1
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) BERDASARKAN VARIASI MULSA DAN JARAK TANAM Zakaria Yulinda, Wawan Pembengo, Fauzan Zakaria ABSTRAK YULINDA ZAKARIA. NIM. 613409019. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) Berdasarkan Variasi Mulsa dan Jarak Tanam. (Dibimbing oleh Wawan Pembengo dan Fauzan Zakaria). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman caisim berdasarkan variasi mulsa, variasi jarak tanam dan interaksi. Penelitian ini dilakukan di Desa Dulomo Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dimana faktor pertama adalah variasi mulsa dan faktor kedua adalah variasi jarak tanam. Faktor pertama yakni variasi mulsa terdiri atas 3 taraf perlakuan yakni tanpa mulsa, mulsa jerami dan mulsa serbuk gergaji. Faktor kedua yakni variasi jarak tanam caisim terdiri atas 2 taraf perlakuan yakni jarak tanam 25 x 25 cm dan jarak tanam 40 x 25 cm. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 18 unit perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa serbuk gergaji berpengaruh pada peningkatan parameter tinggi tanaman 1 MST sebesar 10,32 cm, dan jumlah daun 2 MST sebesar 8,38 helai pada tanaman caisim. Jarak tanam 25 x 25 cm berpengaruh pada peningkatan parameter tinggi tanaman 1 MST sebesar 10,23 cm, jumlah daun 2 MST sebesar 8,09 helai, dan parameter indeks luas daun sebesar 52,57. Interaksi antara variasi mulsa dan jarak tanam berpengaruh mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman caisim yaitu pada parameter tinggi tanaman 2 dan 3 MST sebesar 26,42 cm dan 48,84 cm, jumlah daun 1 dan 3 MST sebesar 5,56 helai dan 13,44 helai, dan berat segar tajuk sebesar 281,44 gr. Kata kunci : Mulsa, jarak tanam, caisim
2
PENDAHULUAN Caisim banyak dibudidayakan oleh petani sebagai tanaman usaha pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Data BPS Provinsi Gorontalo (2012), produksi caisim pada tahun 2008 sebesar 244 ton/ ha, sedangkan pada tahun 2011, produksi caisim sebesar 83 ton/ ha dengan luasan lahan 3.674 ha. Berdasarkan data tersebut, produktivitas caisim menurun dari tahun ke tahun sedangkan konsumsi caisim diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat sehingga untuk memenuhi permintaan masyarakat produksi caisim harus ditingkatkan. Kondisi lahan pertanian Kabupaten Gorontalo secara umum memiliki kandungan C-organik dan nitrogen yang rendah. Salah satunya di kecamatan Tilango, yang memiliki kandungan nitrogen rendah yaitu 0,12 %, P2O5-Olsen (ppm) 71 termasuk kategori sangat tinggi, K2O (ppm) tinggi yaitu 70. Status hara C-organik 0,88 % termasuk kategori sangat rendah dengan pH-H2O 6,91 netral. (BPS Provinsi Gorontalo, 2012). Kekurangan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan caisim di Kabupaten Gorontalo, Kecamatan Tilango dapat ditanggulangi melalui teknik budidaya maksimal dengan pemberian variasi mulsa organik (jerami padi dan serbuk gergaji) dan jarak tanam. Penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa dapat melindungi tanah dari pukulan air hujan sehingga dapat menghindari pemadatan dan aerasi tanah tetap baik. Selain itu, mulsa mencegah erosi atau tercucinya pupuk oleh air hujan, mencegah penguapan pupuk oleh sinar matahari, pemberian pupuk dapat diberikan secara total, menjaga tanah tetap gembur, merangsang pertumbuhan akar, menjaga suhu tanah, menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Hasil penelitian Ramli (2010), menunjukkan bahwa bobot segar crop yang berat pada tanaman kubis terdapat pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami sebesar 1002.67 g dan 885 g. Mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu, memperbaiki sifat fisik dan sifat kimia tanah. Hal ini memungkinkan perkembangan tanaman lebih baik dan hasil pertanaman meningkat, baik mutu maupun kuantitasnya. Pengaruh terhadap fisika tanah karena hasil dari pelapukan mulsa akan membentuk humus yang dapat memperbaiki penyebaran pori tanah dan memantapkan struktur tanah. Secara kimia yaitu melalui penambahan unsur hara baik mikro maupun makro, sedangkan secara biologi sebagai tempat hidup mikroorganisme yaitu Rhizobium. Untuk dapat menambah unsur hara tanah dan mudah diperoleh, mulsa yang baik digunakan adalah mulsa organik jerami padi dan serbuk gergaji, yang diberikan dengan cara menutup tanah pada bedengan setelah penanaman. Selain pemberian variasi mulsa, variasi jarak tanam tanaman harus diperhatikan karena jarak tanam merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tanaman. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, semakin rapat jarak tanam semakin besar pertumbuhan tingginya. Dengan demikian pengaturan jarak tanam yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
