PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
FAFA GUMILANG NPM : 12210007
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA KOTA METRO-LAMPUNG 2016
PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Agribisnis
Oleh FAFA GUMILANG
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA KOTA METRO-LAMPUNG 2016
ABSTRAK PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh : FAFA GUMILANG
Pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Seperti beras, ubi kayu, jagung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel yang dapat mempengaruh petani beralih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sensus. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder, sampel berjumlah 32 petani di Desa Restu Rahayu. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif, uji hipotesis menggunakan data dari lapangan yang dibuat kata-kata atau kalimat. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang mempengaruhi alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke lahan ubi kayu adalah beda pendapatan dan resiko, produksi sedangkan yang tidak berpengaruh adalah umur tanaman, pengalaman usahatani, luas kepemilikan lahan, bimbingan usahatani.
Kata Kunci:
Persepsi Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke Lahan Ubi Kayu, Lampung Timur.
Judul Skripsi
:
PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa
:
FAFA GUMILANG
NPM
:
12210007
Program Studi
:
AGRIBISNIS
Jurusan
:
AGRIBISNIS
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Supriyadi, S.E., M.T.A. NIP. 0027046201
Ainul Mardliyah, S.P., M.Si NIP. 0209078601
2. Ketua Jurusan
Dr. Ismalia Afriani, S.P., MSi NIP. 197504 17200501 2 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Supriyadi, S.E., M.T.A
Penguji Utama
: Zulkarnain, S.P.,M.E.P
Anggota
: Ainul Mardliyah, S.P., M.Si
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A. NIP : 196304081989 03 2001
Tanggal Lulus : 14. September, 2016
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang Maha Esa dan atas dukungan serta do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan bangga dan bahagia saya ucapkan terimakasih saya kepada:
1. Ibu dan Ayah, yang telah memberikan dukungan moril serta do’a yang tiada hentinya untuk kesuksesan saya. 2. Adik saya, yang slalu memberikan semangat dan do’anya. 3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta do’anya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Adiluwih, pada tanggal 1 Desember 1992 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Margono dan Ibu Enti Kusumawati.
Pendidikan Sekolah dasar di SD Negeri 2 Poncokresno, Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran di selesaikan pada tahun 2006. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Negerikaton, Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran diselsaikan pada tahun 2008. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Adiluwih, Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, Lampung pada jurusan Agribisnis serta mengkuti study lapang pada tahun 2013 dan 2014.
MOTO Tetap Berusaha dan Jangan Menyerah Demi Menggapai Cita-Cita (Fafa Gumilang)
“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu Maka dia berada di jalan ALLAH SWT (HR. Tarmuji)
“ALLAH SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. AL-Israa: 32)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga skripsi dengan judul “Persepsi Petani Terhadap Alih Fungsi Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke Lahan Ubi Kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Penulis dapat selesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1.
Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A Selaku ketua STIPER Dharma Wacana Metro yang telah memberikan dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.
2.
Bapak
Supriyadi,
S.E.,
M.T.A.
Selaku pembimbing I,
atas segala
bimbingan, dukungan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga selesainya skripsi penelitian ini 3.
Ibu Ainul Mardliyah,S.P., M.Si sebagai pembimbing II, atas segala bimbingan,
bantuan,
motivasi dan saran yang sangat berarti hingga
selesainya penulisan skripsi ini 4.
Ibu Ismalia Afriani, S.P., M.S.i selaku ketua jurusan Agribisnis yang telah memberikan dukungan dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.
5.
Bapak Zulkarnain, S.P., M.E.P Selaku penguji skripsi ini yang telah memberikan dukumgan dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.
6.
Teman-teman Semua yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Petani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur terimakasih atas kerjasamanya kepada penulis dalam menyelesaikan penelitiannya.
Semoga amal baik telah diberikan akan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT amin. Harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pertanian, penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini semata-mata karena keterbatasan penulis.
Dengan demikian penulis sudah berusaha dengan sungguh-sungguh
dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan. Untuk itu saran masuknya dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Penulis
Fafa Gumilang
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian......................................................................
1 6 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................ 2.1.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet..................................... 2.1.2. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Kayu .............................. 2.1.3. Pengertian Lahan ............................................................. 2.1.4. Alih Fingsi Lahan ............................................................ 2.1.5. Faktor-Faktor Yang Alih Fungsi Lahan .......................... 2.1.6 Penelitian Terdahulu ........................................................ 2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................... 2.3. Hipotesis .....................................................................................
7 7 8 10 12 14 15 17 19
III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel........................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 3.5. Metode Penelitian.......................................................................
IV. PEMBAHASAN
20 21 21 22 23
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian. .................................................... 4.1.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian .................................. 4.1.2. Jenis Tanah dan Iklim ...................................................... 4.1.3. Potensi Pertanian.............................................................. 4.1.4. Pendidikan di Desa Restu Rahayu .................................... 4.1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ............... 4.1.6. Kelompok Tani................................................................. 4.1.7. Identitas Responden.......................................................... 4.1.8. Pengalaman Berusahatani ................................................. 4.2. Pengujian Penelitian .................................................................... 4.3. Uji Kualitatif Variabel................................................................. 4.3.1 Uji Variabel Umur Tanaman............................................. 4.3.2. Uji Variabel Produksi ....................................................... 4.3.3. Uji Variabel Pengalaman Usahatani.................................. 4.3.4. Uji Variabel Luas Kepemilikan Lahan ............................. 4.3.5. Uji Variabel Bimbingan Teknis ........................................ 4.3.6. Uji Variabel Beda Pendapatan Usahatani ........................ 4.3.7. Uji Variabel Resiko Usahatani.......................................... 4.3.8. Uji Variabel Y Alih Fungsi Lahan ...................................
25 25 26 26 27 27 28 29 32 33 33 33 34 36 37 38 39 40 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan................................................................................. 5.2. Saran .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
43 43
DAFTAR TABEL Halaman
1. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Karet di Propinsi Lampung Tahun 2011-2014 .........................................................
2
2. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun 2011-2014 .........................................................
3
3. Luas Lahan Produksi Tanaman Karet dan Ubi Kayu di Lampung Timur Pada Tahun 2011-2014 ..................................
4
4. Luas Lahan Tanaman Karet dan Tanaman Ubi Kayu di Desa Restu Rahayu 2015 .........................................................
5
5. Curah Hujan Rata-rata Selama 5 Tahun Terakhir ( Tahun 2011s/d2015) ...................................................................
26
6. Kondisi Pendidikan di Desa Restu Rahayu..................................
27
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Restu Rahayu ..................................................................
27
8. Karakteristik Kelompok Tani di Desa Restu Rahayu ..................
28
9. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Restu Rahayu ..................................................................
29
10. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Restu Rahayu ................................................................
30
11. Sebaran Luas Lahan Responden di Desa Restu Rahayu ................................................................
31
12. Sudah Berapa Lama Usahatani Ubi Kayu Petani Responden di Desa Restu Rahayu ................................................................
32
13. Variabel Umur Tanaman ............................................................
33
14. Variabel Produksi Tanaman Karet .............................................
34
15. Variabel Pengalaman Usahatani.................................................
36
16. Variabel Luas Kepemilikan Lahan.............................................
37
17. Variabel Bimbingan Teknis .......................................................
38
18. Variabel Beda Pendapatan Usahatani ........................................
39
19. Variabel Resiko Usahatani .........................................................
40
20. Variabel Alih Fungsi Lahan ......................................................
41
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka Fikir .........................................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kuisioner.................................................................................... 2. Identitas Responden ...................................................................
48 52
3. Penyusutan Alat Pertanian .........................................................
56
4. Tenaga Kerja..............................................................................
62
5. Biaya Produksi ...........................................................................
78
6. Total Biaya Usahatani................................................................
84
7. Penerimaan ................................................................................
88
8. Pendapatan .................................................................................
90
9. Foto Dukementasi ......................................................................
92
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan pada masamasa mendatang pada dasarnya memiliki dua tujuan pokok, yaitu untuk meningkatkan
produksi
baik
secara
kuantitatif
maupun
kualitatif
dan
meningkatkan pendapatan petani. Orientasi peningkatan produksi ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri terutama untuk beberapa tanaman bahan makanan utama yang memiliki posisi yang sangat srategis seperti beras, ubi kayu, jagung, dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan ekspor terutama dua komoditas perkebunan (karet dan kelapa sawit)
yang secara tradisional
merupakan primadona komoditas ekspor (Minsyah dkk, 2010). Perspektif ekonomi sumber daya lahan dikenal “land rent”, suatu bidang lahan, paling tidak mengenal mengadung empat fungsi rent (Umi dkk,
2012) yaitu
fungsi kualitas dan kelangkaan, fungsi aksesibilitas, fungsi ekologi, dan fungsi sosial. Terkait dengan alih fungsi lahan, maraknya fenomena ini merupakan dampak dari makin tinggi dan bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap lahan.
Alih fungsi lahan pertanian masih berlangsung dari areal pertanian tanaman perkebunan karet ke berbagai penggunaan lain baik yang masih berada dalam
lingkup sektor pertanian seperti menjadi areal pertanaman tanaman pangan dan palawija yang secara ekonomi lebih menguntungkan atau terjadi sebaliknya maupun ke penggunaan pada sektor-sektor lain seperti menjadi areal perindustrian dan fasilitas umum (Matondangetal, 1992).
Faktor ekonomi lain yaitu rendahnya harga karet di tingkat petani yaitu. Rp 60007000/kg membuat pabrik crub rubber semakin sulit memperoleh bahan baku dan petani terpaksa menyadap karet. Petani mau menyadap bila tidak ada pekerjaan lain. Tetapi apabila ada pekerjaan lain seperti menjadi buruh tani atau kuli bangunan maka mereka tidak akan menyadap (Candra, 2014)
Perkembangan harga komoditi karet selama 4 tahun (2011-2014) sebagaimana dapat dilihat yang tertera pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Karet di Propinsi Lampung Tahun (2011-2014) No Tahun Rata-rata Harga (Rp/kg) 1 2011 9.800 2 2012 12.500 3 2013 7.000 4 2014 6.500 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015 Berdasarkan tabel 1. Terlihat harga karet tahun 2012 sebesar Rp 12.500,tahun 2013 turun drastis menjadi Rp 7000/kg, pada tahun 2014 turun lagi menjadi Rp 6500/kg. Harga karet selama 4 tahun terakhir terjadi penurunan di sebabkan kualitas karet yang tidak maksimal sehingga petani beralih fungsi usaha dari karet ke ubi kayu.
Perkembangan harga komoditi ubi kayu selama 4 tahun (2011-2014) sebagai dapat dilihat yang tertera pada Tabel 2 di bawah ini Tabel 2. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun (2011-2014) No Tahun Rata-rata Harga (Rp/kg) 1 2011 700 2 2012 800 3 2013 900 4 2014 1.100 Sumber : dinas pertanian Provinsi Lampung, 2015
Berdasarkan Tabel 2. Terlihat harga ubi kayu tahun 2011 sebesar Rp. 700, pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp. 800, tahun 2013 mengalami kenaikan lagi sebesar Rp. 900. Kenaikan terjadi lagi pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.100. Harga ubi kayu selama 4 tahun terakhir mengalami kenaikan karena permintaan ubi kayu di pabrik terus meningkat.
Sehingga sejumlah petani di Provinsi Lampung beralih menanam ubi kayu menyusul setiap tahunya semakin naik harga jual komoditas ini. Lampung merupakan produsen ubi kayu terbesar di Indonesia dengan produksi hingga 24,56 juta ton per tahun (BPS). Berdasarkan Dinas Pertanian di Lampung, Pada Bulan April 2013 Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur, mengalami alih fungsi usaha lahan, dimana lahan pertanian didominasi oleh tanaman ubi kayu. Ubi kayu menggusur komoditas andalan lainnya seperti karet, selain itu ubi kayu banyak dipilih petani karena bisa di panen dengan waktu 8 bulan saja. Modalnya tidak terlalu besar jika dibandingkan komoditas lain. Petani bisa mendapatkan keuntungan setidaknya Rp 15 juta (Nugroho, 2013).
Kabupaten Lampung Timur dengan adanya harga karet yang terus mengalami penurunan yang di sebabkan kualitas karet yang tidak maksimal sehingga terjadinya usaha lahan karet yang berubah fungsi menjadi usaha lahan ubi kayu. Berikut ini terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi Tanaman Karet dan Ubi Kayu di Lampung Timur Pada Tahun 2011-2014 No Tahun Luas Lahan (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha Karet Ubi Kayu Karet 1 2011 87.250 54.073 87.450 2 2012 256.600 47.555 267.839 3 2013 318.143 50.866 356.354 4 2014 432.700 53.740 356.200 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS, 2014)
Ubi Kayu 1.360.303 1.236.925 1.342.254 1.433.094
Karet 1,00 1,04 1,12 0,82
Ubi Kayu 25,15 26,01 26,38 26,66
Berdasarkan Tabel 3. Produksi antara lahan karet dengan lahan ubi kayu per tahunnya sangat jauh perbandinganya yakni dengan luas lahan 432.700 ha pada lahan karet hanya dapat menghasilkan 356.200 ton dengan produktivitas sebesar 0,82 ton/ha pada tahun 2014. Sedangkan pada lahan ubi kayu dari luas lahan 53.740 ha bisa menghasilkan 1.433.094 ton dengan produktivitas sebesar 26,66 ton/ha pada tahun 2014. Terlihat bahwa adanya perubahan fungsi usaha lahan karet ke ubi kayu. Hal ini dikarenakan rendahnya harga karet dan naiknya kebutuhan hidup sehingga petani menebang/menebas tanaman karet yang tidak produktif untuk dialihkan usaha lahan untuk komoditi ubi kayu. Karena komoditi ubi kayu masa tumbuhnya sampai panen hanya memerlukan waktu 8 bulan saja, Modal untuk tanaman ubi kayu sekitar 4 juta per hektar dan lebih menjanjikan karena harga ubi kayu yang terus stabil, sehingga petani memperoleh pendapatan rata-rata per tahun Rp. 21.000.000. Sedangkan karet masa tumbuhnya sampai berproduksi memerlukan waktu 5 tahun, selain itu dengan modal yang tinggi
sekitar 6 juta per hektar dan memperoleh pendapatan rata-rata per tahun Rp 7.000.000.
Perkembangan Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara yang cukup baik dari perkembangan perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2015 tercatat jumlah penduduk 1458 jiwa (orang) yang terdiri dari 723 pria dan 735 wanita yang akan membawa implikasi terjadinya konversi lahan pertanian yang cukup baik. Selain itu petani sering mengalami kerugian karena harga karet yang rendah maka alih fungsi lahan karet menjadi lahan ubi kayu, dapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi karena harga ubi kayu yang stabil dibandingkan karet.
Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara memiliki luas lahan karet 287 ha, dan luas lahan tanaman ubi kayu 324 ha. Hal tersebut menunjukan adanya perubahan fungsi usaha lahan karet ke usaha ubi kayu.
Tabel 4. Luas Lahan Tanaman Karet dan Luas Tanaman Ubi Kayu di Desa Restu Rahayu Tahun 2015 No Tahun Jenis Komoditi Luas Lahan (ha) Jumlah Petani 1 2015 Karet 287 156 2 2015 Ubi Kayu 324 123 Jumlah 611 279 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kecamatan Raman Utara, 2015 Berdasarkan Tabel 4. Luas lahan karet di desa restu rahayu seluas 287 ha. Dan tanaman ubi kayu seluas 324 ha, perbedaan pada luas lahan komoditi karet dan singkong , bahwa terjadinya perubahan fungsi usaha lahan komoditi karet ke ubi kayu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas terlihat bahwa petani di Desa Restu Rahayu termotivasi untuk melakukan alih fungsi usaha lahan perkebunan karet berubah ke komoditi ubi kayu
Dari uraian di atas maka masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah : faktor-faktor apakah yang mempengaruhi petani beralih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruh petani beralih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Sebagai sumbangan pemikiran ke massa depan bagi petani karet dalam pelaksanaan alih fungsi lahan sub sektor tanaman pangan lainya.
