PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA TERHADAP KORUPSI Vallensia Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk - Jakarta Barat 11530
[email protected] /
[email protected] Vallensia, Rosinta Ria Panggabean, S.S., S.E., M.Ak
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Non Akuntansi Universitas Bina Nusantara Terhadap Korupsi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara terhadap korupsi, apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan mahasiswa non akuntansi Universitas Bina Nusantara, khususnya mengenai faktor-faktor yang mendorong terjadinya tindakan korupsi. Faktor-faktor itu antara lain faktor keserakahan (greed), faktor kesempatan (opportunity), faktor kebutuhan (need), dan faktor pengungkapan (exposure). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menyebarkan sebanyak 389 kuesioner, di mana sebanyak 31 kuesioner untuk mahasiswa akuntansi dan 358 kuesioner untuk mahasiswa non akuntansi. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling dan strata (propotionate stratified random sampling). Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dan independent simple test dengan bantuan SPSS versi 17. Hasil dari analisis dengan regresi linear berganda (multiple linear regression) menunjukkan bahwa keserakahan (greed), faktor kesempatan (opportunity), faktor kebutuhan (need), dan faktor pengungkapan (exposure) secara signifikan memicu terjadinya korupsi. Dan dari hasil pengujian diketahui bahwa faktor yang paling besar memicu terjadinya korupsi adalah faktor pengungkapan (exposure), selanjutnya faktor kesempatan (opportunity), faktor keserakahan (greed), dan faktor yang paling kecil memicu terjadinya korupsi adalah faktor kebutuhan (need). Hasil dari analisis dengan independent simple test menunjukkan bahwa antara mahasiswa akuntansi dan mahasiswa non akuntansi Universitas Bina Nusantara tidak memiliki perbedaan persepsi mengenai korupsi. Kata kunci: persepsi, fraud, korupsi
ABTRACT This research entitled Perception of Accounting and Accounting Non Students of Bina Nusantara University On Corruption. This research aims to find out the perception of accounting and non accounting students of Bina Nusantara University on corruption, whether there is a difference between the perceptions of accounting and non accounting students of Bina Nusantara University, in particular regarding the factors that encourage corruption. There are the greed factor, opportunity factor, need factor, and exposure factor. This research is a quantitative research. The method used in this research is survey method by giving 389 questionnaires, where as many as 31 questionnaires for accounting students and 358 questionnaires to non accounting students. Sampling is done by selecting a sampling of each unit in accordance with the size of the sampling units and strata (propotionate stratified random sampling). Data
analysis in this research using multiple linear regression, and independent simple test with SPSS version 17. The results of analysis with multiple linear regression showed that greed, opportunity, need, and exposure are signifficantly triggered corruption. And from the test results revealed that exposure is the biggest factor that trigger the corruption, then opportunity, greed, and the smallest factor that trigger the corruption is need. The results of the analysis with simple independent test showed that no different perceptions of accounting students and non-accounting students of Bina Nusantara University about corruption. Keywords: perception, fraud, corruption
PENDAHULUAN Pendahuluan Kecurangan merupakan hal yang serius dan menjadi perhatian saat ini, karena siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Tindakan kecurangan (fraud) sekarang ini sedang marak terjadi, bukan hanya di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Begitu juga dengan korupsi karena korupsi juga merupakan bagian dari kecurangan (fraud). Karena korupsi merupakan tindakan yang melawan atau melanggar hukum dan merugikan pihak-pihak lain maka korupsi merupakan tindak kecurangan (fraud) juga. Contohnya tindak korupsi yang terjadi di Afrika Selatan, polisi pun melakukan korupsi bahkan terlibat dalam serangkaian kejahatan sampai mereka mampu untuk membeli mobil sekelas BMW, Mercedez dan mobil-mobil mewah lainnya. (http://www.kompas.com, 2010) Kecurangan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja dan siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Korupsi hampir terjadi di semua negara, termasuk juga di Indonesia. Indonesia sendiri juga merupakan salah satu dari negara terkorup di dunia dengan menduduki peringkat ke-100 dari 183 negara di dunia dengan skor 3,0 untuk Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2011 bersama dengan 11 negara lainnya, yaitu Argentina, Benin, Burkina Faso, Djibouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Torne & Principe, Suriname