PINGSAN Pingsan atau syncope adalah kehilangan kesadaran sementara yang terjadi secara spontan dan dapat kembali ke kondisi normal. Kondisi ini disertai hilangnya kekuatan otot yang dapat berakibat pada jatuh atau terpelanting. Pingsan terjadi apabila terdapat aliran darah ke otak yang terganggu. Gejala: Keringat dingin Mual Pusing dan mata berkunang-kunang Telinga berdenging Dada berdebar-debar Kepala terasa ringan Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Pindahkan korban ke tempat yang aman, lebih teduh dan datar. Hal ini dilakukan untuk menjauhkan korban dari terik matahari. 3. Baringkan korban dalam posisi terlentang. Supaya pertolongan lebih mudah dilakukan. 4. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC) untuk memastikan bahwa korban hanya pingsan biasa. Periksa respon korban, pastikan jalan nafasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan nafas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 5. Posisikan kepala korban lebih rendah daripada kaki untuk melancarkan aliran darah ke otak. Gunakan tas, bantal atau apapun untuk meninggikan tungkai korban hingga setinggi 15-30 cm. 6. Longgarkan pakaian yang ketat. 7. Kompres kepala korban dengan air biasa untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal. 8. Berikan bau - bau yang merangsang ( seperti minyak wangi) di depan hidung korban 9. Periksa adanya cedera dan luka lain. 10. Miringkan kepala korban ke kiri untuk mengantisipasi korban muntah 11. Jika korban sudah benar-benar sadar, minta korban untuk duduk dan beri minum a) air gula untuk korban hipoglikemia (gangguan kesehatan yang berhubungan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah ) a) diberikan air garam 0,1% ( 1 gram untuk 1 liter air) 1 | Materi Panateen 2016
Hal yang tidak boleh dilakukan: 1. Jangan meninggikan kepala korban lebih tinggi dari kaki 2. Jangan memberi makan atau minum sebelum korban benar-benar sadar 3. Jangan berusaha membangunkan korban dengan cara menampar atau menyiram Hubungin bantuan (ambulans) jika: 1. Korban mengalami pingsan berulang 2. Korban memiliki riwayat penyakit jantung 3. Korban adalah ibu hamil atau lansia >40 tahun 4. Korban tidak sadar hingga 5 menit
2 | Materi Panateen 2016
MIMISAN Mimisan atau epistaxis adalah perdarahan pada hidung akibat pecahnya pembuluh darah di permukaan dalam hidung. Hal ini biasanya terjadi akibat lemah atau tipisnya pembuluh darah di dalam hidung sehingga rawan pecah. Udara yang terlalu dingin, panas, atau kering dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan rawan pecah. Penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan mimisan. Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Penderita mimisan diminta untuk menundukkan kepalanya ke depan dan jangan sampai mendongakkan kepala. Pastikan posisi korban nyaman. 4. Meminta penderita menekan cuping hidung dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk dan ditahan selama 10 menit. 5. Minta korban bernapas dengan mulut. 6. Setelah 10 menit, penderita melepaskan tekanan di cuping hidung. Lalu lihat apakah mimisannya sudah berhenti apa belum. Jika belum berhenti, ulangi kembali selama 10 menit. 7. Jika mimisannya berhenti, usahakan penderita tidak mengubah posisinya. 8. Bila perlu dikompres dengan es untuk membantu menghentikan mimisannya. 9. Segera cari pertolongan medis jika darah tidak berhenti dalam 30 menit.