3
Hasil penelitian Putrasamedja (1996), menyatakan bahwa pada perlakuan jarak tanam 35 x 45 cm tanaman memberikan produksi benih paling tinggi yaitu 309, 64 gram, kemudian disusul oleh perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm dalam produksi biji yaitu 298,63 gram pada tanaman caisim. Hal ini diduga karena adanya aerasi yang baik antar tanaman serta tingkat kesuburan yang merata sehingga jarak tanam sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Pemilihan jarak tanam juga dapat mengoptimumkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis seperti cahaya matahari, air dan hara. Penggunaan variasi mulsa dan jarak tanam diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim (Brassica juncea L.). Pemberian variasi mulsa dan jarak tanam perlu dikaji lagi dengan melakukan penelitian agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. 1.1 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh variasi mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim? 2. Bagaimana pengaruh variasi jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim? 3. Bagaimana interaksi variasi mulsa dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh variasi mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. 2. Mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. 3. Mengetahui interaksi variasi mulsa dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. 1.3 Manfaat Penelitian 1. Untuk manjadi bahan informasi kepada para petani tentang pertumbuhan dan hasil tanaman caisim berdasarkan variasi mulsa dan jarak tanam. 2 Menambah wawasan Penulis dalam hal pengetahuan mulsa dan jarak tanam yang tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman caisim. 1.4 Hipotesis 1. Terdapat pengaruh variasi mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim 2. Terdapat pengaruh variasi jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim 3. Terdapat interaksi variasi mulsa dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim.
4
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013 di Desa Dulomo, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cangkul, ember, meteran/penggaris, kalkulator, kuda-kuda, alat tulis menulis, timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Benih caisim, tanah kompos, jerami padi, serbuk gergaji, pupuk phonska. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu : Faktor pertama variasi mulsa terdiri dari 3 tahap yaitu : M0 : Tanpa mulsa (kontrol) M1 : Mulsa jerami padi M2 : Mulsa serbuk gergaji Faktor kedua variasi jarak tanam terdiri dari 2 tahap yaitu : J1 : Jarak 25 x 25 cm J2 : Jarak 40 x 25 cm Variabel yang diamati Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman. Tanaman diukur seminggu sekali pada saat tanaman berumur 1, 2, 3 MST. 2. Jumlah daun Jumlah daun dihitung dengan menghitung jumlah daun tanaman. Daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk sempurna. Penghitungan dilakukan seminggu sekali pada saat tanaman berumur 1, 2, 3 MST. 3. Indeks Luas Daun (ILD) Luas daun diukur dengan menggunakan metode gravimetri, dengan cara menggambar daun secara langsung pada sehelai kertas yang akan diukur luasnya. Luas daun dihitung berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian, dengan rumus Sitompul dan Guritno (1995) : =
Wt
Dimana : LD = Luas Daun LK = Luas total replika Wr = Berat Kertas replika daun (mg) Wt = Berat kertas total (mg)
5
Sedangkan ILD menggunakan rumus : =
Luas Petak
4. Berat segar tajuk Dihitung dengan menimbang tajuk tanaman yang masih segar. Diukur dengan menggunakan timbangan pada umur 3 MST atau tanaman berumur 23 hari. 5. Persentase tajuk rusak Persentase tajuk rusak diperoleh setelah panen 3 MST atau tanaman berumur 23 hari, dihitung dengan menggunakan rumus : =