dan Tanzania (http://www.antaranews.com, 2011). Di media massa dan media cetak saat ini selalu membahas tentang korupsi yang marak terjadi di Indonesia. Korupsi tidak hanya dilakukan karena memang memiliki masalah keuangan saja melainkan sekarang ini korupsi juga dilakukan karena adanya keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Hal ini terlihat dengan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat yang dapat dikatakan sudah berkecukupan dibandingkan dengan masyarakat kaum menengah ke bawah. Baik korupsi maupun bentuk kecurangan jenis lainnya dapat terjadi karena faktor-faktor yang dapat memicu atau mendorong terjadinya tindakan tersebut. Ada faktor-faktor yang disebut dengan “Fraud triangle” yang terdiri dari tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan dan pembenaran atas tindakan tersebut. Ada juga faktor-faktor pendorong seperti adanya sifat serakah dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, adanya kebutuhan yang lebih sehingga mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, adanya pengungkapan atas tindak kecurangan tersebut yang disebut dengan “Teori GONE”. Korupsi merugikan banyak pihak dan aspek. Kerugian dari tindakan korupsi antara lain; kerugian keuangan, nilai moral semakin menurun, mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan serta menghambat pelaksanaan pembangunan yang berakibat semakin meningkatnya kemiskinan yang secara otomatis mempengaruhi kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat. Karena korupsi menimbulkan kerugiankerugian di atas, maka perlu ada tindakan untuk memberantas tindak kecurangan dan meningkatkan keadilan. Akhirnya Indonesia membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu lembaga negara yang bersifat independen dan tidak dipengaruhi oleh siapapun dalam melakukan tugas dan kewajibannya untuk memberantas korupsi berdasarkan Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (http://www.kpk.go.id, 2012) Generasi Y adalah orang-orang yang lahir dari tahun 1980 sampai sekarang dan memiliki karakteristik-karakteristik seperti: lebih mudah menerima perubahan dan memiliki keingintahuan yang cukup tinggi, lebih percaya diri untuk tampil di muka umum dan mengemukakan pendapatnya, lebih sadar teknologi serta tidak terlalu suka hal-hal yang mendetail (http://dailysocial.net, 2011). Mahasiswa yang sekarang duduk di bangku kuliah juga termasuk Generasi Y nantinya akan menggantikan generasi yang lebih tua. Mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda tentunya akan memiliki persepsi yang berbeda, begitu pula dengan mahasiswa tingkat atas dan mahasiswa tingkat bawah. Biasanya mahasiswa tingkat akhir sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih daripada mahasiswa
tingkat bawah. Begitu pula dengan korupsi. Persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi dan persepsi di tiap angkatan tentunya akan berbeda. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka terhadap korupsi, agar mereka tidak ikut melakukan segala tindak kecurangan (fraud) termasuk korupsi di kemudian hari dan menciptakan Negara yang lebih baik dan bersih. Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Yeni (2011) maka penulis memperbaiki penelitian tersebut dengan menambah jumlah objek penelitian. Objek penelitian terdiri dari mahasiswa jurusan akuntansi dan mahasiswa non akuntansi Universitas Bina Nusantara. Dan angkatan yang akan diteliti adalah angkatan 2008, 2009 dan 2010. Selain itu, penulis menggunakan faktor-faktor pemicu kecurangan yang dikenal dengan sebutan “Teori GONE”, yaitu greed, opportunity, need, dan exposure. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi angkatan 2008, 2009 dan 2009 terhadap faktor greed, opportunity, need, dan exposure sebagai faktor pemicu terjadinya korupsi serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010.
METODE PENELITIAN Objek dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi jurusan akuntansi dan non akuntansi angkatan 2008, 2009 dan 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dan mahasiswa jurusan non akuntansi angkatan 2008 yang merupakan mahasiswa semester akhir dengan mahasiswa jurusan akuntansi dan mahasiswa jurusan non akuntansi angkatan 2009 dan 2010, di mana untuk mahasiswa akuntansi akan dan sudah mendapatkan mata kuliah Pemeriksaan Auditing dan Audit atas Kecurangan, sedangkan mahasiswa non akuntansi tidak memperoleh mata kuliah tersebut. Data penelitan yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dari responden, yaitu mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara pada angkatan 2008, 2009 dan angkatan 2010 dengan menyebarkan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melalui studi kepustakaan dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang diyakini dapat dijadikan sebagai sumber bagi penulis karena data tersebut telah diuji. Untuk penentuan jumlah sampel, di mana pengambilan sampelnya berupa propotionate stratified random sampling. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan memilih setiap unit sampling yang sesuai dengan ukuran unit sampling dan strata yang dibagi berdasarkan angkatan 2008, 2009 dan 2010, sehingga sampelnya dapat lebih representatif. Dalam penentuan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane (Sarwono, 2006 dalam Mayasari, 2011). n= Dimana : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi : presisi yang ditetapkan Peneliti akan menggunakan tingkat ketepatan 95% dan tingkat error atau kesalahan yang dapat diterima sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel yang perlu diambil adalah : n= = = 388, 57 ≈ 389 responden Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel dari jurusan akuntansi dan non akuntansi, peneliti akan menggunakan perhitungan sampel bertingkat (berstrata), yaitu (Sumarsono, 2002 dalam Mayasari, 2011): = .n Dimana: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel penelitian yaitu jumlah mahasiswa yang dibagi dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling dengan strata sampel jurusan akuntansi dan non akuntansi, yaitu: • Jurusan Akuntansi = = 31, 46 ≈ 31 responden • Jurusan Non Akuntansi =
Jurusan Akuntansi Non Akuntansi Jumlah
= 357, 54 ≈ 358 responden
Tabel 1 Perhitungan Persentase Sampel Jumlah Mahasiswa Persentase 1.100 12.500 13.600
8% 92% 100 %
Jumlah Sampel 31 358 389
Penyebaran kuesioner diberikan secara langsung kepada mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi pada angkatan 2008, 2009 dan angkatan 2010. Kuesioner ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Bagian I : Biodata Responden. 2) Bagian II: Faktor-Faktor Yang Memicu Terjadinya Korupsi. Pada bagian I, penulis akan menanyakan identitas reponden, yaitu jenis kelamin, responden merupakan angkatan ke berapa, peminatan responden, seberapa sering mahasiswa menghadiri atau mengikuti mata kuliah, apakah mereka pernah mendegar tentang fraud, apakah mereka sudah memperoleh mata kuliah Audit atas Kecurangan, apakah mereka mengetahui jenis-jenis fraud. Pertanyaan ini bersifat tertutup di mana responden diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Pada bagian II, penulis akan menanyakan bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi terhadap faktor-fraktor yang memicu terjadinya Korupsi. Kuesioner pada bagian II ini akan diukur dengan menggunakan rating scale dari skala 1 sampai 4. Hal ini dilakukan dengan maksud agar jawaban responden tidak ambigu, sehingga jawaban responden akan lebih tepat mengarah ke atas atau ke bawah. Untuk pertanyaan bagian II terdiri menjadi beberapa bagian, yaitu faktor keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need) dan pengungkapan (exposure).
Variabel Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap Korupsi. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari empat, yaitu faktor serakah (greed), faktor kesempatan (opportunity), faktor kebutuhan (need), dan faktor pengungkapan (exposure). 1. Faktor Keserakahan (greed). Seseorang yang memiliki sifat serakah tentunya akan selalu merasa tidak puas terhadap segala sesuatu yang dimilikinya. Dan setiap manusia memiliki sifat ini, selalu merasa tidak puas. Seseorang yang selalu merasa tidak puas tentunya akan terdorong untuk melakukan segala sesuatu untuk mencapai rasa puas, termasuk melakukan korupsi. Faktor Keserakahan (greed) ini diuji dengan 4 (empat) butir pertanyaan, yaitu pelaku melakukan korupsi karena selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, gaya hidup mewah yang dijalani oleh pelaku, kebiasaan buruk pelaku tidak mau mengalah/ memiliki tingkat persaingan yang terlalu tinggi, serta karena sifat tamak/ serakah pelaku. 2. Faktor Kesempatan (opportunity). Pengendalian internal perusahaan yang lemah atau bahkan tidak ada di dalam suatu organisasi serta orang terlalu lama menduduki suatu posisi akan memunculkan adanya peluang untuk melakukan kecurangan termasuk korupsi. Para pejabat banyak melakukan korupsi karena adanya kesempatan untuk mengumpulkan harta kekayaan andaikata mereka sudah tidak menjabat lagi di kemudian hari (Loqman, 2006). Faktor Kesempatan (opportunity) akan diuji dengan 7 (tujuh) butir pertanyaan mengenai alasan pelaku melakukan korupsi, antara lain karena memiliki keahlian/ ketrampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kecurangan tersebut, tidak adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas, pelaku mendapat kepercayaan yang lebih dari atasannya, ada perubahan kondisi lingkungan kerja yang baru, sistem pertanggungjawaban atas pekerjaan yang kurang memadai, birokrasi yang panjang dan berbelitbelit, serta lemahnya sistem pengendalian dalam suatu organisasi. 3. Faktor Kebutuhan (need). Faktor kebutuhan terkait dengan kebutuhan ekonomi dan non-ekonomi. Seseorang yang memiliki masalah dalam ekonomi atau sosial biasanya akan lebih terdorong untuk
4.