3 | Materi Panateen 2016
PERDARAHAN Perdarahan adalah proses kehilangan sejumlah darah. Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh benturan (trauma/penyakit). Perdarahan yang banyak dapat menjadi penyebab syok yaitu suatu kondisi dimana sel-sel dan organ tubuh tidak mendapat aliran oksigen yang cukup untuk melakukan fungsinya dan bertahan hidup. Jenis perdarahan: 1. Perdarahan luar: darah mengalir/memancar ke luar, merupakan hasil dari luka terbuka seperti tergores, lecet, tertusuk, dll 2. Perdarahan dalam: darah tertahan oleh kulit tertutup, disebabkan oleh benda tumpul. Ciri-ciri dari perdarahan dalam antara lain : a. Memar disertai nyeri dan pembengkakan pada bagian tubuh yang penting b. Nyeri, bengkak, dan perubahan bentuk pada alat gerak c. Keluar darah dari lubang-lubang tubuh seperti telinga, mulut, hidung, dan pada saat buang air. d. Pucat, badan terasa dingin, bisa juga kebiruan e. Pernapasan cepat dan dangkal Penanganan perdarahan luar: 1. 2. 3.
4.
Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. Kita harus menjaga keselamatan diri dengan menghindari kontak dengan darah korban, bisa menggunakan sarung tangan atau APD (Alat Pelindung Diri) yang dianjurkan. Setelah itu, lakukan prinsip 3 T: a) Tekan daerah yang mengalami perdarahan dengan kain atau telapak tangan atau ibu jari agar perdarahan berhenti, gunakan kain agar tekanan menjadi kuat dan lebih stabil. Beri kain atau kasa tambahan agar tekanan menjadi lebih kuat. b) Tinggikan area perdarahan di atas jantung agar mengurangi kehilangan darah c) Tekan titik tekan yaitu arteri di atas daerah yang mengalami perdarahan. Ada beberapa titik tekan yaitu: Arteri Brakialis (arteri di lengan atas)
4 | Materi Panateen 2016
5.
6.
7.
Arteri Radialis (arteri di pergelangan tangan) Arteri Femoralis (arteri di lipatan paha) Lakukan tourniquet HANYA JIKA perdarahan sudah sangat parah dan tidak ada pilihan lain (pilihan terakhir) karena tourniquet dapat menimbulkan kematian jaringan dan merusak saraf dan pembuluh darah. Beri pressure dressing berupa kain atau kasa tambahan pada luka jika perdarahan sudah berhenti tanpa mengambil kasa yang paling bawah karena dikhawatirkan pembekuan darah yang sudah terjadi akan hancur jika kasa yang paling bawah diambil. Jangan lupa untuk terus mengecek waktu pengisisian kapiler/denyut nadi pada jari tangan/ kaki. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi perdarahan serta tanda vital untuk mewaspadai memburuknya perdarahan dan kemungkinan syok.
Penanganan perdarahan dalam: 1. Rest Istirahatkan bagian yang cidera. 2. Ice kompres dengan es yang dilapisi kain untuk mengurangi rasa sakit selama 20 menit tiap 2 jam. 3. Compress balut dengan elastic bandage untuk sementara bagian tersebut tidak dapat digerakkan sehingga tidak akan memperparah keadaan. Jangan lupa untuk terus mengecek waktu pengisisian kapiler/denyut nadi pada jari tangan/ kaki. 4. Elevasi tinggikan daerah yang sakit jika memungkinkan, agar darah tidak menumpuk sehingga dapat mengurangi bengkak.
5 | Materi Panateen 2016
LUKA BAKAR Luka bakar dapat disebabkan oleh sesuatu yang bersuhu panas, zat kimia, radiasi, maupun listrik. Untuk menilai derajat luka bakar, kita bisa menilai dari kedalaman luka. Luka bakar derajat I hanya melibatkan kerusakan epidermis (kulit ari), dengan tanda-tanda antara lain kulit kering, kemerahan, nyeri, tidak ada benjolan berisi air (bulae). Luka bakar derajat II merusak bagian kulit yang lebih dalam, yaitu dermis. Tanda yang terdapat pada luka bakar derajat II antara lain adanya bulae yang terletak lebih tinggi dibanding kulit normal di sekitarnya, nyeri hebat, dan dasar luka berwarna merah atau pucat. Luka bakar derajat III melibatkan kerusakan seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis, dan subkutan). Tanda-tandanya yaitu tidak ada bulae, tidak nyeri, kulit yang terbakar berwarna abu-abu hingga hitam (berlilin) dan pucat, serta terjadi kerusakan organ-organ di kulit (seperti folikel rambut dan kelenjar keringat).
Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 4. Korban yang terkena luka bakar derajat I atau II biasanya cemas dan berteriak kesakitan, sehingga penolong sebisa mungkin menenangkan korban. 5. Selanjutnya lakukan penilaian fisik untuk mengetahui bagian tubuh mana saja yang terkena luka bakar. 6. Lepaskan pakaian dan perhiasan di daerah yang terkena luka bakar. Jika pakaian melekat pada kulit yang terkena luka bakar, gunting sekitarnya. Jangan memaksa untuk melepasnya 7. Lakukan evaluasi derajat luka bakar dilihat dari kedalaman, luas, dan tanda-tanda lainnya 8. Alirkan air biasa ke daerah yang terkena luka bakar. Bila ada bahan kimia alirkan air selama 20 menit atau lebih. Jika ada kotoran pada luka bakar jangan dibersihkan secara langsung, cukup mengguyur dengan air. 9. Tutup luka bakar menggunakan penutup luka steril (kasa steril), jangan memecahkan gelembung/bulae jika bukan ahlinya. Jangan mengoleskan mentega, pasta gigi, oli, kecap, kopi, atau air es ke daerah luka. 10. Rujuk ke fasilitas kesehatan jika diperlukan. 6 | Materi Panateen 2016
FRAKTUR Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya jaringan tulang. Patah dapat diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada tulang secara berlebihan sehingga menimbulkan celah, remukan, atau fragmentasi tulang. Penyebabnya antara lain dapat berupa benturan, tekanan berulang, keseleo, dll. Agar dapat menyambung kembali, patah tulang tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Prosesnya berlangsung antara 3-6 bulan. Pada penanganan awal diperlukan imobilisasi agar tidak menyebabkan kerusakan jaringan di sekitar patah tulang, dan mencegah infeksi.
Tanda-tanda patah tulang: Nyeri saat ditekan Perubahan bentuk (deformitas) Bengkak Hilangnya sensasi dan fungsi pada bagian yang mengalami patah Adanya luka dan/atau perdarahan Perubahan warna kulit pada area sekitar patah tulang Denyut nadi menghilang jika keadaan parah.
Jenis patah tulang: Patah tulang terbuka terjadi apabila tulang yang mengalami fraktur mencuat keluar sehingga tulang dapat langsung terlihat. Patah tulang tertutup patah tulang yang terjadi di dalam, artinya patah tulang tidak sampai mencuat keluar. Penanganan patah tulang terbuka: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 4. Buka dan periksa area yang mengalami cidera untuk mengetahui tingkat keparahan fraktur. Selain itu, penolong juga dapat mengatahui apakah terdapat cidera lain selain fraktur. 5. Jika terdapat perdarahan, segera tangani dengan cara tekan langsung pada area yang terluka dengan mitela donat untuk menghentikan perdarahan tanpa mengubah posisi tulang. 6. Jangan mengubah posisi bagian yang cidera karena tulang yang patah dapat melukai jaringan sekitar 7 | Materi Panateen 2016
7. Minta korban untuk tidak menggerakkan bagian tubuh yang mengalami cedera (misalkan patah terjadi di kaki maka minta untuk menggerakkan jarijarinya). 8. Apabila perdarahan sudah tertangani, cek waktu pengisian kapiler dengan cara menekan kuku korban dengan kuku penolong lalu perhatikan waktu yang dibutuhkan kuku korban untuk memerah kembali 9. Lakukan imobilisasi (pembidaian) dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Melalui 2 sendi agar bagian tubuh yang mengalami luka tidak dapat bergerak terlalu bebas b) Diikat minimal 2 kali dan mengikat di sisi samping korban agar tidak mengganggu proses evakuasi korban dan memudahkan ketika ingin dilepaskan c) Mengikat dari bagian bawah ke atas d) Ikat bagian yang patah dengan bagian yang tidak patah 10. Lakukan evaluasi kondisi korban dengan cara mengecek waktu pengisian kapiler bagian tubuh yang terluka. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembidaian yang dilakukan terlalu kencang atau tidak. 11. Baringkan korban dalam posisi yang nyaman
8 | Materi Panateen 2016
