PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNG PERGURUAN TINGGI
Oleh: Sri Ulina Ginting, S. Sos NIP. 19760606 200112 2 001
POLITEKNIK NEGERI MEDAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNG PERGURUAN TINGGI. Perpustakaan sebagai system informasi yang didalamnya terdapat kegiatan pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, penyajian serta penyebar informasi. Perpustakaan harus dapat mencapai tujuan tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat). Perpustakaan harus memiliki misi serta kebijakan dalam mencapai tujuan tri dharma perguruan tinggi dengan cara meyediakan koleksi bahan pustaka yang lengkap dan mutakhir dan berkualitas tinggi, tenaga pustakawan yang professional serta sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di perguruan tinggi Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 24 Agustus 2015 Penulis
Sri Ulina Ginting, S.Sos
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………… i
……………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………… 1 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
……………………………………………………………………………………….. 1
……………………………………………………………………………………………………. 2
BAB II PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNG PERGURUAN TINGGI
…………………. 3
2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi ………………………………………………………………... 3 2.1.1 Hakikat Perpustakaan Perguruan Tinggi ……….……………………………………….. 3 2.1.2 Organisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi……………………………………………… 4 2.2 Kinerja Pustakawan dalam Layanan
…………………………………………………… 5
2.3 Kode Etik Pustakawan ………………………………………………………………………………. 5 2.4 Upaya Peningkatan Minat Baca ………………………………………………………………… 6 2.5 Hakikat Perpustakaan sebagai Jantung Perguruan Tinggi ………………………….. 7 2.6 Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai Jantung Perguruan Tinggi …………... 8 BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………….. 11 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………… 12
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Dunia pendidikan tinggi saat ini mengalami perubahan, apabila dulu perkuliahan hanya dilakukan di ruang kuliah. Mahasiswa hanya bersifat menunggu dan menerima materi kuliah dari staf pengajar (dosen). Metode pendidikan seperti ini kita kenal dengan metode konvensional. Akan tetapi pada abad kini, mahasiswa dituntut untuk dapat belajar mandiri, dan harus dapat memenuhi sendiri materi kuliahnya dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang disediakan oleh perguruan tinggi. Staf pengajar (dosen) dan mahasiswa dituntut untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Metode pembelajaran seperti ini menuntut kebutuhan terhadap keberadaan suatu perpustakaan menjadi penting dan wajib ada di lingkungan perguruan tinggi. Kebutuhan terhadap perpustakaan merupakan kebutuhan pokok bagi staf pengajar (dosen) dan mahasiswa untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang efisien. Hal ini penting, seiring terjadinyan transformasi pembelajaran dari metode konvensional ke pembelajaran yang bersifat mandiri. Transformasi pembelajaran ini menyebabkan kebutuhan yang lebih besar terhadap pelayanan perpustakaan. Perpustakaan harus mampu menjawab kebutuhan tersebut melalui pelayanan operasionalnya. Perpustakaan harus mampun menambahkan beberapa fungsi lebih lanjut dalam upaya menyediakan fasilitas untuk pembelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi bagi kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, perpustakaan harus diperkuat sehingga memiliki kapasitas yang memadai untuk mampu memberdayakan sivitas akademika melalui pelayanan yang disediakannya (Siregar, 2008). Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai perpustakaan akademik telah dan akan terus memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu perguruan tinggi. Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan memperoleh tempat utama dan sentral karena perpustakaan melayani semua fungsi perguruan tinggi. Untuk menjalankan fungsi tersebut, perpustakaan menyediakan pelayanan yang bersifat mendasar dan mutlak. Perpustakaan merupakan instrument dinamis pendidikan, bukan gudang buku yang dilengkapi dengan ruang baca. Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi keseluruhan program perguruan tinggi, dan tanpa itu berarti penundaan berfungsinya perguruan tinggi sebagai pusat pembelajaran dan penelitian (Siregar, 2008)
1
1.2.
Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan memahami peranan perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi serta aspek-aspek yang dibutuhkan perpustakaan untuk menjadi jantung perguruan tinggi yang ideal.