melakukan korupsi untuk memenuhi kebutuhannya. Darwis (2010) juga menyebutkan bahwa salah satu faktor internal yang dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi karena adanya dorongan kebutuhan hidup yang mendesak. Faktor Kebutuhan (need) diuji dengan 5 (lima) butir pertanyaan mengenai pelaku melakukan korupsi karena pelaku merasa tidak pantas atas imbalan yang diperolehnya, pelaku memiliki hutang yang menumpuk, pelaku merasa penghasilannya kurang mencukupi kebutuhan hidup yang wajar, adanya kebutuhan yang mendesak, dan karena ingin mendapatkan imbalan yang besar untuk mencapai target. Faktor Pengungkapan (exposure). Faktor pengungkapan berkaitan dengan kemungkinan apakah fraud dapat diungkap atau tidak, sifat serta luasnya hukuman terhadap pelaku fraud. Semakin banyaknya kasus yang terungkap maka tindak kecurangan termasuk korupsi juga akan semakin kecil atau menurun, begitu juga sebaliknya. Novianto, K (2006) mengatakan bahawa untuk memberantas korupsi maka dibutuhkan strategi politik yang efektif seperti perumusan ulang sistem birokrasi, reformasi birokrasi untuk mempersempit kemungkinan terjadinya korupsi, serta dengan adanya hukum yang tegas maka akan menimbulkan efek jera. Selain itu KPK mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan korupsi dikarenakan konsekuensi bila seseorang tertangkap karena melakukan korupsi lebih rendah atau kecil daripada keuntungan dari tindakan korupsi. Semakin keras atau berat hukuman yang akan diterima maka semakin kecil kemungkinan untuk melakukan fraud. Faktor Pengungkapan (exposure) akan diuji dengan 7 (tujuh) butir pertanyaan, yaitu manajemen yang tidak transparan/ cenderung menutupi fraud di dalam suatu organisasi, hukum, peraturan dan perundang-undangan yang tidak jelas, ringannya sanksi yang diberikan, penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu, lemahnya pengawasan dari lembaga/ institusi terkait, lembaga/ institusi pengawas yang tidak independen, serta lembaga peradilan tidak independen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya menyebabkan seseorang melakukan korupsi.
Pengujian Validitas, Realibilitas dan Normalitas Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah alat yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner valid atau tidak. Kuesioner dikatakan valid apabila kuesioner yang disebarkan kepada responden tersebut mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh peneliti melalui kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan atau indikator dikatakan valid bila r hitung > r tabel, sebaliknya bila r hitung < r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan tidak valid. Suatu kuesioner dikatakan handal atau reliabel bila jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau relatif sama dari waktu ke waktu. (Sunyoto, h.67). Dalam pengukuran reliabilitas, penulis hanya sekali menyebarkan kuesioner kepada responden yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Suatu variabel atau konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,6. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi dengan normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terdistribusi dengan normal, di mana penyebaran data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dan data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian dan tabel dengan bantuan komputer SPSS (Statistical Package For Social Science).
HASIL DAN BAHASAN Gambaran Responden Penelitian Sebanyak 389 kuesioner disebarkan kepada responden, di mana 31 kuesioner disebarkan kepada mahasiswa akuntansi angkatan 2008 sampai angkatan 2010 dan sebanyak 358 kuesioner disebar kepada mahasiswa non akuntansi angkatan 2008 sampai 2010. Gambaran Umum Responden disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Gambaran Umum Responden Demografi Mahasiswa Akuntansi Demografi Mahasiswa Non Akuntansi Keterangan Jumlah Persentase Keterangan Jumlah Persentase Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pria 8 25.81 % Pria 159 44.41 % Wanita 23 74.19 % Wanita 199 55.59 %
Jumlah Umur 18 – 20 tahun 21 - 23 tahun Jumlah Angkatan 2008 2009 2010 Jumlah Pekerjaan Orang Tua Karyawan Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Lain-lain Jumlah Bidang Profesi Pekerjaan Orang Tua Keuangan Hukum Kesehatan Pendidikan Lain-lain Jumlah Pendapatan Orang Tua > Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 - 10.000.000 Rp 10.000.000 - 15.000.000 Rp 15.000.000 - 20.000.000 < Rp 20.000.000 Jumlah
31
100 %
13 18 31
41.94 % 58.06 % 100 %
9 11 11 31
29.04 % 35.48 % 35.48 % 100 %
