PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIAN SUBSOIL DAN ARANG BATOK KELAPA
NUR SARIF
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bibit Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Nur Sarif NIM E44100058
ABSTRAK NUR SARIF. Pertumbuhan Bibit Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa. Dibimbing oleh BASUKI WASIS. Eksploitasi sumberdaya alam semakin marak dilakukan guna memenuhi kebutuhan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Eksploitasi yang berlebihan cenderung menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan penambangan pasir. Penambangan pasir sungai yang terus menerus dilakukan akan menyebabkan penurunan jumlah pasir di dasar sungai. Akibatnya sungai akan mengalami kerusakan akibat penggalian yang terus dilakukan. Selain merusak ekosistem sungai, penambangan pasir juga menyebabkan penurunan kualitas air dan pencemaran udara. Guna mengurangi dampak kerusakan, pemanfaatan dan pengolahan limbah penambangan sebagai media tanam dalam langkah awal revegetasi menjadi alternatif yang bisa dilakukan. Namun rendahnya kandungan unsur hara dan KTK serta teksturnya yang didominasi pasir menjadi kendala dalam pemanfaatan pasir tailing sebagai media tanam. Aplikasi penambahan subsoil dan arang batok kelapa diharapkan dapat membantu memperbaiki kendala-kendala tersebut. Sengon merupakan tanaman yang sangat cepat tumbuh dan memiliki potensi yang tinggi serta telah banyak dikenal masyarakat. Tanaman ini sangat baik digunakan dalam upaya rehabilitasi lahan pasca penambangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi penambahan subsoil dan arang batok kelapa memberikan pengaruh pertumbuhan terbaik. Interaksi penambahan subsoil 75% dan arang 40 g (a3b2) merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan tinggi semai sebesar 64%. Sedangkan dalam meningkatkan pertambahan diameter, interaksi penambahan subsoil 75% dan arang 60 g (a3b3) merupakan perlakuan terbaik dengan penambahan diameter sebesar 87,50%. Perlakuan terbaik untuk parameter berat basa total (BKT) dan berat kering total (BKT) ditunjukan oleh perlakuan (a3b3) dengan % peningkatan 63,49 % dan 36,10 %. Pemberian arang secara tunggal terbaik ditunjukan pada penambahan arang 60 g (a0b3) dengan penambahan tinggi sebesar 47,32%. Sedangkan pemberian subsoil secara tunggal tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai. Kata kunci: penambangan pasir, arang, subsoil, sengon.
ABSTRACT NUR SARIF. Growth of Sengon on Medium Used in Sand Mine by Granting Subsoil and Coconut Shell Charcoal. Supervised by BASUKI WASIS. Exploitation of natural resources in order to meet the increasingly commonplace as the needs of the population increase. Exploitation are likely to cause environmental damage. One such activity is the mining of sand. River sand mining will lead to a sustained decrease in the amount of sand in the river bed. As a result, the river will be damaged by excavation continues. In addition to damaging the ecosystem of the river, sand mining has also led to a decrease in water quality and air pollution. In order to reduce the impact of damage, utilization and processing of mining waste as a growing medium in a first step into alternative revegetation can be done. However, low nutrient content and CEC and texture of sand dominated an obstacle in the utilization of tailings sand as a growing medium. Application subsoil and the addition of coconut shell charcoal is expected to help improve these constraints. Sengon is a very fast growing plant and has a high potential and has been widely known to the public. These plants are best used in the post-mining land rehabilitation. The results showed that the addition of the interaction of subsoil and coconut shell charcoal gives the best growth of influence. Interaction addition of 75% subsoil and charcoal 40 g (a3b2) is the best treatment to improve seedling height by 64%. While the increase in diameter increment, the interaction of subsoil 75% and the addition of 60 g charcoal (a3b3) is the best treatment with the addition of a diameter of 87.50%. The best treatment for weight parameters in total bases (BKT) and total dry weight (BKT) indicated by the treatment (a3b3) with a 63.49% increase% and 36.10%. Giving a single charcoal best in show at the addition of 60 g charcoal (a0b3). Indicated by a high addition of 47.32%. While granting subsoil singly not give significant effect on seedling growth. Keywords: mining sand, Charcoal, subsoil, sengon
PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR DENGAN PEMBERIAN SUBSOIL DAN ARANG BATOK KELAPA
NUR SARIF
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa Nama : Nur Sarif NIM : E44100058
Disetujui oleh
Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pertumbuhan Bibit Sengon pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Pemberian Subsoil dan Arang Batok Kelapa”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pertumbuhan bibit sengon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan Subsoil dan arang tempurung kelapa serta mendapatkan informasi mengenenai komposisi Subsoil dan arang batok kelapa yang tepat untuk meningkatkan kesuburan pada media bekas tambang pasir. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membentu dalam penyusunan skripsi ini: 1. Dr. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dukungan serta semangat kepada penulis. 2. Keluarga besar Ustadz Faiz dan ibu Nurmilah selaku guru dan orang tua asuh penulis yang telah memberikan bantuan, dukungan, do’a, kasih sayang dan Pelajaran hidup kepada penulis. 3. Kedua orang tua penulis (Turipno dan Titik Suarni), keluarga besar Ustadz Sobarudin, Wa Hadi susilo dan supi ngapiah serta keluarga di Wonosobo (Mbak Eli, Mbak Imum, Mbak Siti, Bagus, Mas Suparman dan Mas Agung), teman-teman satu perjuangan (Pipin Supriatna dan Jayadi), serta adik-adik (Balqis, Nada, Pepe, Rahmah, Atikah, Luna dan Navisa) atas dukungan moral dan meteril serta do’a dan kasih sayang yang sempurna yang diberikan kepada penulis selama ini. 4. Kak Ziah, terima kasih untuk motivasi, bantuan dan dukungan luar biasa yang telah dicurahkan kepada penulis. Semoga Allah memberikan tempat terindah di sisi-Nya kepada kakak. Amien 5. Keluarga Besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, kak Nuri, Atri, Desi dan mas Ardiansyah) serta rekan satu bimbingan (Bayu Winata, Lastiti Sanubari dan Fitri Maharani) atas dukungan dan bantuanya. 6. Rekan-rekan Silvikultur dan Fahutan 47 atas keceriaan, kepedulian, semangat pantang menyerah dan kebersamaan selama 3 tahun bersama menjalani kuliah. 7. Teman-teman wisma Hj. Mi’ah (Fahmi, Asep, Ihsan dan Noval) atas doa, dukungan dan bantuanya. 8. Beasiswa ASTAGA, BBM dan BIDIK MISI yang telah memberikan bantuan finansial selama penulis melakukan studi di IPB. Penulis menyadari masih banyak kekurangan kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Nur Sarif
