PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN
MASNAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS “PERILAKU KOMUNIKASI PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN” ADALAH KARYA SAYA DENGAN ARAHAN DARI KOMISI PEMBIMBING DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR TESIS INI.
Jakarta, Agustus 2010
Masnah NIM I353060111
ii
ABSTRACT MASNAH. 2010, Communication Behaviour, Perception and Adoption of LPG 3 Kilograms Convertion Program in Jagakarsa, Jakarta Selatan. Supervised by Mr. AMIRUDDIN SALEH and Mr. MD. DJAMALUDIN. This study aims to determine the perception, identification and communication behaviors determine the level of adoption RW housewife 08 Lenteng Agung, South Jakarta Jagakarsa about 3 kg LPG stove usage, as well as analyze the relationship between perception and behavior of communication with the adoption rate housewives RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa South Jakarta on usage of 3 kg LPG stove. Research conducted in the neighborhoods. 08 Lenteng Agung, Jagakarsa, South Jakarta. From June 2010 until July 2010. Design research is a descriptive correlational survey with a questionnaire as a means of collecting primary data. To get these examples use simple random sampling technique disproportionate sampling (simple random sample is not proportional). Sampling was determined using the Slovin formula. To obtain these samples, which was randomly selected. When calculated using the formula Slovin 94 people there who all housewives. Data analysis using descriptive statistics such as frequency distribution, percentage, averaging a score and the total average score. Was to test the correlation using Spearman rank correlation test with SPSS version 17.0 for Windows.The result of descriptive research showed that housewives in this study pertained mostly young age and graduated from high school. Results showed that respondents’ perception about the use of housewives 3 kg LPG stove for the use and maintenance Uncategorized indicators are, only purchase high. Communication behavior of housewives in general about the use of 3 kg LPG stove including frequent category (active), both in interpersonal communication and of media. The behavior of communicating in groups and involvement in decision-making by a housewife on the use of 3 kg LPG stove belonging to rare or inactive. This study aims to determine the perception, identification and communication behaviors determine the level of adoption RW housewife 08 Lenteng Agung, South Jakarta Jagakarsa about 3 kg LPG stove usage, as well as analyze the relationship between perception and behavior of communication with the adoption rate housewives RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa South Jakarta on usage of 3 kg LPG stove. Keywords: Communication Behaviour, Perception and Adoption.
iii
RINGKASAN MASNAH. 2010, Perilaku Komunikasi, Persepsi dan Adopsi Program Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Ibu rumah tangga di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan MD. DJAMALUDIN Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi, mengidentifikasi perilaku komunikasi dan mengetahui tingkat adopsi ibu rumah tangga RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram; serta menganalisis hubungan persepsi dan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi ibu rumah tangga RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Penelitian dilaksanakan di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sejak bulan Juni 2010 sampai Juli 2010. Desain penelitian berupa survei deskriptif korelasional dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Untuk mendapatkan contoh tersebut digunakan teknik penarikan sampel disproportionate simple random sampling (tidak proporsional). Pengambilan contoh ditentukan dengan menggunakan formula Slovin. Untuk mendapatkan contoh tersebut dipilih secara acak sederhana. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Slovin ada 94 orang yang semuanya ibu rumah tangga. Analisis data menggunakan statistik deskriptif berupa tabel distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor. Sedang untuk menguji korelasi menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dalam penelitian ini tergolong usia muda dan sebagian besar tamat SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung tiga gas kilogram untuk indikator penggunaan dan pemeliharaan berkategori sedang, hanya pembelian yang tinggi. Perilaku komunikasi ibu rumah tangga secara umum tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram termasuk kategori sering (aktif), baik dalam berkomunikasi interpersonal maupun bermedia. Perilaku berkomunikasi dalam kelompok dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan oleh ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong jarang atau tidak aktif. Tingkat adopsi responden ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong tinggi. Persepsi ibu rumah tangga dalam hal pemeliharaan dan pembelian tabung gas tiga kilogram mempunyai hubungan sangat nyata dengan tingkat adopsi inovasi indikator pengetahuan (knowledge). Untuk perilaku komunikasi ibu rumah tangga, hanya keterpaan pada komunikasi interpersonal berhubungan nyata dengan tingkat adopsi inovasi indikator adopsi (adopt).
iv
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
v
PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN
MASNAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
vi
Judul Tesis
:
Perilaku Komunikasi, Persepsi dan Adopsi Program Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Ibu Rumah Tangga di Jagakarsa, Jakarta Selatan
Nama Mahasiswa
:
Masnah
NIM
:
I353060111
Disetujui: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS Ketua
Ir.MD. Djamaludin, M.Sc Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana,
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal ujian : 10 Agustus 2010 Judul Tesis
:
Tanggal lulus:
Faktor Internal dan Eksternal yang Behubungan dengan Kemandirian Transmigran (Kasus di UPT Sariputih dan UPT Kobisonta Kecamatan Seram Utara Kabupaten
vii
Maluku Tengah Provinsi Maluku) Nama Mahasiswa
:
Fatmah Tuharea
NRP
:
I351080051
Program Studi
:
Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Disetujui: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Ketua
Prof. (R) Dr. Djoko Susanto, SKM Anggota
Diketahui Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir. Hadiyanto, MS
Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS
viii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga tesis berjudul ”Perilaku Komunikasi, Persepsi dan Adopsi Program Penggunaan Kompor dan tabung tiga kilogram Ibu Rumah Tangga di Jagakarsa, Jakarta Selatan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan do’a dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M.D. Djamaludin, MSc selaku anggota komisi pembimbing, karena di sela-sela kesibukannya, dengan segala kesabaran, dedikasi dan motivasi dalam memberikan bimbingan telah memberi arahan dan masukan sejak pemilihan topik hingga tersusun tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ir. Hadiyanto, MS yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi dalam ujian tesis. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Program Studi KMP dan seluruh dosen pengasuh mata kuliah yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, serta staf sekretariat KMP, khususnya Mba Lia yang banyak membantu penulis dalam administrasi. Kepada Bapak Lurah, Bapak RW 08 Lenteng Agung dan staf, penulis mengucapkan terimakasih atas ijin dan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian, begitu juga kepada ibu rumah tangga di Lenteng Agung yang mau menjawab dengan jujur dan ikhlas berbagai pertanyaan yang penulis ajukan. Untuk rekan-rekan KMP angkatan 2006, Siti Maryam, Sukarelawati, Marwan, Haryo, Agustini, Rizka, Irianus, Melati, Wiwin, Nia, Afia, Wawan, Yusuf, David dan Sadakita penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan do’a. Kebersamaan, kesetiakawanan dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini tidak akan penulis lupakan. Penghargaan dan terimakasih yang tulus diucapkan kepada suami tercinta Drs. H. Kusmadi, M.Si, dan anak-anakku tersayang, Mokhamad Fajar Pratama
ix
dan Fatimah Dwi Respati, sebagai motivator utama dalam menyelesaikan studi ini. Kepada kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungannya, penulis ucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah memberikan bantuan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga amal dan budi baik semuanya mendapat balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis kepada para pembaca tesis ini untuk memberikan kritik dan saran-saran yang bersifat membangun yang nantinya akan berguna untuk kemajuan penyusunan di masa mendatang
Jakarta, Agustus 2010 Penulis
x
RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, pasangan Bapak Fadholi almarhum dengan Ibu Khodijah almarhumah, lahir di Pekalongan pada tanggal 2 Agustus 1962. Penulis telah menikah dengan Drs. H. Kusmadi M.Si pada tanggal 29 Januari 1987 dan telah dikaruniai dua orang anak yaitu Mokhamad Fajar Pratama (23 Juli 1988) dan Fatimah Dwi Respati ( 5 Desember 1991). Sejak SD sampai sekolah menengah (SMP dan SMA), semuanya penulis jalankan di Pekalongan. Setelah tamat SMA Islam Pekalongan pada tahun 1981, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi dan lulus pada tahun 1986. Pada tahun yang sama dengan kelulusan tersebut, penulis menjadi pengajar tetap di IISIP Jakarta sampai tahun 2006. Tahun 2006 sampai sekarang penulis bekerja sebagai pengajar tetap di Universitas Tama Jagakarsa, pengajar tidak tetap di Universitas Atahiriyah, Universitas Nasional
di Jakarta, mengampu mata kuliah Komunikasi Antar
Budaya, Ilmu Alamiah Dasar dan Komunikasi Politik. Tahun 2006
penulis
mempunyai kesempatan untuk
melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2 di Institut Pertanian Bogor dengan mendalami studi Komunikasi Pembangunan.
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL…..………………………………………………...…....
xiv
DAFTAR GAMBAR..……………………………………………………...
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….....
xvi
PENDAHULUAN…………………………………………………………. Latar Belakang Penelitian……...……………………………………... Perumusan Masalah …………………………………………………. Tujuan Penelitian……………………………………………………... Manfaat Penelitian…………………………………………………….
1 1 2 3 4
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… Komunikasi ……………………………............................................... Persepsi dan Pembentukan Persepsi ..................................................... Perilaku Komunikasi ……………………………………………......... Keterpaan terhadap Media Massa .................................................. Keterpaan pada Saluran Komunikasi Interpersonal ……………... Intensitas Interaksi dalam Kelompok Komunikasi ……………... Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Kelompok ………... Adopsi Inovasi ...................................................................................... Tahapan Proses Keputusan Adopsi Inovasi ......................................... Penelitian terdahulu .............................................................................. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN………..... Kerangka Pemikiran……………………………….............................. Hipotesis Penelitian………………………………………………....... METODE PENELITIAN………………………………..………………... Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………............ Desain Penelitian .................……………………………………......... Populasi dan Sampel……………………………….………………..... Data dan Instrumentasi……………………………..………………… Data ……………………………………………………………… Instrumentasi ……………………………………………………. Validitas dan Reliabilitas instrumen .………………………………… Validitas Instrumen………………………………………………. Reliabilitas Instrumen ……………………………..……….......... Pengumpulan Data…………………………........................................ Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. Definisi Operasional ............................................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………… Gambaran Umum Daerah Penelitian……………………………......... Letak Geografis dan KeadaanWilayah…………………………... Keadaan Penduduk menurut Kelompok Usia ………….............. Karakteristik Demografi Responden ……………………………........ Usia ...............................................................................................
7 7 10 15 16 16 17 17 18 18 24 27 27 29 31 31 31 31 33 33 33 34 34 35 36 37 37 41 41 41 41 43 43
xii
Tingkat Pendidikan ........................................................................ Pengeluaran per Bulan …………………………………………... Jumlah anggota Keluarga ………………………………………... Persepsi Ibu rumah Tangga Tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram.................................................................. Persepsi tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas tiga Kilogram......................................................................................... Persepsi tentang Pemeliharaan Kompor dan Tabung Tiga Kilogram......................................................................................... Persepsi tentang Pembelian Tabung Gas Tiga Kilogram ….......... Perilaku Komunikasi Ibu Rumah Tangga Kaitannya dengan penggunaan Kompor dan Tabung Tiga Kilogram ................................ Keterpaan pada Media Komunikasi ……………………………... Keterpaan pada Komunikasi Interpersonal ……………………… Intensitas Interaksi dalam Kelompok Komunikasi ........................ Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan ……………………. Tingkat Adopsi Inovasi ………………………………………………. Hubungan Persepsi tentang program Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram dengan Tingkat Adopsi Inovasi ............... Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Inovasi …… KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. Kesimpulan………………………………………………………….... Saran………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
44 44 45
LAMPIRAN……………………………………………………………….
62
xiii
45 47 47 48 48 49 50 50 50 51 53 55 57 57 57 59
DAFTAR TABEL Halaman 1
Distribusi populasi RW 08 Kelurahan Lenteng Agung..........................
32
2
Distribusi sampel penelitian …………………………………………...
33
3
Luas wilayah Kelurahan Lenteng Agung menurut penggunaan ............ 41
4
Jumlah penduduk Kelurahan Lenteng Agung berdasarkan kelompok usia …………………………………………………………………….
42
5
Distribusi responden menurut demografinya ………………………….
43
6
Rataan skor persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ………………............................................................
46
7
Rataan skor perilaku komunikasi ……………………………………...
49
8
Rataan skor tingkat adopsi inovasi ……………………………………
52
9
Hubungan persepsi tentang penggunaan kompor dan tabung gas dengan tingkat adopsi inovasi.................................................................
53
Hubungan perilaku Komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi............
55
10
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Pembentukan persepsi
11
2
Skema proses terjadinya persepsi menurut Paul A. Belt et al. (1978)
13
3
Model tahapan dalam proses keputusan inovasi
20
4
Kerangka pemikiran model hubungan berbagai peubah penelitian
29
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Kuesioner penelitian ..............................................................................
63
2
Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner …………………………..
70
3
Tabel frekuensi pekerjaan ibu, pekerjaan suami, status kepemilikan rumah dan kepemilikan barang ………………………………………..
71
4
Tabulasi silang pekerjaan ibu dengan pekerjaan suami ……………….
73
5
Tabulasi silang pekerjaan suami dengan barang yang paling banyak dimiliki (handphone, VCD/DVD player, mesin cuci, kulkas, magic jar, koran, majalah, mobil, motor) serta status kepemilikan rumah …..
74
6
Tabel frekuensi dan tabulasi silang peubah perilaku komunikasi ……
77
7
Tabel rataan skor, tabel frekuensi dan tabulasi silang peubah tingkat adopsi inovasi ………………………………………………………...
79
Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan persepsi tentang penggunaan kompor LPG 3 Kg dengan tingkat adopsi inovasi ………
81
Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi program penggunaan kompor LPG 3 kg ………
82
Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan persepsi tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan perilaku komunikasi……………………………………………………………..
83
8
9 10
xvi
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Sebelumnya pemerintah telah menyampaikan target pengalihan minyak tanah ke gas elpiji mulai tahun 2007-2010. Program substitusi ini diserahkan kepada PT Pertamina. Pengalihan dilakukan bertahap, dengan target seluruh volume minyak tanah bersubsidi sebanyak 10 juta kiloliter diganti dengan 5,71 juta ton gas elpiji (Kompas, 2008). Alasan pemerintah melakukan penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram adalah atas pertimbangan (1) berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi gas elpiji lebih rendah daripada subsidi minyak tanah; (2) gas elpiji lebih bersih dari minyak tanah. Subsidi gas elpiji secara luas sudah diterapkan di negaranegara tetangga seperti Malaysia dan Thailand (Pertamina, 2007a). Dalam rangka melaksanakan penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ini ada enam instansi terkait yang mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kementerian Perindustian bertugas melakukan pengawasan terhadap tabung, kompor, selang, katup dan regulator. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan pengawasan terhadap produksi elpiji. Kementerian Perdagangan melakukan pengawasan terhadap tabung, kompor, selang, katup dan regulator yang beredar di pasaran. Kementerian ESDM melakukan penyediaan dan pendistribusian elpiji dan sosialisasi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat tugasnya membentuk dan mengoordinasikan Tim Nasional Koordinasi Pengawasan dan Pembinaan Masyarakat dalam pelaksanaan penggunaan elpiji yang aman. Pertamina bertugas meningkatkan kerjasama dengan Kementerian Perindustrian dalam mengontrol kualitas paket perdana. Penggunaan bahan bakar gas merupakan hal yang penting bagi pemerintah, karena penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dapat mengurangi beban subsidi anggaran dan perbaikan lingkungan. Kaitannya dengan penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram pemerintah harus benar-benar
2
mengawasi program ini. Karena akhir-akhir ini banyak kasus ledakan kompor dan tabung gas tiga kilogram yang sudah terjadi di masyarakat. Program ini dilaksanakan pemerintah secara cepat, sehingga dalam prosesnya memunculkan dampak negatif yang merugikan masyarakat umum pengguna kompor dan tabung gas tiga kilogram. Salah satunya menyebabkan kualitas kompor dan tabung gas tiga kilogram yang kurang bagus turut beredar di pasaran. Potensi ledakan terjadi karena ketika paket kompor dan tabung gas tiga kilogram dibagi-bagikan secara gratis, dan masyarakat tidak mendapatkan informasi tentang cara-cara penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Sudah banyak korban manusia maupun harta benda karena kasus ledakan kompor dan tabung gas tiga kilogram yang terjadi di masyarakat. Ini menyebabkan ibu rumah tangga ketakutan dan selalu was-was dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Masalahnya, sebagian ibu rumah tangga
tidak
memahami cara penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan benar karena hampir tidak ada sosialisasi cara penggunaannya. Kaitannya dengan persoalan ibu rumah tangga
yang sudah ketakutan
dengan penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Menyosialisasikan pengunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram secara benar merupakan kebutuhan mendesak di tengah berbagai kasus ledakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Dilihat dari aspek komunikasi banyak faktor yang ada hubungannya dengan keadaan ini di antaranya yang berkaitan dengan persepsi, perilaku komunikasi dan tingkat adopsi ibu rumah tangga
dalam program
penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Perumusan Masalah Program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram mengalami tantangan yang tidak sedikit. Beberapa masalah yang dihadapi dalam program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram antara lain: (1) sejumlah warga kecewa mendapatkan kompor dan tabung gas, karena kondisinya banyak yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa digunakan, (2) masih banyak masyarakat yang tidak terbiasa menggunakan kompor gas dan ketakutan kompor meledak, (3) minyak tanah bisa dibeli eceran seliter-dua liter, sedangkan gas harus dibeli sekaligus tiga kilogram dengan harga Rp. 15.000 per tabung.
