PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PACARAN (Menguak Pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun oleh: GUSNI RAHAYU NIM. 11410021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
MOTTO
ِ َ ََ اﳊﻖ َأﻫﻮآءﻫﻢ ـﻨﺎﻫﻢ وﻣﻦ ِ ِ ﱠ ُ اﻟﺴﻤﺎ َو ُ َ ﺑﻞ أَﺗَـْﻴ ُ َْ ْات َو َ َ اﻷرض َ ََوَ ِﻟﻮ اﺗﱠ َ ﻟﻔﺴﺪت ﱠ ْ َ ﻓﻴﻬﻦ َ ْ ُ َ َ ْ ـﺒﻊ َْ ﱡ ِِ ْ ِ ﺑﺬﻛﺮﻫﻢ ﻓَـﻬﻢ ﻋﻦ ِ ِ ﻣﻌﺮﺿﻮن َ ُ ِ ْ ذﻛﺮﻫﻢ ﱡ َ ْ ُ ْ ِْ ِ “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (Al-Mukminuun: 71)*
*
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 346.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Peneliti Persembahkan Untuk Almamater Tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
ِ ﺑﺴﻢ ِ ْ ِ اﻟﺮ ِِْ ِ َ ْ اﻟﺮ ﺣﻴﻢ ﲪﻦ ﱠ اﷲ ﱠ ِ ِ ِ اﳊﻤﺪ ِ ِ ْ ُُ َﻋﻠﻰ ِ ْ اﻟﺪﻧَْـﻴﺎ َو ﱢ أﺷﻬﺪ َ ْأن ََ ﻧﺴﺘﻌﲔ ِﷲ َ ﱢ ُ َ ْ َ .اﻟﺪﻳﻦ ُ اﻣﻮر ُ َْ ُ ْ َ ْ َ اﻟﻌﺎﻟﻤﲔ َ ِوﺑﻪ َ ْ ََ ْ رب ِ ٍ ﻋﻠﻰ ُ ﱠ ِِ وﻋﻠﻰ ﻵاﻟﻪ ِ ﱠ أﺷﻬﺪ َ ﱠ آﻟﻪ ُ ْ ُ ﳏﻤﺪاً ﱠ ََ َ ﳏﻤﺪ أن َُ ﱠ َﱠ ُ ﱠ.ِرﺳﻮل اﷲ ُ َ ْ َاﻻاﷲ َو اﻟﻠﻬﻢ َ ﱢ َ ََ وﺳﻠﻢ َ ْ ﺻﻞ َ َ ﱢ ِ ِِ ـﻌﺪ ُ ْ َ َﱠاﻣﺎ ﺑ.اﲨﻌﲔ َ ْ َ ْ َ وﺻﺤﺒﻪ ََْ Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian tentang Perspektif Pendidikan Islam tentang Pacaran (Menguak Pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw). Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW sebaik-baik tauladan umat, beliau telah berjuang mencerdaskan umat dari kebodohan dengan berpegang teguh pada syari’at Islam. Dengan penuh kesadaran, penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, keikhlasan dan ketulusan dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah menyetujui dan menerima skripsi peneliti.
viii
3. Bapak Drs. Nur Hamidi, MA selaku Dosen Penasehat Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan bimbingan, kritikan, dan saran yang membangun selama proses penyelesaian skripsi. 4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang senantiasa memberikan bantuan dan arahan selama proses penyelesaian skripsi. 5. Kedua orang tua ku, Alm. Ayahanda Abdul Muris yang tulus dan setia, Ibunda Nurdianis yang sabar dan bersahaja, Adinda Sri Devi Anisa yang selalu hadirkan decak kagum dan tawa, terimakasih untuk semua cinta, do’a, kesetian, ketulusan, keikhlasan, kasih dan sayang serta gelak dan tawa yang selalu dihadirkan dan tidak terganti oleh peneliti. 6. Keluargaku, Amak, abah, apak, kakak-kakak, adik-adik dan keponakanku yang cantik dan ganteng, sahabat dan orang-orang terdekat yang selalu mendoakan, terimakasih untuk kokoh dan kuatnya bersama kami. 7. Teman-teman PAI angkatan 2011 pada umumnya, dan PAI-B pada khususnya kepada Lailatullatifah, Nuurul Hidayah, Arvica Agutina Syah Putri, Mba Iffah serta segenap keluarga gimbong-gimbongku yang selalu memberikan kecerian dan warna baru dalam perjalanan merantau peneliti menuntut ilmu, semoga ukhuwah kita semua tetap terjaga. 8. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
ix
Jazakumullah khairan Katsiran ... peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritikan dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan peneliti khususnya.
Yogyakarta, 25 Maret 2015 Penyusun
Gusni Rahayu NIM. 11410021
x
ABSTRAK GUSNI RAHAYU. Persepsi Pendidikan Agama Islam tentang Pacaran (Menguak Pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw). Skripsi. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015. Latar belakang penelitian ini adalah banyak masyarakat khususnya remaja yang berhubungan dengan lawan jenis dan menjalinnya dengan pacaran, sebagian beralasan bahwa pacaran sebagai ajang penjajakan pranikah, agar lebih bisa mengenal kepribadian masing-masing. Dalam kenyataannya remaja seringkali menganggap kolot esensi kenapa agama khususnya agama Islam memberikan batasan-batasan dalam bergaul. Ada perhatian khusus yang disuguhkan oleh agama Islam dalam membingkai akhlak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran menguak pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, kemudian analisis data dilakukan dengan menekankan pada pembahasan isi yang dituangkan dalam pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw baik berbentuk karya dan tulisan-tulisan beliau di media sosial. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif, yaitu pendekatan yang digunakan berdasarkan Al-Quran dan Hadis, kaidah akhlak dan pendapat para ulama yang terkait dengan pacaran dan pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan dianalisis dengan cara konseptual. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pacaran menurut Ustadz Felix Y. Siauw menitik beratkan pada pergaulan remaja yang berlebihan tanpa pertimbangan keagamaan dan pikir panjang. Pemikiran yang seperti ini dikarenakan telah terbiasa melihat fenomena sekitar sehingga membentuk pola yang terus menerus bahkan menjadi suatu kewajaran (2) Pendidikan Islam secara eksplisit tidak menjelaskan tentang pacaran, namun Islam mengajarkan untuk tidak mendekati zina dengan menundukkan pandangan, tidak berkhalwat, tidak ikhtilat dan bersentuhan kulit. Ajaran pendidikan Islam ini ternyata sejalan dengan pandangan Ustadz Felix yang melarang pacaran dalam bentuk alasan apapun yang mendekati zina, oleh karena itu pandangan Ustadz Felix bisa dijadikan acuan dalam bertindak, bertingkah laku dan dalam membentengi diri dari pergaulan pemudapemudi masa kini.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ..........................................................
ii
HALAMAN SURAT PERYATAAN BERJILBAB .......................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................
viii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................
xii
HALAMAN TRANSLITERASI ....................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................
7
D. Kajian Pustaka ............................................................................
9
E. Landasan Teori ...........................................................................
11
F. Metode Penelitian .......................................................................
29
G. Sistemetika Pembahasan ............................................................
34
BAB II BIOGRAFI USTADZ FELIX Y. SIAUW.....................................
36
A. Latar Belakang Kehidupan..........................................................
36
xii
B. Perjalanan Keislaman .................................................................
41
C. Karya-Karya Felix Y. Siauw ......................................................
50
BAB III ANALISIS PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG PACARAN (MENGUAK PEMIKIRAN USTADZ FELIX Y. SIAUW)..........................................................................
65
A. Pandangan Ustadz Felix Y. Siauw tentang Pacaran....................
65
B. Perspektif Pendidikan Agama Islam tentang Pacaran.................
71
1. Islam Melarang Mendekati Zina ...........................................
73
2. Islam Memerintahkan untuk Menundukkan Pandangan Mata 76 3. Larangan Bersentuhan Kulit ................................................
