jumlah koleksi tumbuhan hias di rumah koleksi tumbuhan hias kantor Balai TNBBBR sehingga dapat memberikan informasi jenis-jenis tumbuhan hias yang berada di kawasan, serta dapat dijadikan alternatif tempat pendidikan dan penelitian.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Koleksi Tumbuhan Hias pada Wilayah Kerja Resort Belaban SPTN Wilayah I Nanga Pinoh. Dari hasil kegiatan ini ada 28 jenis tumbuhan hias yang dapat teridentifikasi. Tumbuhan tersebut di antaranya: Nepenthes sp, Eria bractescen, Arundina graminifolia, Bulbophyllum mastersianum, Calanthe sp, Acriopsis javanica, Vanda sp, Podochyllus sp, Alocasia sp, Colocasia gigantean, colocasia esculenta, Philodendron rugosum Ludisia discolor, Cymbidium sp, Eria quardicolor, Eurycoma longifolia, Dendrobium lobulatum, Eria bradonii, Coelogyne pandurata, Dendrobium crumenatum, Grammatophyllum sp,
50
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Phalaenopsis amabilis, Phalaenopsis cornu-cervi, Lycopodium sp, Asplenium nidus dan Begonia sp. 3 . Kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Anggrek Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis pegunungan di Kalimantan dan merupakan habitat dari kakayaan ragam hayati yang tinggi, satu diantaranya adalah anggrek alam. Namun karena masih minimnya kegiatan eksplorasi terhadap potensi alamnya, keberadaan dan kekayaan jenis anggreknya belum tergali maksimal. Data terakhir menunjukkan, terdapat 20 marga anggrek yang berada di jalur traking Bukit Baka.
Tujuan dilakukannya kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Anggrek adalah untuk mengetahui populasi anggrek dan memberikan gambaran mengenai karakteristik populasi anggrek meliputi kemelimpahan, keanekaragaman spesies, pola sebarannya dan penyebaran anggrek. Kegiatan inventarisasi dan identifikasi tanaman anggrek dilakukan di (dua) lokasi, yaitu Wilayah Kerja Resort Rantau Malam SPTN Wilayah I dan Wilayah Kerja Resort Tumbang Hiran SPTN Wilayah II. Hasil kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Anggrek pada Wilayah Kerja Resort Rantau Malam SPTN Wilayah I adalah sebagai berikut:
Populasi anggrek di Jalur Pendakian Bukit Raya pada ketinggian 5002240 m dpl ditemukan sebanyak 1.940 individu yang tercakup dalam 86 spesies dari 31 genus anggrek. 1. Sebagian besar spesies anggrek yang ditemukan merupakan anggrek epifit ( , ) sebanyak spesies, spesies ditemukan sebagai anggrek teresterial ( , ), dan spesies ditemukan sebagai anggrek epifit juga sebagai anggrek litofit.
51
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Inventarisasi dan identifikasi anggrek alam merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam menjelaskan kondisi populasi dan keanekaragaman anggrek yang terdapat di TNBBBR.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 2. Dari 86 spesies anggrek ditemukan beberapa genus yang memiliki spesies cukup dominan ditemukan yaitu Dendrobium ( spesies), Bulbophyllum ( spesies), ria ( spesies), oelogyne ( spesies), dan Appendicula (4 spesies). asil kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Anggrek di Wilayah Kerja Resort Tumbang Hiran SPTN Wilayah II adalah sebagai berikut : 1. Hasil analisa data terhadap jenis-jenis anggrek yang diperoleh dari seluruh jalur di areal pengamatan dalam kawasan TNBBBR terdapat 3 jenis anggrek dari .3 individu yang ditemukan, dengan 3 jenis yang paling dominan adalah jenis Thrixsp ermum raciborskii, Agrostophyllum bicuspidatum J.J.Sm., dan C oelogyne foerstermanii Rchb.f. 2. Vegetasi pohon yang sering menjadi inang dari anggrek terdiri dari berbagai jenis famili, yaitu famili Depterocarpaceae, Anacardiaceae, Ebenaceae, Myrtaceae, Fagaceae dan famili Sapindaceae.
B. Inv entarisasi F auna Kegiatan-kegiatan Inventarisasi fauna yang pernah dilaksanakan di TNBBBR adalah sebagai berikut :
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
1. Kegiatan Identifikasi Jenis Burung
52
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Kawasan TNBBBR mempunyai luasan 181.090 Ha yang beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman yang tinggi. Menurut Balai Penelitian Kehutanan dan Jurusan Kehutanan Faperta Unpar, kawasan ini memiliki 3 jenis ora, jenis burung, jenis primata, jenis reptilia, 39 jenis insekta, 22 jenis ikan, dan 9 jenis mamalia darat. Oleh sebab itu, kawasan ini harus dijaga dan dilindungi dari kegiatankegiatan yang mengganggu dan merusak karena kawasan TNBBBR relatif belum begitu banyak terganggu. Dari sekian jenis burung yang terdapat di kawasan TNBBBR, masih banyak jenis burung yang belum teridentifikasi, oleh karena itu kegiatan identifikasi jenis burung penting untuk dilakukan agar dapat diketahui keragaman jenis dan status keberadaannya. Maksud kegiatan Identifikasi Jenis Burung ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ada di TNBBBR. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan menentukan jenis-jenis burung yang memiliki nilai konservasi tinggi, baik secara global, regional maupun lokal di kawasan Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya. Kegiatan Identifikasi Burung dilaksanakan di Wilayah Kerja Resort Tumbang Tae SPTN Wilayah II Kasongan. Dari hasil kegiatan identifikasi jenis burung di Resort Tumbang Tae dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
1. Tercatat setidaknya ada 3 jenis burung yang termasuk dalam kategori langka yaitu Sempidan Kalimantan/sakan (Lophura bulweri), Julang jambul hitam (Aceros corrugatus), dan Pergam Kelabu/besar (Ducula pickeringi). 2. Ada 3 jenis burung yang merupakan jenis endemik kalimantan yaitu Bondol kalimantan (Lonchura fuscans), Pelanduk kalimantan (Malacocincla perspicillata) dan Takur
53
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 tengkuk emas (Megalaima pulcherrima). 3. Khusus burung yang menjadi indikator keutuhan hutan, yaitu famili Bucerotidae (Koop dalam Priatna, 2002), hanya diwakili oleh 3 jenis, yaitu Enggang Hitam (Anthracoceros malayanus), Enggang klihingan/ banyak (Anorrhinus galeritus), dan Enggang Badak (Buceros rhinoceros). 2 . Kegiatan Inv entarisasi Karak teristik H ab itat O rangutan Pohon merupakan salah satu komponen habitat terpenting bagi orangutan. Pohon digunakan orangutan antara lain untuk membangun sarangnya di kanopi sebagai tempat beristirahat termasuk tidur dan bermain sepanjang hari (Rijksen ). Maple ( ) menyebutkan bahwa orangutan membangun paling tidak satu sarang per hari untuk beristirahat dan tidur di malam hari. Untuk menjaga kelangsungan hidup, kelestarian dan perkembangan dari Orang utan, hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kepunahan adalah dengan menjaga habitat dari orang utan tersebut. Oleh karena itu, dengan dilakukannya kegiatan inventarisasi karakteristik habitat Orangutan ini diharapkan mendapatkan informasi mengenai habitat Orangutan guna perencanaan perlindungan dan pelestarian orangutan. Kegiatan inventarisasi karakteristik habitat orangutan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai faktor-faktor habitat yang mempengaruhi keberadaan Orangutan.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Kegiatan ini dilaksanakan pada Wilayah Kerja Resort Belaban SPTN Wilayah I. Berdasarkan hasil kegiatan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Ditemukan 19 jenis tumbuhan yang menjadi pohon pakan orangutan di area pengamatan. Dari sekian banyak pohon pakan orangutan, yang paling sering dijumpai pada saat pelaksanaan pendataan adalah buah kempili dan asam. 2. Dari hasil pendataan ditemukan ketinggian sarang orangutan bervariasi antara 3 m. mumnya sarang yang ditemukan sudah tidak baru lagi, beberapa sarang memperlihatkan daun-daun sudah lama, berwarna coklat kering dengan kondisi berlubanglubang. asil pendataan menemukan (tujuh) buah sarang yang termasuk dalam kelas 2 – 4. Kelas 2 sebanyak tiga sarang, kelas 3
54
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
sebanyak tiga sarang serta kelas 4 sebanyak satu sarang. 3 . Kegiatan inv entarisasi popul asi O rangutan Kegiatan inventarisasi populasi Orangutan sebagai tahap awal dalam rangka pembinaan habitatnya.Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan populasi Orangutan sebagai dasar bagi upaya pembinaan habitat Orangutan di TNBBBR.
Berdasarkan hasil Inventarisasi Populasi Orangutan di Wilayah Kerja Resort Belaban SPTN Wilayah I, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kepadatan populasi Orangutan berdasarkan jumlah sarang di kawasan Resort Belaban adalah 0,3325 individu/km² atau diperkirakan untuk luasan 500 km2 terdapat 166 orangutan. 2. Sarang yang ditemukan berjumlah 18 sarang. Kelas sarang orangutan yang paling banyak ditemukan adalah sarang kelas 3 dengan persentase , , serta posisi sarang orangutan yang paling banyak ditemukan adalah posisi 2 (berada di pertengahan atau di pinggir percabangan tanpa menggunakan pohon atau percabangan dari pohon lainnya) dengan persentase , . 3. Ketinggian sarang orangutan yang paling banyak ditemukan adalah
55
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Kegiatan Inventarisasi Populasi Orangutan ini dilaksanakan di 2 (dua) Lokasi yaitu Wilayah Kerja Resort Belaban SPTN Wilayah I dan Wilayah Kerja Resort Tumbang Kaburai SPTN Wilayah II.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
pada ketinggian
-
m dengan persentase 33,33 .
Berdasarkan hasil Inventarisasi Populasi Orangutan di Wilayah Kerja Resort Tumbang Kaburai SPTN Wilayah II, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
1. Perkiraan kepadatan populasi Orangutan melalui kepadatan sarang diperoleh nilai 0,0334 individu/Ha = 3,34 individu/Km² . Nilai ini hanya mewakili luasan kawasan sebesar 3000 ha. 2. Sarang yang ditemukan tidak bisa diperkirakan umur sarangnya, namun sarang tersebut diperkirakan sarang untuk mencari makan karena terdapat pohon pakan disekitarnya. 4 . Kegiatan Inv entarisasi Popul asi E nggang Keanekaragaman burung enggang di Indonesia merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Sayangnya makin hari populasinya semakin menurun, bahkan ada jenis-jenis tertentu yang terancam kepunahan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kawasan (habitat) sebagai akibat deforestasi hutan, berkurangnya makanan dan tempat bersarang, serta perburuan dan perdagangan. Inventarisasi Populasi Enggang ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis-jenis enggang, taksiran populasi dan frekuensi perjumpaan enggang.
