PERSEPSI NASABAH TERHADAP SISTEM PEMBIAYAAN BAGI HASIL DI BANK JABAR SYARIAH KOTA CIREBON Muhammad Hanafi Zuardi1∗
Abstract Financing for the results that are usually applied in the Islamic banking business is divided into two groups: mudharaba and musharaka. How does a bank present for the result of financing product? It must be based on the basic Islamic rules and regulations. For a customer can also conduct it wisely in every transaction which is still and has been done. By knowing the background of different individuals, it will produce a different perception. The study of perception in financing for the result is preferred. This is because in order to know how the relationship a customers to finance for the result that has been and are being done. Beside knowing how the relationship a costumer to finance for the result, it will also discuss what the factors that influence the customer perception to finance for the results, which is in this case we restrict to six factors: age, gender, educational level, occupation, income level, and a person's level of religiosity. The method used in this study is a descriptive analysis (mean and standard deviation calculation). As well as multiple regression analysis. Prior to the analysis, all the data that has been collected respondents had conducted a test of the validity and reliability testing as a sign of whether the data obtained from respondents are valid and can be done in the next stage of analysis. The total of all respondent samples in this study were 316 clients, 305 people are Musharaka and 11 people are Mudaraba. From the analysis conducted, the perception of consumers have an excellent relationship to finance for the results at Bank Syariah Cirebon West Java. As some of the factors that have been identified earlier, where the measurement of perception assessed by three (3) indicators: cognitive, affective, and psychomotor, it turns out the six factors are: age, sex, education, occupation, income level and religiosity very affect the formation of customer perception of 69.7%. And of the six factors, only the factor that religiosity is acceptable because it has a good level of significance, that is 0.0001
Keywords: Finance, Islamic banking, profit and los-sharing, religiosity
∗
Dosen tetap Jurusan Syariah STAIN Jurai Siwo Metro
124 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013
A. PENDAHULUAN Istilah perbankan syari’ah1 pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syari’ah dan para ahlinya maupun oleh para pakar politik dan ekonom konvensional pada umumnya. Keberadaannya yang mengutamakan sistem bagi hasil2 sebagai prinsip dasar diharapkan dapat memicu kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbicara bank syariah tentunya tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional sebagai penghubung (intermediate), yang mana menghimpun dana dan menyalurkan dananya kembali kepada masyarakat. Salah satu kegiatan penyaluran dananya adalah tentang pembiayaan yang berdasarkan sistem bagi hasil. Sistem pembiayaan bagi hasil ini terbagi kepada dua bagian yaitu pembiayaan mudharabah3 dan pembiayaan musyarakah4. Dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia tentang Sejarah berdirinya perbankan syariah ini didasarkan pada dua alasan uama yaitu, (1)adanya pandangan bahwa bunga bank (interest) adalah haram karena termasuk dalam kategori mengandung riba, dan itu dilarang oleh agama tidak hanya agama Islam, tetapi juga agama samawi lainnya. (2)dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Eksistensi keberadaan perbankan syariah di Indonesia sendiri diperkuat dengan UU No.7 tahun 1992 dan kemudian dipertegas kembali prinsip bagi hasil itu dengan UU No.10 tahun 1998 1
Sistem bagi hasil sebagai karakteristik dasar perekonomian Islam memang sangat diminati dan diperjuangkan oleh kaum Neo-Revivalis. Dimana diharapkan dari sistem perekonomian tersebut dapat mencipakan keseimbangan, keadilan, dan ‘an taradhin (sukarela, saling ridha) antar masing-masing pihak yang tentunya juga sesuai dengan kaidah hukum Islam. 2
Adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib. Ketentuan umum kriteria mudharabah ini adalah; jumlah modal secara tunai, hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan, bank idak boleh mencampuri urusan nasabah. 3
Pembiayaan yang dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Hal ini meliputi semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Ketentuan pembiayaan musyarakah; semua modal disatukan unuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola secara bersama-sama, biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek harus dikeahui bersama, proyek yang dijalankan harus disebutkan dalam akad. 4