GIGITAN ULAR Penelitian menunjukkan bahwa imobilisasi bandage dapat menjadi teknik efektif untuk memperlambat penyebaran bisa. Pada daerah gigitan, balut dengan elastic bandage dan imobilisasi anggota gerak yang dibalut dengan bidai keras atau sling untuk anggota gerak atas. Tujuannya adalah menghambat aliran limfe. Balutan tidak boleh terlalu kencang sehingga menyebabkan berhentinya sirkulasi (balut seperti membalut pergelangan kaki yang keseleo). Amati pulsasi pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki. Bekas gigitan ular tidak berbisa pada kulit berbentuk tapal kuda, sedangkan pada gigitan ular berbisa bekas gigitan berupa 2 tusukan dengan diameter kecil. Keracunan bisa ular dapat menyebabkan gangguan neurologis dan pembekuan darah. Gejala:
Demam Mual Muntah Pingsan Lemah Nadi cepat dan lemah Kejang Gangguan pernapasan
Identifikasi ular: Ciri-ciri ular berbisa 1. Bekas gigitan berupa tusukan dengan diameter kecil 2. Memiliki vertical eye slit, kecuali coral snake 3. Mempunyai heat-sensitive pit diantara mata dan nostril 4. Memiliki satu deret sisik di bagian bawah ekor 5. Kepala berbentuk segitiga kecuali coral snake 6. Berwarna cerah
9 | Materi Panateen 2016
Ciri-ciri ular tidak berbisa 1. Bekas gigitan ular berbentuk tapal kuda 2. Memiliki mata bulat 3. Tidak memiliki heat-sensitive pit diantara mata dan nostril 4. Memiliki dua deret sisik di bagian ekor 5. Kepala berbentuk agak bulat
Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Mengenali dan menentukan jenis ular (bila masih ada) apakah berbisa atau tidak berbisa. Tetapi jangan mengejar, membunuh, atau menangkap ular tersebut kecuali memang ahli. 4. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 5. Tenangkan korban agar tidak panik. 6. Minta korban untuk mengurangi pergerakan. 7. Jika ular tidak berbisa lakukan pembersihan luka dan penanganan perdarahan saja. 8. Jika berbisa, bersihkan luka secara lembut dengan air 9. Posisikan bagian tubuh yang tergigit di bawah jantung untuk mengurangi penyebaran racun. 10. Jangan memakai tourniquet. 11. Melakukan pemeriksaan berkala pada korban selama perjalanan ke fasilitas kesehatan
10 | Materi Panateen 2016
KERACUNAN Racun (poison) adalah suatu zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh, baik melalui saluran pencernaan (ingesti), saluran nafas (inhalasi), suntikan (injeksi), ataupun kulit (kontak), dapat menyebabkan gannguan pada fungsi tubuh hingga menimbulkan kematian. Racun dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, bisa padat, cair, gas, ataupun serbuk. Dapat juga bahan alami seperti tanaman beracun ataupun bahan kimia seperti pestisida. Selain itu, zat yang biasa saja atau bersifat obat pada kadar rendah dapat bersifat racun pada kadar yang lebih tinggi. Toksin adalah racun yang diproduksi oleh makhluk hidup. Sedangkan bisa atau venom adalah toksin yang diinjeksikan atau ditusukkan oleh makhluk hidup. Seseorang yang mengalami keracunan harus segera ditangani karena reaksi keracunan dapat terjadi saat itu juga, beberapa waktu kemudian, atau terasa saat sudah lama. Penanganan yang kurang tepat dapat memperparah keadaan penderita. Gejala:
Penurunan kesadaran Nyeri perut, mual, muntah, diare Air liur berlebih atau mulut tampak berbusa Pupil mata tidak normal Rasa terbakar di sekitar bibir dan mulut Kejang otot Keringat berlebih Napas terlalu cepat atau terlalu lambat Denyut nadi atau detak jantung tidak normal Kulit kemerahan atau kebiruan Kelemahan otot Hipotermia
Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Menenangkan korban agar tidak panik 4. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 5. Menanyakan atau melihat riwayat penderita untuk mencari penyebab keracunan 6. Memperkirakan jumlah racun yang masuk 7. Mengecek tanda vital 11 | Materi Panateen 2016
8.