3
Melihat masalah di atas, tentunya terkondisi persepsi ibu rumah tangga menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram berbahaya karena mudah meledak, kualitas kompor dan tabung kurang baik dan kalaupun ada minyak tanah di pasaran harganya lebih mahal dibandingkan gas tiga kilogram Peran aktif dan tindakan proaktif ibu rumah tangga dalam menerapkan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram diduga ada hubungannya dengan persepsi dan perilaku komunikasinya dalam mengadopsi kompor dan tabung gas tiga kilogram. Program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ini sejak tahun 2007 oleh pemerintah dicanangkan sebagai pengganti minyak tanah. Di mana subsidi minyak tanah, dialihkan ke subsidi gas elpiji. Dari 17 kota di Pulau Jawa dan luar Jawa, salah satu wilayah konsentrasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram adalah DKI Jakarta, termasuk rukun warga (RW) 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menjawab deskriptif beberapa masalah, yakni: 1. Seperti apa persepsi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? 2. Seperti apa perilaku komunikasi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? 3. Seberapa jauh tingkat adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan? 4. Sejauh mana hubungan antara persepsi dan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? Tujuan Penelitan Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk menganalisis keterkaitan hubungan antara persepsi, perilaku komunikasi dan adopsi inovasi ibu rumah tangga tentang penggunaan
4
kompor dan tabung gas tiga kilogram. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persepsi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. 2. Menganalisis perilaku komunikasi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dalam menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. 3. Menganalisis tingkat adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ibu rumah tangga di RW. 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan. 4. Menganalisis hubungan persepsi dan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi ibu rumah tangga RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan tentang penggunaan kompor kompor dan tabung gas tiga kilogram. Manfaat Penelitian Program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram sebagai inovasi sampai saat ini masih banyak menuai masalah. Salah satu penyebab bermunculan masalah-masalah tersebut di antaranya adalah faktor komunikasi, baik di komunikator dan saluran komunikasi maupun persepsi komunikan mengenai inovasi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.
Oleh
karenanya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1.
Akademik Penelitian diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi, khususnya tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.
2.
Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pembuat
kebijakan (pemerintah) mengenai pelaksanaan program tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram 3.
Praktisi Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pelaku dan praktisi komunikasi dalam menentukan strategi komunikasi yang berorientasi
5
terhadap perilaku khalayak, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penerimaan program sejenis. 4.
Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan perilaku masyarakat terhadap program tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Dalam mengadopsi program tersebut sebagai suatu inovasi, sehingga dapat mengetahui dan menyuarakan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dalam menggunakan program tersebut.
6
7
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio.” Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003). Komunikasi dalam hal ini bisa berupa tindakan satu arah, bisa pula sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Sebagai tindakan satu-arah, suatu pemahaman populer mengenai
komunikasi
manusia
ialah
komunikasi
yang
mengisyaratkan
penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatapmuka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), suratkabar, majalah, radio atau televisi. Sementara Rogers dan Shoemaker (1995), mengartikan komunikasi adalah sebagai suatu proses dimana semua partisipan atau pihak-pihak yang berkomunikasi saling menciptakan, membagi, menyampaikan dan bertukar informasi, antara satu dengan lainnya dalam rangka mencapai suatu pengertian bersama. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah cara penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi dikategorikan dalam dua perspektif yaitu proses komunikasi dalam perspektif psikologis dan mekanistik. Proses komunikasi dalam perspektif psikologis merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri komunikator ketika berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan. Adapun pesan komunikasi yang disampaikan terdiri dari dua aspek yaitu isi pesan berupa pikiran dan lambang berupa bahasa. Dengan kata lain, proses pengemasan pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator dalam bahasa komunikasi, kemudian disampaikan kepada komunikan sebagai penerima (Effendy, 2003) Bagian terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan, yaitu :
8
a. Dampak kognitif yaitu dampak yang timbul yang menyebabkan menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. b. Dampak afektif yaitu supaya komunikan tahu dan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu. c. Dampak behavioral atau konatif yaitu dampak yang timbul dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan (Effendy, 2003; Rakhmat, 2007). Tujuan komunikasi menurut Levis (1996) antara lain adalah (1) informasi, yaitu untuk memberikan informasi yang menggunakan pendekatan dengan pemikiran, (2) persuasif, yaitu untuk menggugah perasaan penerima, (3) mengubah perilaku, yaitu perubahan sikap terhadap pelaku pembangunan, (4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usaha secara efisien di bidang usaha yang dapat memberi manfaat dalam batas waktu yang tidak tertentu, (5) mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Definisi komunikasi dalam penelitian ini adalah suatu proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh instansi pertamina sebagai sumber kepada ibu rumah tangga sebagai komunikan. Berbicara mengenai komunikasi tentu tidak lepas kaitannya dengan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya untuk melakukan suatu perubahan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Dengan demikian pembangunan menuntut semua pihak dalam masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik dalam pemberian input, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil yang akan diperoleh, maka komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya sangat diperlukan. Astrid Susanto dalam Mardikanto (1993) menyatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan proses yang mengajak masyarakat untuk berani meninggalkan sesuatu (yang telah diketahui kebaikan dan keburukannya) untuk menggantikannya dengan sesuatu yang baru (yang belum secara pasti diketahui kebaikannya). Pengertian yang dikemukakan oleh Astrid seperti itu tentu saja tidak berarti bahwa komunikasi pembangunan hanya bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan atau memasyarakatkan program pembangunan, tetapi yang lebih penting adalah menumbuhkan partisipasi semua pihak (sesuai kedudukan dan fungsinya masing-masing) untuk melibatkan diri secara aktif
9
dalam proses pembangunan. Ditambahkan oleh Mardikanto (1993), komunikasi pembangunan adalah proses komunikasi yang memiliki karakteristik: a) Menyampaikan atau menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan yang sedang diupayakan oleh pemerintah. b) Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
kegiatan
pembangunan bagi perbaikan mutu hidup atau peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. c) Menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan yang sedang diupayakan pemerintah. d) Mengajak dan mendidik masyarakat untuk berperilaku dan menerapkan ide-ide serta teknologi yang sudah terpilih guna tercapainya tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. e) Memelihara partisipasi masyarakat tersebut secara berkelanjutan demi perbaikan mutu hidup yang lebih baik di masa-masa mendatang. Inti dari setiap upaya pembangunan adalah tercapainya perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat melalui proses perubahan dalam berbagai aspek kehidupan yang mencakup ekonomi, politik dan sosial budaya. Oleh karena itu pesan yang harus dikomunikasikan di dalam proses komunikasi pembangunan haruslah
sesuatu yang mampu mendorong atau yang diperlukan untuk
berlangsungnya perubahan-perubahan, sekaligus memiliki sifat-sifat pembaharuan yang disebut dengan sifat inovatif (Mardikanto, 1993). Rogers dan Shoemaker (1995) menyebutkan An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as a new by an individual or other unit of adoption. Sedangkan Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai suatu yang baru yang dirasakan oleh seseorang atau individu saja, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru oleh sekelompok masyarakat atau sesuatu yang baru menurut lokalitas tertentu. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekedar baru diketahui dalam artian pikiran, akan tetapi karena belum dapat diterima secara luas dalam artian sikap, dan juga baru dalam artian diputuskan untuk dilaksanakan atau digunakan. Dalam hal ini pengertian inovasi tidak hanya terbatas pengertian benda atau barang hasil produksi, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap
10
hidup, informasi dan perilaku atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam kehidupan masyarakat. (Maryam, 2008). Persepsi dan Pembentukan Persepsi Zanden dalam Suryadi (2000)
mengemukakan bahwa persepsi adalah
proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi Hal ini sejalan dengan pendapat van den Ban dan Hawkins (2007) yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Rakhmat (2007), persepsi adalah pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, dengan kata lain persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudiana (1986) yang menyatakan bahwa persepsi ialah suatu proses penerimaan rangsangan inderawi dan penafsirannya. Rangsangan tersebut dapat berasal dari benda atau pengalaman. Menurut Myers (2003) tiap orang berbeda kebutuhan, motif, minat dan lain-lainnya karena itu persepsi seseorang terhadap sesuatu cenderung menurut kebutuhan, minat dan latar belakang masing-masing. Dengan demikian persepsi dua orang mengenai suatu obyek yang sama dapat berbeda, yaitu seseorang mungkin memiliki persepsi yang baik, sedang yang lainnya mungkin sebaliknya. Hal itu sejalan dengan pendapat Littlejohn dan Foss (2008) yang menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek bisa tepat, dan bisa pula keliru, atau mendua. Faktor terpenting untuk mengatasi kekeliruan persepsi ialah kemampuan untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai obyek persepsi. Uraian tersebut di atas, menyarikan bahwa persepsi ialah tanggapan atau gambaran yang ada dalam pikiran seseorang mengenai suatu obyek atau informasi yang diterimanya. Khusus dalam penelitian ini, pengertian persepsi masyarakat RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan dibatasi sebagai tanggapan mereka tentang penggunaan kompor LPG 3 kg (penggunaan, pemeliharaan, dan pembelian). Pengertian-pengertian persepsi yang dikemukakan di atas, diperkuat oleh Atkinson dan Hilgard (1991) yang menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dengan demikian
11
persepsi mempunyai implikasi penting untuk tingkah laku seseorang, dan akan menentukan cara orang tersebut akan bersikap dan berinteraksi dengan obyek (benda lain, orang maupun peristiwa) yang dipersepsinya. Secara skematis, ditunjukkan dalam Gambar 1. Pembentukan persepsi
pengalaman masa silam
Mekanisme Pembentukan persepsi
Interpretation
Persepsi Informasi sampai ke Individu
Selectivity
Closure
Perilaku
Gambar 1. Pembentukan persepsi (Sumber: Asngari, 1984) Asngari (1984) menyatakan bahwa orang bertindak sebagian dilandasi oleh persepsinya terhadap suatu situasi. Hal ini karena manusia ada keinginan atas kebutuhannya untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat ia hidup, dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya, demikian kata Litterer dalam Asngari (1984). Pembentukan persepsi, menurut Litterer (Asngari,1984) melalui tiga mekanisme, yakni selectivity, closure dan interpretation. Persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Meskipun orang hanya mendapat bagian-bagian informasi, ia dengan cepat menyusunnya menjadi suatu gambaran yang menyeluruh. Orang itu akan menggunakan informasi yang diperolehnya untuk menyusun gambaran menyeluruh akan obyek tersebut. Berdasarkan Gambar 1 informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dari pemilihan atau penyaringan, kemudian informasi yang masuk tersebut disusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya terjadilah interpretasi mengenai fakta keseluruhan informasi tersebut. Pada fase interpretasi, pengalaman yang lalu memegang peran yang penting. Pengalaman di masa lalu atau pengalaman yang
12
dimiliki sebelumnya akan mempengaruhi interpretasi terhadap obyek yang dipersepsi tersebut, sehingga akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu, memegang peranan yang penting. Menurut Gibson (Sarwono,1992) proses pembentukan persepsi juga bisa dijelaskan melalui pendekatan “ekologis.” Menurut pendekatan ini individu tidak menciptakan makna-makna dari obyek yang diinderanya, karena makna itu telah terkandung dalam obyek itu, dan tersedia bagi organisme yang siap menyerapnya. Persepsi terjadi secara spontan dan langsung (holistic). Spontanitas terjadi karena setiap organisme selalu menjajagi (mengeksplotasi) lingkungannya. Dalam penjajagan ini ia melibatkan setiap obyek yang ada di lingkungan, dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas. Sebuah sungai dengan airnya yang jernih dan mengalir perlahan misalnya menampilkan makna bagi manusia sebagai tempat yang nyaman untuk mandi dan berenang, dan menampilkan makanan sebagai habitat yang nyaman bagi sejumlah satwa air. Sifat-sifat yang menampilkan makna seperti itu disebut affordances (afford = memberikan, menghasilkan, bermanfaat). Dengan kata lain, obyek-obyek atau stimuli itu aktif berinteraksi dengan organisme yang menginderanya sehingga timbullah maknamakna spontan. Dilihat dari pendekatan ini, manusia merupakan makhluk yang dapat mengubah kemanfaatan suatu stimulus sesuai dengan keinginannya sehingga lebih memenuhi keperluannya (sendiri). Masalah akan timbul jika manusia terlalu banyak mengubah lingkungan, sehingga keseimbangan ekosistem akan terganggu. Proses pembentukan persepsi menurut pendekatan ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
13
Obyek fisik
Dalam batas
Homeostasis
optimal adaptasi Persepsi
individu
Di luar batas
optimal
Stres
Efek lanjutan
coping
s Stres berlanjut
Efek lanjutan
Gambar 2. Skema proses terjadinya persepsi menurut Paul A. Belt et al. (1978) Pada Gambar 2 terlihat bahwa dalam proses terbentuknya persepsi, proses paling awal adalah kontak fisik manusia dengan obyek lingkungan. Obyek tampil dengan kemanfaatannya, manusia datang dengan sifat-sifat individualnya seperti pengalaman, bakat, minat, sikap dan berbagai ciri kepribadiannya. Hasil interaksi ini menimbulkan persepsi individu atas obyek. Jika persepsi itu ada dalam batas optimal, maka individu dalam keadaan homeostasis, yang biasanya ingin dipertahankan karena menimbulkan perasaan senang. Sebaliknya, jika persepsi ada di luar batas optimal (terlalu kotor, terlalu keruh, terlalu berbau, dan sebagainya), maka individu akan mengalami stress. Tekanan energi dalam dirinya meningkat, sehingga harus melakukan coping untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atau menyesuaikan lingkungan dengan kondisi dirinya. Orang dari daerah pegunungan yang biasa melihat dan mandi di sungai yang airnya jernih mempersepsikan air sungai itu dalam batas optimal. Akan tetapi ketika ia datang ke permukiman kumuh di pinggir sungai di kota-kota besar dan melihat sungai yang airnya keruh, kotor, penuh sampah, persepsinya terhadap air sungai itu di luar batas optimal, sehingga mengalami stres yang tampil dalam bentuk terkejut, heran dan semacamnya. Selanjutnya ia melakukan penyesuaian diri (coping behavior), misalnya memilih untuk tidak mandi dari pada harus mandi di sungai yang airnya kotor.
