PERUBAHAN KERUSAKAN LAHAN PULAU MADURA MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SIG Nanik Suryo Haryani, Kustiyo, Rokhis Khomarudin, Parwali. Peneliti Pusbangja, LAPAN
ABSTRACT Development activities t h a t do not pay enough attention to t h e environmental aspect will bring about the effect to the environment, particularly to the event of land damage. The effort to control a n d recover the land damage calls for the complete a n d the accurate data a n d information. Along with t h e remote sensing technology development, it enables to study t h e land damage effectively and efficiently in t h e large scale region. The method used in t h e research is by utilizing the Landsat-TM image a n d the Geographic Information System (GIS) to determine the stage of land damage. The potential determination of land damage is carried out by weighting the indicator of land damage t h a t all together function as t h e variable. T h e o u t p u t obtained shows t h a t t h e stage of land damage in Madura Island from 1994 until 2001 is the condition or the stage of land damage t h a t belongs to the rather damaged class decreases to 0.90%, while the stage t h a t belong to the damaged class is 3.90 % a n d t h e stage of the big damaged is 0.14 % ABSTRAK Kegiatan p e m b a n g u n a n yang kurang memperhatikan aspek lingkungan akan m e m b a w a d a m p a k t e r h a d a p lingkungan, terutama terjadinya k e r u s a k a n lahan. Upaya u n t u k pengendalian dan pemulihan k e r u s a k a n lahan memerlukan d a t a dan informasi yang lengkap d a n akurat. Seiring dengan perkembangan teknologi penginderaan j a u h memungkinkan u n t u k melakukan kajian mengenai k e r u s a k a n lahan secara efeklif d a n efisien p a d a wilayah yang berskala l u a s . Metode yang digunakan dalam penclitian ini m e n g g u n a k a n citra landsat-TM d a n Sistem Informasi Geografis (SIG) u n t u k p e n e n t u a n tingkat k e r u s a k a n lahan. Penentuan potensi k e r u s a k a n lahan dilakukan dengan pembobotan indikator k e r u s a k a n lahan yang sekaligus berfungsi sebagai variabelnya. Hasil yang diperoleh bahwa tingkat k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura dari t a h u n 1994 sampai dengan 2001 adalah kondisi a t a u tingkat k e r u s a k a n lahan yang t e r m a s u k dalam klas agak rusak b e r k u r a n g sebesar 0,90%, sedangkan tingkat k e r u s a k a n lahan dalam klas r u s a k bertambah sebesar 3,90% dan tingkat k e r u s a k a n lahan dalam klas sangat rusak bertambah sebesar 0,14%. Kata kunci: Kerusakan lahan, Sistem Informasi Geografi [SIG) 1 PENDAHULUAN Meningkatnya j u m l a h p e n d u d u k d a n lajunya p e m b a n g u n a n diperlukan ketersediaan lahan, sehingga banyak terjadi p e r u b a h a n penggunaan lahan di berbagai wilayah. Kegiatan pembangunan yang k u r a n g memperhatikan aspek lingkungan akan membawa dampak terhadap lingkungan, t e r u t a m a terjadinya ker u s a k a n lahan. 96
Sementara berdasarkan Badan Planologi Departemen Kehutanan, lahan kritis di Jawa dan Madura diperkirakan s u d a h mencapai 2.481.208 hektar d a n penutupan lahan oleh pohon tinggal 4 %. Sedangkan pada akhir t a h u n 1980-an, t u t u p a n h u t a n alam di J a w a hanya tinggal 0,97 j u t a ha atau 7 persen dari luas total Pulau J a w a . Data dari Departemen Kehutanan (2002) menunjuk-
(Perubahan %erusakan Lahan