56
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Kegiatan Inventarisasi Populasi Enggang ini dilaksanakan di 2 (dua) Lokasi yaitu Resort Rantau Malam SPTN Wilayah I dan Resort Kaburai SPTN Wilayah II. Berdasarkan hasil Inventarisasi Populasi Enggang di Wilayah Kerja Resort Rantau Malam SPTN Wilayah I dapat disimpulkan sebagai berikut :
2. Taksiran populasi untuk masing-masing jenis enggang adalah : kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) = 2,84 ekor/Ha, enggang gading (Buceros vigil) ,3 ekor/ a, enggang badak (Buceros rhinoceros) = 1,66 ekor/Ha dan enggang papan (Buceros bicornis) , ekor/ a. 3. Frekuensi perjumpaan atau tingkat pertemuan untuk masingmasing jenis enggang adalah : kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus) = , /jam pencarian (dalam satu jam pengamatan dapat ditemukan , ekor), enggang gading (Buceros vigil) = , /jam pencarian (dalam satu jam pengamatan dapat ditemukan , ekor), enggang badak (Buceros rhinoceros) = 0,552/jam pencarian (dalam satu jam pengamatan dapat ditemukan 0,552 ekor) dan enggang papan (Buceros bicornis) = 0,158/jam pencarian (dalam satu jam pengamatan dapat ditemukan 0,158 ekor). Berdasarkan hasil Inventarisasi Populasi Enggang di Wilayah Kerja
57
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
1. Terdapat 4 (empat) jenis enggang yang dijumpai yaitu: kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus), enggang gading (Buceros vigil), enggang badak (Buceros rhinoceros) dan enggang papan (Buceros bicornis).
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Resort Kaburai SPTN Wilayah II dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil populasi enggang teridentifikasi sebanyak jenis enggang yakni Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus), Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros coronatus), Enggang Gading (Buceros vigil), Enggang Badak (Buceros rhinoceros) dan Enggang Papan (Buceros bicornis). 2. Taksiran masing-masing jenis adalah Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus) 3,46 ekor/ha, Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros coronatus) 1,89 ekor/ha, Enggang Gading (Buceros vigil) 1,89 ekor/ha, Enggang Badak (Buceros rhinoceros) , ekor/ ha, dan Enggang Papan (Buceros bicornis) 0,31 ekor/ha. 3. Angka tingkat pertemuan masing-masing jenis enggang adalah Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus) = 2,2/jam pencarian, Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros coronatus) = 1,2/jam pencarian, Enggang Gading (Buceros vigil) = 1,2/jam pencarian, Enggang Badak (Buceros rhinoceros) = 1,13/jam pencarian dan Enggang Papan (Buceros bicornis) = 0,2/jam pencarian. 4. Mengingat status dari burung Enggang Gading (Buceros vigil) yang termasuk satwa yang dilindungi dan terancam punah (Appendix I CITES). Tetapi dari hasil perhitungan dugaan populasi Enggang Gading (Buceros vigil) dalam plot pengamatan seluas 30 Ha terdapat 18 (delapan belas) ekor burung.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
5 . Kegiatan Inv entarisasi Primata Keanekaragaman jenis fauna yang terdapat di kawasan TNBBBR dapat dikatakan sangat tinggi, hal ini tercermin dari survey yang dilakukan dalam waktu singkat pada jalur jalan patroli menuju ke Bukit Raya, jenis satwa yang berhasil di data yaitu berjumlah 221 jenis yang terdiri dari 65 jenis mamalia, 140 jenis aves (burung), 9 jenis reptilia, dan jenis amfibia. Dari sepuluh hari e plorasi ragam burung pada sekitar jalur patroli Bukit Baka (prasurvey, 2008), ditemukan 108 jenis termasuk didalamnya 32 jenis yang dilindungi. Himakova (2008), di sekitar jalur patroli Bukit Baka menginventarisir 28 jenis mamalia, 84 jenis burung, terdiri dari 28 suku dan 64 marga, 61 jenis herpetofauna yang terdiri dari jenis amfibi dari famili dan 3 jenis reptil dari 11 famili, dan tercatat pula 40 jenis kupu-kupu dalam 4 famili, yaitu papilionidae (4 jenis), nymphalidae (20 jenis), pieridae (10 jenis) dan lycaenidae (6 jenis). abitat yang beragam spesies ora dan fauna tersebut bahkan beberapa diantaranya merupakan spesies endemik. Beberapa jenis
58
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 primata yang statusnya terancam punah pun ada di dalamnya. Dalam rangka mengetahui kondisi populasi dan habitat jenis primata tersebut maka perlu dilakukan kegiatan inventarisasi primata di kawasan TNBBBR. Maksud dan Tujuan dilaksanakan Kegiatan Inventarisasi Primata ini adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan data tentang populasi dan kondisi habitat primata yang ada di dalam kawasan TNBBBR. kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Resort Batu Panahan SPTN Wilayah II. Dari hasil Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Primata dilapangan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan data dengan asumsi luas pengamatan 6.300 Ha dan luas jalur adalah 6 Ha dapat diketahui bahwa dugaan kepadatan polulasi jenis primata yang ditemui yaitu Kelampiau/ kalaweit = 1.890 ekor, Kelasi/lutung merah= 410 ekor, Monyet ekor panjang 3 ekor, Beruk ekor. 2. Jumlah jalur tersebut hanya dapat mewakili 6300 Ha yang telah diasumsikan.
dari luas pengamatan
6 . Kegiatan Inv entarisasi O wa- O wa Penyebaran Owa Kalimantan sangat terbatas, dan hanya ditemui di Kalimantan bagian tengah hingga ke utara mendekati Serawak. Di Kalimantan Barat tersebar di sebelah utara Sungai Kapuas, sedangkan di Kalimantan Selatan dan Tengah dibatasi oleh Sungai Mahakam. Penyebaran subspesies di Kalimantan antara lain :
b. Hylobates muelleri abbotti, tersebar di bagian utara Sungai Kapuas di Kalimantan Barat dan ke arah utara hingga Sungai Saribas daerah Serawak. c. Hylobates muelleri funereus, tersebar di bagian utara Pulau Kalimantan, yaitu antara Sungai Saribas (Serawak) dan Sungai Karangan di Kalimantan Timur, ke arah utara hingga Serawak Dari data tersebut di atas, populasi dan potensi satwa primata di taman nasional cukup signifikan dan perlu dilakukan inventarisasi Owa-owa sehingga dapat dipergunakan baik sebagai database maupun acuan dalam pengelolaan satwa selanjutnya. Maksud dilaksanakannya Kegiatan Inventarisasi Owa-Owa (Hylobates
59
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
a. Hylobates muelleri muelleri, tersebar antara Sungai Barito ke utara hingga Sungai Karangan.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 muelleri) ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi Owa-owa (Hylobates muelleri) di TNBBBR. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui kepadatan, nilai maksimum dan minimum populasi dugaan Owa-owa di TNBBBR. Kegiatan Inventarisasi Owa-owa (Hylobates muelleri) dilakukan di wilayah kerja Pos Kuluk Sepangi SPTN Wilayah II. Hasil Pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Owa-Owa dilapangan adalah sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan data yang dikumpulkan, diketahui kepadatan populasi dugaan total untuk owa sebanyak 3. ekor. 2. Nilai Maksimum populasi Owa-owa adalah
.
,
ekor
3. Nilai Minimum populasi Owa-owa adalah 45.665,12 ekor
C. Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan sumber daya alam hutan selain merupakan modal pembangunan juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, dimana sebelumnya pengelolaan hutan bertumpu pada produk kayu primer (timber oriented) dengan mengesampingkan aspek ekologis maupun aspek sosial masyarakat sekitar hutan, sehingga menimbulkan laju degradasi hutan yang tinggi serta meningkatnya illegal logging. Perubahan kebijakan pembangunan kehutanan dari timber oriented ke resources based management mengakibatkan pengelolaan sumber daya alam hutan saat ini dan masa yang akan datang harus diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan (environmental services), yang telah terakomodasi dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang – undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Terobosan dalam pemanfaatan jasa lingkungan baik untuk tujuan komersial maupun non komersial dari sumber daya hutan bertujuan untuk mendapat manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jasa lingkungan merupakan produk sumber daya alam hayati dan ekosis-temnya yang dapat bermanfaat langsung dan/atau tidak langsung meliputi perlindungan tata air, penyerapan dan penyimpanan karbon, konservasi keanekaragaman hayati serta fenomena alam. Saat ini produk jasa lingkungan belum berkembang dan belum memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat khususnya masyarakat disekitar kawasan TNBBBR, oleh karena itu Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya perlu melakukan kegiatan Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan untuk menghimpun data yang akurat sebagai data dasar yang diperlukan dalam pengelolaan kawasan lebih lanjut.
60
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Maksud kegiatan Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data-data potensi pemanfaatan jasa lingkungan (air, ora fauna, penyerapan karbon dan wisata alam) di wilayah Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Sedangkan tujuan kegiatan Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan adalah untuk : (1) mengetahui kondisi potensi jasa lingkungan dan lokasi penyebarannya; (2) Sebagai upaya pengukuran potensi jasa lingkungan; (3) Memperkirakan kemungkinan timbulnya gangguan terhadap potensi jasa lingkungan yang didapat; serta (4) Merencanakan pengembangan pemanfaatan potensi jasa lingkungan sehingga memberi manfaat langsung maupun tidak langsung dalam peningkatan kualitas lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan Inventarisasi Jasa Lingkungan ini dilaksanakan di 3 (tiga) Lokasi yaitu Resort Belaban, Resort Rantau Malam SPTN Wilayah I dan Resort Batu Panahan SPTN Wilayah II. Berdasarkan hasil kegiatan di wilayah kerja Resort Belaban Ella SPTN Wilayah I dapat disimpulkan sebagai berikut :
2. Beberapa satwa endemik khas Kalimantan yang ditemukan yaitu : Kelempiau (Hylobates muelleri), Kelasi/Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Orang Utan (Pongo pygmaeus), Rusa sambar (C ervus unicolor), Kancil (Tragulus javanicus), Napu (Tragulus napu), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix brachyura) dan Beruang Madu (Helarctos malayanus) serta beberapa jenis burung diantaranya Ruai (Argusianus argus), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Enggang Gading (Buceros vigil) dan Kukurui/Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus). 3. Lokasi-lokasi yang berpotensi dikembangkan untuk wisata alam, diantaranya adalah : air terjun Demang Ehud, air terjun Semungga, air terjun Sungai Batas Dalam, Sungai Ella (arung jeram) dan pengamatan satwa. Hasil kegiatan di wilayah kerja Resort Rantau Malam adalah sebagai berikut : 1. Diperkirakan total karbon tersimpan pada biomassa pohon di wilayah kerja Resort Rantau malam adalah . . ,33 ton. 2. Potensi jasa lingkungan sumberdaya air Sungai Serawai sangat
61
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
1. Perkiraan potensi penyerapan karbon di wilayah kerja Resort Belaban yaitu sebesar . . , ton (Brown Pearce) dan .33 . . 3. ton (scherr).