14
Hasil perilaku coping ini ada dua. Pertama, tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Kegagalan ini menyebabkan stres berlanjut dan bisa berdampak pada kondisi individu maupun persepsinya. Kegagalan yang berulang-ulang akan meningkatkan kewaspadaan. Akan tetapi pada suatu titik akan terjadi gangguan mental yang serius, seperti putus asa, bosan, perasaan tidak berdaya dan menurunnya prestasi. Kedua, perilaku coping berhasil. Terjadi penyesuaian antara individu dengan lingkungannya (adaptasi), atau penyesuaian keadaan lingkungan dengan diri individu (adjusment). Keberhasilan yang berulang-ulang dapat menurunkan tingkat
toleransi terhadap kegagalan atau kejenuhan, dan
meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stimulus berikutnya. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat, 2007). Penjelasan lebih detil dari faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi versi Rakhmat (2007) ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor personal: faktor yang menentukan persepsi seseorang bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik individu yang memberikan respons pada stimuli. Faktor fungsional yang disebut kerangka rujukan, berkaitan dengan persepsi obyek, sehingga psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam kegiatan komunikasi, faktor fungsional mempengaruhi cara seseorang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Dalam hal ini, psikolog menganggap bahwa kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi faktor personal dari peristiwa yang dialami. 2. Faktor situasional: faktor ini terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian, stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan. Penelitian Saleh (1988) menjabarkan karakteristik personal mempengaruhi penerimaan individu terhadap peubah pendidikan, tempat tinggal, kedudukan orang tua, kemampuan mengelola, kesehatan, umur dan sikap. Karakteristik ini turut mempengaruhi persepsi seseorang, kemudian mempengaruhi perilakunya.
15
Teori tentang hubungan antara persepsi dan perilaku, sebagaimana dijelaskan oleh Rakhmat (2007) adalah suatu proses memahami apa yang tampak dan tidak tampak pada alat indera. Perilaku seseorang merupakan tindakan yang dipengaruhi persepsi, sehingga persepsi bukan saja suatu proses pemahaman tentang tindakan seseorang tetapi juga memahami motif tindakannya. Dengan demikian pengaruh persepsi bukan saja pada komunikasi interpersonal tetapi juga pada pola hubungan interpersonal. Perilaku Komunikasi Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu (Ichwanudin, 1998). Menurut Gould dan Kolb dalam Ichwanudin (1998), perilaku komunikasi adalah tindakan atau respons dari sesuatu atau sistem apapun dalam berhubungan dengan lingkungan atau situasi. Indikator dari peubah perilaku komunikasi antara lain: keterpaan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterpaan terhadap media massa dan partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan pembaru, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan dan pemuka pendapat. Lavidge-Steiner dalam Ichwanudin (1998) menyatakan bahwa model tipetipe efek (perilaku) sebagai akibat dari dikenainya pesan tertentu, terbagi ke dalam: (1) kognitif, (2) afektif (3) konatif. Selanjutnya Ardianto dan Erdinaya (2004) mengatakan efek yang ditimbulkannya adalah sebagai berikut: 1. Efek kognitif Efek kognitif ialah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan, dengan kata lain tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Dampak yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. 2. Efek afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi bukan sekedar memberi tahu khalayak tentang sesuatu tetapi lebih dari itu,
16
komunikan diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3. Efek behavioral/konatif Efek behavioral atau konatif merupakan akibat yang timbul dalam diri komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Dengan mengambil konsep information seeker (Rogers & Shoemaker, 1995) dan uraian Ichwanudin (1998) di atas, maka perilaku komunikasi terhadap inovasi teknologi kompor dan tabung gas tiga kilogram adalah keterpaan pada media massa, pada saluran komunikasi interpersonal, interaksi dalam komunikasi kelompok, dan partisipasi sosial. Keterpaan terhadap Media Massa Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi, sumber yang dimaksud dapat berasal dari media massa maupun media interpersonal, penyuluh, aparat desa dan lain sebagainya (Soekartawi, 2005). Media massa memiliki peranan memberikan informasi untuk memperluas cakrawala, memusatkan perhatian, menumbuhkan aspirasi dan sebagainya (Schramm, 1982), tetapi tergantung pada keterpaan khalayaknya di media massa. Keterpaan pada media massa akan memberikan kontribusi terhadap perbedaan perilaku (Jahi,1988). Kincaid dan Schramm (1985) mengatakan perubahan perilaku khalayak tidak saja dipengaruhi oleh keterpaan pada satu saluran media massa, tetapi juga memerlukan lebih dari satu saluran komunikasi massa lainnya seperti televisi, radio, film dan bahan-bahan cetakan. Keterpaan pada Saluran Komunikasi Interpersonal Rogers (2003) menjelaskan meningkatnya pengaruh pada seseorang untuk mengadopsi atau menolak inovasi, merupakan suatu hasil aktivitas dalam jaringan komunikasi dengan individu lain yang dianggap dekat dan akrab serta memiliki pengaruh terhadap dirinya. Individu lain yang dianggap memiliki pengaruh dalam sistem jaringan komunikasi adalah tokoh masyarakat, namun demikian hal ini tergantung sebagian pada norma-norma yang berlaku, apakah mendukung atau menolak perubahan.
17
Tokoh masyarakat sekitarnya atau orang yang memiliki kompetensi teknis dapat memberikan fungsi legitimasi terhadap keputusan yang akan dibuat (Sastropoetro,1988). Havelock et al. (1971) berpendapat bahwa tokoh masyarakat memiliki peranan di dalamnya sebagai pendorong dan legitimator (pengukuhan dari tahap adopsi). Rogers (2003) menyebutkan bahwa seseorang akan lebih cepat mengadopsi inovasi, apabila ia lebih banyak melakukan kontak komunikasi interpersonal dengan agen pembaru dan tokoh masyarakat. Kincaid dan Schramm (1985) menjelaskan bahwa proses mengetahui (kognitif), memahami (afektif) sampai dengan perilaku (konatif) pada diri seseorang dipengaruhi oleh hubungan interpersonal. Intensitas Interaksi dalam Kelompok Komunikasi Proses adopsi inovasi tidak terlepas dari pengaruh interaksi antar individu, anggota masyarakat atau kelompok masyarakat, juga pengaruh dari interaksi antar kelompok
dalam
suatu
masyarakat.
Hasil
penelitian
Maksum
(1994)
menyimpulkan bahwa interaksi antar anggota dalam pertemuan ternyata mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menerapkan informasi atau teknologi yang dianjurkan. Sebanyak 97,3 persen petani mampu melaksanakan anjuran-anjuran yang diperoleh dari pertemuan kelompok, 42,6 persen di antaranya mampu mengkomunikasikan hasil pertemuan yang mereka peroleh dari orang lain. Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Kelompok Penerimaan anggota terhadap keputusan inovasi kolektif berhubungan positif dengan tingkat partisipasi mereka, semakin banyak mereka berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan kolektif, semakin besar penerimaan mereka terhadap keputusan (Rogers, 2003). Pengaruh kelompok dalam pengambilan keputusan menunjukkan bahwa persoalan yang dikemukakan dan didiskusikan dalam kelompok, memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mendorong pengambilan keputusan oleh para anggotanya (Djuarsa, 1993). Makin tinggi partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan (Soekartawi, 2005).
18
Adopsi Inovasi Inovasi menurut van den Ban dan Hawkin (1999) adalah suatu gagasan, metode, atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru atau relatif baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir, Mardikanto (1993) mengatakan bahwa pengertian baru di sini mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran (cognitive) akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh masyarakat setempat. Adopsi adalah proses perubahan perilaku, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan pada seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh (Mardikanto, 1993). Menerima di sini artinya tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kegiatan. Dikemukakan oleh Soekartawi (1988) bahwa proses adopsi inovasi mengandung pengertian yang komplek dan dinamis, karena menyangkut proses pengambilan keputusan dan dalam proses tersebut terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Dikatakan oleh Rogers (2003), bahwa untuk sampai pada tahap keputusan adopsi inovasi tersebut merupakan proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya, kemudian mengukuhkannya. Dengan kata lain, sebelum sampai pada tahap adopsi, masyarakat sasaran selalu dihadapkan pada beberapa kali proses pengambilan keputusan. Dengan demikian maka keputusan seseorang menerima atau menolak suatu inovsi bukanlah tindakan yang sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan (tahapan) dalam jangka waktu tertentu. Tahapan Proses Keputusan Adopsi Inovasi Menurut Soekartawi (2005) adopsi inovasi adalah merupakan sebuah proses perubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain, kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. Rogers dan Shoemaker (1995) memberi definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi sebagai keputusan menerima atau menolak sebuah inovasi dan konfirmasi tentang keputusan tersebut
19
merupakan suatu proses mental. Proses adopsi memerlukan sikap mental dan konfirmasi dari setiap keputusan yang diambil oleh seseorang sebagai adopter. Proses keputusan inovasi yang disebut dengan ”proses adopsi” menurut pandangan tradisional yang dikemukakan oleh komisi ahli-ahli sosiologi tahun 1955 terdiri atas lima tahap, yaitu: (1) tahap kesadaran (awareness) dimana seseorang mengetahui/menyadari adanya inovasi; (2) tahap tumbuhnya minat (interest), dimana seseorang mulai menaruk minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi itu; (3) tahap penilaian (evaluation), dimana seseorang menilai baik/buruk atau manfaat dari inovsi tersebut dan menghubungkannya dengan situasi dirinya sendiri, baik saat ini maupun masa mendatang dan menentukan mencobanya atau tidak; (4) tahap mencoba (trial) dimana seseorang menerapkan inovasi dalam skala kecil untuk lebih menyakinkan penilaiannya; (5) tahap penerimaan (adoption), dimana seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap dalam skala yang lebih luas (Rogers dan Shoemaker, 1995). Belakangan diketahui bahwa konsep proses adopsi tersebut mengandung beberapa kelemahan, antara lain bahwa proses adopsi tidak selalu berakhir dengan mengadopsi mungkin terjadi proses penolakan atau mencari informasi lebih lanjut untuk memperkuat keputusannya. Kelima tahapan tersebut juga tidak selalu terjadi tetapi mungkin beberapa di antaranya dilewatkan, misalnya tahap percobaan. Penilaian biasanya juga tidak terjadi pada salah satu tahap saja tetapi terjadi pada keseluruhan proses. Oleh karena itu Rogers dan Shoemaker (1995) menyempurnakan konsep tersebut dengan membagi proses keputusan inovasi menjadi empat tahap, yaitu: (1) tahap pengenalan, (2) tahap persuasi, (3) tahap keputusan dan (4) tahap konfirmasi. Teori ini disebutnya dengan ”teori tahapan proses keputusan inovasi” Proses adopsi gagasan dan teknologi, pada model Rogers (2003) ada lima tahap penting: tahap pertama pengetahuan inovasi itu sendiri, dan gagasan apapun yang dipandang baru oleh khalayak sasaran (informasi). Tahap kedua adalah mempersuasi penerima untuk mengadopsinya. Tahap ketiga, ialah adopsi/ penolakan dari inovasi oleh penerima (proses pembuatan keputusan), tahap keempat implementasi dan tahap kelima konfirmasi inovasi oleh penerima.
20
Model tahapan dalam proses keputusan adopsi yang diungkapkan Rogers (2003) ini dapat dijelaskan seperti pada Gambar 3 berikut ini.
TERUS ADOPSI
SUMBER INFORMASI
Variabel Penerima 1. Sifat-sifat pribadi 2. Sifat-sifat sosial 3. Kebutuhan nyata thd inovasi 4. d.s.b.
DISKONTINUITAS - ganti baru - kecewa
ADOPSI SALURAN
PENGENALAN
PERSUASI
KEPUTUSAN
IMPLEMENTASI
KONFIRMASI PENGADOPSIAN TERLAMBAT
Sistem Sosial 1. Norma-norma sistem 2. Nilai, adat, belief, dll 3. Toleransi terhadap penyimpangan 4. Kesatuan komunikasi
CIRI-CIRI INOVASI 1. Keuntungan relatif 2. Kompatabilitas 3. Kompleksitas 4.Trialabilitas 5. observabilitas
REJEKSI TETAP REJEKSI
Perjalanan Waktu
Gambar 3. Model tahapan dalam proses keputusan inovasi Teori adopsi inovasi pada dasarnya menyandar pada teori modernisasi (Panell, 1999). Dalam kaitan dengan introduksi teknologi baru, Rogers (2003) memandang pembangunan (modernisasi) sebagai: jenis perubahan sosial dimana gagasan baru diintroduksikan ke dalam sistem sosial dalam rangka menghasilkan pendapatan per kapita dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi melalui metode produksi dan organisasi sosial. Model yang diadopsi paling luas adalah model Rogers, yang tahaptahapnya dijabarkan sebagai berikut: Pengetahuan: Tahap pengetahuan atau pengenalan dimulai ketika individu menerima stimulus fisik atau sosial yang memberikan pemaparan dan perhatian pada produk baru dan cara kerjanya. Dalam tahap ini individu sadar akan produk yang bersangkutan, tetapi tidak membuat keputusan apapun sehubungan dengan relevansi produk dengan suatu masalah atau kebutuhan yang dikenali. Pengetahuan tentang produk baru biasanya dianggap sebagai hasil dari persepsi selektif. Ini lebih mungkin terjadi melalui media massa daripada dalam tahap-tahap belakangan, yang lebih dipengaruhi oleh pemimpin opini.
21
Persuasi: Persuasi dalam paradigma Rogers, merujuk pada pembentukan sikap menyokong atau tidak menyokong terhadap inovasi. Individu mungkin secara mental membayangkan betapa memuaskannya produk baru tersebut dalam mengantisipasi situasi pemakaian di masa datang. Keputusan: Tahap keputusan melibatkan aktivitas yang menghasilkan suatu pilihan antara mengadopsi atau menolak inovasi. Adopsi dapat didefinisikan sebagai keputusan untuk memanfaatkan sepenuhnya suatu inovasi sebagai arah tindakan terbaik. Adopsi melibatkan komitmen psikologis maupun perilaku pada suatu produk sepanjang waktu. Biasanya ini berarti pemakaian produk secara terus-menerus kecuali jika peubah situasional (tidak tersedianya produk) menghambat pemakaian. Penolakan adalah keputusan untuk tidak mengadopsi suatu inovasi. Penolakan aktif terdiri atas pertimbangan untuk mengadopsi suatu inovasi, barangkali bahkan mencoba, tetapi kemudian memutuskan untuk tidak mengadopsinya. Penolakan pasif diartikan sebagai tidak pernah benar-benar mempertimbangkan untuk menggunakan inovasi yang bersangkutan. Pelaksanaan: Pelaksanaan terjadi ketika individu menggunakan inovasi. Konfirmasi: Konfirmasi adalah proses yang digunakan individu untuk mencari pengukuhan untuk keputusan mengenai inovasi. Individu kadang membalik keputusan sebelumnya, khususnya ketika disodori pesan yang bertentangan tentang inovasi (Rogers, 2003) Berkaitan dengan pengalihan minyak tanah ke gas dapat dikatakan bahwa individu menerima rangsangan fisik dan sosial mengenai tabung dan kompor gas serta cara kerjanya. Dalam hal ini, individu belum membuat keputusan akan memakai atau tidak dan biasanya individu mendapat terpaan melalui media massa dan pemimpin pendapat. Di samping itu, daya persuasi berhubungan dengan resiko yang dirasakan dalam pengalihan minyak tanah ke gas atau evaluasi mengenai konsekuensi pemakaian gas. Ketika individu mempertimbangkan menggunakan gas, ia pasti menimbang keuntungan dari gas tersebut dibandingkan dengan kerugian yang timbul karena beralih dari minyak tanah. Individu juga membandingkan faktor biaya yang mungkin lebih besar dibandingkan manfaat tambahan dari penggunaan gas, dalam hal ini individu bisa saja menunda pembelian dan mencari informasi
22
tambahan melalui iklan tentang penilaian gas, berbicara dengan orang yang sudah mencobanya atau bisa juga mencobanya sendiri. Pada tahapan adopsi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, saat sekarang ini individu bukan lagi pada tahap pengetahuan dan persuasi tapi individu sudah digiring pada tahap keputusan, yaitu dimana individu mengunakan gas elpiji, menunda menggunakannya atau menolak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dan Shoemaker (1995) yang mengkritisi tahapan adopsi inovasi yang menurut beliau tidak harus berlangsung tahap pertahap, yang dimulai dengan dengan pengenalan (knowledge), interest, nilai (value), coba (trial), dan adopt.