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Rancangan Percobaan
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Tinggi
6
Pengaruh Pemberian Subsoil dan Arang Terhadap Diameter
8
Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Berat Basah Total (BKT)
9
Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Berat Kering Total (BKT)
10
Pengaruh Interaksi Subsoil dan Arang Terhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) 13 Analisis Unsur Hara SIMPULAN DAN SARAN
14 16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL 1 Rancangan pengamatan 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam berbagai parameter Pertumbuhan semai sengon 3 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang pertumbuhan tinggi semai sengon 4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang pertumbuhan diameter semai sengon 5 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang pertumbuhan berat basah total (BBT) semai sengon 6 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang pertumbuhan berat kering total (BKT) semai sengon 7 Hasil analisis tanah
5 terhadap 6 terhadap 7 terhadap 9 terhadap 9 terhadap 10 14
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B) 2 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B) 3 Perbandingan tajuk (A) dan perakaran (B) semai sengon 4 Pertumbuhan semai sengon pada berbagai perlakuan pada akhir pengamatan
11 12 13 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Riwayat Hidup 2 Kriteria penilaian sifat kimia tanah 3 Hasil Analisis Sifat kimia Tanah
20 21 22
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan manusia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada semakin tingginya permintaan terhadap kebutuhan lahan baik sebagai lokasi tempat tinggal, lahan pertanian maupun lahan pertambangan. Akibatnya eksploitasi sumberdaya alam dan pembukaan lahan semakin marak dilakukan. Ekploitasi sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak memperhatikan aspek lingkungan akan berdampak pada kerusakan alam serta penurunan kualitas lahan. Salah satu kegiatan ekploitasi terhadap sumberdaya alam yang berdampak pada penurunan kualitas lahan adalah kegiatan penambangan bahan galian salah satuya penambangan pasir. Penambangan ini sangat umum dilakukan mulai dari perusahaan-perusahaan besar yang mendapatkan izin secara sah maupun oleh masyarakat lokal secara tradisional. Guna menanggulangi dan mengurangi laju kerusakan lingkungan akibat penambangan tersebut maka sangat penting dilakukan pengololaan dan pengendalian lingkungan secara baik dan berkelanjutan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah revegetasi lahan pasca penambangan dan pengelolaan serta pemanfaatan limbah penambangan. Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang yang bertujuan untuk perbaikan biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap serta re-establishment komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan (Setiadi 2006). Guna meningkatkan keberhasilan dari kegiatan revegetasi ini maka diperlukan berbagai pendekatan pada beberapa hal, diantaranya terhadap pemilihan jenis pohon, penyediaan bibit tanaman, penanaman dan pemeliharaan tanaman (Setiadi 2011). Salah satu jenis yang dapat digunakan adalah jenis-jenis tanaman fast growing species. Jenis ini memiliki perakaran yang dalam, tajuk yang lebar serta mampu beradaptasi dengan cepat dengan kondisi lahan yang miskin hara. Jenis yang sangat sering digunakan dalam kegiatan revegetasi adalah sengon (Krisnawati 2011). Selain melakukan revegetsi, pendekatan lingkungan juga sangat penting dilakukan. Pemanfaatan limbah penambangan pasir (tailing) sebagai media tanam menjadi pilihan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah penambangan. Namun Rendahnya kandungan bahan organik, aktivitas mikroorganime, kandungan hara esensial dan KTK (kapasitas tukar kation) yang merupakan karakteristik dari media tailing menjadi kendala dalam pemanfaatan media tailing tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap karakteristik media tailing yaitu dengan penambahan subsoil dan arang tempurung kelapa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian subsoil dan arang batok kelapa terhadap pertumbuhan semai sengon.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pertumbuhan bibit sengon pada media bekas tambang pasir dengan penambahan subsoil dan arang batok kelapa serta mendapatkan informasi mengenai komposisi subsoil dan arang batok kelapa yang tepat untuk meningkatkan kesuburan pada media bekas tambang pasir.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas dan pengaruh pemberian subsoil dan arang batok kelapa terhadap pertumbuhan semai sengon di media bekas tambang pasir sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya revegetasi lahan bekas penambangan pasir.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Bagian Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei sampai Agustus 2013. Lokasi pengambilan media bekas penambangan pasir dilakukan di sungai Cikabayan Bogor. Media subsoil diambil dari lokasi sekitar kampus IPB Darmaga sedangkan analisis kandungan unsur hara pada media dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, bak kecambah berukuran 45x25x10 cm, timbangan, alat penyiram, semprotan/sprayer, straples, gunting, st caliper, kertas koran, oven, alat tulis, alat hitung, kamera, label, software Ms. Word, Ms. Excel, SPSS 16.0, polybag (ukuran 20 cm x20 cm) dan tallysheet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi sebesar 30 cm, media bekas penambangan pasir, subsoil dan arang batok kelapa dan fungisida.
Prosedur Penelitian Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, pemilihan bibit sengon, penyapihan bibit sengon ke media tanam yang digunakan, pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, dan rancangan percobaan.