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 besar dan sangat penting bagi kehidupan masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai tersebut. Air sungai tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari melainkan juga dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan sumber mata pencaharian. 3. Lokasi-lokasi yang berpotensi dikembangkan untuk wisata alam, diantaranya adalah : Batu Lintang, Batu Baboi, air terjun Nokan Sungai Kelabot, jalur pengamatan satwa ke Batu Belah dan arah Cahai Sohpot, Sungai Serawai (arung jeram dan body rafting) dan jalur pendakian Bukit Raya. Hasil kegiatan di wilayah kerja Resort Batu Panahan sebagai berikut : 1. Perkiraan nilai total potensi penyerapan karbon di wilayah kerja Resort Batu Panahan adalah sebesar . . , ton menurut teori Brown Pearce, dan .33 . . 3. ton menurut teori Scherr.
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
2. Potensi ora dan fauna yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : a. Potensi ora : Meranti (Shorea spp), Ubah Kapur (Dryobalanops spp), Kempas (Kompassia malaccensis), Medang (Litsea spp), Bengkirai (Shorea laevifolia), Agathis/Damar, Pandus sp, Eleocarpus glaber, F icus ribes, Michelia sp, Ixo ra sp, Diospyros sp, Antidesma sp, Rhododenron sp, Artocarpus altilis, Knema sp, Bulbhopyhllum spp, C oelogyne spp, Dendrobium spp, Doritaenopsis spp, Phalaenopsis spp, Vanda spp, C attleya spp, C ymbidium spp, Paphiopedilum spp, Paraphalaenopsis spp, Grammatophyllum spp, kantong semar (Nepenthes spp), beringin (fi us spp), Psychotria sp, Eurycoma longifolia, Arthocarpus integra, Durio zi bethinus, Arthocarpus chempeden, Mangifera indica. b. Potensi fauna : Tupai bergaris (C allosciurus prevostii), Babi hutan (Sus scrofa), Kancil (Tragulus spp), Lutung merah/Kelasi (Presbytis rubicunda), Owa-owa (Hylobates spp), Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kupu-kupu, jangkrik, capung, rayap dan pacet.
62
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
PERLINDUNGAN HUTAN
Pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan yang dilakukan oleh petugas Polisi Kehutanan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya beserta stakeholder lainnya bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan, mempertahankan eksistensi kawasan hutan, serta keanekaragaman hayatinya agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi (hasil hutan non kayu) tercapai secara optimal dan lestari.
4
63
Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan menurut Bab I Pasal 1 PP No. 45 Tahun 2004 adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 A. G angguan Kawasan 1 . Penamb angan E mas Tanpa Ijin Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan kawasan konservasi yang kaya akan sumber daya alam. Perkembangan penduduk, pengetahuan serta teknologi, berbanding lurus dengan meningkatnya aktivitas eksploitasi terhadap alam oleh manusia. Dan seringkali eksploitasi terhadap sumber daya alam dilakukan demi untuk mengeruk keuntungan, tanpa mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung alam dalam memperbaiki kondisi alaminya. Dengan kondisi seperti ini, maka sumber daya alam yang tersedia selayaknya perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Salah satu sumber daya alam yang tersedia di dalam kawasan TNBBBR selain kekayaan ragam hayatinya adalah keberadaan kandungan emas yang cukup besar. Keberadaan logam mulia yang sangat berharga ini, membuat masyarakat disekitar daerah penyangga kawasan maupun masyarakat dari luar saling berlomba untuk melakukan aktifitas penambangan emas tanpa ijin (Illegal Mining). Untuk mengatasi masalah peti ini, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya melakukan langkah-langkah strategis yaitu :
Perlindungan Hutan
a. Langkah utama yang dilakukan adalah menghimpun dukungan dari Pemda Kabupaten Sintang, melalui koordinasi dengan Bupati Sintang. Mendapatkan dukungan dan respon positif dari Bupati Sintang. Bahkan Gubernur Kalimantan Barat melalui Surat Edaran No. 275/Ekbang/2010 tanggal 26 Mei 2010 telah membentuk Tim Terpadu Penanggulangan PETI Propinsi Kalbar. Hal ini berarti Pemda Kalbar telah memberikan ruang dan mendukung untuk penanganan PETI baik yang terjadi diluar maupun didalam kawasan konservasi. b. Melakukan Operasi Intelejen dengan tehnik Pengumpulan Bahan dan Keterangan yang dilaksanakan pada pertengahan bulan November 2010, tujuannya adalah mengumpulkan segala data dan informasi, fakta dan data tentang jumlah mesin, pemilik, pekerja dan penampung hasil peti. c. Menindaklanjuti hasil operasi intelejen, pada tanggal 21 Desember 2010, diadakan Rapat Koordinasi Penanganan PETI dengan instansi terkait dilingkungan Pemkab Sintang. Salah satu hasilnya adalah Bupati Sintang menerbitkan Surat Edaran No. 540/0090/
64
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Ekbang tanggal 18 Januari 2011 perihal Penghentian Kegiatan PETI Pada Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang menginstruksikan kepada Camat Serawai untuk menghentikan aktivitas PETI sampai tanggal 17 Februari 2011. d. Selama tahun 2011 telah tiga kali dilakukan Operasi Gabungan Pemberantasan PETI, dengan melibatkan unsur Pemkab Sintang, TNI, Kepolisian, SPORC, beserta tokoh masyarakat. 2 . Peramb ah an Kawasan Perambahan hutan adalah kegiatan usaha tani atau mengambil hasil hutan dari dalam kawasan hutan secara tidak sah yang mengakibatkan kerusakan hutan yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha. Hal ini berarti segala bentuk kegiatan yang dilakukan masyarakat tanpa izin pemerintah) di areal hutan yang dianggap pemerintah sebagai hutan cagar alam, hutan konservasi, hutan produksi dan hutan lindung akan dianologikan sebagai pelanggaran terhadap peraturan pemerintah. Andono (2003) menuliskan bahwa perambahan hutan merupakan sebuah bentuk akibat dari berbagai macam faktor penyebab yang sangat komplek baik itu dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal), faktor-faktor penyebab ini saling mempengaruhi hingga membentuk lingkaran setan yang sulit dicari ujung pangkalnya. Faktorfaktor penyebab ini dapat di jabarkan sebagai berikut: a. Terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik memicu timbulnya ancaman dan gangguan hutan secara umum yang dilakukan oleh masyarakat/oknum secara massal, sporadis, brutal dan sifatnya sudah mengancam kelestarian kawasan konservasi.
c. Krisis politik yang terjadi berdampak ketidak percayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah, sehingga menghambat dalam pengamanan dan perlindungan hutan di Kawasan Konservasi . Selain itu kondisi aparat/oknum yang ada baik dari unsur pemerintahan, maupun pihak keamanaan juga sangat melemahkan kondisi keamanaan tersebut. d. Kondisi alam yang tidak proporsional dengan jumlah Polhut,
65
Perlindungan Hutan
b. Tingkat ekonomi masyarakat desa yang tidak mencukupi kehidupan sehari-hari, dan tidak mengoptimalkan manfaat hutan secara lestari, pemikiran yang pendek tentang manfaat hutan seperti penebangan liar, perambahan membuat mereka terperosok kedalam pemikiran kekinian saja tidak terpikir untuk masa depan Keluarga Sejahtera.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 peralatan pengamanan (sarana prasarana). e. Adanya aktor intelektual di belakang aksi-aksi tersebut, seperti adanya pemodal yang mampu memodali perambahan tersebut, bahkan banyak LSM-LSM yang menjajikan bantuan kepada para perambah dalam bentuk kridit, dana hibah dan lain sebagainya. f. Adanya program pemerintah yang memicu perambahan sebagai dampak pelaksanaan dilapangan yang kurang baik (KUT). g. Adanya pemukiman di sekitar kawasan, semakin besar jumlah penduduk disekitar kawasan kan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap keutuhan kawasan. Kondisi ini sangatlah pelik untuk di selesaikan mengingat banyaknya instansi yang terkait terutama Pemda setempat. h. Sulitnya koordinasi dengan pihak terkait mengingat perbedaan tingkat jabatan struktural . i.
Sarana informasi dan transportasi yang sangat terbatas sehingga penyebaran informasi menjadi terhambat, padahal informasi yang cepat dan tepat merupakan kunci pokok didalam pengamanan kawasan konservasi. Sementara Informasi dikalangan perambah sangat cepat baik dari segi cara-cara/teknis perambahan hingga dalih bila di tertibkan hampir sama.
j.
Perbedaan presepsi didalam pengelolaan kawasan konservasi diantara para pejabat terkait (Pemda/Dinas, Kepolisian, Militer, maupun Departemen lainnya).
k. Adanya perbedaan Kepentingan, perbedaan Tata Nilai, serta Perbedaan Pengakuan terhadap kawasan konservasi oleh seluruh para pihak yang terlibat baik masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, kepolisian dan lain sebagainya.
Perlindungan Hutan
l.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti, peranan, dan manfaat kawasan konservasi bagi sistem penyangga kehidupan, ilmu pengetahuan, kekayaan keanekaragaman hayati, hidroorologis, bahkan paru-paru dunia.
m. Perlu dana yang cukup besar dan berkelanjutan serta waktu yang panjang untuk program-program seperti penyuluhan, sosialisasi, hukum (penyidikan hingga putusan pengadilan), pemberdayaan masyarakat Karena selain mengusir para perambah juga harus merubah cara pandang/pola pikir terhadap kawasan konservasi.
66
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 n. Perlunya Keterlibatan yang aktif, partisipatif, dan kolaboratif serta intensif seluruh Dinas-Dinas yang ada di Pemerintahan Kabupaten dan Instasi terkait lainnya dalam mencari jalan keluar permasalahan perambahan ini, Permasalahan ini tidak akan pernah selesai bila hanya dipikirkan dan dikerjakan secara sepihak maupun sendiri sendiri oleh pengelola hutan karena keterbatasan wewenang (non teknis) dan teknis. Perambahan kawasan yang terjadi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya pada intinya disebabkan belum ada kejelasan dalam hal batas kawasan. Selain itu untuk didaerah Nanga Juoi wilayah kerja Resort Mengkilau terdapat bekas perkampungan dan ladang masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan perambahan kawasan ini, pihak BTNBBBR : a. Melaksanakan kegiatan penyuluhan, patroli pengamanan kawasan serta mengidentifikasi daerah rawan gangguan kawasan. b. Berkoordinasi dengan BPKH Wilayah III Pontianak, untuk melakukan tata batas kawasan TNBBBR. 3 . Peneb angan L iar Pembalakan liar atau penebangan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Penebangan liar yang terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, pada umumnya dilakukan oleh masyarakat desa di sekitar kawasan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk membangun rumah, kayu bakar dan lain sebagainya. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi penebangan liar adalah dengan melakukan patroli, penyuluhan dan sebagainya.