2
BAB II PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNG PERGURUAN TINGGI 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi Semua jenis perpustakaan merupakan suatu instansi yang memiliki proses kerja sama, yaitu memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Namun dalam perkembangannya setiap jenis perpustakaan memiliki definisi dan kriteria tertentu yang membedakannya dengan perpustakaan lain. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis perpustakaan yang telah dikategorikan. Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya yakni Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) (Sulistyo-Basuki, 1993). Menurut Noerhayati (1987), perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharmanya. Sementara itu menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi(1994), perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis (upt) perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan tridarma perguruan tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Yang dimaksud dengan perguruan tinggi di sini meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik dan pertguruan tinggi lain yang sederajat.
2.1.1 Hakikat Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi teknologi yang berada di perguruan tinggi. Perpustakaan harus dapat memainkan peran, khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan di perguruan tinggi. Untuk mencapai tujuan ini, perpustakaan harus menjalankam misi serta kebijakannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga pihak perguruan tinggi dapat mempersiapkan tenaga pustakawan yang handal, koleksi yang lengkap serta berkualitas, sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi merupakan tulang punggung suatu perpustakaan berkembang atau tidak, maka
3
diperlukan suatu kerjasama antara mahasiswa dan pustakawan. Perpustakaan harus menyiapkan informasi yang up to date serta akurat dan pengelola perpustakaan harus pula berpikir untuk mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pengguna. Beberapa tahun terakhir ini, dunia teks atau dunia buku mendapat tantangan dari temuan teknologi baru. Seiring dengan kemajuan IPTEK, perpustakaan pun dituntut untuk beradaptasi dengan kondisi ini. Perpustakaan pada era ini harus dapat menjadi salah satu pelaku perubahan(agen of change). Hal ini dikarenakan perpustakaan merupakan tempat berbagi informasi tersimpan di dalamnya dan disini pula sesungguhnya embrio intelektual tercipta. Perpustakaan perguruan tinggi sekarang ini juga harus bersifat nyata dan maya atau perpustakaan digital untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan tututan yang mengharuskan menggunakan teknologi informasi yang semakin canggih agar nilai perpustakaan tidak berkurang. Oleh karena itu perpustakaan perlahan, tapi pasti telah mulai beranjak dari sistem konvensional menuju sistem digital (Riyana, 2013). Perpustakaan memiliki peran penting di dunia pendidikan. Perpustakaan diibaratkan jantung, jika jantung lemah maka organ tubuh lainnya juga menjadi lemah. Jika perpustakaan lemah, akan berpengaruh berhadap institusi tempat perpustakaan bernaung. Sebaliknya jika jantung baik maka organ tubuh lainnya juga menjadi kuat. Demikian juga jika perpustakaan baik maka lembaga institusi tempatnya bernaung menjadi baik. Dengan kata lain perpustakaan dan lembaga pendidikan seperti dua sisi mata uang. Keduanya akan menjadi bernilai jika keduanya ada, demikian pula dengan informasi yang disediakan perpustakaan. Perpustakaan dengan informasinya tidak boleh dipisahkan sebab kekuatan perpustakaan berada pada informasiinformasi yang disediakannya kepada penggunanya.
2.1.2 Organisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Organisasi perpustakaan dibentuk agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Organisasi perpustakaan perguruan tinggi diharapkan dapat menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif, sehingga dapat mempengaruhi perilaku yang positif bagi peserta didik (mahasiswa). Saat ini, daya hidup semua organisasi sangat tergantung pada kekuatannya dalam pergulatan seleksi alam. Hanya organisasi yang adaptif terhadap perubahan zaman yang akan bertahan hidup. Adaptif berarti melakukan sebuah pembelajaran dan perbaikan yang berkesinambungan terhadap situasi dan perkembangan-perkembangan terbaru, sehingga menciptakan semangat belajar dan terus belajar dalam diri setiap individu dalam organisasi. Perpustakaan perguruan tinggi perlu membuat misi yang akan menjadi petunjuk serta penentu arah perjalanan organisasi. Misi ini harus dapat diterima, dipahami serta disadari 4
setiap saat dan dijadikan referensi utama yang membentuk keseluruhan arah dan perilaku organisasi. Selain misi, organisasi perpustakaan perlu juga membuat filosofi kerja yang akan membimbing organisasi dalam melakukan pelayananya. Filosofi kerja ini merupakan kerangka pikiran yang memberi ruang bagi semua tindakan yang dilakukan perpustakaan. 2.2 Kinerja Pustakawan dalam Layanan Untuk mencapai tujuan, perpustakaan perguruan tinggi perlu dikelola oleh pustakawan dengan tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap layanan. Pustakawan perguruan tinggi harus bersifat proaktif dan suka menolong. Mahasiswa yang kurang paham bagaimana cara mengakses sebuah koleksi akan diberikan suatu pembelajaran yang dilakukan seorang pustakawan maka pustakawan harus dekat dan akrab kepada para pemustaka (Riyana, 2013). Pustakawan adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan serta memerlukan variable-variabel, pengembangan pengetahuan, penyediaan sarana/institusi, asosiasi dan pengakuan oleh masyarakat. Untuk mengantisipasi konflik dan mengarahkan perkembangan bidang maka lahirlah etika profesi yang lebih dikenal dengan kode etik. Kode etik disusun oleh organisasi profesi maka keberadaan kode etik dapat dikaitkan dengan keberadaan organisasi. Pengembangan suatu profesi dipengaruhi oleh faktor-faktor social, budaya, ilmu dan teknologi.