k a n b a h w a l u a s k a w a s a n h u t a n negara di Pulau J a w a tinggal 22%. Luas l a h a n kritis di Pulau J a w a diperkirakan s u d a h mencapai seluas 2.481.208 hektar yang terdiri dari 423.305 hektar berada di dalam k a w a s a n hutan dan seluas 2.057.903 hektar berada di luar kawasan hutan. (htpp:// timpakul. or. id). Pada t a h u n 1 9 9 9 / 2 0 0 0 luas lahan kritis khususnya di Jawa Timur dan Madura dalam k a w a s a n h u t a n seluas 349.168 hektar, sedangkan di luar kawasan h u t a n mencapai seluas 953.211 hektar (Ditjen RLPS - Dept Kehutanan). Hal tersebut mendorong u n t u k mengadakan penelitian mengenai k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura. Upaya u n t u k pengendalian d a n pemulihan kerusakan lahan memerlukan data d a n informasi yang lengkap d a n akurat. Oleh sebab itu kegiatan kajian kerusakan lahan merupakan hal penting u n t u k dilaksanakan secara berkesinambungan. Teknik kajian k e r u s a k a n lahan secara konvensional memerlukan biaya yang besar, sehingga k u r a n g efektif dari segi waktu, tenaga dan biaya. Seiring dengan perkembangan teknologi penginderaan j a u h memungkinkan u n t u k melakukan kajian kerusakan lahan secara efektif d a n efisien p a d a wilayah yang berskala luas. Informasi tingkat kerusakan l a h a n tersebut dapat digunakan u n t u k kegiatan rehabilitasi lahan maupun konservasi t a n a h serta dapat digunakan sebagai b a h a n p e n y u s u n a n kebijakan d a n strategi pengelolaan d a n pemanfaatan lahan. Penelitian ini bertujuan melakukan pengolahan d a n analisis data satelit penginderaan j a u h untuk penentuan tingkat k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura. Ada 2 s a s a r a n dari penelitian ini, yang pertama tersedianya informasi spatial tingkat kerusakan lahan melalui citra satelit penginderaan j a u h ; yang k e d u a tersedianya data d a n informasi mengenai k e r u s a k a n lahan melalui data satelit penginderaan j a u h d a n SIG beserta analisisnya.
2 DISKRIPSI UMUM WILAYAH KAJIAN 2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Letak geografis Pulau Madura berada p a d a koordinat antara: 112° 4 0 ' 32" BT sampai dengan 114° 3 7 ' 17" BT d a n 6° 52' 42"LS sampai dengan 7° 17' 2" LS. Pulau Madura terdiri dari 4 (empat) Kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan d a n Kabupaten Sumenep. Peta batas administrasi Pulau Madura sebagai berikut:
G a m b a r 2 - 1 : Peta batas administrasi Pulau Madura 2 . 2 Kondisi Fisik Tanah Berdasarkan Peta Tanah Tinjau skala 1 : 250 000 t a h u n 1966 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT, 1966), Pulau Madura t e r s u s u n atas 9 (sembilan) jenis t a n a h , yaitu: Aluvial, Glei, Litosol, Regosol, Non Calcic Brown, Brown Forest Soil dan Renzina, Grumusol, Mediterania, Latosol. J e n i s t a n a h tersebut tersebar di 4 Kabupaten seperti pada Tabel 2-1. 2.3 Iklim Pulau Madura m e r u p a k a n s u a t u pulau yang memiliki tipe iklim kering. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pulau Madura mempunyai j u m l a h c u r a h hujan berkisar a n t a r a 1328-1571 m m / t h . Bulan kering terjadi pada bulan Agustus dan September dengan kisaran 1-18 mm, sedangkan bulan b a s a h p a d a bulan J a n u a r i berkisar antara 215 - 240 mm. Suhu udara di Pulau Madura termasuk tinggi berkisar a n t a r a 27°-30°C. Pulau Madura 99
JurnaC'Pengind'eraanJauli'VoC 3 'No. 1 Juni 2006:98-107
mengalami surplus air rata-rata hanya 5 bulan, sedangkan 7 bulan mengalami defisit air. Hal ini terlihat p a d a data evapotranspirasi yang berkisar a n t a r a 1536 - 1565 m m / t h , sehingga melebihi j u m l a h c u r a h hujan. Rata-rata defisit air adalah a n t a r a 306 - 402 m m / t h . T a b e l 2 - 1 : J E N I S TANAH MADURA No. 1.
2.
Sampang
3.
Pamekasan
4.