78
4. Larangan Berdua-duaan .......................................................
79
5. Larangan Ikhtilat ..................................................................
80
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 107 A. Kesimpulan ................................................................................. 107 B. Saran............................................................................................ 108 C. Penutup ....................................................................................... 109 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 113
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Konsonan Tunggal Huruf Arab
nama
huruf latin
keterangan
ا
alif
tidak berlambangkan
tidak berlambangkan
ب
ba’
B
be
ت
ta’
T
te
ث
sa’
s\
es (dengan titik di atas)
ج
jim
J
je
ح
ha
h}
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
Kh
ka dan ha
د
dal
D
de
ذ
zal
Ż
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
R
er
ز
zai
Z
zet
س
sin
S
es
ش
syin
Sy
es dan ye
ص
sad
ṣ
es ( dengan titik di bawah)
ض
dad
ḍ
de (dengan titik di bawah)
xiv
ط
ta’
ṭ
te (dengan titik di bawah)
ظ
za
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
gain
G
ge
ف
fa’
F
ef
ق
qaf
Q
qi
ك
kaf
K
ka
ل
lam
L
el
م
mim
M
em
ن
nun
N
en
و
wawu
W
we
ه
ha
H
ha
ء
hamzah
'
apostrof (koma di atas)
ي
ya’
Y
ye
Untuk bacaan panjang ditambah:
َأ
: ā, contoh: : i, contoh: : ū, contoh:
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Quran al-Karim dan Sunnah an-Nabawiyah datang sebagai manhaj (petunjuk) dan undang-undang bagi kehidupan, memberi petunjuk bagi manusia untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan yang dapat mengantarnya menjadi manusia sempurna yang memiliki keinginan untuk menggapai kemuliaan. Itulah jalan yang lurus, yang tidak berbagi, yang membawa manusia kepada petunjuk Ilahi.1 Petunjuk tersebut mengajarkan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam, termasuk di dalamnya hubungan manusia dengan lawan jenis yang bukan mahram atau suami istri seperti tidak berkhalwat, menjaga pandangan, berinteraksi sewajarnya agar manusia tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Pendidikan agama Islam melalui pembelajaran mengajarkan cara menghindari zina dan akhlak yang baik, namun faktanya dewasa ini masalah moralitas di kalangan muda-mudi, khususnya pelajar dan mahasiswa sudah menjadi problema umum dan merupakan persoalan yang belum ada jawabannya secara tuntas. Mengapa pelajar dan mahasiswa sekarang begitu mudah terpengaruh budaya asing? Mengapa pelajar dan mahasiswa mudah 1
Ibnu Taimiyyah, Fikih Wanita Kumpulan Fatwa Lengkap Seputar Permasalahan Wanita, ( Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2010), hal. 1.
1
2
sekali terprovokasi dan mudah marah sehingga sering terjadi tawuran atau bentrokan diantara mereka? Mengapa pelajar dan mahasiswa banyak yang terlibat dalam pemakaian dan peredaran narkoba? Mengapa banyak di antara pelajar dan mahasiswa yang begitu bebas bergaul dengan lain jenis yang ditunjukkan dengan maraknya perilaku seks bebas, fenomena hamil diluar nikah juga tindakan aborsi yang dipandang sebagai hal yang wajar-wajar saja tanpa rasa dosa, risih, resah dan malu? Dan mengapa para pelajar dan mahasiswa sepertinya kurang hormat kepada guru atau dosennya, bahkan terhadap orangtua sendiri? Hal ini merupakan suatu gambaran generasi anak bangsa yang mulai terancam keutuhan pribadinya (split personality).2 Data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) menunjukkan pada 2010 di Jabotabek, remaja yang hilang keperawanannya mencapai 51% Surabaya 54%, Medan 52%, Bandung 47% dan Yogyakarta 37%. Komisi perlindungan anak Indonesia mendapatkan hasil yang mencengangkan setelah melakukan penelitian di 12 kota besar di Indonesia pada 2007 yaitu 92% pelajar itu pernah melakukan kissing dan oral sex,62%pernah melakukan hubungan intim dan 22,7% siswa SMA pernah melakukan aborsi. Bayangkan, itu terjadi baru 2007. Dan menariknya lagi, masih menurut BKKBN, usia mulai pacaran adalah 12 tahun.3 Itu baru fakta yang terlihat yang muncul di atas permukaan. Apa yang disembunyikan dan tidak tampak, tentu biasanya lebih mengerikan daripada yang diakui. Kenapa berpacaran lebih nyaman di tempat yang remang-remang, 2
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 2. hal. 1. 3 Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), hal. 34.
3
gelap dan tempat yang sepi? Karena jelas ada aktivitas-aktivitas yang tidak ingin di ketahui orang, yang hanya bisa dilakukan di tempat yang sepi dan remang-remang. Dari fakta-fakta diatas seakan menandakan bahwa pendidikan agama Islam belum mampu mengatasi masalah-masalah yang kerap terjadi di dunia remaja, hal ini disebabkan karena kesalahpahaman dan kurangnya kesadaran akan ilmu agama terutama ilmu agama Islam yang menjadi pemicu utama seseorang berbuat kebiasaan buruk yang kenikmatannya hanya sesaat dan dapat merusak kehormatan. Bahkan ada yang bangga dan banyak yang mengagung-agungkan pacaran seolah-olah menjadikan dirinya mengikuti perkembangan zaman. Bila melihat fakta ini saja, seharusnya remaja khususnya wanita sadar bahwa pacaran bukanlah aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya. Wanita dengan masa depan cerah itu penting bagi laki-laki, tetapi wanita dengan masa lalu tanpa noda itu jauh labih penting. Dan pacaran tidak mengakomodasi
masa
depan,
melainkan
menghancurkannya.
Dalam
pandangan Islam, pacaran adalah bagian dari aktivitas maksiat.4 Dalam dunia kesehatan ada beberapa akibat jika pacaran dilakukan dengan berhubungan seks adalah meningkatnya penyakit kelamin di kalangan remaja. Seperti yang telah di kemukakan oleh beberapa rumah sakit di
4
Ibid., hal. 35.
4
Surabaya Yoyakarta dan Semarang (1981) menunjukkan frekuensi penderita penyakit kelamin yang tertinggi antara usia 15-24 tahun.5 Jenis penyakit kelamin yang terbanyak sebagaimana dilaporkan di RSUP Dr. Sarjito, Yogyakarta pada tahun 1985 dan 1986 adalah kencing manis nanah (71.9%), disusul oleh keputihan (15.8%), kandiloma akuminatum (6.2%), tukak genital (3.9%), dan sifilis (2.2%) yang secara medis penyakit tersebut mudah disembuhkan, namun jika dibiarkan dan dengan pengobatan yang tidak tuntas menjadi bahaya karena penyakit yang bisa meningkat ke stadium stadium yang lebih parah. Salah satu penyakit kelamin yang sangat ditakuti oleh ramaja sejak tahun 1986 adalah AIDS (Aquired Immuno Deffierency Syndrome) penyakit ini disebabkan oleh virus-virus tertentu ( dikenal dengan nama HIV atau Human Immuno deficiency Virus) yang jika menyerang manusia menyebabkan daya tahan tubuh terhadap serangan kuman penyakit menjadi hilang. Penderita pelan-pelan akan meninggal karena badannya semakin lama semakin lemah. Secara psikologis, emosionalitas anak akan berkurang dari pada dalam masa remaja awal, akan tetapi pada akhir-akhir masa ini anak akan mengalami suatu periode pendek, dimana terdapat ketegangan emosional, yang disebabkan oleh munculnya problem-problem baru pada umur ini dan juga karena ingin menentang peraturan-peraturan orang tua. Hal ini terutama nampak pada anak-anak wanita, problem-problem yang muncul pada masa ini antara lain ialah problem yang berhubungan dengan kisah-kisah cinta remaja 5
hal. 183.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2007),
5
atau pacaran dan pemikiran-pemikiran yang serius mengenai masa depannya, karena anak telah tamat SMA, baru masuk perguruan tinggi atau bekerja serta dipengaruhi oleh suasana dan pola tingkah laku masyarakat yang bebas.6 Fakta yang peneliti dapatkan dari cerita teman di Yogyakarta bahwa seseorang yang telah masuk dalam zona pacaran mereka merasa terikat, mereka seolah terbawa suasana yang mau tidak mau harus hormat dan tunduk dengan pasangan yang belum halal bagi mereka bagaikan suami istri daripada menghormati kedua orang tua mereka, mereka lebih rela berkorban untuk pasangan yang belum halal bagi mereka dengan cara maksiat daripada membahagiakan kedua orang tua mereka, bahkan yang lebih bahaya lagi mereka rela sakit hati bertahun-tahun asalkan tidak diputuskan oleh pacarnya karena alasan mempunyai cinta yang tulus dan mempertahankan pasangannya. Hal tersebut tidak sebanding dengan pengorbanan orang tua selama ini, apakah seorang anak akan tega merusak kepercayaan orang tua dengan aktivitas yang buruk karena maksiat pacaran? apakah seorang anak tega membiarkan orang tua berdosa dan mempertanggungjawabkan dihadapan Allah karena ulah anaknya yang tidak bisa menahan diri untuk tidak pacaran? Ini juga sama dengan anjuran Allah untuk menutup aurat bagi muslimah agar terhindar dari perbuatan yang dapat merusak diri. Orang tua adalah manusia yang mempunyai rasa cemburu dan manusia yang harus pertama kali bahagia oleh orang yang dekat dan sayang dengannya terutama anaknya, orang tua merasa cemburu dan sedih jika anaknya lebih 6
Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional), hal. 206-207.