5 1 22 3 31
16.13 % 3.22 % 70.97 % 9.68 % 100 %
7 0 2 0 22 31
22.58 % 0% 6.45 % 0% 70.97 % 100 %
12 17 0 1 1 31
38.70 % 54.84 % 0% 3.23 % 3.23 % 100 %
Jumlah Umur 18 – 20 tahun 21 - 23 tahun Jumlah Angkatan 2008 2009 2010 Jumlah Pekerjaan Orang Tua Karyawan Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Lain-lain Jumlah Bidang Profesi Pekerjaan Orang Tua Keuangan Hukum Kesehatan Pendidikan Lain-lain Jumlah Pendapatan Orang Tua > Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 - 10.000.000 Rp 10.000.000 - 15.000.000 Rp 15.000.000 - 20.000.000 < Rp 20.000.000 Jumlah
31
100 %
175 183 31
48.88 % 51.12 % 100 %
114 118 126 31
31.84 % 32.96 % 35.20 % 100 %
89 35 217 17 31
24.86 % 9.78 % 60.61 % 4.75 % 100 %
82 5 13 23 235 31
22.91 % 1.40 % 3.63 % 6.42 % 65.64 % 100 %
106 133 70 20 29 31
29.61 % 37.15 % 19.55 % 5.59 % 8.10 % 100 %
Statistik Deskriptif Tabel 3 menggambarkan deskripsi variabel-variabel dalam penelitian ini secara statistik. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel pertama, keserakahan (greed) dengan jumlah data (N) sebanyak 389 mempunyai nilai skor minimum 1 dan nilai maksimum 4, nilai mean sebesar 3.3985 dan standar deviasi sebesar 0.47452. Pada variabel kedua, kesempatan (opportunity) memperlihatkan bahwa nilai skor minimum adalah 1, skor maksimum adalah 4, nilai mean sebesar 2.9789 dan standar deviasi sebesar 0.48243. Pada variabel ketiga, Kebutuhan (need) skor minimum adalah 1, skor maksimum adalah 4, nilai mean sebesar 2.7697 dan standar deviasi sebesar 0.68021. Pada variabel keempat, pengungkapan (exposure) nilai skor minimum adalah 1.29, skor maksimum adalah 4, nilai mean sebesar 3.3299 dan standar deviasi sebesar 0.51481. Pada variabel kelima, korupsi nilai skor minimum adalah 2, skor maksimum adalah 4, nilai mean sebesar 3.4685, dan standar deviasi sebesar 0.35883. Hal ini berarti bahwa menurut persepsi responden variabel pengungkapan (exposure) menjadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya korupsi. Ini menunjukkan bahwa pengungkapan (exposure) disebabkan karena hukum, peraturan dan perundang-undangan yang tidak jelas, ringannya sanksi yang diberikan, penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta semakin tertutup/ tidak transparannya suatu organisasi maupaun lembaga-lembaga pengawas terkait mendukung terjadinya tindak korupsi.
Keserakahan Kesempatan Kebutuhan Pengungkapan
N 389 389 389 389
Tabel 3 Statistik Deskriptif Minimum Maximum 1 4 1 4 1 4 1.29 4
Mean 3.3985 2.9789 2.7697 3.3299
Std. Deviation 0.47452 0.48243 0.68021 0.51481
Korupsi
389
2
4
3.4685
0.35883
Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting diketahui karena berkaitan dengan ketepatan pemilihan teknik uji yang akan dilakukan. Uji normalitas pada penelitian ini dengan cara mencari rata-rata dari seluruh variabel berdasarkan jurusan akuntansi dan jurusan non akuntansi. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi (Sig) lebih besar (>) dari nilai α (alpha) 0.05.
Tabel 4 Output Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Persepsi Mahasiswa Test of Normality Kologorov-Smirnov a Statistic df Sig. Persepsi Mahasiswa Akuntansi .131 31 .191 Persepsi Mahasiswa Non Akuntansi .038 358 .200* a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Dari output di atas dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk seluruh variabel menurut persepsi dari responden sebanyak 31 mahasiswa akuntansi terhadap korupsi sebesar 0.191. Dan nilai signifikansi untuk seluruh variabel menurut persepsi dari responden sebanyak 358 mahasiswa non akuntansi terhadap korupsi sebesar 0.200. Karena signfikansi untuk seluruh variabel menurut persepsi mahasiswa non akuntansi terhadap korupsi lebih besar daripada 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data untuk seluruh variabel (keserakahan, kesempatan, kebutuhan, pengungkapan, dan korupsi) dapat dikatakan sebagai data normal. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varian untuk semua pengamatan/ observasi dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah bila terjadi homokedatisitas, dengan kata lain terjadi kesamaan varian. Apabila ditemukan kesamaan varian (homoskedastisitas) maka model regresi layak digunakan dalam penelitian. Dasar pengambilan keputusan adalah jika titik-titik (point-point) membentuk pola tertentu, maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika titik-titik (point-point) menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka telah terjadi homoskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS versi 17.00 sebagai berikut.