Jumlah popolasi tanaman per petak
100 %
Prosedur penelitian 1. Pengolahan tanah Tanah dibersihkan dari gangguan gulma. Pengolahan tanah sekaligus penggemburan tanah. Setelah bersih tanah dicangkul sedalam 20 cm - 40 cm, agar tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik. Buat petakan atau bedengan seluas 2 x 2 m sebanyak 6 petak diulang 3 kali, jadi jumlah keseluruhan petakan ada 18, lahan keseluruhan yang digunakan yaitu 18 x 10 m. 2. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Pupuk yang digunakan adalah pupuk phonska dengan dosis 100 kg/ ha. 3. Penyemaian Persemaian benih dilakukan dengan menggunakan media tanah kompos. Kemudian dilapisi dengan tanah tipis. Bibit dipindahkan ke bedengan saat berumur 2 minggu atau bibit telah berdaun 4 helai. 4. Penanaman Bibit caisim ditanam ke bedengan dengan variasi jarak tanam. Jarak tanam pertama menggunakan jarak 25 cm x 25 cm sedangkan jarak tanam kedua menggunakan jarak 40 x 25 cm, bibit diusahakan tertanam tegak lurus dengan medianya. 5. Pemberian mulsa Mulsa diberikan dengan menghamburkan mulsa jerami atau serbuk gergaji (yang telah di inkubasi) pada permukaan tanaman, dengan syarat mulsa tersebut tidak menutupi bagian tanaman. Pada penelitian ini diberikan dosis mulsa 5 ton/ha. 6. Pemeliharaan 1. Penyiraman dilakukan 1 - 2 kali sehari. 2. Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati, penyulaman tidak dilakukan jika semua tanaman hidup. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. 3. Penyiangan dilakukan jika mulai hidup tanaman selain tanaman budidaya (gulma), dengan cara mencabut gulma secara hati-hati agar tidak merusak tanaman.
6
7.
Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah caisin berumur 23 hari setelah tanam (HST). Kriteria panen caisin ketika daun paling bawah berwarna kuning dan belum berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong bagian pangkal batang dengan pisau. Analisis data Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of Variance). Apabila terdapat perlakuan yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5 %. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mulsa dan jarak tanam berbeda nyata hanya pada pengamatan pertama terhadap parameter tinggi tanaman yaitu pada 1 MST (Tabel 1). Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) pada pengamatan 1 minggu setelah tanam (MST) Tinggi tanaman (cm) Perlakuan 1 MST Tanpa Mulsa 9,84 a Mulsa Jerami 9,96 a Mulsa serbuk gergaji 10,32 b BNT 5% 0,22 25 x 25 cm 10,23 b 40 x 25 cm 9,85 a BNT 5% 0,18 Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % pada pengamatan pertama yaitu pada 1 MST pada perlakuan mulsa serbuk gergaji dan jarak tanam 25 x 25 cm menghasilkan nilai tertinggi yaitu 10,32 cm dan 10,23 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pada minggu awal pertumbuhan, tanaman caisim belum langsung beradaptasi dengan perlakuan sehingga masih menggunakan unsur hara yang tersedia pada media sehingga kompetisi antar tanaman belum terlihat nyata. Hal ini didukung oleh Sitompul dan Guritno (1995), bahwa tanaman tidak mengalami persaingan selama ketersediaan air, unsur hara dan cahaya pada kondisi tercukupi dari yang dibutuhkan tanaman. Interaksi perlakuan antara variasi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada pengamatan 2 dan 3 MST terhadap parameter tinggi tanaman (cm), seperti yang disajikan pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Tinggi tanaman (cm) pada pengamatan 2 dan 3 minggu setelah tanam (MST) Jarak tanam (cm) Pengataman Perlakuan BNT 5 % 25 x 25 (cm) 40 x 25 (cm) Tanpa mulsa 23,62 b 22,76 a 2 MST Mulsa jerami 24,84 c 23,44 b 0,66 Mulsa serbuk gergaji 26,42 d 23,27 ab Tanpa mulsa 39,76 c 37,29 a 3 MST Mulsa jerami 46,07 d 38,00 ab 1,20 Mulsa serbuk gergaji 48,84 e 38,56 bc Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % interaksi perlakuan tertinggi pada pengamatan 2 dan 3 MST yaitu pada interaksi perlakuan mulsa serbuk gergaji dan jarak tanam 25 x 25 cm, dengan nilai rata-rata 26,42 