6
menghargai orang lain apalagi lebih menghargai orang yang bukan halal untuknya, cemburu jika anaknya lebih terbuka dan memberi kabar setiap minggu, setiap hari bahkan setiap detik kepada orang lain daripada kepada orang tuanya, khawatir jika anaknya sakit. Semua itu dilakukan secara sadar dengan kasih sayang walaupun terkadang tidak sebanding dengan yang dilakukan anak terhadap dirinya. Oleh sebab itu, orang tua lebih pantas kita bahagiakan dibandingkan orang lain yang belum halal untuk kita, sebab pengorbanan orang tua tidak akan bisa terbayarkan dengan apapun, sebagai anak yang sadar dan sayang terhadap orang tua, yang harus terus dilakukan walaupun tidak cukup untuk membalasnya ialah dengan memberikan perhatian, kasih sayang, mendo’akan dan menjadi putra putri yang shaleh dan shalehah yang patuh terhadap Allah dan orang tua. Al-Quran sudah menegaskan dalam firman Allah yang berbunyi
“Maka Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?7
Ada berapa banyak pemikir Islam saat ini yang membahas tentang pacaran dalam sudut pandang agama islam. Tapi sejauh ini pemikiran Ustadz Felix lebih menarik pembahasan buat remaja saat ini karena cara beliau menyampaikan
sangat
mudah
dipahami
dengan
permasalahan
yang
berkembang saat ini. Ustadz Felix juga seorang mu’allaf. 7
` Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 563.
7
Ada beberapa karya Ustadz Felix yang berhasil menjadi buku best seller dikalangan masyarakat, selain buku-bukunya menarik, mudah dipahami dan memanjakan mata para pembaca, buku tersebut dikemas dengan judul yang unik, salah satu dari buku Ustadz Felix yang berjudul Udah Putusin Aja menjadi pilihan peneliti untuk diteliti, pandangan yang menitik beratkan pada permasalahan remaja modern yang gemar menyalurkan cinta tanpa pikir panjang akan sebab dan akibat melakukannya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan Ustadz Felix Y. Siauw tentang pacaran? 2. Bagaimana perspektif pendidikan Islam tentang konsep pacaran yang dikemukakan oleh Ustadz Felix Y. Siauw?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian: Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian, antara lain: a. Memaparkan pandangan Ustadz Felix Y. Siauw tentang pacaran b. Menganalisis perspektif pendidikan Islam tentang konsep pacaran yang dikemukakan oleh Ustadz Felix Y. Siauw
8
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini di harapkan dapat memenuhi beberapa hal, antara lain: a. Secara teoritik: secara teoritik, penelitian ini di harapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran untuk memperkaya khasanah keilmuan tentang pendidikan agama Islam serta mengajarkan bagaimana berkomunikasi yang baik dengan lawan jenis bagi remaja modern agar dapat diimplementasikan sesuai aturan dan ajaran Islam. b. Secara praktis: secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pertimbangan bagi peneliti, kalangan masyarakat, orang tua, terutama para pemuda pemudi untuk selalu menjaga kehormatan dari maksiat yang sudah dianggap menjadi kebiasaan masyarakat modern pada saat sekarang ini tanpa mempedulikan aturan Allah dan hadis Nabi yang jelas. c. Secara umum: secara umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan kajian lebih lanjut tentang pendidikan agama Islam dan pemahaman dalam membentuk pribadi manusia khususnya remaja modern yang agamis, dinamis, intelektual sesuai dengan norma-norma keislaman.
D. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan uraian singkat mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang penelitian sejenis,
9
sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi peneliti dan juga untuk memastikan tidak adanya pengulangan dalam penelitian. Peneliti melakukan penelusuran dan pengkajian terhadap karya ilmiah yang ada, baik berupa buku-buku atau skripsi yang berkaitan dengan pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran. Peneliti menemukan beberapa buku dan skripsi di antaranya: Pertama, skripsi Robith Muti’ul Hakim, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014, dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Ta’aruf antara Calon Mempelai Wanita Menurut Ustad Felix Siauw.” Skripsi ini membahas tentang pandangan hukum Islam terhadap konsep ta’aruf yang sesuai dengan tuntunan Islam. Ada kesamaan antara skripsi ini dengan penelitian yang akan peneliti teliti, yaitu sama-sama meneliti pemikiran Ustadz Felix, namun fokus penelitian dalam skripsi ini lebih mengangkat tentang tinjauan hukum Islam tentang konsep ta’aruf dan perkawinan. Sementara peneliti akan meneliti tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran menurut pemikiran Ustadz Felix Siauw.8 Kedua, skripsi Triana Hastutiningsih, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, dengan judul “ Persepsi Pacaran Remaja dalam Pergaulan Masyarakat Muslim Studi pada SiswaSiswi di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.” Skripsi ini lebih membahas tentang konsep pacaran menurut remaja itu sendiri, sedangkan peneliti
8
Robith, Muti’ul Hakim, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Ta’aruf antara Calon Mempelai Wanita Menurut Ustad Felix Siauw”, Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
10
meneliti dari pespektif agama Islam tentang pacaran menguak pemikiran Ustadz Felix Siauw.9 Ketiga, skripsi Bambang Haryono, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, dengan judul “ Perilaku Pacaran Mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (Tinjauan Maqasid asy-Syari’ah).” Skripsi ini membahas tentang pandangan hukum Islam dari segi Maqasid asy-Syari’ah terhadap perilaku pacaran Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, sedangkan peneliti meneliti tentang pespektif pendidikan Islam tentang pacaran menguak pemikiran Ustadz Felix Siauw yang memuat dari beberapa buku yang pernah ditulisnya sebagai referensi untuk mengetahui bagaimana pemikiran Ustadz Felix terutama tentang pacaran.10 Terdapat perbedaan dari tiga skripsi yang peneliti cantumkan dengan penelitian yang akan peneliti teliti yaitu perbedaan dalam analisis data, peneliti lebih menganalisis tentang perspektif pendidikan Islam terhadap pacaran menguak dari sisi pemikiran Ustadz Felix, sedangkan dalam skripsi sebelumnya peneliti belum menemukan penelitian yang berangkat melalui pemikiran seseorang tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan suguhan ilmu yang bermanfaat bagi manusia khususnya bagi remaja untuk selalu
9
Triana, Hastutiningsih, “Persepsi Pacaran Remaja dalam Pergaulan Masyarakat Muslim Studi pada Siswa-Siswi di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006. 10 Bambang, Haryono, “Perilaku Pacaran Mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (Tinjauan Maqasid asy-Syari’ah)”, Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2006.