Gambar 1 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil scatterplot tersebut, terihat bahwa titik –titik menyebar secara acak, baik di bagian atas angka nol dan di bagian bawah angka nol dari sumbu vertikal atau sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena tidak terjadi heteroskedastisitas maka model regresi ganda layak digunakan dalam penelitian ini. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terdapat autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan besaran Durbin-Watson sebagai dasar analisis data. Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2), maka terjadi autokorelasi positif, Jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 < DW < +2), maka tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW di atas +2 (DW > +2), maka terjadi autokorelasi negatif. Hasil yang diperoleh untuk nilai Durbin Watson adalah 1.520 dan berdasarkan ketentuan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas pada model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat korelasi di antara variabel bebas (independen). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflating Factor). Karena nilai VIF untuk semua variabel independen kurang dari 10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas di antara variabel bebas seperti pada tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Colinearity Statistics Independen Tolerance VIF Keserakahan .806 1.240 Kesempatan .668 1.497 Kebutuhan .863 1.159 Pengungkapan .727 1.376
Pengujian dan Pembahasan Hipotesis Penelitian ini menguji lima hipotesis untuk melihat pengaruh keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan memicu terjadinya korupsi, serta untuk melihat apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi. Hipotesis 1 sampai 4 diuji dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda (multiple regression), dan untuk hipotesis 5 diuji dengan menggunakan model analisis independent sample t test. Pengujian dilakukan dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 17. Penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95% yang berarti α yang digunakan sebesar 0.05. Hal tersebut menunjukkan jika nilai Sig < 0.05 berarti variabel independen berepengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Regresi Linear Berganda (Muliple Regression) Dari hasil pengujian menggunakan regresi linear berganda (multiple linear regression) menunjukkan bahwa keserakahan (greed), faktor kesempatan (opportunity), faktor kebutuhan (need), dan faktor pengungkapan (exposure) secara signifikan memicu terjadinya korupsi, karena nilai signifikansi untuk hipotesis 1 sampai 4 kurang dari 0.05 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Model
Tabel 6 Model Regresi Linear Berganda (Multiple Regression) Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Sig.
(Constant) Keserakahan Kesempatan Kebutuhan Pengungkapan
1.505 .121 .162 .093 .245
.107 .029 .031 .019 .028
.170 .233 .188 .375
14.067 4.206 5.238 4.800 8.809
.000 .000 .000 .000 .000
Dari tabel di atas maka didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1.505 + 0.121 X1 + 0.162 X2 + 0.093 X3 + 0.245 X4 Di mana: Y = korupsi X1 = keserakahan (greed) X2 = kesempatan (opportunity) X3 = kebutuhan (need) X4 = pengungkapan (exposure) Berdasarkan persamaan regresi di atas maka dapat dijelaskan bahwa (1) konstanta sebesar 1.505 yang berarti jika keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan bernilai 0, maka korupsi bernilai 1.505. (2) Koefisien regresi variabel keserakahan (greed) sebesar 0.121 memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan pada satu nilai sensitifitas dari keserakahan (greed) maka tindakan korupsi juga akan mengalami kenaikan sebesar 12.1% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Keserakahan secara parsial mempunya nilai Sig 0.000 (lebih kecil dari α = 5%). Ini berarti secara parsial variabel keserakahan (X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan korupsi. Hasil ini mendukung hipotesis pertama (Ha1) yang diajukan. (3) Koefisien regresi variabel kesempatan (opportunity) sebesar 0.162 memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan pada satu nilai sensitifitas dari kesempatan (opportunity) maka tindakan korupsi juga akan mengalami kenaikan sebesar 16.2% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Kesempatan secara parsial mempunya nilai Sig 0.000 (lebih kecil dari α= 5%). Ini berarti secara parsial variabel kesempatan (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan korupsi. Hasil ini mendukung hipotesis kedua (Ha2) yang diajukan. (4) Koefisien regresi variabel kebutuhan (need) sebesar 0.093 memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan pada satu nilai sensitifitas dari kebutuhan (need) maka tindakan korupsi juga akan mengalami kenaikan sebesar 9.3% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Kebutuhan secara parsial mempunya nilai Sig 0.000 (lebih kecil dari α= 5%). Ini berarti secara parsial variabel kebutuhan (X3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan korupsi. Hasil ini mendukung hipotesis ketiga (Ha3) yang diajukan. (5) Koefisien regresi variabel pengungkapan (exposure) sebesar 0.245 memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan pada satu nilai sensitifitas dari pengungkapan (exposure) maka tindakan korupsi juga akan mengalami kenaikan sebesar 24.5% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Pengungkapan secara parsial mempunya nilai Sig 0.000 (lebih kecil dari α = 5%). Ini berarti secara parsial variabel pengungkapan (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan korupsi. Hasil ini mendukung hipotesis keempat (Ha4) yang diajukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need), dan pengungkapan (exposure) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap korupsi. (lihat tabel 6 dan7)
Tabel 7 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda (Multiple Regression) Hipotesis Sig tanda Alpha Keputusan Faktor Serakah (Greed) memicu terjadinya 0.000 < 0.05 Ha1 diterima/ H01 ditolak tindakan korupsi Faktor Kesempatan (Opportunity) memicu 0.000 < 0.05 Ha2 diterima/ H02 ditolak terjadinya tindakan korupsi Faktor Kebutuhan (Need) memicu terjadinya 0.000 < 0.05 Ha3 diterima/ H03 ditolak tindakan korupsi Faktor Pengungkapan (Exposure) memicu 0.000 < 0.05 Ha4 diterima/ H04 ditolak terjadinya tindakan korupsi
Tabel Kofisien Determinan Regresi Berganda menunjukkan nilai R atau koefisien korelasi sebesar 0.702 atau 70.2% dan nilai R square atau koefisien determinan sebesar 0.493 atau 49.3% dengan nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan variabel independen terhadap variabel dependen kuat yaitu sebesar 70.2%. Selain itu, karena nilai R square atau koefisien determinan sebesar 49.3%, maka itu berarti variabel keserakahan (greed) memicu terjadinya korupsi sebesar 49.3% dan sisanya sebesar (100% -
49.3%) = 50.7% disebabkan atau dipicu oleh variabel atau faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi ini. Hasil ini memiliki arti bahwa keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need) dan pengungkapan (exposure) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap korupsi. (lihat tabel 8)
Tabel 8 Kofisien Determinan Regresi Berganda Model R R Square 1 .702a .493
Independent Sample T Test Pengujian hipotesis menggunakan Independent Samples T Test untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda (independen). Dalam penelitian ini Independent Samples T Test digunakan yang diolah dengan program SPSS versi 17.00 menguji dan mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dengan mahasiswa jurusan non akuntansi.