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 125 Bank Syariah Potensi Preferensi dan Perilaku Masyarakat di Wilayah Jawa Barat5, menyimpulkan bahwa ternyata pangsa pasar bank syariah terhadap bank konvensional secara keseluruhan masih rendah yaitu dibawah satu persen. Selain itu dijelaskan pula bahwa profesionalisme dan jenis layanan/ jasa juga masih berada dibawah bank konvensional, dimana hal tersebut ditunjukkan dengan belum diterapkannya syariah secara benar. Sehingga dari kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa perbankan syariah di wilayah Jawa Barat belum mampu menggarap pasar potensial dengan lebih baik. Dari laporan Penelitian BI tersebut pula6 disebutkan bahwa ternyata sektor pembiayaan khususnya yang berdasarkan sistem bagi hasil memiliki prosentase yang cukup rendah yaitu 0,6%. Sampai disini sudah seharusnya perbankan syariah yang lebih banyak mengedepankan sistem bagi hasil memiliki segmentasi pasar yang cukup baik, ditengah keberadan mayoritas masayarkat muslim Indonesia. Masih dengan sumber yang sama, disebutkan bahwa pembiayaan bagi hasil khususnya pada pembiayaan mudharabah pada wilayah kerja Bank Indonesia Cirebon mengalami rata-rata pertumbuhan pertahun yang negatif yaitu -12,8% dengan nilai nominal penyaluran dana yang semakin menurun setiap tahunnya7. Hal ini disebabkan karena selain kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pembiayaan bagi hasil, juga disebabkan karena sistem pembiayaan bagi hasil ini dianggap tidak memberikan keuntungan (profit). Masih berkaitan dengan pembiayaan bagi hasil ini, tentunya tidak terlepas dari keterkaitannya dengan masyarakat, baik itu selaku nasabah maupun non nasabah. Salah satu kaitan tersebut adalah tentang bagaimana sebetulnya masyarakat memahami ataupun mempersepsikan pembiayaan bagi hasil itu. Sebelum masuk pada masalah persepsi nabasabah terhadap pembiayaan bagi hasil ada baiknya kita melihat dari persepsi masyarakat terhadap bank syariah. Berdasarkan hasil laporan lembaga penelitian IPB Lembaga Penelitian IPB bekerja sama dengan Bank Indonesia, Bank Syariah Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat di Wilayah Jawa Barat, 2001. 5
Ibid.,
6
Ibid.,
7
126 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 bekerja sama dengan BI tersebut, dari beberapa responden yang telah diambil ternyata 95,8% menerima dan setuju keberadaan insitusi perbankan syariah dalam perekonomian. Alasan yang dikemukakan antara lain bahwa perbankan merupakan institusi terpenting dalam perekonomian. Adapun kesan yang didapat adalah bahwa bank syariah adalah bank syariah adalah bank yang berdasarkan sistem bagi hasil, bank syariah adalah bank yang islami dan bank syariah adalah banknya khusus orang Islam. Secara sekilas jelas bahwa keberadaan perbankan syariah memang masih dapat diterima dengan suka cita oleh masyarakat. Namun, mengapa proses transaksi yang dilakukan masih sangat sedikit merupakan ganjalan yang cukup keras bagi kami selaku praktisi perbankan syariah. Sampai disini kami merasa perlu kiranya dilakukan sebuah penelitian yang mengedepankan dua rumusan masalah yaitu Pertama; bagaimana persepsi masyarakat selaku nasabah bank Jabar Syariah Kota Cirebon tentang praktek sistem bagi hasil pembiayaan? dan yang Kedua: adalah tentang faktor-faktor apakah yang mempengaruhi persepsi nasabah tentang praktek sistem bagi hasil pembiayaan.
B. KAJIAN TEORI 1. Pembiayaan Sistem Bagi Hasil a. Pengertian Sistem Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan istilah profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan: “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan.”8. Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis coorporation (kerjasama).
Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 38. 8
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 127
b. Produk Pembiayaan Berdasarkan Sistem Bagi Hasil dan Teknik Penghitungannya 1) Pembiayaan Mudharabah Untuk mengurangi timbulnya perselisihan terutama atas biayabiaya yang timbul, maka disarankan bahwa yang dibagi hasilkan adalah pendapatan atau hasil bruto. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa keuntungan atau hasil netto yang dibagi hasilkan, dengan catatan bahwa biaya-biaya yang dapat menimbulkan keraguan tentang keabsahannya seperti transportasi nasabah, uang makan, atau uang lelah, uang saku nasabah dan semacamnya tidak usah dimasukkan untuk mengurangi pendapatan bruto tersebut. Jika yang dibagi hasilkan bruto, maka disamping menyebutkan Nisbah atau bagian hasil masing-masing, harus disepakati pula Margin keuntungan atau profit bank dari bagian yang disetor ke bank syariah. Jika yang dibagi hasilkan hasil netto, cukup dengan menyebutkan Nisbah. Sedangkan pembayaran modal mudharabah berada di luar nisbah bagi hasil yang dapat didapatkan. Untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan atau kecendrungan negatif yang mungkin ditimbulkan oleh nasabah, terutama tidak cocoknya informasi tentang aktualisasi pendapatan yang diperolehnya, maka antara lain dapat dilakukan dengan mengecilkan nisbah debitur pada bulan-bulan sesudahnya, seperti: a) Nisbah bulan ke-1 sampai bulan ke-4, 60:40 (Bank: Nasabah) b) Nisbah bulan ke-2 sampai bulan ke-8, 65:35 (Bank: Nasabah) c) Nisbah bulan ke-9 sampai bulan ke-12, 70:30 (Bank: Nasabah) Jika terjadi kerugian, maka yang dibagi hasilkan adalah pendapatan. Pendapatan terkecil adalah nol. Yang dimaksud kerugian dalam mudharabah adalah ketidak mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya.