11
istiqomah dalam kebaikan, mengingatkan manusia untuk selalu patuh terhadap Allah, Rasul dan kedua orang tuanya dan menanggalkan semua keburukan yang nyata dapat menjerumuskan manusia dalam jurang kerugian dan jurang kemaksiatan yang sekarang dijadikan kebiasaan masyarakat modern sekarang ini. Oleh sebab itu, penelitian tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran menguak pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw cukup menarik dan representatif untuk diteliti. Dalam hal ini posisi penelitian peneliti untuk lebih memperkaya wawasan tentang pacaran.
E. Landasan Teori Landasan teori, dikemukakan atau diberikan penjelasan mengenai varibel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap serta mendalam, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel.11 Landasan teori di yakini peneliti dapat memecahkan permasalahan mengenai perspektif pendidikan Islam tentang pacaran menguak pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw. Beberapa teori yang dibutuhkan dalam rangka memperjelas arah langkah penelitian ini, diantaranya: 1. Pendidikan Islam Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Kahfi:66
11
Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 131.
12
”Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?12
Ayat ini berkaitan dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya, peran guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping, teman, sahabat, orang tua dan lainya, guru dijadikan sebagai tauladan baik dalam kebiasaan, keilmuan terutama dalam hal agama dan peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai yang diharapkan oleh bangsa, Negara dan agama. Guru juga memberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, karena zaman akan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu ini menjadikan anak didik agar tidak menjadi anak yang tertinggal dalam intelektual terutama dalam hal agama sebagai pijakan selaku umat Islam. Undang-undang No. 2 tahun 1989 Juncto No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam, bersikap inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.13 Pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, 12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 301. 13 Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 1.
13
menghayati, sehingga mengimani ajaran agama Islam serta dikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan ketukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.14 Peneliti mendefinisikan pendidikan Islam ialah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu Islam secara mentahnya saja, akan tetapi bisa diterapkan diberbagai ilmu lainnya, misalnya dalam pendidikan Islam tidak diterangkan secara langsung tentang pacaran, namun pembelajaran pendidikan agama Islam diajarkan tentang adab pergaulan remaja yang poin di dalamnya menjelaskan tentang khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis) ini termasuk juga dalam aktivitas pacaran yang tidak dianjurkan. Manusia harus berpikir dan mempercayai bahwa dalam setiap yang diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia, semua ilmu yang manusia bisa dapatkan saat sekarang ini diciptakan-Nya saling berhubungan erat antara ilmu satu dan ilmu yang lainnya. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga bisa diterapkan dalam pembelajaran sains, psikologi, sosiologi dan ilmuilmu lain, contohnya dalam pembelajaran Al-Quran Hadis membahas tentang bagaimana penciptaan manusia dan dalam kacamata sains juga membahas bagaimana proses awal manusia dalam kandungan, bagaimana petumbuhan manusia dari awal, dewasa, tua hingga kembali menjadi kecil kembali, itu semua bisa diteliti dalam beberapa ilmu kemudian 14
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 2, hal. 6.
14
disempurnakan oleh Al-Quran dan Hadis semua bertujuan untuk menantang manusia agar selalu berpikir, bersyukur dan menyadari bahwa semua yang diciptakan Allah sangat berhubungan erat tidak ada yang siasia. Dengan dijadikannya pendidikan agama Islam berkembang dan tidak ada pengkotak-kotakan atau diskriminasi ilmu, semua tersebut untuk menyiapkan peserta didik yang intelektual, sosial, dinamis serta agamis, yang tidak hanya mengenal ilmu dari sudut pandang pendidikan agama Islam saja namun juga ilmu lain yang disesuaikan dalam koridor Islam dan menimbulkan kesan Tuhan. a. Urgensi Pendidikan Islam Pendidikan Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama di ajarkan kepada manusia untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, adapun yang menjadi tujuan dari pendidikan agama Islam yaitu untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.15 Tujuan di atas sesuai dengan dasar pendidikan Islam dengan harapan
menghasilkan
manusia
yang
selalu
berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan 15
Abd Azis Albone, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, ( Jakarta: PT Saadah Cipta Mandiri, 2006), hal. 12.
15
tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.16 Hal ini seiring dengan tujuan pendidikan pertama untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, kedua mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (Tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Dua tujuan di atas sebetulnya menyarankan bahwa pada tujuan yang pertama, Pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak pribadi muslim yang taat pada ajaran agamanya, sedangkan yang kedua, pendidikan agama Islam bertujuan menjadikan pribadi muslim yang berwatak kebangsaan Indonesia. Pada tujuan pertama, tampak sisi ekslusif (menempatkan diri di luar pandangan orang lain) dari agama Islam, sedangkan pada tujuan yang kedua tampak sisi inklusif (menempatkan diri ke dalam pandangan orang lain)-universal (umum atau yang berlaku untuk
16
Ibid., hal. 12.
16
semua orang atau seluruh dunia) dari agama Islam. Pada tujuan yang pertama, dalam pendidikan agama-agama lain, mungkin akan samasama bersifat ekslusif, sedangkan pada tujuan yang kedua akan samasama bersifat universal, sehingga nilai-nilai yang ingin dicapai oleh pendidikan agama Islam yang kedua akan menjadi fenomena yang selalu ada pada tujuan pendidikan pada agama-agama lain.17 Jika kita melirik sejarah Islam pada periode-periode awal, khususnya sejarah dakwah Nabi Saw, tampak bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikannya adalah mendidik manusia menjadi hamba yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.18 Perjuangan beliau menanamkan akidah tauhid selama hampir tiga belas tahun di Makkah, kemudian strategi dakwah beliau selama kurang lebih sepuluh tahun di Madinah, hampir semuanya bermuara pada pembentukan umat yang rela mendedikasikan dirinya untuk mengabdi kepada Allah. Dari situlah kemudian terbentuknya generasi pilihan yang setiap perkataan, perbuatan, tingkah laku dan segala peri kehidupannya ditujukan sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya. Jika merujuk pada Al-Quran, generasi bentukan Rasulullah ini sangat sesuai dengan gambaran yang diberikan oleh Allah dalam surah AzZariyat (51:56) yang berbunyi:19
17
Abd Azis Albone, Pendidikan Agama Islam ..., hal. 13. Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 30. 19 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 523. 18
17
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dalam kaitan ini, penting juga diingat bahwa satu-satunya tugas yang diembankan kepada seluruh Rasul adalah menyeru manusia kepada tauhid. Artinya, benang merah yang menghubungkan antara satu Rasul dengan Rasul lainnya dalam tugas mereka mendidik umat adalah membentuk pribadi-pribadi yang rela mengabdikan dirinya kepada Allah. b. Ruang Lingkup Pendidikan Islam Ruang lingkup pendidikan Islam memiliki cakupan yang luas, hal ini didasari karena ajaran Islam itu banyak memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam merupakan pengajaran tata hidup yang kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat kelak.20 Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan Islam. Aspek tersebut antara lain, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia serta hubungan manusia dengan makhluk lain (alam lingkungannya).
20
Abd Azis Albone, Pendidikan Agama Islam ..., hal. 40-41.
18
Ruang lingkup hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan vertikal antara makhluk dan Sang Khaliq yang merupakan prioritas pertama dalam pendidikan Islam. Dalam melakukan hubungan ini seorang hamba harus benar-benar meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya, kemudian berserah kepada-Nya, banyak bersyukur dengan melakukan ibadah mahdhah (penghambaan yang murni hanya kepada Allah secara langsung atau aktivitas dan perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya, contohnya, shalat, puasa, haji, dll). dan ghairu mahdhah (tidak murni hubungan semata dengan Allah, akan tetapi ada interaksi dengan makhluk lainnya, contohnya belajar, zikir, tolong menolong, dll). Inti dari hubungan manusia dengan Allah yaitu seorang hamba harus bertakwa kepada-Nya
dengan
sebenar-benar
takwa.
Dengan
segala
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan melakukan takwa, maka akan menenangkan jiwa dan batinnya.21 Kemudian dilanjutkan dengan hubungan manusia dengan dirinya sendiri yaitu hubungan manusia sebagai makhluk individual yang membutuhkan perhatian bagi dirinya sendiri seperti sandang, papan, kesehatan dan rasa aman. Dengan melakukan hubungan ini manusia sebagai makhluk individual harus benar-benar memperhatikan kebutuhan dirinya sendiri. Kebutuhan akan kesehatan misalnya, agar
21
Ibid., hal. 41-42.