Perburuan yang dimaksudkan disini adalah merupakan perburuan liar yang dahulu dilakukan oleh masyarakat sekitar mulai dari cara yang tradisional menggunakan sumpit hingga kini menggunakan senjata yang lebih modern yaitu senjata rakitan (senapan lantak). Jika dilihat dari definisi berburu sesuai dengan PP No. 3 tahun , berburu adalah menangkap dan/atau membunuh satwa buru termasuk mengambil atau memindahkan telur-telur dan/atau sarang satwa buru (Ayat 1). Sedangkan perburuan liar adalah praktik mengejar, menangkap, atau membunuh hewan liar untuk dimakan, rekreasi, perdagangan, atau
67
Perlindungan Hutan
4 . Perb uruan
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 memanfaatkan hasil produknya (seperti kulit, susu, gading dan lainlain) dengan tidak memiliki izin yang sah. Perburuan liar yang terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan untuk kebutuhan sehari-hari serta ada juga yang diperdagangkan. Di TNBBBR, aktivitas perburuan hingga saat ini masih menjadi salah satu ancaman terhadap keberadaan ora maupun fauna dilindungi. ntuk mengatasi terjadinya perburuan liar ini, dilakukan dengan mengadakan penyuluhan tentang ora dan fauna yang dilindungi, melakukan patroli, penyebaran lea et, papan larangan dan lain sebagainnya. 5 . Keb ak aran H utan dan L ah an Kebakaran Hutan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 195/ Kpts-II/1986 adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api baik yang disebabkan oleh manusia ataupun faktor alam sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan/atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan/atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu : 1) Manusia karena kesengajaannya; 2) Manusia karena kelalaian; dan 3) Peristiwa alam.
Perlindungan Hutan
TNBBBR secara umum mempunyai potensi untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan, mengingat keberadaan TNBBBR dengan adanya masyarakat sekitar kawasan yang mempunyai tradisi membuka lahan ladang dengan membakar. Di mana sebagian besar ladang-ladang masyarakat sekitar kawasan tersebut letaknya berada di sekitar dan dalam hutan, tentunya aktivitas yang dilakukan dalam mempersiapkan lahan untuk siap ditangani akan membuka peluang terjadinya kebakaran hutan. Namun sejauh ini, dengan kemampuan membuka lahan dengan membakar yang sudah diwariskan dari nenek moyang, masyarkat terlihat sudah dapat menangani mengenai lahanlahan yang dikelolanya. TNBBBR dalam hal ini tetap berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar terhadap upaya-upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Diantaranya dengan dibentuknya Masyarakat Peduli Api (MPA) di beberapa desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBBR. MPA adalah suatu kelompok masyarakat dari berbagai profesi yang memiliki kesadaran akan bahaya kebakaran hutan dan lahan dan kepedulian terhadap permasalahan kebakaran hutan dan lahan sehingga secara sukarela membantu dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan. MPA bersifat sukarela.
Tujuan dibentuknya MPA oleh TNBBBR adalah agar tertanam kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap usaha pencegahan, pengendalian, dan penanganan kebakaran hutan dan lahan. MPA yang efektif dan efisien memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
68
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 memadai di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan
B. U pay a Perl indungan H utan 1 . Pendek atan a. Pre- emtif Pre-emtif dilakukan dengan cara sosialisasi peraturan perundangan dan penyuluhan/pendidikan konservasi kepada masyarakat di sekitar kawasan TNBBBR. Kegiatan yang dilakukan dalam pendekatan pre-emptive, yaitu : 1. Sosialisasi atau kegiatan kehumasan tentang perlindungan hutan. 2. Pembinaan masyarakat.
masyarakat
dan
meningkatkan
partisipasi
3. Melaksanakan kegiatan intelijen dan pulbaket. b . Prev entif Preventif atau mencegah terjadinya pelanggaran dilakukan secara persuasif kepada masyarakat dengan mengembangkan pengamanan hutan berbasiskan masyarakat desa sekitar kawasan TNBBBR. Kegiatan yang dilakukan dalam pendekatan Preventif, yaitu : 1. Patrol perlindungan dan pengawasan hutan. 2. Pelaksanaan gelar pasukan di daerah. 3. Sosialisasi peraturan perundang-undangan. c . R epresif Represif (penindakan/penegakan hukum) pada umumnya dilaksanakan pada saat kegiatan patroli pengamanan, baik itu patroli rutin, operasi gabungan maupun operasi khusus.
1. Operasi represif mandiri (fungsional) 2. Operasi represif gabungan 3. Pelelangan dan pemusnahan barang bukti. 2 . Pengamanan Kawasan a. Patrol i R utin
69
Perlindungan Hutan
Kegiatan yang dilakukan dalam pendekatan Represif, yaitu :
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan dan perlindungan hutan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, dilaksanakan kegiatan patroli rutin. Patroli adalah kegiatan dan pengawasan hutan dengan cara pergerakan dari suatu tempat ke tempat lainnya oleh 3 org petugas atau lebih, yang dilakukan secara teratur atau selektif tergantung situasi, di wilayah hutan yang menjadi tanggung jawabnya atau daerah tertentu berdasarkan informasi terjadi pelanggaran/ kejahatan. Patroli rutin ini dilaksanakan secara kontinyu setiap bulan. Patroli rutin dilaksanakan oleh petugas Polisi Kehutanan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, baik itu di SPTN Wilayah I Nanga Pinoh dan di SPTN Wilayah II Kasongan. Patroli rutin dilaksanakan dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan keamanan hutan, seperti perambahan kawasan, penebangan liar, penambangan liar, pencurian hasil hutan dan hasil hutan non kayu. Pelaksanaan patroli rutin biasanya dilakukan oleh personil Polisi Kehutanan yang ada di resortnya masing-masing. b . O perasi G ab ungan Operasi Gabungan adalah operasi pengamanan hutan yang dilaksanakan oleh tenaga fungsional pengamanan hutan dan dibantu oleh petugas dari instansi terkait tertentu.
1. Petugas Operasi : Polhut, PPNS-Hut, Satserse/Penyidik Polri. 2. Pimpinan Operasi : Tetap pada Petugas Instansi Kehutanan. 3. Sifat Operasi : Telah ditetapkan Target Operasi, Waktu, Jumlah personil dan dukungan dananya. Operasi gabungan yang telah dilaksanakan di TNBBBR adalah operasi pemberantasan PETI yang telah dilakukan sebanyak 3 kali. Tujuannya adalah agar gangguan keamanan kawasan hutan dapat dilakukan bersama-sama instansi terkait.
Perlindungan Hutan
c . Patrol i Bersama M asy arak at Masyarakat mempunyai peran penting dalam menjaga, melindungi, dan mengamankan hutan yang sesuai UU No. 41 tahun 1999 mengenai Kehutanan. Pada pasal 68 ayat (2) menyebutkan bahwa mayarakat juga turut serta dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu pasal 69 ayat (2) juga menyebutkan masyarakat berkewajiban untuk turut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan,
70
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 ancaman, dan pengrusakan. Masyarakat desa penyangga disekitar kawasan TNBBBR selalu dilibatkan dalam pelaksanaan pengamanan kawasan. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam pengamanan kawasan. d. Pemb entuk an dan Pengemb angan Pamswak arsa Salah satu bentuk pengamanan berbasis masyarakat adalah Pamswakarsa. Pamswakarsa adalah pasukan pengamanan hutan yang dilaksanakan oleh masyarakat atau LSM secara mandiri dan sukarela. Tujuan Pamswakarsa ini adalah untuk menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya konservasi dan upaya pengamanan kawasan. 3 . Pengendal ian Keb ak aran H utan Pengendalian kebakaran hutan merupakan salah satu kebijakan prioritas yang telah ditetapkan pemerintah guna menjaga dan meningkatkan keberlanjutan pembangunan kehutanan. Berdasarkan hal tersebut sangat penting bagi seluruh pihak untuk dapat menjaga hutan dan lahan dari kerusakan akibat kebakaran.
Perlindungan Hutan
Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan unit pelaksana teknis dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan mempunyai tugas melakukan kegiatan pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Salah satu sasaran strategis dalam pengelolaan Taman Nasional yang ingin dicapai adalah kondisi kawasan yang kondusif mencakup
71
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 efektifitas pengamanan kawasan, penegakan supremasi hukum serta pengendalian kebakaran hutan yang diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut : a. Kampany e Pengendal ian Keb ak aran H utan Seiring dengan peningkatan distribusi Hotspot (titik api)di Pulau Kalimantan yang cukup signifikan, Balai TNBBBR telah berupaya ditahun 2012 untuk melakukan kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di seluruh wilayah kerja TNBBBR. Salah satu upaya pencegahan yang telah direncanakankan adalah Kampanye Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di 2 (dua) lokasi yaitu SPTN Wilayah I Nanga Pinoh dan SPTN Wilayah II Kasongan dengan masingmasing SPTN mendapat 2 kali kegiatan Kampanye Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan. Kegiatan kampanye ini diharapkan dapat meningkatkan pegetahuan, kesadaran dan kepedulian semua lapisan masyarakat serta mensosialisasikan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan. b . Pemb entuk an dan Pemb inaan M PA Masyarakat Peduli Api (MPA) adalah masyarakat yang secara sukarela peduli terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang telah dilatih.
Perlindungan Hutan
Maksud dari kegiatan pembentukan MPA adalah untuk membina dan meningkatkan partisipasi masyarakat agar memiliki pengetahuan dan
72
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 keterampilan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan tujuannya agar kepedulian dan kesadaran tertanam di dalam masyarakat terhadap usaha pencegahan, pengendalian, dan penanganan kebakaran hutan dan lahan. Pelaksanaan kegiatan Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA) dilakukan di 2 (dua) lokasi yaitu Wilayah Kerja Resort Mengkilau SPTN Wilayah I dan Wilayah Kerja Resort Tumbang Habangoi SPTN Wilayah II. Hasil kegiatan Pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA) di Desa Nusa Poring Wilayah Kerja Resort Mengkilau SPTN Wilayah I sebagai berikut: 1. MPA di Desa Nusa Poring ini beranggotakan 40 (empat puluh) orang yang berasal dari 5 (lima) dusun yang berbeda, yaitu Dusun Nusa Poring, Mengkilau, Nanga Dawai, Sekujang, dan Guhung Bajang. 2. Materi yang disampaikan pada kegiatan Pembentukan MPA adalah Pengenalan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Peraturan yang Terkait Kebakaran Hutan, Dasar-Dasar Kebakaran Hutan, Pengenalan Peralatan Damkarhut, serta Teknik dan Strategi Pemadaman Kebakaran.