128 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 2) Pembiayaan Musyarakah Biasanya, nasabah yang melaksanakan usaha patungan tersebut dengan sebagian modal dari calon nasabah dan sebagian dari bank syariah. Dari sini, biasanya diawali dengan akad. Dalam akad, disamping diatur tentang hak dan kewajiban masing-masing, juga harus disepakati tentang hasil yang akan dibagi hasilkan diambil dari pendapatan, tetapi tidak tertutup kemungkinan dari keuntungan. Jika diambil dari keuntungan maka biayabiaya yang meragukan tidak usah diperhitungkan. Bagi hasil tentunya tidak proporsional atas modalnya, karena salah satu sebagai pengelola, sementara yang lainnya tidak. Hal yang paling penting adalah pada saat akad dilakukan telah disepakati tentang nisbah bagi hasilnya. Pembiayaan berakhir pada saat jumlah cicilan ($S + $U + $W) dalam tabel distribusi bagi hasil sama dengan besarnya pembiayaan yang diberikan bank. Implikasinya adalah sebagai berikut: a) Jika pendapatan aktual lebih besar daripada proyeksi pendapatan, pelunasan kurang dari 12 bulan. b) Jika pendapatan aktual lebih kecil daripada proyeksi pendapatan, pelunasan lebih dari 12 bulan. c) Jika pendapatan aktual sama dengan proyeksi pendapatan, maka pelunasan sama dengan 12 bulan. 3) Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Bunga Perbedaan sistem bunga dan bagi hasil tertera dalam tabel 2: 9 Tabel 1. Perbedaan sistem bunga dengan sistem bagi hasil Hal
Sistem bunga
Sistem bagi hasil
Penentuan besarnya hasil
Sebelumnya
Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya
Yang ditentukan sebelumnya
Bunga, besarnya nilai rupiah
Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, 35:65, dst.
Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000).
9
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 129 Jika terjadi kerugian
Ditanggung nasabah saja
Dihitung darimana ? Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap
Ditanggung kedua belah pihak, nasabah dan lembaga Dari untung yang bakal di peroleh, belum tentu besarnya.
Titik perhatian proyek/usaha
Besarnya bunga yang Keberhasilan proyek/usaha harus dibayar nasabah/ jadi perhatian bersama: pasti dierima bank. nasabah dan lembaga.
Berapa besarnya ?
Pasti: (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui
Status hukum
Berlawanan dengan Q.S Melaksanakan Q.S Luqman: Luqman: ayat 34 ayat 34
Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui
Sumber: M.Syafi’I Antonio, Bank Islam Teori dan Praktek, Jakarta: Tazkia Institute bekerja sama dengan Gema Insani Press, 2001
2. Persepsi Nasabah a. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa persepsi berarti tanggapan (penerimaan) secara langsung dari sesuatu.10 Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada dasarnya persepsi adalah merupakan bagian dari aktifitas kejiwaan manusia dalam menghadapi apa yang ada dalam lingkungannya. Jadi, pada dasarnya persepsi itu adalah pemahaman atau interpretasi seseorang tentang suatu stimuli atau penampakan suatu obyek. Persepsi seseorang tentang suatu obyek tidaklah selalu sama dengan aslinya atau keadaan yang sebenarnya.