19
kebutuhan terpenuhi maka dia harus menjaga kesehatan dirinya, banyak berolahraga, tidak meminum-minuman keras serta obat-obatan terlarang, tidak melakukan perzinahan, tidak terlalu sering begadang dan lain sebagainya. Adapun asumsi yang mendasari hal di atas adalah karena seluruh anggota tubuh mempunyai hak untuk dijaga dan dipelihara agar menjadi sehat.22 Adapun hubungan manusia dengan sesama manusia adalah hubungan horizontal dalam hubungan masyarakat. Hal ini didasari karena pada hakikatnya manusia itu saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan hidup tanpa orang lain. Untuk itu, dalam hal hubungan manusia dengan sesama manusia, Islam sangat menganjurkan adanya sikap saling tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan serta tenggang rasa. Ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan di tentukan oleh nenek moyang, warna kulit dan bahasanya, akan tetapi ditentukan oleh ketakwaan yang ditunjukkan prestasi kerja yang bermanfaat bagi umat manusia. Penjelasan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar menunjuk pada khalifah sebagai khalifah Allah di muka bumi yang tugasnya mengatur, memanfaatkan, mengolah atau mengelola alam dan lingkungan secara optimal. Dengan melakukan hal seperti ini
22
Ibid., hal. 41-42.
20
seseorang dapat dikatakan cinta kepada tanah air, karena itu tidak akan melakukan hal-hal yang sifatnya merusak tanah airnya, seperti melakukan penebangan hutan liar karena akan menyebabkan erosi dan banjir,
tidak
melakukan
pemburuan
pada
satwa-satwa,
tidak
melakukan pertambangan liar secara membabi buta, dan sebagainya.23 Dari beberapa hubungan yang dipaparkan di atas, mulai dari hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia bahkan hubungan manusia dengan makhluk lain (lingkungan). Betapapun semua hubungan tersebut membuktikan bahwa manusia tidak akan bisa hidup sendiri dengan baik tanpa adanya Allah sebagai Sang Pencipta, tanpa adanya manusia dan tanpa adanya makhluk lain (lingkungan), sebab semua saling berhubungan erat. oleh karena itu, diperlukan manusia yang tidak hanya memikirkan dunia saja, akan tetapi manjadi manusia yang bermanfaat di dunia, dimata manusia terutama di mata Allah SWT. 2. Pacaran Pacaran secara bahasa berasal dari kata pacar yang ditambah imbuhan an yang memiliki arti sukaan dan kendak. Sukaan maksudnya yang disukai, sedangkan kendak maksudnya adalah orang yang disukai (diajak zina).24
23 24
Ibid., hal. 41-42. WJS, Purwadarminta, Kamus Umum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985).
21
Pacar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah teman lawan jenis yg tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih atau kekasih, berpacaran dapat diartikan dengan bercinta atau berkasih-kasihan, memacari diartikan sebagai menjadikan sebagai pacar atau mengancani, sedangkan pacaran diatikan dengan berpacaran. Pacaran menurut kacamata peneliti adalah perasaan kangum, rasa cinta, rasa sayang yang biasanya berada dalam tahap pencarian kecocokan yang disalurkan lewat nafsu dan kebiasaan tanpa berpikir panjang akan sebab dan akibat melakukannya Aktivitas pacaran ini biasanya di lakukan dengan berdua-duaan di tempat yang gelap, pegangan tangan, bercumbu mesra hingga larut malam, berciuman bahkan ada yang berbuat zina dan perbuatan ini bukan hanya remaja saja yang melakukan, namun sudah masuk pada anak yang belum cukup umur yang masih menadah tangan kepada orang tua. Masalah pacaran pada masa remaja atau dorongan seks pada manusia menumbuhkan dan menggairahkan hubungan antar manusia, sehingga bermacam-macam hubungan yang positif atau negatif yang terjadi di dalam kehidupan. Orang-orang bijaksana berkata bahwa dorongan seks itu adalah diibaratkan kuda penarik atau yang dipacu manusia, manusia sebagai pengunggangnya haruslah berupaya untuk selalu mengendalikannya, jangan sampai manusia dikendalikan atau ditunggangi kudanya. Jika keadaan terakhir terjadi dalam kehidupan
22
seseorang, ia akan mengalami dehumanisasi yang aka merendahkan martabat kemanusiaannya pada hari ini dan bahkan juga selanjutnya.25 Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah.26 Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda tersebut dapat menghambat pembinaan moralnya karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila faktor-faktor dan unsurunsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka aka goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka sedang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu pada usia remaja. Kegoncangan jiwa, akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai akses, misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya. Ada beberapa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pacaran atas seks yang membahayakan tersebut, diantaranya : a. Perlu mengadakan saringan atau seleksi terhadap kebudayaan asing yang masuk, agar unsur-unsur yang negatif dapat dihindarkan
25
Hasan Basri, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, (Bandung: Pustaka Pelajar, 1996), cet. 2, hal. 23. 26 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005) , hal. 153.
23
b. Agar pendidikan agama, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat diintensifkan, supaya kehidupan beragama dapat terjamin dan selanjutnya nilai-nilai moral yang baik dapat menjadi bagian dari pribadi bangsa yang menjadikan nilai agama sebagai ketenangan jiwa, sehingga gairan untuk menjadi insan yang baik menuju jalan kesempurnaan itu ada. c. Agar diadakan pendidikan khusus untuk orang dewasa dalam bidang kesehatan jiwa, supaya dapat membantu kesehatan diri sendiri dalam menghadapai goncangan jiwa serta terciptanya ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya sehari-hari di rumah dan dalam masyarakat. d. Perlu adanya biro-biro konsultasi, untuk memerlukan orang-orang yang memerlukannya, baik untuk anak dan remaja, maupun untuk orang dewasa. e. Dalam kegiatan pembinaan, sebaiknya pemerintah dengan wewenang yang ada padanya mengambil tindakan dan langkah-langkah yang tegas dengan mengikut sertakan semua lembaga, para ulama dan pemimpin masyarakat. Masyarakat Barat yang umumnya lebih bebas mengekspresikan cinta. Akhirnya cinta menjadi sesuatu yang tidak lagi sakral dan romantis, kecuali tersisa dalam film-film saja.27 Islam memandang cinta itu agung
27
Ibid., hal. 29.
24
dan suci, karenanya perlu diatur, dan aturannya tidak tanggung-tanggung, langsung dari Pencipta manusia Allah SWT. Ketertarikan antara dua jenis merupakan panggilan fitrah, dan Islam berusaha membawanya berjalan di jalan yang benar. Dan selain sistem perkawinan, tidak ada jalan yang sesuai dengan manhaj (petunjuk) Islam yang fitri.28 Islam tidak mengenal hubungan-hubungan pra-pernikahan semisal pacaran dan pertunangan
faktanya, hubungan ini
bukan malah
mengenalkan dua insan, tapi malah merusak dua insan. Oleh karena itu, bila cinta datangi walinya dan menikahlah. Namun, bila belum siap, persiapkan diri dahulu dalam diam. Sebab pernikahan dalam Islam adalah jalan untuk menyalurkan cinta dengan bertanggungjawab dan penuh komitmen. Pernikahan dalam Islam tidak dianggap sulit bahkan cenderung mengerikan, sehingga banyak yang harus dipersiapkan yang ujungnya membuat laki-laki takut menikah. Tapi tidak pula Islam memudahkan pernikahan sehingga bisa dipandang sebelah mata dan seenaknya. Dalam hadis dijelaskan yang berbunyi:
ِ ﺑﻦ ﻳ ِﺰ َﻳﺪ ﻋﻦ ِ ﻋﻦ ِ رﺳﻮل ِ ﻋﺒﺪ اﷲ َ ﱠ ِ َ ْ ﻋﺒﺪ ﱠ ُ ْ ُ َ ﻗﺎل ََﻟﻨﺎ َ َ ﻗﺎل َ َ اﷲ َْ ْ َ ْ َ ِ ْ اﻟﺮﲪﻦ َْ ْ َ ُﺻﻠﻰ اﷲ ِ اﺳﺘﻄﺎع َِ ِ ﻣﻌﺸﺮ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ َو َ ﱠ ِ ـﺰوج َِ ﱠ ﻣﻦ اﻟﺸﺒﺎب ﻳﺎ ﺳﻠﻢ ُ َ َ َ َْ ﻣﻨﻜﻢ ْ َ َ َ ْ ُﻓﺈﻧﻪ َْ ْ ْ اﻟﺒﺎءة ﻓَ ْـﻠﻴَﺘَ َ ﱠ َ َ َ َ ُ َ َ ِ ـﻌﻠﻴﻪ ِ ﱠ ِ ِ َ َﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓ ِ ِ ِ َ َِْ ﺾ ِ ﱠ . ٌوﺟﺎء ﻟﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﺑﺎﻟﺼﻮم َ أﻏ ﱡ ََ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْوﻣﻦ َﱂ َ ُ ُ ْ ْ َ َ ﻟﻠﻔﺮِج ْ َ ْ أﺣﺼﻦ ُ َ ْ َﻟﻠﺒﺼﺮ َو “ Dari Abdurrahman bin Yazid, dari Abdullah (dia) berkata, berkata Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai para 28
Sayyid Muhammad Az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hal. 156.