Tabel 9 Hasil Pengujian Independent Samples T Test Levene’s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
Persepsi
Equal variances assumed
F
Sig.
t
.548
.460
1.556
1.407
Equal variances not assumed
Mean Difference
Std. Error Difference
387
Sig. (2tailed) .120
.10239
.06579
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -.02696 .23174
34.215
.168
.10239
.07277
-.04546
df
.25024
Berdasarkan tabel di atas hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan bahwa untuk Hipotesis 5 nilai Sig (probabilitas) > α (alpha) yaitu 0.460 lebih besar dari (>) alpha 0.05. Karena probabilitas uji varians 0.460 > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Tabel 4.27 juga menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) > α (2tailed) yaitu (0.120/2=0.06) lebih besar dari alpha (0.05/2 = 0.025). Karena probabilitas uji dua sisi 0.06 > 0.025 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dan berdasarkan dasar pengambilan keputusan, maka H05 diterima dan Ha5 ditolak. Sehingga hasil dari uji hipotesis kelima memiliki arti bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dengan mahasiswa jurusan non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009, dan 2010 terhadap korupsi dan kedua rata-rata (mean) persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi adalah identik atau sama.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan model regresi linear berganda untuk hipotesis 1 sampai 4 diterima, yaitu faktor keserakahan (greed), faktor kesempatan (opportunity), faktor kebutuhan (need), faktor pengungkapan (exposure) memicu terjadinya korupsi. Hal ini dilihat dari nilai Sig untuk semua variabel kurang dari 0.05 dengan tingkat pengaruh masing-masing 12.1% untuk keserakahan (greed),
2.
3. 4.
5.
16.2% untuk kesempatan (opportunity), 9.3% untuk kebutuhan (need), dan 24.5% untuk pengungkapan (exposure). Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan model regresi linear berganda, nilai koefisien determinan atau R square sebesar 0.493 dan nilai Sig semua variabel kurang dari 0.05. Itu berarti faktor keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need), dan pengungkapan (exposure) secara signifikan memicu terjadinya korupsi sebesar 49.3% dan sisanya 50.7% disebabkan atau dipicu oleh faktor lain. Dari persepsi mahasiswa diketahui bahwa faktor pengungkapan (exposure) merupakan faktor yang paling besar memiliki pengaruh atau memicu terjadinya korupsi. Mahasiswa telah memiliki persepsi yang baik mengenai korupsi, khususnya mengenai faktor-faktor yang memicu terjadinya korupsi. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata jawaban responden yang cukup tinggi. Berdasarkan uji Independent Simple Test, tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan Akuntansi dan non Akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap korupsi. Hal ini karena nilai Sig lebih besar daripada nilai α.
Saran Berdasarkan simpulan dan keterbatasan-keterbatasan yang ada maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Memperluas objek penelitian (responden) tidak hanya dari Universitas Bina Nusantara saja dan disertai dengan perbandingan dari berbagai universitas lain juga. 2. Disarankan peneliti selanjutnya dapat memperoleh jumlah populasi dan sampel untuk setiap angkatan dan setiap jurusan sehingga jumlah sampel dapat lebih representatif, dan agar Universitas Bina Nusantara mempermudah perolehan data sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik dan representatif. 3. Disarankan peneliti selanjutnya tidak hanya menggunakan pertanyaan tertutup untuk kuesioner, tetapi juga menambah dengan pertanyaan terbuka dan melakukan wawancara sehingga hasil yang didapat lebih akurat. 4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu untuk menambahkan faktor-faktor lain yang dapat memicu terjadinya korupsi. 5. Disarankan agar Universitas Bina Nusantara dapat menanamkan nilai-nilai etika sehingga mahasiswa selalu menjunjung tinggi kejujuran dan memiliki integritas yang tinggi dan tidak akan melakukan tindak kecurangan (fraud), baik itu Fraudulent Financial Statement, Misappropriation Asset maupun korupsi di kemudian hari. 6. Disarankan agar Universitas Bina Nusantara melakukan pengembangan mata kuliah Character Building. 7. Disarankan agar Universitas Bina Nusantara lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa bahwa korupsi adalah perbuatan yang tidak baik, sehingga mahasiwa Universitas Bina Nusantara tidak akan melakukan korupsi.