Perlindungan Hutan
Hasil kegiatan MPA di Desa Tumbang Habangoi Wilayah Kerja Resort Tumbang Habangoi SPTN Wilayah II sebagai berikut:
73
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 1. Peserta yang ikut dalam kegiatan Pembentukan Masyarakat Peduli Api sebanyak 40 (empat puluh) orang. 2. Materi yang disampaikan pada kegiatan Pembentukan MPA adalah Peraturan Perundangan Kebakaran Hutan, Dasar-dasar Pengendalian Kebakaran, Dampak-dampak Kebakaran Hutan dan Pengenalan Peralatan Kebakaran Hutan. 3. Dukungan dan kerja sama yang baik dari perangkat Desa/Tokoh Masyarakat dari Desa Tumbang Habangoi menjadikan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. c . Patrol i Penc egah an Keb ak aran/ Pengamanan H utan Bersama M asy arak at Kebakaran hutan yang terjadi di dalam kawasan biasanya diakibatkan oleh adanya pembukaan lahan disekitar kawasan yang dilakukan oleh masyarakat untuk membuka ladang. Selain itu juga karena pengaruh musim kemarau yang panjang, yang berakibat pada meningkatnya suhu yang cukup panas.
Perlindungan Hutan
Akibat yang ditimbulkan dari dampak kebakaran hutan, berupa terjadinya perubahan ekosistem hutan (munculnya dominasi jenis tanaman tertentu), menurunnya keanekaragaman hayati, terganggunya hidro-orologis dan kesuburan tanah, perubahan nilai estetika dan nilai ekonomi hutan, dan berbagai macam gangguan hutan (keamanan) seperti pengambilan hasil hutan berupa kayu, rotan,dll dan penambangan emas tanpa ijin. Kegiatan Patroli Pencegahan Kebakaran/Pengamanan Hutan Bersama Masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui keadaan di sekitar dan di dalam kawasan dari berbagai bentuk kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran hutan dan keamanan hutan. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah dan menanggulangi kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan keseimbangan ekosistem kawasan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan konservasi, khususnya kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Patroli Pencegahan Kebakaran/Pengamanan hutan Bersama Masyarakat dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu Resort Belaban dan Resort Mengkilau SPTN Wilayah I serta Resort Tumbang Habangoi SPTN Wilayah II. Hasil Kegiatan Patroli Pencegahan Kebakaran/Pengamanan Hutan
74
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Bersama Masyarakat di wilayah kerja Resort Belaban adalah sebagai berikut : 1. Perlu terus diberikan pengertian yang terus menerus tentang bahaya dan akibat yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang hukum yang berlaku apabila terjadi tindakan pelanggaran dan dampak yang timbulkan dengan pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar. 2. Tidak ditemukan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan.
Dari hasil kegiatan Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan/Pengamanan Hutan Bersama Masyarakat di wilayah kerja Resort Mengkilau adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada diketemukannya aktifitas kegiatan dari perladangan, penebangan liar, perburuan, perambahan dan penyerobotan lahan dalam kawasan. 2. Perlunya sosialisasi atau penyuluhan secara intensif tentang bahaya dan akibat yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan serta
75
Perlindungan Hutan
3. Permasalahan dilapangan yang dihadapi tim adalah karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan tuntutan ekonomi serta tradisi masyarakat yang sudah turun temurun.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 ketentuan sanksi hukum dari pelanggaran yang dilakukan akibat kegiatan yang menyebabkan kebakaran hutan/lahan. 3. Penyelesaian masalah tata batas kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang belum temu gelang harus segera diselesaikan dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan tata batas tersebut dan disosialisasikan kepada masyarakat setempat. Hasil Kegiatan Patroli Pencegahan Kebakaran/Pengamanan Hutan Bersama Masyarakat di wilayah kerja Resort Tumbang Habangoi adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan patroli pencegahan kebakaran hutan/pengamanan hutan bersama masyarakat di Resort Tumbang Habangoi dilaksanakan oleh tim berjumlah 20 orang, dengan 5 orang dari Polhut SPTN Wilayah II serta 15 orang dari masyarakat Desa Tumbang Habangoi. 2. Pada wilayah kerja Resort Tumbang Habangoi tidak terdapat perambahan kawasan untuk perladangan oleh masyarakat. d. Sosial isasi Pemb uk aan L ah an Tanpa Bak ar
Perlindungan Hutan
Pembersihan lahan dengan cara membakar menimbulkan kebakaran lahan atau hutan yang dapat menyebabkan bencana berskala lokal, nasional maupun global. Untuk mengantisipasi terjadinya kejadian kebakaran hutan yang tidak terkendali tersebut maka perlu dilakukan tindakan mitigasi bencana antara lain melalui pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB). Departemen Pertanian ( ) mendefinisikan PLTB sebagai suatu cara pembukaan lahan pertanian (land clearing) tanpa melakukan pembakaran. Metode palaksanaan PLTB pada lahan yang akan dijadikan sebagai lahan pertanian dipillih sesuai dengan jenis dan kondisi lahan tersebut. Pada dasarnya penyiapan lahan tanpa bakar meliputi kegiatan perintisan, menebang dan merencek, membuat panjang jalur tanam dan membersihkan jalur tanam. Adapun sistem yang diguanakan pada PLTB adalah secara manual, mekanis dan kombinasi antara manual dan mekanis. Kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam hal pengelolaan lahan untuk kepentingan pertanian maupun perkebunan tanpa melakukan pembakaran, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko kebakaran hutan dan lahan yang
76
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 dapat mengancam kawasan hutan taman nasional. Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar (PLTB) di 2 (dua) lokasi yaitu Resort Belaban SPTN Wilayah I dan Resort Tumbang Tae SPTN Wilayah II. Hasil pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar di Wilayah Kerja Resort Belaban adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Penyiapan Lahan Tanpa Membakar (PLTB) dilapangan mengacu pada peraturan perundangan sebagai dasar petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. 2. Masyarakat memahami maksud dan tujuan, serta keuntungan dan kerugian yang akan didapat jika melaksanakan PLTB. 3. Jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar adalah sebanyak 40 (empat puluh) orang. Hasil pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar (PLTB) di Wilayah Kerja Resort Tumbang Tae adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat yang ikut dalam kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar adalah sebanyak 40 (empat puluh) orang peserta. 2. Secara umum kegiatan Sosialisasi Penyiapan Lahan Tanpa Membakar di Desa Tumbang Tae berjalan lancar dan sesuai harapan. 4 . Peningk atan SDM
dan Sarpras
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian anggota Polisi Kehutanan TNBBBR adalah dengan mengadakan pelatihan menembak. Pelatihan menembak ini dilaksanakan oleh seluruh anggota Polisi Kehutanan dengan instruktur dari Sekolah Polisi Negara Polda Kalimantan Barat. b . M ob il Patrol i Salah satu Sarpras yang dimiliki TNBBBR dalam melaksanakan tupoksi perlindungan kawasan adalah Mobil Patroli. Saat ini TNBBBR memiliki 4 kendaraan lapangan atau mobil patroli dengan kondisi cukup bagus yang ditujukan untuk mobilisasi petugas dilapangan, baik itu untuk
77
Perlindungan Hutan
a. Pel atih an M enemb ak
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Perlindungan Hutan
kegiatan perlindungan pengamanan, maupun kegiatan pendataan kawasan. Kebutuhan akan penambahan mobil patroli sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran kegiatan.
78
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Pembinaan Daerah Penyangga
Pembinaan daerah penyangga TNBBBR menjadi salah satu langkah yang ditempuh BTNBBBR dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan pengetahuan masyarakat di sekitar kawasan penyangga TNBBBR. Penyebaran informasi seputar pengelolaan kawasan termasuk di dalamnya konservasi keanekaragaman hayati dilakukan melalui penyuluhan kehutanan kepada masyarakat. Upaya peningkatan kapasitas masyarakat diarahkan pada pengembangan keterampilan budidaya tanaman unggulan. Secara umum pembinaan daerah penyangga bertujuan mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat di sekitar kawasan penyangga, harapannya dengan semakin rendahnya tingkat ketergantungan masyarakat tersebut diharapkan potensi gangguan dan ancaman pada kawasan TNBBBR dapat turut diminimalisir.
5
79
Pembinaan Daerah Penyangga
A.Tujuan
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 B.Bentuk Kegiatan 1 . Pel atih an W ira U sah a Tani Salah satu bentuk pelatihan yang dilaksanakan BTNBBBR bagi masyarakat desa di sekitar kawasan penyangga taman nasional adalah pelatihan wira usaha tani. Pelatihan wira usaha tani disampaikan sekaligus dengan pembentukan kelompok tani daerah penyangga TNBBBR. Pelatihan yang dikemas dalam waktu tiga hari ini diisi dengan materi serta praktek terkait seluk beluk wira usaha tani, termasuk di dalamnya menyangkut manajemen lembaga kelompok tani, pengusahaan akses modal, pengolahan dan pemasaran komoditi hasil pertanian. Pemateri yang terlibat dalam kegiatan pelatihan wira usaha tani bagi masyarakat desa penyangga ini meliputi personil dari TNBBBR serta personil dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan masing-masing wilayah kabupaten desa penyangga tersebut berada. Pembentukan kelompok tani masyarakat MDK (Model Desa Konservasi) ini diarahkan sebagai pilot project bagi pengembangan serta penguatan kelembagaan masyarakat di sekitar kawasan penyangga terutama dalam hal peningkatan aspek sosial ekonomi kemasyarakatan berbasis pada sektor usaha pertanian.
Pembinaan Daerah Penyangga
a. Pembentukan Kelompok Tani Model Desa Konservasi Masyarakat menjadi modal sosial pengelolaan kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, sehingga kegiatan yang dilaksanakan diarahkan pada upaya pembinaan dan pemberdayaan desa-desa di sekitarnya. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terarah pada dasarnya membantu masyarakat dalam menemukan format penguatan kapasitas termasuk kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilannya untuk secara optimal mengelola sumberdaya yang ada. Masyarakat desa yang secara alamiah telah tinggal menetap di sekitar kawasan hutan memiliki adat kebiasaan yang lekat dengan hutan, bahkan sebagian besar masyarakatnya menjadikan hutan beserta segala isinya sebagai sumber penghidupan mereka. Dewasa ini secara swakarsa masyarakat desa hutan telah mulai melakukan tranformasi pencaharian dari yang semula seratus persen menggantungkan hidup melalui kegiatan ekstraktif dari hutan kemudian dengan perlahan secara mandiri memulai usaha pertanian di luar kawasan hutan. Keberadaan
petani-petani
yang
80
berkembang
selaras
dengan
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 berkembangnya tatanan masyarakat di desa sekitar kawasan penyangga yang membudidayakan komoditi pertanian seperti palawija, karet dan tanaman buah-buahan menjadi ciri pertumbuhan kultur pertanian menetap di desa sekitar kawasan taman nasional. Pembinaan serta pemberdayaan masyarakat petani ini merupakan sebuah ikhtiar dalam agenda pengelolaan kawasan untuk mewujudkan masyarakat desa di sekitar kawasan penyangga dengan tingkat kesejahteraan yang mencukupi.