Dalam kasus
komunikasi inovasi di negara terbelakang dan baru berkembang, lebih lanjut diutarakan oleh Rogers (2003) bahwa setelah melewati tahapan pengenalan, bisa saja seseorang dipaksa atau terpaksa langsung mengadopsi (menerima) inovasi yang direkomendasikan oleh change agent (agen pembangunan). Dalam tahap keputusan ini individu bisa saja menolak atau mengadopsi gas elpiji. Individu bisa memutuskan untuk menggunakan gas elpiji secara terusmenerus kecuali tidak tersedianya pasokan gas elpiji juga bisa individu menolak untuk menggunakan gas elpiji. Dalam hal ini ada penolakan aktif dan pasif, penolakan aktif, individu mempertimbangkan untuk menggunakan atau mungkin akan mencoba gas elpiji suatu saat. Penolakan pasif, individu benar-benar mempertimbangkan untuk tidak pernah menggunakan gas elpiji. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adopsi inovasi adalah proses perubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada masyarakat dan kemudian masyarakat/sistem sosial mengadopsinya. Kaitan dengan permasalahan pengalihan minyak tanah ke gas yaitu proses perubahan dalam masyarakat dengan adanya pengalihan minyak tanah yang dikomunikasikan kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat mengadopsi gas. Adapun tahapan proses adopsi inovasi meliputi: tahap pengetahuan/pengenalan, tahap persuasi, tahap keputusan, tahap implementasi, dan tahap konfirmasi. Proses adopsi inovasi merupakan pengalihan gagasan lama ke gagasan baru yang memiliki lima atribut atau ciri yaitu: ciri pertama yaitu keuntungan relatif, ciri kedua yaitu keserasian, ciri ketiga yaitu kerumitan (complexity), ciri
23
keempat dapat dicoba (trialbility), ciri kelima dapat dilihat langsung secara konkrit. Dikatakan pula oleh Roger (2003) bahwa dalam suatu sistem sosial, tidak semua orang mengadopsi suatu inovasi secara bersamaan, melainkan dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan perbedaan kecepatan pengadopsian tersebut,
pengadopsi
diklasifikasikan
menjadi
lima
kategori,
yaitu
inovator(innovator), pelopor (early adopter), pengikut dini (early majority), pengikut akhir (late majority), dan kelompok lamban/kolot (laggard). Inovator adalah orang yang langsung mencoba menerapkan inovasi sebelum orang lainnya mencoba bahkan sebelum penyuluh merekomendasikannya; umumnya adalah orang-orang yang tergolong muda dengan sumber keuangan yang cukup. Pelopor adalah orang yang mencoba menerapkan inovasi setelah mengamati dan berusaha menyebarkannya kepada orang lain. Pengikut dini adalah orang yang mencoba menerapkan inovasi setelah mempertimbangkan berulang kali dan melihat tokoh sudah menerapkannya. Pengikut akhir adalah orang yang mau mencoba menerapkan inovasi bila telah melihat sebagian besar menerapkannya dan berhasil atau menerapkannya karena segan dengan teman. Orang kolot adalah orang yang menolak atau menentang inovasi. Seorang inovator atau seseorang yang lebih awal mengadopsi suatu inovasi menurut Rogers (2003) mempunyai beberapa karakteristik yang antara lain adalah : (1) memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi, (2) memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi, (3) lebih banyak berhubungan dengan agen pembaharu (penyuluh), (4) lebih terbuka terhadap saluran komunikasi melalui media massa, (5) lebih terbuka terhadap saluran komunikasi interpersonal, (6) partisipasi sosial lebih tinggi, dan (7) lebih kosmopolitan. Berdasarkan tipe pengambilan keputusannya, Rogers (2003) membagi keputusan inovasi dalam tiga kategori, yaitu (1) keputusan individual (optional), yaitu keputusan yang dibuat oleh individu dengan mengabaikan keputusan orang lain dalam masyarakatnya,
(2) kolektif, yaitu keputusan yang dibuat oleh
individu-individu dalam suaatu masyarakat melalui suatu konsensus, dan (3) keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan terhadap individu oleh orang
24
yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi. Adopsi inovasi akan cepat terjadi jika keputusan diambil secara optional. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan perilaku komunikasi dan tingkat adopsi antara lain oleh Jokopusphito (2006) dengan judul “Hubungan antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita Tani (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Adapun hasil penelitian menyebutkan bahwa keragaan perilaku komunikasi berdasarkan (1) hubungan komunikasi diketahui bahwa semua anggota mempunyai pilihan hubungan komunikasi (82,5 persen), (2) arah hubungan komunikasi, diketahui bahwa sebagian besar (93,32 persen anggota melakukan hubungan komunikasi dua arah, hanya sedikit (6,68 persen) yang melakukan komunikasi searah. Peranan individu dalam jaringan komunikasi, mereka yang dianggap sebagai pemuka pendapat ternyata mempunyai kekosmopolitan dan status sosial yang lebih tinggi, lebih aktif mencari informasi ke luar sistem, lebih intensif berhubungan dengan penyuluh maupun sumber informasi lainnya. Indikatorindikator struktur komunikasi: (1) derajat keterhubungan individu, dapat diketahui bahwa sebagian besar (70 persen ) anggota mempunyai derajat keterhubungan individu yang tinggi, artinya bahwa komunikasi tentang DPG berlangsung intensif; (2) derajat kekompakan individu diketahui sebagian besar (72,5 persen) anggota mempunyai derajat kekompakan individu yang tinggi, artinya bahwa kelompok sudah kuat di mana kelompok sekaligus sebagai klik, konfigurasi jarinnya adalah tipe semua saluran; (3) Derajat keragaman individu anggota KWT adalah sedang, artinya anggota kelompok yang bertukar informasi tentang DPG dengan orang di luar kelompok adalah sedang. Keragaan Adopsi Teknologi DPG menyebutkan sebagai berikut: (1) tingkat adopsi teknologi DPG, diketahui bahwa tingkat adopsi yang tinggi hanya untuk unsur teknik mengairi tanaman dan memberi minuman ternak. Tingkat adopsi yang rendah adalah untuk unsur teknis perbenihan atau pembibitan, pemupukan, pemakaian pestisida untuk tanaman dan obat-obatan untuk ternak; (2)
25
karakteristik adopter, karakteristik adopter paket teknologi tanaman sayuran, karakteristik adopter paket teknologi peternakan, karakteristik adopter paket teknologi perikanan diketahui karakteristik adopter pada umumnya yaitu: a) berusia 54 tahun, b) semua berpendidikan atau bisa membaca dan menulis, dan c) menjadi pengurus kelompok. Analisis hubungan antar peubah penelitian, menunjukkan: (1) hubungan antara tingkat kekosmopolitan dengan perilaku komunikasi, diketahui bahwa kekosmopolitan anggota KWT mempunyai hubungan yang positif nyata dengan jaringan komunikasinya; (2) hubungan antara kedudukan dalam kelompok dengan perilaku komunikasi, diketahui bahwa kedudukan anggota dalam kelompok mempunyai hubungan yang positif sangat nyata dengan jaringan komunikasi; (3) hubungan antara perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT, diketahui bahwa korelasi antara indeks keterhubungan dengan tingkat adopsi teknologi DPG oleh anggota KWT adalah positif sangat nyata. Dengan
demikian
keterhubungan.
tingginya
tingkat
adopsi
berkorelasi
dengan
indeks
26
27
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram adalah program pemerintah dalam rangka untuk mengalihkan minyak tanah ke gas tiga kilogram. Ini dimaksudkan supaya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih kecil dan juga untuk penghematan negara. Dengan adanya program ini pemerintah dapat menghemat 20 trilyun per tahun. Dan dengan pemakaian gas tiga kilogram ini menjaga lingkungan lebih bersih. Keberhasilan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram akan ditunjukkan oleh sejauhmana masyarakat, atau khususnya ibu rumah tangga dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Adopsi inovasi ini akan berlangsung baik, apabila diawali dengan persepsi yang benar dan lengkap oleh masyarakat tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Persepsi masyarakat khususnya ibu rumah tangga terhadap program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram akan menumbuhkan minat dan motivasi mereka untuk menggunakannya. Walaupun pada saat sekarang sudah banyak korban akibat dari ledakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Bagaimana
menumbuhkan
minat
ibu
rumah
tangga
tetap
mau
menggunakannya dan tidak beralih ke bahan bakar yang lain. Karena program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ini suatu program pemerintah yang sangat bagus dan perlu didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti, upaya-upaya untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat sangat penting dalam pengembangan program ini di masyarakat. Implementasi program di masyarakat, khususnya ibu rumah tangga akan tergantung peran pemerintah dalam mensosialisasikan dengan baik mengenai penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Jalur-jalur yang bisa digunakan oleh pemerintah dalam mensosialisasikan program ini bisa melalui media massa elektronik, dan melalui komunikasi interpersonal. Kontak masyarakat atau ibu rumah tangga khususnya dengan berbagai informasi yang relevan akan sangat besar peranannya dalam membentuk partisipasi positif mereka. Dalam hubungan ini, perilaku komunikasi ibu rumah tangga menjadi penting untuk ditinjau sebagai salah satu faktor yang mendorong
28
mereka secara positif untuk mengadopsi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Ketersediaan sumber informasi dalam program ini akan sangat menunjang pemenuhan kebutuhan informasi ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Misalnya radio, merupakan saluran komunikasi potensial karena media ini populer dan murah. Sedangkan pesan-pesan yang disampaikan melalui televisi selain dapat didengar (audio) juga dapat dilihat (visual), sehingga diharapkan penerimaan pesan oleh sasaran/khalayak maksimal. Di samping media elektronik di atas, berbagai media cetak seperti surat kabar, majalah, poster, leaflet dan booklet, juga tidak kalah peranannya dalam penyampaian informasi. Selain media massa tersebut kontak masyarakat atau ibu rumah tangga terhadap saluran komunikasi interpersonal formal maupun nonformasl dapat berperan menguatkan pesan-pesan yang diterima melalui media massa, serta mampu meningkatkan keinginan masyarakat untuk mencoba atau bahkan mengadopsi suatu inovasi, termasuk program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Telaahan pustaka dan kerangka pemikiran di atas mengungkapkan bahwa ruang lingkup penelitian ini cukup luas. Untuk itu, penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek teoritis yang sangat menunjang pelaksanaan penelitian di tingkat lapangan. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa proses komunikasi akan dapat mempercepat terjadinya proses adopsi dan menentukan tingkat adopsi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Peubah yang diukur pada penelitian adalah: (1) persepsi ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, yang meliputi; penggunaan, pemeliharaan dan pembelian, dan (2) perilaku komunikasi ibu rumah tangga sebagai peubah bebas, dengan aspek-aspek yang dinilai adalah: keterpaan media massa, keterpaan pada saluran komunikasi interpersonal, Intensitas interaksi kelompok
dan keterlibatan pengambilan keputusan kelompok.
Sedangkan peubah terpengaruh adalah (3) Tingkat adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan aspek-aspek yang dinilai adalah pengetahuan atau pengenalan, dan adopsi.
29
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka secara skematis dapat disusun sebuah bagan kerangka pemikiran sebagai landasan penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 4 berikut ini.
Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram (X1) Peubah bebas
-
Peubah terikat
Perilaku Komunikasi Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram (X2) - keterpaan media massa - keterpaan pada saluran komunikasi interpersonal - intensitas interaksi kelompok - keterlibatan pengambilan keputusan kelompok
penggunaannya pemeliharaannya pembeliannya
Adopsi Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram (Y) - pengetahuan - adopsi
Gambar 4. Kerangka pemikiran model hubungan berbagai peubah penelitian Hipotesis Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya adalah sebagai berikut : H 1 = Terdapat hubungan nyata positif antara persepsi dan adopsi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. H 2 = Terdapat hubungan nyata positif antara perilaku komunikasi dan adopsi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.
30
31
METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih lokasi ini karena RW 08 masuk dalam kriteria: Pengguna minyak tanah murni. Kelas sosial C1 ke bawah (dengan pengeluaran kurang dari Rp.1,5 juta/bulan). Penduduk legal setempat yang dibuktikan dengan kepemilikan KTP atau Kartu Keluarga (KK) atau surat keterangan dari kelurahan setempat (Pertamina, 2007b). Pertimbangan lain adalah wilayah RW 08 Lenteng Agung merupakan penerima program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2010. Desain Penelitian Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional
dengan metode survai. Penelitian survai menurut Singarimbun dan Effendi (2006) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini juga selain mendeskripsikan peubah yang ada, juga berupaya menjelaskan hubungan di antara peubah. Peubah terikatnya adopsi kompor dan tabung gas tiga kilogram. Adapun peubah bebasnya terdiri dari persepsi dan perilaku komunikasi. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta metode korelasional berupaya untuk menjelaskan hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 2005). Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan obyek penelitian (Rakhmat, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah warga yang ada di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan yang berjumlah 1.567 Kepala Keluarga (KK) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pemilihan lokasi penelitian di tingkat RT dilakukan secara sengaja dengan tingkat kepadatan penduduk sebagai dasar pertimbangan. RW 08 dipilih empat
32
Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 012 dan 013 mewakili RT yang penduduknya kurang padat dan RT 02 dan RT 09 mewakili yang padat penduduknya. Tabel 1. Distribusi populasi RW 08 Kelurahan Lenteng Agung No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama RT RT. 01 RT. 02 RT. 03 RT. 04 RT. 05 RT. 06 RT. 07 RT. 08 RT. 09 RT. 10 RT. 11 RT. 12 RT. 13 RT. 14 Jumlah
Jumlah Penduduk (KK) 103 202 85 104 89 76 140 130 160 91 142 40 64 141 1.567
Sumber: Laporan Pertanggung jawaban Pengurus RW.08 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan Masa Bakti tahun 2007-2010
Adapun jumlah contoh penelitian ditentukan dengan menggunakan formula Slovin (Umar, 2003). Untuk mendapatkan contoh tersebut dipilih secara acak sederhana. Berikut penentuan jumlah responden ibu rumah tangga yang akan dilibatkan dalam penelitian, menggunakan rumus Slovin dengan persentase kesalahan 10 persen: N n = ----------1+ Ne² Keterangan: n = jumlah sampel N= Jumlah Populasi e²= Presisi 10% yang ditetapkan peneliti. N 1.567 1.567 n= ---------- = -------------------- = ------------ = 94 responden 1+Ne² 1+1.567(0,01) 16,67 ==========
33
Setelah dihitung menggunakan rumus Slovin ada 94 orang. Untuk mendapatkan
contoh
tersebut
digunakan
teknik
penarikan
sampel
disproportionate simple random sampling (tidak proporsional), yang rinciannya tersaji pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Distribusi sampel penelitian No. 1. 2. 3. 4.
Nama RT RT. 02 RT. 09 RT. 12 RT. 13 Jumlah
Sampel Ibu Rumah Tangga (orang) 27 27 20 20 94
Jumlah responden yang diambil tersebut, sesuai dengan pendapat Gay (1978) dalam Sevilla et al. (1993) yang menyatakan bahwa untuk penelitian korelasional minimal diperlukan 30 subyek, dan menurut Balley (Chadwick et al.,1991) jumlah minimal adalah 30 sampai dengan 100 satuan. Data dan Instrumentasi Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yakni data tentang karakteristik/profil responden, persepsi, perilaku komunikasi, dan adopsi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuesioner, dan dari catatan lapangan (field note). Selain data primer juga dikumpulkan data sekunder untuk memperkuat data yang diperoleh dari pemerintahan setempat serta instansi yang terkait. Instrumentasi Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner yang dikelompokkan menjadi empat bagian, Pertama: terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik atau profil responden. Kedua, pertanyaan atau penyataan yang berkaitan dengan persepsi ibu rumah tangga RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan mengenai program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.