Melakukan tindakan penanganan yang sesuai dengan penyebab keracunan a. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan Keracunan dapat disebabkan oleh makanan, minuman, ataupun zat lain yang beracun Berikan air yang cukup banyak pada korban untuk menetralkan racun Korban dapat diberikan zat anti racun atau absorben seperti norit, susu, atau air kelapa Bawa ke fasilitas kesehatan dengan membawa sampel zat yang dicurigai menyebabkan keracunan agar dapat diidentifikasi b. Keracunan melalui pernapasan Jauhkan korban dari sumber gas beracun Beri oksigen dengan konsentrasi tinggi atau sesuai ketentuan Bawa ke fasilitas kesehatan dengan membawa kaleng, botol, atau label dari zat yang dicurigai menyebabkan keracunan agar dapat diidentifikasi c. Keracunan melalui kulit atau kontak Lepas bagian pakaian korban yang terkena racun Jika berupa serbuk, bersihkan dengan sikat lembut Jika berupa cairan maka aliri dengan air bersih atau cairan saline/infus selama minimal 20 menit Bawa ke fasilitas kesehatan dengan membawa kaleng, botol, atau label dari zat yang dicurigai menyebabkan keracunan agar dapat diidentifikasi
9.
Melakukan pemeriksaan berkala selama perjalanan
Hal yang tidak boleh dilakukan: Memaksa korban untuk memuntahkan makanan atau racun yang temakan secara paksa. Melakukan breathing rescue secara langsung dari mulut ke mulut karena masih ada kemungkinan kontak dengan racun yang tersisa di mulut korban
12 | Materi Panateen 2016
ASMA Asma adalah manifestasi dari reaksi hipersensitivitas di mana paparan terhadap alergen atau kondisi-kondisi tertentu akan memacu produksi lendir di paruparu sehingga menyebabkan penyempitan jalan napas. Tanda dan Gejala: Mengi, sesak napas, batuk, dada terasa berat Memburuk malam hari atau menjelang pagi Intensitasnya bervariasi dari waktu ke waktu Ada penyebab alergi Penyebab asma: Debu, bulu binatang, kecoa, jamur, serbuk sari dari pohon, rumput, maupun bunga Polusi di dalam maupun di luar ruangan, seperti: asap rokok, asap kendaraan, dll Infeksi pernapasan Obat-obatan Zat aditif pada makanan (pengawet, penyedap, pewarna makanan) Iritan (parfum, bau-bauan tajam) Aktivitas fisik dan hiperventilasi Perubahan cuaca Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 4. Jauhkan korban penyebab asma. 5. Beri ruang pada korban untuk bernapas. Longgarkan pakaian korban, bawa korban ke tempat yang luas dan jangan dikerumuni. 6. Tenangkan korban. 7. Tanyakan apakah korban membawa obat asma (inhaler) 8. Bantu korban memakai inhaler dengan benar a. Buka penutup b. Kocok inhaler c. Pegang dengan benar d. Berikan inhaler pada mulut korban 13 | Materi Panateen 2016
9. Panggil ambulans jika korban tidak membaik setelah diberikan inhaler 5 kali 10. Jika asma berhasil tertangani, beri oksigen (Oxycan) seperlunya Hal yang tidak boleh dilakukan: membaringkan korban mendekatkan pemicu asma pada korban meninggalkan korban sebelum asma tertangani Cari pertolongan medis jika : serangan tidak membaik setelah pemakaian inhaler asma terjadi pada: bayi, anak-anak, usia >40 tahun, ibu hamil, korban yang mempunyai riwayat penyakit jantung korban terlihat lesu dan pucat tidak ada riwayat asma sebelumnya
14 | Materi Panateen 2016