Sumenep
PULAU
J e n i s Tanah
Kabupaten Bangkalan
DI
Aluvial, Glei, Litosol, Regosol, Non Calcic Brown, Brown Forest Soil dan Rensina, Grumosol, Mediteran. Aluvial, Litosol, Non Calcic Brown, Brown Forest Soil dan Rensina, Grumosol, Mediteran, Latosol. Aluvial, Glei, Litosol, Non Calcic Brown, Brown Forest Soil d a n Rensina, Grumosol, Mediteran. Aluvial, Litosol, Regosol, Non Calcic Brown, Brown Forest Soil d s n Rensina, Grumosol, Mediteran
sekaligus berfungsi sebagai variabelnya. Berdasarkan KepPres No. 32 Tahun 1990, p e n e n t u a n potensi k e r u s a k a n lahan dibedakan menjadi 3 variabel yang meliputi: Iklim/intensitas curah hujan, T a n a h / k e p e k a a n t a n a h terhadap erosi, dan Topografi/kemiringan lereng. Sedangkan penentuan tingkat kerusakan lahan berdasarkan matrik antara potensi kerusakan lahan dengan variabel penutup/penggunaan lahan. Masing-masing variabel indikator mempunyai tingkatan nilai variabel yang berbeda. 1. Iklim/Intensitas Curah Hujan Iklim/Intensitas Curah Hujan dibedakan menjadi 5 kelas, diperoleh dari rata-rata c u r a h hujan per t a h u n dalam k u r u n waktu 28 t a h u n . Interval nilai intensitas curah hujan berdasarkan kisaran normal seperti pada T a b e l 3 - 1 . 2. Tanah/Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Tanah dibedakan menjadi 5 kelas, diperoleh berdasarkan kepekaan t a n a h t e r h a d a p erosi seperti p a d a Tabel 3-2.
Sumber: LPT-Bogor, 1966
3.Topografi/Kemiringan Lereng
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data
Topografi/kemiringan lereng dibedakan menjadi 5 kelas, seperti Tabel 3-3.
Data yang digunakan penelitian ini a n t a r a lain:
dalam
- Data landsat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat TM tanggal 26 J u n i 2001 (Path/Row 117/65), tanggal 19 September 1994 (Path/Row 117/65), tanggal 1 J u n i 2001 (Path/Row 118/65) d a n tanggal 7 Agustus 1994 (Path/Row 118/65). - Data Peta, a n t a r a lain: Peta Rupa Bumi t a h u n 1990, Peta Topografi t a h u n 1990, Peta Tanah Tinjau t a h u n 1966. - Data Iklim, Data Kawasan Hutan. 3 . 2 Metode Penelitian Penentuan potensi k e r u s a k a n lahan dilakukan dengan pembobotan indikator kerusakan lahan yang
100
Dalam penentuan potensi k e r u s a k a n lahan berdasarkan variabel indikator diberikan nilai d a n bobot. Besarnya pemberian nilai d a n bobot variabel indikator dapat dilihat dalam Tabel 3-4. Untuk p e n e n t u a n tingkat ker u s a k a n lahan menggunakan variabel penutup/penggunaan lahan dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas berdasarkan kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan a t a u density yaitu sangat rapat [High), sedang {Medium), j a r a n g [Low). Penentuan tingkat kerusakan lahan berdasarkan matrik antara penutup/penggunaan lahan atau density dengan potensi k e r u s a k a n lahannya.
Tabel 3-1: PERHITUNGAN INTERVAL CURAH HUJAN BERDASARKAN SEBARAN NORMAL No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kisaran < Xrat - Stdev Xrat - Stdev s/d Xrat - 0,5 Stdev Xrat - 0,5 Stdev s/d Xrat + 0,5 Stdev Xrat + 0,5 Stdev s/d Xrat + Stdev > Xrat + Stdev
Nilai < 1460 m m / t h 1460 - 1680 m m / t h 1681 - 2 1 2 0 m m / t h 2121 - 2 3 3 9 m m / t h > 2339 m m / t h
Sumber: Hasil perhitungan dari rlata r n r a h Vmian HQfifi 1 QQ41RMCi 9001 Keterangan: Xrat = 1900 mm/tll, Stdev = 439,4
Tabel 3-2: KELAS TANAH BERDASARKAN JENIS TANAH DAN KEPEKAAN TANAH TERHADAP EROSI —
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Rendah/tidak peka terhadap erosi
—
— —
-
•
;
•
•
•
—
— —
—
—
—
'
'
- —
"
—
•
• •
•
-
J e n i s Tanah
Aluvial, Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit Air Tanah Sedang/agak peka terhadap erosi Latosol Kambisol, Mediteran, Brown Forest Soil, Tinggi/kurang peka terhadap erosi Non Calcic Brown Sangat Tinggi/peka terhadap erosi Vertisol, Andosol, Grumusol, Laterit, Podsol, Podsolik Amat Sangat Tinggi/sangat peka Litosol, Organosol, Rensina, Regosol terhadap erosi
Sumber: Bapedal, 2001
Tabel 3-3: KELAS TOPOGRAFI BERDASARKAN BESARNYA KEMIRINGAN LERENG No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Datar - Bergelombang^ Bergelombang - Berombak Berombak - Berbukit Berbukit - Bergunung Bergunung
Kemiringan Lereng 0 %-8 % > 8%-15% > 15%-25% > 25 % - 40 % > 40 %
Sumber: Peta Topografi, 1990.