Ketiga, terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan perilaku komunikasi ibu rumah tangga tersebut mengenai program penggunaan kompor dan tabung gas tiga
34
kilogram. Keempat, pertanyaan yang berkaitan dengan peubah terikat tingkat adopsi ibu rumah tangga RW 08 Lenteng Agung, Jagakarsa Jakarta Selatan mengenai program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas instrumentasi menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur telah mengukur apa yang diukur. Titik berat dari uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi yang dilihat dari (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur instrumen yang diukur, (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan (Kerlinger & Lee, 2000). Selain validitas instrumen atau alat ukur, validitas data juga ditentukan oleh keadaan responden pada saat diwawancara dan juga si pewancara itu sendiri (Singarimbun & Effendi, 2006). Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 20 responden uji coba ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di RT 1 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung pada bulan Juni 2010. Validitas Instrumen Untuk menguji validitas alat ukur dicari nilai korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus product moment Pearson pada taraf α = 0,05 yang diolah dengan menggunakan SPSS for Windows ver.17,0. Rumus koefisien product moment Pearson ialah sebagai berikut: n(∑XiYi) – (∑ Xi) . (∑ Yi) r. hitung = -----------------------------------------------------------√ { n.∑ Xi² - (∑ Xi)²} . { n. ∑ Yi² - (∑ Yi)²} Dimana: r -hitung = Koefisien korelasi ∑Xi = Jumlah skor item ∑ Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden Distribusi (tabel r) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan: jika r hitung > r tabel berarti valid Jika r hitung < r tabel berarti tidak valid
35
Hasil uji korelasi produk momen, Pearson menunjukkan nilai validitas seperti yang tercantum pada Lampiran 2. Pernyataan untuk peubah persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram menunjukkan angka korelasi terendah adalah 0,176 dan tertinggi adalah 0,708. Secara umum bahwa nilai validitas instrumen umumnya valid atau sahih pada taraf nyata 5% atau koefisien validitasnya menunjukkan nilai yang lebih besar dari pada nilai kritis tabel korelasi (r tabel ) = 0,444. Hasil hitungan uji validitas terhadap setiap butir pernyataan dan pertanyaan menunjukkan masing-masing ada dua butir pernyataan dan pertanyaan yang tidak valid pada peubah persepsi ibu rumah tangga tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram (X 1 ). Parameter pertanyaan peubah perilaku komunikasi (X 2 ) yang tidak valid ada satu, sedangkan pada peubah adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ada sebanyak dua parameter pernyataan yang tidak valid (Y), karena hasil koefisien validitasnya berada di bawah angka kritis. Sehingga butirbutir tersebut perlu direvisi dengan memperbaiki susunan katanya (seperti, pada peubah X 1 dan X 2 ) serta dipecah menjadi beberapa butir agar terjadi kesamaan pengertian (kasus pada peubah Y). Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumentasi adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran sebuah alat ukur relatif konsisten apabila pengukuran diulangi untuk kedua kalinya atau lebih (Ancok dalam Singarimbun & Effendi, 2006). Reliabilitas (keterandalan) instrumen dilakukan dengan cara uji coba kuesioner. Upaya untuk memperkuat keterandalan instrumen tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan keragaman kesalahan dengan mengungkapkan pertanyaan secara tepat, memberikan pertanyaan pendukung dengan satu pertanyaan yang sama macam dan mutunya, serta memberikan petunjuk pengisian kuesioner secara tepat dan jelas. Uji coba dilakukan untuk melihat sejauh mana pertanyaan dan atau pernyataan dalam kuesioner dapat dipahami, sehingga tidak menimbulkan bias jawaban (Kerlinger dan Lee, 2000). Sebuah instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengukur dua gejala yang sama dan memperoleh hasil yang relatif sama atau konsisten maka instrumen tersebut disebut handal atau reliabel (Sugiyono, 2007). Sebelum
36
mengadakan penelitian maka untuk menguji keandalan instrumen penelitian dilakukan uji reliabilitas instrumen dengan mempergunakan cronbach alpha reliability test, yaitu menganalisis alat ukur dari satu kali pengukuran (Riduwan, 2004), dengan rumus sebagai berikut: k ∑Si r¹¹ = {-----}{1- ----} k-1 St Dimana: r¹¹ = nilai reliabilitas ∑Si = jumlah varians skor tiap item St = Varian Total k = Jumlah item Penentuan nilai koefisien reliabilitas ini, dapat menggunakan kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut: Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup (moderat) Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid). Hasil uji reliabilitas menggunakan uji reliabilitas cronbach alpha disajikan dalam Lampiran 2. Pernyataan persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram menunjukkan nilai reliabilitas 0,727; pertanyaan perilaku komunikasi menunjukkan nilai reliabilitas 0,478 dan penyataan peubah tingkat adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram menunjukkan nilai reliabilitas 0,405. Hal ini berarti bahwa pertanyaan maupun pernyataan yang digunakan pada instrumen penelitian sudah signifikan dan masuk kategori moderat dan tinggi tingkat kereliabelannya (dapat dipercaya). Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka teknik pengumpulan data dengan metode survei ini harus dilakukan dengan sikap berhati-hati dan terencana, atau menurut istilah Bungin (2006) pengumpulan data itu merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Secara umum, metode pengumpulan data dapat dari beberapa cara seperti metode kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara yang berpedoman
37
pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner secara terstruktur (Arikunto, 2002). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen dan telaah pustaka dari berbagai sumber. Pengolahan dan Analisis data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan dua macam metode, yakni Pertama analisis statistik deskriptif yang relevan misal, tabel distribusi frekuensi, persentase, rataan skor dan total rataan skor. Kedua, analisis statistik inferensial untuk menentukan adanya hubungan antar peubah bebas dengan peubah terikat yang berskala ordinal, maka digunakan uji korelasi rank Spearman (Arikunto, 2002), dengan rumus sebagai berikut (Siegel, 1997):
rs = 1 –
6 ∑ di2
Keterangan: r s = koefisien korelasi rank Spearman N = jumlah responden di = selisih ranking antara dua peubah
N3 – N
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data (Wahana Komputer, 2010). Definisi Operasional Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah peubah persepsi, perilaku komunikasi dan adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. 1. Peubah persepsi ibu rumahtangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga
kilogram
mempunyai
tiga
indikator,
yaitu
penggunaannya,
pemeliharaannya dan pembeliannya. Indikator penggunaannya diukur dengan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram sangat penting bagi masyarakat dan program kompor dan tabung gas tiga kilogram untuk masyarakat tidak mampu sudah tepat sasaran.
Indikator pemeliharaannya
diukur program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram yang ramah bagi lingkungan, penggunaan minyak tanah berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, penggunaan tabung gas tiga kilogram aman bagi manusia dan lingkungan dan menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram itu
aman. Indikator pembeliannya diukur oleh tabung gas tiga
38
kilogram mudah didapatkan dan menggunakan tabung gas tiga kilogram menghemat pengeluaran, masing-masing indikator tersebut diukur dengan skala ordinal yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu setuju, tidak setuju, tidak tahu. 2. Peubah perilaku komunikasi mempunyai empat indikator, yaitu keterpaan media massa, keterpaan pada saluran komunikasi interpersonal, intensitas interaksi kelompok dan keterlibatan pengambilan keputusan kelompok. Indikator
keterpaan
media
massa
diukur
lamanya
responden
menonton/mendengarkan televisi/radio dalam satu hari, lamanya responden membaca media cetak (koran, majalah, tabloid) dalam satu minggu, dalam satu hari, lamanya membaca media cetak satu hari berapa jam dan materi iklan. Indikator keterpaan pada saluran komunikasi interpersonal diukur oleh kehadiran dalam sosialisasi, tanggapan mengenai kegiatan sosialisasi dan jumlah pertemuan. Indikator intensitas interaksi kelompok diukur oleh jumlah pertemuan dengan kelompok dalam satu bulan, jumlah pertemuan dengan sesama anggota kelompok dalam satu bulan dan keaktivan responden dalam melakukan tukar-menukar informasi. Indikator keterlibatan pengambilan keputusan kelompok diukur keterlibatan responden dalam menentukan inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Masing-masing data yang diperoleh diukur dengan skala ordinal dengan tiga kelas. Selain itu juga terdapat beberapa data pendukung yang dapat diukur dengan skala nominal. Data pendukung responden melihat/mendengar iklan kompor dan tabung gas tiga kilogram, kalau ada kesulitan bertanya dengan siapa, mendengar sosialisasi dari, tempat mendengar sosialisasi,
menyampaikan
informasi kepada siapa. 3. Peubah tingkat adopsi inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga
kilogram
mempunyai
dua
indikator
pengukur,
yaitu
pengetahuan/pengenalan dan adopsi. Indikator pengetahuan diukur tahun mengetahui ada program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, Indikator adopsi diukur kapan mulai menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Masing-masing data yang diperoleh diukur dengan skala ordinal, dibagi menjadi dua kelas yaitu tinggi dan rendah. Data pendukung
39
peubah ini terdiri ini dari dua skala pengukuran, yaitu skala ordinal yaitu kompor dan tabung yang dimiliki, masa pemakaian tabung gas tiga kilogram, kecepatan dalam memasak, kompor dan tabung gas tiga kilogram sesuai dengan lingkungan dan kemudahan dalam memasang asesori kompor dan tabung gas tiga kilogram dan skala nominal yaitu tempat pembelian tabung gas tiga kilogram.
40
41
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor :1251 tahun 1986 tanggal 03 Juni 1986 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor :1815 Tahun 1988. Letak geografis wilayah ini diantara 160,48’66” Bujur Timur dan Lintang Selatan 6,22’14” serta berada pada ketinggian 300 M di atas permukaan laut, dilalui sungai besar yaitu Sungai Ciliwung. Batas Wilayah Kelurahan Lenteng Agung: Utara : Kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu dan Kelurahan Tanjung Barat. Timur : Kali Ciliwung. Selatan: Kelurahan Srengseng Sawah Barat : Kelurahan Kebagusan, Kelurahan Jagakarsa, Srengseng Sawah. Luas wilayah Kelurahan Lenteng Agung 227,74 ha dengan penggunaan sebagian
besar untuk perumahan selebihnya terdiri dari fasilitas umum,
perkantoran dan pemakaman. Tata guna tanah di Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Luas wilayah Kelurahan Lenteng Agung menurut penggunaan No.
Jenis tanah
Luas (ha)
1.
Perumahan
2.
Perkantoran /industri
16,03
3.
Fasilitas umum
39,50
4.
Pemakaman Jumlah
171,11
1,10 227,74
Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.
Keadaan Penduduk menurut Kelompok Usia Jumlah penduduk Kelurahan Lenteng Agung pada akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 49.852 jiwa yang terdiri dari 26.046 jiwa penduduk laki-laki
42
dan 23.758 jiwa penduduk perempuan dengan distribusi menurut usia seperti ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah penduduk Kelurahan Lenteng Agung berdasarkan kelompok usia No.
Gol Usia
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
0 – 4 tahun
1.536
1.401
2739
2.
5 – 9 tahun
1659
1421
3080
3.
10 – 14 tahun
1182
1758
2940
4.
15 – 19 tahun
1553
2779
5332
5.
20 – 24 tahun
2251
2141
4392
6.
25 – 29 tahun
2439
2275
4714
7.
30 – 34 tahun
3691
2373
6084
8.
35 – 39 tahun
2597
2439
5036
9.
40 – 44 tahun
2145
1899
4044
10.
45 – 49 tahun
1975
1681
3656
11.
50 – 54 tahun
1721
1401
3122
12.
55 – 59 tahun
909
875
1784
13.
60 – 64 tahun
683
675
1355
14.
65 – 69 tahun
515
423
938
15.
70 –74 tahun
171
155
326
16.
75 Ke atas
67
45
112
17.
Jumlah
26.946
23.758
49.852
Sumber : Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.
Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk pada usia 0 – 14 tahun sekitar 8.759 jiwa (17,57 %), usia 15 – 54 tahun mencapai jumlah 36.380 jiwa (72,97 %), sedangkan usia di atas 55 tahun berjumlah 4.515 jiwa (9,05 %), sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok penduduk usia angkatan kerja atau produktif di Kelurahan Lenteng Agung adalah kelompok penduduk yang paling besar jumlahnya dibanding dengan kelompok penduduk usia anak-anak dan penduduk kelompok usia lanjut. Penduduk usia 15 – 54 tahun merupakan penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja.