HIPOTERMI Hipotermi adalah kondisi dimana suhu tubuh berada dibawah 350C (suhu tubuh normal: 36,5 – 37,5 0C). Hal-hal yang menyebabkan hipotermi: Usia yang terlalu tua dan terlalu muda Sakit parah Orang yang mengalami kurang gizi Sangat kelelahan Konsumsi obat tertentu Dibawah pengaruh alkohol dan narkoba Sedang berada ditempat yang sangat dingin (gunung, daerah bersalju) Pembagian dan penanganan Hipotermia 1. Hipotermia Ringan ( 35 0C -320C ) Tanda-tanda: a. Pucat b. Kebingungan c. Kesemutan dan kram d. Gangguan bicara e. Detak jantung meningkat f. Napas cepat g. Penurunan suhu tubuh h. Produksi air kencing berlebih i. Menggigil Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans 4. Pindahkan korban ke tempat yang hangat 5. Ganti pakaian korban jika basah 6. Hangatkan korban dengan sumber panas (dipangkal paha, kepala, leher, dan sisi tepi dada). Gunakan selimut elektrik atau botol berisi air hangat jika tersedia. Lapisi korban dengan selimut kering. 15 | Materi Panateen 2016
7. 8.
2.
Minuman hangat dapat diberikan untuk meningkatkan suhu tubuh. Setelah suhu tubuh meningkat, pastikan korban tetap diberi selimut untuk menghindari hilangnya panas dari tubuh.
Hipotermia Sedang ( 320C -280C ) Tanda-tanda : a. Gerakan tubuh melambat dan tidak wajar b. Berjalan sempoyongan dan kebingungan c. Kesadaran, denyut nadi, dan frekuensi napas mulai menurun. d. Kesalahan koordinasi otot sangat terlihat e. Pucat tampak pada telinga, bibir, jari tangan dan kaki f. Pupil mata membesar
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
9. 3.
Penanganan: Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. Pindahkan korban ke tempat yang hangat. Ganti pakaian korban jika basah, beri kain penghangat, tutup kepala, dan perlakukan korban dengan lembut. Istirahatkan korban. Tutupi semua bagian kaki dan tangan korban dengan selimut. Berikan korban dengan sumber panas (dipangkal paha, kepala, leher, dan sisi tepi dada). Gunakan selimut elektrik atau botol berisi air hangat jika tersedia. Lapisi korban dengan selimut kering. Jangan meninggalkan korban sendirian.
Hipotermia Berat ( suhu tubuh <280C) Tanda-tanda : a. Pernapasan menurun, detak jantung menurun, mulai terjadi saat suhu 280C. b. Kulit yang terkena udara dingin menjadi biru dan bengkak
16 | Materi Panateen 2016
c.
Koordinasi gerakan sangat buruk sehingga tidak memungkinkan untuk berjalan Kesulitan berbicara atau gagap Berpikir lama atau bahkan amnesia (lupa) Pupil mata tidak reaktif Menyebabkan koma
d. e. f. g.
Penanganan: Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 4. Korban dengan suhu dibawah 280C ditangani seperti korban kegawatdaruratan. 5. Korban dengan hipotermia berat harus dihangatkan kembali secara hati-hati dan pastikan suhu korban terus dimonitor. 6. Lepaskan semua pakaian korban yang basah dan ganti dengan yang kering, lalu beri selimut. 7. Setelah korban berhenti menggigil berarti tubuh tidak lagi mampu menghasilkan panas tubuh. Kondisi ini membutuhkan sumber panas yang rendah, misalnya dengan skin to skin, dari tubuh manusia lainnya (dipeluk). 8. Hangatkan paru-paru korban dengan napas buatan mulut ke mulut. 9. Jangan memijat atau memindahkan tangan dan kaki korban. 10. Jangan menggunakan sumber panas langsung (misalnya air panas). 11. Korban dalam kondisi hipotermi berat bisa dalam kondisi tidak sadar, tidak ada nadi, tidak ada napas. Meskipun terlihat seperti mayat, tetap lakukan CPR dan harus tetap dilanjutkan proses penghangatan sampai bantuan medis datang. 1.