2.3. Kode Etik Pustakawan Kode etik tidak terlepas dari organisasi pembuatnya. Kode etik berada dalam wilayah organisasi yang memiliki anggota yang berperan untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Pelaksanaan terhadap nilai-nilai oleh anggota organisasi yang diawali pemahaman ini disebut sebagai budaya organisasi.
Nilai-nilai Kode Etik Pustakawan Nilai-nilai adalah kesadaran tertinggi individu yang merupakan seperangkat konsep yang hidup di dalam pikiran individu manusia dalam satu kelompok, yang dianggap bernilai dan berharga sehingga menjadi pedoman hidup. Kode etik merupakan hasil pemikiran pustakawan yang tergabung dalam suatu organisasi profesi (IPI). Hasil pemikiran ini dijadikan pedoman sikap tingkah laku dalam melaksanakan tugas profesinya. Kode etik memililki nilai-nilai yang telah disepakati oleh anggota profesi dan disosialisasikan kepada pustakawan untuk dipahami dan dilaksanakan.
5
Usaha/tindak implementasi Usaha adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan sesuatu yang telah direncanakan, Implementasi adalah menindaklanjuti suatu rencana ke dalam suatu tindakan.
2.4. Upaya Peningkatan Minat Baca Perpustakaan memiliki peran dalam meningkatkan upaya membaca literasi informasi, mengembangkan mahasiswa supaya dapat belajar secara mandiri. Tidak mudah menjadikan seseorang atau masyarakat gemar membaca karena masyarakat telah terbiasa menonton. Upaya paling baik untuk meningkatkan budaya baca adalah yang bersifat edukatif yang tentu konsekuensinya sangat melelahkan . Usaha ini harus dilakukan secara berkesinambungan (dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi). Untuk mengubah keadaan individu maupun bangsa, hal pertama yang harus diubah adalah pikirannya. Dengan kaidah seperti ini kita dapat menjelaskan berbagai macap fenomena kehidupan, seperti kegagalan, kemajuan, kebodohan dan kemiskinan. Seseorang dapat memiliki pikiran, ide, dan gagasan apabila banyak informasi yang masuk kedalam benaknya. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin besar pikiran-pikirannya, semakin cemerlang gagasangagasannya,semakin kreatif dan semakin berharga pula ide-idenya. Dan instrument utama untuk menyerap informasi adalah membaca. Kalau kita menganggap bahwa kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan adalah sebuah lingkaran setan maka usaha untuk memotong lingkaran setan tersebut adalah membaca (Riyana, 2013) Membangun budaya baca, bukan sekedar menyediakan buku atau ruang baca, melainkan juga membangun pemikiran, perilaku dan budaya dari generasi yang tidak suka membaca menjadi generasi yang suka membaca. Menurut Natadjumena, 2006, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca yaitu: 1. Faktor Kultural Berkaitan dengan mentalisasi atau kepribadian masyarakat Indonesia, yang oleh seorang budayawan disebut dengan bangsa layak jajah, pribadi yang ingin cepat meraih sukses tanpa melihat proses, lisan lebih dominan daripada tulisan, kemiskinan atau rendahnya daya beli, kurikulum yang kurang mendukung budaya baca, dan daya dukung infrastruktur (perpustakaan, taman baca) yang kurang.