b. Proses Persepsi Persepsi terjadi berawal dari adanya sensasi, yaitu kesadaran pertama kita akan adanya suatu stimuli (rangsangan) diluar kita.11 Kemudian otak Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 160 11 Rod Plotnik, Introduction to Psychology, (California: Brooks/ColePublishing Company, 1993), h. 124. 10
130 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 kita merangkai, mengkombinasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan stimuli-stimuli tersebut dalam bentuk gambaran atau pemahaman tertentu. Persepsi dibentuk oleh kita. Ada dua teori pembentukan persepsi, yaitu teori structuralis dan teori gestalt. Menurut teori strukturalis persepsi itu merupakan pengumpulan atau penjumlahan atau penggabungan bagian-bagian yang pokok, seperti kalau kita menjawab sederetan angka dalam suatu bisnis. Dengan demikian persepsi menurut aliran ini bisa dipecah lagi menjadi unit-unit yang lebih kecil. Jadi persepsi itu komplek tidak sekedar penjumlahan atau penggabungan elemen-elemen yang terpisah, tetapi otak kita mengkombinasikannya dengan prinsip-prinsip tertentu. Beberapa hal yang dapat merubah atau mempengaruhi persepsi adalah: kultur, pembelajaran, emosi dan pengalaman seseorang.12 Persepsi itu bersifat personal. Setiap orang mempunyai pengalamanpengalaman pribadi, emosi dan macam-macam memori yang unik, yang secara otomatis mempengaruhi persepsi seperti aslinya, tetapi sudah dirubah, dibiaskan atau sudah di distorsi.13 Persepsi seseorang tentang sesuatu hal juga dipengaruhi suasana hatinya. Orang yang suasana hatinya sedang gembira bisa memahami katakata yang mengandung kegembiraan lebih cepat daripada kata-kata yang mengandung kesedihan dan begitu juga sebaliknya.14
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu: 15 1) Pendidikan/pengetahuan 2) Penghasilan/pekerjaan 3) Agama/religi. Ibid.
12
Ibid., h. 125
13
Ibid., h. 135
14
Vertizal Riva’i, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ed.1, cet.1, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003), h. 359. 15
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 131 Faktor agama dapat dikatakan sebagai sesuatu yang telah melekat pada diri manusia dan selalu terbawa sejak kelahirannya. (Al-Ruum(30): 30). Dalam kaitannya dengan pembiayaan bagi hasil bank syariah, agama juga memiliki aturan-aturan tegas yang berlaku. Dimana aturan tersebut harus mengandung 5 segi yang sifatnya sangat religius sekali dan sesuai dengan kaidah hukum ke-Islaman, yang antara lain:16 1) Tidak adanya transaksi keuangan yang berbasis bunga. 2) Pengenalan pajak secara religius atau pemberian sedekah, zakat dan infaq. 3) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai Islam (haram). 4) Penghindaran aktifitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar (ketidak pastian). 5) Penyediaan takaful (asuransi Islam). Adapun beberapa faktor-faktor lain dari luar yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain:17 1) Intensitas. 2) Ukuran.
Semakin besar ukuran suatu objek semakin mudah untuk diketahui.
3) Berlawanan atau kontras, prinsip berlawanan dengan sekelilingnya ini akan menarik banyak perhatian. 4) Pengulangan stimulus dari luar yang diulang akan memberikan Perhatian yang lebih besar daripada yang sekali didengar atau dilihat.
Latifa M. Algaoud, Mervyn K.Lewis, Islamic Banking, terbitan Edward Elgar, Massachussetts, 2001, Diterjemahkan oleh Burhan Wirasubrata, (Jakarta: Serambi Ilmu semesta, Cet.I, 2003), h. 48. 16
Ibid., h. 360.
17
132 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 5) Gerakan
Seseorang akan memberikan banyak perhatian kepada benda yang bergerak.
Sedangkan beberapa faktor dari dalam yang mempengaruhi persepsi adalah:18 1) Belajar dan persepsi. 2) Motivasi dan persepsi. 3) Kepribadian dan persepsi.
d. Indikator Pengukuran Persepsi Beberapa indikator yang digunakan dalam pengukuran persepsi: 1) Konasi Konasi merupakan sebuah aktifitas mental yang dinamis, ataupun mungkin sebagai sebuah keinginan maupun upaya untuk mencapai suatu tujuan.19 Dalam menentukan suatu persepsi ini ditunjukkan bagaimana sebenarnya perilaku atau kecendrungan berprilaku khususnya dalam diri seseorang jika dikaitkan dengan obyek yang dihadapinya. Dasar asumsi yang dipakai dalam penentuannya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan yang mempengaruhi terjadinya perilaku.20 Dapat dimaksudkan disni adalah bagaimana orang akan berprilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus (rangsangan) akan banyak ditentukan oleh bagaimana aspek kepercayaan (kognitif) dan perasaan (afekif) terhadap stimulus tersebut.21 Dapat dikatakan bahwa indikator konasi adalah menggambarkan tentang bagaimana sebenarnya keputusan perilaku individu terhadap suatu objek yang diamatinya.
Ibid., h. 361.
18
James Dewer, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 95.