3 Persiapan media tanam Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi 30 cm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktorial dan 16 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan, sehingga jumlah total ulangan ada 48 tanaman. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara pasir bekas penambangan di Sungai Cikabayan, subsoil dan arang batok kelapa. Komposisi pertama adalah pasir 1 kg, komposisi berikutnya adalah pasir 750 gram dicampur dengan 250 gram subsoil, 500 gram pasir dengan 500 gram subsoil dan 250 gram pasir dengan 750 gram subsoil. Selanjutnya siapkan arang batok kelapa dengan takaran 0 gram/tanaman, 20 gram/tanaman, 40 gram/tanaman dan 60 gram/tanaman. Arang batok kelapa ini kemudian dikombinasikan dengan campuran pasir bekas penambangan dan subsoil sehingga didapatkan 16 perlakuan. Media tanam yang telah dibuat kemudian diinkubasi selama satu minggu dengan pemeliharaan berupa penyiraman dan pembersihan media tanam dari gulma yang dilakukan pada setiap pagi dan sore hari. Pemilihan semai sengon Semai yang dipilih adalah semai sengon yang telah berumur 3 bulan dengan rata-rata tinggi 30 cm. Semai sengon yang dipilih adalah semai dengan kriteria sehat, memiliki batang lurus dan daun tidak keriting. Penyapihan Penyapihan adalah proses pemindahan bibit sengon ke dalam polybag. Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai. Kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah media tanam diinkubasi. Semai sengon disapih ke dalam 48 polybag yang telah diisi media tanam berupa pasir bekas penambangan yang dicampur dengan subsoil dan arang tempurung kelapa. Penyapihan dilakukan dengan cara memasukan semai sengon ke dalam lubang tanam dengan membuang media dan plastik pelindung media dari semai sengon. Pemeliharaan Pemeliharaan terhadap semai sengon yang telah disapih dilakukan dengan penyiraman 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi media tanam yang ada di dalam polybag. Jika media terasa masih basah maka banyaknya air yang disiramkan kedalam polybag disesuaikan sesuai kebutuhan. Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma yang tumbuh pada media tanam serta penyemprotan hama dan penyakit yang ada pada bibit sengon agar tidak mengganggu pertumbuhan semai sengon, sehingga bibit sengon tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah diameter dan tinggi semai sengon. Pengamatan terhadap diameter dan tinggi di lakukan selama 13 minggu dengan pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali. Diameter semai diukur dengan menggunakan caliper pada ketinggian 2 cm di atas pangkal batang,
4 sedangkan tinggi semai diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai. Data yang didapatkan kemudian dicatat dan direkapitulasi di dalam tally sheet. Pada akhir penelitian, setelah dilakukan pemanenan dilakukan pengukuran berat basah serta berat kering akar dan pucuk. Bagian akar dan pucuk dipisah dan ditimbang, kemudian dikeringkan dan dioven dengan suhu 80˚C selama 24 jam. Setelah dioven, berat kering akar dan pucuk ditimbang dan dinyatakan dalam satuan gram. Setelah mendapat berat kering akar dan pucuk dihitung nilai Nisbah Pucuk Akar (NPA). Nisbah Pucuk Akar (NPA) adalah nilai perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar.
Rancangan Percobaan Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dan gambaran yang diinginkan. Analisa data dilakukan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan gambar serta pengujian dengan menggunakan rancangan percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama, yaitu campuran pasir bekas tambang dengan subsoil yang terdiri dari 4 taraf. Faktor kedua, yaitu arang batok kelapa yang terdiri dari 4 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga dalam percobaan dibutuhkan 48 sengon. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut : Faktor A : Campuran pasir bekas tambang dan sub soil a0 : 1.000 g pasir dan 0 g subsoil/tanaman a1 : 750 g pasir dan 250 g subsoil/tanaman a2 : 500 g pasir dan 500 g subsoil/tanaman a3 : 250 g pasir dan 750 g subsoil/tanaman Faktor B : Arang batok kelapa b0 : 0 g arang/tanaman b1 : 20 g arang/tanaman b2 : 40 g arang/tanaman b3 : 60 g arang/tanaman Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan dalam model linear: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk i = Campuran subsoil dan pasir (1.000 g pasir + 0 g subsoil, 750 g pasir + 250 g subsoil, 500 g pasir + 500 g subsoil, 250 g pasir + 750 g subsoil) j = Arang batok kelapa dengan dosis (0 g, 20 g, 40 g, 60 g) k = Ulangan 1, 2 dan 3. Dimana : Yijk = Nilai/respon dari pengamatan pada faktor A (subsoil dan pasir tailing) taraf ke-i, faktor B (arang batok kelapa) taraf ke-j dan ulangan ke-k µ = Nilai rataan umum
5 αi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh perlakuan ke-j (αβ)ij = Pengaruh interaksi faktor A (subsoil dan pasir tailing) pada taraf ke-i dengan faktor B (arang) pada taraf ke-j εijk = Pengaruh acak Untuk memudahkan dalam melakukan analisis data, maka dibuat bagan pengamatan seperti berikut: Tabel 1 Rancangan pengamatan Arang batok Ulangan kelapa a0 b0 1 a0b0-1 2 a0b0-2 3 a0b0-3 b1 1 a0b1-1 2 a0b1-2 3 a0b1-3 b2 1 a0b2-1 2 a0b2-2 3 a0b2-3 b3 1 a0b3-1 2 a0b3-2 3 a0b3-3
Subsoil dan pasir tailing a1 a2 a1b0-1 a2b0-1 a1b0-2 a2b0-2 a1b0-3 a2b0-3 a1b1-1 a2b1-1 a1b1-2 a2b1-2 a1b1-3 a2b1-3 a1b2-1 a2b2-1 a1b2-2 a2b2-2 a1b2-3 a2b2-3 a1b3-1 a2b3-1 a1b3-2 a2b3-2 a1b3-3 a2b3-3
a3 a3b0-1 a3b0-2 a3b0-3 a3b1-1 a3b1-2 a3b1-3 a3b2-1 a3b2-2 a3b2-3 a3b3-1 a3b3-2 a3b3-3
Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SPSS 16.0, jika : a. Nilai P-value lebih dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi dan biomasa. b. Nilai P-value kurang dari α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter diameter, tinggi, dan biomasa. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test. Hasil SPSS bisa menunjukkan rataan pengaruh yang diberikan oleh masingmasing perlakuan, tidak dapat memunculkan perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda, karena pada umumnya kombinasi perlakuan mana yang berbeda tidak dipentingkan dalam percobaan. Uji lanjutan juga digunakan untuk membandingkan perlakuan mana yang paling baik dalam percobaan. Pengujian lanjut ini menggunakan uji Duncan karena uji inilah yang paling sering digunakan dalam pengujian lanjut annova.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat basah total (BBT), berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA) dari semai sengon yang ditanam pada berbagai media yang digunakan. Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian subsoil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan bibit sengon dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam berbagai parameter terhadap pertumbuhan semai sengon Parameter Perlakuan A B A*B Tinggi 0.366 tn 0.030* 0.023* Diameter 0.257 tn 0.375 tn 0.009* BBT 0.787 tn 0.268 tn 0.005* BKT 0.640 tn 0.135 tn 0.043* NPA 0.735 tn 0.150 tn 0.368 tn Keterangan : Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan. * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr
F) 0.05 (α)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian subsoil secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati pada selang kepercayaan 95%. Begitu juga pemberian arang pada media tailing secara tunggal hanya berpengaruh nyata pada parameter diameter, sedangkan interaksi pemberian subsoil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati kecuali pada parameter NPA yang tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%.
Pengaruh Interaksi Pemberian Subsoil dan Arang Pertumbuhan Tinggi Pertumbuhan adalah bertambahnya dimensi atau ukuran dari suatu tanaman yang merupakan akibat dari bertambahnya jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, udara, air, media tumbuh dan ketersediaan unsur hara dalam tanah (N, P, K dan lain-lain). Media tanam merupakan perantara penyedia semua faktor-faktor pertumbuhan tersebut kecuali sinar matahari (Hardjowigeno 2003). Tinggi tanaman merupakan parameter pertumbhan yang memiliki respon paling cepat dan dapat diukur sebagai indikator pertumbuhan tanaman secara mudah jika dibandingkan dengan parameter lainya. Pertumbuhan tinggi merupakan pertumbuhan primer, yaitu pertumbuhan akibat aktivitas sel-sel meristem yang terdapat pada ujung batang dan akar yang menyebabkan pertambahan panjang pada batang dan akar. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 3.
7 Tabel 3 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon. Rata – rata pertumbuhan % peningkatan Perlakuan tinggi (cm) terhadap kontrol a0b0 7.500 abcd 0 a0b1 11.200 abc 49.333 a0b2 6.533 cd -12.893 a0b3 12.600 a 68.000 a1b0 7.066 bcd 5.786 a1b1 8.900 abcd 18.667 a1b2 9.200 abcd 22.667 a1b3 5.466 d -27.120 a2b0 7.166 bcd -4.453 a2b1 8.100 abcd -8.000 a2b2 10.100 abcd 34.667 a2b3 12.233 ab 63.106 a3b0 5.900 d -21.334 a3b1 6.000 cd -20.000 a3b2 12.300 ab 64.000 a3b3 10.433 abcd 39.106 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi penambahan subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi yang diamati. Perlakuan terbaik berturut-turut ditunjukan oleh perlakuan a0b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 68.00%), a3b2 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 64.00%) dan a2b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 63.10%). Sedangkan perlakuan yang memberikan respon kurang baik terhadap pertumbuhan semai sengon adalah perlakuan a1b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -27.12%), a3b0 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -21.33%) dan a3b1 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -20.00%). Pertumbuhan tinggi yang baik pada perlakuan interaksi ini dikarenakan pengaruh yang baik dari penambahan subsoil dan arang batok kelapa secara interaksi pada media bekas penambangan pasir. Penambahan kedua unsur tersebut dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik dari media bekas penambangan pasir. Menurut Buchman and Brady (1982) subsoil adalah tanah bagian bawah dari lapisan topsoil yang mengalami cukup pelapukan dan mengandung lebih sedikit bahan organik dari lapisan di atasnya. Pada lapisan ini banyak terkumpul oksidasi besi (Fe), oksida alumunium (Al), liat dan juga kalsium karbonat. Winarna dan Sutarta (2003) juga menyatakan bahwa subsoil adalah lapisan tanah di bawah topsoil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan topsoil, terutama memiliki sifat kimia yang kurang baik bila digunakan sebagai media tanam. Meskipun memiliki sifat-sifat yang kurang baik sebagai media tanam, namun subsoil dapat menjadi alternatif untuk menggantikan topsoil sebagai media tanam. Hal ini dikarenakan jumlahnya yang tersedia cukup banyak di lapang, dibandingkan dengan topsoil yang berangsur-angsur semakin
8 menipis dan sulit didapatkan akibat penggunaan yang terus menerus dan terkikis oleh erosi dan faktor-faktor lainya. Selain itu penggunaan subsoil pada media tailing ini di harapkan dapat memperbaiki struktur tailing yang didominasi oleh fraksi pasir dengan kandungan liatnya yang cukup tinggi. Sehingga diharapkan kemampuan media tailing dalam menahan air semakin baik. Arang adalah suatu bahan padat berpori yang yang dihasilkan melalui proses pirolisis atau pembakaran dari bahan-bahan yang mengandung karbon (Kinoshita 2001). Sebagian besar porinya tersusun oleh hodrokarbon dan bahan organik lainya yang komponenya terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur. Manfaat penambahan arang kedalam tanah sangat berguna bagi tanaman karena dapat meningkatkan total organik karbon, memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar (Gusmailina et al. 2002). Selain itu arang juga dapat berfunsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara. Arang melepas kebutuhan hara secara berlahan sesuai kebutuhan tanaman (slow release). Dengan demikian tanaman terhindar dari keracunan dan kekurangan unsur hara. Semakin banyak konsentrasi arang yang ditambahkan pada media memberikan respon pertumbuhan tinggi tanaman yang semakin baik. Hal ini dikarenakan kemampuan arang yang dapat berfungsi secara efektif untuk fiksasi dan inaktivasi karbon di atmosfer serta konservasi lingkungan dan sebagai kondisioner tanah atau perangsang pertumbuhan tanaman. Arang memiliki kemampuan sebagai media pembenah tanah yang baik dalam memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi air dan udara dalam tanah, sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar (Iskandar dan Santosa 2005). Selain itu arang juga mampu berperan sebagai penyerap racun (Adsorben) pada tanah tailing yang dapat membahayakan pertumbuhan tanaman (Istantini 2012). Perpaduan yang baik dari sifat subsoil yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah, terutama tekstur tanah yang mampu memperbaiki daya pegang media terhadap air (water holding) serta kemampuan arang dalam memperbaiki sifat kimia tanah inilah yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tinggi dari semai sengon tersebut. Pertumbuhan Diameter Pertumbuhan diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang sulit diukur dalam fase semai. Pada saat usia muda/semai, tanaman cenderung akan lebih cepat melakukan pertumbuhan ke arah vertikal (pertumbuhan tinggi). Pertumbuhan diameter atau pertumbuhan ke arang samping disebut juga pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder adalah aktivitas kambium (meristem lateral) yang membentuk xilem dan floem sekunder sehingga menyebabkan pertumbuhan diameter (Dwijoseputro 1984). Pemberian subsoil dan arang secara interaksi memberikan kandungan hara yang cukup bagi tanaman. Hal ini menyebabkan selain mengalami pertumbuhan tinggi yang baik, perlakuan ini juga mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi semai sengon secara nyata. Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter. Perlakuan terbaik ditunjukan oleh perlakuan a3b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 87.50%), a1b2 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 88.46%), a0b1 (dengan % peningkatan
9 terhadap kontrol 65.38%) dan a0b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 56.73%), sedangkan perlakuan a2b1 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 35.57%) dan perlakuan a3b0 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -23.07%) merupakan perlakuan yang memberikan respon kurang baik terhadap pertumbuhan diamete. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan diameter semai sengon dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan diameter semai sengon Rata–rata pertumbuhan % peningkatan terhadap Perlakuan diameter (cm) kontrol a0b0 0.104 abc 0 a0b1 0.172 ab 65.384 a0b2 0.110 bcd 5.769 a0b3 0.163 abc 56.730 a1b0 0.160 abc 53.846 a1b1 0.143 abcd 37.500 a1b2 0.196 a 88.461 a1b3 0.096 bcd -7.692 a2b0 0.143 abcd 37.500 a2b1 0.067 d -35.576 a2b2 0.130 abcd 25.000 a2b3 0.113 abcd 8.653 a3b0 0.080 cd -23.076 a3b1 0.114abcd 9.615 a3b2 0.156 abc 50.000 a3b3 0.195 a 87.500 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Berat Basah Total (BBT) Interaksi subsoil dan arang pada media juga berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah total (BBT). BBT merupakan indikator untuk mengetahui kebutuhan air dari tanaman tersebut. Faktor yang sangat berpengaruh adalah panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah tunas (Tirta 2006). Berikut adalah tabel hasil uji Duncan pengaruh interaksi terhadap parameter BBT semai sengon. Tabel 5 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan berat basah total (BBT) semai sengon Perlakuan Rata–rata berat basah % peningkatan terhadap total (gram) kontrol a0b0 21.000 bcd 0 a0b1 30.000 ab 42.857 a0b2 17.666 cd -18.875 a0b3 20.666 bcd -1.590 a1b0 21.666 bcd 3.171 a1b1 25.666 abcd 22.219 a1b2 28.666 abc 36.504
10 a1b3 a2b0 a2b1 a2b2 a2b3 a3b0 a3b1 a3b2 a3b3
16.666 d 18.666 bcd 19.000 bcd 23.333 bcd 22.000 bcd 15.333 d 17.666 cd 21.333 bcd 34.333 a
-20.638 -11.114 -9.524 11.110 4.766 -26.985 -15.876 1.585 63.490
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuantidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Hasil analisis sidik ragam dan uji Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi subsoil dan arang tempurung kelapa pada media tailing memberikan pengaruh nyata terhadap parameter BBT. Perlakuan terbaik ditunjukan oleh perlakuan a3b3 (dengan % peningkatan terhadap kontrol 63.490 %) sedangkan perlakuan a3b0 menunjukkan perlakuan yang memberikan respon terhadap parameter BBT yang kurang baik (dengan % peningkatan -26.985 %) Berat Kerimg Total (BKT) Berat kering total (BKT) merupakan parameter yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena merupakan gambaran dari efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Hal sesuai dengan penelitian Herianto dan Siregar (2004) bahwa parameter BKT bibit dapat menunjukkan akumulasi unsur hara pada tanaman. BKT suatu tanaman sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan tinggi, diameter serta berat basah tanaman. Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi subsoil dan arang terhadap pertumbuhan berat kering total (BKT) semai sengon Perlakuan Rata – rata berat kering % peningkatan terhadap total (gram) kontrol a0b0 10.913 abc 0 a0b1 14.713 a 34.420 a0b2 10.326 bc -5.379 a0b3 11.923 abc 9.255 a1b0 11.670 abc 6.936 a1b1 14.263 ab 30.697 a1b2 12.863 abc 17.868 a1b3 11.100 abc 1.713 a2b0 9.986 c -8.494 a2b1 11.350 abc 4.004 a2b2 12.243 abc 12.187 a2b3 12.286 abc 12.581 a3b0 10.633 bc -2.565 a3b1 9.720 c -10.932 a3b2 11.453 abc 4.948 a3b3 14.853 a 36.104 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
11 Hasil anaisis uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan a3b3 merupakan perlakuan yang memiliki BKT paling baik (dengan % peningkatan 36.10%), a0b1 (dengan % peningkatan 34,42%) dan a1b1 (dengan % peningkatan 30.69%). Sedangkan perlakuan a3b1 (dengan % peningkatan -10.93%) dan a2b0 (dengan % peningkatan terhadap kontrol -8.49%) merupakan perlakuan yang memberikan respon kurang baik terhadap BKT tanaman. BKT diperoleh berdasarkan penambahan berat kering akar dan berat kering pucuk. BKT suatu tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media tumbuh dalam kondisi tertentu (Gusmailina 2002). Selanjutnya menurut Irawan (2005), bahwa BKT merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan semai untuk melakukan proses fisiologis dalam tanaman yang ditunjang oleh faktor lingkungan yang memadai, salah satunya adalah kandungan hara pada media.
Tinggi (cm)
60
a0b0 a0b1 a0b2 a0b3
40 20 0 1
2
3
4
5 Waktu 6 7(minggu 8 ke-) 9 10
11
12
13
14
Tinggi (cm)
60 a1b0
40
a1b1 20
a1b2 a1b3
0 1
2
3
4
5 Waktu 6 7(minggu 8 ke-) 9 10
11
12
13
14
Tinggi (cm)
60 a2b0 40
a2b1
20
a2b2 a2b3
0 1
2
3
4
5 Waktu 6 7(minggu 8 ke-) 9 10
11
12
13
14
Tinggi (cm)
60 a3b0
40
a3b1 20
a3b2 a3b3
0 1
2
3
4
5 Waktu 6 7(minggu 8 ke-) 9 10
11
12
13
14
Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai sengon pada perbagai perlakuan penambahan subsoil (A) dan arang batok kelapa (B)
12
Diameter (cm)
0,6 0,5 0,4
a0b0
0,3
a0b1
0,2
a0b2
0,1
a0b3
0,0 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 Waktu (minggu ke-)
11
12
13
14
Diameter (cm)
0,600 0,500 0,400
a1b0
0,300
a1b1
0,200
a1b2
0,100
a1b3
0,000 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 Waktu (minggu ke-)
0,6 Diameter (cm)
0,5 a2b0
0,4
a2b1
0,3
a2b2
0,2
a2b3
0,1 0,0 1
2
3
4
5 Waktu 6 7(minggu 8 ke-) 9 10
11
12
13
14
0,700 Diameter (cm)
0,600 0,500
a3b0
0,400
a3b1
0,300
a3b2
0,200
a3b3
0,100 0,000 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 Waktu (minggu ke-)
Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan diameter semai sengon pada perbagai perlakuan penambahan subsoil (a) dan arang batok kelapa (b).
13 Gambaar 1 dan 2 di atas memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan diameter rata-rata semai sengon selama 14 minggu pengamatan. Perlakuan pemberian arang secara tunggal pada media memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon. Semakin banyak dosis arang yang ditambahkan memberikan dampak yang semakin baik terhadap pertumbuhan tinggi. Hal ini ditunjukan pada perlakuan a0b3 dimana penambahan arang dengan dosis 60 gram pada media memiliki penambahan tinggi yang lebih baik dari perlakuan lainya. Pada Interaksi subsoil dan arang memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan diameter yang lebih baik dari perlkuan lainya. Penambahan arang dan subsoil yang seimbang antara keduanya akan memberikan pengaruh pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini terlihat dari perlakuan a1b2, a2b3 dan a3b3 yang perbandingan arang dan subsoil-nya seimbang memiliki pertumbuhan yang baik. Nisbah Pucuk Akar (NPA) Nisbah Pucuk Akar (NPA) dapat menunjukkan kondisi fisiologis suatu tanaman, karena nilai tersebut tersusun atas nilai total prouksi pertumbuhan yaitu berat kering pucuk dan berat kering akar dari suatu tanaman (Fandeli 1979). Besaran dari nilai NPA suatu tanaman dapat menunjukkan kondisi fisik tanaman yang berhubungan dengan ketahanan semai bila dipindahkan ke lapang. Hasil analisis uji sidik ragam terlihat bahwa pengaruh pemberian subsoil dan arang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai NPA dari semai sengon. Namun demikian dari penampakan performa secara fisual dapat terlihat bahwa kondisi perakaran dan tajuk dari perlakuan arang secara tunggal serta pemberian subsoil dan arang secara interaksi memperlihatkan performa tajuk dan perakaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan subsoil secara tunggal pada media bekas penambangan pasir.
a
b
c
d
a
b
c
d
(A) (B) Gambar 3 Perbandingan tajuk (A) dan perakaran (B) semai sengon; (a) perlakuan kontrol, (b) perlakuan arang secara tunggal, (c) perlakuan subsoil secara tunggal, dan (d) perlakuan interaksi
14 Analisis Unsur Hara Pertumbuhan suatu tanaman tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan unsur hara pada media tanam yang digunakan. Analisis unsur hara pada media yang digunakan menunjukkan bahwa penambahan subsoil dan arang tempurung kelapa mampu meningkatkan kandungan unsur hara serta memperbaiki sifat fisik tanah pada media. Sesuai dengan hasil pengamatan bahwa pemberian arang secara tunggal dan interaksi subsoil dan arang batok kelapa memberikan pengaruh yang baik terhadap kandungan unsur hara pada tanah. Hasil analisis tanah pada media tanam dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis tanah pada media dengan berbagai perlakuan No Perlakuan Kontrol Pasir + Pasir + (a0b0) Arang subsoil (a0b3) (a2b0) 1 pH H20 6.20 6.70 5.40 KCl 5.60 6.60 4.50 2 C-Organik (%) 2.96 4.25 2.46 3 N-total (%) 0.25 0.32 0.26 4 P-tersedia 6.63 8.70 7.80 5 P HCl 25% (ppm) 69.5 92.6 90.4 6 Ca (me/100g) 10.68 9.67 7.02 7 Mg (me/100g) 2.80 2.77 2.39 8 K (me/100g) 1.79 3.33 1.54 9 Na (me/100g) 1.52 1.13 1.00 10 KTK (me/100g) 12.61 16.57 13.75 11 KB (%) 100 100 100 12 Al (me/100g) Tr Tr Tr 13 H (me/100g) 0.40 0.56 0.28 14 Fe (ppm) 7.60 1.03 7.87 15 Cu (ppm) 1.03 2.24 2.72 16 Zn (ppm) 16.28 14.99 14.23 17 Mn (ppm) 35.35 32.73 34.09 18 Tekstur (%) Pasir 49.06 38.55 36.13 Debu 40.27 42.73 34.64 Liat 10.67 18.72 29.29
Interaksi (a3b3) 6.60 5.90 3.08 0.28 9.00 118.5 10.46 3.84 2.44 1.30 16.63 100 Tr 0.48 3.59 3.46 11.31 21.64 32.58 28.09 39.33
Hasil analisis unsur hara di atas menunjukkan bahwa pH, C-org, unsurunsur hara makro (N, P, K dan Mg) serta KTK tanah meningkat dengan penambahan arang secara tunggal dan interaksi antara arang dan subsoil. Unsurunsur diatas adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang ideal. Kemasaman tanah (pH) sangat berpengaruh terhadap serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman yaitu 6.6-7.5, dimana pada kondisi ini unsur hara tersedia dalam jumlah yang optimum. Dari hasil analisis terlihat bahwa limbah penambangan pasir memiliki pH yang rendah, yakni 6.20. Dengan menambahkan aplikasi arang pH naik menjadi 6.70. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar et al. (2003) bahwa aplikasi arang dapat meningkatkan pH tanah, sehingga sering digunakan dalam memperbaiki
15 kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan penambahan arang dapat berfungsi seperti proses pengapuran yang dapat menetralisir kemasaman tanah. Pada penambahan subsoil secara tunggal, pH tanah menurun dari 6.20 (perlakuan kontrol) menjadi 5.40. Menurut Koedadiri et al. (1999) menyatakan bahwa lapisan subsoil merupakan horizon yang terbentuk akibat penimbunan liat pada lapisan bawah aluvial, yang memiliki kadar pH tanah dan kejenuhan basa yang rendah. C-organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa organik yang dapat diserap tanaman meskipum dalam jumlah yang sedikit. Selain itu kandungan bahan organik tanah juga mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan meningkatkan daya simpan air, drainase tidak berlebihan sehingga kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil (Ali H 2005). Hasil anaisis tanah menunjukkan bahwa penambahan arang secara tunggal dan interaksi arang dan subsoil mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik tanah yang semula 2.96% meningkat menjadi 4.25% pada aplikasi arang dan 3.08% pada aplikasi interaksi subsoil dan arang. Menurut Siregar (2004) pemberian arang dapat meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara makro pada tanah (N, P, K, Ca dan Mg). Hal ini terlihat bahwa dari hasil analisis hampir semua perlakuan arang secara tunggal maupun interaksi dengan subsoil mampu meningkatkan kandungan unsur-unsur hara tersebut. Nitrogen merupakan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman karena merupakan penyusun utama protein. Apabila N tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan mampu menghasilkan protein yang lebih banyak dan pembentukan daun akan lebih besar sehingga proses fotointesis dapat berlangsung dengan baik. Fospor (P) merupakan unsur kedua yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dalam jumlah besar. Secara umum unsur P berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat pembungaan. Masalah yang sering dijumpai pada unsur P adalah jumlahnya yang sedikit pada tanah. Kekurangan unsur ini dapat berdampak pada pertumbuhan tanaman yang lambat, kerdil, perakaran dangkal, serta batang tanaman yang lemah (Sutedjo 1999). Kalium (K) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainya serta dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Menurut Sutedjo (1999) K berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta merangsang pertumbuhan akar. Selain itu K juga berfungsi dalam pembukaan stomata (mengatur pernafasan dan penguapan). Alumunium (Al), Besi (Fe), dan unsur-unsur hara mikro lainya seperti Cu (tembaga), Zn (seng) dan Mn (mangan) juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang kecil namun tidak terpenuhinya unsur-unsur tersebut dapat menyababkan defisiensi. Unsur hara mikro apabila berlebihan akan bersifat toksik (meracuni) bagi tanaman. Oleh karenanya keberadaan unsur hara mikro tersebut harus berada pada kadar yang optimal. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubunganya dengan kesuburan tanah. KTK menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Tanah yang memiliki KTK tinggi akan mampu menyerap unsur hara dengan lebih baik (Hardjowigeno 2003). Pada hasil analisis unsur hara terlihat bahwa limbah
16 penambangan pasir memiliki KTK yang rendah yakni 12.61 (me/100g). Menurut Hardjowigeno (1995) KTK tanah tergolong rendah pada kadar 5.00-16.00 (me/100g). Penambahan arang secara tunggal mampu meningkatkan KTK tanah menjadi 16.57 (me/100g), sedangkan interaksi arang dan subsoil mampu meningkatkan KTK tanah menjadi 16.63 (me/100g), sehingga KTK tanah mendekati sedang. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm). Perbandingan berdasarkan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat dan dikelompokan kedalam berbagai macam kelas tekstur. Pasir lempung berpasir sedikit mengandung liat dan miskin akan bahan organik dan humus. Sebaliknya tanah dengan tekstur lebih halus akan mengandung lebih banyak liat dan humus sehingga memungkinkan memiliki KTK lebih baik (Hardjowigeno 2003). Penambahan subsoil dan arang mampu meningkatkan kandungan liat pada tanah serta meningkatkan daya simpan air pada tanah. Selain itu arang juga mampu memperbaiki porositas tanah menjadi lebih baik.
A
B
C
D
A
B
C
D
(a) (b) Gambar 4 Pertumbuhan semai sengon pada berbagai perlakuan pada akhir pengamatan. (a) dan keragaan akar tanaman pada berbagai perlakuan. (A) perlakuan kontrol, (B) perlakuan tailing + arang, (C) perlakuan taillling + subsoil dan (D) perlakuan tailing + arang + subsoil (interaksi). Gambar pertumbuhan semai sengon di atas memperlihatkan bahwa semai sengon memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik dengan perlakuan pemberian arang secara tunggal dan interaksi antara arang dan subsoil. Kondisi perakaran pada kedua perlakuan tersebut juga sangat baik karena kondisi media yang baik untuk pertumbuhan akar sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kondisi perakaran yang baik inilah yang menyebabkan tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penambahan arang tempurung kelapa dan subsoil berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Penambahan arang secara tunggal hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan penambahan subsoil secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Pemberian arang 60 gram dan subsoil 750 gram (a3b3) memberikan pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan semai sengon.
Saran Perlu penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh perlakuan terhadap bibit setelah ditanam di lapang. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian subsoil dan arang pada media bekas tambang pasir dengan komposisi yang lebih beragam sehingga didapatkan dosis optimum untuk pertumbuhan semai sengon.
DAFTAR PUSTAKA Buckman H and NC Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara. Dwijoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia. Fox RL and EJ Kamprath. 1970. Phosphate sorption isotherms for evaluating the phosphate requirements of soils. Sort Sci, Soc. Am. Proc. 34: 902-907 Gusmailina, Pari G, Komaryati S. 2002. Pengembangan penggunaan arang untuk rehabilitasi lahan. Buletin penelitian dan pengembangan kehutanan 4 (1):2130 Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo. Hardjowigeno. 1995. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Jakarta: Akademika Presindo. Herianto NM, Siregar CA. 2004. Pengaruh pemberian serbuk arang terhadap pertumbuhan bibit A.mangium di persemaian. Jurnal Penelitian hasil Hutan dan Konservasi Alam 1:78-88. Istantini A. 2012. Aplikasi arang tempurung kelapa dan kotoran sapi (bokashi) terhadap pertumbuhan semai jabon pada media tanam tailing tambang emas. Jurusan Silvikultur. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Irawan US. 2005. Aplikasi ektomikoriza dan pupuk organik untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman pada media tailing [tesis]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Krisnawati H. 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor: Center for International Forestry Research.
18 Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM. 11 Feb 2006.Yogyaka Setiadi Y. 2012. Pembenahan tanah di lahan pasca tambang. Tidak dipublikasikan. Siregar CA. 2004. Pemanfaatan arang untuk memperbaiki kesuburan tanah dan pertumbuhan Acacia mangium. Di dalam: Prosiding Ekspose Penerapan Hasil Litbang Hutan dan Konservasi Alam; Palembang, 15 Des 2004. Palembang: Kelompok Peneliti Konservasi Tanah dan Air. hlm 15–23. Sutedjo M. 1999. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: PT Rineka Cipta Tirta IG. 2006. Pengaruh beberapa jenis media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek jamrud (Dendrobium macrophyllum) A.Rich), UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali. Tabanan: LIPI. Winarna dan E.S. Sutarta. 2003. Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit Pada Medium Tanam Sub Soil Tanah Typic Paleudult, Typic Tropopsamment, dan Typic Hapludult. Warta PPKS Vol. 11 (1): PPKS, Medan.
19
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 05 Juli 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Turipno dan Titik Suarni. Pada Tahun 2010 Penulis lulus dari MA Al-Khairiyah Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum matakuliah Silvikultur tahun ajaran 2013/2014. Penulis aktif mengikuti Himpunan profesi TGC (Tree Grower Community) tahun 2012/2013. Penulis termasuk sebagai anggota dari Internasional Forestry Student Association (IFSA) sejak tahun 2011. Penulis juga aktif mengikuti Unit Kreatifitas Mahasiswa (UKM) PPS BETAKO Merpati Putih sejak tahun 2010-2013. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Jawa Barat dengan Jalur Pangandaran – Gunung Sawal tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi tahun 2013. Kemudian penulis juga melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di IUPHHK-HTI PT Bina Silva Nusa, Kalimantan Barat Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pertumbuhan Bibit sengon pada Media Bekas Tambang Pasir Dengan Penambahan Subsoil dan Arang Batok Kelapa di bawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.
21 Lampiran 2 Kriteria penilaian sifat kimia tanah Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
C -Organik (%)
< 1,00
1,00 - 2,00
2,01 - 3,00
3,01 - 5,00
> 5,00
Nitrogen (%)
< 0,10
0,10 - 0,20
0,21 - 0,50
0,51 - 0,75
> 0,75
C/N
<5
5 - 10
11 - 15
16 - 25
> 25
P2O5 HCl (mg/100g)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
P2O5 Bray-1 (ppm)
< 10
10 - 15
16 - 25
26 - 35
> 35
P2O5 Olsen (ppm)
< 10
10 - 25
26 - 45
46 - 60
> 60
K2O HCl 25% (mg/100g)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 - 60
> 60
KTK (me/100g)
<5
5 - 16
17 - 24
25 - 40
> 40
K (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,2
0,3 - 0,5
0,6 - 1,0
>1,0
Na (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,3
0,4 - 0,7
0,8 - 1,0
>1,0
Mg (me/100g)
< 0,4
0,4 - 1,0
1,1 - 2,0
2,1 - 8,0
> 8,0
Ca (me/100g)
< 0,2
2-5
6 - 10
11 - 20
> 20
Kejenuhan Basa (%)
< 20
20 - 35
36 - 50
51 - 70
> 70
Aluminium (%)
< 10
10 - 20
21 - 30
31 - 60
> 60
Agak Masam
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
7,6-8,5
> 8,5
Sifat Tanah
Susunan Kation :
Sangat Masam
Masam
pH < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 Sumber : Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah.
22
Lampiran 3 Hasil Analisis unsur hara No
Perlakuan
1
pH
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
C-Organik (%) N-total (%) P-tersedia P HCl 25% (ppm) Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g) KTK (me/100g) KB (%) Al (me/100g) H (me/100g) Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm) Tekstur (%)
Kontrol (A1B1) H20 KCl
Pasir Debu Liat
6.20 5.60 2.96 0.25 6.63 69.5 10.68 2.80 1.79 1.52 1.61 100 tr 0.40 7.60 1.03 16.28 35.35 49.06 40.27 10.67
Pasir + Arang (A1B4) 6.70 6.60 4.25 0.32 8.70 92.6 9.67 2.77 3.33 1.13 16.57 100 tr 0.56 1.03 2.24 14.99 32.73 38.55 42.73 18.72
Pasir + subsoil (A3B1) 5.40 4.50 2.46 0.26 7.80 90.4 7.02 2.39 1.54 1.00 13.75 100 tr 0.28 7.87 2.72 14.23 34.09 36.13 34.64 29.29
Interaksi (A4B4) 6.60 5.90 3.08 0.28 9.00 118.5 10.46 3.84 2.44 1.30 16.63 100 Tr 0.48 3.59 3.46 11.31 21.64 32.58 28.09 39.33