cm dan 48,84 cm. Hal ini disebabkan karena pada waktu tertentu atau pada saat tertentu fase pertumbuhan tanaman meningkat, artinya setiap tanaman memiliki sebuah kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Harjadi (1996), mengemukakan bahwa batasan adaptasi yaitu suatu proses dimana suatu individu atau populasi atau spesies berubah bentuk atau fungsinya untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan tertentu. Suatu organisme akan mengadakan reaksi terhadap perubahan alam lingkungan yang diterimanya. Dengan demikian berarti adaptasi itu suatu perubahan dalam populasi akibat kegiatan masing-masing individu yang menyusunnya, untuk menyesuaikan diri terhadap setiap tambahan dan perubahan lingkungan yang diberikan (Ismail, 2001). Produksi tanaman ditentukan oleh faktor lingkungan. Kondisi lingkungan yang beragam memerlukan teknologi yang spesifik dalam meningkatkan produksi tanaman. Jumlah Daun Berdasarkan Tabel 3 berikut ini umumnya perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata hanya pada pengamatan kedua yaitu pada 2 MST terhadap parameter jumlah daun sedangkan interaksi perlakuan antara variasi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada pengamatan 1 dan 3 MST. Tabel 3. Jumlah daun (helai) pada pengamatan 2 minggu setelah tanam (MST) Jumlah daun (helai) Perlakuan 2 MST Tanpa Mulsa 5,97 a Mulsa Jerami 7,90 b Mulsa serbuk gergaji 8,38 bc BNT 5% 0,64 25 x 25 cm 8,09 b 40 x 25 cm 6,74 a BNT 5% 0,52 Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji lanjut BNT 5 % pada pengamatan 2 MST terhadap perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam menghasilkan nilai tertinggi pada perlakuan mulsa serbuk gergaji dan pada perlakuan jarak tanam 25 x 25 cm dengan rata-rata nilai 8,38 helai dan 8,09 helai. Hal ini disebabkan karena pada pengamatan kedua yaitu pada 2 MST perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam berkorelasi dengan cahaya matahari yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Pada pengamatan 2 MST masuknya cahaya matahari pada tanaman kurang karena keadaan cuaca pada waktu itu didominasi oleh banyaknya curah hujan, sehingga proses fotosintesis tanaman terganggu. Hal ini diperjelas oleh Fahrudin (2009), yang mengemukakan bahwa cahaya merupakan sumber energi yang digunakan untuk melakukan pembentukkan fotosintat. Dengan luas daun yang tinggi, maka cahaya akan dapat lebih mudah diterima oleh daun dengan baik. Interaksi perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada pengamatan 1 dan 3 MST terhadap parameter jumlah daun (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah daun (helai) pada pengamatan 1 dan 3 minggu setelah tanam (MST) Jarak tanam (cm) Pengataman Perlakuan BNT 5 % 25 x 25 (cm) 40 x 25 (cm) Tanpa mulsa 3,56 a 3,42 a 1 MST Mulsa jerami 4,48 c 4,02 b 0,39 Mulsa serbuk gergaji 5,56 d 4,00 b Tanpa mulsa 10,76 b 10,11 a 3 MST Mulsa jerami 11,44 c 10,00 a 0,52 Mulsa serbuk gergaji 13,44 d 10,51 ab Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut BNT 5 % interaksi perlakuan tertinggi yaitu pada interaksi perlakuan mulsa serbuk gergaji dengan jarak tanam 25 x 25 cm dengan rata-rata nilai 5,56 helai dan 13,44 helai terhadap parameter jumlah daun pada pengamatan 1 dan 3 MST. Hal ini disebabkan karena interaksi perlakuan variasi mulsa dan jarak berkorelasi dengan cahaya matahari, karena pada pengamatan 1 MST dan 3 MST pemanfaatan cahaya matahari oleh tanaman cukup stabil untuk pembentukkan fotosintat bagi tanaman. Sehingga pada saat intensitas cahaya tinggi mulsa serbuk gergaji dapat menstabilkan cahaya matahari yang masuk pada tanaman. Hal ini diperjelas oleh Armando (2009), mengemukakan bahwa mulsa serbuk gergaji mampu melindungi tanah dari pengaruh luar (sinar matahari dan curah hujan), sehingga air tanah dapat tersedia cukup bagi tanaman dan dapat mengurangi pemadatan tanah. Sutarto (1985), mulsa dapat mengurangi fluktuasi suhu, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Indeks Luas Daun Berdasarkan tabel 5 dibawah perlakuan variasi mulsa dan interaksi tidak berbeda nyata terhadap parameter indeks luas daun sedangkan perlakuan jarak tanam berbeda nyata.