Pembinaan Daerah Penyangga
Kelompok tani sebagai lembaga yang dibentuk TNBBBR dalam lingkup pembinaan model desa konservasi (MDK) terus dikembangkan terutama pada desa-desa di sekitar kawasan pengangga terdekat dengan akses menuju kawasan. TNBBBR memandang bahwa pembentukan kelompok tani ini akan sangat berpengaruh nyata terhadap upaya pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan secara kongkrit akan mempermudah dalam mobilisasi kesejahteraan menuju taraf hidup yang lebih baik. Pada akhirnya masyarakat diharapkan dapat secara mandiri mengembangakan usaha produktif berbasis agribisnis. Petani yang telah tergabung dalam Kelompok Tani Model Desa Konservasi dapat digolongkan sebagai pelaku utama dan pelaku usaha di sektor pertanian yang pada gilirannya akan juga berperan melanjutkan estafet pembangunan desa di masa yang akan datang.
81
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 b. Pelatihan Budidaya Tanaman Unggulan Tanaman karet dan gaharu sebagai salah satu jenis tanaman yang tengah menjadi primadona saat ini sudah banyak dibudidayakan masyarakat desa sekitar kawasan penyangga, namun demikian keterbatasan pengetahuan teknis pembudidayaan serta pengelolaan hasilnya masih menjadi kendala utama dalam upaya intensifikasi budidaya tanaman karet. Membaca realita tersebut BTNBBBR berupaya untuk terus mendukung transfor-masi teknologi budidaya tanaman unggulan melalui beberapa pelatihan teknis budidaya tanaman unggulan. Pelatihan yang dilaksanakan difokuskan pada jenis tanaman karet dan tanaman gaharu. Aspek pembudidayaan tanaman unggulan seperti penyiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan serta pemeliharaan pasca panen menjadi topik utama yang diangkat dalam setiap pelaksanaan pelatihan ini. 2 . Bantuan Bib it Tanaman U nggul an
Pembinaan Daerah Penyangga
Upaya pengembangan usaha produktif masyarakat desa hutan dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat desa penyangga dilakukan BTNBBBR melalui pembuatan kebun tanaman unggulan di desa sekitar kawasan penyangga TNBBBR. Program pemberdayaan ini ditempuh sebagai tindak lanjut dari pelatihan budidaya tanaman unggulan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pembuatan kebun tanaman unggulan merupakan aspirasi masyarakat desa penyangga
82
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 yang sebelumnya telah disampaikan dalam penyusunan rancangan teknis pemberdayaan desa penyangga. Beberapa alternatif yang dikehendaki masyarakat antara lain pembuatan areal sawah tadah hujan, pembangunan kebun tanaman unggulan, budidaya ternak produktif dan pembuatan pembangkit listrik microhydro. Beberapa opsi tersebut kemudian dirapatkan antara perangkat desa, tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat. Melalui diskusi yang cukup hangat dan saling adu argumen pada akhirnya disepakati kehendak masyarakat jatuh pada pembuatan kebun tanaman unggulan sebagai bentuk pemberdayaan yang akan dilaksanakan di desa sekitar penyangga tersebut. Dalam pembuatan kebun tanaman unggulan tersebut digunakan bibit karet dalam bentuk OPAS (Okulasi Payung Satu) dan OMAT (Okulasi Mata Tidur), bibit rotan sega dan bibit gaharu dari kebun bibit tersertifikasi.
Tindak lanjut dari pelatihan budidaya tanaman unggulan serta sebagai wujud dari program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan penyangga, BTNBBBR berupaya optimal menggalakkan usaha masyarakat berbasis agribisnis. Bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan BTNBBBR adalah berupa pemberian bantuan bibit karet, rotan sega dan gaharu serta pembangunan kebun karet rakyat di desa sekitar kawasan penyangga taman nasional. Dengan adanya kebun tanaman unggulan tersebut diharapkan masyarakat secara mandiri dapat mengembangkan budidaya bersama dengan pendamping dan fasilitator dari berbagai pihak pemangku kepentingan pengelolaan kawasan penyangga. Pendampingan dari BTNBBBR sebagai kelanjutan dari pemberian bantuan bibit tersebut berupa pendampingan penyiapan lahan, pendampingan penanaman serta pemupukan. Kesemua tahapan pembangunan kebun tanaman unggulan masyarakat ini dilakukan bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat dengan cara gotong royong.
83
Pembinaan Daerah Penyangga
BTNBBBR sebagai pengelola kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya menjadikan pemberdayaan masyarakat desa penyangga sebagai salah satu prioritas program pengelolaan dengan maksud agar dapat tercipta kondusifitas kawasan taman nasional melalui peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Melalui pendekatan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa penyangga, BTNBBBR mengharapkan agar ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan sedikit demi sedikit dapat berkurang.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 3 . Peny ul uh an Konserv asi Upaya pembangunan melalui pendekatan pengembangan manusia seutuhnya disadari sebagai sebuah formulasi pembangunan alternatif yang dipilih sejak pembangunan yang berorientasikan pada pembangunan ekonomi semata telah nyata gagal dalam mewujudkan visi pembangunan itu sendiri. Dalam perkembangannya pembangunan lebih memprioritaskan diri pada pembangunan secara bertahap namun merata ketimbang pada pembangunan terpusat pada sentral perkembangan ekonomi. Desa menjadi salah satu fokus utama pembangunan di samping pembangunan wilayah perkota-an yang secara gamblang memang telah tergarap dengan sempurna.
Kehutanan sebagai salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pembangunan nasional juga turut berbenah diri menuju terwujudnya sebuah sistem pembangunan kehutanan nasional yang mantap dan berorientasi pada pembangunan masyarakat sepenuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya. Untuk tujuan tersebut diperlukan sebuah mekanisme peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar hutan khususnya dalam upaya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan penyangga taman nasional.
Pembinaan Daerah Penyangga
Peningkatan pengetahuan masyarakat di sekitar terhadap keberadaan kawasan taman nasional beserta perangkat pengelolaannya merupakan salah satu tanggungjawab yang diemban BTNBBBR selaku UPT Kementerian
84
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Kehutanan dalam lingkup pengelolaan kawasan pelestarian alam TNBBBR. Untuk mencapai tujuan peningkatan pengetahuan, sikap serta keterampilan BTNBBBR melakukan penyuluhan kehutanan kepada masyarakat di sekitar kawasan penyangga.
Materi penyuluhan kehutanan yang disampaikan kepada masyarakat di antaranya adalah pengenalan taman nasional, dasar-dasar gerakan konservasi, perlindungan hutan, pemberdayaan masyarakat dan hukum perundang-undangan kehutanan. Penyuluhan dilaksanakan melalui berbagai metode baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara mengunjungi rumah-rumah warga, melakukan ceramah serta kampanye yang disertai dengan bahan informasi pengelolaan kawasan TNBBBR. 4 . Sosial isasi Tumb uh an Satwa L iar Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) sebagai salah satu Kawasan Pelestarian Alam (KPA) diantaranya mempunyai kewajiban untuk melakukan perlindungan terhadap keberadaan tumbuh dan satwa yang dilindungi.
Pembinaan Daerah Penyangga
Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan habitat bagi beraneka ragam tumbuhan dan satwa yang hidup dan saling berinteraksi di dalamnya. Keberadaan tumbuhan dan satwa tersebut menjadi sebuah potensi
85
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 yang dimiliki TNBBBR sekaligus faktor penarik gangguan dan ancaman bagi kawasan terutama bagi kegiatan perburuan liar. Upaya yang dilakukan BTNBBBR selaku pengelola kawasan dalam menekan terjadinya perburuan liar di dalam kawasan selain melalui upaya penegakan hukum secara represif, juga melalui pendekatan yang lebih lunak dengan Sosialisasi Tumbuhan dan Satwa Liar dilindungi. Tujuan kegiatan Sosialisasi Tumbuhan Satwa Liar ini adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong masyarakat untuk mendukung pelestarian kawasan TNBBBR bagi kepentingan seluruh kekayaan alam termasuk ora fauna yang terdapat didalamnya dan bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Hasil kegiatan Sosialisasi Tumbuhan Satwa Liar ini adalah sebagai berikut : 1. Bertambahnya wawasan masyarakat mengenai informasi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya 2. Menambah Pengetahuan masyarakat terhadap jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar dilindungi di Indonesia
Pembinaan Daerah Penyangga
3. Menambah Pengetahuan masyarakat tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.
86
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Kegiatan pengembangan bina cinta alam merupakan satu kesatuan program pengelolaan kawasan TNBBBR melalui pendekatan persuasif yang menitikberatkan pada upaya penyadaran terkait pengetahuan dan sikap peduli terhadap lingkungan bagi masyarakat di sekitar kawasan penyangga TNBBBR. Dalam kegiatan ini sasaran utama pelaksanaannya adalah generasi muda yang diharapkan pada gilirannya nanti akan melanjutkan estafet pembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Bina cinta alam secara luas bertujuan untuk membangun persepsi dan paradigma konservasi dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Peranan generasi muda dalam pembangunan pada masa yang akan datang akan mengemban tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya yang ada bagi kelangsungan peradaban kehidupan. Sesuai dengan tujuan konservasi yang menghendaki pemanfaatan secara lestari berlandaskan pada
6
87
Pembinaan Daerah Penyangga
BINA CINTA ALAM
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
nilai-nilai keberlanjutan perlu ditanamkan pola hidup dan budaya ramah lingkungan serta kerangka pikir yang komprehensif dalam memahami konservasi.