19
Syaifuddin Azwar, Teori Pembentukan Sikap dan Tabel Pengukurannya, (Jakarta: Salemba, 1995), h. 21. 20
Ibid.,
21
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 133 2) Afektif Berasal dari sebuah kata “affect” yang memiliki makna khusus dalam kamus psikologi sebagai perasaan, keadaan jiwa dan emosi suatu obyek atau individu yang dikatakan sebagai efek(pengaruh) bagi seseorang ketika dipengaruhi oleh emosi yang kuat dalam dirinya sendiri.22 Secara umum, indikator afektif ini sah saja disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek. Pada umumnya reaksi emosional yang merupakan indikator efektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan ataupun apa yang kita percayai sebagai kebenaran bagi objek yang dimaksud.23 Selain daripada kepercayaan, dapat berupa ilmu pengetahuan, juga tentang apa-apa saja yang selama ini kita lihat, dengar, dan kita rasakan sehingga nantinya akan menjadi sebuah pemahaman ataupun pemikiran. 3) Psikomotorik Aspek psikomotorik ini merupakan salah satu dari tiga aspek perubahan tingkah laku yang diharapkan timbul dalam dunia pendidikan.24 Mengenai dua aspek lainnya dalam dunia pendidikan yaitu aspek kognitif atau pengetahuan, dan aspek afektif atau sikap anak didik. Dalam aspek psikomotorik ini kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian 25; yakni ketrampilan bertindak dari koordinasi penangkapan mata, gerak tangan, dan kaki serta ketrampilan ekspresi yang diperlihatkan dengan mimik ataupun ucapan. Aspek psikomotorik ini didasari oleh dua aspek yang telah disebutkan yaitu aspek afektif dan konasi, dimana dengan aspek psikomotorik ini diharapkan dapat mengendalikan dan mengarahkan otototot secara tepat untuk melakukan gerakan-gerakan dan mengeluarkan pernyataan secara tepat dalam melaksanakan suatu hal tertentu.
A.Budiarjo dkk, Dahara Prize,Kamus Psikologi, (Semarang: Effhar Offset, Cet.I, 1987),
22
h. 18.
Syaifuddin Azwar, Teori Pembentukan., h. 20.
23
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 428.
24
Ibid., h. 428
25
134 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013
e. Persepsi Nasabah Tentang Sistem Pembiayaan Bagi Hasil. Persepsi nasabah26 pada dasarnya menunjukkan penilaian terhadap suatu bank dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pekerjaan. Keberagaman seseorang turut memberikan andil terbentuknya persepsi orang bersangkutan terhadap suatu obyek dalam hal ini nasabah memberikan penilaian terhadap sistem bagi hasil pembiayaan bank syari’ah. Dapat dikatakan bahwa pengertian persepsi nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil adalah bagaimana nasabah merespon dan menyikapi sistem pembiayaan bagi hasil dengan didasari oleh aspek kognitifnya (kepercayaan), aspek pengetahuan dan aspek emosional kejiwaannya. Bagaimana persepsi itu muncul tentunya adalah setelah adanya kegiatan (transaksi) itu terjadi. Dalam memberikan suatu persepsi, sangatlah berbeda antar masingmasing individu, karena memang cara pandang dan latar belakang masingmasing orang jelas berbeda. Pada dasarnya beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya persepsi nasabah itu terbagi kepada tiga faktor, yang pertama adalah tentang bagaimana sikap nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil tersebut, motif yang digunakan dalam melakukan pembiayaan, kepentingan dalam melakukan pembiayaan, serta beberapa pengalaman lain nasabah sebelum melakukan pembiayaan bagi hasil itu sendiri, dan juga bagaimana harapan kedepan seorang nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil tersebut. Kemudian masuk pada faktor kedua yang melatar belakangi persepsi nasabah adalah tentang situasi, yang mencakup waktu diadakannya, bagaimana keadaan lembaga keuangan/bank syariah yang menjalankannya, serta keadaan sosial masyarakat khususnya yang ada disekitar kita. Kemudian masuk kepada faktor yang ketiga adalah Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Lihat UU Perbankan No. 10 Th. 1998, Tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 26
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 135 pada target atau sasaran obyek yang dipersepsikan yang dalam hal ini sistem pembiayaan bagi hasil itu sendiri, yang mencakup apakah sistem pembiayaan bagi hasil itu dapat dikatakan sebagai sesuatu hal yang baru atau malah dapa dikatakan sebagai hal asing, bagaimanakah pergerakan/ fleksibilitas pembiayaan bagi hasil untuk para nasabahnya, format pembiayaan bagi hasil itu sendiri, dan sejauh mana kedekatan sistem pembiayaan bagi hasil itu dimata para nasabah. Dari ketiga faktor latar belakang tersebut, maka terjadilah proses persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil, yang kemudian persepsi nasabah semakin lama akan semakin berkembang, dan dalam perkembangan persepsi ini tentunya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain: psikologi nasabah itu sendiri, famili/keluarga besar nasabah yang telah lama mengembangkan suatu cara khusus dalam memahami dan melihat tentang bagaimana kenyataan pembiayaan bagi hasil dan kebudayaan serta lingkungan masyarakat dimana nasabah itu tinggal. Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya konsep persepsi nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil itu ialah bagaimana faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya persepi nasabah itu mempengaruhi persepsi nasabah tentang pembiayaan bagi hasil itu sendiri. Dimana dalam penentuan pesepsi nasabah ini diukur dengan menggunakan tiga indicator utamanya yaitu: aspek konasi atau keputusan yang akan dilakukan, yang kedua adalah aspek afektif atau aspek emosional seorang nasabah dalam melibatkan dirinya apakah akan memberikan respon yang negatif ataupun sebaliknya, kemudian yang ketiga adalah aspek psikomotorik, yang maksudnya adalah tentang bagaimana perilaku dan tindakan kita terhadap apa yang akan kita lakukan berdasarkan pernyataan antara sikap dan emosi.