9
Tabel 5. Indeks luas daun berdasarkan perlakuan variasi jarak tanam. Perlakuan Indeks Luas Daun BNT 5 % 25 x 25 (cm) 52,57 b 5,48 40 x 25 (cm) 39,72 a Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % perlakuan jarak tanam 25 x 25 cm, menghasilkan nilai tertinggi terhadap parameter indeks luas daun sebesar 52,57. Hal ini disebabkan karena jarak tanam yang rapat berkorelasi dengan luas daun dan fotosintesis tanaman. Hal ini didukung oleh Fahrudin (2009) mengemukakan bahwa nilai luas daun erat kaitannya dengan indeks luas daun yang dihasilkan. Luas daun yang tinggi akan menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin besar luas daun tanaman maka penerimaan cahaya matahari akan lebih besar. Dengan luas daun yang tinggi, maka cahaya akan dapat lebih mudah diterima oleh daun dengan baik. Rohmah (2009) mengemukakan bahwa indeks luas daun juga berkaitan dengan populasi tanaman, semakin tinggi populasi tanaman per satuan luas berakibat pada peningkatan indeks luas daun yang berarti adanya penambahan luas daun. Indeks luas daun yang tinggi menunjukkan bahwa radiasi matahari yang diteruskan dari daun-daun bagian atas masih bisa ditangkap oleh daun-daun dibawahnya, sehingga kemampuan untuk menyerap cahaya matahari yang lebih banyak akan meningkatkan laju fotosintesis sampai batas tertentu. Jika dihubungkan dengan jarak tanam 25 x 25 cm, pertumbuhan daun caisim melebar ke samping jadi antara daun satu dengan daun yang lainnya tidak saling menaungi, jadi cahaya matahari dapat diserap dengan baik oleh tanaman dalam meningkatkan laju fotosintesis yang berakibat pada peningkatan nilai indeks luas daun. Berat Segar Tajuk Berat segar tajuk caisim terdiri atas batang dan daun. Semakin banyak jumlah daun maka berat segar tajuk tanaman juga akan meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada parameter berat segar tajuk tanaman caisim, seperti yang disajikan pada tabel 6 dibawah. Tabel 6. Berat segar tajuk (gr) berdasarkan interaksi perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam. Jarak tanam (cm) Perlakuan BNT 5 % 25 x 25 (cm) 40 x 25 (cm) Tanpa mulsa 218,89 b 193,84 a Mulsa jerami 231,11 c 201,67 a 8,33 Mulsa serbuk gergaji 281,44 d 236,22 c Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % interaksi perlakuan mulsa dan jarak tanam berpengaruh nyata pada interaksi perlakuan mulsa serbuk gergaji dan jarak tanam 25 x 25 cm dengan menghasilkan nilai tertinggi 281, 44 gr dibandingkan dengan
10
interaksi lainnya. Hal ini disebabkan karena perlakuan mulsa serbuk gergaji dan jarak tanam 25 x 25 cm berkorelasi dengan ketersediaan air. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan caisin adalah ketersediaan air. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ridwan (1998), yang mengemukakan bahwa beberapa tanaman yang tumbuhnya sangat berdekatan cenderung tidak bersaing dengan yang lainnya selama kandungan air, hara dan cahaya masih berada dalam keadaan melebihi dari kebutuhan tanaman tersebut. Pengaturan jarak tanam perlu dilakukan berkaitan dengan sistem perakaran dan bentuk tajuk tanaman. Sugito (1999), menjelaskan bahwa perakaran tanaman yang satu dapat mengganggu perakaran tanaman lain yang berdekatan, karena akan terjadi persaingan mengenai air dan unsur hara yang diserap oleh tanah, sedangkan tajuknya akan mengalami persaingan cahaya dan udara terutama oksigen. Dalam penelitian ini interaksi perlakuan mulsa serbuk gergaji dengan jarak tanam 25 x 25 cm, memberikan berat segar tajuk tertinggi dengan rataan 281,44 gr. Hal ini dikarenakan pada jarak tanam 25 x 25 proses evapotranspirasi atau penguapan air tanah kurang akibat jarak tanam yang sempit, jadi kebutuhan air oleh tanaman dapat terpenuhi. Persentase Tajuk Rusak Berdasarkan Tabel 7 dibawah perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam berbeda nyata pada parameter persentase tajuk rusak sedangkan pada interaksi perlakuan tidak berbeda nyata. Tabel 7. Persentase tajuk rusak (%) berdasarkan perlakuan variasi mulsa dan jarak tanam. Perlakuan Persentase Tajuk Rusak (%) Tanpa Mulsa 8,02 b Mulsa Jerami 6,48 ab Mulsa serbuk gergaji 4,84 a BNT 5% 2,24 25 x 25 cm 4,66 a 40 x 25 cm 8,23 b BNT 5% 1,83 Ket : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%.
Berdasarkan hasil uji BNT 5 % perlakuan tanpa mulsa dan jarak tanam 40 x 25 cm, menghasilkan nilai tertinggi pada parameter persentase tajuk rusak sebesar 8,02 % dan 8,23 % dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tanaman terganggu dengan adanya pertumbuhan gulma dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan mulsa. Wardjito (2001), mengemukakan bahwa pemulsaan merupakan salah satu alternatif atau cara pengendalian gulma secara kultur teknik dalam upaya peningkatan produksi. Mulsa dapat menghambat masuknya sinar matahari dan pertumbuhan gulma. Sedangkan jarak tanam yang digunakan masih terlalu lebar sehingga ruang tumbuh yang ada masih memberikan keluasan untuk berlangsungnya proses pertumbuhan tanaman. Jarak tanam yang masih renggang menunjukkan antar
11
tanaman belum saling menaungi sehingga belum terjadi kompetisi antar tanaman, adanya ruang antar tanaman menyebabkan tumbuhnya gulma pada lahan percobaan (Rohmah, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Mulsa serbuk gergaji berpengaruh pada peningkatan parameter tinggi tanaman 1 MST sebesar 10,32 cm, jumlah daun 2 MST sebesar 8,38 helai pada tanaman caisim. 2. Jarak tanam 25 x 25 cm berkontribusi pada peningkatan parameter tinggi tanaman 1 MST sebesar 10,23 cm, jumlah daun 2 MST sebesar 8,09 helai, dan parameter indeks luas daun sebesar 52,57. 3. Interaksi antara variasi mulsa dan jarak tanam berkontribusi mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman caisim yaitu pada parameter tinggi tanaman 2 dan 3 MST sebesar 26,42 cm dan 48,84 cm, jumlah daun 1 dan 3 MST sebesar 5,56 helai dan 13,44 helai dan berat segar tajuk sebesar 281,44 gr. a.