Tabel 3-4: PEMBERIAN NILAI DAN BOBOT PADA VARIABEL INDIKATOR KERUSAKAN LAHAN No 1
2
3
Variabel Indikator Iklim/Intensi tas Curah Hujan
Nilai Variabel Indikator
1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi 5. Sangat Tinggi Tanah/Kepe 1. Rendah/Tidak Peka kaan tanah (Aluvial, Glei, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit Air terhadap Tanah) 2. Sedang/Agak Peka erosi (Latosol) 3. Tinggi / Kurang Peka (Kambisol, Mediteran, Brown Forest Soil, Non Calcic / Brown) 4. Sangat Tinggi (Vertisol, Andosol, Grumusol, Laterit, Podsol, Podsolik) 5. Amat Sangat Tinggi (Litosol, Organosol, Rensina, Regosol) Topografi/Ke 1. 0 % - 8 % miringan 2. > 8 % - 15 % lereng 3. > 15 % - 25 % 4. > 25 % - 40 % 5. > 40 %
Bobot (20
30
50
Sumber: Bapedal, 2001
101
! JumaC^engincCeraan Jaufi VoC 3 "No. 1 Juni 2006:98-107
Tabel 3-5: MATRIK PENENTUAN TINGKAT KERUSAKAN LAHAN
Gambar 3-1: Diagram alir p e n e n t u a n tingkat k e r u s a k a n lahan 102
4 H ASIL DAN PEM BAH AS AN 4.1 Tingkat K e r a p a t a n P e n u t u p / P e n g gunaan Lahan di Pulau Madura Kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan di Pulau Madura diperoleh berd a s a r k a n p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan hasil dari klasifikasi citra satelit penginderaan j a u h t a h u n 1994 dan t a h u n 2 0 0 1 . Klasifikasi citra menghasilkan 10 (sepuluh) kelas p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan, yang terdiri dari h u t a n lebat, h u t a n sedang, h u t a n jarang, k e b u n campur, sawah, lahan terbuka, tambak, perkotaan, perairan dan awan. Dalam penentuan tingkat kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan atau vegetasi di Pulau Madura menggunakan variabel p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan yang dibedakan menjadi 3 (tiga) klas berdasarkan kerapatan p e n u t u p / p e n g gunaan lahan atau density yaitu kerapatan sangat tinggi (High Density), kerapatan sedang (Medium Density) d a n kerapatan rendah (Low Density). Pengelompokan tingkat kerapatan p e n u t u p / penggunaan lahan menjadi 3 (tiga) klas tersebut didasarkan p a d a tingkat kehijauan penutup/penggunaan lahan a t a u yang dikenal dengan NDVI. R u m u s yang digunakan u n t u k menghitung tingkat kehijauan p e n u t u p / penggunaan l a h a n sebagai berikut: (Danoedoro, 2002; Sinclair, et. al., 1971; Tucker, et.al, 1979) NDVI = (R2 - Rl) (R2 + Rl) dengan NDVI R1 R2
adalah Normalize Vegetation Index adalah albedo k a n a l 1 adalah albedo kanal 2
Defference
Pembagian klas tersebut adalah sebagai berikut • Kerapatan sangat tinggi (High Density) terdiri dari h u t a n lebat, h u t a n sedang, h u t a n j a r a n g d a n Mangrove.