6
2. Faktor Struktural Kurangnya kemauan politik dari pemerintah untuk sunggung-sungguh meningkatkan minat baca masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari anggaran APBN maupun APBD untuk perpustakaan dan peningkatan minat baca.
Menurut Natadjumena, 2006, untuk mengatasi minat baca dan lebih lanjut ke masalah literasi informasi dapat digunakan tiga macam strategi yaitu: 1. Strategi kekuasaan (Power Strategy) Hanya dapat dilakukan oleh pemerintahan. Dengan kewenangan dapat menginstruksikan bahkan melakukan mobilisasi structural dari tingkat presiden sampai dengan struktrural paling bawah. Misalnya dengan mengeluarkannya PP, Kepres sampai perda tentang peningkatan minat baca. 2. Stategi Persuasif (Persuasif Strategy) Menggunakan media massa adalah sebuah keniscayaan atau memiliki peran yang sangat besar. Karena pada umumnya strategi persuasif dijalankan melalui pembentukan opini public dan pandangan masyarakat yang tidak lain melalui media massa baik buku, Koran, majalah, tv ataupun internet. 3. Strategi Normatif-Reduktif(Normative-Reeducative Strategy) Berarti bahwa normatif adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Posisi norma-norma social dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah diakui secara luas oleh hamper semua ilmuan sosial. Norma masyarakat melalui pendidikan. Oleh karena itu strategi normatif ini umumnya digandengkan dengan upaya reeducation (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti pradigma berpikir masyarakat yang lama dengan masyarakat yang baru.
2.5. Hakikat Perpustakaan Sebagai Jantung Perguruan Tinggi Menurut fungsinya, perpustakaan adalah tempat menyediakan berbagai informasi, baik yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, politik dan informasi lainnya. Dikatakan perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi dikarenakan perpustakaan memegang penaran penting di dunia pendidikan. Perpustakaan merupakan pusat pendidikan dan peningkatan kualitas diri. Perpustakaan memiliki kekuatan sebagai penggerak untuk pembelajaran yang lebih efektif dan dinamis, baik untuk perorangan (individu) maupun kelompok. Pada perguruan tinggi, perpustakaan memiliki peran yang vital sebagai sumber daya materi untuk penelitian dan membaca atau tempat belajar mengajar yang kondusif. Seluruh kegiatan dan pelayanan yang dilakukan oleh perpustakaan haruslah pelayanan yang baik dan
7
prima. Jika perpustakaan diibaratkan sebagai jantung, maka kegiatan dan pelayanan yang dilakukan adalah nyawa. Jantung tidak akan berdenyut, bila nyawa tidak ada. Oleh sebab itu seluruh kegiatan dan pelayanan yang diberikan perpustakaan hendaknya dibuat untuk menarik minat mahasiswa pada bahan bacaan serta meningkatkan minat baca mahasiswa. Indikator keberhasilan sebuah kegiatan perpustakaan adalah meningkatnya tingkat kunjungan ke perpustakaan serta meningkatnya minat baca dan kebiasaan membaca (reading habbit) para pengguna perpustakaan. Menawarkan sebuah perpustakaan beserta seluruh kegiatannya kepada civitas akademika harus seperti mempromosikan sebuah produk dalam dunia bisnis. Prinsip-prinsip pemasaran dapat dipraktekkan di perpustakaan. Kepala perpustakaan berperan sebagai seorang chief exsecutive officer (CEO), seluruh pustakawan berperan sebagai seorang tenaga pemasaran.