Pembinaan Daerah Penyangga
Pelaksanaan kegiatan Bina Cinta Alam oleh Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) secara garis besar berisi muatan pengenalan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan, isu lingkungan ancaman perubahan iklim dan peranan generasi muda dalam melanjutkan pengelolaan sumberdaya alam. Penyampaian materi-materi tersebut dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan yang direncanakan sedemikian rupa sesuai dengan kurikulum pengembangan bina cinta alam yang telah digariskan. Keterlibatan berbagai pihak atas terselenggaranya program Bina Cinta Alam di BTNBBBR tidak bisa dibilang kecil. Setiap kegiatan Bina Cinta Alam yang dilaksanakan selalu melibatkan pihak-pihak yang concern pada gerakan pendidikan lingkungan hidup. Beberapa pihak yang sampai saat ini membangun kerjasama dengan BTNBBBR dalam upaya pengembangan Bina Cinta Alam seperti Dinas Pendidikan, WWF Indonesia dan Kelompok Pecinta Alam pada lingkup kerja pengelolaan BTNBBBR. Adapun beberapa kegiatan Bina Cinta Alam yang telah dilaksanakan BTNBBBR meliputi Pembentukan Kader Konservasi, Pendidikan Lingkungan; Kemah Kerja Konservasi; dan Visit to School. A. Tujuan Pembinaan masyarakat di sekitar kawasan penyangga taman nasional melalui program Pengembangan Bina Cinta Alam dilakukan dalam rangka penyebarluasan nilai-nilai konservasi dan disamping itu pula
88
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 untuk memperkenalkan pengelolaan kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya kepada masyarakat di sekitar kawasan. Sasaran utama kegiatan bina cinta alam di kawasan penyangga taman nasional berupa pendidikan konservasi dan pendidikan lingkungan bagi generasi muda. B. Bentuk Kegiatan 1 . Pemb entuk an Kader Konserv asi Generasi muda sebagai sasaran pengembangan Bina Cinta Alam memiliki potensi sangat besar untuk turut diberdayakan sebagai kelompok kader konservasi. Pembentukan kader konservasi sebagai sebuah sarana dalam memperkuat pemahaman generasi muda pada upaya-upaya konservasi dan pendidikan lingkungan hidup. Pada intinya dalam pembentukan kader konservasi generasi muda diberi pembekalan pengetahuan dasar konservasi serta pengenalan pengelolaan TNBBBR secara komprehensif sehingga nantinya mampu berperan sebagai mediator publikasi TNBBBR dan kader penyampai pesan konservasi. 2 . Pendidik an L ingk ungan Pendidikan lingkungan hidup merupakan bagian dari kurikulum pembelajaran sekolah formal yang di dalamnya merangkum berbagai pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan alam sekitar sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian dan kaidah pembangunan berkelanjutan. Materi yang disampaikan dalam pendidikan lingkungan hidup terutama pada generasi muda di antaranya adalah prinsip pembangunan berkelanjutan, global warming, konservasi sumber daya alam hayati serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Salah satu cara pendekatan yang ditempuh BTNBBBR dalam rangka penyebaran pesan-pesan konservasi bagi generasi muda khusunya pelajar sekolah adalah melalui kegiatan kemah kerja konservasi. Kemah kerja konservasi yang dilaksanakan dengan menggalang peran serta berbagai elemen dalam kegiatannya diikuti oleh pelajar lingkup Kabupaten Melawi SPTN Wilayah I Nanga Pinoh dan Kabupaten Katingan. Kemah kerja yang dilaksanakan BTNBBBR berdasar pada kurikulum pendidikan lingkungan hidup yang dikemas sekaligus dengan promosi pengelolaan TNBBBR. Seperti halnya dalam kegiatan kepanduan lainnya, dalam pelaksanaan kemah kerja konservasi TNBBBR ini pun juga ditekankan prinsip-prinsip kemandirian dan teamworking. Nuansa konservasi yang dirangkai
89
Pembinaan Daerah Penyangga
3 . Kemah Kerja Konserv asi
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 dengan beberapa agenda di dalam perkemahan ini memberikan warna tersendiri serta pengalaman baru bagi para peserta. Kerja sama tim masing-masing kelompok dalam berbagai perlombaan dan kegiatan baik dalam ruangan maupun di luar dengan penuh semangat dan menjunjung tinggi sportivitas. Beberapa permainan dan lomba dikemas selama pelaksanaan kegiatan kemah ini. Pesan-pesan yang disampaikan dalam kegiatan ini meliputi pengetahuan dasar konservasi, pengenalan taman nasional, Heart of Borneo (HoB), pengenalan jungle survival dan dasar-dasar navigasi darat. Kegiatan di luar ruangan selama kemah dilakukan di dalam kawasan TNBBBR, peserta melakukan aktivitas lomba lintas alam dan photo hunting sepanjang lintasan jalan trek dipandu oleh panitia dan mentor perkemahan. Selama kegiatan di dalam kawasan peserta juga diserahi tugas untuk dapat memaparkan sepanjang perjalanannya dalam bentuk tulisan, gambar dan presentasi foto. Pengenalan kawasan taman nasional dan pendidikan lingkungan bagi generasi muda pelajar sekolah menengah atas dikemas dalam satu rangkaian kegiatan kepanduan berupa kemah kerja konservasi yang dilakukan di bumi perkemahan sekitar kawasan penyangga TNBBBR. Peserta yang dilibatkan adalah siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di lingkup wilayah Kabupaten Sintang, Melawi dan Katingan. Kegiatan kemah kerja konservasi diisi dengan materi-materi pengenalan konservasi, tumbuhan dan satwa dilindungi, isu lingkungan terkini, pengenalan Heart of Borneo, jungle survival dan navigasi darat. Peserta juga diajak mengunjungi kawasan TNBBBR dalam kegiatan lomba lintas alam disertai photo hunting di sepanjang jalur wisata. Aksi nyata para peserta kemah diimplementasikan dalam kegiatan bhakti konservasi berupa penanaman bibit pohon di sekitar bumi perkemahan.
Pembinaan Daerah Penyangga
Visit to School Pendekatan pendidikan konservasi ke sekolah-sekolah di sekitar kawasan penyangga TNBBBR terus diupayakan melalui kegiatan kunjungan TNBBBR ke beberapa sekolah di Kabupaten Sintang, Melawi dan Katingan. Tidak berbeda dengan agenda bina cinta alam lainnya dalam kegiatan visit to school disampaikan pula materi pengenalan TNBBBR dan pendidikan lingkungan hidup. Kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah ini diikuti oleh siswa dan guru di sekolah bersangkutan. Melalui presentasi dan diskusi antara pihak dari BTNBBBR, siswa dan guru bersama-sama menggali pengetahuan tentang konservasi dan pendidikan lingkungan hidup.
90
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
91
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Pengelolaan Jasa Lingkungan
A. Pemanfaatan Air Kawasan TNBBBR sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi dua sungai besar yaitu Sungai Melawi di Propinsi Kalimantan Barat dan Sungai Katingan di Propinsi Kalimantan Tengah. Fungsi dan peranan hydrologis kawasan tersebut menjadi satu kesatuan sistem penyangga kehidupan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam pengelolaan kawasan TNBBBR saat ini masih pada tahapan inventarisasi dan identifikasi potensi pemanfaatan jasa lingkungan baik pemanfaatan air bersih, pembangkit listrik mikrohydro dan wisata air. Warga masyarakat di beberapa desa penyangga sudah lama memanfaatkan air bersih dari aliran air sungai di sekitar kawasan TNBBBR secara tradisional. Pengembangan pemanfaatan air dari aliran sungai dalam kawasan akan dikembangkan sebagai sumber produksi air minum dalam kemasan serta pembangkit listrik microhydro.
7
92
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 B. Pemanfaatan W isata Al am Terdapat berbagai objek dan situs wisata yang menarik untuk dikunjungi baik itu di dalam maupun di sekitar kawasan TNBBBR. Air terjun, sumber air panas, goa, sungai dan situs budaya yang ada di dalamnya. Berbagai objek wisata tersebut saat ini masih belum dikelola secara optimal. Namun begitu BTNBBBR terus menerus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasanana pemanfaatan wisata alam baik di dalam kawasan maupun di sekitar daerah penyangga taman nasional. Tercatat pengunjung yang pernah datang ke kawasan TNBBBR berasal dari dalam maupun luar negeri dan sebagian besar melakukan ekspedisi pendakian menuju puncakpuncak bukit di dalam kawasan taman nasional. C. Pemanfaatan untuk Penel itian dan Pendidik an
Pengelolaan Jasa Lingkungan
Kawasan TNBBBR dengan segala keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya menjadikan kawasan ini sangat tepat dijadikan sebagai laboratorium alam untuk berbagai macam penelitian khususnya penelitian berbasis ilmu hayati. Nilai utama TNBBBR sebagai perwakilan hutan hujan tropis Pulau Kalimantan dengan keanekaragaman ora dan fauna yang belum sepenuhnya tergali merupakan sebuah potensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kawasan taman nasional juga merupakan wahana pendidikan lingkungan hidup bagi pelajar, mahasiswa dan kalangan umum. Untuk tujuan meningkatkan fasilitas bagi kegiatan penelitian, TNBBBR sudah menyediakan sarana pusat lapangan (F ield C enter) yang memiliki fungsi sebagai tempat persinggahan dan koordinasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh mitra, akademisi maupun umum.
93
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
Pemantapan Kawasan
Pemantapan Kawasan
Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang berada di dua wilayah administrasi pemerintah provinsi yakni Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah memerlukan upaya pengelolaan yang optimal selaras dengan pembangunan kehutanan yang holistik. Kondisi kawasan yang mantap menjadi sebuah indikator bahwa pengelolaannya dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, oleh karenanya sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Kehutanan yang mempunyai tanggung jawab dalam mengelola kawasan TNBBBR, BTNBBBR senantiasa berusaha mewujudkan kemantapan kawasan melalui beberapa kegiatan yaitu : Pemantapan tata batas kawasan, Penataan zonasi, Pemantapan koordinasi dan kerjasama serta Penguatan database dan informasi. A. Pemantapan Tata Batas Kawasan TNBBBR merupakan salah satu KPA (kawasan pelestarian alam) yang ada di Indonesia dengan bentang kawasannya pada Provinsi Kalimantan
94
8
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah. Pemantapan tata batas kawasan dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh data lapangan mengenai kondisi rintisan batas dan pal batas Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang masih nampak maupun yang sudah tertutup kembali, hilang akibat pelanggaran batas dan faktor alam. Kegiatan pemantapan tata batas berupa pengecekan batas kawasan dengan ruang lingkup kegiatan yang terdiri pencatatan data posisi dan kondisi pal batas kawasan baik itu yang bersinggungan dengan permukiman warga maupun perusahaan di sekitar kawasan TNBBBR. Pengecekan batas kawasan rutin dilaksanakan BTNBBBR sebagai bentuk tindakan monitoring dan penanggulangan potensi ancaman serta gangguan terhadap keberadaan kawasan. Melalui kegiatan yang bersifat preventif ini diharapkan akan terwujud kawasan yang mantap secara de facto sekaligus memperkuat pengelolaan kawasan secara yuridis formal. B. Penataan Zonasi Taman nasional sebagai kawasan yang memiliki kriteria pengelolaan dengan sistem zonasi kawasan, menuntut adanya pembagian wilayah (zona) yang ada di dalamnya pada beberapa fungsi yaitu zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan. Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya mempersiapkan zonasi pengelolaan kawasan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan no. P.56/Menhut-II/ 2006 tentang Pedoman Z onasi Kawasan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan draft rancangan zonasi meliputi penyusunan metodelogi menggunakan tool spatial decision support (SDSS) berbasis GIS untuk menentukan zonasi dan penentuan indikasi masing-masing zona. Dari beberapa tahapan tersebut dihasilkan peta zonasi kawasan TNBBBR yang terdiri dari Zona Inti, Zona Rimba dan Zona Pemanfaatan/ Zona lain sebagai bahan untuk konsultansi publik. Konsultansi publik sebagai lanjutan dari penyusunan draft zonasi kawasan TNBBBR dilaksanakan di tiga kabupaten. Konsultansi yang
95
Pemantapan Kawasan
Proses penataan zona pada kawasan TNBBBR saat ini masih dalam tahap penyusunan draft rencana zonasi serta sosialisasi publik di tiga kabupaten yakni Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Katingan. Penyusunan draft zonasi bertujuan mengembangkan metodelogi yang sistematis untuk menerjemahkan kriteria masingmasing zona pada kawasan TNBBBR sesuai dengan pedoman zonasi dalam permenhut.