;VIIT:";, $wyo tt.\
• Kerapatan sedang (Medium Density) terdiri dari k e b u n c a m p u r d a n sawah. • Kerapatan r e n d a h (Low Density) terdiri dari lahan terbuka, tambak dan perkotaan. Sedangkan klas perairan dan awan dikategorikan non klas atau tidak termasuk dalam klas kerapatan penutup/ penggunaan lahan. Hasil kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan t a h u n 1994 dan t a h u n 2001 dapat dilihat pada Gambar 4-1 d a n Gambar 4-2, sedangkan luasan kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan t a h u n 1994 dan t a h u n 2001 dapat dilihat pada Tabel 4 - 1 . 4 . 2 Potensi Kerusakan Pulau M a d u r a
Lahan
di
Dalam penentuan potensi kerusakan lahan dengan melakukan pembobotan indikator kerusakan lahan yang sekaligus sebagai variabelnya. Potensi k e r u s a k a n lahan terdiri dari 3 (tiga) variabel yaitu: iklim a t a u intensitas c u r a h hujan, tanah atau kepekaan tanah terhadap erosi, dan topografl a t a u kemiringan lereng. Dari hasil pembobotan dari ketiga variabel potensi k e r u s a k a n lahan (iklim/ intensitas curah hujan, t a n a h / kepekaan terhadap erosi dan topografi/ kemiringan lereng) dilakukan overlay maka a k a n dihasilkan peta potensi k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura seperti pada Gambar 4 - 3 . Potensi k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu potensi kerusakan lahan tinggi (High), potensi k e r u s a k a n lahan sedang [Medium), d a n potensi k e r u s a k a n lahan r e n d a h (Low), dimana potensi kerusakan lahan di Pulau Madura yang berpotensi tinggi banyak terjadi di Kabupaten Sumenep, sedangkan yang paling sedikit terjadi potensi k e r u s a k a n lahan di Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan.
103
JumaC&enginderaanJaufiVoC. 3 No. 1 Juni 2006:98-107
Tabel 4 - 1 : LUAS KERAPATAN PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN Luas Kerapatan Penutup/Penggunaan Lahan Tahun 1 9 9 4 Tahun Tahun Tahun 2 0 0 1 1 9 9 4 (%) (hektar) (hektar) 2 0 0 1 (%) 23,94 18,86 118.040,40 90.861,12
No.
Kerapatan Vegetasi
1.
High
2.
Medium
195.603,30
39,67
3.
/ Low
179.437,86
36,39
517.381,56
100
Jumlah
169.254,45 221.750,37 481865,94
35,12 46,02 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2001
Gambar 4 - 1 : Kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan
Gambar 4-2: Kerapatan p e n u t u p / p e n g g u n a a n lahan Pulau Madura t a h u n 2001 104
(Peru6ahan %£rusakffn Lahan
O
1 : 6 5 0 OOO J.O
J7fc- 3J C H I l f t t C CX
Gambar 4-3: Potensi k e r u s a k a n lahan Pulau Madura 4.3 Kondisi/Tingkat Kerusakan Lahan di Pulau Madura
21.915,63 hektar a t a u 4,93 % dan kondisi lahan sangat baik berkurang sebesar 15.492,69 hektar a t a u 3,48 %. Kerusakan lahan yang terjadi di Pulau Madura m e n u r u t pengamatan di lapangan (survey lapangan t a h u n 2001) disebabkan oleh faktor alam, di m a n a lahan yang mengalami k e r u s a k a n tersebut terdiri dari b a t u k a p u r yang s u d a h tidak dapat d i u s a h a k a n a t a u ditanami karena p a d a b a t u k a p u r tersebut tidak ada lapisan t a n a h yang dapat dipergunakan u n t u k perrumbuhan tanaman. >
Kondisi lahan atau tingkat k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura p a d a t a h u n 1994 dan t a h u n 2001 dapat dilihat pada Tabel 4-1, di mana dari tahun 1994 sampai dengan t a h u n 2001 kondisi lahan sangat r u s a k bertambah 632,70 hektar a t a u 0,14 %, kondisi lahan r u s a k bertambah sebesar 17.350,56 hektar atau 3,9 %, kondisi lahan agak r u s a k berk u r a n g sebesar 3.997,26 hektar a t a u 0,9 %, kondisi lahan c u k u p baik bert a m b a h 23.422,32 hektar a t a u 5,27 %, kondisi lahan baik berkurang sebesar
Tabel 4-2: KONDISI/TINGKAT KERUSAKAN LAHAN PULAU MADURA TH.1994 DAN TAHUN 2001 i ^ -U~ Tingkat Kerusakan Lahan
Th. 1 9 9 4 Hektar Persen (ha) (%) !