25
pemuda! Siapa diantara kalian berkemampuan untuk menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi kemaluan. Dan siapa yang belum mampu, hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” ( HR. Al-Bukhari no. 5060 dan Muslim no. 3384).29
Kemampuan yang dimaksud dalam hadis tersebut bukanlah dilihat dari harta, keturunan, atau status sosial, melainkan dari agama semata. 30 Islam memandang laki-laki dan wanita sama dalam hal penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya. Islam memberi porsi khusus kepada wanita yang tidak diberikan kepada laki-laki, sebaliknya Islam juga memberikan porsi khusus kepada laki-laki yang tidak diberikan kepada wanita.31 Wanita dan laki-laki berbeda secara fungsi dan penempatan, karena itulah aktivitas laki-laki dan wanita tidak disamakan, namun terpisah secara asalnya. Dalam kehidupan Islam sebagaimana dalam sejarah Rasulullah Saw, atau buku-buku yang menggambarkan kehidupan Islam pada masa Rasulullah Saw, aktivitas kaum lelaki dan wanita terpisah, kecuali dalam beberapa aktivitas khusus yang diperbolehkan syari’at. Islam mewajibkan wanita bepergian dengan mahram, untuk menjaga dan agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mengundang fitnah bagi dirinya semisal berkhalwat dengan lelaki yang bukan mahram. Islam pun memberikan batasan bagi Muslim secara umum untuk meminta
29 30 31
Felix Y. Siauw, Udah Putusin ..., hal. 85. Ibid., hal. 85. Ibid., hal. 40.
26
izin dan memberi salam sebelum memasuki rumah agar yang menerima tamu dapat mempersiapkan diri sebelum menerima tamu. Dicontohkan juga dalam melaksanakan shalat, laki-laki di perintahkan oleh Rasulullah Saw. untuk melakukannya secara berjamaah di masjid, tidak diperintahkan bagi wanita walau boleh saja mereka ikut berjamaah di masjid. Dalam melaksanakan shalat berjamaah pun Rasulullah Saw. memisahkan barisan antara laki-laki yang ada di depan dengan shaf kaum wanita di belakang. Diriwayatkan oleh Ummu Salamah yang artinya: “Bahwa kaum wanita pada masa Rasulullah SAW. Jika telah mengucapkan salam dari shalat wajib, mereka berdiri. Rasulullah SAW. dan kaum lelaki diam di tempat selama waktu yang dikehendaki Allah. Maka jika Rasulullah SAW. berdiri, berdirilah kaum lelaki.” ( HR. Al-Bukhari).32 Semua jelas diamalkan pada masa Rasulullah SAW, yaitu pemisahan antara kehidupan wanita, pemisahan ini bukan di tujukan untuk mengekang dan menyusahkan, tetapi menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita itu sendiri, menjaga masa depannya agar penuh kebaikan. Karena Islam adalah agama yang preventif (bersifat mencegah agar tidak terjadi apa-apa),
Allah
melarang
keras
untuk
mendekati
zina,
apalagi
melakukannya. Maka Islam menutup semua jalan untuk menuju perzinaan. Selain karena zina merupakan dosa besar di sisi Allah, perbuatan itu juga sangat merugikan, bagi lelaki apalagi wanita. Dan kehidupan manusia secara umumnya. Namun Islam tidak menyusahkan laki-laki
32
Ibid., hal. 42.
27
maupun wanita. Dalam hal-hal yang memang jelas dan perlu, syari’at membolehkan interaksi antara lelaki dan wanita. Keduanya diperbolehkan melaksanakan jual beli, belajar-mengajar, ibadah semisal haji dan umrah, berjihad di jalan Allah, dan lain sebagainya. Diperbolehkan bagi laki-laki dan wanita berinteraksi dalam perkara yang diperbolehkan syari’at, semisal medis, peradilan, perdagangan, pendidikan, akad kerja dan segala aktivitas syar’i yang memang menuntut adanya interaksi dia antara lelaki dan wanita.33 Islam mengharamkan aktivitas interaksi antara lelaki dan wanita yang tidak berkepentingan syar’i, seperti jalan-jalan bersama, pergi bersama ke masjid atau kajian Islam, bertamasya nonton bioskop dan sebagainya. Aktivitas ini adalah pintu menuju kemaksiatan yang lain. Banyak pengingat dari Rasulullah Saw. dalam perkara berduaduaan (khalwat) yang menjadi inti pacaran dan semua hubungan yang sekarang merusak remaja dan pemuda Islam.34 Tentang khalwat Rasulullah Saw. menegaskan:
ِ َ َ ﻓﺈن ﱠ ٍ ِ أﺣﺪﻛﻢ َﻻ َ َُْ ﱠ ـﻬﻤﺎ ْ ﺑﺎﻣَﺮَأة َِ ﱠ ْ ْ ُ ُ َ َ ﳜﻠﻮن َ ُ ُاﻟﺸﻴﻄﺎن َﺛﺎﻟﺜ “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita, karena sesungguhnya setan menjadi yang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad, Ibn Hibban, Al-Thabrani dan AlBaihaqi).35
33 34 35
Ibid., hal. 43. Ibid., hal. 44. Ibid., hal. 45.
28
ٍ ﳜﻠﻮن ِﺑﺎﻣﺮٍَأة َﻟﻴﺲ ﻣﻌﻬﺎ ذو ِ ـﺆﻣﻦ ِ ﱠ ِ ْ ﻛﺎن ﻳ ِ ِ ْ ﺑﺎﻟﻠﻪ َواﻟْﻴَـ ِْﻮم ﳏﺮم َْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ اﻵﺧﺮ ََﻓﻼ َ َُْ ﱠ ْ ََ ُ ُ َ َ وﻣﻦ ِ ِﻣْﻨـﻬﺎ َِ ﱠ .اﻟﺸﻴﻄﺎن ُ َ ْ ـﻬﻤﺎ ﱠ َ َ ُ َﻓﺈن َﺛﺎﻟﺜ “Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut karena setan menjadi yang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad).36
ٍ ﳜﻠﻮن رﺟﻞ ِﺑﺎﻣﺮٍَأة ِﱠإﻻ ﻣﻊ ِذي رﺳﻮل ﱠ اﻟﻠﻪ ر ـﻘﺎم ﻓ ﳏﺮم َ ُ َ ـﻘﺎل َﻳﺎ َ ََﺟﻞ ﻓ َ َ ََ ٌ ُ َ َ َ َْ َ ْ ٌ ُ َ َﻻ َ َُْ ﱠ ِ ﻗﺎل ِ َ اﻛﺘﺘﺒﺖ ِﰲ ِ ﻣﻊ ﻓﺤﺞ ارﺟﻊ َ َﻛﺬا َو َ َ ﻏﺰوة ﺧﺮﺟﺖ َ ﱠ ﱠ َ ْ َ َ َ ْاﻣَﺮَِأﰐ ُ ْ ُ ْ ﺣﺎﺟﺔً َو ْ ْ َ َ ﻛﺬا ََ ُ َْ .أﺗﻚ َ َِْاﻣَﺮ “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali jika bersama dengan mahram sang wanita tersebut.’ Lalu berdirilah seorang dan berkata, ‘wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji dan aku telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini dan itu. ‘Rasulullah Saw. berkata,’kembalilah, dan berhajilah bersama istrimu.” (HR. Bukhari). Adapun maksud setan menjadi yang ketiga adalah setan membisikkan kepada keduanya untuk melakukan kemaksiatan dan membangkitkan gejolak syahwat mereka serta menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya. Setan menambah jeratnya dengan menghiasi kemaksiatan yang mereka lakukan sehingga terlihat indah oleh mereka. Puncaknya Setan menyatukan mereka dalam kehinaan berupa zina atau sekurang-kurangnya melakukan perkara yang menghantarkan kepadanya. Khalwat adalah jalan setan untuk menggoda manusia dan menjerumuskannya ke dalam perzinahan. Syariat Islam telah menutup
36
Ibid., hal. 45.