136 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Sejarah Singkat Bank Jabar Syariah27 Bank Jabar adalah Bank Pembangunan Daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Banten. Pendirian Bank Jabar dilatar belakangi dengan adanya peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1960 yang menyatakan bahwa perusahaan milik Belanda yang berada di Indonesia yang bernama N.V. Denis (De Earste Nederlandshe Indische) dan berkedudukan di Bandung, dinasionalisasikan dan diserahkan kepada pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Sebagai implementasinya, didirikanlah PD bank Karya Pembangunan berdasarkan Akta Notaris Noezar No.152 tanggal 21 Maret 1961. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 7/ GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, yang untuk selanjutnya dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.II/PD-DPRD/72 tanggal 20 Juli 1972, modal dasar Bank Jabar pertama kali ditetapkan sebesar Rp 2.500.000,00. kemudian ditentukan menjadi sebesar Rp. 250.000.000.000,00 berdasarkan Perda Nomor 9 tahun 1996. Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada tanggal 16 April 2001, disetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp. 1 Triliun. Sejak tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/84/KEP/DIR tanggal 22 November 1992. Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 tanggal 8 April 1999 dan Akta perbaikan nomor 8 tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Bank Jabar Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat, Selayang Pandang Bank Jabar Syariah, (Bandung: 2003). 27
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 137
2. Analisis Data a. Analisis Deskriptif Variabel Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah seluruh nasabah pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota Cirebon, dengan jumlah nasabah pembiayaan bagi hasil keseluruhan adalah 1245 orang, dimana 45 orang adalah nasabah pembiayaan bagi hasil mudharabah dan 1200 orang adalah nasabah pembiayaan bagi hasil musyarakah. Mengingat jumlah nasabah yang dijadikan responden sangat cukup besar, maka diambil sampel yang sekiranya bisa mewakili dari keseluruhan populasi dengan menggunakan teknik proporsional random sampling. Adapun cara penentuan ukuran jumlah sampel secara proporsional ini sengaja, dengan menggunakan tabel Nomogram Haris dengan sebuah batas kesalahan untuk a sebesar 5% dan dengan jumlah populasi N mulai dari sebesar 10 s/d 100.000.28 Sehingga dengan demikian untuk sampel nasabah mudharabah adalah 11 orang dan sampel nasabah musyarakah adalah 305 orang. Adapun beberapa data responden yang terkumpul antara lain: 1) Persepsi Bagaimana hubungan persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2 Hubungan Persepsi Nasabah Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
Tinggi Sedang Rendah
75 – 51 50 – 26 25 – 5
50 140 126
15,8 % 44,3 % 39,9 %
316
100 %
Jumlah
Dari tabel 13 diatas, persepsi nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil menunjukkan nilai paling tinggi dengan mencapai prosentase 44,3 % menempati kategori sedang, hal ini dapat dilihat pada beberapa faktor, Muhammad, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta: Unit Penerbitan Fakultas Ekonomi (UPFE – UMY), cet.I. Januari, 2005), h. 109-110. 28
138 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 yaitu: tingkat pengetahuan, keputusan yang diambil terhadap suatu obyek, keterlibatan emosional secara lebih mendalam, dan perilaku serta tindakan terhadap apa yang dilakukan berdasarkan pernyataan antara sikap dan emosi. 2) Religiusitas. Tabel hubungan religiusitas terhadap pembiayaan bagi hasil. Tabel 3 Hubungan Religi/ Agama Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
Tinggi Sedang Rendah
25 – 19 18 – 12 11 – 5
47 71 198
14,9 % 22,5 % 62,6 %
316
100 %
Jumlah
Dari tabel 14 diatas, religiusitas nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil menunjukkan nilai paling tinggi dengan mencapai prosentase sebesar 14,9% dan prosentase 62,6 % menempati kategori rendah, hal ini dapat dilihat pada beberapa faktor yaitu: kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap nilai-nilai religiusitas yang ada dalam pembiayaan tersebut seperti menghindari unsur bunga bank, pembayaran zakat, shadaqah dan infaq, pelarangan produksi barang dan jasa yang haram, menghindari unsur maysir (judi) dan gharar (ketidak pastian), dan penyediaan unsur asuransi Islam. 3) Analisis Regresi Berganda Penggunaan analisis regresi berganda ini berdasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal dari satu variabel dependen (persepsi nasabah) dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, dan religiuistas seseorang. Adapun hasil analisis regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut:
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 139 Tabel: 15 Hasil Analisis Regresi Berganda Persepsi nasabah Terhadap Pembiayaan Bagi Hasil
Variabel Independen Konstanta
Koefisien Regresi
Standard Error
t.Statistik
Sign.T
12,307
4,268
2,884
0,04
Religi
1,890
0,083
22,850
0,000
Umur
-0,247
0,571
-0,433
0,665
Jenis kelamin
-1,772
2,486
-0,713
0,477
1,907
1,048
1,820
0,070
-1,552
1,292
-1,201
0,231
1,296
0,884
1,466
0,144
Pendidikan Pekerjaan Penghasilan R² = 0,697 F = 118,292 F Sig = 0,000
Sumber: data primer (setelah diolah)
Berdasarkan hasil analisis regresi ditemukan koefisien regresi sebesar R² = 0,697, dan nilai F = 118,292, dengan F Sig = 0,000. hal ini memberikan suatu pengertian bahwa keenam (6) variabel yang mempengaruhi terbentuknya persepsi nasabah pada analisis ini memiliki kontribusi sebesar 69,7% untuk mempengaruhi terbentuknya persepsi nasabah dalam pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota Cirebon. Dengan kata lain, varian prediktor (tingkat penghasilan, religi, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan) dapat menjelaskan variasi persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil sebesar 69,7%. Namun demikian, pada dasarnya hanya ada 1 (satu) variabel yang dapat digunakan untuk mempengaruhi terbentuknya persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil, yaitu religiusitas. Sehingga hipotesa yang telah disebutkan pada bagian awal dalam penelitian ini dapat dibuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi
140 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil adalah hanya karena faktor religiusitas. Adapun besar koefisien signifikansi pengaruh dari variabel yang mempengaruhi terbentuknya persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil dalam penelitian ini ditunjukkan dengan koefisien t, yaitu sebesar 22,850; p= 0,000. Sementara itu variabel pengaruh pembentuk persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil lainnya seperti (1)umur (-0,433; p= 0,665), (2)jenis kelamin (-0,713; p= 0,477), (3)pendidikan (1,820; p= 0,070), (4)tingkat penghasilan (1,466; p= 0,144) dapat dikeluarkan dalam model penelitian ini. Dengan demikian, model empirik pada penelitian atas persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah kota Cirebon dapat diformulasikan dalam model sebagai berikut: Persepsi = 12,307 + 1,890 (relgiusitas) Berdasarkan model tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa nasabah yang memiliki tingkat religiuistas yang tingi, maka persepsinya terhadap pembiayaan bagi hasil memberikan pengaruh yang sangat positif. Selain itu juga terbukti dengan adanya sebuah penemuan koefisien pengaruh pembentuk persepsi pada model pengujian yang memiliki tanda positif dan secara statistik signifikan dibawah 1%. Hasil tersebut sangat memberikan sebuah identifikasi bahwa jika nasabah mempunyai nilainilai religiusitas yang tinggi, maka akan sangat diharapkan bahwa proses pembiayaan bagi hasil yang dijalani di Bank Jabar Syariah kota Cirebon akan terjadi secara meningkat pesat. Sementara itu, beberapa variabel pengaruh lainnya seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat pekerjaan, dan tingkat penghasilan dalam penelitian ini tidak dapat dijadikan sebagai variabel yang dipertimbangkan nasabah dalam membentuk suatu persepsi terhadap pembiayaan bagi hasil. Aspek yang sangat dipertimbangkan dalam pembentukan persepsi nasabah untuk melakukan pembiayaan bagi hasil ini adalah keyakinan yang dimiliki serta kenyamanan perasaan (emosi) setiap masingmasing nasabah. Hal ini sesuai dengan kaidah dasar dalam pembiayaan
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 141 bagi hasil bank syariah yaitu faktor yang yang menentukan seseorang tertarik melakukan pembiayaan secara bagi hasil adalah karena tingkat kenyamanan dan kelapangan dunia akhirat. Suatu hal yang sangat menarik dalam permasalahan faktor yang mempengaruhi ini adalah faktor pendidikan nasabah yang dikatakan keluar dari model penelitian. Hal ini karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tentunya akan memberikan pengetahuan yang cukup besar khususnya dalam melakukan pembiayaan. Namun kenyataannya justru kebanyakan dari nasabah pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah kota Cirebon lebih banyak yang hanya sampai pada tingkat pendidikan yang rendah, sedangkan mereka yang memperoleh tingkat pendidikan yang cukup tinggi hampir kebanyakan masih memiliki pertimbangan cukup besar dalam melakukan pembiayaan secara bagi hasil. Dalam tingkat pekerjaan seorang nasabah, tidak memiliki pengaruh dalam terbentuknya persepsi. Meskipun banyak diantara nasabah yang melakukan pembiayaan ini adalah para wiraswastawan namun bukan berarti nasabah non wiraswastawan tidak bisa melakukannya. Kemudian salah satu faktor terakhir yang keluar dari model penelitian ini adalah tingkat penghasilan. Tingkat penghasilan adalah ragam pendapatan yang diperoleh seseorang atas profesi yang dijalankannya. Dasar dalam melakukan pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah kota Cirebon biasanya adalah sebagai tambahan modal. Dan niat untuk berwiraswasta ini tidak pernah didasari karena tingkat penghasilan yang dimiliki, kalaupun seandainya seseorang memiliki tingkat penghasilan yang rendah namun dia merasa sudah cukup dengan penghasilannya tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga keputusan dia untuk melakukan suatu pembiayaan sebagai modal usaha tentunya tidak mungkin terjadi. Begitupun sebaliknya jika seorang nasabah memiliki tingkat penghasilan yang cukup tinggi namun dia merasa tingkat pemenuhan kebutuhan hidupnya masih kurang sehingga dia berkeinginan untuk melakukan usaha/perdagangan dan membutuhkan modal sebagai awal usaha, maka keputusan untuk melakukan pembiayaan bagi hasil ada kemungkinan akan terjadi namun sekali lagi hal tersebut tidak dapat
142 | TAPIS Vol. XIII, No. 01 Januari-Juni 2013 dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengaruh pembentukan suatu persepsi nasabah terhadap pembiayaan secara bagi hasil di Bank Jabar Syariah kota Cirebon.
D. SIMPULAN Dari uraian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi masyarakat khususnya nasabah terhadap sistem pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota Cirebon memiliki nilai yang sangat baik terhadap perkembangan sistem pembiayaan bagi hasil dengan prosentase sebesar 69,7%. Dimana nilai rata-rata persepsi sebesar 32,5443, dan standar deviasinya 13,0275. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi nasabah terhadap pembiayaan bagi hasil di Bank Jabar Syariah Kota Cirebon adalah pengaruh dari umur nasabah, jenis kelamin nasabah, tingkat pendidikan nasabah, pekerjaan nasabah, tingkat penghasilan nasabah dan religiusitas nasabah dengan nilai R² = 0,697, F = 118,292 dengan F sign = 0,000 dan memiliki kontribusi sebesar 69,7%. Namun dari semua faktor yang mempengaruhi tersebut, yang memiliki pengaruh signifikansi adalah faktor religiusitas nasabah dengan koefisien t = 22,850; t sign = 0,000
DAFTAR PUSTAKA A.Budiarjo dkk, Dahara Prize,Kamus Psikologi, Semarang: Effhar Offset, Cet.I, 1987. Bank Jabar Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat, Selayang Pandang Bank Jabar Syariah, Bandung: 2003 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990.
Persepsi Nasabah terhadap Sistem Pembiayaan Bagi Hasil....| 143 James Dewer, Kamus Psikologi, Jakarta: Bina Aksara, 1988. Latifa M. Algaoud, Mervyn K.Lewis, Islamic Banking, terbitan Edward Elgar, Massachussetts, 2001, Diterjemahkan oleh Burhan Wirasubrata, Jakarta: Serambi Ilmu semesta, Cet.I, 2003. Lembaga Penelitian IPB bekerja sama dengan Bank Indonesia, Bank Syariah Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat di Wilayah Jawa Barat, 2001. Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 2000. ------, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta: Unit Penerbitan Fakultas Ekonomi (UPFE – UMY), cet.I. Januari, 2005), h. 109-110. ------, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2001. Rod Plotnik, Introduction to Psychology, California: Brooks/ColePublishing Company, 1993. Syaifuddin Azwar, Teori Pembentukan Sikap dan Tabel Pengukurannya, Jakarta: Salemba, 1995. Vertizal Riva’i, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ed.1, cet.1, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003.