Th.2001 Hektar Persen (ha) (%)
Perubahan (%)
Sangat Baik
.60.192,18
13,54
44.699,49
10,06
-3,48
Baik
139^44,33
31,48
118.028,70
26,55
-4,93
Cukup Baik
95.548,95
21,50
118.971,27
26,77,
5,27
Agak Rusak
73.343,25
16,50
69.345,99
15,60
-0,90
Rusak
71.234,37
16,03
88:584,93
19,93
3,90
Sangat Rusak
4.232,25
0,95
4.864,95
1,09
0,14
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2001
105
! JumaCPenginderaan Jauh Vol. 3 5Vo. 1 Juni 2006:98-107
Tabel 4-3: MATRIK PERUBAHAN KONDISI/TINGKAT KERUSAKAN LAHAN • MADURA TAHUN1994 DAN TAHUN 2001 2001 ^ ~ ^ - \
Kondisi/Tingkat Kerusakan Lahan (Hektar) Agak Baik Cukup Rusak Baik Rusak 11.531,07 2.447,28 739,98 18,99
Sangat Rusak 0,09
Sangat Baik
Sangat Baik 2.962,08
Baik
17.895,51 75.828,15 12.442,95 9.907,83
1.949,31
4,95
Cukup Baik
10.680,84 28.606,77 77.744,79 968,31
896,58
73,98
Agak Rusak
1.591,74
16.835,40 1.603,08
39.880,01 9.516,15
Rusak
61,83
7.131,24
1.067,22
21.913,93 57.819,24 591,48
11,7
243,63
25,2
Sangat Rusak 0,18
1.034,10
11,61
3.550,14
Tetap/Berubah/Total (Hektar dan Persen) Tetap Berubah Total (ha) dan (%) (ha) dan (%) (ha) dan (%) 44.699,49 29.962,08 14.737,41 67,03 % 32,97 % 100 % 75.828,51 118.029,06 42.200,55 64,25 % 100 % 35,75 % 77.744,79 118.971,27 41.226,48 65,35 % 34,65 % 100 % 39.788,01 65.345,99 25.557,98 60,89 % 39,11 % 100 % 57.819,24 88.584,94 30.765,70 65,27 % 100 % 34,73 % 3.550,14 1.314,81 4.864,95 72,97 % 27,03 % 100 %
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2001
Gambar 4-4: Kerusakan lahan Pulau Madura tahun 1994
Gambar 4-5: Kerusakan lahan Pulau Madura tahun 2001 106
PULAU
(PeruSatian -Kfrusaf&n Cakan Patau 'Madura.._ (Nan%. Swyo cUaC)
5 KESIMPULAN • Kondisi/tingkat kerusakan lahan yang terjadi di Pulau Madura dengan kondisi sangat baik d a n baik dari t a h u n 1994 sampai dengan t a h u n 2001 berkurang sebesar 8,41 %, sedangkan kondisi lahan r u s a k dan sangat rusak bertambah sebesar 4,3 %, sehingga p a d a t a h u n 2001 kondisi lahan rusak dan sangat r u s a k mencapai sebesar 21,02 % atau mencapai luas 93.448,88 hektar . • Potensi k e r u s a k a n lahan di Pulau Madura yang berpotensi tinggi banyak terjadi di Kabupaten Sumenep, sedangkan yang paling sedikit terjadi potensi kerusakan lahan di Kabupaten Sampang d a n Kabupaten Pamekasan. DAFTAR RUJUKAN Badan Meteorologi d a n Geofisika, 1988. Data Intensitas Curah Hujan tahun 1960-1988. BMG. J a k a r t a . Bapedal-Pusat Studi Sumberdaya Lahan Universitas Gadjah Mada, Laporan Akhir: Pengembangan Data dan Informasi Kerusakan Lahan di Indonesia. PSSL UGM, Yogyakarta.
Danoedoro, P., 2002. Memantau Kekeringan dengan Satelit Inderaja; Hati-hati Gunakan Indeks VegetasL Kompas, 21 Agustus. Departemen Kehutanan, 2002. Kawasan Hutan : Data Luas Lahan Kritis Akhir PeUta TV Serta Rencana dan Realisasi Rehabilitasi per Provinsi Tahun 1999/2000 s.d 2001. Direktorat RLPS - Departemen K e h u t a n a n RI, Jakarta. Keppres No. 32 T a h u n 1990. Kriteria Kawasan Hutan Undung. Departemen Kehutanan, J a k a r t a . Sinclair, T.R., R.M.. Hofer and M.M. Schreiber, 1971. Reflectance and Internal Structure of Leaves from Several Crops During a Crowing Season. Agron J, 63:864-868. Tucker, C. J., J. H., Elgin, J r . , J . E . McMurtey III a n d C. J. Fan, 1979. Monitoring Com and Soybean Crop Development with Handheld Radiometer Spectral Data. Remote Sensing Environ. 8:237-248. Lembaga Penelitian T a n a h (LPT)., 1966. Peta Tanah Tinjau Skala 1 : 250.000. LPT. Bogor. http://timpakul.or.id.
107