2
Sebagai
bahan
informasi
bagi
penelitian
selanjutnya,
menyempurnakan hasil penelitian yang telah dilakukan.
sehingga
dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan umum Tanaman Karet.
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari lembah Amazon, Brasilia di Amirika tengah dan masuk di Indonesia pada tahun 1876. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dengan baik dengan syarat tumbuh sebagai berikut : ketinggian optimal antara 0-200 m dpl, suhu antara 28-350C, curah hujan 2.500 mm/ tahun dapat juga pada curah hujan 1.500 mm/tahun tetapi merata sepanjang tahun. Tanaman karet umumnya dapat hidup di berbagai jenis tanah pada Ph 4,08,0 (Sianturi, 1982)
Klasifikasi Botani dan Morfologi tanaman sebagai berikut ; Klasifikasi Botani tanaman karet sebagai berikut ; Divisi : Spermatophyta Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus : Havea Spesies
: Havea brasiliensis
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan
percabangan di bagian atas. Di batang inilah terkandung getah yang lebih dikenal dengan lateks daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti tanaman tropis lainya daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman. Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai paying yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujung terdapat lima tajuk yang sempit (Siantari, 1982).
2.1.2 Tinjauan umum Tanaman Ubi kayu
Ubi kayu adalah tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya Brasil (Lingga dkk.,1986) Ubi kayu, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong, dalam bahasa Inggris bernama cassava, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, dan tepung aromatik. Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan
dengan tanaman lain seperti jagung, beras, sorgum, gandum. Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brasil, dan Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam. Dalam sistematika tanaman, ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di antaranya mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian Universitas Sumatera Utara (Manihot,spp), dan tanaman hias (Euphorbias,pp) (Prihatman,K. 2000).
Ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubi kayu yang ditanam. Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif Umbi ubi kayu tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Namun, umbi ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein (Purwonodan Purnamawati, 2007). Klasifikasi Ubi Kayu sbb : Kingdom
: Plantae ( tumbuh- tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisio
: Angiospermae ( biji tertutup )
Kelas
: Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Manihot
Species
: Manihot glaziovii Muell
Varietas ubi kayu sudah tersebar luas di masyarakat pada masa sekarang ini. Varietas tersebut merupakan varietas lokal maupun varietas unggulan nasional. Berdasarkan laporan tahunan Balai Penelitian Tanaman Kacang kacangandan Umbi-umbian
(Balitkabi),
Malang
tahun
2000
menyebutkan
bahwa
telah
diperoleh 28 kombinasi persilangan dan 3 kombinasi silang bebas klon-klon ubi kayu dalam rangka pembentukan varietas unggul ubi kayu yang rendah HCN dan toleran terhadap serangan hama tungau merah. Varietas unggul ubi kayu yang saat ini banyak ditanam dikalangan masyarakat diantaranya adalah: Adira 1, Adira 2, Adira 4, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ5 (Purwonodan Purnamawati, 2007).
2.1.3 Pengertian Lahan
Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta kegiatan manusia di atasnya (Notohadiprawiro, 1996). Mutu lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha pertanian, karena hampir semua kegiatan pertanian dilaksanakan di atas lahan.
Mubyarto (1972). Menerangkan bahwa pertanian dalam arti sempit atau pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti ubi-ubian, beras, palawija. Pertanian rakyat dusahakan di lahan ladang dan perkarangan. Sedamgkan pertanian dalam arti luas mencakup : 1. Pertanian rakyat disebut pertanian dalam arti sempit
2. perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar) 3. Kehutanan 4. Pertenakan 5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut.
Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara
spesifik
dan
perilakunya
menuju
kepada
sasaran-sasaran
tertentu.
Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Dengan
demikian
ada dua kategori utama sumberdaya lahan,
yaitu (1)
sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2) sumberdaya lahan yang merupakan hasil aktivitas manusia (budidaya manusia). Berdasarkan atas konsepsi tersebut maka pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara-cara tertentu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Worosuprojo, 2007).
Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan (sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang) ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai (Akbar, 2008)
2.1.4 Alih Fungsi Lahan
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan
penduduk
yang
makin
bertambah
jumlahnya
dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Menurut Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2000), pada tingkatan mikro, proses alih fungsi lahan pertanian (alih fungsi lahan ) dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup
luas, terutama ditujukan untuk pembangunan
kawasan perumahan. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya berlangsung melalui dua harapan, yaitu : 1. Pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain 2. Pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian
Menurut Rustiadi, Ernan (2010) Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur social ekonomi masnyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercemin dari :
1.
pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan
kebutuhan
terhadap
penggunaan
lahan
sebagai
dampak
peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita. 2.
Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer khususnya pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor sekunder.
Alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan
tertentu
menjadi
penggunaan
lain
misalnya
perubahan
lahan
pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri,
perkantoran,
jalan
raya
dan
infrastruktur
lain
untuk
menunjang
perkembangan masyarakat,Alih fungsi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau tidaknya suatu lahan di alih fungsikan tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada dampaknya (Pakpahan et al., 2007). Irawan (2005) mengungkapkan bahwa Alih fungsi lahan berawal dari permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan
terhadap pendapatan dibanding
dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas pangan dengan laju lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas non pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka pembangunan ekonomi yang
membawa
kepada
peningkatan
pendapatan
akan
menyebabkan
naiknya
permintaan lahan untuk kegiatan pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan di luar lahan untuk kegiatan non pertanian.
2.1.5 Faktor–Faktor Alih Fungsi Lahan Pertanian
Pengembilan keputusan adalah kegiatan yang berkaitan dengan kemungkinan kedaan masa depan, karena akibat atau hasil dari suatu pengambilan keputusan akan dialami pada masa yang akan datang (Nasruddin dan Nahraeni, 1999).
Nasution, dkk, (2000). Memaparkan beberapa faktor yang berperan penting yang menyebabkan proses alih fungsi lahan pertanian yaitu sebagai berikut: 1) Perkembangan standar tuntutan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntutan hidup petani. 2) Fluktuasi Harga pertanian. Menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditas 3) Struktur biaya produksi pertanian. 4) Teknologi.
Terhambatnya
perkembangan
teknologi
intensifikasi
pada
penggunaan lahan yang memiliki tingkat pertanian yang terus meningkat akan mengakibatkan proses ekstenfikasi yang lebih dominan, Proses ekstenfikasi dari penggunaan lahan akan terus mendorong proses konversi lahan. 5)
Resiko
dan
ketidakpastian.
Aktivitas
pertanian dengan tingkat resiko
ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah.
Menurut Lestari (2009) proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan yaitu: 1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. 2.
Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.
Menurut Sukiyah (1997) faktor–faktor penyebab perubahan pola peladangan adalah antara lain; faktor kebijakan pemerintah,
faktor penduduk,
faktor
teknologi, faktor keadaan tanah, faktor pangsa pasar dan faktor kepercayaan.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
merupakan
kumpulan penelitian yang sudah dilakukan
dengan kaitannya dalam analisis faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Penelitian Mustopa (2011), Menyatakan bahwa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak dengan hasil penelitian besarnya alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak, di duga di pengaruhi oleh faktor jumlah penduduk, jumlah industri di Kabupaten Demak dan
juga besarnya PDRB. Akan tetapi hanya variabel jumlah penduduk dan jumlah industri yang terbukti signifikan.
Penelitian oleh Sihaloho dkk (2007), Menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja dapat dibagi dua yaitu aras makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah yang memberikan iklim kondusif bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan pertumbuhan penduduk alamiah dan non-alamiah. (2) aras mikro yang terdiri dari keterdesakan ekonomi, investasi pihak pemodal dan proses alih hak milik atas tanah. Konversi lahan pertanian berimplikasi
pada
perubahan
atau
struktur
agrarian
yang
menghasilkan
kerimpangan struktur agrarian lahan terhadap kehidupan masyarakat menyangkut perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan hubungan pola produksi.
Penelitian oleh Dewa Putu Arwan Suputra dkk (2012), Menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu faktor kondisi lahan, faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor ketidakefektifan lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina ada 13 variabel yaitu variabel penghasilan lahan, (pendapatan) fungsi lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan pusat kota, keadaan lahan basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit pemukiman, variabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan variabel digunakan sebagai sarana jalan, saluran irigasi, peluang kerja di sektor lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi
konversi lahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian dan terdapat tambahan variabel terikat.
2.2 Kerangka Pemikiran
Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Merupakan daerah yang berbasis pertanian yang terdiri dari lahan kering/peladangan dan daerah persawahan. Pada daerah
perladangan
yang berproduktif untuk
usahataninya
adalah tanaman
perkebunan (karet dan kelapa sawit). Kondisi pertanian khususnya tanaman karet produksinya rendah dan harga karet dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan sedangkan harga ubi kayu yang semakin membaik. Sehingga petani melakukan alih fungsi lahan perkebunan karet ke ubi kayu. faktor-faktor
yang
mempengaruhi alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu antara lain : (1) Umur tanaman lahan
(2) Produksi (3) pengalaman usahatani (4) luas pemilikan
(5) Bimbingan teknis (6) Beda pendapatan usahatani (7) Resiko usahatani
dengan latar belakang kondisi yang seperti itu petani dilahan perkebunan karet termotivasi untuk mengalihkan usahataninya ke ubi kayu yang dianggap lebih menguntungkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat digambarkan dalam gambar 1. Persepsi petani terhadap perubahan fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut :
Persepsi Petani Terhadap Alih Fungsi Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke Ubi kayu (Variabel Bebas X ) Variabel Terikat (Y) X1
= Umur Tanaman(Tahun)
X2
= Produksi (Ton/Tahun)
X3
= Pengalaman Usahatani (Tahun)
X4
= Luas Kepemilikan Lahan (Ha)
X5
= Bimbingan Teknis (Skor)
X6
= Beda Pendapatan Usahatani
Alih Fungsi Karet ke Ubi kayu (Ha)
(Rp/Tahun) X7
= Resiko Usahatani (Skor)
Gambar 1. Kerangka persepsi petani terhadap perubahan fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.
2.3 Hipotesis
Diduga perubahan fungsi lahan perkebunan karet dipengaruhi oleh variabel yang mempengaruhi umur Tanaman, produksi, pengalaman usahatani, luas kepemilikan lahan, bimbingan teknis, beda pendapatan usahatani, resiko usahatani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.
III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, cara untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan dengan penelitian. 1.
Umur adalah umur tanaman karet saat berlangsungnya penelitian ini, yang diukur dalam tahun.
2.
Produksi adalah
hasil yang diperoleh dari tanaman karet dan ubi kayu
dalam tahun. 3.
Pengalaman usahatani adalah lamanya petani mengusahakan usahatani pada lahan perkebunan karet, yang dihitung dalam tahun.
4.
Luas kepemilikan lahan adalah luas areal yang dimiliki petani, yang diukur dalam hektar.
5.
Bimbingan teknis adalah bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian, yang dihitung dalam jumlah Skor
6
Selisih biaya produksi adalah perbedaan antara besar kecilnya nilai biaya produksi usahatani perkebunan karet dan usahatani ubi kayu yang dihitung dalam rupiah/tahun.
7.
Resiko adalah hambatan-hambatan dalam usahatani yang diukur dalam skor Sbb: Jika resiko usahatani karet > usahatani ubi kayu
dengan skor 3.
Sedangkan Jika Resiko usahatani karet < usahatani ubi kayu dengan skor 1 dan jika resiko usahatani dengan skor 2 maka keduanya memiliki resiko yang sama 8.
pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diterima petani usahatani ubi kayu setelah dikurangi biaya pengeluaran/produksi dalam jangka waktu satu kali produksi, diukur dalam rupiah/tahun.
9
Alih fungsi usaha lahan adalah petani perkebunan karet ke ubi kayu yang pengukuranya melalui luas lahan yang diukur dalam hektar.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposivie) yaitu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa tersebut banyaknya petani yang merubah fungsi lahan perkebunan karet ke lahan ubi kayu. Waktu penelitian berlangsung dari Maret sampai dengan bulan April 2016.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
Populasi adalah seluruh petani yang mengusahakan perkebunan karet yang merubah lahan ubi kayu yang diambil guna menjadi sampel atau objek dari penelitian ini. Kemudian Mubyarto (1982), mengemukakan bahwa populasi adalah kumpulan objek mengenai suatu persoalan secara keseluruhan data dari mana contoh diambil jika seandainya semua tersedia. Dalam penelitian ini yang
menjadi sampel adalah petani karet yang telah merubah fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu yang berada di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat sejumlah 32 orang petani yang merubah fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu. Dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi penelitian ini kurang dari 100 orang, maka pengambilan sampel berdasarkan pada teori oleh Arikunto.S (2006) yaitu jika sampel diatas 100 orang maka diambil 10 % dari jumlah populasi kurang dari 100 orang maka sample dapat diambil dari jumlah populasi yang ada. Seluruh populasi yang ada sebanyak 32 orang responden maka diambil seluruhnya sebagai sampel dengan metode sensus.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang dikumpulkan: 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dibuat dan disusun dalam bentuk kuisioner. 2.
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5 Metode Penelitian
a. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data dekriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari responden dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan menekankan subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu(margono, 2006).
Metode
penelitian
pendapat/tanggapan
ini dipilih
masyarakat
tentang
oleh
peneliti untuk
pengertian,
mengungkapkan
penyebab,
tanda gejala
terhadap penelitian tersebut.
b. Informan/Subjek
Penelitian informan dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat dalam satu desa. Teknik pengambilan informasi porposive sampling yaitu dengan mengambil subjek penelitian ini yang memenuhi kriteria, dimana kreteria tersebut dibuat oleh peneliti sendiri (Marzuki, 2002).
c. Mengangkat Permasalahan
Permasalahan
yang
diangkat
dalam
penelitian
kualitatif
biasanya
berupa
permasalahan yang sifatnya memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang bersifat individual (Suharsimi Arikunto, 2002).
d. mengumpulkan Data yang Relevan
Data merupakan sesuatu yang penting dalam penelitian kualitatif umumnya berupa kumpulan kata, kumpulan kalimat, dan kumpulan pertanyaan. Untuk mendapatkan
data
yang
relevan
dengan kebutuhan data yang diinginkan
(sugiyono, 2009).
e. Melakukan Analisis Data
Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh, ada beberapa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif yang dapat digunakan antara lain : ( Range, grouded Theory, case study, dan phenomenology) analisis data yang dilakukan biasanya bersifat manual berdasarkan kepekaan dan kemampuan analisis peneliti (Hardiansyah, 2012).
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Desa Restu Rahayu adalah desa yang terletak di Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Dengan Jumlah penduduk sebesar adalah 1458 jiwa (orang) yang terdiri dari 723 pria dan 735 wanita. Pada tahun 2015 Desa Restu Rahayu memiliki luas wilayah sebesar 1022 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut :
─
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai puring(Desa Seputih Banyak)
─
Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Raman (Desa Raman Fajar)
─
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rejo Katon.
─
Sebelah Timur Berbatasan dengan Sungai Batang Hari(Desa Purbolinggo)
Orbitasi atau jarak tempuh Desa Restu Rahayu dari pusat pemerintahan kecamatan, Kabupaten, Provinsi yaitu : a. Dari Pusat Pemerintahan Kecamatan ± 12 kilometer b. Dari Pusat Pemerintahan Kabupaten ± 35 kilometer c. Dari Pusat Pemerintahan Provinsi ± 112 Kilometer
4.1.2 Jenis Tanah dan Iklim Desa Restu Rahayu memiliki jenis tanah Top Soil PMK dengan tekstur tanah liat berpasir kisaran pH 4-5 kemiringa 00 – 150 , Faktor pembatas kesuburan tanah yaitu : Organik 25%, Kadar N Rendah, dan Kadar K Sedang
Desa Restu Rahayu beriklim Tropis dengan curah hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir (tahun 2011 s/d 2015) dapat dilihat tabel berikut: Tabel 5. Curah Hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir (tahun 2011s/d 2015) di Wilayah Binaan Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Ch (mm) Hh (hari)
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
4000
3851
3254
2309
1970
1001
906
1042
1605
3070
3950
210
205
180
162
120
130
95
100
180
300
312
Sumber : BP3K Raman Utara
4.1.3 Potensi Pertanian Potensi Pertanian yang ada di Desa Restu Rahayu hampir sama dengan Desa-Desa lain disekitarnya yaitu Desa Seputih Banyak dan Raman Fajar yang mayoritas masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani sebesar 83,97%. Sedangkan paling sedikit berstatus sebagai buruh yaitu sebesar 7,21%. Di Desa Restu Rahayu tidak ada tanah yang dipergunakan untuk perkebunan negara, perkebunan swasta maupun tempat rekreasi. Semua tanah yang dimilki oleh masyarakat dimanfaatkan untuk usahatani perkebunan rakyat, perladangan, persawahan, dan rumah tempat tinggal.
4.1.4 Pendidikan Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kondisi pendidikan di Desa Restu Rahayu mulai dari belum sekolah, tidak sekolah, Paud sampai Perguruan Tinggi pada Tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Kondisi Pendidikan di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampug Timur. Desa Restu Rahayu Jumlah No Pendidikan Orang % Orang % 1 Belum Sekolah 152 28,89 152 28,89 2 Tidak Sekolah 2 0,38 2 0,38 3 PAUD 4 TK 35 6,51 35 6,51 5 Sekolah Dasar 150 28,52 150 28,52 6 SLTP 80 15,21 80 15,21 7 SLTA/SMU 75 14,25 75 14,25 8 Perguruan Tinggi 32 5,08 32 5,08 Sumber : Monografi Desa Restu Rahayu, 2015 Dari tabel diatas, ternyata di Desa Restu Rahayu mayoritas belom sekolah, yaitu sebesar 28,89 %
4.1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara, secara terperinci disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut : Tabel 7. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No Pekerjaan Desa Restu Rahayu Jumlah Orang % Orang % 1 Petani/pekebun 550 83,97 550 83,97 2 Peternak 3 0,46 3 0.46 3 Jasa(Tukang dsb) 35 5,34 35 5,34 4 Pedagang 15 2,24 15 2,24 5 PNS/TNI/POLRI 47 4,12 47 4,12 6 Lain-lain 25 3,82 25 3,82 Jumlah 675 99,95 Sumber : Monografi Desa Restu Rahayu, 2015
675
99,95
Berdasarkan Tabel 7. Diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Restu Rahayu bermata pencarian sebagai petani yaitu sejumlah 550 orang (83,97%), peternak sejumlah 3 orang (0,46%), jasa/tukang sejumlah 35 orang (5,34%), Pedagang sejumlah 15 orang (2,24%), PNS,/TNI/POLRI sejumlah 47 orang (4,12%), dan Lain-lain sejumlah 25 (3,82%). Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar jumlah penduduk di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara bermata pencarian sebagai petani.
4.1.6 Kelompok Tani
Kelompok tani yang ada di Desa Restu Rahayu tergabung dalam 15 buah kelompok tani , dengan kondisi seperti pada tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Kelompok Tani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur Tahun 2015 Kelompok Ketua Jumlah Tahun Komoditas Kelas Tani Anggota Berdiri Unggulan Kelompok Eka Laksana Md Sukerta 24 1996 TPH Pemula Nuju Rahayu Md Subrata 20 1998 TPH Pemula Dwi Rahayu Putra Yasa 20 1998 TPH Pemula Panca Karya Md Arka 15 1998 TPH Pemula Merta Sari Ny Surman 25 1998 TPH Pemula Kencana Wrd Wy Binastra 21 1990 TPH Pemula Dharma Kerti Pan Wira A 17 1994 TPH Pemula Sri Werdhi Ny Saputra 26 1998 TPH Lanjut Restu Makmur Gst K Rudika 30 1990 TPH Pemula Setiap Marga Dw Aji Eka 24 1994 TPH Pemula Marga Bakti Ny Suwidya 24 2007 TPH Pemula Mulia Bakti Pt Duwamba 26 1999 TPH Pemula Merta Nadi I Made Yasa 28 1999 TPH Lanjut Nuju Rahayu I Ny Sunanyo 21 2011 TPH Pemula Rahayu Gst Ngurah 20 2011 TPH Pemula 341 Sumber : Rencana Kerja Tahunan Pertanian (RKTP) Tahun 2015
4.1.7 Identitas Responden
Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responen, seperti umur, tingkat pendidikan yang ditamatkan,
pekerjaan.
Pada uraian berikut ini disajikan
informasi yang berhubungan dengan keadaan identitas responden, pendidikan formal, mata pencarian, dan luas lahan usahatani.
a. Umur Responden
Umur responden dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan produktif kerja disektor pertanian. Umur produktif antara 25 – 45 tahun, (Sutomo, 2008) Termasuk
pada
sektor
pertanian.
Berdasarkan
hasil penelitian
dilapangan
diperoleh data responden yang berkaitan dengan umur. Umur responden berbedabeda antara 29 – 49 tahun. Terlihat pada tabel 9 sebaran tingkat umur responden di desa Restu Rahayu sebagai berikut:
Tabel 9. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur 2016 No Golongan Umur (Th) Jumlah Persentase % 1 29 - 36 12 37 2 37 - 44 16 50 3 45 – 49 4 13 Jumlah 32 100 Sumber : data primer (diolah) 2016 Tabel 9 Terlihat bahwa sebagian besar umur responden berada 37 – 44 tahun ada 16 orang dengan persentase 50%. Berdasarkan pada data diatas, maka umur responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara sebagian besar berada
pada usia produktif di bawah umur 50 tahun. Sehingga Produksi usahatani Ubi Kayu dapat meningkat.
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data tingkat pendidikan
responden
seperti Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No Pendidikan Jumlah Persentase % 1 SD/SR 4 12 2 SLTP 8 25 3 SLTA 14 43 4 Perguruan Tinggi 6 20 Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (diolah) 2016
Tabel 10 diketahui sebagian besar responden berpendidikan tamat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), yaitu sebanyak
14 orang (43%). Sedangkan
responden yang paling sedikit tamatan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang (12%). Responden yang tamat pendidikan sampai perguruan tinggi
yaitu
sebanyak 6 orang (20%) dan responden yang tamat pendidikan sampai sekolah lajutan tingkat menengah (SLTP) yaitu sebanyak 8 orang (25%). Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh para
responden dapat mempengaruhi kreatifitas
mereka serta daya serap informasi dan teknologi usahatani yang lebih maju. Rendahnya pendidikan responden akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memahami berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi usahatani, terutama kesadaran dan ketersediaan petani dalam menerima inovasi baru.
c. Luas Lahan Usahatani Responden
Luas lahan garapan yang dikelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap perolehan hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang dipergunakan akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil panen yang lebih besar dan sebaliknya kepemilikan luas lahan yang dimiliki oleh responden tidak dapat ditambah lagi karena ketersediaan areal lahan yang dapat digunakan untuk memperluas lahan sangat terbatas. Sebaran luas lahan responden yang dipergunakan untuk perkebunan karet berkisar 0,76 sampai dengan 5 ,00 ha pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Sebaran luas lahan responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase % 1 0,76 – 1,00 4 12 2 1,50 – 2,00 11 34 3 2,50 – 3,00 10 31 4 3,50 – 4,00 7 23 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2016
32
100
Tabel 11. Terlihat sebaran luas lahan yang dimiliki responden yang paling banyak luas lahan 1,50 – 2,00 ha dimiliki sebanyak 11 responden. Responden yang memiliki luas lahan 0,76 – 1,00 ha sebanyak 4 orang. Responden yang memiliki luas lahan 2,50 – 3,00 ha sebanyak 10 orang, dan responden yang memiliki luas lahan 3,50 – 4,00 ha sebanyak 7 orang. Luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh responden rata –rata lebih dari 1 ha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani ubi kayu. Sedangkan usahatani perkebunan karet yang
menjadi salah satu sumber mata pencarian petani responden belum mampu secara optimal dijadikan sumber pendapatan.
4.1.8 Pengalaman Berusahatani
Usahatani perkebunan karet menjadi alih fungsi usahatani ubi kayu telah dilakukan sebagian masyarakat Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur sekitar 4 tahun yang lalu. Pengalaman menjalankan usahatani suatu komoditas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pertanian. Dengan pengalaman yang dimiliki maka petani akan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan komoditas karet, dengan pengalaman yang dimiliki diharapkan mereka akan mampu mengelola dan meningkatkan hasil usahataninya dengan berbagai cara, termasuk melakukan perbaikan terhadap kelemahan – kelemahan yang telah ditemui
di masa –masa
yang telah lalu. Usahatani ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur memiliki pengalaman yang bervariasi, ada yang masih baru, tetapi ada sebagian yang telah cukup lama, diantara responden memiliki pengalaman sampai 4
tahun.
Pengalaman berusahatani responden
disajikan pada Tabel 12 berikut ini :
Tabel 12. Usahatani ubi kayu responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No Lama Berusahatani (Th) Jumlah (Orang Persentase % 1 8 7 21 2 10 5 17 3 11 12 37 4 9 8 25 Jumlah 32 100 Sumber : Data primer(diolah) 2016
Berdasarkan tabel 12 maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden usahatani karet telah memiliki pengalaman yang begitu lama, lebih dari 7 tahun sehingga
responden
mengganti dengan komoditas ubi kayu karena masa
produksinya sampai 8 bulan.
4.2 Pengujian Penelitian Pengujian Penelitian kualitatif menyusun suatu tindakan atau menyusun gagasan yang beraturan, berarah dan berkonteks yang patut (relevan), sehingga peneliti dapat menjelaskan situasi dan peristiwa terhadap masalah yang terjadi di dalam penelitian antara lain : 4.3 Uji Kualitatif Variabel 4.3.1. Uji Variabel Umur Tanaman Umur tanaman adalah umur tanaman karet yang sudah tidak lagi produktif yang menyebabkan terjadinya alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 13 sebagai berikut:
Tabel 13. Variabel Umur Tanaman Karet No Umur Tanaman Karet(Tahun) Jumlah 1 27 2 20 3 22 4 24 5 25 Jumlah Sumber: Data Primer (diolah)
Responden 13 5 7 5 2 32
Presentasi% 40 15 21 15 9 100
Berdasarkan tabel 13 terlihat data di lapangan usia umur tanaman karet mencapai tertinggi 27 tahun dengan jumlah responden 13 serta persentase (40%). Sedangkan yang terendah mencapai 20 tahun dengan jumlah responden 5, serta persentase (15%). Umur tanaman karet pada usia 22 tahun dengan jumlah responden 7 serta persentase (21%). Pada umur tanaman karet
berusia 24 tahun dengan jumlah
responden 5 serta persentase (15%). tanaman karet pada usia 25 tahun dengan jumlah responden 2 serta persentase (9%). Artinya bahwa variabel umur tanaman dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena umur tanaman karet yang sudah tua (lebih dari 20 tahun) menyebabkan produksi getah karet mengalami penurunan, sehingga responden berfikir dengan cara apa yang dilihatnya atau hanya kondisi sesaat tanpa mempertimbangkan untuk kedepanya.
4.3.2. Uji Variabel Produksi Produksi adalah hasil yang diperoleh responden dari usahatani perkebunan karet yang dihitung dalam tahun. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur yang terlihat pada tabel 14 sebagai berikut:
Tabel 14 variabel Produksi Tanaman Karet No Produksi Karet(Ton) Jumlah 1 12 2 11 3 10 4 9 5 8 Jumlah Sumber: Data Primer(diolah)
Responden 1 5 8 5 13 32
Persentase % 5 15 25 15 40 100
Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa produksi tertinggi mencapai 12 ton per tahun yang berjumlah 1 responden dengan persentase (5%). Sedangkan produksi yang terendah memcapai 8 ton yang berjumlah 13 responden dengan persentase (40%). Pada produksi karet mencapai 11 ton per tahun berjumlah 5 responden dengan persentase (15%). Sedangkan jumlah 8 responden bisa mencapai 10 ton per tahun dengan persentase (25%). Dan produksi karet yang memcapai 9 ton per tahun berjumlah 5 responden dengan persentase (15%). Artinya variabel produksi dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu karena rata-rata produksi getah karet responden per bulan menghasilkan 400 kg per hektar dengan harga getah karet sejumlah Rp. 7000/kg, sehingga per bulan responden mendapatkan uang (penerimaan) sejumlah Rp. 2.800.000 dalam setahun responden mendapatkan uang (penerimaan) sejumlah Rp. 33.600.000 dan dibagi dengan tenaga kerja sejumlah 3 orang dengan biaya per satu hari Rp.50.000, selama 4 hari jadi dalam setahun responden harus membayar upah tenaga kerja sejumlah Rp. 28.800.000, sehingga uang yang di dapatkan responden dalam satu tahun harus diambil untuk tenaga Rp .33.600.000 - Rp. 28.800.000 = Rp. 4.800.000 sehingga pendapatan responden dalam satu tahun sejumlah Rp. 4.800.000. Sedangkan produksi ubi kayu per hektar dalam satu tahun sejumlah 7000 kg responden
dengan harga ubi kayu sejumlah Rp 1.100/kg, Sehingga
mendapatkan
uang
(penerimaan)
dalam
setahun
sejumlah
Rp. 7.700.000, dan dibagi tenaga kerja sejumlah 4 orang dengan biaya per satu hari Rp.50.000, sehingga dalam setahun responden harus membayar tenaga kerja sejumlah Rp. 1.200.000, jadi uang yang di dapatkan responden diambil biaya tenaga kerja Rp. 7.700.000 – Rp. 1.200.000 = Rp. 6.500.000, sehingga pendapatan
responden sejumlah Rp.6.500.000/thn. Penyebab responden beralih fungsi lahan karet ke ubi kayu karena tanaman karet waktu produksinya menunggu lama sampai 5 tahun, sedangkan ubi kayu waktu produksinya sampai 8 bulan, jadi dalam 5 tahun ubi kayu bisa 6 kali produksi. 4.3.3. Uji Variabel Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani
adalah lamanya petani mengusahakan usahatani pada
lahan perkebunan karet, yang dihitung dalam tahun di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada Tabel 15 sebagai berikut :
Tabel 15 Variabel Pengalaman Usahatani Karet No Pengalaman Usahatani Jumlah Responden 1 14 2 2 13 2 3 12 5 4 11 7 5 10 5 6 9 7 7 8 4 Jumlah 32 Sumber: Data Primer (diolah)
Persentase % 6 6 16 21 16 21 14 100
Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa pengalaman usahatani yang terlama mencapai 14 tahun dengan jumlah 2 responden, Sedangkan pengalaman usahatani yang baru mencapai 8 tahun dengan jumlah 4 responden, pengalaman usahatani yang mencapai 13
tahun
dengan
jumlah 2
responden,
sedangkan pengalaman
usahataninya mencapai 12 tahun dengan jumlah 5 responden, pada pengalaman usahatani yang mencapai 11 tahun dengan jumlah 5 responden, dan 9 responden yang mempunyai pengalaman usahatani mencapai 9 tahun. Artinya variabel
pengalaman usahatani dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena responden kurang menguasai dalam teknik usahatani tanaman karet yang disebabkan banyaknya resiko dalam budidaya tanaman karet seperti umur tanaman karet yang masih mudah rentan terhadap kematian karena kurangnya pengairan dan kondisi cuaca yang dapat menganggu penyadapan seperti getah karet yang tercampur dengan air.
4.3.4. Uji Variabel Luas Kepemilikan Lahan
Luas kepemilikan lahan adalah
luas areal yang dimiliki responden, yang diukur
dalam hektar. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 16 sebagai berikut:
Tabel 16 Variabel Luas Kepemilikan Lahan No LuasKepemilikan Jumlah Responden Lahan(Hektar) 1 5 2 2 4 4 3 3 9 4 2 17 Jumlah 32 Sumber: Data Primer(diolah)
Persentase % 8 11 28 53 100
Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa luas kepemilikan lahan yang terluas hanya berjumlah 2 responden dengan luas lahan 5 hektar persentase (8%). Sedangkan luas kepemilikan lahan yang paling banyak berjumlah 17 responden dengan luas 2 hektar persentase (11%). Luas kepemilikan lahan mempunyai luas lahan 4 hektar berjumlah 4 responden dengan persentase (28%) Dan responden yang memiliki luas lahan 3 hektar hanya berjumlah 9 responden dengan persentase (53%). Artinya bahwa variabel luas kepemilikan lahan tidak mempengaruhi alih fungsi
lahan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu karena luas lahan pertanian lebih dari 2 hektar.
4.3.5. Uji Variabel Bimbingan Teknis
Bimbingan
teknis
adalah
bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh
penyuluh pertanian, kepada kelompok tani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 17 sebagai berikut:
Tabel 17 Variabel Bimbingan Teknis No Bimbingan Teknis Jumlah Responden 1 12 2 2 11 2 3 10 6 4 9 9 5 8 13 Jumlah 32 Sumber: Data Primer (diolah)
Persentase % 8 8 16 28 40 100
Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa variabel bimbingan teknis yang terbanyak mencapai 12 dengan jumlah responden 2, serta persentase (8%). Sedangkan bimbingan teknis yang sedikit mencapai 8 dengan jumlah
responden 13 serta
persentase (40%). Serta bimbingan teknis yang mencapai 11 dengan jumlah responden 2 persentase (8%). Bimbingan teknis yang mencapai 10 dengan jumlah responden 6 serta persentase (16%). Dan bimbingan teknis yang mencapai 9 dengan jumlah responden 9 serta persentase (40%). Artinya variabel bimbingan teknis dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu
rata-rata
responden
tidak
aktif dalam mengikuti bimbingan
dari
penyuluhan pertanian karena hanya membuang waktu sehingga menyebabkan responden kurang berpengalamaan dalam usahatani tanaman karet.
4.3.6. Uji Variabel Beda Pendapatan Usahatani
Beda pendapatan usahatani adalah Selisih pendapatan atau perbedaan antara besar kecilnya pendapatan yang diterima usahatani perkebunan karet dan usahatani ubi kayu yang dihitung dalam rupiah/tahun. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 18 sebagai berikut:
Tabel 18. Variabel Beda Pendapatan Usahatani No Pendapatan karet Jumlah Pendapatan Responden Ubi kayu 1 Rp.28.230.000 1 Rp.32.640.000 2 Rp.4.050.000 1 Rp.5.265.000 Jumlah 2 Sumber: Data primer (diolah)
Jumlah Responden 1 1 2
Selisih Pendapatan 4.410.000 1.215.000
Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa pendapatan usahatani karet yang terbesar sejumlah Rp 28.230.000 dengan 1 responden, sedangkan pendapatan usahatani karet yang terkecil sejumlah Rp. 4.050.000, dengan 1 responden, dan pendapatan ubi kayu yang terbesar Rp. 32.640.000 dengan jumlah responden 1, sedangkan pendapatan ubi kayu yang terkecil sejumlah Rp. 5.265.000 dengan responden 1, serta perbedaan pendapatan karet dengan pendapatan ubi kayu yang terbesar Rp. 4.410.000, dan perbedaan pendapatan karet dengan pendapatan ubi kayu yang terkecil sejumlah Rp. 1.215.000. Beda pendapatan usahatani dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena harga getah karet yang rendah dengan yaitu Rp.7000/kg, hal ini disebabkan adanya fluktuasi harga
dan mutu dari getah karet yang kurang baik sedangkan harga ubi kayu sebesar Rp. 1.100/kg karena banyaknya petani yang menanam ubi kayu karena harga ubi kayu yang stabil, dan resiko usahatani ubi kayu yang sedikit membuat responden memilih menanam ubi kayu.
4.3.7. Uji Variabel Resiko Usahatani
Resiko Usahatani adalah hambatan-hambatan dalam usahatani karet seperti hama dan penyakit antara ain : (hama kutu, hama kumbang, hama belalang, dan hama rayap), sedangkan penyakit tanaman karet antara lain :( penyakit akar putih, jamur upas, kanker bercak, busuk pangkal batang), yang diukur dalam skor. Jika resiko usahatani karet ringan mengunakan skor (1), sedangkan jika resiko usahatani karet sedang menggunakan skor (2), dan resiko usahatani karet berat skor (3). Di Desa Restu Rahayu Kcamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 19 sebagai berikut:
Tabel 19 Variabel Resiko Usahatani Tanaman Karet No Resiko Usahatani karet (Skor) Jumlah Responden 1 1 3 2 2 7 3 3 21 Jumlah 32 Sumber: Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel 19
bahwa variabel resiko
Persentase % 11 23 65 100
usahatani perkebunan karet
mengalami kerusakan ringan menggunakan skor (1), dengan jumlah responden 3 serta persentase (11%). Jika resiko usahatani karet mengalami kerusakan sedang dengan skor (2), jumlah responden 7 serta persentase (23%). Dan jika resiko usahatani karet mengalami kerusakan berat maka menggunakan skor (3), dengan jumlah respoden 27 serta persentase (65%). Artinya bahwa variabel resiko
usahatani dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena resiko usahatani karet rata-rata mengalami kerusakan berat seperti terkena hama kutu, hama kumbang, hama belalang, dan hama rayap, sedangkan penyakit pada tanaman karet seperti akar putih, penyakit jamur upas, kanker bercak, busuk pangkal batang. Bahwa resiko usahatani karet disebabkan oleh hama dan penyakit yang sulit pengendalianya, maka responden memilih beralih fungsi
ke
komoditas
ubi
kayu
yang
resiko
usahataninya
mudah
cara
pengendalianya.
4.3.8. Uji Varibel Y Alih Fungsi Lahan Karet ke Ubi Kayu
Alih fungsi lahan adalah pergantian komoditas
perkebunan karet ke ubi kayu
yang pengukuranya melalui luas lahan yang diukur dalam hektar, di desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 20 sebagai berikut:
Tabel 20 Variabel Alih Fungsi Lahan No Alih fungsi lahan Jumlah responden 1 4 2 3 3 2 4 1 Jumlah Sumber: Data Primer (diolah)
3 4 11 14 32
Pesentase % 9 14 34 43 100
Berdasarkan tabel 20 terlihat bahwa variabel alih fungsi lahan karet ke ubi kayu terluas 4 hektar dengan jumlah responden 3 serta persentase (9%). Sedangkan alih fungsi lahan karet ke ubi kayu yang tersempit seluas 1 hektar dengan jumlah responden 14 serta persentase (43%). Pada alih fungsi lahan karet ke ubi kayu
seluas 3 hektar dengan jumlah responden 4 serta persentase (14%). Dan alih fungsi lahan karet ke ubi kayu seluas 2 hektar dengan jumlah responden 11 serta persentase (43%). Artinya variabel alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena produksi tanaman karet menurun mencapai 400 kilogram per hektar jadi produksi karet dalam satu tahun mencapai 4800 kilogram biasanya produksi tertinggi dalam satu bulan mencapai 600 kilogram per hektar kondisi tersebut disebabkan umur tanaman karet yang sudah tua tidak produtif lagi. Sedangkan produksi ubi kayu dalam 8 bulan mencapai 7000 kilogram per hektar kondisi tersebut disebabkan karena komoditas ubi kayu mudah untuk di budidayakan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan usaha perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman utara Kabupaten Lampung Timur adalah umur tanaman, beda pendapatan, resiko usahatani, produksi, sedangkan pengalaman usahatani,bimbingan teknis, luas kepemilikan lahan, berpengaruh
tidak
terhadap alih fungsi lahan karet ke ubi kayu dengan cara metode
kualitatif.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran adalah sebagai berikut:
1.
Pemerintah harus melakukan pembinaan kepada petani di desa Restu Rahayu untuk memberi pengarahan laju alih fungsi lahan usahatani dengan cara memberikan penyuluhan untuk mendorong peningkatan hasil usahataninya dan harga yang stabil dapat memperkuat meningkatkan usahatani karet.
2. Petani harus ditekankan bahwa peningkatan usahatani harus melakukan bersama-sama dengan memanfaatkan bantuan usahatani yang telah diberikan, komponen teknologi yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L.,2004, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE-YPKN, Yogyakarta. Akbar, R., 2008. Proses Pembebasan Tanah Pertanian Untuk Pembangungan kawasan Perumahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2014. Lampung Timur Dalam Angka. BPS. Sukadana. Bambang Irawan dan Supena Friyatno. 2001. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola dan Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Fakultas Ekonomika dan Binis Universitas Diponegoro. Semarang. Chandra. J. 2014. Pasokan Karet ke Fabrik Berkurang. Media Perkebunan Edisi 131. Oktober 2014. Medan. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015. Tabel Harga Karet di Provinsi Lampung, Penerbit Tribun Lampung : Bandar Lampung. Herdiansyah, Haris. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Selemba Humanika Jakarta. Lingga, P. dkk. 1986. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya: Jakarta. 285 hal Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Matondang S, R Situmorang, dan SMH Tampubolon. 1992. Prospek sumbangan Intensifikasi padi di Daerah pasang surut dalam Usaha mempertahankan Swasembada Beras.Dalam Risalah Pertemuan Nasional pengembangan pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak, Cisarua 3-4 Maret 1992. Bogor : Pusat penelitian dan pengembangan pertanian. Mustopa, Z., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak : Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Mubyarto. 1972. Pengantar Ilmu Pertanian.Penerbit LP3ES : Jakarta
Mubyarto, 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta. Margono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, PT Rinika Cipta, Jakarta Hal 41. Marzuki, 2002. Metodelogi Riset BPFE, Yogyakarta, Hal. 55. N I. Minsyah, Endrizal, E.E. Ananto, dan F, Kasryno, 2010. Perubahan Luas dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Serta Permasalahanya di provinsi Jambi dalam Jurnal sosio ekonomi bisnis univertas jambi vI 12 no. 1 edisi januari-juni 2010. Jambi Fp u. jambi. Nasrruddin, W dan Wini Nahraeni, 1999 . Ekonomi produksi. Universitas Terbuka. Jakarta. Nugroho, AR. Komoditas Petani di Lampung Beralih ke Singkong. 2013. (http://www,SUKADANA,KOMPAS) Nasoetion, Lutfi Ibrahin, dan Winoto, Joyo. 2000. Masalah Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta Notohadiprawiro, T. 1996. Pendayagunaan pengelolaan tanah untuk proteksi lingkungan. Seminar Sehari Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan tentang Inovasi Teknologi Lingkungan Menyongsong Era Globalisasi. Yogyakarta, 18 September 1996. Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya: Jakarta. 139 hal. Pakpahan, Agus. 2007. Investing In Farmers’ Welfare. Cetakan pertama. Bogor: PT Penerbit IPB Press Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available at: Universitas Padjadjaran. Jawa Barat. Rauf, A.H., 2010. Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Perkebunan Tebu dan Dampaknya terhadap Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Perubahan Sosial Petani di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo). Disertasi, Gorontalo. Rustiadi, dkk. 2010. Konversi Lahan Pertanian dan Dinamika Perubahan penggunaan Lahan di Kasawan Bandung Utara. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Sihaloho, Martua., Dharmawan, Arya Hadi, dan Rusli, Said. 2007. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa barat). Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 1. Tahun 2007. Jawa Barat. Sukiyah.H. 1997. Perubahan pola perladangan masyarakat tradisional ( Kasus masyarakat Lebak di Jawa Barat ). Cv. Putra sejati Raya. Jakarta. Soerianegara, I. 1977. Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Siantari, 19982. Teknik budidaya karet. Universitas Sumatra Utara. Medan Suprapto, J 1980. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ke-5. Jilid I. Erlangga. Jakarta. Suputra, Dewa Putu Arwan, dkk. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih fungsi Lahan Studi Kasus di Subak Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata Vol. 1. Tahun 2012. Denpasar: Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Suharmi Arikunto, 2002. Presedur Penelitian: Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 309. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Hal 225. Tulenan, A., 2013. “Perkembangan Jumlah Penduduk terhadap Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Minahasa Selatan”. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi Manado. Umi dkk, 2012. Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi Kelapa Sawit di Bengkulu : Kasus petani Di Desa Kungkai Baru. Dalam prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertania Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu. Worosuprojo, Suratman. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial Dalam Pembengunan Berkelanjutan Di Indonesia. Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM Yojakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER) PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALI FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR _______________________________________________________________ No/Kode Resp :……………….. I. IDENTITAS PETANI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Petani Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan Alamat Tempat Tinggal Pengalaman Berusahatani Karet Mata Pencarian Sampingan Luas Lahan Karet
: ……………………………. : ……………………………. : ……………………………. : ……………………………. : ……………………………. :……………….. Tahun :……………….. :……………….. Hektar
II. Pendapatan Usaha Tani Ubi Kayu Musim tanam Luas lahan Desa Kecamatan
: : ……………….Ha : : Raman Utara
1. Biaya Usahatani (dalam ribuan) a. Tenaga Kerja No Uraian HOK Harga Satuan (Rp) 1 Persiapan bibit 2 Persiapan lahan tanam 3 Penanaman 4 Penyiangan 5 Pemupukan 6 Penyemprotan 7 Pemeliharaan 8 Panen 9 Lain-lain ∑
Nilai (Rp)
b. Sarana produksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Uraian Bibit Pupuk Kandang/organik Pupuk Buatan a. Urea b. Phonska c. NPK e. PPC/ZPT f. HORMAX g. Pestisida a. Regent b. Antracol 70WP c. Rondap d. e. f. ∑
c. Lain-Lain. No Uraian 1 Sewa tanah per musim 2 Sewa Traktor ∑
Satuan
Harga Satuan
Nilai (Rp)
Satuan (Rp)
Biaya Total Produksi (A+B+C) = Rp ………………………………
2. Penerimaan a. Produksi Ubi Kayu (……………Kg), (a) @ Rp. …………….. /Kg = Rp. ……………….
b. Pendapatan petani Penerimaan-Biaya total
= Rp Rp = Rp …………………
III. Analisa Usaha Tani Perkebunan Jenis Komiditi Luas lahan Desa Kecamatan
No
: …………… : …………… : : Raman Utara
1. Biaya Usahatani (dalam ribuan) Uraian Satuan Volume
1.
Pupuk - Urea - Phonska - NPK - Organik - ZA
2.
Pestisida - Dangke 40WP - Agrifos 400 SL - Genus Bahan - Tawas - Asam semut
3.
Peralatan - Alat - Pisau sadap - Sprayer - Mangkuk - Tali - Talang Tenaga Kerja
HKO
Satuan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Harga satuan
Pemupukan Pemangkasan Sadapan Penyiangan Panen Lain-lain Jumlah Biaya Produksi satu tahun = Rp. ……………………………… Biaya Produksi perhektar = Rp. ………………………………
Nilai (Rp)
Nilai (Rp)
2. Penerimaan/pendapatan a. Produksi selama satu bulan (……….Kg), x 12 bulan Rp ……………./Kg = Rp ………………………… b. Pendapatan petani Penerimaan-Biaya total produksi
= Rp………………….
= Rp. …………… - Rp. …………… = Rp………………
IV. Faktor-Faktor Alih Fungsi Lahan Karet Aspek Ekonomis 1. Berapakah harga jual getah karet saat terendah ?................................... 2. Berapakah harga jual getah karet saat tertinggi ?................................... 3. Berapa harga jual getah karet rata-rata ?................................................ 4. BerapakahProduksi karet saat terendah?................................................ 5. Berapakah Produksi karet saat tertinggi?............................................... 6. Berapakah produksi karet per rata-rata ?................................................ 7. Memerlukan berapa tahunkah tanaman karet dari mulai menanam sampai berproduksi ?..................................................................... 8. Memerlukan berapa tahunkah tanaman ubi kayu dari mulai menanam sampai panen ?............................................................................ V. Variabel Terikat -
Berapakah luas lahan perkebunan karet yang sudah dialih fungsikan ke ubi kayu?.................................Ha
Lampiran 9. Foto Dokumentasi