1.
Hal yang tidak boleh dilakukan: Beranggapan bahwa seseorang yang berbaring tanpa bergerak sudah pasti meninggal.
17 | Materi Panateen 2016
2. 3. 4. 5.
Gunakan pemanas langsung (seperti air panas, bantal pemanas atau lampu pemanas). Memberikan alkohol kepada korban. Memanaskan bagian perifer tubuh korban karena akan menyebabkan sirkulasi darah tidak bisa terfokus ke organ tubuh. Memberikan korban minuman teh dan kopi.
Pencegahan: 1. Sebelum beraktifikas di daerah dingin, jangan konsumsi alkohol atau merokok, pastikan Anda makan, minum, dan istirahat yang cukup. 2. Gunakan sarung tangan, pakaian hangat, dan topi yang menutupi telinga. 3. Hindari suhu yang sangat dingin, terlebih area berangin. 4. Hindari memakai pakaian basah. 5. Terus bergerak jika merasa kedinginan, karena aktifitas otot mampu menghangatkan tubuh Jika hipotermi terjadi pada anak yang mengalami kekurangan gizi maka dapat digunakan “ Kangaroo’s technique” yaitu teknik dengan meletakkan anak di dada atau perut ibunya dengan kontak skin-to-skin lalu keduanya diselimuti.
18 | Materi Panateen 2016
KRAM Kram adalah kontraksi tidak sadar pada otot atau sekumpulan otot. Biasanya terjadi ketika ada gerakan berkepanjangan dengan intensitas tinggi tanpa pemanasan. Pada kram, otot menjadi kaku dan sulit digerakkan. Kram dapat berlangsung dalam hitungan detik sampai 15 menit. Kram dapat menyerang organ manapun, tetapi yang sering terjadi adalah kram pada otot rangka terutama bagian tungkai. Kram dapat disebabkan oleh aktivitas fisik berlebih yang menyebabkan kelelahan otot. Terutama aktivitas yang tidak didahului oleh pemanasan terlebih dahulu sehingga menyebabkan kaku otot dan otot cepat lelah. Korban diam pada suatu posisi dalam waktu cukup lama juga dapat megakibatkan kram. Selain itu kram juga dapat disebabkan oleh dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Untuk mencegah terjadinya kram pastikan utuk melakukan pemanasan dengan benar sebelum berolahraga dan memastikan asupan cairan dan elektrolit yang baik. Penanganan: 1. Perkenalkan diri terlebih dahulu supaya orang di sekitar korban percaya bahwa kita ingin dan sanggup membantu. 2. Utamakan keamanan, pastikan penolong aman dan tempat untuk menolong aman. 3. Lakukan penilaian awal pada korban (ABC). Periksa respon korban, pastikan jalan napasnya terbuka, lakukan penilaian pernapasan dan denyut nadi. Jika tidak ada nadi dan napas, langsung hubungi bantuan/ambulans. 4. Menenangkan korban agar tidak panik. 5. Korban diminta untuk beristirahat dan tenang. 6. Kompres bagian yang cidera dengan es untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada kulit. Kompresi tidak boleh dilakukan lebih dari 20 menit pada bagian yang cidera, dan tidak boleh bersentuhan langsung dengan kulit karena dapat menyebabkan cidera pada kulit. Jika tidak memiliki es, dapat menggunakan botol minuman dingin. 7. Meninggikan anggota tubuh yang mengalami kram. 8. Lakukan gerakan peregangan otot agar otot yang kram relaksasi. 9. Setelah kram berhenti, pijat otot dengan lembut ke arah jantung.
19 | Materi Panateen 2016