REFERENSI Corruption Perceptions Index. (2011). Corruption Perceptions Index 2011. http://cpi.transparency.org/cpi2011/results/. Diakses tanggal 19 Maret 2012. Darwis, A. (2010). Peranan komisi pemberantasan korupsi (KPK) dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Tesis S1, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta. Elliza, I. M. (2009). Opini Siswa SMA Terhadap Citra KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Siswa Siswa Negeri 3 Medan Terhadap Citra KPK/ Komisi Pemeberantasan Korupsi). Tesis S1, Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14836. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012. Hafil, M. (2012). KPK Teliti Proses Penggunaan Anggaran di DPR. http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/03/12/m0rbpk-kpk-teliti-proses-penggunaananggaran-di-dpr. Diakses tanggal 19 Maret 2012. Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen (edisi pertama). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. KPK. (n.d). Fungsi dan Tugas. http://www.kpk.go.id/modules/edito/content.php?id=2. Diakses tanggal 19 Maret 2012.
______.
(n.d). Ketentuan Pengaduan Masyarakat. http://www.kpk.go.id/modules/edito/content_pengaduan.php?id=30. Diakses tanggal 19 Maret 2012. ______. (n.d). Putusan Pengadilan Januari 2012. http://acch.kpk.go.id/pnd_pp_januari-2012. Diakses tanggal 20 Maret 2012. Loqman, L. (2006). Optimalisasi Undang-Undang terhadap Pemberantasan Korupsi. Jurnal Reformasi Ekonomi, 7 (1): 13-22. Luna, D. M. (2006). Memerangi Korupsi dan Membela Integritas: Sebuah Tanggung Jawab Bersama Berdasarkan Pencegahan dan Transparansi. Jurnal Reformasi Ekonomi, 7 (1): 53-60. Luth, H. N., & Fernandez, D.. (2006). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XII IPS. Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega. Maheka, A. (2006). Mengenali & Memberantas Korupsi. Jakarta: Komisis Pemberantasan Korupsi. Mayasari (2011). Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-faktor Yang Membedakan Pemilihan Karir Sebagai Akuntan. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Musryadi. (2010). Persepsi Mahasiswa Terhadap Fraud (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Hasanuddin). Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Prasetyo, H. (2010). Polisi Korupsi, Kriminal Tinggi. http://nasional.kompas.com/read/2010/06/30/13183324/polisi.korupsi.kriminal.tinggi. Diakses tanggal 19 Maret 2012. Rachami, J. (2006). Korupsi yang Melembaga: Alat Tata Laksana Pemerintahan di Timur Tengah dan Afrika Utara? Jurnal Reformasi Ekonomi, 7 (1): 75-82. Semma, M. (2008). Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manuisa Indonesia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Siregar, M. (2010). Peranan Audit Internal Suatu Perusahaan Dalam Mengatasi dan Mengungkapkan Terjadinya Praktek Kecurangan Pada PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan. Tesis S1, Universitas Sumatera Utara, Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19376. Diakses pada tanggal 13 Maret 2012. Sudarmo, Sawardi, T., & Yulianto, A. (2008). Fraud Auditing (edisi 5). Jakarta: Pusdiklatwas BPKP. Sukanto, E. (2007). Perbandingan Persepsi Antara Kelompok Auditor Internal, Akuntan Publik, dan Auditor Pemerintah Terhadap Penugasan Audit Kecurangan (Fraud Audit) dan Profil Auditor Kecurangan (Fraud Auditor). Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/17373/. Diakses pada tanggal 04 April 2012. Sulistyowati, F. (2007). Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap Perspsi Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 11(1): 4764. Sunyoto, D. (2011). Analisa Regresi dan Uji Hipotesis. Jakarta: CAPS. Wikipedia Foundation, Inc. (2012). Korupsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi. Diakses tanggal 19 Maret 2012. Yeni (2011). Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Bina Nusantara Terhadap Fraudulent Financial Statement. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
RIWAYAT PENULIS Vallensia lahir di kota Palembang pada tanggal 06 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2012.