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2
dilakukan tersebut membahas upaya pembagian zona kawasan taman nasional guna meningkatkan efektifitas serta mempertajam fungsi kawasan bagi kepentingan-kepentingan yang terkait di dalamnya dalam bingkai pengelolaan konservasi. Pembahasan dengan berbagai pihak terkait perihal upaya pengembangan kawasan TNBBBR ke dalam serta pengembangan sosial kemasyarakatan di sekitar kawasan penyangga dalam hubungannya dengan proses penyusunan rancangan zonasi kawasan. C. Pemantapan Koordinasi dan Kerja Sama
Pemantapan Kawasan
Lingkup koordinasi BTNBBBR sebagai UPT (Unit Pelaksana Teknis) Kementerian Kehutanan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan TNBBBR pada dua provinsi dan tiga kabupaten merupakan sebuah jembatan menuju terwujudnya pengelolaan kawasan secara kolaboratif. Koordinasi dan kerjasama yang dilaksanakan BTNBBBR melibatkan seluruh elemen yang terkait dengan pengelolaan kawasan serta pengembangan masyarakat desa penyangga di sekitar kawasan. Sebagai bentuk usaha pemantapan koordinasi dan kerjasama TNBBBR dengan pemangku kepentingan pengelolaan TNBBBR saat ini tengah dirintis pembentukan forum pengelolaan kolaboratif TNBBBR yang terdiri dari BTNBBBR, Pemerintah Daerah, NGO dan perwakilan elemen masyarakat di sekitar kawasan penyangga TNBBBR. Terkait dengan pengelolaan TNBBBR, BTNBBBR telah melaksanakan berbagai agenda koordinasi antara lain Sosiaisasi Pengelolaan TNBBBR, Review Zonasi di 3 kabupaten, Sosialisasi RPJP (Rencana Pengelolaan Jangka Panjang) dan RPJM (Rencana Pengelolaan Jangka Menengah), Konsultasi Publik Draft Zonasi dan Rapat Koordinasi Pemantapan Program Pengelolaan. D. Penguatan Data Base dan Informasi Pengelolaan kawasan taman nasional tidak dapat dipisahkan dari upaya pengayaan basis data dan media informasi kegiatan
96
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 pengelolaan. Dalam pengembangan sistem database, publikasi serta informasi pengelolaan kawasan, BTNBBBR menghimpun seluruh data serta informasi yang berasal langsung dari lapangan berupa data primer dan data-data yang bersumber dari pihak-pihak pemangku kepentingan terkait berupa data sekunder. Pengumpulan, pengolahan dan penyajian informasi dilakukan melalui tahapan yang sistematis untuk menciptakan sistem pengelolaan data yang akurat dan holistik.
Pemantapan Kawasan
Beberapa bahan publikasi dan informasi yang secara kontinu dibuat guna mendukung pengelolaan kawasan yang mantap di antaranya berupa buku adalah statistik TNBBBR, Panduan Wisata, Handbook TNBBBR, Buku Saku Konservasi, Identifikasi Anggrek, Mengenal Satwa dan Pengelolaan TNBBBR. Selain itu BTNBBBR juga menerbitkan beberapa bahan kampanye konservasi dan pengenalan TNBBBR melalui poster, kalender, ea et dan booklet yang berisikan materimateri pengelolaan kawasan. Beberapa upaya dalam penguatan data base dan informasi tersebut juga akan diikuti dengan pembangunan web site terpadu pengelolaan TNBBBR sebagai sarana publikasi dan informasi yang dapat diakses masyarakat luas dari seluruh penjuru dunia.
97
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 DAFTAR PUSTAKA Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, 2007. Laporan Inventarisasi Jasa Lingkungan. Sintang. ________, 2009. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah TNBBBR 2010 s/d 2014. Sintang. ________, 2009. Buku Panduan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Sintang. ________, 2010. Laporan Inventarisasi Karakteristik Habitat Orangutan. Sintang. ________, 2010. Laporan Inventarisasi Jasa Lingkungan. Sintang. ________, 2010. Laporan Inventarisasi Owa-Owa. Sintang. ________, 2010. Laporan Inventarisasi Primata. Sintang. ________, 2010. Laporan Kegiatan Pembentukan MPA. Sintang. ________, 2011. Identifikasi Jenis Burung. Sintang. ________, 2011. Laporan Inventarisasi dan Identifikasi Anggrek. Sintang. ________, 2011. Laporan Tahunan 2011. Sintang. ________, 2011. Laporan Kegiatan School Visit. Sintang. ________, 2011. Laporan Kegiatan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar. Sintang. ________, 2011. Laporan Inventarisasi Populasi Enggang. Sintang. ________, 2011. Laporan Inventarisasi Populasi Orangutan. Sintang. ________, 2011. Laporan Kegiatan Peningkatan Koleksi Tumbuhan Hias. Sintang. ________, 2011. Laporan Sosialisasi Tumbuhan dan Satwa Liar. Sintang. HIMAKOVA IPB. 2008. Laporan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) 2008: Potensi Keanekaragaman Hayati dan Kearifan Tradisional Masyarakat Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Republik Indonesia. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Lembaran Negara RI Tahun 1990, No. 49, Tambahan Lembaran Negara 3419. Sekretariat Negara. Jakarta. ________, 1999. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 14. Sekretariat Negara. Jakarta. ________, 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 167. Sekretariat Negara. Jakarta. ________, 2004. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang Perburuan Satwa Buru. Sekretariat Negara. Jakarta. ________, 2004. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 147. Sekretariat Negara. Jakarta.
98
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat, 2004. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 584 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar Untuk Usaha Perkebunan Di Kalimantan Barat. Pontianak. Anonim, 2009. Orangutan Kalimantan. Internet. http://forestcreator.wordpress.com/ category/fauna/primata, diakses 16 Maret 2012, jam 13.48 WIB.
99
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Lampiran 1. Data Pegawai TNBBBR Terkini No.
Nama
Jabatan
1
Dr. Ir. Widada, MM
Kepala Balai
2
Edy Subagio, A.Md
Kasubbag Tata Usaha
3
Ir. Edy Zulkarnain, M.Si
Kepala SPTN Wilayah I
4
Antoni Manik, SH, M.Hum
Kepala SPTN Wilayah II
5
Utin R. Afriyanti, S.Hut. MP
Pengendali Ekosistem Hutan
6
Firasadi Nursub’i, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
7
M. Isnaeni, S.Pi
Polisi Kehutanan
8
Suhardi, S.Hut
Polisi Kehutanan
9
Samiono K
Staf Penata Usaha
10
Suratno S
Staf Penata Usaha
11
Dodi Marsaidi, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
12
M. Rekapermana, S.Hut
Staf Penata Usaha
13
Ely Triana, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
14
Zulfiady, S.Hut
Staf Penata Usaha
15
Junaedy Slamet Wibowo, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
16
Antonie, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
17
Sigit Purwanto, S.Si
Pengendali Ekosistem Hutan
18
Diah Auliyani, S.Hut
Staf Penata Usaha
19
Artha Wiranthaka, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
20
Helmy Adhi Kusuma, S.Hut
Calon Penyuluh Kehutanan
21
Toto Aryanto, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
22
Syahran, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
23
Idiansyah, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
24
Agus Bandi, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
25
Binaksor Sihombing
Polisi Kehutanan
26
Ivonne BR. Panggabean, S.Hut
Calon Penyuluh Kehutanan
27
Muhammad Abduh, S.Hut
Pengendali Ekosistem Hutan
28
Syarif Ardiansyah
Polisi Kehutanan
29
Jonif Ronald Sianturi
Polisi Kehutanan
30
Niken Trusti P. S.Mn
Pemroses Kepegawaian
31
Andhi Jumhadi AS, S.Sos
Polisi Kehutanan
32
Eko Yulianto
Polisi Kehutanan
33
M. Yusuf
Staf Penata Usaha
100
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 No.
Nama
Jabatan
34
Diar Aronta
Polisi Kehutanan
35
Ferie Ariessandy, A.Md
Polisi Kehutanan
36
Asyam
Polisi Kehutanan
37
Muhammad Rahmadi
Polisi Kehutanan
38
Jonigan
Polisi Kehutanan
39
Sutomo
Polisi Kehutanan
40
Andhik Setiawan
Polisi Kehutanan
41
Sunaryo
Polisi Kehutanan
42
Syamsi
Polisi Kehutanan
43
Hairy Suisma, A.Md
Staf Penata Usaha
44
Muhammad Helmi, A.Md
Verifikator
45
Cucu Rachmawati
Polisi Kehutanan
46
Beni Sarbini, A.Md
Pemroses Kepegawaian
47
Frans Stephanus Simanjuntak
Polisi Kehutanan
48
Hamidin
Staf Penata Usaha
49
Yani Tricahyani, A.Md
Verifikator
50
Dahlia U Pratama, A.Md
Verifikator
51
Rikardo S. Manik
Polisi Kehutanan
52
Danda Rusmawan
Pengendali Ekosistem Hutan
53
Didin Joharudin
Pengendali Ekosistem Hutan
54
Nur Hidayat
Polisi Kehutanan
55
Edy Fitriansyah
Pengendali Ekosistem Hutan
56
Rustim
Polisi Kehutanan
57
Marsuli
Staf Penata Usaha
58
Agustinus Ayorbaba
Polisi Kehutanan
59
Yan Fanara Sraun
Polisi Kehutanan
60
Rony Setiawan
Staf Penata Usaha
61
Ricad Sismanto
Staf Penata Usaha
62
Laimena Arianto
Petugas Lapangan
63
Jusi Gusmawan
Pengemudi
101
Buku Seri Informasi Konservasi Ke-2 Lampiran 2. Sarana dan Prasarana Mobilisasi TNBBBR
No. Nama Sarana/prasarana 1 2 A. KENDARAAN DARAT Roda 4 1. Isuzu Panther grand Touring-MT 2. Daihatsu Hi Line 3. Mitsubishi Strada 4. Daihatsu F.70 (Hi Line Pick Up) 5. Isuzu D.Max (pick up) Jumlah I Roda 2 1. Honda Mega Pro GL160D 2. Yamaha RX-King 3. Yamaha Vega 4. Yamaha Crypton 5. Yamaha YT-115 6.
Suzuki TS-125
Jumlah II B. KENDARAAN AIR 1. Speed Boat 40HP 2. Klotok (Long Boat) 15HP 3. Klotok 20 HP 4. Klotok L300 5. Klotok 2HP (Ketinting) 6. Klotok 2HP (Ketinting)
Posisi 3
Jml 4
Keterangan 5
Balai Balai SPTN I SPTN I SPTN II
1 1 1 1 1 5
Baik Baik Baik Rusak Ringan Baik
Balai Balai Balai Balai Balai, SPTN II SPTN I dan SPTN II
3 2 1 1 4
Baik Baik Baik Baik Baik
11
Baik
22 SPTN I SPTN I SPTN II SPTN II SPTN II SPTN II
Jumlah III JUMLAH TOTAL (I+II+III)
1 1 1 1 1 1 6 33
102
Baik Baik Rusak berat Baik Rusak berat Rusak berat
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 75 Sintang - Kalimantan Barat 78611 Telp / Faks : (0565) 23521