Saran Penggunaan serbuk gergaji yang telah diinkubasi dan jarak tanam 25 x 25 cm dapat diterapkan dalam budidaya caisim karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman caisim pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar tajuk. DAFTAR PUSTAKA Armando, Y.G. 2009. Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Ultisol Melalui Penggunaan Bokashi Serbuk Gergaji kayu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Jambi. Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Sayuran Di Provinsi Gorontalo. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Gorontalo. Bareisis R., G. Viselga. 2002. Trends in the development of potato cultivation technologies. Institute of Agricultural Enginering, Raudonddevaris. Lituania http://tehnika.eau.ee. (15 Desember 2008). Doring T., U. Heimbach, T. Thieme, M. Finckch, H. Saucke. 2006. Aspect of straw mulching in organic potatoes-I, effects on microclimate, Phytophtora infestans, and Rhizoctonia solani. Nachrichtenbl. Deut. Pflanzenschutzd. 58 (3). Fadilah.2009. Pengaruh Penambahan Glukosa dan Ekstrak Yeast Terhadap Biodelignifikasi ampas batang aren. Jurnal. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Surakarta. Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh Dan Pupuk Kascing. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Fitria, Merry. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Buru Hotong. (Setaria italica (L.) Beauv. ). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
12
Gustiningsih. 2012. Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcasL.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hamdani, J.S., T. Simarmata. 2005. Respon tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Kultivar Panda terhadap pupuk organik olahan dan pupuk NPK lengkap di Kamojang Majalaya. Kultivasi 4(1).. Hapsari B. 2002. Sayuran Genjah Bergelimang Rupiah. Trubus 33(396). Harjadi, S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Media Pustaka Utama. Jakarta. Haryanto, E, Suhartini T, Rahayu E. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Haryanto, E. 2003. Sawi dan Selada. Pustaka Setia, Jakarta. Ismail, G., 2001. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Angkasa Raya. Padang Mahmood, M., K. Farroq, A. Hussain, R. Sher. 2002. Effect of mulching on growth and yield of potato crop. Asian J. of Plant Sci. 1(2). Margiyanto, E. 2008. Budidaya Tanaman Sawi. http://zuldesains.wordpress.com. Diakses tanggal 18 September 2008. Mawazin dan H. Suhendi. 2008. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan diameter Shorea parvifolia Dyer. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(4). Midmore, D. J. 1983. The use of mulch for potato in the hot tropics. Circular II (1). Noorhadi, 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1). Nurshanti, F. D. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica Juncea L.). Agronobis. Vol 1 No. 1. Putrasamedja, Sartono. 1996. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Benih Caisim. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balitsa. Lembang. Rahmat, R. 2007. Bertanam Petsai Dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius. Ramli. 2009. Pengaruh Berbagai Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. Ramli. 2010. Respon Varietas Kubis (Brassica oleraceae) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Berbagai Jenis Mulsa. Jurnal. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. Ridwan, M. 1998. Produksi Jagung Manis dan Hijauan Pakan Berbagai Waktu Penyisipan dan Kerapatan Waktu Tanam. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
13
Rohmah, Nuzulul. 2009. Respon Tiga Kultivar Selada (Lactuca sativa L.) Pada Tingkat Kerapatan Tanaman yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Rosniawaty, S., J.S. Hamdani. 2004. Pengaruh asal umbi bibit dan ketebalan mulsa jerami terhadap pertumbuhan dan hasil kentang (Solanum Tuberosum L.) di dataran medium. Kultivasi 2(3). Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soenaryono, H. 1989. Budidaya Brassica (Kubis) penting di Indonesia. Hal 371 – 400 dalam Sri Setyati Harjadi (Ed). Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian Bogor. Bogor Sugito, Yogi.1999.Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Sukmawati, Meilina. 2009. Pemgaruh Pemberian Biosoil Terhadap Sifat Kimia Tanah Serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Caisim (Brassica chinensis). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Susilowati, Dewi.2003. Pengaruh Pemberian Abu Serbuk Gergaji Pada Ultisol Mancang Terhadap pH, Kadar N, P, K Dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max. L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sutarto, Ig. V., 1985. Pengaruh Mulsa dan Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan hasil Kacang Tanah. Kongres Nasional IV. Himpunan Iknu-Ilmu Tanah Indonesia. Wardjito, 2001. Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Zuchini (Cucurbitae pepo L.). Jurnal Hortikultura. Vol 11 No. 4.