29
jalan ini dan menghalanginya sehingga diharapkan orang Islam aman darinya.
F. Metode Penelitian Setiap kegiatan ilmiah diperlukan metode yang sesuai dengan obyek yang dibicarakan. Metode ini merupakan salah satu cara untuk bertindak dalam mengerjakan penelitian, agar kegiatan penelitian dapat terlaksana secara sistematis, valid dan terarah sehingga akan mendapatkan hasil penelitian yang optimal dan dapat memberi kontribusi wawasan keilmuan. Metode yang digunakan penulis, diantaranya: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini mengacu pada data-data tertulis yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat, penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian literatur yang referensinya menggunakan buku-buku sebagai sumber data penelitian. Dalam penelitian library research, untuk menguak pemikiran Ustadz Felix, maka buku karya Ustadz Felix Y. Siauw digunakan peneliti sebagai sumber data, sedangkan buku-buku yang lain sebagai pelengkap dan penyempurna dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti tidak harus terjun langsung ke lapangan melalui survai atau observasi untuk mendapatkan data, tetapi penelitian yang dapat dilakukan melalui proses wawancara lewat via email, facebook, twitter dan membaca bebarapa karya dan posting pribadi dari Ustadz Felix Y.
30
Siauw yang kemudian di gabungkan dengan ilmu-ilmu lain dan dari penelitian sebelumnya yang relevan dengan objek penelitian. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid dan dapat dipercaya dengan tujuan untuk menemukan, membuktikan dan mengembangkan
suatu
pengetahuan
sehingga
dapat
memahami,
memecahkan, dan mengatasi masalah.37 Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif dan deskriptif yang berdasarkan dari Al-Quran dan Hadis serta mendeskripsikan dan menganalisis fenomena dan kejadian yang terkumpul sebagaimana adanya, yang sesuai dan relevan dengan obyek penelitian. Adapun maksud dari pendekatan normatif adalah studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal formal dan atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya dengan halal-haram, boleh atau tidak dan sejenisnya yang berhubungan dengan Al-Quran dan Hadis. Sedangkan maksud dari pendekatan deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai
suatu
fenomena
atau
kenyataan
sosial,
dengan
jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti dengan fenomena yang akan diuji.
37
Endang Sulistyasari, Audience Research, Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar Dan Pemirsa, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hal. 47.
31
3. Sumber Data Penelitian a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang didapatkan peneliti membaca buku Udah Putusin Aja karya Ustadz Felix Y. Siauw yang dilihat melalui perspektif pendidikan Islam serta dari beberapa media sosial yang menginformasikan bahkan beliau aktif menulis di dalamnya, seperti media facebook, twitter, blog, web dan lain sebagainya. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi perpustakaan berupa buku-buku, skripsi dan sumber lain yang valid dan relevan dengan obyek penelitian guna mendukung penyusunan skripsi. Adapun buku yang digunakan antara lain: 1) Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009, tebal halaman 604 halaman. 2) Buku Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq tentang Membangun Karakter dan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta dan Jakarta: Graha Ilmu dan UIEU University Press, 2006, tebal halaman 240 halaman. 3) Buku Abd Azis Albone tentang Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta: PT Saadah Cipta Mandiri, 2006, tebal halaman 290 halaman.
32
4) Buku Muhammad Alim tentang Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011 tebal halaman 265 halaman. 5) Buku Sayyid Muhammad Az-Za’balawi tentang Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, Jakarta: Gema Insani, 2007, tebal halaman 649 halaman. 6) Buku Sarlito Wirawan Sarwono tentang Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2007, tebal halaman 266 halaman. 7) Buku Soesilowindradini tentang Psikologi Perkembangan Masa Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, tebal halaman 220 halaman. 8) Buku Hasan Basri tentang Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, Bandung: Pustaka Pelajar, 1996, tebal halaman 161 halaman.
9) Buku Zakiah Daradjat tentang Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, tebal halaman 200 halaman.
10) Buku Sutrisno dan Muhyidin Albarobis tentang Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, tebal halaman 145 halaman. 11) Buku Rif’at Syauqi Nawawi tentang Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011. 12) Buku Ibnu Taimiyyah tentang Fikih Wanita Kumpulan Fatwa Lengkap Seputar Permasalahan Wanita, Jakarta: Pustaka asSunnah, 2010, tebal halaman 455 halaman.
33
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data melalui analisis data dari sumber-sumber literatur yang relevan dan dapat mendukung obyek penelitian. Metode dokumentasi dilakukan karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang referensinya dari buku, jurnal, artikel, surat kabar, majalah, dan lain-lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap skripsi yang akan peneliti teliti. 5. Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang akan diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang akan telah diajukan. untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan.38 Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mereduksi data, yaitu mengumpulkan, merangkum dan memilih data yang relevan 38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 207.
34
b. Menganalisis/menelaah data, yaitu data yang telah berhasil dirangkum, selanjutnya dianalisi dan diolah dengan menggunakan data-data pendukung (sekunder) yang ada c. Memverifikasi, yaitu melakukan interpretasi data atau perlengkapan data dengan mencari sumber-sumber data baru yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan d. Menarik kesimpulan, yaitu sebagai hasil dari metode-metode yang telah dipaparkan di atas.
G. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini, guna memudahkan dalam sistematika isi pembahasan penelitian. Peneliti mencoba merincikan beberapa hal yang dianggap penting dalam mengolah dan menyusun skripsi ini. Hal demikian juga untuk menghindari berbagai kesalahpahaman dan kekurangakuratan dalam memahami maksud dibalik penyusunan penelitian ini. Oleh karena itu peneliti memetakan beberapa hal penting penelitian ini kedalam empat bab terpisah yang keseluruhannya saling berhubungan erat. Bab I merupakan pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang gambaran penyusunan skripsi yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
35
Bab II merupakan bab yang akan membahas tentang tentang tokoh, biografi tokoh, latar belakang kehidupan, perjalanan keislaman Ustadz Felix serta karya-karyanya. Bab III merupakan bab yang menganalisis tentang perspektif pendidikan Islam tentang pacaran (menguak pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw). Bab IV merupakan bab kesimpulan dan saran dari hasil yang sudah diteliti tentang perspektif pendidikan Islam tentang Pacaran (menguak pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw)
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Pacaran menurut Ustadz Felix tidak diperbolehkan dengan segala yang mendekatinya, pandangan Ustadz Felix lebih menitik beratkan pada tingkah laku atau nafsu yang sudah menjadi kebiasaan bahkan membudaya tanpa ada pertimbangan dan pikir panjang yang sesuai dengan syariat Islam. Untuk itu Ustadz Felix tidak membolehkan pacaran sebagai bentuk penjagaan diri dan kemashlahatan dari hal-hal yang merusak, terutama hal-hal yang dapat menjauhkan diri kepada Allah. Dalam perspektif Pendidikan Islam tidak disebutkan secara eksplisit tentang pacaran, namun Islam terutama ajaran Islam mengajarkan tentang bagaimana berakhlak baik kepada kedua orang tua, masyarakat, menjaga pandangan dengan lawan jenis, larangan berkhalwat, larangan ikhtilat, larangan mendekati zina dan lain-lain. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa pandangan Ustad Felix dan perspektif pendidikan Islam dari segi kesehatan dan psikologis pacaran tidak dibolehkan sebagai bentuk penjagaan diri dan kemashlahatan, mencegah dari berbagai macam penyakit serta gangguan kejiwaan yang dapat merusak masa depan mengingat semakin bebasnya pergaulan remaja pada zaman sekarang ini. Wallahu a’lam, setan memang penggoda yang dapat merusak iman manusia, untuk itu tidak ada manusia yang sempurna akhlaknya, namun 107
108
dengan keistiqamahan melakukan kebaikan di jalan Allah dan menjauhi larangan Allah, maka secara tidak langsung manusia akan berjalan menuju kesempurnaan kepada Allah Swt.