43
Karakteristik Demografi Responden Karakteristik merupakan sesuatu yang membuat berbeda dari yang lain. Responden dalam penelitian ini adalah warga RT 02, RT 09, RT 12 dan RT 13 RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Total responden dalam penelitian ini adalah 94 ibu rumah tangga. Karakteristik demografi responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu dan suami, pengeluaran per bulan, jumlah anggota keluarga dan status kepemilikan rumah. Sebaran responden menurut karakteristik demografinya terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi responden menurut demografinya Demografi Responden
Total Jumlah (orang)
Persentase (%)
Muda (24-35 tahun)
36
38,30
Sedang (36-40 tahun)
30
31,91
Tua (41-65 tahun)
28
29,79
Tamat SD
9
9,58
Tamat SMP
27
28,72
Tamat SMA
58
61,70
Rendah(Rp.300.001-Rp.500.000)
12
12,77
Sedang(Rp.500.001-Rp.700.000)
19
20,21
Tinggi (lebih dari Rp.700.000)
63
67,02
Sedikit (1-2 orang)
6
6,38
Sedang (3-4 orang)
51
54,26
Banyak (5-7 orang)
37
39,36
Usia
Tingkat Pendidikan
Pengeluaran per Bulan
Jumlah anggota keluarga
Usia Usia adalah lamanya responden hidup sejak lahir sampai penelitian dilakukan. Sebaran data responden berdasarkan usianya didapatkan dengan
44
membagi data yang diperoleh ke dalam tiga kelas yaitu muda, sedang dan tua (Tabel 5). Usia muda yaitu responden yang berusia 24-35 tahun, usia sedang yaitu 36-40 tahun dan usia tua adalah 41-65 tahun. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar respondennya adalah berusia muda yaitu sebanyak 38,30 persen. Ibu rumah tangga yang menjadi responden dan berusia tua yaitu usia 41-65 tahun hanya 29,79 persen. Tingkat Pendidikan Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal responden saat penelitian dilaksanakan. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu taman SD, tamat SMP dan tamat SMA. Lebih dari separuh jumlah responden, yaitu 61,70 %, adalah ibu rumah tangga yang tamat SMA (Tabel 5). Tabel 5 juga memperlihatkan bahwa hanya 9,58% responden yang tamat SD. Pengeluaran per Bulan Pengeluaran per bulan adalah rata-rata dari sejumlah uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga selama satu bulan. Pengeluaran per bulan dikategorikan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pengeluaran per bulan kelas rendah berkisar dari Rp. 300.001 sampai Rp.500.000. Pengeluaran per bulan kelas sedang berkisar dari Rp.500.001 sampai Rp.700.000. Pengeluaran per bulan kelas tinggi adalah pengeluaran yang lebih dari Rp.700.000. Hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (67,02%) mempunyai tingkat pengeluaran yang tergolong tinggi dan hanya 12,77% yang tergolong pengeluaran rendah. Pengeluaran yang tergolong tinggi ini sesuai dengan penghasilan rumah tangganya. Menurut data yang didapatkan di lapangan, sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yang bersuami seorang pegawai negeri atau wiraswasta (Lampiran 4). Semakin banyak penghasilan maka pengeluaran pun juga semakin banyak. Hal ini didukung oleh data yang diperoleh bahwa responden bersuami seorang pegawai atau wiraswasta mempunyai barang elektronik lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Barang elektronik tersebut antara lain handphone, VCD/DVD player, mesin cuci, kulkas, pompa air, magic jar dan berlangganan koran dan majalah (Lampiran 5). Hanya responden bersuami seorang pegawai dan
45
wiraswasta yang mempunyai mobil (Lampiran 5). Dilihat dari segi kepemilikan rumah, responden bersuami pegawai atau wiraswasta yang mempunyai rumah sendiri atau milik orang tua (Lampiran 5). Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah jiwa yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yaitu istri, anak, cucu atau kerabat yang tinggal bersama dalam satu rumah. Sebaran data responden berdasarkan jumlah anggota keluarganya didapatkan dengan membagi data yang diperoleh ke dalam
tiga kelas yaitu sedikit yang jumlah anggota keluarganya 1-2 orang,
sedang (3-4 orang) dan banyak (5-7 orang). Tabel 5 memperlihatkan bahwa hanya 6,38% responden yang tidak mempunyai tanggungan keluarga kategori sedikit. Sebagian besar responden yang menjadi subyek penelitian merupakan keluarga menengah, yaitu beranggota keluarga sekitar 3-4 orang. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Indikator persepsi yang diamati yaitu penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram sebagai bahan bakar yang dibutuhkan oleh ibu rumah tangga, pemeliharaan kompor gas dan pembelian gas tiga kilogram. Pengamatan ketiga indikator persepsi didasari pada ciri utama ibu rumah tangga yaitu ketergantungan pada gas tiga kilogram sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh ibu rumah tangga sehinggga perubahan yang terjadi di sekeliling kehidupannya akan berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap penilaiannya pada obyek di sekelilingnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asngari (1984) yang mengatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan tersebut. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa secara umum persepsi ibu rumah tangga tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong dalam kategori sedang dengan total rataan skor 2,31. Keadaan ini menunjukkan bahwa penilaian ibu rumah tangga tentang
kompor dan tabung gas tiga kilogram dalam hal
penggunaan, pemeliharaan dan pembelian masih dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi ibu rumah tannga hingga saat ini. Persepsi ibu rumah tangga pada tiga indikator tersebut didasari pada pengalamannya kebutuhan serta nilai-
46
nilai yang dianut dalam kehidupannya seperti tradisi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Berlo (1960)
yang menyatakan bahwa seseorang membuat sendiri
keputusan tentang apa yang akan diterima dan ditolaknya. Ia menyusun persepsi yang mendukung keputusannya itu, dalam hal ini pengalaman sebelumnya serta nilai yang dianut tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan dalam kebutuhan dan persepsinya. Hal tersebut diperkuat pula oleh pendapat Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat (2007) yang menyatakan bahwa selain ditentukan oleh faktor struktural, persepsi ditentukan oleh faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal. Peubah persepsi ibu rumahtangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram mempunyai tiga indikator, yaitu dilihat dari segi penggunaan, pemeliharaan dan pembeliannya. Peubah maupun indikatornya dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu setuju, tidak setuju, tidak tahu. Data selengkapnya tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan skor persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram Persepsi tentang LPG 3 Kg
Rataan Skor*
Penggunaan
1,84
Pemeliharaan
2,34
Pembelian
2,93
Rataan skor keseluruhan
2,31
Keterangan: *Kisaran skor 1,00-1,67 = tidak tahu; 1,68-2,34 = kurang setuju; 2,35-3,00 = setuju
Tabel 6 memperlihatkan bahwa rataan skor keseluruhan persepsi responden ibu rumah tangga tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram masuk kategori kurang setuju (2,31). Hal serupa juga terjadi pada indikator penggunaan (1,84) dan pemeliharaan (2,34) yang tergolong kurang setuju. Responden ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung menganggap bahwa program pemerintah yang menyarankan menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram sangat penting bagi masyarakat. Alasan responden menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram adalah karena responden menganggap bahwa penggunaan minyak tanah untuk memasak adalah berbahaya
47
bagi kesehatan dan lingkungan. Indikator pembelian gas tiga kilogram tergolong setuju (2,93). Responden beranggapan bahwa gas tiga kilogram dapat menghemat pengeluaran dan lebih menguntungkan dibandingkan minyak tanah. Hal ini didukung oleh kemudahan mendapatkan
gas tiga kilogram, bahkan di awal
program mereka diberi gratis kompor dan tabung gas tiga kilogram. Persepsi tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Ketergantungan masyarakat terhadap energi secara manusia memang cukup beralasan, karena kompor dan tabung gas tiga kilogram dirasakan sangat penting bagi ibu rumah tangga setelah minyak tanah ditarik peredarannya oleh pemerintah dan kalaupun ada harganya cukup mahal. Hubungan ekonomi yaitu berkaitan dengan sumber pendapatan bagi ibu rumah tangga
yang berperan
sebagai pedagang (17,02 persen) yang juga para suami mempunyai pekerjaan wiraswasta/berdagang (37,24 persen). Hubungan sosial budaya, misalnya ibu rumah tangga yang tadinya mereka menggunakan kompor minyak tanah atau kayu bakar kini mereka beralih mengunakan kompor gas. Penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ini sudah merupakan kebijakan pemerintah, dan ibu rumah tangga mau tidak mau menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram, berdasarkan jawaban responden menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram karena tidak ada minyak tanah ( 11,70 persen). Hasil analisis menunjukan bahwa persepsi responden tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram termasuk kategori kurang setuju dengan rataan skor 1,84. Selanjutnya, berdasarkan sebaran responden menunjukkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga (64,89 persen) menyatakan bahwa menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram dirasakan hemat dan waktu memasak lebih cepat berada pada kategori setuju dengan rataan skor 3,00. Persepsi tentang Pemeliharaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Keberadaan kompor dan tabung gas tiga kilogram di wilayah RW 08 di Kelurahan Lenteng Agung merupakan sesuatu yang baru bagi ibu rumah tangga di wilayah itu. Persepsi ibu rumah tangga di wilayah RW 08 dengan indikator pemeliharaan kategori kurang setuju dengan rataan skor 2,34. Ini artinya ibu rumah tangga harus mengawasi sendiri kompor dan tabung gas tiga kilogram ini
48
berkaitan dengan beredarnya tabung berikut asesorinya yang boleh dikatakan ilegal. Kebocoran tabung gas tiga kilogram dideteksi dengan cara merendam tabung itu ke ember berisi air. Apabila kondisi tabung gasnya utuh dan baik, tidak muncul gelembung pada air. Sebaliknya, dari tabung gas yang rusak dan bocor akan muncul banyak gelembung pada saat tabung dimasukkan ke air. Umumnya ibu rumah tangga tersebut menyatakan bahwa informasi cara memelihara dan pemakaian tabung gas tiga kilogram itu mereka peroleh dari media massa. Sedikit sekali bahkan ada (40,32 persen) yang menyatakan tidak ada sama sekali penyuluhan dan sosialisasi tentang pemeliharaan atau cara pemakaian kompor dan tabung gas tiga kilogram tersebut. Persepsi tentang Pembelian Gas Tiga Kilogram Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 6, memperlihatan persepsi ibu rumah tangga terhadap pembelian tergolong setuju dengan nilai rataan skor 2,93. Berdasarkan penilaian ibu rumah tangga tentang pembelian gas tiga kilogram menunjukkan bahwa alasan pembelian gas tiga kilogram karena kondisi lingkungan kategori setuju dengan nilai rataan skor 2,82. Persepsi tentang pembelian gas tiga kilogram kategori setuju karena program kompor dan tabung gas tiga kilogram ini merupakan keputusan otoritas atau keputusan yang dipaksakan ini sejalan dengan pendapat Rogers (2003)
termasuk keputusan
otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan terhadap individu oleh orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi. Responden menjawab pembelian gas tiga kilogram kategori setuju karena kemudahan dalam pembelian ( 94,68 persen). Meskipun banyak terjadi kasus kebakaran akibat kebocoran gas, hampir semua pemakai kompor dan tabung gas tiga kilogram tersebut. menyatakan akan tetap membeli LPG (91,1 persen) untuk keperluan memasak (Kompas, 2010) Perilaku Komunikasi Ibu Rumah Tangga Kaitannya dengan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Perilaku komunikasi adalah segala tindakan atau aktivitas seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi. Peubah perilaku komunikasi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram mempunyai empat indikator, yaitu keterpaan media massa, keterpaan pada saluran komunikasi
49
interpersonal, intensitas interaksi kelompok dan keterlibatan pengambilan keputusan kelompok. Masing-masing data yang diperoleh diukur dengan skala ordinal dengan tiga kelas, yaitu jarang, sering dan selalu seperti yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan skor perilaku komunikasi Perilaku komunikasi
Rataan Skor*
Keterpaan pada media komunikasi
1,71
Keterpaan pada komunikasi interpersonal
1,76
Intensitas interaksi dalam kelompok
1,45
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
1,15
Rataan skor keseluruhan
1,75
Keterangan: *Kisaran skor 1,00-1,67 = jarang; 1,68-2,34 = sering; 2,35-3,00 = selalu
Tabel 7 memperlihatkan bahwa perilaku komunikasi responden terhadap penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong sering. Hal ini ditunjukkan dengan rataan skor keterpaan pada media komunikasi (1,71) dan komunikasi interpersonal (1,76) yang tergolong sering serta intensitas interaksi dalam kelompok (1,45) dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan (1,15) yang tergolong jarang. Keterpaan pada Media Komunikasi Hasil analisis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perilaku komunikasi responden tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram termasuk kategori sering dengan rataan skor 1,75. Dari hasil penelitian responden melihat/mendengar iklan kompor dan tabung gas tiga kilogram di televisi (100 persen). Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa secara umum keterpaan pada media komunikasi ibu rumah tangga mengenai penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong dalam kategori sering dalam menonton televisi dengan rataan skor 1,71. Keadaan ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga sering menonton televisi. Televisi adalah salah satu media komunikasi yang paling mudah dan diminati banyak orang. Hal ini berlawanan dengan kepemilikan televisi oleh responden yang tergolong rendah (Lampiran 6). Umumnya ibu rumah tangga tidak pernah membaca surat kabar, majalah ataupun buku-buku. Ini dapat dilihat dari pengeluaran tiap bulan lebih dari Rp. 700.000 (63 persen) dengan jumlah anggota
50
keluarga 3 – 4 orang (51 persen). Dilihat dari kepemilikan barang (Lampiran 3), hampir tiga perempat (72, 34 persen) responden ibu rumah tangga di Kelurahan Lenteng Agung tidak memiliki pesawat televisi, tidak memiliki radio kaset (74,47 persen) dan tidak memiliki telepon tetap (72,34 persen). Tidak berlangganan surat kabar (52,13 persen) serta tidak berlangganan majalah (57,45 persen). Keterpaan pada Komunikasi Interpersonal Keterpaan pada komunikasi interpersonal secara umum keterpaan pada komunikasi interpersonal ibu rumah tangga tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong dalam kategori sering dengan rataan skor 1,76. ini tergambar dari kalau ibu rumah tangga mengalami kesulitan tentan kompor dan tabung gas tiga kilogram responden meminta tolong kepada tetangga (61,70 persen), mendengar informasi sosialisasi kompor dan tabung gas tiga kilogram dari tetangga (50 persen) dan apabila ada masalah maka responden menyampaikannya kepada tetangga (69,15 persen). Hal ini berarti sebagian besar ibu rumah tangga selalu berkomunikasi atau saling tukar informasi karena tempat tinggal tidak berjauhan, dan para ibu rumah tangga mengatakan bahwa pendapat tetangga lebih sesuai dengan ibu rumah tangga lainnya serta menambah keyakinannya mengenai kompor dan tabung gas tiga kilogram Intensitas Interaksi dalam Kelompok Komunikasi Intensitas interaksi dalam kelompok diukur dari tingkat keseringan menghadiri pertemuan. Kehadiran ibu rumah tangga dalam pertemuan kelompok tergolong jarang dengan rataan skor 1,45. ini dapat dilihat dari responden tidak pernah menghadiri sosialisasi (66 persen). Responden yang menjadi pengurus atau anggota suatu kelompok hanya 44,7% dan sebesar 76% (34 orang) atau 78% (35 orang) dari responden (pengurus) tersebut yang hadir satu kali setiap bulannya (Lampiran 6). Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan Keterlibatan dalam pengambilan keputusan secara umum keterlibatan dalam pengambilan keputusan oleh ibu rumah tangga
tentang kompor dan
tabung gas tiga kilogram tergolong dalam tidak aktif/ jarang dengan rataan skor 1,15 ini dapat dilihat dari tidak aktif dalam pertemuan kelompok dan juga responden tidak pernah menghadiri pertemuan kelompok.
51
Tingkat Adopsi Inovasi Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya suatu inovasi sebagai cara bertindak yang paling baik. Proses pengambilan keputusan inovasi dalam menggunakan sesuatu yang baru secara menyeluruh membutuhkan waktu. Waktu yang dibutuhkan bagi seseorang untuk pengambilan keputusan inovasi berbeda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Waktu pengambilan keputusan inovasi adalah jangka waktu seseorang dari mulai mendengar adanya inovasi hingga mengadopsi inovasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995) kecepatan adopsi biasanya diukur dengan berapa lama jangka waktu yang diperlukan oleh sekian persen anggota masyarakat untuk mengadopsi inovasi. Karakteristik masing-masing kelompok adopter ditentukan berdasarkan kriteria karakteristik personal (ibu rumah tangga) serta perilaku komunikasi dan hubungan sosial di lingkungannya sebagai suatu sistem sosial. Jangka waktu awal adopsi inovasi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram di RW 08 pertama kali sejak mulai ada bantuan dari pemerintah pada tahun 2007 melalui program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram di Lenteng Agung. Program tersebut merupakan awal pengenalan kompor dan tabung gas tiga kilogram bagi ibu rumah tangga di RW 08 Lenteng Agung yang berdampak terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram di kalangan ibu rumah tangga. Peubah tingkat adopsi inovasi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram mempunyai dua indikator pengukur, yaitu pengetahuan dan adopsi. Masingmasing data yang diperoleh diukur dengan skala ordinal, dibagi menjadi dua kelas yaitu tinggi dan rendah. Rataan skor peubah serta kedua indikatornya terlihat pada Tabel 8.
52
Tabel 8. Rataan skor tingkat adopsi inovasi Tingkat adopsi inovasi
Rataan Skor*
Pengetahuan
1,70
Adopsi
1,98
Rataan skor keseluruhan
1,84
Keterangan: *Kisaran skor 1,00-1,50 = rendah; 1,51-2,00 = tinggi
Tabel 8 memperlihatkan bahwa rataan skor tingkat adopsi inovasi tergolong tinggi dengan indikator adopsi yang lebih tinggi daripada pemahaman atau pengetahuannya. Sebagian besar responden (65,96%) mengetahui kompor dan tabung gas tiga kilogram pada tahun 2007 dan sebanyak 85,11% responden menggunakan dan tabung gas tiga kilogram pada tahun 2008 (Lampiran 7). Alasan responden menggunakan dan tabung gas tiga kilogram adalah karena lebih hemat. Sebagian besar responden mempunyai dan tabung gas tiga kilogram yang tergolong rendah, yaitu hanya satu dan tabung gas tiga kilogram saja (Lampiran 7). Gas tiga kilogram tersebut habis dalam waktu yang tergolong sedang yaitu sekitar satu minggu. Hampir seluruh responden (94,68%) yang membeli gas tiga kilogram di warung dekat rumah (Lampiran 7). Tabel 8 menyiratkan bahwa pada tahap pengetahuan atau pengenalan responden menjadi tahu tentang adanya dan tabung gas tiga kilogram. Apabila pada tahap ini responden tahu bahwa minyak tanah akan ditarik dari pasaran dan akan digantikan dengan tabung gas tiga kilogram. Ini menunjukkan tingkat pengetahuan
kompor dan tabung gas tiga kilogram secara umum tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga mengenai kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong dalam kategori tinggi dengan total rataan skor 1,70. Tingkat adopsi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram secara umum, menunjukkan bahwa tingkat adopsi ibu rumah tangga tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong dalam kategori tinggi dengan total rataan skor 1,98. Ini dapat dilihat dari tahun 2007 ibu rumah tangga RW 08 baru mengetahui adanya kompor dan tabung gas tiga kilogram ( 65,96 persen) dan ibu rumah tangga RW 08 menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram dari tahun 2008 (85,11 persen).
Ini berarti responden ibu rumah tangga menggunakan
53
kompor dan tabung gas tiga kilogram begitu pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut. Mereka yang mengadopsi umumnya (61,70 persen) mempunyai tingkat pendidikan SMA. Situasi masyarakat tentang pemakaian kompor dan tabung gas tiga kilogram resah dengan semakin seringnya terjadi ledakan. Juga ditiadakannya minyak tanah bersubsidi atau kalaupun ada minyak tanah non subsidi yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan harga gas tiga kilogram. Hubungan Persepsi tentang Penggunaan Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram dengan Tingkat Adopsi Inovasi Persepsi ibu rumah tangga tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram berhubungan dengan tingkat adopsi inovasi. Tabel 9 memperlihatkan hubungan persepsi ibu rumah tangga di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan tingkat adopsi inovasi serta hubungan antar indikatornya. Tabel 9. Hubungan persepsi tentang LPG 3 kg dengan tingkat adopsi inovasi Persepsi tentang Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram
Nilai Koefisien Korelasi rank Spearman (r s ) Tingkat adopsi inovasi Pengetahuan Adopsi
Penggunaan
-0,178
-0,083
Pemeliharaan
-0,253*
0,022
Pembelian
0,277**
0,143
Persepsi tentang Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram
-0,234*
-0,035
Keterangan: **berhubungan sangat nyata pada α 0,01 *berhubungan nyata pada α 0,05
Tabel 9 memperlihatkan bahwa persepsi tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram berhubungan negatif dengan tingkat adopsi inovasi baik tahap pengetahuan maupun adopsi. Persepsi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan tingkat adopsi inovasi tahap pengetahuan/pengenalan namun tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan tahap adopsinya.
54
Secara keseluruhan, baik peubah maupun indikator persepsi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram, tidak berhubungan nyata (p>0,05) pada tingkat adopsi inovasi tahap adopsi. Peubah maupun indikator ini mempunyai hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dan nyata (p<0,05) dengan tingkat adopsi inovasi tahap pengetahuan atau pengenalan, kecuali untuk indikator penggunaannya. Tabel 9 menunjukkan bahwa persepsi ibu rumah tangga dalam hal pemeliharaan kompor dan tabung gas tiga kilogram mempunyai hubungan sangat nyata (p< 0,01) negatif dengan tingkat adopsi inovasi indikator pengetahuan. Semakin tinggi atau lama responden ibu rumah tangga menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram, semakin rendah pengetahuan mereka tentang inovasi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tersebut. Data lapangan (field note) menegaskan hal itu, bahwa salah satu penyebab adalah tidak adanya sosialisasi cara pemeliharaan yang diberikan oleh instansi terkait yang dalam hal ini merupakan tanggung jawab Dinas Perindustrian atau Pertamina. Malahan saat pembagian kompor dan tabung gas tiga kilogram di awal program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tahun 2008, tidak ada penjelasan pemerintah ataupun pihak terkait yang menjelaskan cara penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Target pemerintah hanyalah inovasi tersebut (kompor dan tabung gas tiga kilogram) terdistribusi ke rumah tangga-rumah tangga melalui kelurahan/desa beserta aparat di bawahnya, tanpa diikuti penyuluhan cara menggunakannya. Persepsi ibu rumah tangga tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram untuk indikator pembelian juga menunjukkan hubungan sangat nyata (p< 0,01) dengan tingkat adopsi inovasi indikator pengetahuan. Semakin tinggi persepsi ibu rumah tangga tersebut membeli gas tiga kilogram, semakin tinggi pengetahuan mereka tentang inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Hal ini dikarenakan interaksi ibu rumahtangga yang turut meningkat dengan penjual gas tiga kilogram dan dengan sesama ibu rumahtangga yang sama-sama membeli gas tiga kilogram tersebut bertukar informasi seputar inovasi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram. Penjelasan hubungan di atas, menyuratkan bahwa hipotesis satu yang menyatakan ”Terdapat hubungan nyata antara persepsi dan adopsi kompor dan
55
tabung gas tiga kilogram,” diterima untuk persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram indikator pemeliharaan dan pembelian dengan adopsi inovasi indikator pengetahuan. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Inovasi Hasil analisis uji rank Spearman pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perilaku komunikasi ibu rumahtangga dalam hal keterpaan pada komunikasi interpersonal mempunyai hubungan nyata (p< 0,05) positif dengan tingkat adopsi. Artinya semakin sering ibu rumah tangga terlibat komunikasi interpersonal dengan sesama anggota arisan, majelis taklim dan PKK maka akan lebih cepat mengadopsi LPG atau hal-hal yang baru. Implikasi bagi pemerintah agar banyak memanfaatkan forum interpersonal atau kelompok. Perilaku komunikasi berhubungan dengan tingkat adopsi inovasi. Tabel 10 memperlihatkan hubungan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi serta hubungan antar indikatornya. Tabel 10. Hubungan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi inovasi
Perilaku komunikasi
Nilai Koefisien Korelasi rank Spearman(r s) Tingkat adopsi inovasi Pengetahuan
Keterpaan pada media komunikasi Keterpaan pada komunikasi interpersonal Intensitas interaksi dalam kelompok Keterlibatan dalam pengambilan keputusan Perilaku komunikasi
-0,028 0,035
Adopsi -0,038 0,207*
-0,004
0,037
-0,082
0,059
-0,018
0,068
Keterangan: *berhubungan nyata pada α 0,05
Tabel 10 memperlihatkan bahwa perilaku komunikasi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan tingkat adopsi inovasi tahap pengetahuan dan adopsi. Perilaku komunikasi berhubungan negatif dengan tingkat adopsi inovasi tahap pengetahuan dan berhubungan positif pada tahap adopsi. Tabel 10 memperlihatkan bahwa hanya keterpaan pada komunikasi interpersonal yang berhubungan nyata (p<0,05) dengan tingkat adopsi inovasi
56
tahap adopsi. Semakin tinggi keterpaan pada komunikasi interpersonal maka tingkat adopsi inovasi tahap adopsi juga semakin tinggi. Bila dikaitkan perilaku komunikasi ibu rumah tangga di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung ini dengan persepsi mereka tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, ternyata antara peubah persepsi tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tidak menunjukkan hubungan nyata (p>0,05) dengan perilaku komunikasi ibu-ibu tersebut (Lampiran 10). Berdasarkan hasil pengujian statistika rank Spearman dengan α = 0,05 menunjukkan hipotesis dua ditolak. Artinya, tidak cukup signifikan untuk menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.
57
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Persepsi responden ibu rumah tangga cenderung kurang setuju tentang program penggunaan dan pemeliharaan tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram. Untuk indikator pembelian, persepsi ibu rumah tangga tergolong setuju.
2.
Perilaku komunikasi ibu rumah tangga secara umum tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram termasuk kategori sering (aktif), baik interpersonal maupun bermedia. Perilaku berkomunikasi dalam kelompok dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan oleh ibu rumah tangga tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong jarang atau tidak aktif.
3.
Tingkat adopsi responden ibu rumah tangga tentang program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram tergolong tinggi.
4.
Persepsi ibu rumah tangga dalam hal pemeliharaan dan pembelian gas tiga kilogram mempunyai hubungan sangat nyata dengan tingkat adopsi inovasi indikator pengetahuan. Untuk perilaku komunikasi ibu rumah tangga, hanya keterpaan pada komunikasi interpersonal berhubungan nyata dengan adopsi. Saran Mengacu pada kesimpulan di atas dan untuk lebih meningkatkan
keberhasilan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, maka disarankan sebagai berikut: Mengadakan
sosialisasi
yang
kontinyu
dan
berkelanjutan
untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental agar termotivasi untuk menerima inovasi-inovasi yang mendorong perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
58
59
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Asngari P. 1984”Persepsi Direktur Penyuluh di Tingkat Karesidenan dan Kepala Penyuluh Pertanian terhdap Peranan dan Fungsi Negara Bagian Texas Amerika Serikat.” Media Peternakan Fakultas Peternakan IPB. Volume 9 Nomor 2. Berlo DK. 1960. The Process of Communication, An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Reinhart and Winston, Inc. Bungin B. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group Djuarsa S. 1993. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Effendy. OU. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Havelock RG, Guskin A, Frohman M, Havelock M, Hill M, Huber J. 1971. Planning for innovation: Through Dissemination and Utilization of Knowledge. Ann Arbor: The University of Michigan. Ichwanudin. 1998. ”Hubungan Perilaku Komunikasi Peserta Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) dengan Adopsi Program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi.” [tesis] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Jokopusphito S. “Hubungan antara Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Teknologi Diversifikasi Pangan dan Gizi pada Kelompok Wanita Tani .” [tesis] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kerlinger FN, Lee Howard B. 2000. Foundations of Behavioral Research. Fourth Edition. Syracuse, Orlando, USA: Harcourt College Publishers. Kincaid LD, Schramm W. 1985. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES. Kompas. 2008. ”Perlunya Program Konversi LPG 3 Kg.” HU.Kompas, 13 April 2008. Jakarta. ______. 2010. ”Menundukkan Keganasan Elpiji”HU.Kompas , 1 Juli 2010. Jakarta. Levis LR. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lionberger HF, Gwin PH. 1982. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. Danville, Illinois: The Interstate Printers and Publishers, Inc.
60
Littlejohn SW, Foss KA. 2008. Theories of Human Communication. Ninth Edition. Belmont, California: Thomson Wadsworth Publishing Company. Maksum. 1994. ”Hubungan karakteristik Petani Lahan Tadah Hujan dengan Persepsi Mereka tentang Faktor-Faktor Penghambat Adopsi Embung di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.” [tesis] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Cetakan kedua. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Maryam. 2008. “Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian Melalui Perpustakaan Digital (Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian).” [tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Myers MT. 2003. The Dynamycs of Human Communication a Laboratory Approach. New York: McGraw Hill Books Co. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pannell, D.J. 1999. Uncertainty and adoption of sustainable farming systems, Paper presented at the 43rd Annual Conference of the Australian Agricultural and Resource Economics Society, Christchurch, New Zealand, January 20-22 1999. http://www.general.uwa.edu.au/u/dpannell/dpap9901f.htm retrieved on April 02, 2002. Pertamina. 2007a. ”Kriteria Penerima Paket konversi.” http://www.pertamina.com/kon-versi/program.php?id=7. [diakses 29 Desember 2008]. ________. 2007b. ”Sekilas tentang Program Konversi Minyak Tanah ke LPG.” http: //www.pertamina.com/konversi/program.php. [diakses 10 Februari 2009]. Rakhmat J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Cetakan ke-12. Remaja Rosdakarya. _________. 2007. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya.
Edisi Revisi.
Bandung:
Bandung: Remaja
Riduwan. 2004, Metode danTeknik Menyusun Thesis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Edition. New York: The Free Press, A Division of Macmillan Publising Co. Inc. _________, Shoemaker FF. 1995. Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. Third Edition. New York: The Free Press. Saleh A. 1988. “Hubungan Beberapa Karakteristik dan Perilaku Pemuka-pemuka Tani dalam Diseminasi Teknologi Model Farm di DAS Citanduy, Ciamis Jawa Barat.” [tesis] Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarwono,S.W.1992. Psikologi Lingkungan, Grasindo,Jakarta.
61
Sastropoetro S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni. Schramm, W. 1982. Men, Women, Messages and Media; Understanding Human Comunication. New York, Harper and Row Publihers. Sevilla CG, Ochave JA, Twila G, Punsalan Bella PR, Uriarte GG. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit UI. Siegel S. 1997. Statistik Non-parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press. Sudiana D. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remaja Karya. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian Bandung: Penerbit Alfabeta. Suryadi. 2000. ”Perilaku Konsumen” , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.. Umar H. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. van den Ban AW, Hawkins HS. 2007. Penyuluhan Pertanian. [diterjemahkan, Herdiasti AD. 1996. Agricultural Extension. 2nd Ed. Oxford: Blackwell, Science, Osney Mead]. Yogyakarta: Kanisius. Wahana Komputer. 2010. Seri Panduan Praktis: SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
PERILAKU KOMUNIKASI, PERSEPSI DAN ADOPSI PROGRAM PENGGUNAAN KOMPOR DAN TABUNG GAS TIGA KILOGRAM IBU RUMAH TANGGA DI JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN
KUESIONER IBU RUMAH TANGGA Nama Responden : …………………………………………………………….. Alamat Rumah
: Jalan …………………………………………………. RT …………………………………………………. RW …………………………………………………. Kelurahan ............................................................................. Kecamatan ............................................................................ Provinsi ...............................................................................
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
64
PETUNJUK UMUM PENGISIAN Data yang dikumpulkan dalam studi “ Perilaku Komunikasi, Persepsi dan Adopsi Program kompor dan tabung gas tiga kilogram Ibu Rumah Tangga di Jagakarsa, Jakarta Selatan” ini akan dianalisis dan informasi yang diperoleh akan ditulis dalam bentuk tesis. Tidak satupun nama responden yang tampak dalam laporan penelitian yang akan disusun sebagai tesis. Pemberian nomor kode semata-mata untuk memudahkan administrasi belaka. Jawaban Saudara yang sejujur-jujurnya pada seluruh pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini, sesuai dengan yang Saudara percayai. Kejujuran Saudara akan sangat membantu keberhasilan dari penelitian ini. Terimakasih. Screening 1.
Sebelum ada program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram, apakah ibu sudah menggunakan kompor gas? a.Ya stop b. Tidak c. Kombinasi minyak tanah dan gas
2.
Setelah menerima kompor dan tabung gas tiga kilogram, apakah paket tersebut ibu gunakan/pakai? . a. Ya b. Tidak
3.
Apakah sampai saat ini ibu tetap menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? a. Ya b. Tidak Jika ya, apa alasan ibu menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? ________________
4.
___________________
Jika Tidak, apakah paket tersebut? a. Disimpan b. Diberikan orang lain
c. Dijual
Apa alasan ibu tindak menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram
__________________
________________________
65
Petunjuk Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan dan pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi program kompor dan tabung gas tiga kilogram. Diharapkan ibu memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan pernyataan tersebut sesuai dengan pilihan yang telah disediakan. Bagian I Demografi Responden 1. Berapa tahun umur ibu pada saat ini................. tahun 2. Apakah tingkat pendidikan yang telah ibu capai? a. Tidak tamat SD/sederajat d. Tamat SMA/sederajat b. Tamat SD/sederajat e. Tamat D3 c. Tamat SMP/sederajat f. Tamat S1 3. Pekerjaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ibu PNS/TNI/Polri Pegawai swasta Ibu rumah tangga Berdagang Buruh lainnya .............................
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Suami PNS/TNI/Polri Pegawai swasta Ibu rumah tangga Berdagang Buruh lainnya .........................
4. Termasuk kelompok manakah rata-rata pengeluaran rumah tangga ibu per bulan untuk keseluruhan yaitu makan, listrik/air, termasuk pengeluaran untuk pembelian/cicilan barang dan lain-lain a. Hingga Rp 300.000 d. Rp. 701.000 – Rp. 1.000.000 b. Rp 301.000- Rp 500.000 e. Rp. 1.001.000 Rp. 1.200.000 c. Rp 501.000 – Rp 700.000 f. Lebih dari Rp. 1.201.000. 5. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama ibu, termasuk ibu? Sebutkan: ..... orang 6. Manakah dari barang-barang berikut (peralatan rumah tangga, peralatan elektronik dan kendaraan) yang dimiliki ibu dan keluarga? (Jawaban bisa lebih dari satu!) a. Televisi ___buah j. Mesin cuci ___buah b. Radio casete ___buah k. Kulkas ___buah c. Telepon tetap ___buah l. Pompa air ___buah d. Handpone ___buah m.Magic gar ___buah e. Kamera ___buah n. Parabola ___buah f. VCD/dvd/player ___buah o. Mobil ___buah g. Komputer ___buah p. Motor ___buah h. Koran q. Majalah i. Alat-alat dapur dengan menggunakan listrik ___buah. 7. Bagaimana status kepemilikan rumah ibu? a. Milik sendiri c. Sewa/kontrak b. Rumah dinas d. Milik orang tua. .
66
Bagian II Persepsi tentang Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram (Berilah tanda “x” pada jawaban yang sesuai dengan anda!) Setuju (3) (3)
Tidak setuju (2) (2)
Tidak tahu (1) (1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3)
(2)
(1)
(3) (3) (3) (3)
(2) (2) (2) (2)
(1) (1) (1) (1)
Pernyataan Program kompor dan tabung gas tiga kilogram sangat penting bagi masyarakat Program kompor dan tabung gas tiga kilogram untuk masyarakat tidak mampu sudah tepat sasaran Penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram ramah bagi lingkungan Penggunaan minyak tanah berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan Penggunaan tabung gas tiga kilogram aman bagi manusia dan lingkungan Menggunakan kompor gas itu aman Tabung gas tiga kilogram isi ulang mudah didapatkan Menggunakan gas tiga kilogram menghemat pengeluaran Secara ekonomis biaya memasak lebih menguntungkan dengan kompor dan tabung gas tiga kilogram dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah dan atau kayu bakar Bagian III Perilaku Komunikasi
1. Berapa lama ibu menonton/mendengarkan televisi/radio dalam satu hari? Sebutkan! ....... jam 2. Berapa kali ibu membaca media cetak (koran, majalah, tabloid) dalam satu minggu? Koran: .......... kali Majalah: ....... kali Tabloid: ........ kali. 3. Dalam satu hari berapa jam ibu membaca media cetak tersebut? Koran: .......... kali Majalah: ....... kali Tabloid: ........ kali. 4. Apakah ibu pernah melihat/mendengar iklan sosialisasi tentang kompor dan tabung gas tiga kilogram? a. Pernah b. Tidak pernah 5. Jika pernah di mana ibu melihat/mendenganr iklan tersebut? a.Televisi d. Billboard b. Radio e. Brosur. c. Koran/tabloid/majalah
67
6. Materi iklan kompor dan tabung gas tiga kilogram a. Dimengerti b. Tidak dimengerti c. Biasa saja. 7. Apakah ibu pernah mendengar informasi sosialisasi kompor dan tabung gas tiga kilogram? a. Ya b. Tidak. 8. Media komunikasi apa yang ibu anggap paling berpengaruh terhadap keputusan ibu menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? a.Televisi d. Billboard b. Radio e. Brosur. c. Koran/tabloid/majalah 9. Apabila ada kesulitan yang berhubungan dengan pemasangan atau pemakaian kompor dan tabung gas tiga kilogram, kepada siapa ibu bertanya atau minta tolong? a. Tetangga c. Teman b. Suami/anak d. Petugas RT/RW/Kelurahan. 10. Sebutkan satu hal yang ibu ingat tentang iklan kompor dan tabung gas tiga kilogram?
11. Darimana ibu mendengar informasi sosialisasi kompor dan tabung gas tiga kilogram? c. Tetangga d. Pejabat RT/RW/kelurahan e. Keluarga dekat. 12. Apakah ibu pernah menghadiri kilogram? a. Ya b. Tidak pernah.
sosialisasi kompor dan tabung gas tiga
13. Jika pernah, di mana sebutkan!: ................................. kali.
berapa kali: .........
14. Bagaimana tanggapan ibu mengenai kegiatan sosialisasi kompor dan tabung gas tiga kilogram? a. Sangat bermanfaat b. Bermanfaat c. Tidak bermanfaat. 15. Kepada siapa ibu menyampaikan informasi masalah-masalah kompor dan tabung gas tiga kilogram? a. Tetangga b. Penyuluh c. Anggota PKK
68
16. Berapa kali dalam satu bulan ibu menemui orang tersebut? a. Tetangga (.....kali/bulan) b. Penyuluh (.....kali/bulan) c. Anggota PKK (.....kali/bulan) 17. Berapa kali ibu mengadakan pertemuan dengan pengurus kelompok dalam satu bulan? Sebutkan!: .....................kali/bulan. 18. Berapa kali ibu mengadakan pertemuan dengan sesama anggota kelompok dalam satu bulan? Sebutkan: .....................kali/bulan. Bagian IV Tingkat Adopsi Inovasi 1.
Apakah saat ini ibu memanfaatkan program kompor dan tabung gas tiga kilogram yang dicanangkan oleh pemerintah? Beri tanda silang pada jawaban yang dipilih! a. Memanfaatkan/menggunakan b. Baru mencoba/baru menggunakan c. Tidak menggunakan.
2. Tahun berapa ibu mengetahui adanya kompor dan tabung gas tiga kilogram? Sebutkan!, Tahun ................. 4.
Sejak kapan ibu menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram? Sebutkan!, Tahun ................. Sebutkan Alasan ibu menggunakannya: ..............................................................
4. Berapa kompor gas yang ibu miliki? a. 1 kompor b. 2 kompor c. Lebih dari 2 kompor. 5. Berapa tabung gas tiga kilogram yang ibu miliki? a. 1 buah b. 2 buah c. lebih dari 2 buah. 6. Tabung gas tiga kilogram habis dalam berapa hari? a. < dari seminggu b. Satu minggu c. > dari satu minggu. 7. Beli di mana isi ulang gas tiga kilogram? a. Warung dekat rumah b. Pasar c. Diantar langganan.
69
8. Waktu memasak lebih cepat dengan dengan kompor dan tabung gas tiga kilogram, dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah dan kayu bakar. a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu. 9. Saya menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram karena sesuai dengan kondisi lingkungan. a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu. 10. Saya dapat memasang tabung gas tiga kilogram dengan mudah. a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu. == Terima kasih atas partisipasi ibu dalam mengisi kuesioner ini ==
70
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner A. Persepsi tentang Kompor dan Tabung Gas Tiga Kilogram Validitas : Korelasi antara
Nilai Korelasi (Pearson Corellation) P1 dengan Ptot 0,687 P2 dengan Ptot 0,663 P3 dengan Ptot 0,597 P4 dengan Ptot 0,670 P5 dengan Ptot 0,708 P6 dengan Ptot 0,306 P7 dengan Ptot 0,176 P8 dengan Ptot 0,445 P9 dengan Ptot 0,728 Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)] 0,001 0,001 0,005 0,001 0,000 0,189 0,457 0,005 0,000
Nilai r tabel (n=20, α=5%)
0,444
Kesimpulan
Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid
N of Items
.727
9
B. Perilaku Komunikasi Validitas: Korelasi antara
Nilai Korelasi (Pearson Corellation) PK6 dengan PKtot 0,800 PK14 dengan PKtot 0,735 PK19 dengan PKtot 0,578 PK20 dengan PKtot 0,251 Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)] 0,000 0,000 0,008 0,285
Nilai r tabel (n=20, α=5%) 0,444
Kesimpulan
Valid Valid Valid Tidak Valid
N of Items
.478
4
C. Tingkat Adopsi Inovasi Validitas: Korelasi antara
Nilai Korelasi (Pearson Corellation) AI1 dengan AItot 0,538 AI4 dengan AItot 0,263 AI5 dengan AItot 0,445 AI6 dengan AItot 0,730 AI9 dengan AItot 0,311 AI10 dengan AItot 0,576 Reliability Statistics Cronbach's Alpha .405
N of Items 6
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)] 0,014 0,263 0,049 0,000 0,182 0,013
Nilai r tabel (n=20, α=5%)
0,444
Kesimpulan
Valid Tidak Valid Valid Valid TidakValid Valid
71
Lampiran 3. Tabel frekuensi pekerjaan ibu, pekerjaan suami, status kepemilikan rumah dan kepemilikan barang Jenis barang Pekerjaan Ibu PNS/TNI/Polri/pegawai swasta Ibu rumah tangga Berdagang Pekerjaan Suami PNS/TNI/Polri/pegawai swasta Wiraswasta/berdagang Lainnya(buruh/pengangguran) Status kepemilikan rumah Milik sendiri/orang tua Sewa/kontrak Kepemilikan Barang televisi Tidak memiliki 1 buah 2 buah Handphone Tidak memiliki 1 buah 2 buah 3 buah 4 buah 5 buah 6 buah Kamera Tidak memiliki 1 buah 2 buah VCD/DVD player Tidak memiliki 1 buah 2 buah Komputer Tidak memiliki 1 buah Koran Tidak berlangganan Barlangganan Majalah Tidak berlangganan Berlangganan Alat-alat dapur dengan menggunakan elektronik Tidak memiliki 1 buah 2 buah 5 buah
Total Jumlah (orang)
Persentase (%)
14 64 16
14,89 68,09 17,02
48 35 11
51,06 37,24 11,70
59 35
62,77 37,23
68 24 2
72,34 25,53 2,13
5 26 46 8 6 2 1
5,32 27,66 48,94 8,51 6,38 2,13 1,06
84 9 1
89,36 9,58 1,06
37 54 3
39,36 57,45 3,19
66 28
70,21 29,79
49 45
52,13 47,87
54 40
57,45 42,55
87 2 3 2
92,55 2,13 3,19 2,13
72
Mesin cuci Tidak memiliki 1 buah Kulkas Tidak memiliki 1 buah Pompa air Tidak memiliki 1 buah Magic jar Tidak memiliki 1 buah 2 buah Parabola Tidak memiliki 1 buah Mobil Tidak memiliki 1 buah Motor Tidak memiliki 1 buah 2 buah
50 44
53,19 46,81
19 75
20,21 79,79
35 59
37,23 62,77
20 72 2
21,28 76,59 2,13
91 3
96,81 3,19
91 3
96,81 3,19
23 63 8
24,47 67,02 8,51
73
Lampiran 4. Tabulasi silang pekerjaan ibu dengan pekerjaan suami
pekerjaan ibu * pekerjaan suami Crosstabulation Count pekerjaan suami Pegawai
Lainnya
Swasta/PNS/ wiraswasta/b (buruh/penga
pekerjaan
PNS/TNI/polri/p
ibu
egawai Swasta Ibu rumah
TNI/Polri
erdagang
ngguran)
Total
8
6
0
14
34
23
7
64
6
6
4
16
48
35
11
94
tangga Berdagang Total
74
Lampiran 5. Tabulasi silang pekerjaan suami dengan barang yang paling banyak dimiliki (handphone, VCD/DVD player, mesin cuci, kulkas, magic jar, koran, majalah, mobil, motor) serta status kepemilikan rumah pekerjaan suami * handphone Crosstabulation Count handphone 0
1
2
3
4
5
6
Total
pekerjaan Pegawai suami Swasta/PNS/TNI/Polri
2
9
28
4
5
0
0
48
wiraswasta/berdagang
2
11
16
3
0
2
1
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
1
6
2
1
1
0
0
11
5
26
46
8
6
2
1
94
Total
pekerjaan suami * VCD/DVD player Crosstabulation Count VCD/DVD player 0 pekerjaan
Pegawai
suami
Swasta/PNS/TNI/Polri wiraswasta/berdagang Lainnya
1
2
Total
20
27
1
48
14
19
2
35
3
8
0
11
37
54
3
94
(buruh/pengangguran) Total
pekerjaan suami * mesin cuci Crosstabulation Count mesin cuci 0 pekerjaan suami
Total
1
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
19
29
48
wiraswasta/berdagang
21
14
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
10
1
11
50
44
94
75
pekerjaan suami * kulkas Crosstabulation Count kulkas 0 pekerjaan suami
1
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
Total
5
43
48
wiraswasta/berdagang
10
25
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
4 19
7 75
11 94
Total
pekerjaan suami * magic jar Crosstabulation Count magic jar 0 pekerjaan suami
1
2
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
9
39
0
48
wiraswasta/berdagang
7
26
2
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
4
7
0
11
20
72
2
94
Total
pekerjaan suami * koran Crosstabulation Count koran tidak pekerjaan suami
ya
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
24
24
48
wiraswasta/berdagang
17
18
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
8 49
3 45
11 94
Total
pekerjaan suami * majalah Crosstabulation Count majalah tidak pekerjaan suami
Total
ya
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
19
29
48
wiraswasta/berdagang
24
11
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
11
0
11
54
40
94
76
pekerjaan suami * motor Crosstabulation Count motor 0 pekerjaan suami
1
2
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
10
36
2
48
wiraswasta/berdagang
8
22
5
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
5
5
1
11
23
63
8
94
Total
pekerjaan suami * mobil Crosstabulation Count mobil 0 pekerjaan suami
1
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
47
1
48
wiraswasta/berdagang
33
2
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
11
0
11
91
3
94
Total
pekerjaan suami * status kepemilikan rumah Crosstabulation Count status kepemilikan rumah milik sendiri/orang tua pekerjaan suami
Total
sewa/kontrak
Total
Pegawai Swasta/PNS/TNI/Polri
30
18
48
wiraswasta/berdagang
21
14
35
Lainnya (buruh/pengangguran)
8
3
11
59
35
94
77
Lampiran 6. Tabel frekuensi dan tabulasi silang peubah perilaku komunikasi Tabel frekuensi: Pertanyaan jumlah Persentase Responden melihat/mendengar iklan di: Televisi 94 100 Bila mengalami kesulitan, responden meminta tolong kepada: tetangga 58 61,70 suami/anak 32 34,04 teman 2 2,13 petugas RT/RW/kelurahan 2 2,13 Responden mendengar informasi sosialisasi penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dari: tetangga 47 50,00 keluarga dekat 11 11,70 pejabatRT/RW/kelurahan 35 37,24 lainnya 1 1,06 Responden menghadiri sosialisasi di: (tidak pernah) 66 70,21 Di kelurahan 2 2,13 Di PKK 5 5,32 Di RT 21 22,34 Kepada siapa menyampaikan masalah: Tetangga 65 69,15 Penyuluh 3 3,19 Anggota PKK 24 25,53 Lainnya 2 2,13
di mana * berapa kali ((tingkat keseringan menghadiri sosialisasi Crosstabulation berapa kali (tingkat keseringan) menghadiri sosialisasi Tidak pernah di mana menghadiri 0 sosialisasi di kelurahan
Total
Rendah (1 Tinggi (2 kali) kali)
Total
66
0
0
66
0
2
0
2
di pkk
0
4
1
5
di RT
0 66
21 27
0 1
21 94
78
kepada siapa menyampaikan masalah * berapa kali (tingkat keseringan) Crosstabulation Berapa kali (tingkat keseringan) Tinggi (4 Rendah Sedang dan 10 (1 kali) (2-3 kali) kali) Kepada siapa menyampaikan masalah
Total
tetangga
16
27
22
65
penyuluh
3
0
0
3
anggota pkk
17
7
0
24
lainnya
1 37
1 35
0 22
2 94
Total
apakah ibu menjadi pengurus/anggota kelompok Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid ya
42
44.7
44.7
44.7
tidak
52
55.3
55.3
100.0
Total
94
100.0
100.0
apakah ibu menjadi pengurus/anggota kelompok * berapa kali mengadakan pertemuan dengan pengurus kelompok Crosstabulation Count berapa kali mengadakan pertemuan dengan pengurus kelompok 0 apakah ibu menjadi pengurus/anggota klpk
1
ya tidak
Total
3
Total
0
35
7
42
52 52
0 35
0 7
52 94
apakah ibu menjadi pengurus/anggota kelompok * berapa kali mengadakan pertemuan dengan sesama anggota kelompok Crosstabulation Count berapa kali mengadakan pertemuan dengan pengurus 0 apakah ibu menjadi ya pengurus/anggota tidak kelompok Total
1
2
3
4
5
Total
0
34
1
5
1
1
42
52
0
0
0
0
0
52
52
34
1
5
1
1
94
79
Lampiran 7. Tabel rataan skor, tabel frekuensi dan tabulasi silang peubah tingkat adopsi inovasi Tabel rataan skor Pertanyaan dalam bagian tingkat adopsi inovasi
Rataan Skor*
kompor gas yang dimiliki tabung gas yang dimiliki tabung gas habis dalam berapa hari waktu memasak lebih cepat dengan kompor dan tabung gas tiga kilogram menggunakan lpg karena kondisi lingkungan memasang tabung dengan mudah Keterangan: *1,00-1,67 rendah; 1,68-2,34 sedang; 2,35-3,00 tinggi Tabel frekuensi Pertanyaan Alasan menggunakan lpg ekonomis gratis hemat higienis ingin mencoba menggunakan kompor gas lebih cepat matang membutuhkan murah praktis program pemerintah tidak ada minyak tanah Membeli tabung isi ulang di: warung dekat rumah pasar diantar langganan
jumlah
1,07 1,07 1,71 3,00 2,82 2,18
Persentase 1 6 61 1 1 1 1 1 8 2 11
1,06 6,38 64,89 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 8,51 2,13 11,70
89 4 1
94,68 4,26 1,06
80
tahun berapa mengetahui kompor dan tabung gas tiga kilogram * sejak kapan menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram Crosstabulation sejak kapan menggunakan kompor dan tabung gas tiga kilogram 2003 tahun berapa mengetahui kompor dan tabung gas tiga kilogram Total
2007
2008
2009
2010
Total
2003
1
0
0
0
0
1
2006
0
3
0
0
0
3
2007
0
8
54
0
0
62
2008
0
0
26
1
0
27
2009
0
0
0
0
1
1
1
11
80
1
1
94
81
Lampiran 8. Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan persepsi tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan tingkat adopsi inovasi
82
Lampiran 9. Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram
83
Lampiran 10.
Hasil uji korelasi rank Spearman hubungan persepsi tentang penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram dengan perilaku komunikasi
84