2.6. Perpustakaan Perguruan Tinggi Sebagai Jantung Perguruan Tinggi Perpustakaan adalah jantung perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang bagus harus memiliki perpustakaan yang bagus. Sebagai sebuah jantung, perpustakaan mampu menggerakkan dan memberi support bagi proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Perpustakaan tidak hanya menunjang kegiatan pendidikan, tetapi perpustakaan juga berperan menjadi pusat informasi (the source information). Perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi, memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan (Mulyawati, 2012), yaitu: 1. Bahan Pustaka Buku adalah bahan pustaka yang paling umum dimiliki oleh perpustakaan di Indonesia. Buku yang dibutuhkan di perpustakaan bukan sekedar berjumlah banyak, tetapi yang penting adalah kualitas buku tersebut. Jenis bahan pustaka yang lain yang perlu ada di perpustakaan adalah kamus, ensiklopedi, atlas, surat kabar, majalah dan jurnal ilmiah. Keberagaman ini dikarenakan jenis informasi yang terdapat dalam bahan pustaka. Buku lebih memiliki kedalaman pembahasan terhadap suatu masalah dibandingkan dengan majalah ataupun surat kabar. Majalah ataupun surat kabar lebih cepat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan selalu up to date. Memang ensiklopedi tidak semendalam buku ataupun semutakhir surat kabar atau majalah, namun tetap menjadi rujukan karena keluasan informasinya. Perbedaan ini bukan membingungkan perpustakaan perguruan tinggi dalam pengadaan bahan pustaka, namun justru sebalilknya. Bahan pustaka yang beragam ini sebaiknya dipertimbangkan karena adanya perbedaan kebutuhan pengguna. Ada pengguna yang 8
hanya membutuhkan informasi terbaru, ada yang membutuhkan pengetahuan sekilas mengenai banyak hal dan ada yang membutuhkan riset mendalam. 2. Internet Internet (interconnected-networking) ialah system global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Manakala internet (huruf T besar) ialah sistem computer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protocol pertukaran paket (packet switching communic). Hal ini tentu membantu bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar di kampus. Mereka dapat mengakses informasi yang tak terbatai sesuai yang mereka inginkan. 3. Gedung (Ruangan) Ruangan perpustakaan hendaknya luas untuk menyimpan bahan pustak, maupun untuk bekerja para pustakawan itu sendiri. 4. Sumber Daya Manusia Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan cara memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi, informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Perpustakaan sebagai inti dari setiap program pendidikan, pengajaran, penelitian (the heart of the educational programs) sangat membutuhkan tangan-tangan yang professional agar perpustakaan dapat difungsikan secara optimal. Perpustakaan mempunyai fungsi utama memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian layanan kepada masyarakat. Layanan kepada masyarakat itu dapat berupa: 1. Pelayanan Penunjukan (reference service); 2. Pelayanan pemberian informasi (information service); 3. Pelayanan pemberian bantuan/bimbingan pada pembaca (reader advisory work). Fungsi-fungsi di atas mungkin tidak kita temukan (kalaupun ada, kurang memuaskan) bila perpustakaan ditangani oleh manusia-manusia dengan kemampuan yang “apa adanya”. Pendidikan perpustakaan sebagai tumpuan harapan dalam perbaikan citra perpusatakaan yang mahasiswanya nota bene sebagai embrio pustakawan Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dunia yang laju pesatnya seharusnya kita imbangi dengan persiapan yang berarti, sehingga tidak tertinggal dengan Negara lain.
9
5. Pengambil Keputusan Berfungsi atau tidaknya suatu perpustakaan perguruan tinggi tidak terlepas dari pimpinan yang bijak dalam mengambil keputusan dalam suatu tindakan serta bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Jika semua itu telah dilakukan dengan baik maka, peran perpustakaan sebagai jantung perguran tinggi dalam kegiatan proses belajar mengajar akan terujud dengan mudah pada sebuah perguruan tinggi.
10
BAB III KESIMPULAN
Perpustakaan mempunyai peran yang sangat vital sebagai sumber daya materi untuk penelitian dan membaca atau sebagai tempat belajar yang kondusif di perguruan tinggi. Perpustaaan sebagai jantung perguruan tinggi harus mampu menggerakkan dan mengaliri semua proses belajar mengajar civitas akademika di perguruan tinggi. Ada beberapa aspek yang diperlukan apabila dikatakan perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi yaitu; Bahan pustaka Internet Gedung (ruangan) Sumber daya manusia (Pustakawan) Pengambil keputusan
11
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1994. Perpustakaan Perguruan Tinggi : buku pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Mulyawati, Amel. 2012. Menciptakan perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi. Http.://amel-mulya.blogspot.com/2012/03/menciptakan-perpustakaan-sebagai.html. Diakses 10 September 2014 Natadjumena, Rachmad. 2006. Perpustakaan sekolah lahan tidur pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Noerhayati, S. 1987. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung : Ikapi Riyana. 2013. Peran perpustakaan sebagai jantung sekolah. Http://anariyana00.blogspot.com/2013/06/peran-perpustakaan-sebagai -jantung.html. Diakses 10 September 2014 Siregar, A. Ridwan. 2008. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Medan : Universitas Sumatera Utara Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
12