B. Saran Untuk orang tua, mengingat pendidikan yang utama itu adalah pendidikan dari kedua orang tua, untuk itu orang tua zaman sekarang harus lebih maju dan jangan menganggap kolot tentang persoalan remaja ini, orang tua harus lebih jeli dan bijaksana dalam mendidik dan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya dengan menanamkan ilmu-ilmu agama sejak dini, memasukkan ke sekolah yang baik secara akademi, akhlak dan lingkungannya serta memberikan gambaran atau potret kemajuan pergaulan masa sekarang, masa lampau dan masa yang akan datang agar anak dapat mensikapi perkembangan zaman dengan baik sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Untuk guru, guru sebagai pedoman akhlak disekolah harus mampu menjadi aktor terbaik disekolah, baik dalam tutur bahasa, baik dalam bersikap dan luas wawasan keilmuannya bukan dalam ilmu dunia saja akan tetapi juga ilmu keakhiratan, sehingga guru sebagai pengarah dan penggerak yang baik dalam memberikan pemahaman agar peserta didik mampu bertindak sesuai dengan ketentuan dan hukum Allah. Untuk masyarakat, untuk menciptakan hubungan baik dengan sesama terutama hubungan baik dengan Allah, dalam kehidupan bermasyarakat harus ada rasa empati dan simpati terhadap sesama, saling mengingatkan dalam
109
kebaikan, saling menghormati dan menyayangi, bukan saling menjerumuskan atau membiarkan. Umumnya untuk remaja khususnya peneliti, mengingat hidup dalam dunia modern dan berkembang, dalam bertindak harus ada landasan, bukan hanya mengejar kenikmatan namun memikirkan sebab dan akibat yang ditimbulkan, selalu menghadirkan Allah dan menerima setiap masukan dan saran, menjadi pendengar yang baik, patuh kepada kedua orang tua, guru, berbuat baik kepada masyarakat, menambah wawasan, berteman dengan orang-orang shaleh/shalehah yang terpenting tidak menganggap remeh hukum-hukum Allah dan tuntunan Rasulullah.
C. Penutup Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, rasa syukur yang teramat dalam selalu dipanjatkan kepada Allahatas cinta-Nya yang teramat cinta, atas kasih-nya yang penuh kasih, atas nikmat-Nya yang tak tertandingi akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Perspektif Pendidikan Islam tentang Pacaran (Menguak Pemikiran Ustadz Felix Y. Siauw) Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik, diharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Al-Quran: Departemen Agama RI, Syaamil Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009.
Sumber Buku: Abdullah, M. Yatimin, Study Akhlak dalam Perspektif AlQuran, Pekanbaru: Amzah, 2006. Al-Ghazali, Metode Penaklukan Jiwa Pengendalian Sufistik, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2014.
Nafsu dalam Perspektif
Ali, Muhammad, dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Al-Mukaffi, Abdurrahman, Pacaran dalam Kacamata Islam, Jakarta: Media Da’wah, 2001. Amru M. Khalid, Syaikh, Manajemen Qalbu, Jakarta: Khalifa, 2004. Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta, Jakarta: Graha Ilmu dan UIEU University Press, 2006.
Azis Albone, Abd, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, Jakarta: PT Saadah Cipta Mandiri, 2006. Basri, Hasan, Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya, Bandung: Pustaka Pelajar, 1996. Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Haqani, Luqman, Perusak pergaulan dan kepribadian Remaja Muslim, Bandung: Pustaka Ulumuddin, 2004. Ibrahim, Majdy As-Sayyid, Lima Puluh Wasiat Rasulullah Saw bagi Wanita, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997. Itani, Muhammad Khalil, Wasiat Rasul buat Lelaki Intisari Ibadah, Muamalah dan Akhlak, Solo: Aqwam, 2013. 110
111
Kasijan, Z, Tinjauan Psikologis Larangan Mendekati Zina dalam Al-Quran, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982. Mahali, A. Mudjab, Pembinaan Moral dimata Al-Ghazali, Yogyakarta: BPFE, 1984. Muhammad Az-Za’balawi, Sayyid, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, Jakarta: Gema Insani, 2007. Said az-Zairi, Amir, Manajemen Kalbu Resep Sufi Menghentikan Kemaksiatan, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003. Santoso, Iman, Nasihat untuk Qiyadah dan Kader Dakwah, Jakarta: Robbani Press, 2008. Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan Masa Remaja, Surabaya: Usaha Nasional. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013. Sulistyasari, Endang, Audience Research Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar Dan Pemirsa,Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Sutrisno, dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Syaltut, Mahmud, Akidah dan Syari’at Islam, Jakarta: PT Bina Aksara, 1985. Syauqi Nawawi, Rif’at, Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011. Taimiyyah, Ibnu, Fikih Wanita Kumpulan Fatwa Lengkap Seputar Permasalahan Wanita, Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2010. Wirawan Sarwono, Sarlito Psikologi Remaja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2007. Y. Siauw, Felix, Udah Putusin Aja, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013.
Sumber Web dan Internet: Twitter: @felixsiauw Facebook: Ustad Felix Siauw
112
Aku dan Islam, dalam Felixsiauw.com, diakses pada tanggal 10 Desember 2014, pukul: 10:46 WIB. Dengan Ilam Hidup jadi Terarah dalamhttp://www.republika.co.iddiakses pada tanggal 10 Desember 2014, pukul: 13:21 WIB. http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/diakses pada tanggal 10 Desember 2014, pukul: 13:00 WIB. http://www.mediatadulako.com/index.php/2012-10-23-17-27-33/kreativitas/255resensi-buku-beyond-the-inspiration, diakses pada tanggal 13 Desember 2014, pukul: 10:17 WIB. http://timbunanresensi.wordpress.com/2014/03/20/muhammad-al-fatih-1453-byfelix-siauw/, diakses pada tanggal 13 Desember 2014, pukul: 10:34 WIB. Sinopsis Buku Udah Putusin Aja karya Ustadz Felix Y. Siauw Udah Putusin Aja Ustadz Felix Y. Siauw.html, diakses pada tanggal 10 Desember 2014, pukul: 13:10 WIB.
CURICULUM VITAE
A. Identitas Diri Nama
: Gusni Rahayu
Tempat / tanggal Lahir
: Kota Garo / 21 September 1993
Nama Ayah
: Abdul Muris
Nama Ibu
: Nurdianis
Alamat Asal
: Kota Garo, RT 09 RW 01, Riau
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
E-mail
:
[email protected]
No. HP
: 081363851639
B. Riwayat Pendidikan 1. 1998-1999
: TK Nusa Indah Kota Garo
2. 1999-2005
: SD N 015 Kota Garo
3. 2005-2008
: MTs Bustanul Huda Kota Garo
4. 2008-2011
: MAN/MAKN Koto Baru PadangPanjang
5. 2011- Sekarang
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
C. Pengalaman Organisasi 1. Anggota FORMAT (Forum Muslimat) MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang 2. Anggota FPLK (Forum Pelajar Lancang Kuning) MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang.